BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Sekolah di SD Negeri 2 Jampiroso Temanggung

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mutu Pendidikan
2.1.1 Definisi Mutu
Definisi mutu banyak dikemukakan oleh para
ahli seperti yang dikemukakan oleh Edward Sallis
(dalam Umiarso dan Gojali I, 2011: 122), mutu dapat
dipandang sebagai konsep yang absolut sekaligus
relatif. Dalam percakapan sehari-hari, mutu sebagian
besar dipahami sebagai sesuatu yang absolut, mutu
sama halnya dengan sifat baik, cantik, dan benar,
merupakan sesuatu yang tidak dapat dikompromikan.
Dalam definisi yang absolut, sesuatu yang bermutu
merupakan bagian dari standar yang sangat tinggi dan
tidak dapat diungguli. Sedangkan mutu yang relatif
dipandang sebagai suatu yang melekat pada sebuah
produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggannya.
Oleh karena itu, dalam definisi relatif ini produk atau
layanan akan dianggap bermutu bukan karena ia
mahal dan eksklusif, tetapi karena memiliki nilai,
seperti keaslian, produk, wajar, dan familiar.

Sedangkan menurut Joseph Juran, seperti yang
dikutip oleh

Nasution (2000: 13) kualitas diartikan

sebagai kecocokan penggunaan produk (fitness for use)
untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan
atau kualitas sebagai kesesuaian terhadap spesifikasi.
Sementara, W. Edwards Deming (dalam Umiarso dan
Gojali I, 2011: 122) menyatakan bahwa kualitas adalah
kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau apa pun
9

yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen.
Adapun menurut Philip B.Crosby (dalam Umiarso dan
Gojali I, 2011: 122), kualitas adalah conformance to
requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau
distandarkan

atau


kualitas

sebagai

nihil

cacat,

kesempurnaan dan kesesuaian terhadap persyaratan.
Fegenbuaum

juga

mendifinisikan

bahwa

kualitas


adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full custemer
satisfaction).
Menurut Dzaujak Ahmad (dalam Umiarso dan
Gojali I, 2011: 122) bahwa mutu pendidikan adalah
kemampuan

sekolah

dalam

pengelolaan

secara

operasional dan efisien terhadap komponen-komponen
yang berkaitan dengan sekolah, sehingga menghasilkan
nilai tambah terhadap komponen tersebut.
Menurut Oemar Hamalik (1990: 33), pengertian
mutu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu segi normatif
dan


segi

deskriptif.

ditentukan

Dalam

berdasarkan

arti

normatif,

pertimbangan

mutu

(kriteria)


intrinsik dan ekstrinsik. Berdasarkan kriteri intrinsik,
mutu pendidikan merupakan produk pendidikan yaitu
manusia yang terdidik, sesuai dengan standar ideal.
Berdasarkan kriteria ekstrinsik, pendidikan merupakan
instrumen untuk mendidik tenaga kerja yang terlatih.
Adapun

dalam

arti

deskriptif,

mutu

ditentukan

berdasarkan keadaan senyatanya, misalnya hasil tes
prestasi belajar.

Sudarman

Danim

(2008:

53)

memiliki

pandangan yang berbeda tentang pengertian mutu.
Menurutnya,
masukan,

mutu

proses,

pendidikan


luaran,

dan

mengacu

pada

dampaknya.

Mutu
10

masukan dapat dilihat dari beberapa sisi. Pertama,
kondisi baik atau tidaknya masukan sumber daya
manusia, seperti kepala sekolah, guru, staf tata usaha,
dan siswa. Kedua memenuhi atau tidaknya kriteria
masukan material berupa alat peraga, buku-buku
kurikulum, prasarana, sarana sekolah dan lain-lain.
Ketiga, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan yang

berupa perangkat lunak, seperti peraturan, struktur,
organisasi, deskripsi kerja dan struktur organisasi,
deskripsi kerja dan struktur organisasi. Keempat, mutu
masukan yang bersifat harapan dan kebutuhan, seperti
visi, motivasi, ketekunan dan cita-cita.
Mutu proses pembelajaran mengandung makna
bahwa

kemampuan

sumber

daya

sekolah

mentransformasikan multi jenis masukan dan situasi
untuk mencapai derajat nilai tambah tertentu dari
peserta didik. Dilihat dari hasil penyelidikan, mutu
pendidikan


dipandang

berkualitas

jika

mampu

melahirkan keunggulan akademis dan ekstrakurikuler
pada peserta didik yang dinyatakan lulus untuk satu
jenjang

pendidikan

atau

menyelesaikan

program


pembelajaran tertentu.
Dari definisi yang telah disampaikan oleh pakar
di

atas

terdapat

mendefinisikan

beberapa

mutu/kualitas

persamaan
yang

dalam


memerlukan

pandangan komprehensif. Ada beberapa elemen yang
bisa membuat sesuatu dikatakan berkualitas. Pertama,
kualitas

meliputi

usaha

memenuhi

atau

melebihi

harapan pelanggan. Kedua, kualitas mencakup produk,
jasa, manusia, proses dan lingkungan. Ketiga, kualitas
merupakan kondisi yang selalu berubah (apa yang
11

dianggap berkualitas saat ini mungkin dianggap kurang
berkualitas pada saat yang lain). Keempat, merupakan
suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan.
Disamping itu ada pula perbedaan pandangan
dari definisi yang disampaikan oleh pakar dalam
mendefinisikan

mutu/

kualitas.

berdasrkan

pertimbangan

ekstrinsik.

Kriteria

Mutu

(kriteria)

intrinsik,

ditentukan

intrinsik

mutu

pendidikan

merupakan produk pendidikan yakni manusia
terdidik sesuai dengan

dan
yang

standar ideal. Sedangkan

kriteria ekstrinsik, pendidikan merupakan instrumen
untuk mendidik tenaga kerja yang terlatih.
Berdasarkan deskripsi dari beberapa pakar di
atas dapat disimpulkan bahwa mutu pendidikan adalah
derajat

keunggulan

dalam

pengelolaan

pendidikan

secara efektif dan efisien untuk melahirkan keunggulan
akademis dan ekstrakurikuler pada peserta didik yang
dinyatakan

lulus

untuk

jenjang

pendidikan

atau

menyelesaikan program pembelajaran tertentu. Dilihat
dari definisi ini, maka mutu pendidikan bukanlah
upaya sederhana, melainkan suatu kegiatan dinamis
dan penuh tantangan. Pendidikan akan terus berubah
seiring dengan perubahan zaman yang melingkarinya,
sebab pendidikan merupakan buah dari zaman itu
sendiri.

Oleh

karena

itu,

pendidikan

senantiasa

memerlukan upaya perbaikan dan peningkatan mutu
sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan dan
tuntutan kehidupan masyarakat.
12

2.1.2 Indikator Mutu Pendidikan
Indikator mutu adalah gambaran dan penilaian
terhadap institusi terhadap jasa pelayanan pendidikan
secara internal maupun eksternal yang menunjukkan
kemampuannya

memuaskan

kebutuhan

yang

diharapkan atau yang tersirat mencakup input, proses
dan

output

pendidikan.

Sekolah

dapat

dikatakan

bermutu apabila prestasi sekolah khususnya prestasi
peserta didik menunjukkan pencapaian yang tinggi
dalam (1) prestasi akademik yaitu nilai rapor dan nilai
kelulusan memenuhi standar yang ditentukan; (2)
memiliki nilai kejujuran, ketaqwaan, kesopanan dan
mampu

mengapresiasi

nilai-nilai

budaya

dan

(3)

memiliki tanggung jawab yang tinggi dan kemampuan
yang diwujudkan dalam bentuk ketrampilan sesuai
dengan dasar ilmu yang diterima di sekolah (Sagala,
2013: 170).
Indikakor

ketercapaian

mutu

pendidikan

menurut (Fatah, 2013: 28) melalui (1) Evaluasi Diri
Sekolah (EDS); (2) Monitoring Satuan oleh Pemerintah
Daerah; (3) Akriditasi; (4) Sertifikasi; (5) Ujian Nasional;
dan (6) Pengumpulan Data Pribadi.
Evaluasi
pengukuran

Diri

Sekolah

ketercapaian

merupakan

Standar

acuan

bentuk
mutu

denganmenggunakan instrumen Evaluasi Diri Sekolah.
Setiap sekolah wajib untuk mengisi instrumen yang
berasal dari pemerintah yang dilakukan pada awal
tahun ajaran baru. Hasil pengukuran selanjutnya
dianalisis

untuk

mengetahui

tingkat

ketercapaian

Standar Pelayanan Minimal yang diperolehnya. Dari
hasil

analisis

sebagai

dasar

untuk

peningkatan
13

program

pencapaian

penyusunan

Rencana

Pengembangan Sekolah (RPS) dan Rancangan Anggaran
Pendapatan Belanja Sekolah.
Monitoring Satuan pendidikan dilakukan oleh
Pengawas Sekolah sesuai dengan tugas binaannya.
Hasil

monev

selanjutnya

disampaikan

ke

tingkat

kabupaten/kota untuk dianalisis hasil pengukuran
menghasilkan
pendidikan

pencapaian

dengan

kategori

standar

acuan

tertentu.

mutu

Peningkatan

pencapaian standar acuan mutu untuk dimasukkan
sebagai bahan Renstra kabupaten. (Fatah, 2013: 28)
Akreditasi
penilaian

sekolah

berdasarkan

merupakan

pengukuran

peringkat
ketercapaian

standar acuan mutu pendidikan yang dilakukan secara
eksternal oleh Badan Akreditasi Nasional Satuan/
program

pendidikan/madrasah

(BAN

S/M).

Pengukuran dilakukan secara berkala yaitu dalam
kurun

waktu

4

tahun

sekali,

untuk mengetahui

pencapaian standar acuan mutu sekolah. Sekolah yang
telah dikreditasi dan memenuhi kriteria dengan status
peringkat (A) dengan kategori Sangat Baik; peringkat
(B) dengan kategori Baik; peringkat (C) dengan kategori
Cukup Baik. (Fatah, 2013: 28)
Ujian
pengukuran

Nasional/Ujian
ketercapaian

pendidikan

terkait

Kompetensi

Lulusan.

dengan

Sekolah
standar

merupakan

acuan

pencapaian

Pengukuran

mutu
Standar

tersebut

akan

menghasilkan tingkat kelulusan peserta didik secara
nasional. Data yang diperoleh pada pengukuran ini
merupakan data kinerja dan prestasi peserta didik.
(Fatah, 2013: 28)
14

Pengumpulan Data

dan Informasi (Padati)

dilakukan secara berkala setiap tahun. Pengukuran
dilakukan untuk menjaring data kuantitatif tentang
kinerja staf, peserta didik, fasilitas, pendidik dan
sumberdaya lainnya terkait dengan standar acuan
mutu. (Fatah, 2013: 28)
Menurut Umiarso dan Gojali I (2011: 131) yang
dapat dijadikan tolak ukur sebuah mutu pendidikan di
sekolah

meliputi

5

aspek,

yaitu

(1)

hasil

akhir

pendidikan, (2) hasil langsung pendidikan, (3) proses
pendidikan, (4) instrumen input, dan (5) raw input dan
lingkungan.
Dalam

konteks

pendidikan,

hasil

akhir

pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai oleh
sekolah pada setiap kurun waktu tertentu seperti
caturwulan,

semesteran, setahun, lima tahun dan

sebagainya. Dapat pula prestasi yang dicapai berupa
hasil

tes

kemampuan

akademis,

(misal:

Ulangan

Umum, Ujian Nasional (UN) dan lain-lain) atau prestasi
di bidang olah raga atau seni. Bahkan prestasi sekolah
dapat berupa kondisi yang dapat dipegang (intangible),
seperti

suasana

menghormati

dan

disiplin,

keakraban,

menghargai

atau

disebut

saling
pula

dengan terciptanya pendidikan karakter.
Sejalan

dengan

proses

pendidikan

yang

bermutu, tercakup berbagai input, seperti bahan ajar
(kognitif,

afektif,

atau

psikomotor),

metodologi

(bervariasi sesuai kemampuan guru), administrasi,
sarana

prasarana,

penciptaan

suasana

sumber
yang

daya

lainnya,

kondusif.

serta

Managemen

sekolah menyingkronkan berbagai input tersebut atau
15

menyinergikan

semua

komponen

dalam

interaksi

(proses) belajar mengajar, baik antara guru, siswa, dan
sarana pendukung di kelas maupun di luar kelas, baik
konteks kurikurel maupun dalam ekstrakurikurel, baik
dalam

lingkup

substansi

akademis

maupun

non

akademis serta dalam suasana yang mendukung proses
pembelajaran. Antara proses dan pendidikan yang
bermutu saling berhubungan. Agar dalam proses tidak
salah arah, maka mutu dalam arti hasil output harus
dirumuskan terlebih dahulu oleh sekolah, dan target
yang akan dicapai untuk setiap tahun dalam kurun
waktu tertentu secara jelas. Disamping itu berbagai
input dan proses harus selalu mengacu pada mutu
hasil output yang ingin dicapai.
Demikian pula

dengan instrumental input,

yaitu alat yang berinteraksi dengan raw input (siswa),
seperti guru harus memiliki komitmen yang tinggi dan
total serta kesadaran untuk berubah dan mau berubah
untuk

maju,

menguasai

bahan

ajar

dan

metode

mengajar yang tepat, kreatif dengan ide dan gagasan
baru tentang cara mengajar

maupun

materi ajar,

membangun kinerja dan disiplin diri yang baik, serta
mempunyai sikap positif dan antusias terhadap siswa
bahwa mereka mau diajar dan belajar. Dan juga tak
kalah penting turut mendukung pelaksanaan proses
pembelajaran yaitu penyediaan sarana dan prasarana
dengan kondisi yang layak pakai dan bervariasi sesuai
kebutuhan,

serta

alat

peraga

dan

media

belajar

disiapkan sesuai kebutuhan. Biaya pendidikan dengan
sumber dana (budgeting) dikontrol dengan pembukuan
yang jelas. Kurikulum yang memuat pokok-pokok
16

materi ajar harus sesuai dengan tujuan pembelajaran,
realistis dan sesuai dengan fenomena kehidupan yang
sedang

dihadapi.

Pemilihan

metode

pembelajaran

disesuaikan dengan materi ajar yang menciptakan
kreatifitas dan kemandirian siswa.
Begitu pula dengan raw input dan lingkungan,
yaitu siswa itu sendiri serta dukungan orang tua,
dalam

hal

ini

memiliki

kepedulian

terhadap

penyelenggaraan pendidikan. Peran orang tua sangat
menentukan

keberhasilannya

dengan

selalu

mengingatkan dan kepedulian pada proses belajar anak
di rumah maupun di sekolah.
Demikian pula menurut Zazin Nur (2011: 168),
Efektif sekolah dinilai menurut indikator multi-tingkat
dan multi-segi. Dimana penilaian efektifitas sekolah
meliputi

proses

membantu

pembelajaran

kemajuan

sekolah.

dan

metode

Penilaian

untuk

efektifitas

meliputi input, proses dan autput.
Dari definisi pakar tersebut diatas bahwa ada
persamaan

pandangan

tentang

indikator

mutu

pendidikan: pertama Output, adalah prestasi sekolah
yang dihasilkan melalui proses pembelajaran dan
manajemen di sekolah. Prestasi yang dihasilkan dapat
berupa prestasi akademik. Seperti Ujian Sekolah yang
tinggi, Olimpiade, bahasa Inggris, Matematika, Fisika,
cara berpikir kritis, kreatif, nalar, rasional, induktif,
deduktif dan ilmiah. Sedangkan prestasi yang berupa
non akademis misalnya keingintahuan yang tinggi,
harga diri, kejujuran, kerjasama yang baik, rasa kasih
sayang

yang

tinggi,

rasa

solidaritas

yang

tinggi,
17

toleransi, kedisiplinan. kerajinan, prestasi olah raga,
kesenian, kepramukaan dan akhlakul karimah.
Kedua,

Proses

merupakan

berlangsungnya

proses pembelajaran dan manajemen di sekolah yang
dapat berupa proses belajar mengajar yang efektifnya
tinggi, kepemimpinan yang kuat, lingkungan sekolah
yang aman dan tertib, pengelolaan tenaga kependidikan
yang efektif, sekolah memiliki budaya mutu, sekolah
memiliki team work yang kompak, sekolah memiliki
kemandirian, partisipasi yang tinggi dari warga sekolah
dan

masyarakat,

manajemen,

sekolah

sekolah

memiliki

memiliki

keterbukaan

kemauan

untuk

berubah, sekolah melakukan evaluasi secara dan
perbaikan secara berkelanjutan, sekolah reponsif dan
antisipatif terhadap kebutuhan, komunikatif yang baik
dan sekolah memiliki akuntabilitas.
Ketiga,

Input

pendidikan

meliputi

hal-hal

diantaranya, memiliki kebijakan, tujuan dan sasaran
mutu yang jelas, sumber daya tersedia dan siap, staf
yang

kompeten

dan

berdedikasi

tinggi,

memiliki

harapan prestasi yang tinggi, fokus pada pelanggan dan
input manajemen.
Definisi-definisi

indikator mutu pendidikan

yang menurut pakar di atas terdapat pula perbedaan
pandangan tentang mutu pendidikan, dimana definisi
indikator mutu semata untuk kepentingan penilaian
oleh pemerintah dintaranya (1) Evaluasi Diri Sekolah
(EDS); (2) Monitoring Satuan oleh Pemerintah Daerah;
(3) Akreditasi; (4) Sertifikasi (5) Pengumpulan Data
Pribadi. Disamping itu indikator tersebut mengacu
18

pada

8

standar

nasional

Pendidikan

yang

telah

ditetapkan oleh pemerintah.
Dari definisi tersebut di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa indikakaror mutu pendidikan pada
dasarnya adalah hasil dari suatu proses

yang sesuai

dengan harapan khususnya peserta ddidik yang telah
dicapai dan dapat digunakan pada jenjang berikutnya
dan

dapat

berinteraksi

dengan

masyarakat

pada

umumnya tidak bertentangan dengan norma agama
maupun sosial.

2.2 Peningkatan Mutu Pendidikan
Peningkatan

mutu

pendidikan

harus

diupayakan untuk mencapai kemajuan yang dilandasi
oleh suatu perubahan yang direncanakan. Peningkatan
mutu pendidikan diperoleh melalui dua strategi, yaitu
peningkatan

mutu

akademis

untuk

perjalanan

yang

pendidikan

memberi
harus

yang

dasar

ditempuh

berorientasi

minimal

dalam

mencapai

mutu

pendidikan yang dipersyaratkan oleh tuntutan zaman
dan peningkatan mutu pendidikan yang berorientasi
pada ketrampilan hidup yang esensial yang dicakup
oleh pendidikan yang berlandaskan luas, nyata dan
bermakna.

Dalam

pandangan

Zamroni

(2007),

peningkatan mutu berkaitan dengan target yang harus
dicapai, proses untuk mencapai dan faktor-faktor yang
terkait. Dalam peningkatan mutu ada dua aspek yang
perlu mandapat perhatian, yakni aspek kualitas hasil
dan aspek proses hasil.

19

Untuk
sekolah,

meningkatkan

Danim

(2007)

mutu

pendidikan

menyarankan

di

dengan

melibatkan lima faktor yang dominan. Kelima faktor
tersebut yaitu kepemimpinan kepala sekolah, siswa,
guru, kurikulum dan jaringan kerjasama. Faktor-faktor
tersebut saling bersinergi sehingga membentuk jalinan
kerjasama yang harmonis dan menciptakan iklim yang
kondusif terciptannya proses pembelajaran yang aktif
dan mandiri.
Menurut Dedi Mulyasana (2012):
“pendidikan bermutu lahir dari sistem perencanaan
baik (good planning system) dengan sistem tata kelola
yang baik (good govermence system) dan disampaikan
oleh guru yang baik (good teachers) dengan komponen
pendidikan yang bermutu.

Guru yang baik harus mampu menciptakan

proses

pembelajaran

yang

dilakukan

dapat

menciptakan suasana yang mendorong peserta didik
merasa

dirinya

penting

dan

berharga,

mampu

menciptakan iklim belajar kondusif dan hangat serta
menyenangkan, mendorong tumbuhnya semangat dan
motivasi berprestasi, membentuk disiplin, tanggung
jawab

dan

tumbuhnya

rasa

percaya

diri

tinggi,

membebaskan peserta didik dari ketidaktahuan dan
ketidakmampuan tentang suatu konsep; membebaskan
peserta didik dari ketidakjujuran dan ketidakbenaran;
menumbuhkan peserta didik berakhlak dan beriman.
Dari definisi yang telah diuraikan oleh pakar ada
persamaan

dalam

peningkatan

mutu

pendidikan

diantaranya Pertama, Faktor kepemimpinan kepala
sekolah merupakan prinsip yang paling krusial yang
merupakan peran vital dalam managerial sekolah. Agar
fungsi

kepemimpinan

kepala

sekolah

berhasil
20

memberdayakan segala sumber daya sekolah untuk
mencapai tujuan sesuai dengan situasi, diperlukan
seorang kepala sekolah yang memiliki kemampuan
profesional

meluputi

kepribadian,

keahlian

dasar,

pengalaman, pelatihan dan pengetahuan profesional,
serta kompetensi administrasi dan pengawasan.
Kedua, Peningkatan mutu pendidikan lahir dari
guru yang bermutu. Guru yang bermutu paling tidak
menguasai materi ajar, metodologi, sistem evaluasi dan
psikologi belajar. (1) guru yang baik bukan sekedar
guru

yang

pintar,

tetapi

guru

yang

mampu

memintarkan peserta didik. (2) Guru yang baik bukan
sekedar guru yang berkarakter, tetapi guru yang
mampu membentuk karakter yang baik bagi peserta
didiknya. (3) Guru yang baik bukan hanya guru yang
mempunyai teladan dan integritas, tapi guru yang
mampu menjadikan peserta didik memiliki teladan dan
patut

diteladani

oleh

sesama.

(4)

Guru

yang

memerankan dirinya sebagai pelayan belajar yang baik
yang tugas utamanya bukan sekedar mengajar dalam
arti menyampaikan sejumlah konsep dan teori ilmu
pegetahuan, tapi tugas utama guru adalah membantu
kesulitan belajar peserta didik.
Demikian

pula

dalam

peningkatan

mutu

pendidikan dari definisi tersebut ada perbedaan yang
disampaikan oleh pakar yaitu, bahwa peningkatan
mutu berkaitan dengan target yang harus dicapai oleh
sekolah.
Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa
sangat

berkaitan

peningkatan mutu
dan

bersinergi

pendidikan

antara

faktor
21

kepemimpinan kepala sekolah, siswa, guru, kurikulum
dan jaringan kerjasama.

2.3 Strategi Peningkatan Mutu
Strategi adalah cara-cara yang digunakan secara
keseluruhan

dari

suatu

sekolah

untuk

mencapai

tujuan. Menurut Mulyasana (2009), strategi merupakan
rencana jangka

panjang yang dikembangkan secara

detail dalam bentuk taktik yang besifat operasional
disertai target dan langkah-langkah secara teratur.
Strategi merupakan sebuah rencana yang besar yang
bersifat meningkatkan dan mengefektifkan tercapainya
sebuah

tujuan.

tindakan

apa

Pada

yang

hakekatnya

seharusnya

strategi

adalah

dilakukan,

bukan

tindakan apa yang dilakukan, apa yang seharusnya
dicapai dan bukan apa yang dicapai.
Menurut Sanjaya (2006) strategi adalah metode
yang digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau
keberhasilan
menyusun

dalam

strategi

mencapai

perlu

faktor, baik faktor dari

tujuan.

memperhatikan

dalam maupun

Dalam
berbagai

faktor dari

luar. Sebelum menentukan strategi, perlu ditentukan
visi, misi serta tujuan dari sekolah yang dapat diukur
ketercapaian

keberhasilannya.Selanjutnya

Argyris

(1985), Mintzberg (1979), Steiner dan Miner (1971)
(dalam

Rangkuti)

menyatakan

bahwa

strategi

merupakan respon-respon terus menerus maupun
adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta
kekuatan

dan

kelemahan

internal

yang

dapat

mempengaruhi organisasi.Danim (2007) menyatakan
22

bahwa untuk dapat mempertahankan mutu sekolah
maka perlu dilakukan perbaikan terus menerus karena
tidak

ada

capaian

yang

bersifat

sempurna

dan

permanen. Upaya peningkatan mutu harus dilakukan
secara berkesinambungan.
Sedangkan menurut Umiarso dan Gojali I (2011:
146), peningkatan mutu sekolah adalah satu metode
untuk

meningkatkan

beratkan

pada

mutu

sekolah

sekolah
itu

yang

sendiri

menitik
dengan

mengaplikasikan sejumlah tehnik, mendasarkan pada
ketersediaan

data

kuantitatif

dan kualitatif,

serta

pemberdayaan semua komponen sekolah untuk secara
berkesinambungan
kemampuan

meningkatkan

organisasi

kapasitas

sekolah

guna

dan

memenuhi

kebutuhan peserta didik dan masyarakat.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas terdapat
persamaan

bahwa

pendidikan

merupakan

tentang

rangkaian

strategi

peningkatan

perencanaan

kegiatan

yang

mutu

yang

berisi

didesain

untuk

meningkatkan mutu sekolah. Strategi didesain untuk
memastikan bahwa tujuan organisasi dapat dicapai
melalui

tindakan

yang

tepat

agar

strategi

yang

ditetapkan dapat tercapai sesuai dengan harapan perlu
dirumuskan tujuan yang jelas.
Disamping

itu

terdapat

perbedaan

dalam

peningkatan mutu, yaitu perbaikan berkesinambungan
berkaitan dengan komitmen dan proses komitmen
terhadap kualitas dimulai dengan pernyataan dedikasi
pada

visi

dan

misi,

serta

pemberdayaan

semua

partisipan untuk secara inkremental mewujudkan visi
tersebut.

Upaya

perbaikan

berkesinambungan
23

menggunakan sistem terbuka atas fungsi inti lembaga
pendidikan-student learning. Ada tiga pendekatan yang
digunakan

untuk

menjamin

kualitas

lembaga

pendidikan yaitu: pendekatan akriditasi, pendekatan
outcome

assessment

pendekatan

sistem

terbuka.

Secara skematis diagram perbaikan berkesinambungan
tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 2.1 Perbaikan berkesinambungan
Penyempurnaan Kualitas
Berkesinambung
Akreditasi

Input

Assessment

Proses Transformasi

 Karakteristik
Siswa
 Karakteristik
Kelas
 Sumber Daya
Finansial
 Fasilitas
 Program

 Desain
 Input Program
 Metode
Penyimpanan
Sistem Data
 Umpan Balik
 Analisis

Berdasarkan
disimpulkan
pendidikan
tentang

 Prestasi Siswa
 Siswa
Lulus/Droup
Out/ Gagal
 Alumni
Berprestasi

pendapat tersebut di atas dapat

bahwa

strategi

merupakan

rangkaian

Output

peningkatan

perencanaan

kegiatan

yang

mutu

yang

berisi

didesain

untuk

meningkatkan mutu sekolah. Strategi didesain untuk
memastikan bahwa tujuan organisasi dapat dicapai
24

melalui

tindakan

yang

tepat

agar

strategi

yang

ditetapkan dapat tercapai sesuai dengan harapan perlu
dirumuskan tujuan yang jelas.

2.4 Strategi Peningkatan Mutu Berdasarkan
Analisis SWOT
Analisis

SWOT

adalah

identifikasi

berbagai

faktor secara sistematik untuk merumuskan strategi
sekolah, dengan didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang
(Opportunities),

namun

secara

bersamaan

dapat

meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman
(Threats),
strategis

dengan
harus

demikian

menganilisis

dalam

perencanaan

faktor-faktor

strategi

sekolah (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman),
hal ini disebut dengan Analisis Situasi Lingkungan,
menurut Rangkuti (2014: 21).
Dalam proses analisis perlu memahami seluruh
informasi yang terdapat dalam suatu kasus dan
menganalisis situasi

untuk mengetahui isu apa yang

sedang terjadi serta memutuskan tindakan apa yang
harus segera dilakukan untuk memecahkan masalah.
Menurut Boulton (dalam Rangkuti), proses untuk
melaksanakan analisis suatu kasus dapat dilihat pada
diagram proses analisa kasus. Kasus yang terjadi di
sekolah harus dijelaskan sehingga pembaca dapat
mengetahui permasalahan yang sedang terjadi. Setelah
itu,

metode

yang

sesuai

menjawab

semua

permasalahan secara tepat dan efektif dipergunakan
dengan cara memahami secara detail semua informasi
dan

melakukan

analisa

secara

numerik.

Secara
25

skematis diagram proses analisis kasus tersebut dapat
dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 2.2 Proses Analisis Kasus
ANALISIS SITUASI
Jelaskan
Situasi

Evaluasi
Situasi

ANALISIS SEKOLAH
Mengetahui strategi sekolah

Tentukan
dan evaluasi
lingkungan
PELUANG dan
ANCAMAN

Tentukan
dan evaluasi
KEKUATAN dan
KELEMAHAN
perusahaan

Analisis masalah yang perlu
mendapat perhatian
Cari
pemecahan
masalah

Tentukan alternatif dan pilihan
strategi

Menurut Boseman, at.al (dalam Sagala,
2014: 140):
“salah satu tahap dalam proses manajemen strategi
adalah melakukan analisis SWOT secara cermat dan
akurat, dengan menguraikan (1) kekuatan adalah
kemampuan internal sebuah organisasi yang memajukan
tujuan organisasi, (2) kelemahan adalah kebalikannya
dengan
membatasi
penyelesaian
tujuan-tujuan
organisasi, (3) peluang adalah keadaan, kejadian atau
situasi
eksternal
yang
menawarkan
perubahan
organisasi untuk mencapai atau melampaui tujuan dan
(4) tantangan atau hambatan adalah lawan dari peluang.
Hambatan merupakan faktor-faktor eksternal yang dapat
memunculkan
potensi
masalah
atau
yang
membahayakan
kemampuan
untuk
mencapai
tujuannya.”

26

Demikian pula menurut Sarplin (dalam Sagala,
2014) memasukkan analisa

SWOT untuk melihat

kekuatan dan kelemahan di dalam sekolah, sekaligus
memantau

peluang

dan

tantangan yang

dihadapi

sekolah. Analisa SWOT adalah salah satu tahap dalam
managemen

strategi

yang

merupakan

pendekatan

analisis lingkungan.
Analisis

SWOT

dalam

penyelenggaraan

di

lingkungan sekolah dapat ditentukan oleh kombinasi
faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut
harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT terdiri
dari dua unsur yaitu analisis lingkungan internal dan
eksternal. Analisis internal berasal dari lingkup sekolah
itu sendiri sedangkan analisis eksternal berasal dari
luar sekolah itu sendiri, seperti yang dikemukakan
dalam Rangkuti (2014: 20).

Gambar 2.3 Diagram Analisis SWOT
Sumber: Rangkuti, 2014

27

Kuadran 1, Ini merupakan situasi yang sangat
menguntungkan.
Sekolah tersebut memiliki peluan dan kekuatan
sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.
Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini
adalah

mendukung

kebijakan

pertumbuhan

yang

agresif (growth oriented strategy).
Kuadran 2, Meskipun menghadapi berbagai
ancaman, sekolah ini masih memiliki kekuatan dari
segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah
menggunakan
kekuatan

kekuatan

jangka

untuk

penjang

memanfaatkan

dengan

cara

strategi

diversifikasi (produk/ pasar).
Kuadran 3, Sekolah menghadapi peluang pasar
yang sangat besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi
beberapa kendala/ kelemahan internal. Kondisi sekolah
pada kuadran 3 ini mirip dengan Question Mark pada
BCG

Matrix.

Fokus

meminimalkan

strategi

sekolah

masalah-masalah

ini

internal

adalah
sekolah

sehingga dapat merebut peluang pasar yang sangat
baik.
Kuadran 4, Ini merupakan situasi yang sangat
tidak menguntungkan, sekolah tersebut menghadapi
berbagi ancaman dan kelemahan internal di atas dapat
disimpulkan

bahwa

Analisis

SWOT

dalam

program

sekolah

penyelenggaraan.
Analisis

SWOT

dalam

dilakukan dengan membuat matrik SWOT. Matrik ini
terdiri dari sel-sel daftar kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman dalam menyelenggarakan sekolah untuk
memperoleh mutu sekolah dapat dilakukan strategi SO
28

(menggunakan kekuatan dan pemanfaatan peluang),
strategi WO (memperbaiki kelemahan dan mengambil
manfaat dari peluang), strategi ST (menggunakan
kekuatan dan menghindari ancaman), strategi WT
(mengatasi kelemahan dan menghindari ancaman).
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa Analisis SWOT

adalah salah satu manajemen

strategi dengan menggunakan pendekatan analisis
lingkungan. Analisis lingkungan terdiri dari dua unsur
yaitu

analisis

lingkungan

eksternal

dan

lingkungan internal. Analisis Lingkungan

analisis
eksternal

meliputi identifikasi dan evaluasi aspek-aspek sosial,
budaya,

politis,

kecenderungan
organisasi
lingkungan

ekonomis
yang

sekolah,

mungkin
sedangkan

eksternal

(opportunities),

yang

dan

adalah
harus

teknologi,

serta

berpengaruh

pada

hasil

dari

sejumlah

analisis
peluang

dimanfaatkan

oleh

organisasi sekolah dan ancaman (threats) yang harus
dicegah atau dihindari. Perlu disusun sebelum sekolah
merumuskan strategi dengan memperhatikan berbagai
faktor secara sistematik, dengan didasarkan pada
logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths)
dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan
dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan
ancaman (threats).

29

2.5 Langkah-langkah
Rencana Strategi

Pengembangan

Strategi bukanlah tujuan melainkan alat untuk

mempercepat tercapainya tujuan. Untuk merumuskan
strategi yang tepat dibutuhkan langkah-langkah yang
cermat dan dapat dipertanggungjawabkan. Mulyasana,
(2012) adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi rencana kegiatan, tujuan dan arah
kegiatan, serta aksi program yang akan dilaksanakan.
b. Menetapkan standar mutu penggunaan strategi.
Dengan standar ini, dianalisis seluruh komponen
yang terlibat dalam kegiatan. Apakah komponenkomponen tersebut layak apa tidak. Bila sebagian
yang tidak layak perlu perbaikan, tapi bila yang tidak
layak semua komponen maka perlu penataan strategi
baru.
c. Mengindentifikasi situasi lingkungan khususnya yang
berkaitan dengan peluang, ancaman, hambatan dan
tantangan yang muncul dari lingkungan, baik
lingkungan internal maupu eksternal. Apakah
lingkungan itu mendukung semuanya, sebagian atau
sama sekali tidak mendukung. Bila semuanya tidak
mendukung, maka perlu penyusunan strategi baru
yang diperkirakan cocok dengan kondisi lingkungan.
d. Menganalisis berbagai kelemahan dan kesenjangan,
baik
kesenjangan
antara
tuntutan
dengan
kemampuan, antara harapan dan kenyataan, antara
sasaran dan strategi, maupun antara peluang dan
ancaman.
e. Melakukan riset masa depan dan sekaligus
mempelajari sifat dan arah perubahan yang
diperkirakan akan berpengaruh langsung terhadap
dinamika usaha.
f. Menyusun strategi alternatif yang mampu menjawab
berbagai tantangan perubahan. Strategi ini harus
disusun secara fleksibel dan mampu menjawab
tantangan dan permasalahan yang kemungkinan
akan timbul di masa depan.

30

Sedangkan
memberikan

10

menurut

Sugiyono

langkah-langkah

yang

(2014)
digunakan

untuk mengembangkan rencana strategis peningkatan
mutu adalah sebagai berikut:
Potensi
dan
Masalah

Pengum
pulan
data

Uji coba
Pemakai
an

Revisi
Produk

Revisi
Produk

Desain
Produk

Uji coba
Produk

Validasi
Desain

Revisi
Desain

Produksi Masal

Gambar 2.4
Langkah-langkah Pengembangan Renstra, Sugiyono (2014)

Tahapan penelitian Menurut Sugiyono (2014):
1. Potensi dan masalah
Potensi adalah segala sesuatu yang bila digunakan
akan memiliki nilai tambah. Sedangkan masalah
adalah

penyimpangan

antara

yang

diharapkan

dengan yang terjadi. Potensi dan masalah yang
dikemukakan dalam penelitian ditunjukkan dengan
data yang empirik dan masih up to date.
2. Mengumpulkan Informasi
Setelah potensi dan masalah yang ada di sekolah
ditunjukkan

secara

faktual,

selanjutnya
31

dikumpulkan

berbagai

informasi

yang

dapat

digunakan sebagai bahan untuk merencanakan
suatu strategi yang diharapkan mampu mengatasi
masalah tersebut. Data yang diperlukan bisa dari
berbagai cara seperti wawancara, observasi, studi
dokumen dan Focus Group Discussion (FGD).
3. Desain produk
Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah
rencana strategis yang dapat dijadikan sebagai
pedoman

untuk

Rencana

strategis

peningkatan
ini

masih

mutu

sekolah.

bersifat

hipotetik

karena karena efektifitasnya belum terbukti dan
akan diketahui setelah melalui pengujian.
4. Validasi desain
Validasi desain dilakukan sebagai proses kegiatan
untuk menilai apakah rencana strategis yang dibuat
secara rasional akan efektif digunakan sebagai
usaha peningkatan mutu sekolah. Validasi desain
dapat menghadirkan beberapa pakar atau tenaga
akhli untuk menilai desain tersebut, selanjutnya
dapat diketahui kelemahan dan kekuatan.
5. Perbaikan desain
Setelah rencana strategi tersebut divalidasi, akan
dapat diketahui kelemahannya, selanjutnya dicoba
untuk memperbaiki rencana strategis tersebut. Yang
bertugas memperbaiki rencana strategis adalah
peneliti sendiri. Pada akhirnya dapat dihasilkan
suatu rencana strategis yang bisa diberikan kepada
sekolah sebagai upaya peningkatan mutu.

32

6. Uji Coba Produk
Rencana strategi yang telah dibuat tidak bisa
langsung di uji coba dulu tetapi harus di validasi
dan revisi. Uji coba tahap awal di lakukan dengan
simulasi, setelah itu baru di uji cobakan.
7. Revisi Produk
Dalam revisi produk di lakukan untuk mencari
efektifitas dan efisiensi sistem kerja baru dengan
cara membandingkan strategi lama dengan strategi
baru.
8. Uji Coba Produk
Setelah pengujian terhadap strategi berhasil dan
mungkin ada revisi yang tidak terlalu penting maka
selanjutnya strategi yang baru itu dapat di terapkan
di

lingkungan

sekolah.

Dalam

pelaksanaannya

strategi tersebut tetap harus dinilai kekurangan/
hambatan yang muncul guna untuk perbaikan lebih
lanjut.
9. Revisi Produk
Revisi produk dilakukan apabila dalam pelaksanaan
strategi

di

sekolah

terdapat

kekurangan

dan

kelemahan, maka dalam uji pemakaian selalu
mengevaluasi bagaimana strategi itu diterapkan.
10. Pembuatan Produk Masal
Bila

strategi

peningkatan

mutu

tersebut

telah

dinyatakan efektif dalam beberapa kali pengujian,
maka strategi tersebut dapat diterapkan pada setiap
lembaga pendidikan.
Berdasarkan

langkah-langkah

yang

telah

dikemukakan oleh Mulyasana dan Sugiyono, maka
peneliti

tertarik

dan

menggunakan

langkah

dari
33

Sugiyono namun hanya sampai pada tahap validasi
desain karena disesuaikan dengan situasi dan kondisi
ang ada.Langkah-langkah pengembangan rencana yang
akan dilakukan dalam penelitian adalah:
1. Potensi dan masalah
Potensi

adalah

segala

digunakan

akan

Sedangkan

masalah

antara

yang

sesuatu

memiliki
adalah

diharapkan

nilai

yang

bila

tambah.

penyimpangan
dengan

yang

terjadi.Potensi dan masalah yang dikemukakan
dalam penelitian ditunjukkan dengan data yang
empirik dan masih up to date.
2. Mengumpulkan Informasi
Setelah potensi dan masalah yang ada di
sekolah

ditunjukkan

secara

faktual,

selanjutnya dikumpulkan berbagai informasi
yang dapat digunakan sebagai bahan untuk
merencanakan suatu strategi yang diharapkan
mampu mengatasi masalah tersebut. Data yang
diperlukan bisa dari berbagai cara seperti
wawancara, observasi, studi dokumen dan
Focus Group Discussion (FGD).
3. Desain produk
Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini
adalah rencana strategis yang dapat dijadikan
sebagai pedoman untuk peningkatan mutu
sekolah. Rencana strategis ini masih bersifat
hipotetik karena karena efektifitasnya belum
terbukti dan akan diketahui setelah melalui
pengujian.
34

4. Validasi desain
Validasi

desain

kegiatan

untuk

dilakukan
menilai

sebagai
apakah

proses
rencana

strategis yang dibuat secara rasional akan
efektif digunakan sebagai usaha peningkatan
mutu

sekolah.

Validasi

desain

dapat

menghadirkan beberapa pakar atau tenaga
akhli

untuk

menilai

desain

tersebut,

selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan
kekuatan

2.6 Kajian Riset Terdahulu
Penelitian tesis oleh Edi Sujoko (2014) dengan
judul Strategi Peningkatan Mutu Sekolah Berdasarkan
Analisis SWOT di SMP Negeri I Bawen Kabupaten
Semarang menunjukkan bahwa Strategi yang dibuat
untuk

meningkatkan

mengembangkan

mutu

lingkungan

sekolah
sekolah

dengan
menuju

komunitas belajar yang ideal melalui progaram 7 K,
membentuk klub-klub prestasi untuk mengembangkan
potensi peserta didik, mengoptimalkan
sekolah

dalam

memberdayakan

peran kepala
dan

melatih

kepemimpinan dan managerial tenaga pendidik dan
tenaga kependidikan, pengembangan fasilitas sekolah
berbasis TIK sebagai sarana untuk belajar peserta
didik, dibentuk tim evaluasi program dan kegiatan
sekolah

secara

efektif

dan

efisien,mengoptimalkan

kegiatan-kegiatan pengembangan profesi guru baik di
tingkat lokal sekolah ataupun di luar sekolah dengan
menitik

beratkan

kualitas,

mengembangkan
35

pembelajaran

dengan

menoptimalkan

pendekatan

program

dan

PAKIEM,
kegiatan

ekstrakurikuler,lebih meningkatkan kerjasama dengan
pengajar atau pelatih baik dari luar ataupun dari
dalam,

meningkatkan

prestasi

non-akademik,

meningkatkan pembeljaran yang menitikberatkan pada
pembentukan karakter, membangun jaringan alumni,
dan melakukan terobosan-terobosan untuk percepatan
pencapaian prestasi akademis.
Sedangkan
penelitiannya

menurut

yang

berjudul

Suharti

dalam

Alternatif

Strategi

Peningkatan Mutu Sekolah Berdasarkan Analisis SWOT
di SDN 1 Ngadirejo Kecamatan Ngadirejo Kabupaten
Temanggung,Strategi yang dibuat untuk meningkatkan
mutu sekolah adalah dengan mengembangkan sarana
prasarana pendidikan, mengembangkan lingkungan
sekolah

menuju

komunitas

melalui

program

7K,

memberdayakan guru dalam pelatihan yang dapat
meningkatkan
sekolah

kinerja,

berbasis

TIK

mengembangkan

fasilitas

sebagai

belajar,

sarana

membentuk klub-klub prestasi untuk mengebangkan
potensi siswa, dibentuk tim evaluasi program sekolah,
memberdayakan guru untuk menggunakan tehnologi
informasi

dalam

mengintensifkan

proses
kegiatan

belajar
keagamaan

mengajar,
untuk

membentuk siswa yang iman dan taqwa, meningkatkan
kerjasama dengan pengajar atau pelatih dari luar
sekolah untuk mendukung kegiatan ekstrakurikuler,
mengintensifkan kegiatan supervisi dan monitoring oleh
kepala sekolah, mengefektifkan kegiatann
membangun image

KKG ,

positif sekolah, meningkatkan
36

pelaksanaan pendidikan karakter, dan meningkatkan
pendidikan

kecakapan

hidup,

serta

membentuk

jaringan alumni.
Demikian pula hasil penelitian oleh Parjuni
dengan judul Strategi dan faktor-faktor pendukung
peningkatan Mutu SMP N 6 Temanggung menunjukkan
bahwa

faktor-faktor

dominan

yang

mendukung

peningkatan prestasi SMP N 6 Temanggung meliputi:
kepemimpinan

kepala

sekolah

yang memiliki

dan

memahami visi kerja secara jelas, memiliki komitmen
kuat dan profesional, memberikan keteladanan dan
serta layanan yang optimal,
unggul dan terseleksi
penerapan

input peserta didik yang

komitmen guru dan karyawan,

kurikulum

yang

akomodatif,

prasarana yang lengkap dan memadai,
sekolah yang kondusif dan,
kemitraan

dengan

Strateginya

digunakan

sekolah

sarana
lingkungan

jalinan kerjasama dan

orangtua
dalam

dan

masyarakat.

meningkatkan

mutu

perencanaan progam yang berkelanjutan,

optimalisasi proses pembelajaran
guru dan karyawan

memberdayakan

pemberdayaan potensi siswa

menjalin kemitraan dan kerjasama.
Sahina, Idris (2013). Dalam penelitiannya yang
berjudul The Principals of Primary Schools Ideas on
their school Development and Practices, menyatakan
bahwa Peningkatan sekolah telah menjadi konsep
dalam

hal

meningkatkan

standar

pendidikan.

Peningkatan sekolah bertujuan untuk memberdayakan
kapasitas

sekolah

untuk

mengelola

perubahan,

memberikan pendidikan bermutu tinggi di dalamnya,
dan meningkatkan tingkat prestasi siswa. Semua staf
37

sekolah harus berpartisipasi dalam proses pengambilan
keputusan dan pelaksanaan yang berkaitan dengan
pekerjaan yang di lakukan di sekolah untuk perubahan
terencana dan peningkatan sekolah yang sukses. Setiap
sekolah menggunakan strategi perbaikan yang cocok
untuk konteksnya.
Kepala sekolah dapat melakukan peningkatan
kerjasama

dan

komunikasi

di

sekolah,

membuat

rencana peningkatan sekolah yang baik, memberikan
suasana sekolah yang positif artinya berkuasa sekolah
demokratis dan terbuka untuk ide-ide baru. Di sisi lain,
kepala sekolah harus membuat strategi perbaikan
jangka panjang, memberdayakan komunikasi antara
sekolah dan lingkungan, membuat semua pemangku
kepentingan di sekolah berperan dan bertanggung
jawab dalam proses perubahan, menginformasikan
individu

dan

kelompok

yang

bersangkutan

dan

bertindak sebagai pemimpin.
Yau, Hon Keung. Cheng, Alison Lai fong. (2013).
Quality Management in Primary School. Beberapa
faktor termasuk sekolah dan latar belakang siswa,
tradisi sekolah, iklim sekolah dan budaya, harapan
masyarakat sekolah, masih mempengaruhi manajemen
mutu pada efektivitas manajemen sekolah. Dengan
demikian, kepemimpinan kepala sekolah, guru dan
orang

tua

dalam

masyarakat

belajar

sebagai

pengembangan profesional dalam rangka meningkatkan
manajemen mutu sekolah. Mengembangkan sekolah
yang bermutu, lembaga pendidikan pemerintah dan
guru harus menyediakan pemain kunci seperti kepala
38

sekolah dengan program yang tepat, terutama dalam
pengelolaan sumber daya manusia.
Hal
jaringan

yang

sosial

dibutuhkan
kerja

tim

untuk

dan

meningkatkan

kerjasama

adalah

mendidik orang untuk berpartisipasi secara efektif
dalam proses ini dalam mendorong mereka untuk
mengerahkan

upaya

yang

diperlukan

untuk

meningkatkan mutu sekolah. Para pemimpin sekolah
harus merubah gaya manajerial dan kebijakan personil
untuk

menggabungkan

jajaran

karyawan

kedalam

budaya mutu sekolah. Selain itu, para pemimpin
sekolah harus mengelola sumber daya mereka dengan
baik fasilitas sekolah seperti IT, fasilitas pengajaran
dan ruang kelas, hal tersebut untuk penggabungan
mutu dalam budaya sekolah yang ada. Oleh karena itu,
pemimpin sekolah juga diperlukan untuk membentuk
fasilitas untuk mendukung perubahan mutu sekolah.

39

2.7 Kerangka Pikir Penelitian

Gambar 2.5 Model Kerangka Pikir

Sebelum menyusun rencana strategi peningkatan
mutu sekolah terlebih dahulu untuk memahami Visi,
Misi dan tujuan sekolah. Karena visi merupakan
elemen fundamental penyelenggaraan program sekolah.
Selanjutnya menganalisis lingkungan eksternal yang
ada di sekolah yaitu mengidentifikasi peluang dan
ancaman. Demikian pula analisis lingkungan internal
yang dimiliki sekolah dengan mengidetifikasi kekuatan
dan kelemahan sekolah. Faktor-faktor yang menjadi
peluang–ancaman serta kekuatan–kelemahan sekolah
dapat menjadi dasar dalam menetukan rencana strategi
langkah-langkah tindakan peningkatan mutu sekolah.
Setelah rencana strategi itu tesusun perlu dievaluasi
/uji pakar telebih dahulu agar hasilnya lebih valid dan
sesuai dengan kondisi lingkungan bedasarkan analisis
SWOT.Dengan masukan-masukan dari pakar, maka
renstra perlu diolah kembali dan disusun menjadi draf
renstra. Pada penelitian ini dibatasi sampai validasi
desain.
40

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20