Dosen Program Studi Penidikan IPA STKIP Citra Bakti email: tryupayogicitrabakti.ac.id Abstrak - ANALISIS TINGKAT KEMANDIRIAN BELAJAR DALAM MENGGUNAKAN SIMULASI PHET

EJOURNAL IMEDTECH

eISSN 2580-6033

ANALISIS TINGKAT KEMANDIRIAN BELAJAR DALAM MENGGUNAKAN SIMULASI PHET,
AN ANALYSIS ON STUDENTS’ AUTONOMOUS LEARNING LEVEL THROUGH PHET
SIMULATION

1)

I Nyoman Try Upayogi1)
Dosen Program Studi Penidikan IPA STKIP Citra Bakti
email: [email protected]

Abstrak
Kemandirian belajar memiliki pengaruh besar dalam pencapaian belajar peserta didik.
Penelitian tentang kemandirian belajar merupakan suatu hal yang penting untuk
merencanakan pembelajaran yang sesuai. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan
kemandirian belajar peserta didik pada mata kuliah konsep dasar IPA II menggunakan media
belajar virtual laboratorium. Kemandirian belajar pada penelitian ini terdiri dari tiga dimensi
yaitu pengelolaan diri, keinginan untuk belajar, dan kontrol diri. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa rata-rata kemandirian belajar peserta didik berada pada kualifikasi tinggi. Rata-rata
dimensi kontrol diri peserta didik masih berada pada kualifikasi sedang. Dalam pembelajaran
mengunakan media PhET, terdapat keinginan untuk belajar dan kontrol diri peserta didik
yang berada pada kualifikasi sangat kurang.

Abstract
Autonomous learning has influence in learning achievement. Research on autonomous
learning of studensts is an important thing before design a lesson plan. The aim of this
research is to describe the autonomous learning in subject of konsep dasar IPA II which use
virtual laboratory on learning activities. In this research, autonomous learning consists three
dimensions i.e. self-management, desire for learning, and self-control. The results showed
that the average of students' autonomy learning is in high qualification. The average of selfcontrol dimension of learners is still in the medium qualifications. In learning using PhET
application, there are a students has very poor qualifications in desire for learning and selfcontrol.
Kata Kunci: Kemandirian Belajar, PhET.

PENDAHULUAN

pendidikan tinggi adalah Universitas, Institut,

Pendidikan tinggi adalah lanjutan


Sekolah Tinggi, Politeknik, dan Akademi.

dari pendidikan menengah. Pendidikan tinggi

Lulusan dari pendidikan tinggi didesain untuk

dilaksanakan

mampu bersaing dan bertahan di era global

untuk

mengembangkan

kemampuan peserta didik lebih mendalam
sehingga mampu memenuhi tantangan yang
dihadapi pada dunia nyata. Bentuk dari

IMEDTECH VOL.1, NO. 2, DESEMBER 2017


yang penuh dengan tantangan.
Kegiatan belajar di perguruan tinggi
merupakan

suatu

hal

yang

istimewa

1

EJOURNAL IMEDTECH

eISSN 2580-6033

(Privilege), karena hanya


yang memenuhi

belajar memberi sumbangan besar pada

syarat saja yang berhak belajar di lembaga

peningkatan

pendidikan tersebut. Privilege yang melekat

Menurut Sudjana (2006) 70% prestasi belajar

tidak hanya terletak pada sarana fisik dan

dipengaruhi oleh kemampuan individu itu

sumber daya manusia yang disediakan,

sendiri.


kemampuan

seseorang.

tetapi juga pada pengakuan secara formal

Dalam autonomy learning sangat

bahwa seseorang telah menjalani kegiatan

dibutuhkan sumber belajar pendukung untuk

belajar dan pelatihan tertentu.

bisa

Belajar

pembelajaran


secara

kegiatan

mandiri. Sumber belajar yang dimaksud

individual. Kegiatan yang sengaja dipilih

adalah buku dan media belajar. Buku bisa

secara sadar untuk memenuhi suatu tujuan

berupa buku cetak atau buku elektronik

atau

(ebook). Media belajar bisa berupa alat

hanya


merupakan

melakukan

untuk

mengobati

hasrat

keingintahuan. Belajar di perguruan tinggi

peraga

merupakan suatu pilihan di antara berbagai

laboratorium bisa berupa alat peraga virtual

alternatif strategi untuk mencapai tujuan


yang

individual.

kegiatan

Kesadaran

mengenai

tujuan

di

laboratorium.

membantu

Alat


mensimulasikan

praktikum

yang

peraga
setiap

seharusnya

individual ini sangat menentukan sikap dan

menggunakan alat-alat laboratorium. Salah

pandangan belajar di perguruan tinggi yang

satu alat veraga virtual adalah simulasi


pada akhirnya akan menentukan bagaimana

Physic Education Technology (PhET). PhET

seseorang

tinggi.

membantu memudahkan melakukan kegiatan

Karena seseorang mendapat privilege belajar

praktikum ke dalam bentuk simulasi virtual

di perguruan tinggi, seseorang dituntut untuk

laboratorium.

belajar


di

perguruan

berbuat atau bertindak lebih dari mereka

Simulasi PhET ini memungkinkan

yang tidak mendapatkan privilege tersebut.

pelajar

melakukan

Kesadaran ini yang membentuk kemandirian

mandiri.

Semua

belajar pada diri siswa.

dijalankan secara gratis dan memberikan

pembelajaran
fitur

dalam

secara
aplikasi

Kemandirian belajar adalah belajar

visualisasi terhadap praktikum yang imajiner

yang dilakukan dengan sedikit atau sama

seperti tentang atom yang tidak bisa dilihat

sekali tanpa bantuan pihak luar (Slameto,

dengan mata telanjang. Dalam PhET semua

2010).

untuk

praktikum divisualisasikan sesuai konsep dan

ilmu,

teori. Simulasi PhET juga memungkinkan

meningkatkan keterampilan, dan menjadi

siswa mengurangi miskonsepsinya terkait

pribadi yang pantas mendapatkan privilege

konsep-konsep dalam praktikum.

Kesadaran

mengembangkan

diri,

seseorang
menambah

merupakan esensi dari kemandirian belajar

Berdasarkan

hal

tersebut

maka

(autonomy learning). Kemandirian belajar

penting dianalisis tingkat kemandirian siswa

memiliki pengaruh besar dalam prestasi

dalam menggunakan simulasi PhET.

belajar yang dicapai siswa. Kemandirian
KAJIAN LITERASI
IMEDTECH VOL.1, NO. 2, DESEMBER 2017

2

EJOURNAL IMEDTECH

eISSN 2580-6033

Kemandirian Belajar
Belajar merupakan

kognitifnya
proses

aktif

pengalaman

Belajar

juga

fisis,

dan

lain-lain.

merupakan

mengasimilasikan

dan

kecenderungan

yang

merupakan

diri

sendiri

untuk

proses

menyelesaikan suatu masalah secara bebas,

menghubungkan

progresif, dan penuh dengan inisiatif (Utomo,
2007).

dengan

Tirtarahardja

seseorang

inilah

Kemandirian

pengalaman atau bahan yang dipelajari
pengertian

mandiri

membentuk kemandirian belajar.

siswa (pelajar) mengkonstruksi arti teks,
dialog,

secara

yang

sudah

sehingga

dimiliki

pengertiannya

Kemandirian
dan

belajar

Sulo

menurut

(2005),

adalah

aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih

dikembangkan. Lebih lanjut, belajar dapat

didorong

diartikan

sendiri dan tanggung jawab sendiri dari

juga

pengetahuan

sebagai

dari

penyusunan

pengalaman

konkrit,

oleh

kemauan

pembelajaran.

aktivitas kolaboratif, refleksi, dan interpretasi

diperlukan

(Suparno, 1997).

tanggung

sendiri,

Kemandirian

agar
jawab

pebelajar
dalam

pilihan
belajar

mempunyai

mengatur

dan

Menurut pandangan konstruktivisme

mendisiplinkan dirinya. Sikap tanggung jawab

masuknya informasi baru ke dalam skemata

dan disiplin diri perlu dimiliki karena hal

melalui dua mekanisme, yakni asimilasi dan

tersebut merupakan ciri dari kedewasaan

akomodasi. Pada proses asimilasi seseorang

orang terpelajar.

menggunakan

struktur

kemampuan

yang

kognitif

dan

Indikator paling mendasar dalam

ada

untuk

autonomy learning adalah keinginan sendiri

sudah

beradaptasi dengan masalah atau informasi

(inisiatif)

baru

Keinginan

yang

Sedangkan

datang

dari

lingkungannya.

pada

proses

dan

tanggung

jawab

rasa

tanggung

dan

akomodasi

mendorong

seseorang

untuk

merupakan proses pembentukan skemata

melakukan

berbagai

kegiatan

baru atau memodifikasi struktur yang sudah

tercapainya tujuan belajar.

individu.
jawab

berusaha
untuk

ada supaya struktur kognitif tersebut dapat

Kemandirian belajar (self-direction in

menyerap informasi baru yang dihadapi.

learning) dapat diartikan sebagai sifat dan

Ketidaksesuaian struktur kognitif yang dimiliki

sikap

seseorang

yang

pebelajar untuk melakukan kegiatan belajar

dihadapai menyebabkan ketidakseimbangan

secara mandiri maupun dengan bantuan

dalam struktur kognitifnya. Dalam kondisi

orang lain berdasarkan motivasinya sendiri

seperti ini, orang menyadari bahwa cara

untuk menguasai suatu kompetensi tertentu

berpikirnya bertentangan dengan kejadian

sehingga

yang ada di sekitarnya, ia akan berusaha

memecahkan masalah yang dijumpainya di

untuk mereorganisasi struktur kognitifnya

dunia nyata (Sunarto, 2008).

dengan

informasi baru

agar sesuai dengan informasi baru yang
dihadapi (Darma, 2007; Suarbawa, 2008).
Usaha

untuk

mereorganisasi

serta

kemampuan

dapat

Kemandirian

yang

digunakannya

nantinya

dimiliki

untuk

akan

menentukan tingkatan otonomi yang dimiliki

struktur

IMEDTECH VOL.1, NO. 2, DESEMBER 2017

3

EJOURNAL IMEDTECH

eISSN 2580-6033

oleh siswa. Sunarto (2008) menyatakan jika

5. Level 5 – Pelajar menentukan tujuan,

pebelajar telah mencapai kemandirian belajar

hasil yang ingin dicapai, menentukan

yang tinggi maka dia akan berpeluang

dan

menjadi pebelajar yang mandiri. Jika dilihat

mengidentifikasi

dari tingkatan otonomi yang dimiliki oleh

sumber dengan efektif lalu mengevaluasi

siswa, maka

belajar dapat

hasil belajar secara mandiri. Fasilitator

terbentang dari instruksi yang 100% di kelas

mendukung pelajar dalam cara yang

hingga siswa yang mempunyai tanggung

bersahabat, mengusulkan dan memandu

jawab terhadap proses pembelajaran di

bila diperlukan serta berbagi kontrol

dalam suatu pengalaman belajar mandiri

dalam proses pembelajaran.

pengalaman

melaksanakan
dan

aktivitas,
menggunakan

(kontrol penuh dari siswa). Tingkatan otonomi

Sedangkan Grow (dalam Muslimin,

yang dimiliki oleh siswa menurut Ricard

2008) mengklasifikasikan kemandirian belajar

(2007) terbagi menjadi 5 tingkatan atau level

ke dalam empat tahap: 1) pebelajar yang

yaitu:

tergantung (dependent learner), 2) pebelajar

1. Level 1 – Tujuan, objek, aktivitas,

yang tertarik (interested learner), 3) pebelajar

sumber dan evaluasi sudah ditentukan.

yang

Fasilitator mendukung, membantu dan

pebelajar mandiri (self-directed learner).

mendemontrasikan

aktivitas

terlibat

(involved

learner)

dan

4)

belajar

Berdasarkan model tahapan belajar

tetapi pada dasarnya mengontrol proses

mandiri di atas, pebelajar yang mempunyai

belajar itu sendiri.

karakteristik tahap 1 dan 2 akan sangat sulit

2. Level 2 – Pelajar dan fasilitator bersama-

mengikuti pendidikan dengan sistem belajar

sama menentukan tujuan dan objek

mandiri. Pebelajar dengan karakteristik tahap

serta

3

menentukan

berkolaborasi.
sumber

aktivitas

Fasilitator

belajar

dan

dengan

menentukan
mengevaluasi

pengalaman yang didapat.
menentukan

tujuan,

keterampilan

learners),
dan

telah

mempunyai

pengetahuan

serta

memandang dirinya sebagai partisipan dalam
belajarnya sendiri. Peran guru dalam hal ini

3. Level 3 – Pelajar dan fasilitator bersamasama

(involved

objek,

adalah

sebagai

fasilitator

yang

berkonsentrasi pada upaya memfasilitasi,

aktivitas, serta mengidentifikasi sumber

mengkomunikasikan

belajar dengan berkolaborasi. Fasilitator

pebelajar

mengevaluasi

terutama

keterampilan

pada kondisi formal di mana nilai itu

(MacDougall,

dibutuhkan.

karakteristik tahap 4 (self-directed learners)

pengalaman

tersebut

dan

mendukung

dalam

menggunakan

yang
2008).

telah

mereka

Pebelajar

miliki
dengan

4. Level 4 – Serupa dengan level 3 hanya

sudah mampu menyusun tujuan dan standar

pada saat mengevaluasi pelajar memiliki

belajarnya sendiri, baik dengan atau tanpa

kebebasan untuk terlibat atau tidak.

bantuan ahli. Ia telah mampu memanfaatkan
ahli, lembaga dan sumber-sumber lain untuk

IMEDTECH VOL.1, NO. 2, DESEMBER 2017

4

EJOURNAL IMEDTECH
mencapai

tujuan

eISSN 2580-6033

belajarnya.

Pebelajar

menjadikan siswanya sebagai pebelajar yang

mandiri bukan berarti penyendiri, tapi ia telah

mandiri.

mampu berkolaborasi dengan orang lain baik

bahwa, karakteristik guru efektif antara lain

dalam klub atau kelompok belajar informal

mengakui dan menghargai keunikan masing-

(MacDougall, 2008). Peranan guru dalam hal

masing siswa dengan cara mengakomodasi

ini adalah sebagai konsultan untuk terus

pemikiran

memberikan delegasi atau memberdayakan

perkembangan, kemampuan,bakat, persepsi

kemampuan belajarnya.

diri, serta kebutuhan akademis dan non

Kemandirian

siswa,

(2007)

gaya

menyatakan

belajar,

tingkat

dalam

akademis siswa. Selanjutnya guru yang

penelitian ini didefinisikan sebagai sikap yang

efektif akan memulai pembelajaran dengan

ditunjukkan

asumsi dasar bahwa semua siswa bersedia

oleh

pengelolaan

belajar

Nugraheni

siswa

diri

yang

meliputi

(self-management),

untuk belajar dengan sebaik-baiknya.

keinginan untuk belajar (desire for learning),
dan

kontrol

diri

Aspek

yang baik akan membantu siswa mampu

siswa

memaksimalkan siswa dalam

melakukan

dalam mencukupi kebutuhannya sendiri dan

autonomy

merancang

bertanggung jawab atas tindakannya. Aspek

sebuah rencana pembelajaran yang baik

keinginan belajar meliputi sikap inisiatif dan

perlu dilakukan sharing dan diskusi dengan

mampu mengatasi masalah. Kemampuan

pengajar lain

kontrol diri meliputi sikap percaya diri dan

mengajar

dapat mengambil keputusan.

belajar peserta didik (upayogi, 2017).

pengelolaan

(self-control).

Perancangan rencana pembelajaran

diri meliputi perilaku

Kemandirian
hakekatnya
otonomi

adalah

dan

belajar
tentang

Dalam

untuk menentuan metode

yang

sesuai dengan

karakter

pada

kebebasan,

Laboratorium biasanya didefinisikan

sendiri.

sebagai: (1) tempat yang dilengkapi untuk

siswa

eksperimental studi dalam ilmu pengetahuan

memegang peran dan kendali terhadap

atau untuk pengujian dan analisa; tempat

pembelajaran

memberikan

Walaupun

proses
dalam

di

samping

belajar

itu

Physic Education Technology

juga

melakukan

pilihan,

learning.

belajar

bukan

mandiri

berarti

guru

tidak

kesempatan

untuk

memiliki andil dalam pembelajaran. Guru

bereksperimen, pengamatan, atau praktek

dalam konteks belajar mandiri mempunyai

dalam

peran

akademis

sebagai

konsultan

yang

bidang

bekerja.

dan

didefinisikan

mengidentifikasi dan

pebelajar

dalam

atau

disisihkan

memberdayakan kemampuan belajar siswa
membantu

studi,

untuk

Sebuah

(2)

laboratorium

laboratorium

sebagai

periode

lingkungan

virtual
yang

mengenali cakupan

interaktif untuk menciptakan dan melakukan

pilihan yang ada untuk mampu berbuat lebih

eksperimen simulasi: taman bermain untuk

bagi pebelajar (Brockett, 2006). Guru dituntut

bereksperimen.

efektif dalam pembelajaran sehingga mampu

dependent

IMEDTECH VOL.1, NO. 2, DESEMBER 2017

Ini

terdiri

program

dari

simulasi,

domain
unit

5

EJOURNAL IMEDTECH

eISSN 2580-6033

eksperimental disebut objek yang mencakup

pembelajaran

file data, alat yang beroperasi pada benda-

memberikan alat kepada siswa untuk bekerja

benda, dan buku referensi.

dalam IPA; (2) memberikan kesempatan

Laboratorium
sistem

yang

virtual

dapat

merupakan

digunakan

IPA

dengan

tujuan:

(1)

kepada siswa dalam rangka memperoleh

untuk

pemahaman yang lebih mendalam tentang

mendukung system praktikum yang berjalan

IPA, bila dibandingkan dengan pengajaran

secara konvensional. laboratorium virtualini

konvensional yang telah diperolehnya; (3)

biasa disebut dengan Virtual Laboratory atau

mendorong

V-Lab.

adanya

permasalahan IPA dalam cara yang sama

laboratorium virtual ini dapat memberikan

dengan bagaimana para ahli bekerja dalam

kesempatan kepada siswa khususnya untuk

konteks penelitiannya.

Diharapkan

dengan

siswa

untuk

mengungkap

melakukan praktikum baik melalui atau tanpa

Perkembangan Laboratorium Virtual

akses internet sehingga siswa tersebut tidak

di dunia sangat cepat. Saat ini mayoritas

perlu hadir untuk mengikuti praktikum di

Laboratorium

ruang

menjadi

terpasang berbasis web atau online, tetapi

pembelajaran efektif karena siswa dapat

banyak juga yang masih dikembangkan

belajar sendiri secara aktif tanpa bantuan

secara offline. Dengan semakin banyaknya

instruktur ataupun asisten seperti sistem

Laboratorium

yang

secara gratis atau bahkan bisa didownload.

laboratorium.

berjalan.

Hal

Dengan

ini

format

tampilan

Virtual

Virtual

terbesar

yang

bisa

sudah

diakses

berbasis web cukup membantu siswa untuk

Salah satu laboratorium virtual yang

dapat mengikuti praktikum secara mandiri

berkembang dan banyak digunakan saat ini

(Puspita dan Yamin, 2008).

adalah

Laboratorium Virtual adalah berupa
software

komputer

kemampuan

untuk

yang
melakukan

memiliki
modeling

Physics

Education

Technology

(PhET). PhET menyediakan simulasi yang
menyenangkan,
pengetahuan

gratis,

interaktif,

ilmu

berbasis

penelitian

dan

peralatan komputer secara matematis yang

matematika. Physics Education Technology

disajikan

(Phet)

melalui

Laboratorium

sebuah

simulasi

interaktif

fenomena-fenomena fisis, berbasis riset yang

dalam

diberikan secara gratis. Dengan pendekatan

proses pembelajaran. Laboratorium Virtual

berbasis-riset yang menggabungkan hasil

bukanlah

penelitian sebelumnya memungkinkan para

pemahaman

pengganti

Laboratorium

diperlukan

merupakan

untuk

memperkuat

Virtual

simulasi.

riil

konsep

tetapi

yang

bagian

digunakan

dari
untuk

siswa

untuk

menghubungkan

fenomena

melengkapi dan memperbaiki kelemahan-

kehidupan

kelemahan yang ada. Laboratorium Virtual

mendasarinya, pada akhirnya memperdalam

mungkin tidak perlu komprehensif, namun

pemahaman

pada

mereka terhadap Sains.

prinsipnya

pengintegrasikan

adalah
TIK

bentuk

dalam

upaya

nyata
dan

dan

ilmu

meningkatkan

yang
minat

kurikulum

IMEDTECH VOL.1, NO. 2, DESEMBER 2017

6

EJOURNAL IMEDTECH
Di

dalam

eISSN 2580-6033
materi

peralatan laboratorium nyata. Mahasiswa

pembelajaran, guru pastinya akan lebih

dikelompokkan dalam 3 kelompok, yaitu

terbantu

kelompok

dengan

pembelajaran.

penyampaian
menggunakan

Bagaimana

media

meggunakan

yang

menggunakan

komputer, kelompok

yang

simulasi

menggunakan

PhET. PhET bisa digunakan secara online

laboratorium nyata dan kelompok yang sama

dan juga bisa diguakan secara offline. Secara

sekali

online tentu guru harus punya koneksi

Hasilnya

internet ketika mengajar. PhET juga bisa

mahasiswa

digunakan

komputer memiliki pemahaman yang paling

secara

offline

yaitu

dengan

menginstal Program PhET pada laptop.

tidak

ternyata

unggul

Khusus untuk mata pelajaran Fisika,
guru sudah terbantu dengan adanya media

menggunakan
yang

secara

laboratorium.

menunjukkan

bahwa

menggunakan
konseptual

simulasi

dan

dapat

menerangkan bagaimana sirkuit listrik yang
sebenarnya bekerja.

pembelajaran berupa animasi yang telah

Pada tahun berikutnya, Finkelstein,

disediakan oleh website khusus yaitu situs

et,. al. Melanjutkan penelitian serupa dengan

PhET. PhET digunakan untuk membantu

perlakuan

siswa memahami konsep visual, simulasi.

Mahasiswa dibagi menjadi 2 kelompok , yaitu

PhET

mahasiswa

menganimasikan

besaran-besaran

kelompok
yang

yang

berbeda.

menggunakan

simulasi

dengan menggunakan grafis dan kontrol

PhET dan mahasiswa yang menggunakan

intuitif seperti klik dan tarik, penggaris dan

peralatan

tombol.

ternyata menunjukkan bahwa efek belajar

Dan

eksplorasi

untuk

lebih

kuantitatif,

mendorong

nyata.

Hasilnya

juga

dengan simulasi PhET tetap memberikan

menyediakan instrumen pengukuran seperti

hasil yang menakjubkan (Finkelstein et,. al,

penggaris,

2005).

stopwatch,

termometer.

Pada

saat

simulasi

laboratorium

voltmeter

dan

alat-alat

ukur

digunakan secara interaktif, hasil pengukuran
akan

langsung

ditampilkan

atau

dianimasikan, sehingga secara efektif akan
menggambarkan hubungan sebab-akibat dan
representasi terkait dari sejumlah parameter
percobaan

seperti

gerak

benda,

grafik,

tampilan angka dan sebagainya.
Finkelstein,

et

al.

sebagai pengganti laboratorium nyata dalam
pembelajaran fisika di kelas. Simulasi yang
digunakan adalah simulasi arus listrik DC dan
dengan

menggunakan

pendekatan deskriptif kuantitatif. Pendekatan
ini digunakan untuk mengungkap masalah
dalam

penelitian

ini.

Sugiyono

2012

menyatakan penelitian kuantitatif digunakan
pada realitas/gejala/fenomena yang dapat

(2004) telah

melakukan pengujian efek simulasi komputer

dibandingkan

METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian
ini

menggunakan

IMEDTECH VOL.1, NO. 2, DESEMBER 2017

teramati

dan

terukur.

Penelitian

yang

dilakukan ini ingin mengungkap fenomena
yang terjadi dalam dunia pendidikan yang
terkait dengan tingkat kemandirian belajar
mahasiswa. Pendekatan ini diharapkan dapat
mengungkap masalah yang secara rinci dan
7

EJOURNAL IMEDTECH

eISSN 2580-6033

jelas tentang kemandirian belajar mahasiswa
dalam mengikuti mata kuliah Konsep Dasar

D. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data kemandirian

IPA II.

belajar dilakukan dengan metode kuesioner
dengan

memberikan

angket

yang

telah

mahasiswa

yang

B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Program

disediakan

Studi

Dasar

Penskoran dengan model skala likert yang

(PGSD) STKIP Citra Bakti yang beralamat di

telah ditetapkan yaitu: SL (Selalu) skor 5, SR

Jl. Bajawa - Ruteng, Kecamatan Bajawa,

(Sering) skor 4, KD (Kadang-kadang) skor 3,

Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur.

J (Jarang) skor 4, TP (Tidak Pernah) skor 1.

C. Populasi dan sampel penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah

E. Anlisis Data
Data dianalisis

seluruh mahasiswa PGSD STKIP Citra Bakti

kuantitatif dengan menggunakan skala 5

yang mengikuti mata kuliah Konsep Dasar

teoritik, untuk menetukan klasifikasi skala

IPA II pada semester II dan Semester IV

kemandirian siswa menurut masing-masing

yang berjumlah 90 mahasiswa. Sampel pada

dimensi

penelitian

menuntjukkan skala penilaian pada skala

Pendidikan

ini

Guru

adalah

Sekolah

mahasiswa

PGSD

STKIP Citra Bakti yang mengikuti mata kuliah

sebelumnya

kepada
subjeknya

kemandirian

telah

ditentukan.

secara

belajar.

deskriptif

Tabel

1

lima teoritik menurut Koyan (2012).

Konsep Dasar IPA II

Tabel 1. Skala Penilaian atau kategori/ Klasifikasi pada skala lima Teoritik
Rentang Skor
Klasifikasi
Mi + 1,5 SDi - < Mi + 3,0 SDi
Sangat tinggi
Mi + 0,5 SDi - < Mi + 1,5 SDi
Tinggi
Mi - 0,5 SDi - < Mi + 0,5 SDi
Sedang
Mi - 1,5 SDi - < Mi - 0,5 SDi
Kurang
Mi - 3,0 SDi - < Mi - 1,5 SDi
Sangat kurang
(Koyan, 2012)

HASIL DAN PEMBAHASAN

atas tindakannya. Aspek keinginan belajar

Dari hasil pengumpulan data yang

meliputi sikap inisiatif dan mampu mengatasi

dilakukan melalui angket dan wawancara,

masalah. Kemampuan kontrol diri meliputi

diperoleh data mengenai kemandirian belajar

sikap percaya diri dan dapat mengambil

yang

keputusan.

meliputi

management),

pengelolaan
keinginan

diri

untuk

(selfbelajar

(desire for learning), dan kontrol diri (selfcontrol). Aspek pengelolaan diri meliputi
perilaku

siswa

dalam

mencukupi

Berdasarkan analisis data diperoleh
tingkat

kemandirian

Kemandirian

belajar

belajar

mahasiswa.

mahasiswa

dalam

belajar konsep dasar IPA II menggunakan

kebutuhannya sendiri dan bertanggung jawab
IMEDTECH VOL.1, NO. 2, DESEMBER 2017

8

EJOURNAL IMEDTECH

eISSN 2580-6033

simulasi PhET termasuk dalam kategori

orang (42% mahasiswa), dan berkategori

sangat

kurang sebanyak 2 orang (2% mahasiswa).

tinggi

sebanyak

5

orang

(6%

mahasiswa), kategori Tinggi 45 orang (50%

Hasil

analisis

mahasiswa), kategori sedang sebanyak 38

ditunjukkan

data

kemandirian

belajar

Grafik

1.

pada

45

50

Jumlah Mahasiswa

38
40
30
20
5

10

2

0

0
Sangat
Tinggi

Tinggi

Sedang

Kurang

Sangat
Kurang

Grafik 1. Tingkat Kemandirian Belajar

Berdasarkan Grafik 1 terlihat 45

dalam beradaptasi dengan teknologi, (5)

mahasiswa memiliki kualifikasi kemandirian

kekurangan sarana berupa buku pegangan

belajar

memiliki

dan laptop atau komputer, (6) aplikasi PhET

kualifikasi kemandirian belajar sedang. Hal ini

yang tidak bisa dijalan di beberapa versi

menujukkan masih cukup banyak mahasiswa

Windows

yang memiliki tingkat kemandirian belajar

mahasiswa dikampus membuat mahasiswa

yang sedang meskipun sudah berapa di

sering melupakan tugas yang telah diberikan,

tingkat

dan (8)

karakter mahasiswa yang masih

kurang

dalam

tinggi.

35

perguruan

privilege.

mahasiswa

tinggi

Hasil

yang

dari

memiliki

wawancara

mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor
yang

menyebabkan

tingkat

kemandirian

belajar mahasiswa berada pada kategori
sedang dalam matakuliah Konsep Dasar IPA
II yang menggunakan simulasi PhET. Faktor
yang menjadi penyebab adalah (1) waktu
belajar dirumah yang kurang karena harus
membantu

orang

tua

berkebun,

(2)

keenganan mahasiswa untuk mengulang
pembelajaran yang telah dibahas dikampus,
(3) keenganan mahasiswa mencari terlebih
dahulu materi yang akan diajar pada saat
perkuliahan,

(4)

kelemahan

10,

(7)

padatnya

hal

tanggung

aktivitas

jawab

menyelesaikan study dengan baik.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut
dapat disimpulkan 4 aspek dasar penyebab
tingkat kemandirian belajar dalam kategori
sedang yaitu (1) kemampuan manajemen
waktu yang kurang, (2) kurangnya rasa
tanggungjawab

pribadi

mahasiswa,

(3)

kurangnya sarana belajar yang mendukung,
dan (4) tidak sinkronnya beberapa simulasi
dalam program PhET dengan beberapa versi
dari Windows 10.

mahasiswa

IMEDTECH VOL.1, NO. 2, DESEMBER 2017

9

EJOURNAL IMEDTECH
Data

eISSN 2580-6033

tetang

aspek-aspek

memilih. Data kualifikasi tiap aspek-aspek

kemandirian belajar menunjukkan kelemahan

kemandirian belajar ditunjukkan pada Tabel

dalam aspek mampu mengatasi masalah dan

2.

aspek dapat mengambil keputusan dalam

Tabel 2. Aspek-Aspek Kemandirian Belajar Mahasiswa
Kualifikasi (%)
Dimensi
Aspek
ST
T
S
K
Mencukupi Kebutuhan
8
62
28
2
Sendiri
Pengelolaan diri
(Self-Management)
Bertanggung Jawab Atas
18
60
21
1
Tindakannya
Memiliki Inisiatif
16
62
17
4
Keinginan untuk Belajar
Mampu Mangatasi
(Desire for Learning)
2
36
57
2
Masalah
Percaya Diri
7
56
36
1
Kontrol Diri
Dapat Mengambil
(Self-Control)
1
28
60
10
Keputusan Dalam Memilih

SK

1
3
1
1

Hasil analisis data menunjukkan

sedang dan bahkan masih ada mahasiswa

bahwa dimensi pengelolaan diri rata-rata

yang berada pada kategori kurang. Menurut

berada pada kualifikasi Tinggi. Pada aspek

hasil observasi dan wawancara mahasiswa

mencukupi kebutuhan sendiri, sebesar 62%

yang

mahasiswa berada pada kualifikasi tinggi, 8%

disebabkan karena kurang bisa mengatur

mahasiswa berada pada kualifikasi sangat

waktu dan kurang bertanggung jawab atas

tinggi,

pada

dirinya. Mahasiswa merasa enggan untuk

mahasiswa

berusaha lebih keras lagi mencoba setiap

berada pada kualifikasi kurang. Pada aspek

simulasi yang ada di aplikasi PhET. Simulasi

bertanggung jawab atas tindakannya sebesar

yang dicoba hanya sebatas simulasi yang

18% mahasiswa berada pada kualifikasi

telah diterangkan pada saat kuliah.

28%

kualifikasi

mahasiswa

sedang,

dan

berada
2%

sangat tinggi, 60% mahasiswa berada pada
kualifikasi tinggi, 21% mahasiswa berada
pada kualifikasi sedang, dan 1% mahasiswa
berada pada kualifikasi kurang.
Rata-rata kualifikasi pengelolaan diri

berada

pada

kategori

Dimensi keinginan

untuk

kurang

belajar

rata-rata berada pada kualifikasi tinggi. Pada
aspek

memiliki

inisiatif,

sebesar

16%

mahasiswa berada pada kategori sangat
tinggi,

62%

mahasiswa

berada

pada

untuk aspek mencukupi kebutuhan sendiri

kualifikasi tinggi, 17% mahasiswa berada

dan bertanggung jawab atas tindakannya

pada kualifikasi sedang, 4% mahasiswa

berada pada kategori tinggi, namun cukup

berada pada kualifikasi kurang, dan 1%

besar mahasiswa berada pada kategori

mahasiswa berada pada kualifikasi sangat

IMEDTECH VOL.1, NO. 2, DESEMBER 2017

10

EJOURNAL IMEDTECH

eISSN 2580-6033

rendah. Pada aspek mampu mengatasi

Dimensi kontrol diri rata-rata berada

masalah, sebesar 2% mahasiswa berada

pada

pada

percaya diri, sebesar 7% mahasiswa berada

kualifikasi

sangat

tinggi,

36%

kualifikasi

sedang.

Pada

aspek

mahasiswa berada pada kualifikasi tinggi,

pada

57% mahasiswa berada pada kualifikasi

mahasiswa berada pada kualifikasi tinggi,

sedang,

36% mahasiswa berada pada kualifikasi

2%

kualifikasi

mahasiswa

kurang,

dan

berada
3%

pada

mahasiswa

berada pada kualifikasi sangat kurang.

mahasiswa

kualifikasi

sedang

yang

berada

pada

dan

bahkan

ada

mahasiswa yang terkategori sangat kurang.
Pada

aspe

mampu mengatasi masalah

menunjukkan rata-rata mahasiswa berada
pada kualifikasi sedang dan 3% mahasiswa
berada pada kualifikasi sangat kurang. Hasil
observasi
keingginan

dan

wawancara

mahasiswa

menunjukkan

untuk

sedang,

1%

kualifikasi

Pada aspek memiliki inisiatif masih
banyak

kualifikasi

sangat

tinggi,

mahasiswa

kurang,

dan

berada
1%

56%

pada

mahasiswa

berada pada kualifikasi sangat kurang. Pada
aspek dapat mengambil keputusan untuk
memilih, sebesar 1% mahasiswa berada
pada

kualifikasi

mahasiswa

sangat

tinggi,

28%

berkualifikasi

tinggi,

60%

mahasiswa berada pada kualifikasi sedang,
10% mahasiswa berada pada kualifikasi
kurang, dan 1% mahasiswa berada pada
kualifikasi sangat kurang.

mencoba

Berdasarkan hasil observasi dan

teknologi baru masih rendah. Mahasiswa

wawancara,

cenderung

sebuah

percaya diri dalam menyampaian tanggapan

teknologi karena takut merusak komputer

saat sesi diskusi. Mahasiswa juga cenderung

atau laptopnya. Kurang keinginan bertanya

enggan bertanya walaupun belum terlalu

pada teman saat simulasinya tidak dapat

paham. Alasan yang banyak terlontar adalah

dijalankan

Keinginan

malu untuk bertanya, malu terlihat tidak tahu,

mencoba-coba simulasi-simulasi diluar materi

dan tidak berani jika ditanyakan balik oleh

konsep dasar IPA juga kurang. Mahasiswa

pengajar.

cenderung pasif jika tidak diarahkan secara

disebabkan oleh dua faktor, pertama karena

terus menerus. Saat mahasiswa dihadapi

tidak memiliki kompetensi untuk mengajukan

dengan masalah laptop yang tidak support

pertanyaan dan kedua karena kurangnya

dengan aplikasi PhET, mahasiswa lebih

motivasi untuk

memilih diam saja. Belum ada keinginan

Sebagian mahasiswa sering membandingkan

untuk bertanya pada teman, tidak ada usaha

dirinya

meminjam dan ikut belajar dengan laptop

bertanya dan aktif di kelas, ia merasa sudah

temannya yang bisa digunakan. Mahasiswa

ada yang menjawab atau sudah ada yang

juga tidak berinisiatif untuk menginstal ulang

bertanya maka tidak perlu dipertanyakan lagi.

laptopnya

Selain faktor malu dan perbandingan diri,

takut

pada

dengan

mencoba-coba

laptopnya.

versi

windows

yang

support terhadap aplikasi PhET.
IMEDTECH VOL.1, NO. 2, DESEMBER 2017

kesiapan

mahasiswa

Malu

dengan

masih

untuk

bertanya

menambah
temannya

mahasiswa

kurang

bisa

pengetahuan.
yang

dalam

sering

mengikuti
11

EJOURNAL IMEDTECH
perkuliahan
hasil

juga

eISSN 2580-6033

berpengaruh.

wawancara

Rata-rata

menunjukkan

bahwa

ketakutan dalam dirinya daripada keinginan
untuk mencoba terlebih dahulu.

sebagian besar mahasiswa yang aspek
percaya dirinya berkategori sedang kebawah,
kurang mempersiapkan diri dalam mengikuti
perkuliahan. Persiapan diri yang dimaksud
adalah belajar terlebih dahulu materi yang
akan dibahas saat perkulihan. Berlawanan
dengan

hal

itu,

menunjukkan

beberapa

gejala

yang

mahasiswa
mengejutkan.

Beberapa mahasiswa yang berkualifikasi
percaya diri sedang memiliki nilai Ujian
tengah Semester dan Ujian Akhir Semester
yang lebih tinggi daripada mahasiswa yang
berada pada kualifikasi tinggi.
Pada

aspek

Mahasiswa
kemandirian

yang

dalam

memiliki

belajar

mampu

mengontrol dirinya sendiri, memiliki rasa ingin
tahu yang tinggi, memiliki motivasi untuk
belajar.

Aspek

yang

sangat

perlu

dikembangkan dalam diri mahasiswa adalah
kontrol diri. Hasil wawancara menunjukkan
pembelajaran
membuat

melalui

mahasiswa

simulasi

PhET

termotivasi

untuk

belajar karena mampu memvisualisasikan
berbagai percobaan yang bersifat abstrak.
Simulasi

PhET

juga

bisa

membantu

menurunkan miskonsepsi mahasiswa seperti

dapat

mengambil

penentuan sudut datang dan sudut pantul,

keputusan untuk memilih, rata-rata kualifikasi

penentuan sudut simpangan pada percobaan

mahasiswa masih kategori sedang. Hal ini

bandul

disebabkan karena kurangnya kesadaran diri

setimbang.

Media

mahasiswa

memberikan

keleluasaan

tentang pentingnya menambah

sederhana,

dan

konsep

pembelajaran
belajar

titik
yang

secara

ilmu. Hasil observasi menunjukkan saat

mandiri untuk menemukan konsep yang bisa

pengajar telat datang mahasiswa sebagian

dipelajari perlu dikembangkan lebih jauh lagi.

besar mengobrol dengan temannya. Tugas

Mahasiswa

juga lebih banyak yang mengumpul tidak

yang luas untuk mencari dan memilih sendiri

tepat waktu dengan alasan ada kesibukan

kompetensi yang ingin dikembangkannya.

lain, alasan lupa, dan alasan sakit. Aspek

Mahasiswa

dapat

dapat

mendapat

kompetensi

mengambil

keputusan

ini

juga

harus

diberikan

berlatih

kesempatan

sendiri untuk

tersebut

melalui

cenderung dipengaruhi oleh kemampuan

fasilitas pengajar berupa pemberian media

mengalisis

pembelajaran

yang

tepat.

Media

pembelajaran

membuat

semua

kegiatan

masalah

menyimpulkan

sebuah

dan

kemampuan

masalah.

Jika

mahasiswa belum bisa menganalisis sebuah

pembelajaran tidak lagi bergantung pada

masalah dan tidak bisa menyimpulkans

kehadiran

ebuah masalah maka mahasiswa tidak akan

langsung.

bisa memilih keputusan yang harus diambil.
Mahasiswa cenderung tidak percaya akan
kemampuan dirinya sendiri. Terlalu banyak

IMEDTECH VOL.1, NO. 2, DESEMBER 2017

seorang

pengajar

secara

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan

12

EJOURNAL IMEDTECH
Hasil
bahwa

eISSN 2580-6033

penelitian

rata-rata

menunjukkan

mahasiswa

memiliki

dilakukan kajian lebih mendalam hubungan
antara kemampuan bertanya, menganalisis

kualifikasi kemandirian belajar tinggi dalam

masalah,

mengikuti perkuliahan menggunakan aplikasi

dengan kemandirian bejalar.

dan

menyimpulkan

masalah,

PhET. Dimensi kemandirian belajar yang
masih perlu perhatian kusus adalah kontrol
diri.

Sebagian

besar

mahasiswa

memiliki kepercayaan diri yang sedang dan
kemampuan

mengambil

DAFTAR PUSTAKA

masih

keputusan

Brockett, R. G. 2006. Self-directed learning
and

saat

the

paradox

of

dihadapkan dalam pilihan masih tergolong

International

sedang.

Directed Learning. 3(2). 27-33.

Kemandirian

dikembangkan

melalui

belajar

dapat

bantuan

media

Darma,

K.

Journal

choice.

2007.

Pengaruh

pembelajaran yang tepat. Pemilihan media

pembelajaran

pembelajaran

terhadap

yang

memberikan

tepat

pelajar

mampu

peluang

untuk

of

Self-

model

kontruktivisme
prestasi

matematika

belajar

terapan

pada

melakukan pembelajaran tanpa bantuan tutor

mahasiswa Politeknik Negeri Bali.

atau pengajar.

Laporan

Penelitian.

Politeknik

Negeri Bali.
Finkelstein, N. D., Perkins K. K., Adams W.
K., Kohl P. B., &. Podolefsky N.
Saran

S.2004.
Berdasarkan

simpulan

di

atas,

Can

Simulations

Computer

Replace

beberapa saran yang bisa diberikan adalah

Equipment

sebagai

perlu

Laboratories?. Physics Education

dikembangkannya dimensi kontrol diri pada

Research Conference. 790. 101-

mahasiswa karena dimensi ini masih sangat

104.

berikut.

Pertama,

lemah pada sebagian besar diri mahasiswa.
Kedua,

perlu

dikembangkannya

media

in

Real

Undergraduate

Finkelstein, N. D., Perkins, K. K., Adams, W.
K.,

Kohl,

P.

B.,

Reid,

S.,

pembelajaran lain yang lebih memudahkan

LeMaster, R., &. Podolefsky, N.

mahasiswa belajar secara mandiri. Ketiga,

S. 2005. When Learning About

perlu dikembangkannya kompetensi bertanya

the Real World Is Better Done

pada

Virtually: A Study of Subtituting

diri

mahasiswa,

karena

masih

lemahnya kemampuan mahasiswa untuk

Computer

mengajukan

Laboratory Equipment. Physics

pertanyaan

yang

tepat.

Keempat, perlu dikembangkan kemampuan
mahasiswa dalam menganalisis masalah dan
menyimpulkan

masalah.

Kelima,

perlu

IMEDTECH VOL.1, NO. 2, DESEMBER 2017

Simulations

for

Education Research. 1(1). 1– 8.
Koyang, I W. 2012. Statistik Pendidikan
Teknik Analisis Data. Singaraja:

13

EJOURNAL IMEDTECH

eISSN 2580-6033

Universitas Pendidikan Ganesha

Journal of Self-Directed Learning.

Press.

4(1). 53-64.

MacDougall, M. 2008. Ten tips for promoting
autonomous
effective

and

yang Mempengaruhinya. Jakarta:

in

the

Rineka Cipta.

statistics

to

learning

engagement

teaching

of

J.

2008.

Pengaruh

model

pembelajaran

involved in short-term research

siklus terhadap hasil belajar K3

projects.

dan

Journal

of

Applied

kontruktivisme

psikologi

industri.

4

Jurnal

Quantitative Methods. 3(3). 223-

Teknodik. Volume XII, No. 1 Juni

240.

2008.

pada

Sudjana, N. 2006. Cara Belajar Siswa Aktif.

http://musculi-

kaltim08.blogspot.

Jakarta: Sinar Baru Algesindo.
Sunarto. 2008. Kemandirian belajar. Tersedia

com/2008/10/belajar-

pada

mandiri.html. Diakses tanggal 19

wordpress.com/2008/09/10/kema

Desember 2016.

ndirian-belajar-siswa/.

E.

2007.

Student

centered

http://banjarnegarambs.
Diakses

tanggal 2 Januari 2017.

implikasinya

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme

terhadap proses pembelajaran.

dalam Pendidikan. Yogyakarta:

Jurnal Pendidikan. 8(2). 1-10.

Kanisius.

learning

Puspita,

Suarbawa,

undergraduate medical students

Muslimin. 2008. Belajar mandiri. Tersedia

Nugraheni,

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor

dan

M. (2008) Sistem

Tirtarahardja, U. & Sulo, L. 2005. Pengantar

informasi aplikasi virtual lab pada

Pendidikan. Jakarta: PT Rineka

laboratorium

Cipta.

R. & Yamin,

sistem

informasi

universitas

Upayogi

T.

I.

N.

2017.

Peningkatan

guru

menerapkan

gunadarma. Proceeding, Seminar

kemampuan

Ilmiah Nasional Komputer dan

pendekatan

Sistem Intelijen (KOMMIT 2008).

lesson study. Jurnal Penelitian

ISSN 1411-6286

Inovasi

Ricard, B. R. 2007. Self-directed learning: A
process perspective. International

saintifik

Pembelajaran

melalui
(Pijar

Nusantara). 2 (2):
Utomo, J. 2007. Membangun Harga Diri.
Jakarta: Gramedia.

IMEDTECH VOL.1, NO. 2, DESEMBER 2017

14