Misteri Allah dalam Perjanjian Lama (1)
Misteri Allah dalam Perjanjian Lama
Misteri dan penyataan Allah
Dalam sejarah keselamatan bangsa Israel, misteri Allah merupakan adalah satu
pengalaman yang dialami sendiri oleh bangsa Israel. Gagasan mengenai misteri Allah ini
secara nyata atau secara eksplisit diungkapkan dalam Kitab Daniel dan Kitab Kebijaksanaan.
Misteri Allah yang ada dalam Kitab-kitab tersebut merujuk pada sebuah pengertian akan
penyataan rahasia Allah. Gagasan mengenai rahasia Allah ini sangat familiar pada masa para
nabi-nabi yang berusaha mewartakan Sabda Allah mengenai rencana keselamatan yang akan
dikerjakan dalam sejarah umat Israel (Am 3:7, Bil 24:4) Tidak dapat dipungkiri penyataan
akan rencana Allah itu merujuk pada sebuah rencana di masa depan. Pewartaan para nabi
akan rencana itu merupakan sebuah pewartaan akan kepastian akan keselamatan pada masa
mendatang.
Misteri Allah yang menyatakan rahasia keselamatan akan digenapi pada waktunya.
Rahasia keselamatan itu dinyatakan Allah kepada para nabi melalui mimpi, vision atau
kedatangan malaikat Allah. Dalam hal ini Allah menyatakan diri-Nya sebagai pewahyu dari
misteri-misteri (Dan 2:28).1 Allahlah yang menyingkapkan kepada bangsa Israel apa yang
tersembunyi, tidak dapat diketahui dan tidak dapat didekati oleh manusia terutama berkenaan
dengan masa depan. Dengan penyataan misteri-misteri tersebut, Allah mengarahkan bangsa
Israel untuk mengetahui pemahaman yang benar. 2 Pemahaman itu tidak lain bahwa Allah
senantiasa memberikan keselamatan kepada mereka. Allah yang memberikan keselamatan
bagi bangsa Israel itu, menyatakan diri lewat beberapa hal antara lain: 1) Allah yang
menyatakan diri-Nya sebagai Tuhan berbelas kasih. 2) Menyatakan kehendak-Nya dalam
Taurat. 3) Menyatakan kemahakuasaan dan kemuliaan-Nya dalam alam semesta. Ketiga hal
inilah yang disampaikan oleh Dister yang menampakkan penyataan Allah dalam Perjanjian
Lama.3 Penyataan tersebut tidak terjadi pada jaman para nabi bahkan terjadi sejak awal mula
dunia. Pada saat itu Allah juga menunjukkan rahasia rencana-Nya melalui ciptaan, pemilihan
para bapa Israel, pembebasan dari Israel dan juga penyataan Allah di Gunung Sinai.
Allah yang berbelas kasih
Dari apa yang diuraikan Dister, tampak bahwa Allah menyatakan diri-Nya dan masuk
dalam sejarah bangsa Israel. Pengalaman itu pada akhirnya membawa mereka pada sebuah
pengakuan akan keberadaan Allah yang tidak terlihat oleh mereka, tetapi nyata mengasihi
mereka dalam hidup sehari-hari. Penyataan akan Allah yang berbelas kasih itu tampak dalam
Allah yang memilih bangsa Israel sebagai bangsa pilihan-Nya. Disini Allah menjadi Tuhan
mereka dan bangsa Israel menjadi umat Allah. Tindakan dalam memilih bangsa Israel sebagai
umat-Nya menurut Horst merupakan kehendak bebas dari Allah. Hal itu tentunya merupakan
anugerah tersendiri dari Allah untuk menyatu bersama umat-Nya. Pemilihan bangsa Israel
sebagai umat pilihan Allah bermula dari penyataan diri Allah kepada Abraham.4
1Xavier Leon dan Dufour (eds), Dictionary of Biblical Theology, London: Geoffrey
Chapman, 1973, hlm. 347.
2 Bdk. Joseph A. Komonchak, The Dictionary of Theology, Dublin: Gill and Macmillan Ltd,
1987, hlm. 688.
3 Bdk. Nico Syukur Dister OFM, Teologi Sistematika I, Yogyakarta: Kanisius, 2008, hlm. 42.
1
Dalam Perjanjian Lama pemilihan Abraham merupakan salah satu kepercayaan
bangsa Israel. Mereka sendiri menyadari bahwa keberadaan mereka “berasal” dari Abraham.
Disisi lain mereka menyadari bahwa mereka juga “berasal” dari para bapa leluhur yaitu Ishak
dan Yakub. Allah pernah memilih para leluhur mereka dari sekalian umat manusia;
memanggil mereka dari antara para sanak saudara; menyatakan diri-Nya kepada mereka;
mengikat perjanjian dan menepati janjinya untuk memberikan suatu keturunan yang besar
dan tanah sebagai milik mereka.5 Pemilihan para bapa Israel menunjukkan bagaimana
pentingnya peranan Allah dalam berbagai peristiwa yang dialami mereka. Allah yang
mengikat perjanjian dan menepatinya, menyatakan rencana-Nya bagi masa depan mereka.
Disini dapat dilihat bagaimana Allah sendirilah yang menyatakan masa depan dan bertindak
dalam kehidupan mereka.
Pemilihan Allah berkenaan para leluhur mereka merupakan salah satu dasar dan dapat
disebut sebagai pelengkap akan pokok-pokok kepercayaan Israel. Pada dasarnya umat Israel
mengakui terlebih dahulu bahwa asal mula mereka “dari Mesir” (Hos 11;1, Am 3:1, Yeh
20:5-6) barulah mereka mengakui juga asalnya dari para leluhur. 6 Hal ini juga sama diperkuat
oleh pendapat Horst yang melihat bahwa pemilihan para bapa Israel merupakan hal yang
sekunder daripada pemilihan Allah kepada Bangsa Israel sendiri.7 Pemilihan Allah kepada
bangsa Israel nyata dalam sejarah penyelamatan Israel dari tanah Mesir.
Sejarah pembebasan dari tanah Mesir merupakan salah pokok kepercayaan Israel
yang penting. Seluruh Kitab Perjanjian Lama menyatakan akan kepercayaan ini. Pembebasan
dari bangsa Mesir lewat peperangan yang mereka alami, bagi Israel bukan karena kebodohan
para musuh atau kehebatan bangsa Israel.8 Bangsa Israel melihat hal itu sebagai karya ajaib
yang dilakukan oleh Allah sendiri. Allah sendirilah yang berperang melawan musuh dan
membebaskan mereka dengan tangan kanan-Nya. Karya Allah yang ajaib itu tertulis dalam
Kitab Keluaran dan menjadi dasar berdirinya umat Israel. 9 Allah sendirilah yang memilih
bangsa tersebut dan membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Dengan begitu, Israel lepas
dari perbudakan dan menjadi umat Allah.
Dalam pembebasan Israel, bukan hanya Allah yang menyatakan tindakan-Nya tetapi
juga Allah yang menyatakan nama-Nya. Penyataan nama Allah yang adalah YHWH
menyatakan kehadiran Allah di tengah umat-Nya. Selain itu dengan menyatakan nama-Nya,
Allah juga menyingkapkan rahasia “kedirian-Nya” dan “ketunggalan-Nya”. Ketunggalan
nama YHWH memperkenalkan ketunggalan YHWH sendiri sebagai Allah dan keallahan-Nya
itu tiada bandingnya.10 Ketunggalan atau keesaan YHWH oleh Boff bukan hanya dipandang
sebagai sesuatu yang biasa. Justru keesaan YHWH merupakan iman Israel akan Allah yang
membebaskan mereka. YHWH yang esa ini adalah satu-satunya Allah yang hidup dan
benar.11 Hal inilah yang membedakan Allah bangsa Israel dengan bangsa lain dan juga bangsa
Mesir. Darisinilah lahirlah monoteisme yang menjadi salah satu identitas bagi bangsa Israel.
4 Horst Dietrich Preuss, Old Testaments Theology I, Kentucky: Westminster Jhon Knox
Press, 2004, hlm. 27-28.
5 Dr. C. Barth, Theologia Perjanjian Lama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988, hlm. 71.
6 Ibid., hlm. 88-89.
7 Bdk. Horst Dietrich Preuss, Op.Cit., hlm. 29.
8 Dr. C. Barth, Op.Cit., hlm. 129.
9 Ibid., hlm. 131.
10 Ibid., hlm. 150-152.
11 Bdk. Leonardo Boff, Allah Persekutuan (terj: Aleksius Armanjaya dan Georg
Kinchberger), Maumere: LPBAJ, 1999, hlm. 25-26.
2
Allah yang menyatakan kehendak-Nya
Penyataan diri Allah tidak hanya berakhir dengan penyataan akan nama-Nya tetapi
juga kehendak-Nya. Penyataan Allah akan kehendak-Nya dinyatakan di puncak gunung Sinai
dan juga menyampaikan firman-Nya. Dalam peristiwa besar, sebelum melakukan perbuatanNya, Allah selalu berfirman dan menyampaikan kehendak-Nya. Firman dan kehendak Allah
ini terwujud dalam sebuah hukum yang tidak lain adalah hukum Taurat. Pemberian hukum
Taurat bukan hanya sebagai pemberian hukum kepada bangsa Israel, tetapi merupakan
sebuah pertemuan antara Allah dengan bangsa Israel. Allah menyatakan diri-Nya dalam awan
dan Israel diminta untuk menguduskan dirinya.
Di gunung Sinai untuk pertama kalinya Allah menyatakan diri sebagai Allah
dihadapan Israel dan juga sebaliknya. Selain itu Allah mengadakan perjanjian dengan
mereka, sehingga mereka menjadi umat Allah dan Allah menjadi Allah mereka. Pada saat
inilah, Israel belajar melakukan perbuatan dan hidup sesuai kehendak-Nya melalui Taurat
yang diberikan oleh Allah. 12 Hal ini sama dengan pendapat Dister yang menyatakan bahwa
Taurat yang diberikan oleh Allah merupakan sebuah penyataan. Penyataan itu mengarahkan
Israel pada sebuah praktik kehidupan yang sesuai dengan Firman yang diberitakan oleh Allah
sendiri.13 Taurat inilah yang kemudian menjadi pedoman bagi bangsa Israel dalam seluruh
kehidupan mereka, walaupun dengan jatuh bangun untuk melaksanakannya.
Allah yang menyatakan kemahakuasaan dan kemuliaan-Nya
Pada akhirnya dalam seluruh sejarah keselamatan bangsa Israel, Allah menyatakan
kemahakuasaan dan kemuliaan-Nya dalam alam yang diciptakan-Nya. Penciptaan oleh Allah
yang diletakkan di awal Perjanjian Lama merupakan sebuah pengakuan bangsa Israel akan
Allah yang telah menciptakan seluruh alam semesta. Penyataan Allah sebagai pencipta
memang tidak selalu dianggap sebagai pengakuan umat Israel yang pokok. Tetapi penciptaan
ini dilihat sebagai suatu kebanggaan, penghiburan dan pengakuan bahwa Allah bangsa
Israellah yang membuat semuanya itu. Hal ini dikarenakan penciptaan alam ini tidak terlalu
terkait erat dengan sejarah terbentuknya Israel seperti pada pada pemilihan para bapa Israel,
pembebasan Israel ataupun penyataan Allah di Gunung Sinai. 14 Disisi lain penciptaan alam
semesta tidak menyentuh secara langsung sejarah keselamatan bangsa Israel.
Pokok penciptaan dunia dipahami sebagai pelengkap dan penjelasan dari penciptaan
umat Israel. Dengan kata lain Kitab-kitab Perjanjian Lama memberitakan pertama-tama dan
terlebih dahulu penciptaan bangsa Israel, baru kemudian penciptaan alam semesta ini.
Walaupun demikian, penciptaan alam juga penyataan diri Allah yang menjadikan segala
sesuatunya teratur.15 Keteraturan dan keberadaan ciptaan itu lahir ketika Allah berfirman.
Dengan Allah berfirman, Allah menyatakan diri-Nya sehingga dapat dikenal, dipuji dan
dipercayai lewat ciptaan yang ada.
Daftar pustaka
12
13
14
15
Bdk.
Bdk.
Bdk.
Bdk.
Dr. C. Barth, Op.Cit., hlm. 255-259.
Nico Syukur Dister OFM, Loc.Cit.
Dr. C. Barth, Op.Cit., hlm. 26-28.
- - - - - -, Teologi Sistematika II, Yogyakarta: Kanisius, 2008, hlm. 45.
3
Barth, Dr. C.. Theologia Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988.
Boff, Leonardo. Allah Persekutuan (terj: Aleksius Armanjaya dan Georg Kinchberger).
Maumere: LPBAJ, 1999.
Dister OFM, Nico Syukur. Teologi Sistematika I. Yogyakarta: Kanisius, 2008.
-------------------------------, Teologi Sistematika II. Yogyakarta: Kanisius, 2008.
Leon, Xavier dan Dufour (eds). Dictionary of Biblical Theology. London: Geoffrey
Chapman, 1973.
Komonchak, Joseph A.. The Dictionary of Theology. Dublin: Gill and Macmillan Ltd, 1987.
Preuss, Horst Dietrich. Old Testaments Theology I. Kentucky: Westminster Jhon Knox Press,
2004.
4
Misteri dan penyataan Allah
Dalam sejarah keselamatan bangsa Israel, misteri Allah merupakan adalah satu
pengalaman yang dialami sendiri oleh bangsa Israel. Gagasan mengenai misteri Allah ini
secara nyata atau secara eksplisit diungkapkan dalam Kitab Daniel dan Kitab Kebijaksanaan.
Misteri Allah yang ada dalam Kitab-kitab tersebut merujuk pada sebuah pengertian akan
penyataan rahasia Allah. Gagasan mengenai rahasia Allah ini sangat familiar pada masa para
nabi-nabi yang berusaha mewartakan Sabda Allah mengenai rencana keselamatan yang akan
dikerjakan dalam sejarah umat Israel (Am 3:7, Bil 24:4) Tidak dapat dipungkiri penyataan
akan rencana Allah itu merujuk pada sebuah rencana di masa depan. Pewartaan para nabi
akan rencana itu merupakan sebuah pewartaan akan kepastian akan keselamatan pada masa
mendatang.
Misteri Allah yang menyatakan rahasia keselamatan akan digenapi pada waktunya.
Rahasia keselamatan itu dinyatakan Allah kepada para nabi melalui mimpi, vision atau
kedatangan malaikat Allah. Dalam hal ini Allah menyatakan diri-Nya sebagai pewahyu dari
misteri-misteri (Dan 2:28).1 Allahlah yang menyingkapkan kepada bangsa Israel apa yang
tersembunyi, tidak dapat diketahui dan tidak dapat didekati oleh manusia terutama berkenaan
dengan masa depan. Dengan penyataan misteri-misteri tersebut, Allah mengarahkan bangsa
Israel untuk mengetahui pemahaman yang benar. 2 Pemahaman itu tidak lain bahwa Allah
senantiasa memberikan keselamatan kepada mereka. Allah yang memberikan keselamatan
bagi bangsa Israel itu, menyatakan diri lewat beberapa hal antara lain: 1) Allah yang
menyatakan diri-Nya sebagai Tuhan berbelas kasih. 2) Menyatakan kehendak-Nya dalam
Taurat. 3) Menyatakan kemahakuasaan dan kemuliaan-Nya dalam alam semesta. Ketiga hal
inilah yang disampaikan oleh Dister yang menampakkan penyataan Allah dalam Perjanjian
Lama.3 Penyataan tersebut tidak terjadi pada jaman para nabi bahkan terjadi sejak awal mula
dunia. Pada saat itu Allah juga menunjukkan rahasia rencana-Nya melalui ciptaan, pemilihan
para bapa Israel, pembebasan dari Israel dan juga penyataan Allah di Gunung Sinai.
Allah yang berbelas kasih
Dari apa yang diuraikan Dister, tampak bahwa Allah menyatakan diri-Nya dan masuk
dalam sejarah bangsa Israel. Pengalaman itu pada akhirnya membawa mereka pada sebuah
pengakuan akan keberadaan Allah yang tidak terlihat oleh mereka, tetapi nyata mengasihi
mereka dalam hidup sehari-hari. Penyataan akan Allah yang berbelas kasih itu tampak dalam
Allah yang memilih bangsa Israel sebagai bangsa pilihan-Nya. Disini Allah menjadi Tuhan
mereka dan bangsa Israel menjadi umat Allah. Tindakan dalam memilih bangsa Israel sebagai
umat-Nya menurut Horst merupakan kehendak bebas dari Allah. Hal itu tentunya merupakan
anugerah tersendiri dari Allah untuk menyatu bersama umat-Nya. Pemilihan bangsa Israel
sebagai umat pilihan Allah bermula dari penyataan diri Allah kepada Abraham.4
1Xavier Leon dan Dufour (eds), Dictionary of Biblical Theology, London: Geoffrey
Chapman, 1973, hlm. 347.
2 Bdk. Joseph A. Komonchak, The Dictionary of Theology, Dublin: Gill and Macmillan Ltd,
1987, hlm. 688.
3 Bdk. Nico Syukur Dister OFM, Teologi Sistematika I, Yogyakarta: Kanisius, 2008, hlm. 42.
1
Dalam Perjanjian Lama pemilihan Abraham merupakan salah satu kepercayaan
bangsa Israel. Mereka sendiri menyadari bahwa keberadaan mereka “berasal” dari Abraham.
Disisi lain mereka menyadari bahwa mereka juga “berasal” dari para bapa leluhur yaitu Ishak
dan Yakub. Allah pernah memilih para leluhur mereka dari sekalian umat manusia;
memanggil mereka dari antara para sanak saudara; menyatakan diri-Nya kepada mereka;
mengikat perjanjian dan menepati janjinya untuk memberikan suatu keturunan yang besar
dan tanah sebagai milik mereka.5 Pemilihan para bapa Israel menunjukkan bagaimana
pentingnya peranan Allah dalam berbagai peristiwa yang dialami mereka. Allah yang
mengikat perjanjian dan menepatinya, menyatakan rencana-Nya bagi masa depan mereka.
Disini dapat dilihat bagaimana Allah sendirilah yang menyatakan masa depan dan bertindak
dalam kehidupan mereka.
Pemilihan Allah berkenaan para leluhur mereka merupakan salah satu dasar dan dapat
disebut sebagai pelengkap akan pokok-pokok kepercayaan Israel. Pada dasarnya umat Israel
mengakui terlebih dahulu bahwa asal mula mereka “dari Mesir” (Hos 11;1, Am 3:1, Yeh
20:5-6) barulah mereka mengakui juga asalnya dari para leluhur. 6 Hal ini juga sama diperkuat
oleh pendapat Horst yang melihat bahwa pemilihan para bapa Israel merupakan hal yang
sekunder daripada pemilihan Allah kepada Bangsa Israel sendiri.7 Pemilihan Allah kepada
bangsa Israel nyata dalam sejarah penyelamatan Israel dari tanah Mesir.
Sejarah pembebasan dari tanah Mesir merupakan salah pokok kepercayaan Israel
yang penting. Seluruh Kitab Perjanjian Lama menyatakan akan kepercayaan ini. Pembebasan
dari bangsa Mesir lewat peperangan yang mereka alami, bagi Israel bukan karena kebodohan
para musuh atau kehebatan bangsa Israel.8 Bangsa Israel melihat hal itu sebagai karya ajaib
yang dilakukan oleh Allah sendiri. Allah sendirilah yang berperang melawan musuh dan
membebaskan mereka dengan tangan kanan-Nya. Karya Allah yang ajaib itu tertulis dalam
Kitab Keluaran dan menjadi dasar berdirinya umat Israel. 9 Allah sendirilah yang memilih
bangsa tersebut dan membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Dengan begitu, Israel lepas
dari perbudakan dan menjadi umat Allah.
Dalam pembebasan Israel, bukan hanya Allah yang menyatakan tindakan-Nya tetapi
juga Allah yang menyatakan nama-Nya. Penyataan nama Allah yang adalah YHWH
menyatakan kehadiran Allah di tengah umat-Nya. Selain itu dengan menyatakan nama-Nya,
Allah juga menyingkapkan rahasia “kedirian-Nya” dan “ketunggalan-Nya”. Ketunggalan
nama YHWH memperkenalkan ketunggalan YHWH sendiri sebagai Allah dan keallahan-Nya
itu tiada bandingnya.10 Ketunggalan atau keesaan YHWH oleh Boff bukan hanya dipandang
sebagai sesuatu yang biasa. Justru keesaan YHWH merupakan iman Israel akan Allah yang
membebaskan mereka. YHWH yang esa ini adalah satu-satunya Allah yang hidup dan
benar.11 Hal inilah yang membedakan Allah bangsa Israel dengan bangsa lain dan juga bangsa
Mesir. Darisinilah lahirlah monoteisme yang menjadi salah satu identitas bagi bangsa Israel.
4 Horst Dietrich Preuss, Old Testaments Theology I, Kentucky: Westminster Jhon Knox
Press, 2004, hlm. 27-28.
5 Dr. C. Barth, Theologia Perjanjian Lama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988, hlm. 71.
6 Ibid., hlm. 88-89.
7 Bdk. Horst Dietrich Preuss, Op.Cit., hlm. 29.
8 Dr. C. Barth, Op.Cit., hlm. 129.
9 Ibid., hlm. 131.
10 Ibid., hlm. 150-152.
11 Bdk. Leonardo Boff, Allah Persekutuan (terj: Aleksius Armanjaya dan Georg
Kinchberger), Maumere: LPBAJ, 1999, hlm. 25-26.
2
Allah yang menyatakan kehendak-Nya
Penyataan diri Allah tidak hanya berakhir dengan penyataan akan nama-Nya tetapi
juga kehendak-Nya. Penyataan Allah akan kehendak-Nya dinyatakan di puncak gunung Sinai
dan juga menyampaikan firman-Nya. Dalam peristiwa besar, sebelum melakukan perbuatanNya, Allah selalu berfirman dan menyampaikan kehendak-Nya. Firman dan kehendak Allah
ini terwujud dalam sebuah hukum yang tidak lain adalah hukum Taurat. Pemberian hukum
Taurat bukan hanya sebagai pemberian hukum kepada bangsa Israel, tetapi merupakan
sebuah pertemuan antara Allah dengan bangsa Israel. Allah menyatakan diri-Nya dalam awan
dan Israel diminta untuk menguduskan dirinya.
Di gunung Sinai untuk pertama kalinya Allah menyatakan diri sebagai Allah
dihadapan Israel dan juga sebaliknya. Selain itu Allah mengadakan perjanjian dengan
mereka, sehingga mereka menjadi umat Allah dan Allah menjadi Allah mereka. Pada saat
inilah, Israel belajar melakukan perbuatan dan hidup sesuai kehendak-Nya melalui Taurat
yang diberikan oleh Allah. 12 Hal ini sama dengan pendapat Dister yang menyatakan bahwa
Taurat yang diberikan oleh Allah merupakan sebuah penyataan. Penyataan itu mengarahkan
Israel pada sebuah praktik kehidupan yang sesuai dengan Firman yang diberitakan oleh Allah
sendiri.13 Taurat inilah yang kemudian menjadi pedoman bagi bangsa Israel dalam seluruh
kehidupan mereka, walaupun dengan jatuh bangun untuk melaksanakannya.
Allah yang menyatakan kemahakuasaan dan kemuliaan-Nya
Pada akhirnya dalam seluruh sejarah keselamatan bangsa Israel, Allah menyatakan
kemahakuasaan dan kemuliaan-Nya dalam alam yang diciptakan-Nya. Penciptaan oleh Allah
yang diletakkan di awal Perjanjian Lama merupakan sebuah pengakuan bangsa Israel akan
Allah yang telah menciptakan seluruh alam semesta. Penyataan Allah sebagai pencipta
memang tidak selalu dianggap sebagai pengakuan umat Israel yang pokok. Tetapi penciptaan
ini dilihat sebagai suatu kebanggaan, penghiburan dan pengakuan bahwa Allah bangsa
Israellah yang membuat semuanya itu. Hal ini dikarenakan penciptaan alam ini tidak terlalu
terkait erat dengan sejarah terbentuknya Israel seperti pada pada pemilihan para bapa Israel,
pembebasan Israel ataupun penyataan Allah di Gunung Sinai. 14 Disisi lain penciptaan alam
semesta tidak menyentuh secara langsung sejarah keselamatan bangsa Israel.
Pokok penciptaan dunia dipahami sebagai pelengkap dan penjelasan dari penciptaan
umat Israel. Dengan kata lain Kitab-kitab Perjanjian Lama memberitakan pertama-tama dan
terlebih dahulu penciptaan bangsa Israel, baru kemudian penciptaan alam semesta ini.
Walaupun demikian, penciptaan alam juga penyataan diri Allah yang menjadikan segala
sesuatunya teratur.15 Keteraturan dan keberadaan ciptaan itu lahir ketika Allah berfirman.
Dengan Allah berfirman, Allah menyatakan diri-Nya sehingga dapat dikenal, dipuji dan
dipercayai lewat ciptaan yang ada.
Daftar pustaka
12
13
14
15
Bdk.
Bdk.
Bdk.
Bdk.
Dr. C. Barth, Op.Cit., hlm. 255-259.
Nico Syukur Dister OFM, Loc.Cit.
Dr. C. Barth, Op.Cit., hlm. 26-28.
- - - - - -, Teologi Sistematika II, Yogyakarta: Kanisius, 2008, hlm. 45.
3
Barth, Dr. C.. Theologia Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988.
Boff, Leonardo. Allah Persekutuan (terj: Aleksius Armanjaya dan Georg Kinchberger).
Maumere: LPBAJ, 1999.
Dister OFM, Nico Syukur. Teologi Sistematika I. Yogyakarta: Kanisius, 2008.
-------------------------------, Teologi Sistematika II. Yogyakarta: Kanisius, 2008.
Leon, Xavier dan Dufour (eds). Dictionary of Biblical Theology. London: Geoffrey
Chapman, 1973.
Komonchak, Joseph A.. The Dictionary of Theology. Dublin: Gill and Macmillan Ltd, 1987.
Preuss, Horst Dietrich. Old Testaments Theology I. Kentucky: Westminster Jhon Knox Press,
2004.
4