Analisis Dan Strategi Pengembangan Nilai Tambah Produk Perikanan (Studi Kasus: Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai)

(1)

ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN NILAI

TAMBAH PRODUK PERIKANAN

(Kasus: Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

SKRIPSI

OLEH: RIZKI RAMADANI

080309008 PKP

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN NILAI

TAMBAH PRODUK PERIKANAN

(Kasus: Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

SKRIPSI

OLEH: RIZKI RAMADANI

080309008 PKP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh:

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

( Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si)

NIP : 1954.1111.1981.03.1001 NIP : 1962.0624.1986.03.100 (Ir. Yusak Maryunianta, M.Si)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

RINGKASAN

RIZKI RAMADANI (080309008) dengan judul skripsi “ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN NILAI TAMBAH PRODUK PERIKANAN (Studi Kasus: Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai)” yang dilakukan pada Bulan Januari s.d.April 2012 dan dibimbing oleh Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si. dan Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si.

Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) berdasarkan

pertimbangan tertentu. Penarikan sampel dilakukan dengan Metode Sensus, yaitu keseluruhan populasi diambil sebagai sampel dikarenakan jumlah

populasi hanya sedikit yaitu berjumlah 16 pengusaha pengolahan ikan asin. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Nilai Tambah Metode Hayami dan Analisis SWOT.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tambah yang diperoleh pengusaha dalam pengolahan ikan asin sebesar Rp 2.225,00 per kilogram ikan asin yang diproduksi dengan tingkat keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 779,11 per kilogram ikan asin yang diproduksi. Faktor internal (kekuatan) yang dimiliki oleh pengusaha meliputi mutu produk yang mampu bersaing, ketersediaan tenaga kerja yang melimpah, biaya tenaga kerja yang murah, keterampilan pengusaha dalam mengolah ikan dan proses pengulahan yang tidak rumit. Kelemahan yang dimiliki pengusaha dalam pengolahan ikan asin meliputi teknologi yang masih sederhana, ketersediaan input produksi yang tidak stabil, kemasan yang kurang menarik, modal yang terbatas dan biaya input yang mahal. Sementara faktor eksternal berupa peluang yang dimiliki yaitu adanya pelanggan tetap, ketersediaan sarana pendukung, harga jual yang relatif tinggi dan permintaan lokal yang semakin meningkat. Ancaman yang dimiliki meliputi penyimpangan iklim, persaingan usaha, ombak besar dan gaya hidup masyarakat yang semakin modern. Ada beberapa strategi yang dapat diterapkan pengusaha dalam mengembangkan nilai tambah produk ikan asin, seperti meningkatkan produksi dan kualitas yang lebih baik untuk memenuhi permintaan pasar, meningkatkan produksi dan investasi masa depan guna meningkatkan pendapatan dari harga yang cenderung tinggi, membuat kemasan yang menarik minat konsumen, melakukan ekspansi usaha dengan menambah modal melalui pinjaman koperasi, bank atau kerjasama dengan beberapa pengusaha, menciptakan mutu produk yang lebih baik, menciptakan bahan baku alternatif, mencari mitra usaha guna pengembangan skala usaha dan melatih keterampilan dalam pengemasan dan pemasaran.


(4)

RIWAYAT HIDUP

Rizki Ramadani, lahir pada tanggal 18 Maret 1991 di Medan, Sumatera

Utara. Anak keenam (6) dari enam (6) bersaudara dari keluarga Ayahanda (alm) H.M. Idris dan Ibunda Hj. Halimatusa’diah.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut.

1. Tahun 1996 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 060945 Medan dan tamat tahun 2002.

2. Tahun 2002 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 11 Medan dan tamat tahun 2005.

3. Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 9 Medan dan tamat tahun 2008.

4. Tahun 2008 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Sumatera Utara, melalui jalur PMDK.

5. Bulan Juli 2012 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Bagan Asahan Baru, Kecamatan Tanjung Balai, Kabupaten Asahan.

6. Bulan Januari s.d. April 2013 melakukan penelitian di Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN NILAI TAMBAH PRODUK PERIKANAN (Studi Kasus: Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai)”.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si. sebagai ketua komisi pembimbing. 2. Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si. sebagai anggota komisi pembimbing. 3. Ibu Dr. Ir. Salmiah M.S. selaku Ketua Program Studi Agribisnis FP USU dan

Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec. selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis FP USU.

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis khususnya dan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada umumnya.

5. Ayahanda dan ibunda tercinta Alm. H. M. IDRIS dan Hj. Halimatusa’diah yang telah menjadi sumber motivasi serta memberi dukungan dan do’a bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Universitas Sumatera Utara.

6. Para responden yang telah memberikan waktu dan kesediaan diri dalam membantu penulis selama melakukan penelitian.


(6)

7. Teman-teman seperjuangan, Mila Zulfa, Lisa Lestari, Tumpak Manik, Yossi Yulianggi, Wulan Ramadhani, Ria Mustika Sari, Cici, Ulfa, Soraya dan Yana, yang telah banyak memberikan motivasi dan dukungan bagi penulis.

8. Saudara-saudaraku, kak Dewi Hawa Mawarni, abang Firmansyah, kak Yanti Fatimah, Kak Siti Rahmah dan abang Abdul Halim yang selalu tidak lupa untuk memberikan doa dan dukungan juga kepada penulis.

9. Segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama penulis menempuh pendidikan dan menyusun skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya penulis ucapkan terima kasih dan berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang bersangkutan.

Medan, Juni 2013 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

RINGKASAN ... RIWAYAT HIDUP ...

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Komposisi Ikan ... 5

Landasan Teori ... 8

Kerangka Pemikiran ... 17

Hipotesis Penelitian ... 21

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 22

Metode Penarikan Sampel ... 23

Metode Pengumpulan Data ... 24

Metode Analisis Data ... 25

Definisi dan Batasan Operasional ... 30

Definisi ... 30

Batasan Operasional ... 32

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Luas dan Letak Geografis kecamatan Teluk Mengkudu ... 33

Penduduk dan Tenagak Kerja ... 34

HASIL DAN PEMBAHASAN Ketersediaan Sarana Produksi ... 39


(8)

Peralatan Produksi ... 40

Modal ... 40

Tenaga Kerja ... 40

Analisis Nilai Tambah Pengolahan Ikan Asin ... 41

Analisis SWOT, Faktor Internal (Kekuatan-Kelemahan) dan Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) Pada Pengembangan Pengolahan Ikan ... 46

Strategi Pengembangan Nilai Tambah Produk Perikanan ... 51

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 60

Saran ... 60

Saran Kepada Pengusaha ... 61

Saran Kepada Pemerintah ... 61

Saran Kepada Peneliti Selanjutnya ... 62

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal.

1. Produksi Perikanan Menurut Daerah Tangkapan dan Kecamatan,

2010... 22

2. Jumlah Produksi Pengusaha Pengolahan Perikanan di Kabupaten Serdang Bedagai, 2012... 23

3. Kerangka Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami... 25

4. Matriks Analisis SWOT ... 27

5. Model Matriks Faktor Strategi Internal, Matriks Faktor Strategi Faktor Eksternal ... 30

6. Faktor Strategi Internal/Eksternal ... 31

7. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Jenis Kelamin, Rasio Jenis Kelamin dan Kepadatan Pendudk per Km2... 35

8. Banyaknya Penduduk Menurut Suku Bangsa Dirinci per Desa, 2011 ... 35

9. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2011... 36

10.Perkiraan Mata Pencaharian Kepala Rumah Tangga Dirinci Tiap Desa Tahun 2011 ... 37

11.Perhitungan Nilai Tambah Pengolahan Ikan Asin ... 42

12.Matriks Faktor Strategi Internal ... 52

13.Matriks Faktor Strategi Eksternal... 54

14.Gabungan Matriks Faktor Strategi Internal-Eksternal Pengolahan Ikan Asin ... 55


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal.

1. Matriks Posisi SWOT ... 14 2. Matriks Analisis SWOT... 15 3. Skema Kerangka Pemikiran Analisis dan Strategi Pengembangan Nilai

Tambah Produk Perikanan ... 20

4. Matriks Posisi SWOT Usaha Pengolahan Ikan Asin... 55 5. Matriks Analisis SWOT Usaha Pengolahan Ikan Asin... 56


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hal.

1. Distribusi Penggunaan Input Produksi... 2. Distribusi Penggunaan Biaya Tenaga Kerja... 3. Distribusi Penerimaan Usaha Pengolahan Ikan Asin... 4. Skor Kekuatan Usaha Pengolahan Ikan Asin... 5. Skor Kelemahan Usaha Pengolahan Ikan Asin... 6. Skor Peluang Usaha Pengolahan Ikan Asin... 7. Skor Ancaman Usaha Pengolahan Ikan Asin... 8. REINSTRA Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kabupaten Serdang


(12)

RINGKASAN

RIZKI RAMADANI (080309008) dengan judul skripsi “ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN NILAI TAMBAH PRODUK PERIKANAN (Studi Kasus: Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai)” yang dilakukan pada Bulan Januari s.d.April 2012 dan dibimbing oleh Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si. dan Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si.

Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) berdasarkan

pertimbangan tertentu. Penarikan sampel dilakukan dengan Metode Sensus, yaitu keseluruhan populasi diambil sebagai sampel dikarenakan jumlah

populasi hanya sedikit yaitu berjumlah 16 pengusaha pengolahan ikan asin. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Nilai Tambah Metode Hayami dan Analisis SWOT.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tambah yang diperoleh pengusaha dalam pengolahan ikan asin sebesar Rp 2.225,00 per kilogram ikan asin yang diproduksi dengan tingkat keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 779,11 per kilogram ikan asin yang diproduksi. Faktor internal (kekuatan) yang dimiliki oleh pengusaha meliputi mutu produk yang mampu bersaing, ketersediaan tenaga kerja yang melimpah, biaya tenaga kerja yang murah, keterampilan pengusaha dalam mengolah ikan dan proses pengulahan yang tidak rumit. Kelemahan yang dimiliki pengusaha dalam pengolahan ikan asin meliputi teknologi yang masih sederhana, ketersediaan input produksi yang tidak stabil, kemasan yang kurang menarik, modal yang terbatas dan biaya input yang mahal. Sementara faktor eksternal berupa peluang yang dimiliki yaitu adanya pelanggan tetap, ketersediaan sarana pendukung, harga jual yang relatif tinggi dan permintaan lokal yang semakin meningkat. Ancaman yang dimiliki meliputi penyimpangan iklim, persaingan usaha, ombak besar dan gaya hidup masyarakat yang semakin modern. Ada beberapa strategi yang dapat diterapkan pengusaha dalam mengembangkan nilai tambah produk ikan asin, seperti meningkatkan produksi dan kualitas yang lebih baik untuk memenuhi permintaan pasar, meningkatkan produksi dan investasi masa depan guna meningkatkan pendapatan dari harga yang cenderung tinggi, membuat kemasan yang menarik minat konsumen, melakukan ekspansi usaha dengan menambah modal melalui pinjaman koperasi, bank atau kerjasama dengan beberapa pengusaha, menciptakan mutu produk yang lebih baik, menciptakan bahan baku alternatif, mencari mitra usaha guna pengembangan skala usaha dan melatih keterampilan dalam pengemasan dan pemasaran.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang memiliki peranan dalam pembangunan ekonomi nasional, khususnya dalam penyediaan bahan pangan protein, perolehan devisa, dan penyediaan lapangan kerja. Bila sektor perikanan dikelola secara serius, maka akan memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pembangunan ekonomi nasional serta dapat mengentaskan kemiskinan masyarakat Indonesia, terutama masyarakat nelayan dan petani ikan (Mulyadi, 2005).

Subsektor perikanan dan peternakan merupakan andalan utama sumber pangan dan gizi masyarakat Indonesia. Ikan, selain merupakan sumber protein, juga diakui sebagai “functional food” yang mempunyai arti penting bagi kesehatan karena mengandung asam lemak tidak jenuh berantai panjang (terutama yang tergolong asam lemak omega-3), vitamin, serta makro dan mikro mineral (Heruwati, 2002).

Akan tetapi, jumlah ikan yang tersedia belum memenuhi kondisi ideal kecukupan gizi. Salah satu penyebabnya adalah belum meratanya distribusi ikan antar daerah karena tidak seimbangnya distribusi konsumen dengan produsen. Didaerah yang merupakan pusat produksi ikan tetapi jumlah konsumennya sedikit, angka ketersediaan ikan per kapita sudah dapat mencapai kondisi ideal. Tetapi daerah yang merupakan pusat konsumen tetapi pasokan ikannya rendah, angka ketersediaan ikan per kapita jauh lebih rendah. Pengolahan ikan


(14)

dan memungkinkan untuk didistribusikan dari pusat produksi ke pusat konsumsi (Heruwati, 2002).

Kelemahan - kelemahan pada ikan telah dirasakan sangat menghambat usaha pemasaran hasil perikanan dan tidak jarang menimbulkan kerugian besar, terutama pada saat produksi ikan melimpah. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan daya simpan dan daya awet produk perikanan pada pasca panen melalui proses pengolahan maupun pengawetan (Afrianto, 1989).

Proses pengolahan dan pengawetan ikan merupakan salah satu bagian penting dari rantai industri perikanan. Tanpa adanya kedua proses tersebut, peningkatan produksi ikan yang telah dicapai selama ini akan sia-sia. Karena tidak semua produk perikanan dapat dimanfaatkan oleh konsumen dalam keadaan baik. Pengolahan dan pengawetan ikan bertujuan untuk mempertahankan mutu dan kesegaran ikan selama mungkin dengan cara menghambat atau menghentikan sama sekali penyebab kemunduran mutu (pembusukan) maupun penyebab kerusakan ikan (misalnya aktivitas enzim, mikro organisme, atau oksidasi oksigen), agar ikan tetap baik sampai ke tangan konsumen (Afrianto, 1989).

Proses pengolahan ikan juga telah dilakukan oleh sebagian nelayan di Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai. Sebanyak 16 pengusaha pengolahan perikanan telah melirik usaha pengolahan ikan.

Untuk melihat potensi dari usaha pengolahan ikan, maka perlu dilakukan untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan nilai tambah dari pengolahan perikanan yang bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai tambah dari pengolahan perikanan tersebut dan untuk melihat apakah pengolahan perikanan


(15)

ini mampu memberikan peningkatan pendapatan kepada pengusaha pengolahan perikan.

Selain itu, perlu kiranya untuk menganalisis faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal dari usaha pengolahan perikanan tersebut. Sehingga dapat disusun sebuah strategi pengembangan nilai tambah produk perikanan tersebut. Penyusunan strategi ini tidak hanya melibatkan para pengusaha pengolahan produk perikanan. Akan tetapi juga akan melibatkan instansi pemerintah yang terkait dengan usaha pengolahan produk perikanan tersebut. Sehingga strategi atau kebijakan yang akan diambil dalam mengembangkan usaha pengolahan perikanan tersebut tidak hanya berdasarkan pendapat ataupun situasi dan kondisi dari para pelaku usaha tersebut, tetapi juga akan melihat dari sudut pandang instansi pemerintah. Dengan demikian akan diperoleh kebijakan atau strategi yang lebih objektif. Hal inilah yang melatarbelakangi diajukannya sebuah usulan penelitian dengan judul “Analisis dan Strategi Pengembangan Nilai Tambah Produk Perikanan”.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Berapa besar nilai tambah yang dihasilkan dari agroindustri produk perikanan di daerah penelitian?

2. Bagaimana strategi pengembangan nilai tambah agroindustri produk perikanan di daerah penelitian?


(16)

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui seberapa besar nilai tambah agroindustri produk perikanan di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui strategi pengembangan nilai tambah agroindustri produk perikanan di daerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan, baik untuk kepentingan akademis maupun non akademis.

2. Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Komposisi Ikan

Indonesia memiliki kekayan laut yang banyak dan beraneka ragam. Laut perairan Indonesia diperkirakan sebesar 5,8 juta km2, panjang garis pantai sekitar 81.000 km dan gugusan pulau-pulau sebanyak 17.508 tentu saja berpotensi untuk menghasilkan hasil laut yang jumlahnya cukup besar, yaitu 6,26 juta ton per tahun. Potensi produk perikanan Indonesia tersebut tergolong cukup besar (Tim Penulis PS, 2008).

Sejak beberapa abad yang lalu manusia telah memanfaatkan ikan sebagai salah satu bahan pangan yang banyak mengandung protein. Protein ikan sangat dibutuhkan oleh manusia karena selain mudah dicerna juga mengandung asam amino dengan pola yang hampir sama dengan asam amino yang terdapat di dalam tubuh manusia. Berdasrkan hasil penelitian, ternyata daging ikan memiliki komposisi kimia sebagai berikut:

Air : 60,0-84,0 %

Protein : 18,0 – 30,0 % Lemak : 0,1-2,2% Karbihidrat : 0,0-1,0% Vitamin dan Mineral : sisanya (Afrianto, 1989)

Seiring dengan pertumbuhan populasi dunia, konsumsi ikan pun meningkat dari tahun ke tahun. Mengkonsumsi produk perikanan, baik perikanan


(18)

budidaya maupun perikanan tangkap sangat bermanfaat untuk kesehatan karena kandungan proteinnya tinggi.

Permintaan produk perikanan terus meningkat. Tidak hanya dalam negeri, pasar ekspor pun demikian. Untuk memenuhi permintaan tersebut dibutuhkan produksi melalui usaha budidaya, baik untuk ikan tambak, ikan tawar, ikan laut, ikan tawar, hingga ikan hias. Tingginya permintaan pasar dunia terhadap produk perikanan sering kali tidak terpenuhi. Oleh karena itu, perlu mengatasi masalah dalam pemenuhan permintaan dari Negara-negara pengimpor yang dari tahun ke tahun terus meningkat (Tim Penulis PS, 2008).

Pengolahan ikan semakin memegang peranan penting dalam pembangunan perikanan. Usaha yang dimaksud tidak hanya di sektor budidaya, tetapi juga di sektor pasca budidaya, seperti aneka olahan perikanan. Dengan demikian, akan menambah nilai komersilnya (Tim Penulis PS, 2008).

Sebagian besar hasil perikanan berasal dari penangkapan di laut. Karena itu, jumlah produksi perikanan mengalami fluktuasi tergantung dari aktivitas penangkapannya. Saat musim panen tiba, hasilnya melimpah. Tetapi saat musim paceklik, hasilnya berkurang. Sementara itu, jumlah konsumen yang membutuhkan ikan relatif stabil setiap waktu. Akibat dari pola penangkapan musim tersebut, terkadang ikan hasil tangkapannya tidak terserap pasar atau konsumen. Bahkan saat-saat musim panen, sebagian besar ikan tidak dapat diangkut ke pasar karena terbentur segala keterbatasan, misalnya transportasi, sarana dan prasarana penanganan (handling) (Djarijah, 1995).

Proses pembusukan pada ikan dapat disebabkan terutama oleh aktivitas enzim yang terdapat pada tubuh ikan sendiri, aktivitas mikroorganisme, atau


(19)

proses oksidasi pada lemak tubuh oleh oksigen dari udara. Biasanya pada tubuh ikan yang telah terjadi proses pembusukan terjadi perubahan, seperti : timbulnya bau busuk, daging menjadi kaku, sorot mata pudar, serta adanya lendir pada insang maupun tubuh bagian luar.

Pada saat ditangkap, ikan masih bernafas hingga beberapa waktu kemudian. Seluruh jaringan peredaran darah ikan masih mampu menyerap oksigen sehingga proses kimia yang terjadi dapat berlangsung secara aerob (memanfaatkan oksigen). Setelah ikan mati, tidak terjadi aliran oksigen di dalam jaringan peredaran darah karena aktivitas jantung dan kontrol otaknya telah terhenti. Terhentinya aliran oksigen ke dalam jaringan peredaran darah menyebabkan terjadinya reaksi anaerob yang tidak diharapkan karena sering mengakibatkan kerugian. Reaksi anaerob akan memanfaatkan ATP dan glikogen yang telah terbentuk selama ikan masih hidup, sebagai sumber energi, sehingga jumlah ATP terus berkurang. Akibatnya, pH tubuh menurun dan jaringan otot tidak mampu mempertahankan fleksibilitasnya (kekenyalannya). Kondisi inilah yang dikenal dengan istilah rogor mortis (Afrianto, 1989).

Untuk mengatasi hal itu, sebagian nelayan dan pedagang mengawetkannya agar tidak lekas busuk. Salah satu cara pengawetan ikan yang mudah dilakukan tetapi hasilnya digemari oleh masyarakat adalah pengawetan dengan garam. Hasil dari pengolahan ini disebut ikan asin (Djarijah, 1995).


(20)

Landasan Teori

Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumberdaya. Strategi merupakan respon secara terus menerus maupun adiktif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi (Rangkuti, 2001).

Tujuan utama strategi dalam setiap kegiatan adalah mencapai keberhasilan. Terdapat elemen srategi yang harus dipenuhi untuk menjamin keberhasilan kegiatan. Pertama, tujuan yang diformulasikan secara sederhana, kosnsisten dan berjangka panjang. Kedua, pengertian mendalam terhadap lingkungan persaingan. Ketiga, penilain obejektif terhadap sumber daya dan implementasi yang efektif (David, 2006).

Agroindustri adalah pengolahan hasil pertanian, dan karena itu agroindustri merupakan bagian dari enam subsistem agribisnis yang disepakati selama ini, yaitu subsistem penyediaan sarana produksi dan peralatan, subsistem usahatani, subsistem pengolahan hasil (agroindustri), subsistem pemasaran, subsistem sarana dan subsistem pembinaan (Soekartawi, 2001).

Sumbangan dan peranan agroindustri terhadap perekonomian nasional diwujudkan dalam bentuk antara lain :

1. Penciptaan lapangan kerja dengan memberikan kehidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang bekerja di sektor pertanian.

2. Peningkatan kualitas produk pertanian untuk menjamin pengadaan bahan baku industri pengolahan hasil pertanian.


(21)

3. Perwujudan pemerataan pembangunan di berbagai pelosok tanah air yang mempunyai potensi pertanian sangat besar terutama di luar Pulau Jawa.

4. Mendorong terciptanya eksport komoditi pertanian 5. Meningktakan nilai tambah produk pertanian.

(Sooekartawi, 2001).

Efek multiplier yang ditimbulkan dari pengembangan agroindustri meliputi semua industri dari hulu sampai pada industri hilir. Hal ini disebabkan karena karakteristik dari agroindustri yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan industri lainnya, antara lain:

1) Memiliki keterkaitan yang kuat baik dengan industri hulunya maupun ke industri hilir.

2) Menggunakan sumber daya yang ada dan dapat diperbaharui.

3) Mampu memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif baik di pasar internasional maupun di pasar domestik

4) Dapat menampung tenaga kerja dalam jumlah besar.

5) Produk agroindustri pada umumnya bersifat cukup elastis sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang berdampak semakin luasnya pasar khususnya pasar domestik (Suprapto, 2003).

Menurut Wright (1987, dalam Darmawati, 2003), value added (nilai tambah) adalah produk atau hasil dikurangi dengan biaya bahan baku dan bahan penunjang yang digunakan dalam proses produksi. Dengan kata lain, nilai tambah merupakan sejumlah nilai jasa (return) terhadap faktor produksi, modal tetap, tenaga kerja, dan keterampilan manajemen.


(22)

Menurut Hayami et al (1987) ada dua cara untuk menghitung nilai tambah yaitu nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah untuk pengolahahan dapat dikategorikan menjadi dua faktor teknis dan faktor pasar. Faktor teknis yang berpengaruh adalah kapasitas produksi, jumlah bahan baku yang digunakan untuk tenaga kerja. Sedangkan faktor pasar yang berpengaruh adalah harga output, upah tenaga kerja, harga bahan baku dan nilai input lain.

Kegiatan yang paling penting dalam proses analisis adalah memahami seluruh informasi yang terdapat pada suatu kasus, menganalisis situasi untuk mengetahui isu apa yang sedang terjadi, dan memutuskan tindakan apa yang harus segera dilakukan untuk memecahkan masalah (Rangkuti, 2008).

Analisi SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar) yaitu Strengths, weakness, oppurtunities dan threats. Metode ini paling sering digunakan dalam mengevaluasi bisnis untuk mencari strategi yang akan dilakukan. Analisis SWOT hanya menggambarkan situasi yang terjadi bukan sebagai penyelesaian masalah (Wibisono, 2010).

Pada analisis SWOT, yang ditinjau adalah perbandingan antara faktor eksternal peluang (oppurtunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknes) (Rangkuti, 2008).

Proses penyusunan rencana strategis melalui tiga tahap, yaitu : 1. Tahap pengumpulan data


(23)

3. Tahap pengambilan keputusan

Tahap pengumpulan data ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga suatu kegiatan pengklasifikasian data pra analisis. Data dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal dan data internal yang diperoleh dari dalam perusahaan, model yang dapat digunakan dalam tahap ini yaitu :

1. Matriks faktor strategi eksternal

2. Matriks faktor strategi internal. (Soepono, 1997).

Sebelum melakukan analisis, maka diperlukan tahap pengumpulan data yang terdiri atas tiga model, yaitu :

1. Matriks Faktor Strategi Internal

Sebelum membuat matriks faktor strategi internal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu cara-cara penentuan dalam membuat tabel IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary).

- Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) - Beri rating masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar kecilnya

pengaruh yang ada pada faktor strategi internal, mulai dari 4 (sangat baik), nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik) dan nilai 1 (tidak baik) terhadap kekuatan dan nilai “rating” terhadap kelemahan bernilai negative.

- Beri bobot untuk setiap faktor 0 sampai 100 pada kolom bobot (kolom 3). Bobot ditentukan secara subyektif, berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.

- Kalikan rating pada kolom 2 dengan bobot pada kolom 3, untuk memperoleh skoring dalam kolom 4.


(24)

- Jumlahkan skoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi internalnya.

Hasil identifikasi faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS) untuk dijumlahkan dan kemudian diperbandingkan antara total skor kekuatan dan kelemahan.

2. Matriks Faktor Strategi Eksternal

Sebelum membuat faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu cara-cara penentuan dalam membuat tabel EFAS (External Strategic Factors Analysis Summary).

- Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor eksternalnya (peluang dan ancaman) - Beri rating masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar kecilnya

pengaruh yang ada pada faktor strategi eksternal, mulai dari 4 (sangat baik), nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik) dan nilai 1 (tidak baik) terhadap kekuatan dan nilai “rating” terhadap kelemahan bernilai negatif.

- Beri bobot untuk setiap faktor 0 sampai 100 pada kolom bobot (kolom 3). Bobot ditentukan secara subyektif, berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.

- Kalikan rating pada kolom 2 dengan bobot pada kolom 3, untuk memperoleh skoring dalam kolom 4.

- Jumlahkan skoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi eksternalnya.


(25)

Hasil identifikasi faktor kunci eksternal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel Matrik Faktor Strategi Eksternal (EFAS) untuk dijumlahkan dan kemudian diperbandingkan antara total skor peluang dan ancaman.

3. Matriks Posisi

Hasil analisis pada tabel matriks faktor strategi internal dan faktor strategi eksternal dipetakan pada matriks posisi dengan cara sebagai berikut :

a. Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan sumbu vertikal (y) merupakan peluang dan ancaman.

b. Posisi perusahaan ditentukan dengan hasil sebagai berikut :

- Kalau peluang lebih besar daripada ancaman maka nilai y > 0 dan sebaliknya kalau ancaman lebih besar daripada peluang maka nilainya y < 0.

- Kalau kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka nilai x > 0 dan

sebaliknya kalau kelemahan lebih besar daripada kekuatan maka nilai x < 0. (Soepono, 1997).


(26)

Y ( +)

X (-) X (+)

Y (-)

Gambar 1. Matriks Posisi SWOT Kuadran I :

- Merupakan posisi yang menguntungkan

- Perusahaan mempunyai peluang dan kekuatan sehingga ia dapat memanfaatkan peluang secara maksimal

- Seharusnya menerapkan strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.

Kuadran II :

- Meskipun menghadapi berbagai macam ancaman, perusahaan mempunyai keunggulan sumber daya.

- Perusahaan-perusahaan dalam posisi seperti ini menggunakan kekuatannya untuk memanfaatkan peluang jangka panjang.

- Dilakukan dengan penggunaan diversifikasi produk atau pasar.

EKSTERNAL FAKTOR

Kuadran I

I N T E R N A L

Kuadran III


(27)

Kuadran III :

- Perusahaan menghadapi peluang besar tetapi sumberdayanya lemah. Karena itu dapat memaanfaatkan peluang tersebut secara optimal fokus strategi perusahaan pada posisi seperti inilah meminimalkan kendala-kendala internal perusahaan.

Kuadran IV :

- Merupakan kondisi yang serba tidak menguntungkan.

- Perusahaan menghadapi berbagai ancaman eksternal sementara sumber daya yang dimiliki mempunyai banyak kelemahan.

- Strategi yang diambil adalah penciutan dan likuidasi. (Rangkuti, 2008).

Matrik ini dapat menggambarkaan dengan jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan sesuai dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliknya. Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternative strategis yang ditunjukkan pada Gambar 2.

IFAS EFAS

Strength (S) (Kekuatan)

Weakness (W) (Kelemahan)

Oppurtunity (O) (Peluang)

Strategi SO

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi WO

Ciptakan strategi yang meminimalkan

kelemahan untuk memanfaatkan peluang

Threats (T) (Ancaman)

Strategi ST

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi kelemahan

Strategi WT

Ciptakan strategi yang meminimalkan

kelemahan dan

menghindari ancaman Gambar 2. Matriks Analisis SWOT


(28)

• Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran yaitu dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

• Strategi ST

Strategi ini adalah untuk menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan dengan cara menghindari ancaman.

• Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada, dengan cara mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki.

• Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan bersifat defensive atau bisa disebut dengan sikap pertahanan dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

(Rangkuti, 2008).

Komponen strategi operasional dibuat untuk mendukung penerapan misi dan strategi perusahaan, yaitu sebagai berikut :

1. Strategi Kualitas

Perusahaan harus menentukan persepsi konsumen mengenai kualitas yang diharapkan. Ia juga merumuskan secara jelas kebijakan serta prosedur untuk mencapai kualitas seperti yang diharapkan oleh konsumen agar ia dapat bersaing untuk memperoleh keunggulan bersaing.


(29)

2. Strategi Produk

Strategi ini meliputi biaya produksi, kualitas dan penggunaan sumber daya manusia dan interaksi dengan desain produk. Desain produk sering kali terbentur pada kendala produksi yang rendah dan keinginan membuat produk dengan kualitas yang sangat tinggi.

3. Strategi Proses

Proses produksi setiap produk berbeda. Pengambilan keputusan terhadap proses menyangkut komitmen yang diambil oleh pihak manajemen. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan adalah teknologi yang digunakan, kualitas, pendayagunaan tenaga kerja manusia dan peralatan.

4. Strategi Fasilitas

Pengambilan keputusan mengenai fasilitas baik pada industri manufaktur maupun pada industri jasa sangat menentukan tingkat keberhasilan perusahaan. Strategi mengenai fasilitas akan gagal jika perusahaan tidak mengetahui semua peluang untuk meningkatkan efisiensi operasional dari fasilitas yang ada.

(Rangkuti, 2008).

Kerangka Pemikiran

Indonesia sebagai negara maritim yang memiliki luas perairan sebesar 5,8 juta km2 dan panjang garis pantai sebesar 81.000 km mempunyai potensi perikanan yang sangat besar. Kekayaan alam khususnya perikanan yang beraneka ragam dan melimpah adalah kekayaan yang potensinya sangat tinggi. Jika potensi tersebut dapat dikembangkan dan diolah dengan baik tentunya akan menjadi sumber pendapatan dan devisa yang menjanjikan.


(30)

Ikan sendiri merupakan sumber pangan yang sangat baik bagi manusia. Karena selain kaya akan protein, tubuh ikan juga memiliki asam amino yang strukturnya hampir mirip dengan asam amino yang terdapat dalam tubuh manusia. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika permintaan konsumen akan hasil perikanan selalu meningkat dari waktu ke waktu. Tidak hanya di dalam negeri, permintaan akan produk perikanan juga datang dari mancanegara.

Permintaan yang tinggi terhadap produk perikanan sering kali tidak dapat dipenuhi dan distribusi yang kurang merata karena terkendala dalam hal transportasi dan hal lainnya. Fluktuasi hasil perikanan yang disebabkan oleh iklim juga salah satu faktor yang membuat terkadang permintaan tersebut tidak terpenuhi.

Hasil perikanan yang dominan dihasilkan dari aktivitas perikanan tangkap sangat tergantung terhadap iklim dan musim. Pada saat musim panen, produk perikanan sangat melimpah. Namun pada saat musim paceklik, ikan sangat sedikit. Sementara jumlah permintaan konsumen akan produk perikanan relative stabil dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, dibutuhkan pengolahan dan pengawetan ikan. Sehingga kebutuhan terhadap ikan dapat selalu dipenuhi meskipun dalam musim paceklik.

Sifat ikan yang mudah rusak atau busuk juga menjadi alasan pentingnya pengolahan dan pengawetan produk perikanan. Kerusakan atau pembusukan pada ikan dapat disebabkan oleh aktivitas enzim yang terdapat dalam tubuh ikan itu sendiri, aktivitas mikroba maupun oleh proses oksidasi oksigen dari udara. Sehingga dibutuhkan penanganan khusus agar ikan dapat sampai ke tangan konsumen dalam keadaan baik.


(31)

Proses pengolahan perikanan akan memberikan nilai tambah terhadap produk olahan perikanan tersebut. Diversifikasi pengolahan juga menjadi suatu sumber pendapatan tambahan karena konsumen dapat menikmati produk perikanan itu dalam berbagai jenis, tidak hanya menikmati dalam bentuk segar.

Untuk mengetahui besarnya nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan produk perikanan sangat diperlukan analisis nilai tambah dengan menghitung nilai output yang dihasilkan kemudian dikurangkan dengan nilai bahan input yang diperlukan untuk memproduksi produk olahan tersebut.

Dalam setiap usaha, seperti halnya usaha pengolahan perikanan sangat dibutuhkan strategi agar dapat bersaing. Strategi pengembangan agribisnis pengolahan perikanan sangat penting untuk perencanaan dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan usaha tersebut. Baik dari segi jenis produk, skala usaha dan hal lainnya yang dibutuhkan agar dapat bersaing dengan usaha lainnya yang sejenis.

Untuk menentukan strategi pengembangan agroindustri pengolahan perikanan diperlukan analisis faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman). Faktor-faktor tersebut dianalisis dengan memberikan skoring melalui analisis SWOT. Dengan demikian dapat disusun matriks SWOT yang dapat digunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam menentukan strategi yang digunakan dalam mengembangkan usaha pengolahan perikanan.

Penyusunan matriks SWOT dilakukan setelah melalui analisis pembobotan yang berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor. Nilai


(32)

total dari skor tersebut nantinya akan menunjukkan bagaimana komoditi bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternal dan faktor-faktor strategis internalnya.

Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran Analisis dan Strategi Pengembangan Nilai Tambah Produk Perikanan.

Keterangan :

= menyatakan hubungan

= menyatakan pengaruh Produk Perikanan

Nilai Tambah Agroindustri Produk

Perikanan

Berbagai Faktor Penentu

Matriks SWOT

STRATEGI PENGEMBANGAN


(33)

Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan landasan teori yang telah dibuat, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Ada nilai tambah yang diperoleh dari agroindustri produk perikanan di daerah penelitian.

2. Agroindustri produk perikanan dapat dikembangkan secara teknis dan ekonomi di daerah penelitian.


(34)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, daerah yang akan diteliti adalah Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai. Pemilihan daerah ini berdasarkan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan daerah dengan produksi perikanan terbesar di Kabupaten Serdang Bedagai. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.Berikut :

Tabel 1. Produksi Perikanan Menurut Daerah Tangkapan dan Kecamatan, 2010 (ton)

Kecamatan Air Payau Air Tawar Perairan Umum Kotarih Silinda Bintang Bayu Dolok Masihul Serbajadi Sipispis Dolok Merawan Tebing Tinggi Tebing Syahbandar Bandar Khalifah Tanjung Beringin Sei Rampah Sei Bamban Teluk Mengkudu Perbaungan Pegajahan Pantai Cermin - - - - - - - - - 20 40,5 - - 3685,6 31,9 - 1287 127 114 104 145 154 66 119 298 234 110 73 50 58 68 330 68 48 2 3 3 2 1 8 6 7 6 3 4 3,2 2 15 2 4 2

Jumlah Total 5.065 2.166 66,2


(35)

Selain itu, Kecamatan Teluk Mengkudu merupakan kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai yang memiliki jumlah pengusaha dan jumlah produksi pengolahan perikanan yang paling banyak. Seperti yang terlihat pada Tabel 2.Berikut :

Tebel 2. Jumlah Produksi Pengusaha Pengolahan Perikanan di Kabupaten Serdang Bedagai, 2012 Jenis Olahan Kec. Pantai Cermin Kec. Perbaungan Kec. Teluk Mengkudu Kec. Tanjung Beringin Kec. Bandar Khalifah Jumlah Ikan Asin Ikan Pindang Kepiting Kerang/Kepah Daging Kodok Bakso Ikan Ikan Sale Abom Ikan Kerupuk IKan Udang - - 4 1 - 1 - - - - - 1 - - 1 - 1 1 1 - 16 - 3 1 - - - - - 1 7 1 - - - 2 - - - - - - 1 - - - - - - - 23 2 7 3 1 3 1 1 1 1

6 5 21 10 1 43

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serdang Bedagai, 2012 Dari Tabel 2. dapat dilihat bahwa jumlah pengusaha pengolahan perikanan di Kecamatan Teluk Mengkudu Sebanyak 21 pengusaha dari total 43 pengusaha pengolahan perikanan yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai.


(36)

Metode Pengambilan Sampel

Populasi adalah pengusaha pengolahan perikanan yang berada di Kecamatan Teluk Mengkudu. Banyaknya pengusaha pengolahan perikanan di daerah ini adalah 16 pengusaha.

Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah metode sensus. Menurut Supranto (2003), sensus adalah kegiatan pencatatan yang menyeluruh terhadap elemen-elemen yang menjadi obyek penyelidikan. Ini dilakukan terhadap populasi dengan jumlah sedikit. Hal ini juga sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Arikunto (1998) yakni jika subyek penelitian sedikit, maka seluruh subyek dijadikan sampel dan penelitian menjadi penelitian populasi.

Untuk melengkapi data dalam menentukan kebijakan mengenai strategi pengembangan usaha pengolahan perikanan, maka responden akan ditambah dari instansi pemerintah yang terkait. Diantaranya satu orang mewakili Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai, satu orang dari Dinas Perindustrian, satu orang dari Dinas Koperasi dan UKM, serta tiga orang dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serdang Bedagai. Sehingga total responden menjadi 21 orang.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan serta wawancara kepada pengusaha pengolahan perikanan dengan menggunakan daftar pertanyaan/kuisioner. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait dengan penelitian ini, seperti Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serdang Bedagai, Badan Pusat Statistik, Studi literature, dan lain sebagainya.


(37)

Metode Analisis Data

Untuk menyelesaikan hipotesis 1, dilakukan dengan menghitung nilai tambah yang dihasilkan pada proses pengolahan produk perikanan. Dihitung dengan menggunakan pengukuran nilai tambah metode Hayami. Prosedur penghitungan nilai tambah dengan menggunakan metode Hayami adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Kerangka Perhitungan Nilai Tambah metode Hayami

Variabel Nilai

I.Output, Input dan Harga

1. Output (Kg) 2. Input (Kg)

3. Tenaga Kerja (HOK) 4. Faktor Konversi

5. Koefisien Tenaga Kerja (HOK/kg) 6. Harga Output (Rp)

7. Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK)

(1) (2) (3)

(4) = (1) / (2) (5) = (3) / (2) (6)

(7)

II.Penerimaan dan Keuntungan

8. Harga Bahan Baku (Rp/kg) 9. Sumbangan Input Lain (Rp/kg) 10. Nilai Output (Rp/kg)

11. a. nilai tambah (Rp/kg) b. rasio nilai tambah (%)

12. a. pendapatan tenaga kerja (Rp/kg) b. pangsa tenaga kerja (%)

13. a. keuntungan (Rp/kg) b. tingkat keuntungan (%)

(8) (9)

(10) = (4) x (6)

(11a) = (10) – (9) – (8) (11b) = (11a/10) x 100% (12a) = (5) x (7)

(12b) = (12a/11a) x 100% (13a) = (11a) – (12a) (13b) = (13a/11a) x 100%

Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi

14. Marjin (Rp/kg)

a. Pendapatan tenaga kerja b. Sumbangan input lain c. Keuntungan pengusaha

(14) = (10) – (8)

(14a) = (12a/14) x 100% (14b) = (9/14) x 100% (14c) = (13a/14) x 100%

Sumber: Hayami, et all. Agricultural Marketing and Processing In Up Land Java. Dalam Triputra (2011)

Perhitungan dengan menggunakan model tersebut, dalam hal ini dilakukan untuk satu kali proses produksi dari agroindustri produk perikanan. Dalam metode Hayami, ada beberapa hal yang harus dipahami, antara lain: faktor konversi,


(38)

menunjukkan banyaknya produk olahan yang dihasilkan dari satu kilogram bahan baku.

Koefisien tenaga kerja menunjukkan banyaknya tenaga kerja yang diperlukan untuk mengolah satu satuan input. Nilai produk menunjukkan nilai output yang dihasilkan dari satu satuan input. Nilai input lain mencakup nilai dari semua korbanan selain bahan baku dan tenaga kerja langsung yang digunakan selama produksi berlangsung.

Menurut Suprapto (2006) dalam Triputra (2011), kelebihan dari analisis nilai tambah dengan menggunakan metode Hayami adalah:

1. Dapat diketahui besarnya nilai tambah, nilai output, dan produktivitas.

2. Dapat diketahui besarnya balas jasa terhadap pemilik-pemilik faktor produksi. 3. Prinsip nilai tambah menurut Hayami dapat diterapkan pula untuk subsistem

lain diluar pengolahan, misalnya untuk kegiatan pemasaran.

Untuk hipotesis 2, digunakan analisis deskriptif, yaitu dengan matriks SWOT. Matriks ini menggambarkan secara jelas peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi pengusaha pengolahan produk perikanan disesuaikan dengan kelemahan yang dimiliki. Analisis SWOT menyediakan pemahaman realistis tentang hubungan suatu organisasi dengan lingkungannya untuk mendapatkan strategi yang dapat memaksimumkan kekuatan dan peluang serta meminimumkan kelemahan dan ancaman yang ada. Dengan gambaran tersebut kita akan dapat melihat bagaimana strategi pengembangan nilai tambah produk perikanan.

Matriks SWOT menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi, seperti digambarkan pada diagram dibawah ini :


(39)

Tabel 4. Matriks Analisis SWOT IFAS

EFAS

Strength (S) (Kekuatan)

Weakness (W) (Kelemahan) Oppurtunity (O)

(Peluang)

Strategi SO

Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi WO

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Threats (T)

(Ancaman)

Strategi ST

Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan untuk mengatasi kelemahan

Strategi WT

Ciptakan strategi yang

meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Hasil analisis pada tabel matriks faktor strategi internal dan faktor strategi eksternal dipetakan pada matriks posisi. Untuk menentukan posisi strategi pada koordinat kartesius, dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan sumbu vertikal (y) merupakan peluang dan ancaman.

b. Posisi perusahaan ditentukan dengan hasil sebagai berikut :

- Kalau peluang lebih besar daripada ancaman maka nilai y > 0 dan sebaliknya kalau ancaman lebih besar daripada peluang maka nilainya y < 0.

- Kalau kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka nilai x > 0 dan sebaliknya kalau kelemahan lebih besar daripada kekuatan maka nilai x < 0.

(Soepono, 1997).

Setelah titik koordinat ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah menarik garis lurus dari titik titik koordinat tersebut dan melihat titik dimana kedua garis tersebut saling berpotongan. Letak titik potong kedua garis inilah


(40)

Kuadran I :

- Merupakan posisi yang menguntungkan

- Perusahaan mempunyai peluang dan kekuatan sehingga ia dapat memanfaatkan peluang secara maksimal

- Seharusnya menerapkan strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.

Kuadran II :

- Meskipun menghadapi berbagai macam ancaman, perusahaan mempunyai keunggulan sumber daya.

- Perusahaan-perusahaan dalam posisi seperti ini menggunakan kekuatannya untuk memanfaatkan peluang jangka panjang.

- Dilakukan dengan penggunaan diversifikasi produk atau pasar. Kuadran III :

- Perusahaan menghadapi peluang besar tetapi sumberdayanya lemah. Karena itu dapat memaanfaatkan peluang tersebut secara optimal fokus strategi perusahaan pada posisi seperti inilah meminimalkan kendala-kendala internal perusahaan.

Kuadran IV :

- Merupakan kondisi yang serba tidak menguntungkan.

- Perusahaan menghadapi berbagai ancaman eksternal sementara sumber daya yang dimiliki mempunyai banyak kelemahan.

- Strategi yang diambil adalah penciutan dan likuidasi. (Rangkuti, 2008).


(41)

Sebelum melakukan analisis data seperti diatas maka terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data. Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan model matrik faktor strategi internal, matrik faktor strategi eksternal seperti Tabel 5 dibawah ini :

Tabel 5. Model Matrik Faktor Strategi Internal, Matrik Faktor Strategi Eksternal

Rating Kategori Faktor Internal Faktor Eksternal

4 Sangat Baik Kekuatan Peluang

3 Baik Kekuatan Peluang

2 Cukup Baik Kekuatan Peluang

1 Tidak Baik Kekuatan Peluang

-4 Sangat Baik Kelemahan Ancaman

-3 Baik Kelemahan Ancaman

-2 Cukup Baik Kelemahan Ancaman

-1 Tidak Baik Kelemahan Ancaman

Total Skor

Setiap faktor internal dan faktor eksternal peluang diberi kategori sangat baik sampai tidak baik dan diberi rating mulai dari 4 untuk kategori sangat baik sampai 1 untuk kategori tidak baik. Sedangkan setiap faktor internal kelemahan dan faktor eksternal ancaman diberi kategori sangat baik sampai tidak baik dan diberi rating mulai dari -4 untuk kategori sangat baik sampai -1 untuk kategori tidak baik. Dapat dilihat pada Tabel 6.


(42)

Tabel 6. Faktor Strategi Internal/Eksternal

Faktor Strategi

Internal/Eksternal Rating Bobot

Skoring (Rating x Bobot)

Kekuatan/Peluang : 1.

2. 3. Dst

Total Bobot Kekuatan/Peluang 100

Kelemahan/Ancaman : 1.

2. 3. Dst

Total bobot Kelemahan/Ancaman 100

Selisih Kekuatan-Kelemahan/ peluang-Ancaman

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeiruan dalam penafsiran penelitian ini, maka perlu dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut

Definisi

1. Produk Perikanan yaitu produk yang dihasilkan dari penangkapan ikan dilaut yakni berupa ikan.

2. Strategi pengembangan nilai tambah agroindustri produk perikanan adalah cara-cara yang efisien dan sistematis untuk mengembangkan usaha pengolahan perikanan di masa yang akan datang.

3. Nilai tambah adalah tambahan keuntungan yang diperoleh para pengusaha pengolahan perikanan dengan penjualan produk olahan dibandingkan dengan


(43)

penjualan ikan segar. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai output dengan harga bahan baku dan sumbangan input lain dengan satuan Rp/kg. 4. Pengolahan perikanan adalah pengolahan produk ikan ke dalam berbagai

bentuk agar dapat didistribusikan dan sampai ke tangan konsumen dalam keadaan baik.

5. Input produksi agroindustri produk perikanan adalah bahan baku, bahan penunjang, tenaga kerja, modal dan teknologi.

6. Bahan baku adalah segala sesuatu atau bahan-bahan dasar yang dipakai untuk memulai suatu produksi yang akan menghasilkan suatu produk yang baru. 7. Faktor internal merupakan kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang

dimiliki pengusaha pengolahan perikanan.

8. Faktor eksternal adalah peluang dan ancaman yang ada pada usaha pengolahan perikanan.

9. Kekuatan adalah situasi dan kemampuan internal yang bersifat positif yang memungkinkan organisasi/perusahaan memenuhi keuntungan strategic dalam mencapai visi dan misi.

10.Kelemahan adalah masalah atau kekurangan yang perlu diminimalkan dalam usaha pengolahan perikanan yang berasal dari dalam atau internal.

11.Peluang adalah kesempatan-kesempatan yang mendukung usaha pengolahan perikanan.

12.Ancaman adalah masalah-masalah yang perlu dihindari dalam usaha pengolahan perikanan.


(44)

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Responden adalah pengusaha yang melakukan usaha pengolahan perikanan di Kecamatan Teluk Mengkudu.


(45)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Luas dan Letak Geografis Kecamatan Teluk Mengkudu

Secara geografis, Kecamatan Teluk Mengkudu terletak pada bagian utara Kabupaten serdang Bedagai. Luas wilayah Kecamatan Teluk Mengkudu adalah 69,95 km2, sebagian besar merupakan dataran rendah. Berdasarkan luas desa di Kecamatan Teluk Mengkudu, luas desa terbesar adalah Desa Matapao dengan luas 12,06 km2 atau sekitar 18,02% dari luas total kecamatan Teluk Mengkudu, diikuti Desa Sentang dengan luas 8,88 km2 atau 13,26 %, kemudian Desa Liberia dengan luas 7,62 km2 atau 11,39 %. Luas desa terkecil adalah Desa Sialang Buah dengan luas 1,68 km2 atau sekitar 2,52 persen dari total luas Kecamatan Teluk Mengkudu. Ibukota Kecamatan mengkudu berada di desa Pematang Guntungan. Jarak antara pusat pemerintahan dengan kantor Bupati Serdang Bedagai lebih kurang 17 km.

Kecamatan Teluk Mengkudu terdiri dari 12 desa, dan 66 dusun. Jumlah dusun terbanyak ada di Desa Sei Buluh yaitu 10 dusun, sedangkan dusun terkecil ada di Desa Liberia dan Desa Sentang masing-masing terdiri dari tiga dusun. Berdasarkan klasifikasi swakarya, swadaya dan swasembada, Kecamatan Teluk Mengkudu terdiri atas empat desa swakarya dan delapan desa swasembada. Yang tergolong desa swakarya adalah Desa Makmur, Pematang Guntung, Sentang, dan Desa Bogak Besar. Sedangkan desa-desa yang lainnya adalah tergolong desa swasembada.


(46)

Kecamatan Teluk Mengkudu mempunyai batas wilayah sebagai berikut :

• Sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka

• Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Tanjung Beringin dan kecamatan Sei Rampah.

• Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Sei Rampah.

• Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Perbaungan.

4.2 Penduduk dan Tenaga Kerja

Jumlah penduduk Kecamatan Teluk Mengkudu, berdasarkan proyeksi penduduk pertengahan tahun 2011 sebanyak 41.469 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 20.904 jiwa (50,41%) dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 20.565 jiwa (49,59%). Rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk kecamatan Teluk Mengkudu sebesar 102 %, yang berarti dalam setiap 100 penduduk perempuan ada 102 penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 79,91 km2, maka rata-rata kepadatan penduduk kecamatan Teluk Mengkudu mencapai 519 jiwa/km2. Desa Sialang Buah adalah desa yang mempunyai kepadatan penduduk terbesar yaitu 1.649 jiwa/km2, sedangkan kepadatan penduduk terkecil adalah Desa Matapao sebesar 140 jiwa/km2. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7 berikut :


(47)

Tabel 7. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Jenis Kelamin, Rasio Jenis Kelamin dan Kepadatan Penduduk per km2 di Kecamatan Teluk Mengkudu Tahun 2011

No. Desa

Luas Wilayah

(Km2)

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Jenis Kelamin Rasio Jenis Kelamin

Kepadatan Pendudk/km2

Laki-laki Perempuan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Sei Buluh Liberia Pematang Setrak Matapao Makmur Pasar Baru

Pekan Sialang Buah Sialang Buah Pematang Guntung Sentang Bogak Besar Pematang Kuala 6,95 7,62 5,36 12,06 2,09 6,70 2,51 1,68 3,85 8,88 6,28 2,93 9673 1937 3997 2011 1786 2363 3829 3315 3457 2231 4392 2478 4830 950 1986 1042 898 1187 1915 1732 1738 1140 2203 1283 4843 987 2011 969 888 1176 1914 1583 1719 1091 2189 1195 99,73 96,25 98,76 107,53 101,13 100,94 100,05 109,41 101,10 104,49 100,64 107,36 1391 254 745 167 853 353 1523 1969 897 251 699 845

Jumlah 66,95 41469 20904 20565 101,65 619

Sumber : Proyeksi BPS Kabupaten Serdang Bedagai

Jumlah penduduk Kecamatan Teluk Mengkudu berdasarkan suku bangsa dapat dilihat pada Tabel 8. berikut ini :

Tabel 8. Banyaknya Penduduk Menurut Suku Bangsa Dirinci per Desa Tahun 2011

No Desa Jawa Melayu Karo

Simalu-ngun Toba

Manda-iling Minang Banjar Lainnya

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Sei Buluh Liberia Pematang Setrak Matapao Makmur Pasar Baru Pekan Sialang Buah Sialang Buah Pematang Guntung Sentang Bogak Besar Pematang Kuala 6858 1690 2149 1551 635 1520 546 132 533 374 401 247 168 35 117 42 44 454 1820 437 67 1030 246 1477 75 41 24 31 13 13 33 19 5 - 11 12 52 30 34 20 20 - 94 102 8 56 28 26 510 104 214 100 220 48 831 2052 22 196 752 366 777 102 675 103 330 55 118 76 78 32 45 73 637 37 22 8 - 21 57 21 13 - - 19 393 97 585 95 138 154 329 390 2652 532 3040 194 250 65 195 63 395 104 212 196 60 72 102 68

Jumlah 16639 5937 277 470 5415 2464 835 8599 1782

Sumber : Koordinator Statistik Kecamatan Teluk Mengkudu

Dari Tabel 8. dapat dilihat bahwa penduduk Teluk Mengkudu terbesar adalah bersuku jawa dengan jumlah penduduk 16.639 jiwa. Kemudian disusul


(48)

dengan jumlah 277 jiwa. Penduduk Teluk Mengkudu didominasi oleh suku jawa yang memiliki spirit usaha yang tinggi. Terutama dalam usaha pengolahan makanan, suku jawa adalah suku yang memiliki keterampilan yang tinggi.

Jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kecamatan Teluk Mengkudu dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2011

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Jiwa Persentase

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65+ 5860 5466 4908 4162 3504 3007 2787 2469 2312 2173 1968 1646 1098 1053 13,817 12,888 11,572 9,813 8,262 7,09 6,571 5,821 5,451 5,123 4,64 3,881 2,589 2,483

Total 42413 100

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Dari Tabel 9. dapat dilihat bahwa penduduk Kecamatan Teluk Mengkudu yang berada pada kelompok umur 0-4 tahun merupakan angka terbesar, yakni 5860 jiwa atau sebesar 13,817% dari jumlah total penduduk, kemudian disusul oleh kelompok umur 5-9 tahun dengan jumlah 5466 jiwa atau sekitar 12,888% dari jumlah total penduduk. Kelompok umur yang memiliki jumlah terkecil


(49)

adalah kelompok umur 65+ dengan jumlah 1053 jiwa atau sekitar 2,483% dari jumlah total penduduk.

Namun jika disusun berdasarkan kriteria kelompok produktif dengan nonproduktif, maka kelompok produktif (15-54 tahun) merupakan kelompok yang dominan atau mayoritas dengan jumlah sebesar 22382 jiwa atau sekitar 52,772% dari jumlah total penduduk. Kelompok non produktif berkisar 20031 jiwa atau 47,228 dari jumlah total penduduk. Dari angka ini dapat dilihat bahwa antara penduduk yang produktif dengan penduduk yang non produktif memiliki perbandingan yang hampir sama besar atau mendekati perbandingan 1:1, artinya setiap 1 orang penduduk yang produktif harus menanggung 1 orang penduduk yang tidak produktif.

Tabel 10. Perkiraan Mata Pencaharian Kepala Rumah Tangga Dirinci Tiap Desa Tahun 2011

No Desa Petani Pedagang Nelayan Pegawai Negeri

Karyawan Swasta

Karyawan

kebun Lainnya

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Sei Buluh Liberia Pematang Setrak Matapao Makmur Pasar Baru P. Sialang Buah Sialang Buah P. Guntung Sentang Bogak Besar Pematang Kuala 1304 33 475 66 330 300 171 220 395 137 301 78 332 66 209 46 68 70 253 139 118 61 191 74 18 - 7 - 5 137 307 332 195 256 434 326 68 78 41 20 14 22 58 14 20 8 30 15 75 18 30 6 4 8 22 13 5 10 40 10 219 217 58 326 16 17 - - 4 - 16 21 304 45 90 21 24 36 106 68 99 65 91 61


(50)

Dari Tabel 10. Dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbesar Kecamatan Teluk Mengkudu berprofesi sebagai petani dengan jumlah 3810 jiwa. Disusul oleh profesi nelayan dengan jumlah sebesar 2019 jiwa. Sedangkan profesi terkecil adalah penduduk dengan profesi sebagai karyawan swasta dengan jumlah sebesar 896 jiwa.


(51)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Ketersediaan Sarana Produksi 5.1.1 Ikan

Ikan merupakan bahan pokok dalam pembuatan ikan asin. Ketersediaan ikan untuk usaha pengolahan ikan asin di daerah penelitian sangat tergantung pada hasil tangkapan nelayan di laut. Beberapa pengusaha ikan melakukan kerjasama dengan nelayan, dimana pengusaha memberikan kapal mereka dipergunakan oleh nelayan untuk melaut dengan catatan, seluruh hasil tangkapan mereka harus dijual kepada pengusaha tersebut. Kerjasama ini sangat menguntungkan kepada kedua belah pihak. Pengusaha terbantu oleh nelayan untuk memenuhi kebutuhan ikan dalam pengolahan ikan asin, dan nelayan sangat terbantu karena dapat melaut dan menambah pendapatan mereka.

Di daerah penelitian ada tiga jenis ikan yang umum digunakan oleh pengusaha sebagai bahan baku pengolahan ikan asin, yakni ikan gulama, ikan kasai dan ikan bintang timur. Tingkat harga beli ikan ini juga bervariasi pada setiap pengusaha ikan asin. Rata-rata harga beli untuk masing-masing jenis ikan adalah Rp 3.500,00/kg untuk jenis ikan gulama dan ikan kasai. Sedangkan untuk ikan bintang timur, harga beli rata-rata adalah Rp 1.500,00/kg.

5.1.2 Garam

Garam merupakan bahan tambahan untuk menghasilkan ikan asin. Selain untuk menambah rasa asin pada ikan, garam ini juga berfungsi untuk meningkatkan daya simpan ikan. Banyak jumlah garam yang digunakan rata-rata


(52)

yang akan diolah. Garam ini diperoleh dari toko-toko penyedia yang ada disekitar lokasi usaha pengolahan ikan asin. Untuk setiap 1 sak (50 kg) garam dibeli oleh pengusaha dengan harga Rp 55.000,00. Dengan demikian untuk tiap 1 kg garam yang digunakan pengusaha memerlukan biaya sebesar Rp 1.100,00.

5.1.3 Peralatan Produksi

Peralatan produksi meliputi pisau untuk membelah ikan, tong atau fiber yang digunakan untuk merendam ikan dan mencampur garam, alat untuk penjemuran yang berbentuk persegi panjang yang kelilingnya dibuat dari kayu dan dibagian tengahnya berbentuk seperti jaring yang berfungsi untuk tempat ikan, serta goni untuk tempat ikan asin yang telah kering dan siap untuk dipasarkan.

5.1.4 Modal

Modal adalah dana yang dipakai untuk memulai sebuah usaha. Modal merupakan salah satu faktor internal yang harus tersedia untuk berlangsungnya suatu usaha. Modal diperlukan untuk membeli sarana produksi seperti ikan, garam dan peralatan produksi.

Modal usaha yang diperlukan untuk usaha pengolahan ikan asin adalah modal dari pengusaha sendiri. Modal yang dibutuhkan mulai dari Rp 500.000 – Rp 5.000.000,. Modal sangat menentukan jumlah produksi pengusaha pengolahan ikan asin.

5.1.5 Tenaga Kerja

Dalam pengolahan ikan asin sangat membutuhkan tenaga kerja dari luar keluarga terutama dalam pembelahan ikan segar dan pencucian. Tenaga kerja ini diperoleh pengusaha disekitar lokasi usaha. Rata-rata pengusaha memiliki


(53)

pegawai tetap yang bekerja di lokasi produksi, yang mereka sebut dengan gudang. Untuk tenaga kerja lepas, diupah sesuai dengan jenis pekerjaannya. Untuk pembelahan ikan, tenaga kerja diupah sebesar Rp 1.000,00 untuk setiap 1 kg ikan yang mereka belah. Tenaga kerja dalam pembelahan ikan ini biasanya merangkap sampai pada proses pencucian.

Untuk proses penggaraman, beberapa pengusaha menggunakan tenaga kerja luar dan sebagian lainnya menggunakan tenaga kerja dari keluarga sendiri. Untuk proses penggaraman dan perendaman ikan, tenaga kerja diupah sebesar Rp 20.000,- untuk 1 orang pekerja.

Setelah direndam 1 malam, ikan lalu dijemur dibawah terik matahari. Ikan diletakkan pada alat jemur kemudian diletakkan diatas bambu yang melintang. Untuk proses penjemuran, tenaga kerja diupah sebesar Rp 50.000 per hari.

5.2 Analisis Nilai Tambah Pengolahan Ikan Asin

Nilai Tambah merupakan pertambahan nilai yang terjadi karena suatu komoditi mengalami proses pengolahan, pengangkutan, dan penyimpanan dalam suatu proses produksi (penggunaan/pemberian input fungsional). Besarnya nilai tambah dipengaruhi oleh faktor teknis dan faktor non teknis. Informasi yang diperoleh dari hasil analisis nilai tambah adalah besarnya nilai tambah, rasio nilai tambah, marjin dan balas jasa yang diterima oleh pemilik-pemilik faktor produksi (Sudiyono, 2004).

Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui nilai tambah yang diperolah dari pengolahan ikan sehingga menjadi ikan asin adalah metode hayami. Perhitungan nilai tambah yang dilakukan pada proses pengolahan ikan dengan tujuan untuk mengukur besarnya nilai tambah yang terjadi akibat adanya proses


(54)

pengolahan ikan menjadi ikan asin yang siap dipasarkan. Analisis nilai tambah berguna untuk menguraikan masing-masing faktor produksi menurut sumbangan masing-masing faktor produksi, serta berguna untuk mengetahui distribusi nilai tambah terhadap tenaga kerja.

Nilai tambah dihitung dengan merata-ratakan jumlah penggunaan ikan untuk masing-masing jenis ikan. Setelah perhitungan selesai dilakukan, kemudian diidentifikasi masing-masing nilai tambah yang didapat dan berbagai perhitungan lain yang dilakukan dengan menggunakan model hayami tersebut. Secara rinci, perhitungan dengan menggunakan metode hayami berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan, dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Perhitungan Nilai Tambah Pengolahan Ikan Asin

Variabel Nilai

I.Output, Input dan Harga

1. Output (Kg) 2. Input (Kg)

3. Tenaga Kerja (HKP) 4. Faktor Konversi

5. Koefisien Tenaga Kerja (HKP/kg) 6. Harga Output (Rp)

7. Upah Tenaga Kerja (Rp/HKP)

147,5 368,75 13,0625 0,4 0,035 10.000 42.966,5

II.Penerimaan dan Keuntungan

8. Harga Bahan Baku (Rp/kg) 9. Sumbangan Input Lain (Rp/kg) 10. Nilai Output (Rp/kg)

11. a. nilai tambah (Rp/kg) b. rasio nilai tambah (%)

12. a. pendapatan tenaga kerja (Rp/kg) b. pangsa tenaga kerja (%)

13. a. keuntungan (Rp/kg) b. tingkat keuntungan (%)

1.500 275 4.000 2.225 55,6 % 1.503,8 67,59 % 779,11 35,016 %

Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi

14. Marjin (Rp/kg)

a. Pendapatan tenaga kerja b. Sumbangan input lain c. Keuntungan pengusaha

2.500 60,15 % 11 % 31,164 % Sumber :Analisis data primer (Lampiran 1,2 dan 3)


(55)

Penjelasan mengenai perhitungan pada Tabel 11. adalah sebagai berikut : Input,Output dan Harga

Rata-rata ikan asin yang dihasilkan oleh pengusaha adalah sebesar 147,5 kg dengan mengolah ikan segar sebanyak 368,75 kg. Nilai rata-rata ini diperoleh dengan menjumlahkan seluruh output berupa ikan asin kemudian dibagi dengan jumlah responden yaitu sebanyak 16 pengusaha ikan asin. Hal yang sama juga dilakukan pada kebutuhan input. Seluruh jenis ikan yang digunakan untuk memproduksi ikan asin dijumlahkan lalu dibagi dengan jumlah pengusaha. Sehingga faktor konversi adalah sebesar 0,4. Faktor konversi ini diperoleh dengan membandingkan antara rata-rata output dengan rata-rata input produksi. Faktor konversi ini menunjukkan bahwa setiap 1 kg ikan segar yang diolah akan menghasilkan ikan asin seberat 0,4 kg.

Rata-rata tenaga kerja yang digunakan dalam pengolahan ikan asin adalah sebanya 13,0625 HKP, sehingga koefisien tenaga kerja yang digunakan dalam mengolah 1 kg ikan asin adalah 0,035 dengan upah tenaga kerja sebesar Rp 42.966,5/HKP. Rata-rata tenaga kerja yang digunakan diperoleh dari jumlah seluruh tenaga kerja yang digunakan dalam proses pembuatan ikan asin, kemudian jumlah tersebut dibagi dengan jumlah pengusaha ikan asin. Koefisien tenaga kerja diperoleh dari perbandingan rata-rata tenaga kerja yang digunakan dengan rata-rata input yang digunakan dalam proses pengolahan ikan asin. Upah tenaga kerja diperoleh dengan menjumlahkan seluruh biaya tenaga kerja kemudian dibagi dengan dengan jumlah seluruh tenaga kerja.


(56)

Penerimaan dan Keuntungan

Rata-rata harga bahan baku yang digunakan dalam pengolahan ikan asin adalah sebesar Rp 1.500/ kg ikan segar. Sumbangan input lain berupa garam adalah sebesar Rp 275/kg ikan segar. Sumbangan input lain ini diperoleh dari hasil kali harga garam per kilogram dengan banyaknya garam yang digunakan untuk 1kg ikan segar. Harga garam per kilogramnya adalah Rp. 1.100,00 dan jumlah garam yang digunakan adalah 1 kg untuk 4 kg ikan. Sehingga diperoleh jumlah garam yang digunakan untuk 1 kg ikan adalah 0,25 kg. Sehingga sumbangan garam diperoleh Rp. 1.100 X 0,25 kg, maka diperoleh nilai Rp. 275,00. Nilai output yang diperoleh pengusaha yakni sebesar Rp 4.000/kg ikan asin. Nilai output ini diperoleh dengan mengalikan faktor konversi sebesar 0,4 dengan harga output sebesar Rp. 10.000,00.

Nilai tambah yang diperoleh pengusaha dalam memproduksi ikan asin adalah sebesar Rp 2.225/kg ikan asin. Nilai ini diperoleh dengan mengurangkan nilai output sebesar Rp. 4.000,00 dengan harga bahan baku sebesar Rp. 1.500,00 dan sumbangan input lain (garam) sebesar Rp. 275,00. Rasio nilai tambah ini adalah sebesar 55,6 % dari nilai output. Pendapatan tenaga kerja sebesar Rp 1.503,8/kg ikan asin yang dihasilkan. Pendapatan tenaga kerja ini diperoleh dengan mengalikan koefisien tenaga kerja sebesar 0,035 dengan upah tenaga kerja sebesar Rp. 42.966,5/HKP. Sehingga diperoleh pangsa tenaga kerja sebesar 67,59%. Nilai pangsa tenaga kerja ini diperoleh dengan membagikan pendapatan tenaga kerja dengan nilai tambah kemudian dikalikan dengan 100%.

Sedangkan keuntungan yang diperoleh pengusaha adalah sebesar Rp 779,11/kg ikan asin yang dihasilkan. Nilai ini diperoleh dari pengurangan nilai


(57)

tambah sebesar Rp. 2.225,00 terhadap pendapatan tenaga kerja sebesar Rp. 1.446,89. Tingkat keuntungan pengusaha adalah 35,016%. Tingkat keuntungan ini diperoleh dengan membagikan keuntungan Rp. 779,11 terhadap nilai tambah Rp. 2.225,00 kemudian dikali dengan 100%.

Balas jasa Pemilik Faktor Produksi

Margin diperoleh dari pengurangan nilai output sebesar Rp. 4.000,00 dengan harga bahan baku sebesar Rp. 1.500,00. Nilai margin yang diperoleh pengusaha pengolahan ikan asin adalah sebesar Rp 2.500/kg ikan asin. Bagian pendapatan tenaga kerja diperoleh dari hasil bagi antara pendapatan tenaga kerja sebesar Rp. 1.503,8 dengan marjin sebesar Rp. 2.500,00 dikali dengan 100%. Nilai balas jasa pendapatan tenaga kerja yang diperoleh adalah sebesar 60,15%.

Balas jasa untuk sumbangan input lain diperoleh dari hasil bagi antara sumbangan input lain sebesar Rp. 275,00 dengan marjin sebesar Rp. 2.500,00 dikalikan dengan 100%. Maka nilai balas jasa sumbangan input lain yang diperoleh adalah sebesar 11%. Sedangkan nilai balas jasa untuk keuntungan pengusaha diperoleh dari hasil bagi keuntungan sebesar Rp. 779,11 dengan marjin sebesar Rp. 2.500,00 dikalikan dengan 100%, sehingga diperoleh nilai balas jasa untuk keuntungan pengusaha sebesar 31,164%.

5.3 Analisis SWOT, Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) dan Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) pada Pengembangan Pengolahan Ikan Asin.

Berdasarkan peninjauan di daerah penelitian dan sesuai dengan beberapa metode yang digunakan untuk mengetahui faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) pada pengolahan ikan


(58)

asin. Tahap pertama adalah tahapan pengumpulan data. Melalui tahap ini maka diketahui faktor internal dan eksternal sebagai berikut :

a. Beberapa kekuatan pada pengolahan ikan asin di daerah penelitian 1. Mutu Output mampu bersaing di pasar

Mutu output berupa ikan asin yang dihasilkan oleh pengusaha ikan dianggap telah mampu bersaing di pasar. Bahkan beberapa pengusaha mengakui bahwa mutu produk ikan asin yang dihasilkan merupakan mutu yang sangat dicari oleh konsumen. Beberapa pengusaha tidak hanya memasok kebutuhan ikan asin di sekitar daerah penelitian (Kabupaten Serdang Bedagai), bahkan mereka juga telah mampu memasok kebutuhan konsumen hingga keluar kabupaten seperti Medan, Kabupaten Simalungun (Siantar) dan beberapa Kabupaten lainnya yang berada di Provinsi Sumatera Utara.

2. Ketersediaan Tenaga Kerja yang Melimpah

Ketersediaan tenaga kerja di daerah penelitian tergolong sangat melimpah. Setiap hari selalu ada tenaga kerja yang siap untuk dipekerjakan dalam pengolahan ikan asin. Bahkan pengusaha tidak perlu lagi mencari tenaga kerja, justru malah sebaliknya, tenaga kerja yang mencari pengusaha untuk menawarkan jasa mereka.

3. Biaya Tenaga Kerja

Ketersediaan tenaga kerja yang melimpah membuat biaya tenaga kerja juga tidak terlalu mahal. Menurut beberapa pengusaha dan beberapa pegawai pemerintahan yang berkaitan dengan pengolahan ikan asin, biaya tenaga kerja di daerah penelitian tergolong sangat rendah. Untuk proses pembelahan ikan, tenaga kerja hanya diupah Rp 1.000/kg ikan segar yang mereka belah. Hal ini tentunya


(59)

menjadi faktor internal yang dapat mendorong pengembangan usaha pengolahan ikan asin.

4. Keterampilan Mengolah Ikan

Pengusaha memiliki keterampilan yang mendukung dalam mengolah ikan asin. Hal ini terbukti dari mutu ikan asin yang mereka hasilkan. Keterampilan mengolah ikan merupakan faktor penting dalam usaha pengolahan ikan asin. Tanpa keterampilan dalam mengolah ikan asin, pengusaha akan sulit bersaing di pasar.

5. Proses Pengolahan yang Tidak Rumit

Proses pengolahan ikan asin tergolong sangat mudah untuk dilakukan. Proses pengolahan hanya meliputi pembelahan ikan, perendaman dan penggaraman serta proses penjemuran dan pengememasan.

b. Beberapa Kelemahan dalam Pengolahan Ikan Asin 1. Teknologi yang digunakan masih sangat sederhana

Secara umum, teknologi yang digunakan oleh pengusaha ikan asin masih sangat sederhana. Seluruh proses pengolahan masih menggunakan cara dan alat yang tradisional. Teknologi ini sebenarnya merupakan faktor yang sangat penting. Teknologi akan berpengaruh pada jumlah produksi dan mutu produksi yang dihasilkan.

2. Ketersediaan input produksi yang tidak stabil

Bahan baku produksi berupa ikan segar sangat tergantung pada hasil tangkapan nelayan di laut. Hasil tangkapan nelayan akan sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim. Hasil tangkapan ikan nelayan cenderung berfluktuasi tajam,


(60)

sehingga pasokan untuk bahan baku pembuatan ikan asin juga tidak stabil. Hal ini akan menyebabkan kurangnya produksi.

3. Kemasan yang tidak menarik

Pengusaha ikan asin di daerah penelitian, mengemas ikan asin yang dihasilkan dalam wadah goni atau keranjang. Kemasan yang tergolong kurang menarik ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan produk ikan asin yang mereka hasilkan tidak bersaing di pasar modern. Mutu ikan asin yang bagus disertai dengan kemasan ikan yang menarik tentunya akan membuat konsumen lebih tertarik.

4. Modal yang sangat terbatas

Beberapa usaha pengolahan ikan asin di daerah penelitian tergolong usaha mikro, sedangkan sebagian besar usaha pengolahan ikan asin masih tergolong usaha rumah tangga. Untuk usaha rumah tangga, modal merupakan faktor pembatas yang membatasi jumlah produksi. Modal yang sedikit menyebabkan penggunaan input juga terbatas. Hal ini tentunya membuat produksi ikan asin juga sangat kecil.

5. Biaya Input

Untuk sebagian besar pengusaha khususnya usaha rumahtangga, biaya input dirasakan masih tergolong mahal. Mengingat jumlah modal mereka yang terbatas dan harga jual yang masih relatif rendah.


(1)

Wibisono, Agus. 2010. Analisis SWOT. Dikutip dari:


(2)

Lampiran 1. Distribusi Penggunaan Biaya Input Produksi

Sambungan Lampiran 1. Distribusi Penggunaan Biaya Input Produksi

No

Ikan

Gulama Kasai Bintang Timur

Kg Harga/kg Biaya

(Rp) Kg Harga/kg

Biaya

(Rp) kg Harga/kg

Biaya (Rp) 1 300 3.500 1.050.000 300 3.500 1.050.000 400 1.500 600.000 2 100 3.500 350.000 100 3.500 350.000 0 1.500 0 3 50 3.500 175.000 50 3.500 175.000 0 1.500 0 4 100 3.500 350.000 100 3.500 350.000 0 1.500 0 5 200 3.500 700.000 100 3.500 350.000 0 1.500 0 6 100 3.500 350.000 200 3.500 700.000 500 1.500 750.000 7 50 3.500 175.000 0 3.500 0 200 1.500 300.000 8 100 3.500 350.000 100 3.500 350.000 0 1.500 0 9 400 3.500 1.400.000 100 3.500 350.000 0 1.500 0 10 300 3.500 1.050.000 100 3.500 350.000 200 1.500 300.000 11 100 3.500 350.000 50 3.500 175.000 0 1.500 0 12 200 3.500 700.000 50 3.500 175.000 100 1.500 150.000 13 100 3.500 350.000 100 3.500 350.000 100 1.500 150.000 14 50 3.500 175.000 50 3.500 175.000 0 1.500 0 15 100 3.500 350.000 50 3.500 175.000 0 1.500 0 16 300 3.500 1.050.000 200 3.500 700.000 200 1.500 300.000 Total 2.550 56.000 8.925.000 1.650 56.000 5.775.000 1.700 24.000 2.550.000

Rata-rata 159,375 3.500 55.7812,5 103,125 3.500 360.937,5 106,25 1.500 159.375

Total Ikan (kg)

Total Biaya Ikan Garam

kg Harga/kg Biaya (Rp) 1.000 2.700.000 400 1.100 440.000

200 700.000 80 1.100 88.000 100 350.000 40 1.100 44.000 200 700.000 80 1.100 88.000 300 1.050.000 120 1.100 132.000 800 1.800.000 320 1.100 352.000 250 475.000 100 1.100 110.000 200 700.000 80 1.100 88.000 500 1.750.000 200 1.100 220.000 600 1.700.000 240 1.100 264.000 150 525.000 60 1.100 66.000 350 1.025.000 140 1.100 154.000 300 850.000 120 1.100 132.000 100 350.000 40 1.100 44.000 150 525.000 60 1.100 66.000 700 2.050.000 280 1.100 308.000 5.900 17.250.000 2.360 17.600 2.596.000


(3)

Lampiran 2. Distribusi Penggunaan Tenaga Kerja

No Pembelahan Ikan Perendaman dan Penggaraman Penjemuran dan Pengemasan TKDK (HKP) Biaya (Rp) TKLK (HKP) Biaya (Rp) TKDK (HKP) Biaya (Rp) TKLK (HKP) Biaya (Rp) TKDK (HKP) Biaya (Rp) TKLK (HKP) Biaya (Rp) 1 0 0 20 1.000.000 0 0 5 100.000 0 0 3 150.000 2 0 0 5 200.000 0 0 2 40.000 1 50.000 0 0 3 2 40.000 3 60.000 1 20.000 0 0 1 50.000 0 0 4 0 0 5 200.000 0 0 2 40.000 2 100.000 0 0 5 0 0 5 300.000 0 0 3 60.000 2 100.000 0 0 6 0 0 20 800.000 0 0 5 100.000 0 0 3 150.000 7 0 0 10 250.000 0 0 3 60.000 0 0 2 100.000 8 0 0 5 200.000 0 0 3 60.000 0 0 3 150.000 9 2 100.000 5 400.000 2 40.000 2 40.000 2 100.000 2 100.000 10 0 0 10 600.000 0 0 5 100.000 0 0 5 250.000 11 2 150.000 0 0 2 40.000 0 0 2 100.000 0 0 12 2 140.000 3 210.000 2 40.000 0 0 2 100.000 0 0 13 0 0 5 300.000 0 0 5 100.000 0 0 3 150.000 14 2 100.000 0 0 2 40.000 0 0 2 100.000 0 0 15 2 150.000 0 0 2 40.000 0 0 2 100.000 0 0 16 0 0 10 700.000 0 0 3 60.000 0 0 5 250.000 Total 12 680.000 106 5.220.000 11 220.000 38 760.000 16 800.000 26 1.300.000

Rata-rata 0.75 42.500 6.625 326.250 0.6875 13.750 2.375 47.500 1 50.000 1.625 81.250

Sambungan Lampiran 2. Distribusi Penggunaan Tenaga Kerja

Total TKDK (HKP) Total Biaya TKDK (Rp) Total TKLK (HKP) Total Biaya TKLK (Rp) Total Tenaga Kerja (HKP) Total Biaya Tenaga Kerja (Rp)

0 0 28 1.250.000 28 1.250.000 1 50.000 7 240.000 8 290.000 4 110.000 3 60.000 7 170.000 2 100.000 7 240.000 9 340.000 2 100.000 8 360.000 10 460.000 0 0 28 1.050.000 28 1.050.000

0 0 15 410..000 15 410.000

0 0 11 410.000 11 410.000

6 240.000 9 540.000 15 780.000

0 0 20 950.000 20 950.000

6 290.000 0 0 6 290.000

6 280.000 3 210.000 9 490.000

0 0 13 550.000 13 550.000

6 240.000 0 0 6 240.000

6 290.000 0 0 6 290.000

0 0 18 1.010.000 18 1.010.000 39 1700.000 170 7.280.000 209 8.980.000 2.4375 106.250 10.625 455.000 13.0625 561.250


(4)

Lampiran 3. Distribusi Penerimaan Usaha Pengolahan Ikan Asin

No Produksi Ikan Total Penerimaan (Rp)

Gulama Kasai Bintang Timur

Kg Harga /kg

Penerimaan (Rp) Kg

Harga /kg

Penerimaan (Rp) Kg

Harga /kg

Penerimaan (Rp)

1 120 5.000 600.000 120 5.000 600.000 160 10.000 1.600.000 2.800.000 2 40 5.000 200.000 40 5.000 200.000 0 10.000 0 400.000 3 20 5.000 100.000 20 5.000 100.000 0 10.000 0 200.000 4 40 5.000 200.000 40 5.000 200.000 0 10.000 0 400.000 5 80 5.000 400.000 40 5.000 200.000 0 10.000 0 600.000 6 40 5.000 200.000 80 5.000 400.000 200 10.000 2.000.000 2.600.000 7 20 5.000 100.000 0 5.000 0 80 10.000 800.000 900.000 8 40 5.000 200.000 40 5.000 200.000 0 10.000 0 400.000 9 160 5.000 800.000 40 5.000 200.000 0 10.000 0 1.000.000 10 120 5.000 600.000 40 5.000 200.000 80 10.000 800.000 1.600.000 11 40 5.000 200.000 20 5.000 100.000 0 10.000 0 300.000 12 80 5.000 400.000 20 5.000 100.000 40 10.000 400.000 900.000 13 40 5.000 200.000 40 5.000 200.000 40 10.000 400.000 800.000 14 20 5.000 100.000 20 5.000 100.000 0 10.000 0 200.000 15 40 5.000 200.000 20 5.000 100.000 0 10.000 0 300.000 16 120 5.000 600.000 80 5.000 400.000 80 10.000 800.000 1.800.000 Total 1020 80.000 5.100.000 660 80.000 3.300.000 680 160.000 6.800.000 15.200.000

Rata-rata 63,75 5.000 318.750 41,25 5.000 206.250 42,5 10.000 425.000 950.000

Lampiran 4. Skor Kekuatan Usaha Pengolahan Ikan Asin

No Mutu Output Ketersediaan Tenaga Kerja Biaya Tenaga Kerja Ketereampilan Mengolah ikan Proses Pengolahan Total Skor Kekuatan

1 3 4 4 4 4 19

2 3 4 4 4 4 19

3 3 4 4 4 4 19

4 3 4 4 4 4 19

5 3 4 4 4 4 19

6 3 4 4 4 4 19

7 3 4 4 4 4 19

8 3 4 4 4 4 19

9 3 4 4 4 4 19

10 3 4 4 4 4 19

11 3 4 4 4 4 19

12 3 4 4 4 4 19

13 3 4 4 4 4 19

14 3 4 4 4 4 19

15 3 4 4 4 4 19

16 3 4 4 4 4 19

17 3 4 4 3 4 18

18 3 4 4 3 4 18

19 3 4 4 3 4 18

20 3 4 4 3 4 18

21 3 4 4 3 4 18

Total 63 84 84 79 84 394


(5)

Lampiran 5. Skor Kelemahan Usaha Pengolahan Ikan Asin

No Teknologi Ketersediaan input Kemasan Modal Biaya input Total Skor Kelemahan

1 -4 -4 -4 -1 -4 -17

2 -4 -4 -4 -3 -3 -18

3 -4 -4 -4 -4 -3 -19

4 -4 -4 -4 -4 -3 -19

5 -4 -4 -4 -4 -3 -19

6 -4 -4 -4 -2 -3 -17

7 -4 -4 -4 -4 -3 -19

8 -4 -4 -4 -3 -3 -18

9 -4 -4 -4 -3 -3 -18

10 -4 -4 -4 -1 -3 -16

11 -4 -4 -4 -4 -3 -19

12 -4 -4 -4 -3 -3 -18

13 -4 -4 -4 -3 -3 -18

14 -4 -4 -4 -3 -3 -18

15 -4 -4 -4 -3 -3 -18

16 -4 -4 -4 -3 -4 -19

17 -4 -4 -4 -3 -1 -16

18 -4 -4 -4 -3 -1 -16

19 -4 -4 -4 -3 -1 -16

20 -4 -4 -4 -3 -1 -16

21 -4 -4 -4 -3 -1 -16

Total -84 -84 -84 -63 -55 -370

Rataan -4 -4 -4 -3 -2,619047619 -17,619

Lampiran 6. Skor Peluang Usaha Pengolahan Ikan Asin

No Adanya Pelanggan Tetap

Ketersediaan

Sarana Pendukung Harga Jual

Permintaan Lokal

Total Skor Peluang

1 4 3 1 3 11

2 4 3 2 3 12

3 4 3 2 3 12

4 4 3 2 3 12

5 4 3 2 3 12

6 4 3 2 3 12

7 4 3 2 3 12

8 4 3 1 3 11

9 4 3 2 3 12

10 4 3 2 3 12

11 4 3 1 3 11

12 4 3 1 3 11

13 4 3 1 3 11

14 4 3 1 3 11

15 4 3 1 3 11

16 4 3 2 3 12

17 3 3 2 2 10

18 3 3 2 2 10

19 3 3 2 2 10

20 3 3 2 2 10

21 3 3 2 2 10

Total 79 63 35 58 235


(6)

Lampiran 7. Skor Ancaman Usaha Pengolahan Ikan Asin

No Penyimpangan

Iklim Persaingan Usaha Ombak

Gaya Hidup Masyarakat

Total Skor Ancaman

1 -4 -3 -4 -1 -12

2 -4 -3 -4 -1 -12

3 -4 -3 -4 -1 -12

4 -4 -3 -4 -1 -12

5 -4 -3 -4 -1 -12

6 -4 -3 -4 -1 -12

7 -4 -3 -4 -1 -12

8 -4 -3 -4 -1 -12

9 -4 -3 -4 -1 -12

10 -4 -3 -4 -1 -12

11 -4 -3 -4 -1 -12

12 -4 -3 -4 -1 -12

13 -4 -3 -4 -1 -12

14 -4 -3 -4 -1 -12

15 -4 -3 -4 -1 -12

16 -4 -3 -4 -1 -12

17 -1 -3 -3 -1 -8

18 -1 -3 -3 -1 -8

19 -1 -3 -3 -1 -8

20 -1 -3 -3 -1 -8

21 -1 -3 -3 -1 -8

Total -69 -63 -79 -21 -232