HUBUNGAN JENIS SUBSTRAT DENGAN KERAPATAN

HUBUNGAN JENIS SUBSTRAT DENGAN
KERAPATAN VEGETASI Rhizophora sp.
DI HUTAN MANGROVE SUNGAI NYIRIH
KECAMATAN TANJUNGPINANG KOTA KOTA TANJUNGPINANG
Dwi Nur Amin(1), Henky Irawan(2), Andi Zulfikar(3)
(1)

Mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, UMRAH
(2)
Dosen Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, UMRAH,
(3)
Dosen Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, UMRAH,
Tanjungpinang Indonesia. Email : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juli 2015 di hutan Mangrove Sungai

Nyirih Kota Tanjungpinang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jenis
substrat dengan kerapatan vegetasi Rhizophora sp. Metode yang digunakan untuk mencuplik
pohon Rhizophora sp. adalah transek garis dimana pada masing-masing plot pengamatan
diambil sampel substrat pada kedalaman 30 cm. Data yang terkumpul ditabulasikan dan
dikelompokkan bedasarkan jenis variabel, data jenis substrat sebagai variabel bebas (X) dan

kerapatan pohon Rhizophora sp. sebagai variabel terikat (Y). Dari analisis yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara jenis substrat dengan kerapatan
pohon Rhizophora sp. hal ini diketahui dari hasil perhitungan nilai Pearson Chi-Square. Nilai
hitung Pearson Chi-Square adalah 77,877 sedangkan nilai Chi-Square tabel adalah 46,194.
Jadi 77,877 (nilai hitung Chi-Square)

>

(nilai Chi-Square tabel) yaitu 46,194. Maka

kesimpulannya adalah terdapat hubungan antara jenis substrat dengan jumlah total pohon
genus Rhizophora sp. Secara deskriptif jenis hubungan diketahui melalui bentuk garis linier
dan distribusi data dalam diagram kartesius dengan menggunakan software microsoft excel
2010. Gambaran hubungan yang didapatkan secara deskriptif adalah hubungan negatif
dengan distribusi data yang menyebar.

Kata Kunci : Hubungan Jenis Substrat Dengan Kerapatan Vegetasi Rhizophora sp.

ABSTRACT
The research had been conducted in July 2015 in Sungai Nyirih mangrove forest

Tanjungpinang City. The purpose of this research are to know the correlation between the
typical substrate and the density of Rhizophora sp. in Sungai Nyirih mangrove forest. The
methods used to take Rhizophora sp. tree density is line transect where in every observasion
plots were taken the sample of substrate in 30 cm deepness. All data are tabulation
appropriate based on the type of variable data. Data of the type substrate as independent
variable (X) and the density of Rhizophora sp. tree as dependent variable (Y). From the
analysis data calculation can conclude thats : the result of this analysis show the correlation
between the typical substrate and the density of Rhizophora sp. in Sungai Nyirih Mangrove
Forest. This correlation are know by the result of Pearson Chi-Square. The result of Pearson
Chi-Square calculated is 77,877 > Chi-Square table (46,194). So, that is indicated the
corelation between the typical substrate and the density of Rhizophora sp. The typical
corelation are know with descriptive linier line and data distribution in cartesius diagram by
microsoft excel 2010 analysis. The line linier in this analysis show the corelation between the
typical substrate and the density of Rhizophora sp. is negative corelation with spread data.

Keyword : The Correlation Between The Typical Substrate and The Density of Rhizophora
sp.

Rhizophora sp . yang ada pada hutan mangrove


I. PENDAHULUAN
Sungai Nyirih adalah salah satu kawasan

tersebut.

pesisir yang terletak di provinsi Kepulauan Riau
tepatnya di kota Tanjungpinang. Secara administratif,
Sungai Nyirih tergabung dalam Kelurahan Kampung
Bugis,

Kecamatan

Tanjungpinang

Kota.

II. TINJAUAN PUSTAKA
Indah (2008) menyatakan bahwa mangrove

Pada


adalah tumbuhan yang habitat hidupnya berada di

kawasan ini mengalir sungai dengan air yang

daerah pesisir pantai yang masih dipengaruhi pasang

tergolong payau, vegetasi mangrove yang banyak

surut air laut. Tumbuhan mangrove merupakan

ditemukan pada kawasan ini mayoritas adalah jenis

tumbuhan yang hidup di bawah kondisi lingkungan

dari family Rhizophoraceae yang memiliki tipikal

yang terkhususkan. Tumbuhan - tumbuhan ini

akar penyangga, lutut hingga papan (Amin, 2013).


membentuk hutan pasang surut (pasut) yang terdapat

Dari observasi yang telah dilakukan ditemukan

di mintakat antara paras laut rata-rata dan pasut

jenis-jenis substrat yang beragam yang berada pada

tertinggi pada saat air pasang, hal ini menjadikan

kawasan hutan mangrove ini. Secara visual dapat

mangrove sebagai suatu ekosistem khas wilayah

terlihat pada masing-masing jenis substrat ditumbuhi

pesisir.

Rhizophora sp. dengan kerapatan yang berbeda-beda.


Perbedaan kerapatan ini diduga disebabkan oleh jenis
substrat yang berbeda-beda pula.

1. Rhizophora Sp.
Rhizophora sp. adalah salah satu genus dari

Menurut Nybakken dalam Darmadi (2012),

family Rhizophoraceae, Genus ini terdiri dari

karakteristik substrat merupakan faktor pembatas

beberapa spesies (Noor, 1999). Berikut adalah

kehidupan

spesies-spesies

mangrove.


Jenis

substrat

sangat

mempengaruhi susunan jenis dan kerapatan vegetasi

yang

tergabung

dalam

genus

Rhizophora sp. :

mangrove yang hidup di atasnya. Semakin cocok

substrat untuk vegetasi mangrove jenis tertentu dapat
dilihat dari seberapa rapat vegetasi tersebut merapati

a) Rhizophora apiculata
Spesies ini umumnya tumbuh pada tanah
berlumpur, halus, dalam dan tergenang pada saat

area hidupnya.
Fenomena yang tertangkap melalui observasi

pasang normal. Rhizophora apiculata tidak menyukai

ini menarik perhatian peneliti untuk melakukan

substrat yang keras (dengan komposisi pasir yang

penelitian untuk membuktikan apakah jenis substrat

tinggi). Tingkat dominasi jenis ini dapat mencapai


yang berbeda dapat mempengaruhi kerapatan vegetasi

90% dari vegetasi yang tumbuh di suatu lokasi.

Rhizophora sp.

Spesies ini tumbuh dengan baik pada perairan pasang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan antara jenis substrat terhadap

surut yang memiliki pengaruh masukan air tawar
yang kuat secara permanen.

kerapatan pohon Rhizophora sp. di hutan mangrove
Sungai Nyirih dengan membandingkan jenis substrat

b) Rhizophora mucronata
Rhizophora mucronata tumbuh pada areal


terhadap kerapatan spesies tersebut.
adalah

yang sama dengan R.apiculata tetapi lebih toleran

didapatkannya gambaran umum mengenai jenis-jenis

terhadap substrat yang lebih keras dan pasir. Pada

substrat yang ada pada hutan mangrove Sungai Nyirih

umumnya tumbuh dalam kelompok, dekat atau pada

serta

pematang sungai pasang surut dan di muara sungai,

Manfaat

dari


pengaruhnya

penelitian

terhadap

ini

kerapatan

vegetasi

jarang sekali tumbuh pada daerah yang jauh dari air

termasuk yang berasal dari kegiatan vulkanik.

pasang surut.

Sedimen ini memasuki kawasan laut melalui drainase
air sungai.

c) Rhizophora stylosa
Rhizophora stylosa tumbuh pada habitat

b) Biogenous

yang beragam di daerah pasang surut dengan substrat

Sedimen ini berasal dari organisme yang

lumpur, pasir dan batu. Tumbuh baik pada pematang

terdiri dari remah-remah tulang, gigi-geligi dan

sungai pasang surut, spesies ini merupakan jenis

cangkang-cangkang hewan mikro serta tanaman.

pionir di lingkungan pesisir atau pada bagian daratan

Komponen kimia yang sering ditemukan dalam

dari suatu ekosistem mangrove. Satu jenis relung khas

sedimen ini adalah CaCO3 dan SiO2. Partikel -

yang bisa ditempatinya adalah tepian mangrove pada

partikel yang sering ditemui dalam sedimen ini adalah

pulau dengan tipe substrat karang.

partikel-partikel

yang

terdiri

dari

cangkang

-

cangkang Foraminifera, Coccolithophore, Pteropodi.
Cangkang

B. Sedimen
Menurut Asdak dalam Alimuddin (2012),
sedimen adalah hasil proses erosi, baik berupa erosi

kontributor

Diatome
yang

dan

paling

Radiolaria
penting

merupakan

dari

partikel

Siliceous.

permukaan, erosi parit, atau jenis erosi tanah lainnya.
Sedimen umumnya mengendap di bagian bawah kaki

c) Hydrogenous

bukit, di daerah genangan banjir, di saluran air,

Sedimen ini berasal dari komponen kimia yang

sungai, dan waduk. Hasil sedimen (sediment yield)

larut dalam air laut dengan kosentrasi yang kelewat

adalah besarnya sedimen yang berasal dari erosi yang

jenuh sehingga terjadi pengendapan (deposisi) di

terjadi di daerah tangkapan air yang diukur pada

dasar laut. Contohnya endapan Mangan (Mn) yang

periode waktu dan tempat tertentu.

berbentuk nodul, endapan fosforite (P2O5) dan

Wood dalam Rahman (2009) menyatakan

endapan Glauconite (Hidro silikat yang berwarna

bahwa terdapat hubungan antara kandungan bahan

kehijauan dengan komposisi yang terdiri dari ion-ion

organik dan ukuran partikel sedimen. Pada sedimen

K, Mg, Fe, dan Si).

yang halus, persentase bahan organik lebih tinggi dari
pada sedimen yang kasar. Hal ini juga berhubungan

d) Cosmogenous

sehingga

Sedimen ini berasal dari luar angkasa dimana

memungkinkan pengendapan sedimen lumpur yang

partikel dari benda-benda angkasa ditemukan di dasar

diikuti oleh akumulasi bahan-bahan organik dasar

laut dan mengandung banyak unsur besi sehingga

perairan.

mempunyai respon magnetik dan berukuran antara

dengan

lingkungan

yang

tenang

10-640 µm.
1. Jenis-jenis Sedimen
Menurut Wibisono (2005), bedasarkan asalusulnya, sedimen dapat digolongkan menjadi :

III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 1

a) Lithogenous
Jenis sedimen ini berasal dari pelapukan
(weathering) batuan dari daratan lempeng kontinen

bulan, yaitu pada bulan Juli 2015 yang berlokasi di
kawasan Sungai Nyirih Kelurahan Kampung Bugis,

Kecamatan

Tanjungpinang

Kota,

Kota

Tanjungpinang.

C. Metode Penentuan Stasiun Pengamatan
Pada setiap wilayah yang di kaji ditentukan
stasiun-stasiun

Untuk mengukur parameter lingkungan dan
kerapatan

secara

konseptual

bedasarkan keterwakilan lokasi (Bengen, 2002).

B. Alat dan Bahan

mengetahui

pengamatan

pohon

Rhizophora

sp .

Metode penentuan stasiun pengamatan menggunakan
metode

purposive

sampling

dan

penetapannya

digunakan alat dan bahan sebagai berikut :

ditentukan bedasarkan perbedaan jenis subtrat yang

Tabel 1. Alat

diketahui dari observasi subtrat yang telah dilakukan.

NO

ALAT

KEGUNAAN

1

GPS

Mengetahui Koordinat

2

Pancang Ukur (Skala

Mengukur Tinggi

centimeter)

Pasang-Surut

3

Salino Meter Digital

Mengukur Salinitas

4

Multitester

dan

Tali Rafia

Pembuatan Transek

Adapun stasiun yang telah ditetapkan adalah :

Stasiun

Mengukur pH Perairan

pH Tanah
5
6

Mangrove
Meteran Gulung

Mengukur Diameter
Vegetasi

7

Paralon

Pengambilan Sampel
Subtrat

8

Wadah Sampel

Tempat Koleksi Sampel

9

Buku Panduan Identifikasi

Identifikasi Jenis

Mangrove

Rhizophora sp.

Noor dkk. (1999)
10

Timbangan Digital

Menimbang Sampel
Subtrat

11

Oven Listrik

Mengeringkan Sampel

Sumber : Google Earth (15 Juni 2007)
Gambar 1. Penetapan Stasiun Pengamatan dan
Transek Mangrove
Stasiun 1
Stasiun 1 terletak pada kordinat 0°58'31.11"U
104°28'50.71"T.

Letak

geografisnya

berdekatan

dengan muara sungai. Dari observasi yang telah
dilakukan, stasiun ini memiliki beberapa jenis
substrat diantaranya adalah lumpur, lumpur berpasir
dan pasir berlumpur.

Subtrat
12

Ayakan Bertingkat

Identifikasi Tipe Subtrat

13

Kamera Digital

Dokumentasi Kegiatan

Stasiun 2
Stasiun 2 terletak pada kordinat 0°58'31.11"U

Sumber : Arsip Penulis

104°28'50.71"T.

Letaknya

berdekatan

dengan

pemukiman penduduk dan aktivitas manusia. Dari

Tabel 2. Bahan
NO

BAHAN

KEGUNAAN

observasi yang telah dilakukan, stasiun ini memiliki

1

Aquades

Mencuci Sampel Subtrat

beberapa jenis substrat diantaranya adalah pasir, pasir

2

Hidrogen Peroksida

Mencuci Sampel Subtrat

Tahap Pertama

berlumpur dan pasir berbatu.

Tahap Kedua
3
4

Sampel Substrat

Identifikasi Jenis Subtrat

Daun, Bunga dan Buah

Identifikasi Jenis Rhizophora

Rhizophora sp .

sp.

Sumber : Arsip Penulis

Stasiun 3
Stasiun 3 terletak pada kordinat 0°58'34.14"U
104°29'53.66"T. Letak stasiun ini berjauhan dengan
pemukiman penduduk dan aktivitas manusia. Stasiun
3 merupakan bagian yang berdekatan dengan sisi hulu
sungai Nyirih. Dari observasi yang telah dilakukan,

stasiun

ini

memiliki

beberapa

jenis

subtrat

Beri label sampel sesuai dengan transek dan

diantaranya adalah pasir, pasir berlumpur, lumpur

plot. Catat fauna terestial (serangga, burung, reptil,

berpasir, pasir berbatu.

dsb) dan faua akuatik (kepiting, kerang, dsb) yang
ditemukan di setiap plot.

1. Metode Pengumpulan Data.Vegetasi Rhizophora
2. Metode Pengambilan Data Subtrat

sp

Pada setiap stasiun pengamatan akan didirikan

Pengambilan contoh substrat dilakukan dengan

transek garis, dengan rincian : 6 transek pada stasiun

membenamkan pipa paralon sedalam 30 cm dengan 3

1, sementara untuk stasiun 2 dan 3 akan dibangun 5

kali pengulangan. Sampel subtrat yang diambil ±

transek. Transek akan dibangun dari arah pinggir

200gr. (Indah, 2008). Masukkan sampel yang telah

sungai ke arah daratan (tegak lurus dengan badan

diambil ke dalam wadah yang telah di beri label.

sungai).

Label

Data vegetasi yang diambil adalah data

yang

tertera

mencakupi

data

lokasi

kerapatan pohon Rhizophora sp. Metode pengambilan

pengambilan sampel, jenis dan waktu pengambilan

data struktur vegetasi jenis Rhizophora sp. merujuk

sampel.

pada metode yang dirumuskan oleh Bengen (2002).

perstasiun, hal ini bertujuan untuk mempermudah

Pada setiap stasiun pengamatan tetapkan

Kelompokkan

sampel

masing-masing

mengenali sampel bedasarkan letak stasiun.

transek-transek garis dari arah laut ke arah darat
(tegak lurus garis pantai sepanjang zonasi hutan

G. Pengolahan Data

mangrove).

1. Kerapatan Vegetasi Rhizophora sp.

Pada setiap zona hutan mangrove

yang berada di sepanjang transek garis transek

Sebelum diolah lebih lanjut, data hasil

letakkan petak-petak plot berbentuk bujur sangkar

observasi terlebih dahulu ditabulasikan. Tabulasi ini

dengan ukuran 10 m x 10 m untuk pengamatan

bertujuan untuk mempermudah proses identifikasi

pohon.

jenis

Rhizophora

sp.

Proses

identifikasi

jenis

Pada setiap plot yang ditentukan determinasi

Rhizophora sp menggunakan bahan-bahan berupa

jenis tumbuhan mangrove pohon Rhizophora sp. yang

koleksi herbarium yang diperoleh dari observasi yang

ada, hitung jumlah individu jenis dan ukur lingkaran

dilakukan.

dan diameter batang setiap pohon mangrove setinggi
dada (sekitar1,3 m). Diamater pohon > 10 cm.

2. Identifikasi Jenis Subtrat

Apabila belum diketahui nama jenis tumbuhan

Metode ayakan yang dipakai dalam analisis

mangrove yang ditentukan potong bagian ranting

ini adalah metode ayak kering (Dry Sieving ) dengan

lengkap dengan daunnya dan bila memungkinkan

ayakan bertingkat. Siapkan dan timbang sampel

ambil pula buah dan bunganya.

sedimen yang telah dicuci bersih seberat ±150-200

Bagian

tumbuhan

tersebut

selanjutnya

gram. Sebelum di keringkan, benda uji dicuci kembali

dipisahkan bedasarkan jenisnya, serta berikan label

dengan hidrogen peroksida untuk mencegah sampel

dengan keterangan yang sesuai dengan jenis pada

lumpur membentuk agregat.

masing-masing koleksi (herbarium).

Benda uji dikeringkan dalam oven selama 12

Pada setiap zona sepanjang transek garis, ukur

sampai 16 jam hingga beratnya konstan. Kehilangan

parameter lingkungan yang terdapat pada transek

berat akibat pengeringan merupakan berat air. Kadar

tersebut. Pada setiap petak plot ambil sampel substrat

air dihitung dengan menggunakan berat air dan berat

dengan ketebalan 30 cm (Indah, 2008).

benda uji kering (Revisi SNI 03-1965-1990).

Setelah kering, timbang kembali sampel

Model (GLM multivariate) dengan menggunakan

seberat 100 gram, kemudian panaskan kembali untuk

SPSS versi 21. Analisis Crosstab (Chi-Square)

mencapai berat konstan. Lakukan penimbangan dan

digunakan untuk analisis hubungan jenis substrat

pemanasan berulang-ulang sampai mencapai berat

dengan jumlah keseluruhan genus Rhizophora sp.

konstan, berat konstan adalah berat stabil dimana

sedangkan

tidak terjadi perubahan berat ketika di timbang

menganalisa

berulang-ulang. Setelah dipastikan kering dengan

kerapatan vegetasi Rhizophora apiculata , Rhizophora

berat yang konstan, masukkan sampel sedimen ke

mucronata dan Rhizophora stylosa .

dalam ayakan bertingkat. Ayakan bertingkat ini akan

analisis

GLM

hubungan

Adanya

digunakan

jenis

pengaruh

substrat

jenis

substrat

untuk
terhadap

dengan

memisahkan sedimen bedasarkan besar butir. Sampel

kerapatan genus Rhizophora sp. dapat terlihat dari

sedimen yang tertinggal pada setiap ukuran saringan

perbandingan hasil analisa antara nilai Chi Square

ditimbang

hitung

masing-masing

diperoleh

distribusi

rentang

ukuran kerapatan

(Sheppard,

1954;

berat

beratnya sehingga
sedimen

Poerbandono

berdasarkan

jaring

saringan

dan

Djunasjah,

dengan

nilai

Chi

Square

tabel

dan

perbandingan besarnya nilai sig alpha (ɑ = 0,05),
berikut penjelesannya :
Jika nilai Chi Square hitung < Chi Square tabel maka
Ho diterima

2005 dalam Rifardi, 2008).
Untuk menentukan jenis sedimen yang

Jika nilai Chi Square hitung > Chi Square tabel maka

dianalisis digunakan segitiga Shepard (Rifardi, 2008)

Ho ditolak

berikut ini :

Jika Asymp.Sig (2-sided) > ɑ maka Ho diterima
Jika Asymp.Sig (2-sided) < ɑ maka Ho ditolak
Adanya

pengaruh

jenis

substrat

dengan

kerapatan masing-masing spesies yang tergabung
dalam genus Rhizophora sp. dapat dilihat dari
besarnya nilai sig alpha (ɑ) pada hasil GLM, berikut
penjelasannya :
Sumber : Rifardi (2008)
Gambar 2. Segitiga Shepard

Jika nilai sig > ɑ (0,05) maka Ho diterima
Jika sig < ɑ (0,05) maka Ho ditolak
Hipotesis pada penelitian ini adalah :
Ho : Tidak ada hubungan

3. Pengolahan dan Penyajian Data Parameter
....Lingkungan

dengan kerapatan Rhizophora sp.
Ha : Ada hubungan antara jenis subtrat dengan

Data parameter lingkungan yang diukur akan
ditabulasikan dan disajikan

antara jenis substrat

kerapatan Rhizophora sp.

juga secara deskriptif.

Data ini secara umum menggambarkan kondisi
hidrologi-oseanografi yang turut menununjang dan
mempengaruhi kehidupan Rhizophora sp. di hutan
mangrove Sungai Nyirih.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini telah dilakukan selama 1 bulan,
yaitu pada bulan Juli 2015 yang berlokasi di hutan
mangrove Sungai Nyirih, Kelurahan Kampung Bugis,
Kecamatan

H. Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian
ini adalah analisis Crosstab dan General Linear

Tanjungpinang

Kota,

Kota

Tanjungpinang. Dari hasil yang didapatkan dibahas
dan dianalisa sebagai berikut :

A. Analisis Data
Dari analisis yang telah dilakukan dengan
menggunakan software SPSS 21 diperoleh hasil
analisis sebagai berikut :

1. Hubungan Jenis Substrat dengan Jumlah Total

Sumber : Data Primer

Genus Rhizhophora sp.

Gambar 4. Nilai Signifikansi (ɑ =0,05)

Pada analisis ini variabel x yang merupakan
data jenis substrat dihubungkan dengan jumlah total
genus Rhizophora sp. yang ditemukan pada masingmasing plot pengamatan. Berikut hasil analisisnya :
Tabel 3. Chi-Square Tests

Likelihood Ratio
N of Valid Cases

adalah 0,05. Sedangkan hasil nilai sig ɑ yang
diperoleh melalui analisis data adalah 0,00. Nilai sig
ɑ = 0,00 adalah batas terjauh dari rentang adanya

Chi-Square Tests

Pearson Chi-Square

Nilai sig ɑ yang dipakai pada penelitian ini

Value

df

Asymp. Sig. (2-sided)

77,877a

32

,000

75,663

32

,000

58

Sumber : Data Primer

pengaruh, nilai sig yang semakin mendekati batas
0,05 menyatakan hubungan yang semakin lemah. Jadi
kesimpulannya adalah terdapat hubungan pada kedua
variabel tersebut.

2. Hubungan Jenis Substrat dengan Jumlah
.Spesies Rhizhophora sp.
Pada analisis ini variabel x yang merupakan
data jenis substrat dihubungkan dengan jumlah
masing - masing spesies yang tergabung dalam genus
Rhizophora sp. (Rhizophora apiculata , Rhizophora

Sumber : Data Primer
Gambar 3. Kurva Chi-Square

mucronata dan Rhizophora stylosa ) yang ditemukan

pada

seluruh

plot

pengamatan.

Berikut

hasil

analisisnya
Dari tabel diatas diperoleh nilai hitung ChiSquare 77,877 sedangkan nilai Chi-Square tabel

a. Descriptive Statistics

adalah 46,194. Jadi 77,877 (nilai hitung Chi-Square)

Tabel 4. Descriptive Statistics

>

Descriptive Statistics

(nilai Chi-Square tabel) yaitu 46,194. Maka

Jenis_Substrat

Mean

Std. Deviation

Lumpur

6,00

1,581

5

Lumpur Berpasir

3,65

,931

17

Pasir

1,00

,840

18

Pasir Berbatu

,00

,000

4

sp. yang ditemui pada seluruh plot yang didirikan.

Pasir Berlumpur

1,36

,842

14

Total

2,22

1,911

58

Hal ini diperkuat dari perolehan perhitungan nilai

Lumpur

1,80

1,304

5

Lumpur Berpasir

1,47

,800

17

Pasir

,67

1,029

18

Pasir Berbatu

,50

,577

4

Pasir Berlumpur

2,93

,997

14

Total

1,53

1,287

58

Lumpur

,00

,000

5

Lumpur Berpasir

,06

,243

17

Pasir

,39

,850

18

Pasir Berbatu

1,75

1,500

4

Pasir Berlumpur

,00

,000

14

Total

,26

,739

58

kesimpulannya adalah terdapat hubungan antara jenis
substrat dengan jumlah total pohon genus Rhizophora

Asymp. Sig. (2-sided) = 0,000 yang lebih kecil dari

R.apiculata

R.mucronata

sig ɑ (alpha) = 0,05.

R.stylosa

Sumber : Data Primer

N

substrat yang lebih keras dan pasir. Pada umumnya

1) Rhizophora apiculata
Nilai rata - rata kerapatan tertinggi Rhizophora

tumbuh dalam kelompok, dekat atau pada pematang

apiculata terletak pada plot dengan jenis substrat

sungai pasang surut dan di muara sungai, jarang

lumpur. Pada transek yang telah didirikan terdapat 30

sekali tumbuh pada daerah yang jauh dari air pasang

pohon Rhizophora apiculata dari 5 plot dengan

surut.

tipikal tersebut. Dari tabel Descriptive Statistics
diatas dapat terlihat bahwa nilai rata-rata Rhizophora

3) Rhizophora stylosa

apiculata menurun jumlahnya pada substrat yang

Rata-Rata Jumlah
Spesies Rhizophora stylosa

komposisi lumpurnya rendah / berkarakter keras dan
cenderung kasar (pasir, pasir berlumpur dan pasir
berbatu). Spesies ini umumnya tumbuh pada tanah
berlumpur, halus, dalam dan tergenang pada saat
pasang normal. Rhizophora apiculata tidak menyukai

2
1,5
1
0,5
0

Rata-Rata
Jumlah
Spesies
Rhizophora
stylosa

substrat yang keras (Noor, 1999).
Rata-Rata Jumlah
Spesies Rhizophora apiculata
10
Rata-Rata
Jumlah
Spesies
Rhizophora
apiculata

5
0

Sumber : Data Primer
Gambar 7. Grafik Jumlah Rata-Rata Rhizophora
stylosa Bedasarkan Jenis Substrat
Nilai rata - rata tertinggi kerapatan Rhizophora
stylosa terdapat pada substrat pasir berbatu (7 pohon /

4 plot), ditemukannya Rhizophora stylosa pada
Sumber : Data Primer

substrat yang berkarakter keras ini diduga karena

Gambar 5. Grafik Jumlah Rata-Rata Rhizophora
apiculata Bedasarkan Jenis Substrat

jenis Rhizophora stylosa mempunyai kemampuan

2) Rhizophora mucronata

hidup pada substrat yang berkarakter keras, meskipun
juga jenis ini ditemukan tumbuh pada substrat

Rata-Rata Jumlah
Spesies Rhizophora mucronata

berlumpur .
Menurut Noor (1999), Rhizophora stylosa
tumbuh pada habitat yang beragam di daerah pasang

4
Rata-Rata
Jumlah
Spesies
Rhizophora
apiculata

2
0

surut dengan substrat lumpur, pasir dan batu. Tumbuh
baik pada pematang sungai pasang surut, spesies ini
merupakan jenis pionir di lingkungan pesisir atau
pada bagian daratan dari suatu ekosistem mangrove.

Sumber : Data Primer
Gambar 6. Grafik Jumlah Rata-Rata Rhizophora
..mucronata Bedasarkan Jenis Substrat
Rhizophora mucronata memiliki nilai rata -

rata lebih tinggi pada substrat pasir berlumpur yaitu
2,93 (41 pohon / 14 plot). Menurut Noor (1999),
Rhizophora mucronata tumbuh pada areal yang sama

dengan R.apiculata tetapi lebih toleran terhadap

b. Multivariate Tests
Tabel 5. Multivariate Tests

3. Bentuk Hubungan

Multivariate Testsa
Effect

Partial Eta
Squared

Intercept

Jenis_Substrat

Pillai's Trace

,900

Wilks' Lambda

,900

Hotelling's Trace

,900

Roy's Largest Root

,900

Pillai's Trace

,493

Wilks' Lambda

,560

Hotelling's Trace

,624

Roy's Largest Root

,790

Bentuk hubungan linear pada penelitian ini
disajikan secara deskriptif. Jenis hubungan linear
diketahui lewat garis grafik yang tertera dibawah ini :

Sumber : Data Primer

Pada tabel Multivariate Tests terlihat bahwa
nilai Roy's Largest Root sebesar 0,790. Angka ini
menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan secara
keseluruhan antara variabel x dengan y. Nilai ini
merupakan perbandingan dari 3 nilai yang berada
diatasnya, semakin besar nilainya maka hubungan

Sumber : Supranto (1987)
Gambar 8. Jenis-Jenis Hubungan Linier

yang terjadi semakin signifikan.

a. Bentuk Hubungan Jenis Substrat dengan

c. Tests of Between-Subjects Effects
Tabel 6. Tests of Between-Subjects Effects II

Jumlah Total Genus

Rhizhophora sp.

Tests of Between-Subjects Effects

Source

Corrected Model

Intercept

Jenis_Substrat

Dependent Variable

Sig.

Partial Eta Squared

R.apiculata

,000a

,783

R.mucronata

,000b

,481

R.stylosa

,000c

,358

R.apiculata

,000

,834

R.mucronata

,000

,635

R.stylosa

,000

,276

R.apiculata

,000

,783

R.mucronata

,000

,481

R.stylosa

,000

,358

Sumber : Data Primer

Sumber : Data Primer
Gambar 9. Bentuk Hubungan Jenis Substrat
dengan
Jumlah
Total
Genus
Rhizhophora sp.
Dari grafik tersebut dapat terlihat bahwa
hubungan jenis substrat dengan jumlah keseluruhan

Pada kolom sig terlihat bahwa keseluruhan

genus Rhizophora sp yang ditemukan pada masing-

nilai sig = 0,00. Nilai sig 0,00 < ɑ 0,05 Nilai ini

masing plot adalah hubungan linear negatif dengan

merupakan nilai yang menunjukkan ada atau tidaknya

titik distribusi data yang menyebar.

hubungan / pengaruh antara jenis substrat dengan
kerapatan masing-masing spesies. Nilai sig < 0,05
menandakan ada hubungan antara kedua jenis
variabel.

b. Bentuk Hubungan Jenis Substrat dengan Rata.Rata Jumlah Rhizhophora apiculata

d. Bentuk Hubungan Jenis Substrat dengan Rata.Rata Jumlah Rhizhophora stylosa
2
Rata-Rata
Jumlah
Spesies
Rhizophora
stylosa

1,5
1

Linear (RataRata Jumlah
Spesies
Rhizophora
stylosa)

0,5
0
0

2

4

6

-0,5
Sumber : Data Primer

Sumber : Data Primer

Gambar 10. Bentuk Hubungan Jenis Substrat
dengan
Rata-Rata
Jumlah
Rhizhophora apiculata

Gambar 12. Bentuk Hubungan Jenis Substrat
dengan
Rata-Rata
Jumlah
Rhizhophora stylosa

Dari bentuk grafik diatas dapat terlihat bahwa

Dari bentuk grafik diatas dapat terlihat bahwa

terdapat hubungan negatif antara jenis substrat

terdapat hubungan positif antara jenis substrat dengan

dengan

rata-rata Rhizophora mucronata

rata-rata

Rhizophora

apiculata

yang

ditemukan pada masing-masing plot.

yang ditemukan

pada masing-masing plot.

c. Bentuk Hubungan Jenis Substrat dengan RataRata Jumlah Rhizhophora mucronata

D. Parameter Lingkungan
1. Pasang Surut
Secara umum wilayah perairan ini tergenang
sepanjang hari, hal ini dapat terlihat dari panjangnya
periode pasang air. Akan tetapi karena terdapat
perbedaan topografi daratan yang terdapat pada
Sungai Nyirih menyebabkan 1 daratan yang didirikan
transek tidak terendam air secara keseluruhan pada
saat air pasang.
Transek yang tidak terendam air pada saat

Sumber : Data Primer

pasang tertinggi adalah transek 6 (stasiun 1).

Gambar 11. Bentuk Hubungan Jenis Substrat
dengan
Rata-Rata
Jumlah
Rhizhophora mucronata

Pemantauan tinggi air pasang tertinggi dilakukan
pada tanggal 30 Juli 2015 pukul 19.00 WIB,
bedasarkan data pasang surut DISHIDROS Tahun

Dari bentuk grafik diatas dapat terlihat bahwa
terdapat hubungan negatif antara jenis substrat
dengan rata-rata Rhizophora mucronata
ditemukan pada masing-masing plot.

yang

2015, tinggi air pada waktu ini sekitar 1,8 meter.
Pada ketinggian air tersebut transek ini
(Transek 6, Stasiun 1) tetap tidak terendam. Tinggi air
hanya menyentuh bagian terluar daratan yang
berdekatan

dengan

tali

transek.

Bedasarkan

pemantauan tersebut, diperkiran transek 6 (stasiun 1)
akan terendam jika air melebihi tinggi 1,8 meter.

Dari data tersebut dapat terlihat bahwa ratarata ketergenangan transek hanya terjadi antara 3 - 11

(KEPMEN LH No 51 Tahun 2004 Mengenai Baku
Mutu Air Laut)

kali dalam 1 bulan dengan durasi ketergenangan
antara 1 - 3 jam. Dalam transek ini terdapat 2 plot

3. Salinitas

dengan jenis substrat pasir berbatu dan vegetasi

Salinitas perairan diukur selama 3 hari

Rhizophora sp. yang tumbuh 1 individu pohon

berturut-turut, yaitu mulai dari tanggal 15 - 17 Juli

Rhizophora stylosa pada plot 1 dan 1 individu pohon

2015. Salinitas rata - rata Sungai Nyirih berkisar

Rhizophora mucronata pada plot 2.

antara 24,33 - 29,66 ˚/˳˳. Bedasarkan nilai kisaran

Bengen dalam Suriani (2013) menyatakan
bahwa Rhizophora sp. dapat tumbuh dengan baik

tersebut, maka perairan Sungai Nyirih tergolong
kedalam kategori perairan payau.

pada substrat tanah berlumpur dan dapat mentoleransi

Kisaran nilai salinitas perairan Sungai Nyirih

tanah lumpur-berpasir, serta dalam kondisi genangan

dinilai

dengan

Maka

mangrove yang ada pada wilayah tersebut. Menurut

kesimpulannya pada transek ini tidak memenuhi baku

Twiley dan Cha dalam Suriani (2013), mangrove

mutu frekuensi ketergenangan / bulan.

hidup pada kisaran salinitas 5 – 30 % .

frekuensi

Daratan

20–40

dimana

kali/bulan.

didirikan

transek

yang berkarakter keras dengan kerapatan vegetasi
renggang.

Spesies

mendukung

kehidupan

vegetasi

ini

merupakan daratan yang kering dengan tipe substrat

yang

masih

4. pH Air
Suhu perairan diukur selama 3 hari berturut-

yang

turut, yaitu mulai dari tanggal 15 - 17 Juli 2015.

ditemukan pada transek ini hanya terdapat 1 individu

Kisaran nilai pH air Sungai Nyirih terukur antara 6,1 -

pertransek serta terdapat pula beberapa spesies lain

7,9. Kisaran nilai pH yang terukur di perairan Sungai

yang umumnya ditemui pada substrat keras seperti

Nyirih dinilai masih cocok untuk pertumbuhan

Lumnitzera sp. dan beberapa anakan Pandanus sp.

mangrove. Kisaran nilai pH yang sesuai dengan

Rhizophora

sp.

pertumbuhan mangrove berkisar antara pH > 5,0 atau
2. Suhu

pH < 9,00 (Matthijs dalam Maulana, 2014).

Suhu perairan diukur selama 3 hari berturutturut, yaitu mulai dari tanggal 15 - 17 Juli 2015.

5. pH Tanah

Kisaran suhu rata - rata perairan Sungai Nyirih pada

Nilai pH tanah yang terukur di hutan

saat pengukuran berlangsung adalah 28,7 - 32,3 ºC.

mangrove Sungai Nyirih (5,1-7,5) berada pada

Hasil pengukuran suhu tertinggi terukur pada hari

kisaran

pertama pengukuran dilakukan yaitu pada tanggal 16

Rhizophora sp. Nilai kisaran tersebut banyak ditemui

Juli 2015. Hasil pengukuran suhu yang tinggi ini

di hutan mangrove di Indonesia. Kebanyakan pH

diduga kuat dipengaruhi oleh panasnya suhu udara

tanah pada hutan mangrove di Indonesia berada pada

yang diduga kuat turut mempengaruhi suhu air

kisaran 6-7, meskipun ada beberapa yang nilai pH

permukaan perairan Sungai Nyirih.

tanahnya dibawah 5 (English dalam Suriani, 2013).

yang

masih

mendukung

kehidupan

Kisaran suhu yang terukur di perairan Sungai
Nyirih masih mendukung kehidupan Rhizophora sp.

VI. KESIMPULAN

Kisaran suhu yang masih mendukung kehidupan di

A. Kesimpulan

ekosistem mangrove berkisar antara 28 - 32 ºC

Dari

penelitian

yang

telah

dilaksanakan

mengenai hubungan jenis substrat dengan kerapatan

vegetasi Rhizophora sp. di hutan mangrove Sungai

DAFTAR PUSTAKA

Nyirih

Alimuddin L. A. 2012. Panduan Sedimentasi Pada
DAS Mamasa di Kab. Mamasa Provinsi
Sulawesi Barat. UNHAS, Makasar.

Kecamatan

Tanjungpinang

Kota

kota

Tanjungpinang dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Di hutan mangrove Sungai Nyirih terdapat 5
jenis substrat yang tersebar di berbagai plot
pengamatan. Jenis tersebut antara lain :
lumpur, lumpur berpasir, pasir berlumpur,
pasir dan pasir berbatu.
2. Terdapat 3 jenis vegetasi Rhizophora sp. yang
terdapat

pada

hutan

mangrove

dan Rhizophora stylosa .
hubungan antara

jenis substrat

dengan kerapatan vegetasi Rhizophora sp .
Jenis Hubungan antara jenis substrat dengan
total genus Rhizophora sp . adalah hubungan
negatif dengan distribusi data yang menyebar.
Hubungan negatif juga terjadi pada spesies
Rhizophora

apiculata

dimana

yang berkarakter keras dan bertekstur kasar
dari pada lumpur, hal ini juga terjadi pada

Rhizophora

mucronata .
stylosa

cenderung

Darmadi. 2012. Struktur Komunitas Vegetasi
Mangrove Bedasarkan Karakteristik Subtrat
di Muara Harnim Desa Cangkring
Kecamatan Cantigi Kabupaten Indramayu .
Jurnal Perikanan dan Kelautan ISSN 20883137 Vol 3, No 3, September 2012 : 347358. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Padjadjaran.
Data Pasang Surut Selat Kijang Tahun 2015.
DISHIDROS TNI AL.Jakarta.

terjadi

penurunan jumlah rata-rata pohon pada subtrat

Rhizophora

Bengen, D.G. 2002. Pengenalan dan Pengelolaan
Ekosistem Mangrove. PKSPL-IPB, Bogor.

yaitu

Rhizophora apiculata , Rhizophora mucronata

3. Terdapat

Amin, D, N. 2013. Kondisi Umum Ekosistem
Mangrove
Sungai
Nyirih
Kelurahan
Kampung Bugis Kecamatan Tanjungpinang
Kota Kota Tanjungpinang. FIKP-UMRAH,
Tanjungpinang.

Sedangkan
memiliki

Indah, R. 2008. Perbedaan Subtrat dan Distribusi
Jenis Mangrove (Studi Kasus : Hutan
Mangrove di Kota Tarakan). FPIK
Universitas Borneo, Tarakan.
KEPMEN LH No. 51. Tahun 2004. Tentang Baku
Mutu Air Laut.

hubungan positif, dimana terjadi peningkatan
rata-rata pohon pada substrat yang berkarakter
keras dan bertekstur kasar.

B. Saran

Maulana, F. dkk, 2014. Karakteristik Ukuran Tinggi
dan Diameter Batang Seedling Rhizophora
mucronata
Pada
Substrat
Dengan
Kandungan Lumpur yang Berbeda di Pulau
Pahawang
Kabupaten
Pesawaran,
Lampung . UNDIP-Semarang.

Perlu diadakannya program terpadu mengenai
pengelolaan wilayah pesisir pada desa ini yang
merenacakan dan mengatur aktivitas manusia yang

Noor, Y.R.M. Khazali, I.N.N. Suryadiputra. 1999.
Panduan
Pengenalan
Mangrove
di
Indonesia. PKA/WI-IP, Bogor.

berada disekitarnya, sehingga aktivitas - aktivitas
tersebut tidak memberikan dampak negatif pada
ekosistem mangrove yang bersinggungan dengan
aktivitas-aktivitas manusia yang dapat mengganggu
keseimbangan ekologis ekosistem mangrove Sungai
Nyirih, terutama pada interaksi alamiah tanah dengan
komponen biotik yang berinteraksi dengannya.

Rahman,

F. A. 2009. Struktur Komunitas
Makrozoobentos di Perairan Estuaria
Sungai Brantas (Sungai Porong dan
Wonokromo) Jawa Timur. Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Bogor.

Rifardi. 2008. Tekstur Sedimen Sampling dan
Analisis. Penerbit : UNRI Press, Pekanbaru.
Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Cara Uji
Penentuan Kadar Air Untuk Tanah dan
Batuan revisi dari SNI 03 –1965 –1990
Metode Pengujian Kadar Air Tanah.
Badan Litbang Departemen Pekerjaan.
Suriani. M. 2013. Kualitas Lahan Dan Pertumbuhan
Rhizophora
mucronata
di
Kawasan
Rehabilitasi Mangrove Aceh Besar dan
Banda Aceh . Jurusan Ilmu Kelautan,
Koordinatorat Kelautan dan Perikanan,
Universitas Syiah Kuala Darussalam
Darussalam-Banda Aceh.
Wibisono, M. S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan . PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.