PERSEPSI DAN EXPEKTASI MASYARAKAT TERHAD

PERSEPSI DAN EXPEKTASI MASYARAKAT TERHADAP
PENGEMBANGAN MAHASISWA JURUSAN BAHASA DAN
SASTRA ARAB UNTUK MENGHADAPI MASYARAKAT
KOMPETISI DI ERA GLOBAL
ASMAWATI DAN ISMAIL FAHRI
Dosen Fakultas ADAB dan Humaniora IAIN STST Jambi
Abstract: The aims of this research were to find out 1) the view of the public against the
Department of Arabic Language and Literature (BSA), 2) the skills that needed to be
given to students of BSA, 3) the expectations of stakeholders towards the development of
a student majoring in Arabic Language and Literature. This design of this studied using
qualitative approach by using describe phenomenon. The respondents of this study were
the parents of students, teachers, the general public, and students themselves. Technique
of collectin data through a questionnaire in the form of a quiz that open and closed. The
data were analyzed by qualitative through analysis techniques suggested Miles and
Huberman. The result of this research showed that the perception of parents and society
toward the role of the Department of Arabic Language and Literature has been good. The
expectations of society towards the development of skills of BSA students. The
expectations of society towards the development of BSA department which maked BSA
department become the center one.
Key words: perception, expectation, global


A. PENDAHULUAN
Kita sekarang sedang berada dalam suatu dunia terbuka, dunia yang menyatu. Terjadi
perubahan yang dahsyat dalam seluruh arena kehidupan manusia. Kerjasama ekonomi
internasional dan regional menggantikan blok-blok politik. Proses demokratisasi sedang
melanda dunia. Sejalan dengan itu, manusia semakin sadar terhadap hak dan kewajiban.
Demikian pula dalam kehidupan kebudayaan terjadi perubahan citra dengan adanya
kebudayaan global yang mendesak dan menggoyang sendi-sendi budaya global. Inilah ciriciri kehidupan global dalam era globalisasi dewasa ini1. Ditopang oleh kemajuan teknologi,
khususnya teknologi komunikasi, umat manusia benar-benar telah menjadi satu. Tidak ada
lagi sudut-sudut di bumi ini yang terisolasi berkat teknologi komunikasi sehingga manusia
hidup dalam dunia tanpa sekat.
Nocholas Negroponte yang dikutip oleh H.R.Tilaar, menyatakan bahwa
kehidupan manusia di bumi akan semakin mengerut sehingga kita tidak berbicara lagi dengan
atom-atom tetapi dengan “bit’. Hal ini semakin memperkecil wilayah keberadaan manusia.

1

H.A.R.Tilaar. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Prespektif Abad 21 ( Magelang :
Tera Indonesia, 1998), hlm 60

1


Kini umat manusia bukan hanya berbicara tentang cyberspace tetapi juga mengenai cybercity,
cybernation, bahkan sampai ke cybertoys dengan adanya tamagotchi yang kini bukan saja

melanda anak-anak bahkan orang dewasa di Asia. Perkembangan ilmu pengetahuan secara
eksponensial akan mengubah dengan sangat cepat cara dan gaya hidup manusia, bukan tidak
mungkin menuntut loncatan-loncatan dalam pola dan gaya kehidupan dari masyarakat
preshistoris kepada suatu masyarakat postindustry.2

Dengan adanya dunia tanpa batas, perdagangan bebas dan dunia yang terbuka,
maka umat manusia lebih saling mengenal satu dengan yang lain. Ditambah lagi, manusia
lebih saling mengenal kemampuan suatu bangsa, saling mengetahui kekayaan dan
kebudayaan bangsa lain yang dengan sendirinya manusia semakin memperoleh pengetahuan
yng lebih banyak dan horison yang lebih luas. Seorang manusia yang telah berkembang akan
meningkatkan pandangannya menjadi lebih luas sehingga ia dapat membuat pilihan-pilihan
bahkan dapat menyodorkan berbagai pilihan untuk sesamanya. Manusia yang dapat memilih
adalah manusia yang berfikir sehingga ia juga mengenal hak dan kewajibannya. Manusia
yang bodoh,berpenyakitan, dan miskin adalah manusia yang terbatas akan pilihan-pilihannya.
Maka mereka akan melarat dan tergilas.
Kehidupan di abad 21 menuntut manusia menjadi unggul dan menghasilkan

karya yang unggul pula. Hal ini disebabkan karena masyarakat abad 21 adalah masyarakat
terbuka yang memberikan berbagai jenis kemungkinan pilihan. Dengan sendirinya hanya
manusia yang unggul3 yang dapat bertahan hidup dalam kehidupan yang penuh persaingan
dan menuntut kualitas kehidupan, baik dalam produk maupun dalam layanan di dalam
kehidupan bersama.
Masyarakat abad 21 dalam pandangan H.A.R Tilaar adalah masyarakat terbuka,
artinya komunikasi antara manusia di dalam berbagai aspek kehidupan akan bebas dari
hambatan-hambatan. Salah satu ciri dari masyarakat abad 21 ialah lahirnya suatu masyarakat
mega-kompetisi. Gelombang globalisasi yang melahirkan dunia yang terbuka telah mengubah
semua aspek kehidupan manusia baik di dalam kehidupan politik, perdagangan, sosial
budaya, serta hak dan kewajiban manusia. Seluruh kekuatan ini akan melahirkan apa yang
2

H.A.R. Tilaar. Beberapa Agenda. hlm 61
H.A.R. Tilaar membedakan dua jenis keunggulan yaitu 1) keunggulan individualistik, ialah manusia yang
unggul tapi keunggulan tersebut hanya untuk kepentingan dirinya sendiri. Keunggulan yang diperolehnya
diabdikan untuk mengumpulkan harta benda,untuk kepuasan ssendiri (hedonjsme) atau memupuk kekuasaan.
Manusia yang unggul secara individualistik adalah manusia rakus yang saling mematikan satu dengan lainnya,
inilah tipe manusia yang disebut homo homimi lupus, 2) keunggulan partisipatoris, yaitu manusia yang
mempunyai sifat dan kemampuan untuk mengembangkan jaringan kerjasama dalam networking dan

teamworking. Lihat H.A.R.Tilaar. Beberapa Agenda.. hlm 12
3

2

disebut kesadaran global. Kesadaran global bukan berarti melumatkan manusia menjadi
partikel tidak berarti, tetapi justru menuntut sumbangan dari setiap individu dalam membina
suatu masyarakat baru yang lebih baik. Maksudnya adalah hasil dari prestasi dan kreativitas
manusia yang muncul karena kompetisi.4
Menurut H.R.Tilaar, akhir-akhir ini banyak dipermasalahkan mengenai peranan
mahasiswa dalam memacu pembangunan nasional. Ada yang beranggapan bahwa mahasiswa
dewasa ini semakin mandul dalam memecahkan masalah-masalah masyarakat. Masalah ini
ternyata mempunyai banyak aspek yang seluruhnya bukan disebabkan oleh mahasiswa itu
sendiri,

tetapi

mungkin

disebabkan


oleh

berbagai

faktor,

baik

faktor

lembaga

universitas/institut/kampus maupun faktor luar yang telah mempengaruhi kehidupan
mahasiswa itu sendiri. Selain itu timbul pertanyaan, apakah memang benar mahasiswa
memang sudah harus memecahkan masalah dalam masyarakat? Ada yang beranggapan justru
sebaliknya, mahasiswa dewasa ini justru merupakan bagian dari masalah masyarakat itu
sendiri. Barangkali telah terjadi pergeseran nilai yang telah menyebabkan perubahan peranan
mahasiswa dalam kedudukannya yang khusus sebagai calon pemimpin masa depan. Masalah
ini relevan di abad 21 yang merupakan abad ilmu dan teknologi akan mempersiapkan

mahasiswanya untuk memegang peranan yang maha penting itu 5. Kini pertanyaan apakah
lembaga perguruan tinggi kita mampu melaksanakan tugas berat ini sebagai lembaga yang
mampu melahirkan generasi yang terampil menyelesaikan masalah masyarakat.
Kalau kita setuju dengan gambaran tantangan globalisasi terhadap tata kehidupan
seperti disyaratkan di atas, maka tidak ada jalan lain bagi kita kecuali harus mendefinisikan
kembali orientasi dunia pendidikan. Mastuhu memberikan tiga rekomendasi perbaikan6 :
pertama, perlu disadari bahwa pengaruh globalisasi berdampak saling ketergantungan antara
berbagai pihak yang terkait. Oleh karena itu setiap pihak harus berdiri kokoh dengan
identitasnya sendiri, bersikap maupun berprilaku terbuka serta lentur dan bijaksana dalam
bekerjasama dengan berbagai pihak7. Kedua, seiring dengan itu, perlu juga disadari bahwa
4

H.A.R. Tilaar. Beberapa Agenda.. hlm 205
Ibid 373
6
Mastuhu.Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam (Jakarta : PT Logos, 1999) hlm 46-48
7
Berkaitan dengan abad ilmu dan teknologi-abad modern, ada sepuluh ciri modern antara lain, 1)
terbuka dan bersedia menerima hal-hal baru dan inovasi dan perubahan, 2) berorientasi demokrasi dan
mampu memiliki pendapat yang tidak selalu sama dan lingkungan sendiri, 3) berpijak pada kenyataan,

menghargai waktu, konsisten dan sistimatik dalam setiap urusan, 4) selalu terlibat dalam perencanaan, 5)
mampu belajar lebih lanjut untuk menguasai lingkungan, 6) memiliki keyakinan bahwa segalanya harus
diperhitungkan, 7) menyadari dan menghargai harkat dan pendapat orang lain, 8) rasional dan percaya kepada
kemampuan IPTEK, 9) menjunjung tinggi keadilan berdasarkan prestasi, kontribusi dan kebutuhan, 10)
berorientasi kepada produktiftas, efektifitas dan efisiensi.
5

3

setiap negara hanya memiliki satu sistem pendidikan nasional Tidak ada sistem pendidikan
umum yang berlaku bagi semua bangsa di dunia ini. Meskipun demikian, hal ini tidak berarti
hanya ada satu badan yang menjadi pengelola tunggal pendidikan nasional. Ketiga,
mengingat tantangan-tantangan tersebut, maka fungsi suatu lembaga pendidikan adalah
menumbuh-kembangkan kemampuan belajar sendiri bagi anak didiknya dalam rangka
menemukan jati diri dan menyongsong masa depan.
Begitupula dengan Jurusan Bahasa dan Sastra Arab yang merupakan lembaga
terkecil dalam Fakultas Adab dan Humaniora IAIN Sulthan Thaha Saifudin Jambi diharapkan
mampu melahirkan generasi yang mampu membangun masyarakat dan mampu bersaing di
era global dalam masyarakat kompetitif. Kemampuan bersaing yang diemban oleh Jurusan
Bahasa dan Sastra Arab lebih pada pengembangan bahasa asing khususnya Bahasa Arab.

Jurusan Bahasa dan Sastra Arab mengemban amanah yang berat untuk membangun
mahasiswa yang berkualitas kompetitif dalam menghadapi era global, maka Jurusan Bahasa
dan Sastra Arab perlu membenahi kurikulum dan pola pengajaran yang mampu melahirkan
generasi yang unggul. Dari hasil pengamatan mahasiswa BSA yang sangat berharap Jurusan
BSA menciptakan kegiatan yang merangsang peningkatan akademis mahasiswa dan dosen.
Kerinduan itu karena Jurusan Bahasa dan Sastra Arab sangat jarang bahkan tidak pernah
mengadakan kegiatan yang meningkatkan ketrampilan dan akademis mahasiswa. Dari hasil
dialog dengan masyarakat juga mengharapkan Jurusan BSA lebih aktif dan giat
meningkatkan keterampilan mahasiswa.
Karena begitu besar harapan dan amanah masyarakat terhadap Jurusan BSA
untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dan dosen, maka Jurusan Bahasa dan Sastra
Arab ingin mengadakan penelitian survei kepada masyarakat, dengan tujuan untuk mencari
format tersebut perlu masukan pandangan dari stakeholder agar Jurusan Bahasa dan Sastra
Arab ke depan lebih maju dan lebih dikenal oleh masyarakat.

B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif untuk mengkaji lebih dalam.
Penelitian ini menggunakan pendekatan survei, karena data yang dikumpulkan dari
responden yang banyak jumlahnya dengan menggunakan kuesioner. Hal itu dilakukan untuk
membuat generalisasi untuk populasi yang besar.

Pendekatan survei ini tidak terlalu berbeda dengan penelitian ilmiah lainnya dan
merupakan usaha sistimatis untuk mengungkapkan suatu fenomena sosial yang menarik

4

perhatian. Maka fenomena dalam penelitian ini adalah situasi penerimaan mahasiswa yang
mengalami fluktuasi.
Data penelitian ini diambil dari stakeholder yang terdiri atas orang tua mahasiswa
aktif dan alumni, serta masyarakat yang peduli kepada Jurusan Bahasa dan Sastra Arab.
Pembentukan sasaran penelitian ini dilakukan dengan cara pengambilan sampel acak
(random sampling) di setiap lulusan/alumni maupun setiap jenjang mahasiswa aktif. Tiap unit
penelitian atau satuan elemen populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih8.
Tapi untuk mahasiswa aktif secara keseluruhan akan dijadikan populasi data.
Jumlah responden yang digunakan 100 responden yang terdiri dari mahasiswa aktif
ditambah alumni mahasiswa perangkatan serta masyarakat yang peduli Jurusan BSA. Setelah
angket disebar sebanyak 100 angket, hanya 69 angket yang kembali ke peneliti. Jadi, jumlah
data yang diolah hanya 69 responden.
Kuesioner dibuat dengan menggunakan model pertanyaan kombinasi terbuka dan
tertutup, dimana jawaban kuesioner sudah ditentukan yang disusul dengan pertanyaan
terbuka agar responden lebih bebas memberikan jawaban9. Kuesioner dibagi dalam tiga

kategori pertanyaan, yaitu, 1) pertanyaan tentang eksistensi Jurusan Bahasa dan Sastra Arab,
2) harapan masyarakat terhadap keterampilan apa saja yang dibutuhkan mahasiswa, 3)
harapan masyarakat terhadap pengembangan lembaga Jurusan Bahasa dan Sastra Arab.
Variabel yang digunakan sebagai acuan dalam pembuatan pertanyaan kuesioner adalah :


Persepsi/ pandangan orang tua mahasiswa, mahasiswa, dan masyarakat umumnya



terhadap eksistensi Jurusan Bahasa dan Sastra Arab dulu dan akan datang.



mahasiswa.

Keterampilan apa saja yang cocok bagi masyarakat yang harus diberikan kepada

Harapan orang tua mahasiswa dan masyarakat ke masa akan datang bagi Jurusan
Bahasa dan Sastra Arab.


Wawancara adalah salah satu bagian terpenting dari sebuah penelitian. Model
wawancara yang dipergunakan adalah wawancara yang terstruktur terhadap narasumber,
sehingga mampu mendapatkan informasi yang seluas-luasnya yang dibutuhkan dalam
penelitian ini. Hal yang diwawancarakan berkisar harapan ke depan bagi Jurusan BSA dan
masukan bagi pengembangan kurikulum.

8

Masri Singarimbun dan Sofian Efendi. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: Pustaka LP3ES, hlm.178
Ibid.

9

5

Peneliti menggunakan wawancara terbuka yang bersifat mendalam (covert and over
interview) Hal itu berdasarkan pendapat Moleong bahwa dalam penelitian kualitatif

sebaiknya menggunakan wawancara terbuka, dimana para subjek mengetahui bahwa mereka
sedang diwawancarai10.

Adapun hal-hal yang akan diwawancarai berkisar mengenai

program-program, pengembangan sumber daya dosen mahasiswa dilakukan oleh Jurusan
BSA. Narasumber yang diwawancara diantaranya dosen dan mahasiswa. Wawancara kepada
dosen adalah untuk mengetahui bagaimana harapan dalam pengembangan keilmuan mereka,
sedangkan wawancara kepada mahasiswa untuk mengetahui kegiatan apa saja yang
diharapkan mahasiswa di masa depan.
Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah
dibaca dan diinterpretasi11. Proses analisa data dalam penelitian ini selain dengan perhitungan
statistik yang menggunakan tiga proses analisa data yang saling berhubungan yaitu: reduksi
data, displai data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Reduksi data melalui penyeleksian
dan pendataan data, lalu dikode dan dikelompokkan. Displai data dengan cara menampilkan
data-data kualitatif dan statistik dalam bentuk gabungan informasi dan ringkasan terstruktur
sehingga memungkinkan untuk dilakukannya penarikan kesimpulan. Proses selanjutnya yaitu
penarikan kesimpulan dan melakukan verifikasi data yang mencakup proses penafsiran,
pemaknaan data dan pengujian data. Hal ini perlu dilakukan apabila ditemukan data baru
akan terus dilakukan revisi data sehingga data selalui valid dan kesimpulan bisa tepat pada
tujuan.

C. PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP JURUSAN BSA
Jurusan bahasa dan sastra arab yang disingkat menjadi BSA adalah jurusan yang berdiri sejak
tahun 2000, sampai sekarang jurusan ini tetap berdiri dan menerima mahasiswa setiap tahun
tidak kurang satu kelas dengan jumlah mahasiswa perkelas kurang 20 mahasiswa. Pada tahun
2012 jurusan BSA telah terakreditasi B dengan nilai 325.
Dalam pandangan masyarakat, sekitar 99 % menyatakan bahwa peran jurusan bahasa
dan sastra arab fakultas Adab IAIN Sulthan Taha saifudin Jambi masih sangat dibutuhkan,
hal itu disebabkan karena jurusan BSA bertanggun jawab untuk memberikan ketrampilan
kepada mahasiswa dalam bahasa arab dan kritik terhadap pengembangan bahasa dan sastra
arab di Jambi. Ahli-ahli bahasa arab sangat dibutuhakan di daerah jambi, karena masyarakat
Jambi masih sangat religious, dan ketrampilan berbahasa arab adalah ketrampilan yang
10

Lexy J.Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta : Rosdakarya, 2010) hlm 189
Masri Singarimbun dan Sofian Efendi. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: Pustaka LP3ES, hlm.178

11

6

sangat langka, karena tidak semua orang mampu menguasai bahasa secara aktif lisan dan
tulisan, penguasaan bahasa arab biasanya hanya pada taraf penguasaan membaca dan
menerjemahkan.
Jurusan bahasa dan sastra arab (BSA), sangat dikenal dimasyarakat, dan sangat seujut
terhadap keberadaan jurusan BSA, hal itu terbukti dalam sebaran angket, 90 % masyarakat
menyatakan mengetahui dan mengenal keberadaan jurusan BSA Fak Adab IAIN STS Jambi,
dan hanya 10 % yang tidak mengenal. Pengetahuan dan pengenalan masyarakat terhadap
jurusan BSA 25 % dikenal melalui dosen IAIN, 35 % menyatakan mengenal jurusan BSA
melalui mahasiswa IAIN STS Jambi, dan hanya 10 % masyarakat mengenal jurusan BSA
melalui media cetak dan elektronik. Pengenalan masyarakat terhadap jurusan BSA melalui
media elektronik dan cetak sangat sedikit, hal itu disebabkan kurang baiknya hubungan
lembaga ini dengan media, sehingga setiap kegiatan jurusan BSA jarang diliput oleh media.
Tapi dalam setahun terakhir ini hampir seluruh kegiatan jurusan sudah diliput dan dapat
disaksikan liputan acaranya dimedia elektronik dan cetak. Minimnya informasi , jurusan BSA
secara detil seperti telah terakreditasinya jurusan BSA dengan prediket B hanya 29 % yang
mengeahui, dan 40 % belum mengetahui, hal itu juga disebabkan tidak adanya wadah
informasi jurusan BSA, kurangnya komunikasi jurusan dengan masyarakat.
Jurusan Bahasa dan Sastra Arab memliki visi dan misi untuk sebagai arah
pengembangan dimasa depan. Adapun visi jurusan bahasa dan sastra arab adalah “menjadi
jurusan yang unggul dalam bahasa dan sastra arab di era global” ketika visi jurusan ini
dipertanyakan dan dimintakan komentar masyarakat apakah visi jurusan ini sudah pas dan
sesuai dengan masa depan, 100 % mereka menyatakan sangat setuju dengan visi tersebut
karena memang jurusan BSA bertugas menyiapkan generasi akan dating dengan ketrampilan
berbahasa arab secara aktif untuk menghadapi persaingan global dimasa depan mereka.
Adapun miisi jurusan BSA adalah bertanggung jawab menyelenggarakan kajian dan
penelitian pengembangan di bidang bahasa dan sastra arab dan melahirkan lulusan yang
menguasai bidang bahasa dan sastra arab serta memapu berbahasa arab secara baik dan benar,
misi ini ketika ditanyakan komentar masyarakat, mereka 100 % menyatakan sangat setuju
karena jurusan BSA memang harus menyelenggarakan pendidikan bahasa arab, dan harus
melahirkan lulusan yang berkualitas dan mampuni dalam bidang bahasa arab baik dari segi
penggunaan bahasa arab itu sendiri atau dari segi pengembangan bahasa arab melalui
penelitian.
D. HARAPAN MASYARAKAT TERHADAP KETRAMPILAN MAHASISWA
JURUSAN BSA
7

Mahasiswa dalam ilmu sosial disebut agen perubahan, tentu dipundak mahasiswa harapan
perubahan masyarakat menuju kemajuan. Oleh karena itu mahasiswa harus diberikan
ketrampilan yang menunjang kehidupan mereka dimasa datang dan diberi ketrampilan yang
membuat mereka hidup lebih baik lagi. Mereka pada akhirnya mampu melakukan perubahan
dalam masyarakat.
Mahasiswa BSA ini selama kuliah kebanyakan menjadi pengurus atau takmir masjid,
dan mereka diberikan ketrampilan berbahasa dan menguasai ilmu bahasa arab. Oleh karena
hal tersebut, jurusan BSA akan memberikan ketrampilan berupa ilmu da’wah yang merupkan
ilmu tambahan atau skil yang sangat dibutuhkan dan menunjang masa depan mereka dan
mengasah ketrampilan bahasa arab mereka. Ketika ditanyakan kepada masyarakat perihal
mahasiswa akan mendapat tambahan ilmu da’wah dalam konstruk kurikulum BSA untuk
tahun 2013 sebagai matakuliah pilihan, maka sekitar 59 % mereka setuju dengang kebijakan
tersebut, hal ini berarti mayoritas masyarakat setuju dengan perlunya mahasiswa BSA
dibekali dengan ilmu da’wah, dan hanya 15 % yang kurang setuju karena tidak sesuai dengan
jurusan BSA yang semestinya mengembangkan ketrampilan berbahasa bukan ketrampilan
da’wah yang merupakan lahan fakultas ushuludin. Mahasiswa BSA adalah mahasiswa yang
berdasarkan visi dan misi jurusan akan bertanggung jawab pada pengembangan bahasa arab,
maka ketika ditanya kepada masyarakat mengenai perlunya mahasiswaq BSA mengusai
empat ketrampilan dalam berbahasa yaitu ketrampilan menyimak, berbicara, membaca dan
menulis, secara komunikatif maka 65% menjawab sangat setuju, itu artinya hampir 100%
mereka mendukung dan sangat setuju jika empat ketrampilan berbahasa arab itu dibekali
kepada mahasiswa BSA, karena selama ini mahasiswa BSA itu ketika keluar dari kampus dan
telah dinyatakan lulus dan mendapat gelar sarjana, mereka tidak mampu untuk berbahasa
secara ekspresif baik bicara atau menulis, mereka hanya berbahasa pasif. Menurut Suwarno,
dalam pembelajaran bahasa mengandung makna bahwa subjek belajar harus dibelajarkan,
bukan diajarkan, dengan demikian kegiatan belajar berpusat pada subjek belajar (leaner).
Oleh karena itu subjek belajar biasa disebut pembelajar.Pembelajar artinya harus aktif,
mencari, menemukan dan menganalisasi, memecahkan masalah. Belajar bahasa dengan
metoede

komunikatif,

ingin

mengembalikan

kepada

haikakt

bahasa

sebagai

komunikasi12.Bukan suatu rahasia lagi ketrampilan berbahasa arab secara aktif ini memang
selama ini dirasa sangat kurang bagi mahasiswa sastra, padahal di jurusan BSA tempat
pengemblengan empat ketrampilan berbahasa.

12

Suwarno.Strategi Penguasaan Bahasa. (Jakarta : Adicita, 2002) hlm 21

8

Ketika dikelas, mahasiswa sulit untuk memahami sastra arab, baik syair, prosa atau
ilmu balaghoh serta karya sastra lain. Ilmu balagho, naqdul adab, tarikh adab mereka kurang
tertarik untuk mendalami kerena menurut mereka ilmu-ilmu tersebut sulit difahami.
Berangkat dari problem tersebut, ketika ditanya kepada masyarakat apakah mahasiswa BSA
tidak perlu dibekali dengan ilmu sastra arab secara medalam, mereka 50 % mereka tidak
setuju, karena jurusan BSA adalah jurusan yang mengembangkan bahasa dan sastra arab,
yaitu ada kata sastra arab yang menjadi perhatian, menurut mereka kata sastra dibuang saja.
Dan hanya 19 % yang setuju, hal itu disebabkan karena sulitnya memahami sastra dan dari
segi manafaat di masyarakatpun mereka merasakan bahwa ketrampilan sastra

tidak

dibutuhkan, yang mereka rasakan dibtuhkan di masyarakat adalah ketrampilan berbahasa
arab.
Di jurusan BSA terdapat matakuliah utama yang merupakan matakuliah unggulan yaitu
“almasrohiyah” (drama on stage). Matakuliah ini membutuhkan disamping ketrampilan
berbahasa arab juga ketrampilan membuat naskah drama. Maka jurusan BSA akan
memberikan matakuliah khusus penulisan cerpen, naskah drama dan film yang sementara ini
matakuliah penulisan cerpen masih menyatu dengan matakuliah “maharatul kitabah III”.
Setelah diajukan pertanyaan kepada masyarakat tentang matakuliah penulisan cerpen dan
naskah drama dan film, 86,95% menyatakan sangat setuju, dan hanya 14,92% yang
menyatakan kurang setuju. Masyarakat yang setuju diadakan matakuliah khusus penulisan
cerpen dan naskah film dan drama, mereka mengatakan bahwa mahasiswa perlu dibekali
dengan skill disamping ketrampilan menulis karya ilmiah mereka juga diberi ketrampilan
menulis cerita, hal itu sesuai dengan jurusan BSA yaitu kesastraan, dan salah satu
ketrampilan unggulan bidang sastra adalah menulis.
Selanjutnya dalam konstruk kurikulum jurusan BSA mahasiswa diberi matakuliah
“maharatul kalam III” (ketrampilan berbicara III). Pada matakuliah tersebut, mahasuswa akan
diberi ketrampilan menyampaikan berita secara lisan dalam bahasa arab. Oleh karena itu
mahasiswa membutuhkan skill atau teknik pelaporan berita yang kita kenal dengan “reportase
berita”. Berkenaan dengan hal tersebut, jurusan BSA akan memasukkan matakuliah
jurnalistik yaitu tentang dunia kewartawanan. Tawaran ini disampaikan kepada masyarakat,
dan ternyata masyarkat merespon positif, terbukti

72% mereka setuju dengan ide

penambahan matakuliah jurnalistik, dan hanya 28 % yang menyatakan kurang setuju. Bagi
masyarkat yang setuju masuknya tambahan matakuliah jurnalistik hal itu berkaitan dengan
goal (tujuan) jurusan BSA yaiu terampil dibidang sasatra dan bahasa, dan berkait kelindan
dengan ketrampilan menulis, karena untuk mengasah ketrampilan menulis, mahasiswa perlu
9

diperkenalkan dengan dunia jurnalistik.Sedangkan bagi masyarkat yang kurang setuju tentu
mereka menganggap jurnalistik tidak dibutuhkan karena bukan bidang garapan jurusan BSA.
Pemberian ketrampilan yang mengarah ke dunia kerja merupakan usaha jurusan BSA
untuk mendekatkan mahasiswa ke dunia kerja, agar mereka setelah lulus mendapat pekerjaan
yang layak dan sesuai dengan ketrampilan yang mereka peroleh. Bukti data bahwa lulusan
IAIN mudah mendapatkan pekerjaan di masyarakat telah dibuktikan melalui hasil penelitian
penelusuran alumni.Dalam penelitian tersebut yang dijadikan sampel adalah dari 14 IAIN
adalah IAIN yang besar seperti IAIN Yigyakarta, Jakarta dan IAIN Surabaya.Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa lulusan IAIN 70 % mendapatkan pekerjaan, walaupun banyak yang
tidak sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni.Tapi secara umum mereka telah bekerja,
adapun bidang pekerjaan yang dijalankan oleh alumni IAIN adalah bidang pertanian,
konstruksi, lingkungan, pendidikan, perdagangan, keuangan, hokum, keagamaan, informasi
dan sebagainya13.
Pada tahun 2011 jurusan BSA pernah mengadakan survey tingkat penyerapan alumni
BSA di masyarakat, hasilnya sangat mengejutkan bahwa alumni jurusan BSA 40% mereka
bekerja sebagai guru bahasa arab dan juga ada yang menjadi wartawan di media cetak dan
elektronik. Melihat kenyataan tersebut, maka jurusan BSA membekali mahasiswa dengan
ketrampilan seni mengajar bahasa arab atau memasukkan matakuliah metodologi pengajaran
bahasa arab. Setelah ditawarkan kepada masyarakat, 79 % masyarakat menyatakan setuju
dengan masuknya matakuliah metodologi pengajaran bahasa arab dalam konstruk kurikulum
BSA, hal itu mengingat tidak semua mahasiswa itu mempunya hobi menulis, tapi ada juga
diantara mereka yang mempunyai ketrampilan mengajar. Oleh karena itu mahasiswa perlu
juga dibekali dengan seni mengajar bahasa arab. Ketrampilan mengajar perlu diberikan dan
dilatihkan agar ketika mereka akan mengajar mereka sudah memahami bagaimana mengajar
yang baik sehingga mereka akan menjadi guru yang professional.

E. HARAPAN MASYARAKAT TERHADAP PENGEMBANGAN BSA
Harapan adalah kecenderungan individu mempersepsi sesuai dengan apa yang diinginkan.
Ketika seseorang melihat atau menghayati sesuatu, maka timbul persepsi dalam diri yang
bersangkutan. Apabila yang bersangkutan memiliki keinginan tertentu yang berkaitan dengan
objek, maka muncul harapan. Harapan itu dapat berupa keinginan untuk terjadinya sesuatu,
begitu juga untuk tidak terjadinya sesuatu berkenaan dengan objek yang dimaaksud. Harapan

13

Mastuhu. Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam.. hlm 163-165

10

masyarakat sangat besar kepada jurusan bahasa dan sastra arab dalam rangka
mengembangkan keilmuan bahasa arab.
Oleh karena itu untuk mengetahui perkembangan bahasa arab di tingkat local dan
nasional, serta untuk mengetahui bagaimana harapan masyarakat terhadap jurusan BSA di
masa dating, maka jurusan bahasa dan sastra arab berkeinginan membuat Pusat Studi kajian
bahasa dan sastra arab, keinginan ini ketika dikomunikasikan kepada masyarakat ,maka
komentar masyarakat sekitar 90 % menyatakan sangat setuju, karena pusat studi ini akan
bermanfaat untuk pengembangan bahas dan sastra arab, harapan masyarakat bagaimana
pengelolaan pusat studi sebaiknya disamping melibatkan dosen juga melibat mahasiswa
sebagai ajang latihan mereka untuk berfikir secara keilmuan tentang bahasa dan sastra arba.
Kalau perlu yang dikembangkan dalam pusat studi adalah pembudayaan riset ilmiah
kebahasaan, agar mahasiswa mengerti perkembangan bahasa arab baik di dunia tempat
bahasa arab itu lahir maupun ditempat bahasa arab menjadi bahasa yang digemari terutama di
Indonesia. Pusat studi ini seharusnya sudah lama dibentuk karena untuk menguptodate
perkembangan kebahasaan Arab.
Jurusan Bahasa dan Sastra Arab ini didaerah kurang begitu dikenal masyarakat, karena
kurangnya peluang promosi jurusan BSA secara khusus diluar daerah. Oleh karenaitu jurusan
BSA berencanaakan melakukan sosialisasi program jurusan BSA dan sekaligus memberikan
pelatihan bagi mahasiswa untuk ikut serta mengemban amanah jurusan untuk
memperkenalkan ke masyarakat luas. Keinginan jurusan BSA menggandeng mahasiswa
untuk terlibat dalam kegiatan sosialisasi ke daerah diluar kampus. Keinginan dan rencana
tersebut didukung oleh masyarakat, hal terbukti 90 % masyarakat setuju, hal itu disebabkan
karena keterlibatan mahasiswa dalam sosialisasi paling tidak memupuk rasa bertannggung
jawab terhadap pengembangan jurusan dan memiliki sense of belonging, atau rasa memiliki,
dengan tumbuhnya rasa memiliki jurusan ini membuat mahasiswa tetap menjaga nama
jurusan tetap baik dan menumbuhkan kecintaan terhadap almamater. Jadi masyarakat sangat
setuju dengan keikut-sertaan mahasiswa dalam kegiatan sosialisasi.
Karena jurusan BSA ini menjadi jurusan yang diharapkan kontribusinya bagi
pengembagan ketrampilan umat Islam, maka jurusan bahasa dan sastra arab mencoba
membuat kegiatan yang terus menunjang dan meningkatkan ketrampilan dosen secara
akademis, dan juga meningkatkan ketrampilan mahasiswa secara akademis dan keilmuan.
Harapan masyarakat berkenaan dengan peningkatan jurusan BSA sekitar 90 % setuju dengan
jurusan BSA yang berkomitmen akan selalu membuat kegiatan pengembangan dan
pengayaan, peningkatan ketrampilan dosen dan mahasiswa. Terdapat harapan lain dari
11

masyarakat yaitu diaktifkannya bahasa arab sebagai bahasa komunikasi sehari-hari minimal
ketika mahasiswa berurusan dengan jurusan bahasa arab, kenapa demikian karena untuk
membiasakan mahasiswa selalu berkomunikasi dengan bahasa Arab, kebiasaan berbahasa ini
pada akhirnya meningkat taraf kemampuan mahasiswa dalam berbahasa Arab. Agar
peningkatan kebahasaan itu meningkat, masyarakat mengusulkan agar jurusan bahasa
menjaring kerjasama dengan kedutaan Arab untuk mendatangkan native speakers, dengan
kehadiran orang Arab atau pengajar Arab tentu merangsang mahasiswa untuk berkomunikasi
dalam bahasa Arab, disamping itu pula kehadiran orang Arab mampu dijadikan sebagai
contoh berbahasa Arab sesuai dengan penutur aslinya.

F. SIMPULAN
Setelah dijelaskan dalam pemaparan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Persepsi atau pandangan masyarakat terhadap peran jurusan Bahasa dan Sastra Arab, 90
% menyatakan bahwa jurusan BSA sangat dibutuhkan, dan 90 % masyarakat
menyatakan bahwa mereka mengenal dan mengetahui keberadaan jurusan BSA,
kemudian mengenai visi dan misi jurusan BSA, 100 % masyarakat sangat setuju dan
berharap untuk mewujudkan apa yang menjadi visi dan misi jurusan BSA.
2. Harapan masyarakat terhadap pengembangan ketrampilan mahasiswa jurusan BSA, pada
bangunan kurikulum 2013, ini jurusan BSA memasukkan matakuliah pilihan berupa
matakuliah ilmu Da’wah, dengan tambahan matakuliah ini, 59 % masyarakat setuju,
begitupulan dengan upaya jurusan BSA untuk mengembangan empat ketrampilan
berbahas arab seperti, istima’, kalam, qiraa’ah dan kitabah, secara bersamaan dengan
memperbanyak praktek, 70 % mereka sangat setuju. Ketika jurusan mengajujakan
pertanyaan berkenaan dengan penghapusan matakuliah seperti naqdul adab, tarikh adab
dan balaghoh, maka 70 % masyarakat tidak setuju. Jurusan juga berencana memberikan
ketrampilan berupa penulisan naskah drama dan cerpen, maka 86 % masyarakat sangat
setuju. Begitupula dengan matakuliah jurnalistik sebagai tambahan bekal mahasiswa,
masyarakat 73 % sangat setuju. Karna alumni BSA banyak yang mengajar bahasa Arab
di luar kampus, maka jurusan Bahasa Arab memasukkan matakuliah metodologi
pengajaran bahasa Arab, masyarakatpun sangat setuju.
3. Harapan

masyarakat

terhadap

pengembangan

jurusan

BSA,

jurusan

BSA

berkeinginginan membuat pusat studi bahasa dan sastra Arab, masyarakat menyambut
baik dan sangat setuju. Jurusan bahasa dan sastra Arab ketika mengadakan sosialisasi
12

jurusan ke daerah-daerah, jurusan mengajak mahasiswa ikut serta, masyarakat sangat
setuju dengan rencana tersebut. Kemudian 70 % masyarakat mengusulkan untuk
menjaring kerjasama dengan kedutaan Arab, agar mereka mengirimkan tenaga
pengajaran bahasa yang asli ke jurusan BSA.

BIBLIOGRAFI
Drever. Kamus Psikologi. Diterjemah oleh Nancy. Jakarta: Bina Aksaran. 1990
H.A.R.Tilaar. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Prespektif Abad 21 .
Magelang: Tera Indonesia. 1998
Lexy J.Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rosdakarya. 2010
Lynn Wilcox. Psikologi Kepribadian: Analisis Seluk Beluk Kepribadian Muslim.
Yogyakarta: IRGSoD. 2013
Masri Singarimbun dan Sofian Efendi. Metode Penelitian Survei. Jakarta: Pustaka LP3ES.
1989
Mastuhu. Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam. Jakarta: PT Logos. 1999
Mar’at. Sikap dan Perubahan serta Pengukurannya. Jakarta: Ghalia Indonedia. 1984
Suwarno. Strategi Penguasaan Bahasa . Jakarta: Adicita. 2002
Winkel, WS. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramadia. 1989

13