BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Tunjangan Profesi Guru Di SMP Negeri 1 Pageruyung Kabupaten Kendal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Penelitian

4.1.1 Profil SMP Negeri 1 Pageruyung

SMP Negeri 1 Pageruyung, beralamat di Jalan Raya Bogosari, Dusun Bogosari, Desa Tambahrejo, Kecamatan Pageruyung, Kabupaten Kendal. Posisi astronomisnya terletak pada garis 7.0200 Lintang Selatan dan 110.0300 Bujur Timur. Lokasi SMP Negeri 1 Pageruyung berada di daerah perbukitan (429 dpl.), yang berjarak kurang lebih 40 kilometer dari pusat ibukota Kabupaten Kendal.

SMP Negeri 1 Pageruyung berdiri pada tahun 1980, sesuai Surat Keputusan Pemerintah nomor 0206/0/1980, Tanggal 30 Juli 1980. Sekolah ini memiliki Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) 20321903, dan Nomor Statistik Sekolah (NSS) 201032403037. Sedangkan pelaksanaan akreditasi sekolah terakhir pada tahun 2013 dengan nilai A.

Berdasarkan Rencana Kerja Sekolah (RKS) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) diketahui

bahwa visi SMP Negeri 1 Pageruyung adalah ”Imtaq Melekat, Prestasi Meningkat, Terampil dan Memikat”. Adapun Misinya adalah:

1. Membina keimanan, ketaqwaan dan budi pekerti yang luhur sesuai dengan tuntunan agama, 2. Meningkatkan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi dengan mengoptimalkan potensi akademik yang dimiliki oleh setiap siswa,

3. Meningkatkan kemampuan kepribadian, melatih

berdikari dan bertanggungjawab, 4. Mewujudkan Dokumen -1 dan Dokumen -2 KTSP, 5. Memenuhi standar isi, 6. Mewujudkan sekolah inovatif,

7. Memenuhi fasilitas sekolah yang relevan, mutakhir, dan berwawasan masa depan,

8. Mewujudkan pendidik dan tenaga kependidikan yang

mampu dan tangguh, 9. Menyelenggarakan manajemen berbasis sekolah yang

tangguh, 10. Menyelenggarakan penilaian berbasis kelas, 11. Mewujudkan pembiayaan pendidikan yang memadai, wajar dan adil, 12. Mewujudkan sekolah wiyata mandala yang menikmatkan belajar siswannya.

Adapun tujuan sekolahnya yang akan dicapai adalah sebagai berikut:

1. Sekolah mampu menghasilkan lulusan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esadan berbudi pekerti luhur;

2. Sekolah mampu menghasilkan lulusan memiliki pengetahuan dan ketrampilan;

3. Sekolah mampu menghasilkan lulusan yang

berkepribadian mantap,mandiri, dan bertanggungjawab; 4. Sekolah mampu memenuhi Dokumen – 1 dan

dokumen-2 KTSP secara lengkap; 5. Sekolah mampu memenuhi standar isi; 6. Sekolah mampu memenuhi standar proses

pembelajaran; 7. Sekolah mampu memenuhi standar sarpras/fasilitas

sekolah; 8. Sekolah mampu memenuhi standar pendidik dan

tenaga kependidikan; 9. Sekolah mampu memenuhi standar pengelolaan sekolah; 10. Sekolah mampu memenuhi standar penilaian; 11. Sekolah mampu memenuhi standar pembiayaan;

12. Sekolah mampu mewujudkan lingkungan sekolah dengan menerapkan 6K secara lengkap.

Pada tahun pelajaran 2014/2015 ini, SMP N 1 Pageruyung memiliki peserta didik berjumlah 545 siswa, yang terbagi kedalam 18 rombongan belajar. Adapun incian rombongan belajarnya adalah kelas VII berjumlah 6 kelas, kelas VIII berjumlah 6 kelas dan kelas IX berjumlah 6 kelas.

Berdasarkan identifikasi dokumen sekolah, dapat diketahui bahwa jumlah pendidik dan tenaga kependidikan di SMP Negeri 1 Pageruyung berjumlah 45 orang, dengan

rincian guru berjumlah 33 orang dan pegawai administrasi/karyawan berjumlah 12 orang. Sedangkan guru yang berjumlah 33 tersebut terdiri dari guru berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 29 orang, dan Guru

Tidak Tetap (GTT) sebanyak 4 orang. Adapun guru-guru tersebut mengajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sebanyak 3 orang, Pendidikan Kewarganegaraan sebanyak 2 orang, Bahasa Indonesia sebanyak 2 orang, mengajar Matematika sebanyak 4 orang, IPA sebanyak 3 orang, mengajar IPS sebanyak 4 orang, Bahasa Inggris sebanyak 4 orang, Penjas-Orkes sebanyak 2 orang, mengajar Seni Budaya sebanyak 2 orang, TIK ada 1 orang, Mulok Bahasa Jawa ada 1 orang, Mulok Ketrampilan sebanyak 2 orang, Bimbingan Konseling sebanyak 3 orang.

Berdasarkan identifikasi dokumen sekolah, maka dari

29 guru yang berstatus PNS, sebanyak 23 guru telah memiliki sertifikat profesi termasuk kepala sekolah, dan mereka semua telah menerima tunjangan profesi. Berkenaan dengan itu, terkait dengan tujuan penelitian ini, kemudian ditetapkan yang menjadi obyek penelitian adalah 22 orang guru SMP Negeri 1 Pageruyung yang selama ini telah menerima tunjangan profesi guru. Guru- guru tersebut pada tahun pelajaran 2014/2015 ini sebagian besar telah menempuh Strata 1, bahkan ada pula yang berpendidikan Strata 2, meskipun ada juga yang masih Diploma.

Kepala Sekolah telah menjabat lebih dari 3 tahun di sekolah ini sehingga sudah mengenal pribadi maupun Kepala Sekolah telah menjabat lebih dari 3 tahun di sekolah ini sehingga sudah mengenal pribadi maupun

Nara sumber menambahkan bahwa ke 23 guru yang telah bersertifikasi tersebut juga sudah menerima tunjangan profesi dan bahkan setiap tahun telah dinilai kinerjanya. Hal ini dapat diketahui dari verbatim baris ke

11- 12 “Kita selalu adakan penilaian kinerja, dan data kinerja yang kita dapatkan nanti kita laporkan kedinas”. Adapun nilai kinerja mereka minimal adalah baik. Hal ini dapat dilihat pada verbatim baris ke 12- 13 “Alhamdulillah, nilainya rata-rata ada yang A dan sebagian ada yang B”.

4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian

a. Martabat Guru SMP Negeri 1 Pageruyung

1) Analisis Wawancara Kepala Sekolah (Nara Sumber 1/S1)

Nara sumber memberikan gambaran tentang martabat guru-guru SMP Negeri 1 Pageruyung setelah mereka menerima tunjangan profesi, seperti hasil wawancara berikut ini:

Guru - guru di SMP Negeri 1 Pageruyung ternyata tidak hanya melaksanakan tugas pokoknya sebagai pengajar saja, tetapi mereka juga membimbing siswa dengan tujuannya adalah agar para siswa memiliki kepribadian yang baik. Nara sumber menerangkan hal ini seperti dalam verbatim (baris 14-15)

“Yah… seharusnya sebagai bagian tugas guru kita upayakan memiliki kegiatan agar guru itu mendorong

pembiasaan pada siswa misalnya pagi hari dengan

5 S senyum, sapa, salam, sopan dan santun.

Sehingga mereka bisa kita istilahnya amati penampilanya dan pembiasaan – pembiasaan lainnya”

Sedangkan ketika melaksanakan pembelajaran, guru-guru SMP Negeri 1 Pageruyung menurut penilaian nara sumber telah bersikap adil. Hal ini diketahui dari verbatim (baris 17-19):

“Secara umum saya tidak masuk disetiap kelas mereka, tapi pada saat-saat tertentu ketika saya masuk

maupun dari wawancara siswa guru sudah melakukan pembelajaran secara baik didalam maupun diluar

sekolah dengan mengacu pada kurikulum dan juga ya tidak ada laporan selama ini tentang mereka – meraka yang cara mengajarnya misalnya membeda - bedakan

latar belakang atau kedudukan orang tua siswa”

Disamping itu, selama ini guru - guru dalam berkomunikasi dengan siswa juga hanya demi kepentingan pendidikan siswa. Nara sumber selalu menekankan hal ini seperti verbatim berikut (baris 20-21):

“Saya selalu menekankan kepada guru agar bisa menjaga diri ketika beinteraksi dan berkomunikasi

harus hati-hati, kadang kalau salah pilihan mungkin mereka apa istilahnya malah menjadi persoalan baru bagi mereka. Saya juga berharap guru mampu fokus pada komunikasi pada kepentingan pendidikan siswa dan perlu menghindari komunikasi yang tidak relevan

dengan dunia pendidikan”

Sedangkan peran guru sebagai pembaharu dalam kehidupan dan kemajuan dimasyarakat sekitarnya, nara sumber menjelaskan seperti verbatim berikut ini (baris 22- 24):

“Kalau saya bertitik tolak dari seharusnya guru itu menjadi

agen pembaharu, dan itu selalu saya tekankan pada saat pembinaan bahwa guru harus bisa menjadi agen pembaruan di masyarakat dan mampu memberikan program, kemudian juga tidak sekedar tinggal disitu tapi juga berpartisipasi dalam kegiatan. Dari omong – omong saya dengan mereka, mereka rata - rata juga agen pembaharu, dan itu selalu saya tekankan pada saat pembinaan bahwa guru harus bisa menjadi agen pembaruan di masyarakat dan mampu memberikan program, kemudian juga tidak sekedar tinggal disitu tapi juga berpartisipasi dalam kegiatan. Dari omong – omong saya dengan mereka, mereka rata - rata juga

guru itu harus senantiasa menambah dan memperluas ilmu, wawasan dan keterampilan keterampilannya, nara sumber menjelaskan dalam verbatim sebagai berikut (butir 26-28):

“Kalau soal rajin membaca itu ya saya kurang bisa mengukurnya itupun juga tergantung dari mereka tapi kalau saya ajak bicara mereka sambung ya saya anggap rajin membaca tapi kalau mereka tidak sambung dengan situasi ya mereka kan ndak rajin membaca. Dan kemudian untuk kegiatan – kegiatan seminar biasanya terkontrol dengan ijin, surat tugas dan sebagainya, sehingga saya tahu mereka itu ikut kegiatan atau tidak. Nha biasanya ada workshop kita ikuti, ada undangan ya kita hadirkan, tapi kalau memang itu membutuhkan kehadiran

mereka”

Berkaitan dengan kegiatan penelitian ilmiah yang seharusnya dilakukan oleh guru-guru SMP Negeri 1 Pageruyung, nara sumber menjelaskan seperti verbatim

baris ke 28 “Masih terbatas”. Sedangkan kendala yang dihadapi guru, terkait dengan masih sedikitnya guru yang melakukan

sumber menjelaskan sebagaimana verbatim baris ke 29- 30 “satu mungkin karena bahan bacaan mereka terbatas, dua juga bisa apa

penelitian,

nara

kemauan mereka menulis juga terbatas”

Guru – guru dalam kesehariannya juga harus saling bertukar informasi, misalnya saling berpendapat, dan saling menasehati, bahkan juga mungkin saling membantu, dalam hubungannya dengan kepentingan pribadi maupun tugas profesi. Kaitannya dengan hal ini, nara Guru – guru dalam kesehariannya juga harus saling bertukar informasi, misalnya saling berpendapat, dan saling menasehati, bahkan juga mungkin saling membantu, dalam hubungannya dengan kepentingan pribadi maupun tugas profesi. Kaitannya dengan hal ini, nara

”Saya pikir melalui kayak sejenis MGMP sekolah baik formal ataupun nonformal

mereka juga sering berkomunikasi terkadang adanya masalah - masalah juga teratasi pada diskusi - diskusi positif mereka diruang guru biasanya”

Kemudian terkait dengan guru-guru SMP Negeri 1 Pageruyung yang harus patuh dan tunduk terhadap kebijakan pemerintah khususnya dibidang pendidikan, nara sumber menjelaskan dalam verbatim berikut (baris 33- 34):

“Ya sebagaimana pengarahan kepala dinas maka saya pikir ya guru harusnya patuh dengan kebijakan

pemerintah pusat. Kemarin saja kita baru satu semester melaksanakan kurikulum 2013, tiba-tiba kembali ke KTSP, ya walaupun bahasa jawane bekah- bekuh ya kembali kepada KTSP, itu kalau saya pahami mereka harus seperti itu”

2) Data Angket Siswa (Nara Sumber 2/S2) Untuk menentukan tinggi rendahnya aspek martabat guru penerima tunjangan profesi di gunakan kategori. Berhubung jumlah item aspek martabat guru sebanyak 7 item, maka banyaknya pilihan jawaban 4 dengan skoring dari 1 sampai dengan 4, maka skor tertinggi adalah 7 x 4 =

28 dan skor terendah adalah 7 x 1 = 7. Lebar interval untuk aspek martabat guru dapat dihitung sebagai berikut:

Dengan demikian untuk tinggi rendahnya hasil pengukuran aspek martabat guru dapat dikategorikan sebagai berikut:

23 ≤ x ≤ 28 = Sangat Tinggi

19 ≤ x ≤ 23 = Tinggi

15 ≤ x ≤ 19 = Sedang

11 ≤ x ≤ 15 = Rendah

7 ≤ x ≤ 11 = Sangat Rendah

Tabel 4.1 Kategorisasi Hasil Aspek Martabat Guru

NILAI

KRITERIA

JUMLAH PRESENTASE (%)

23 ≤ x ≤ 28 SangatTinggi

7 ≤ x ≤ 11 SangatRendah

0 0 JUMLAH

Keterangan: SD= 3,2 Min= 21 Max= 28 Sumber: Data Primer yang diolah 2015

Pada tabel 4.1 kategori hasil pengukuran aspek martabat guru menunjukkan sebanyak 42 sampel berada pada kategori sangat tinggi (84%), dan 8 sampel pada kategori tinggi (16 %), sedangkan kategori sedang, rendah, dan sangat rendah, masing-masing memiliki jumlah prosentase yang sama, yaitu 0%. Berdasarkan data tersebut maka secara umum persepsi siswa terhadap martabat guru Pada tabel 4.1 kategori hasil pengukuran aspek martabat guru menunjukkan sebanyak 42 sampel berada pada kategori sangat tinggi (84%), dan 8 sampel pada kategori tinggi (16 %), sedangkan kategori sedang, rendah, dan sangat rendah, masing-masing memiliki jumlah prosentase yang sama, yaitu 0%. Berdasarkan data tersebut maka secara umum persepsi siswa terhadap martabat guru

3) Data Angket Guru (Nara Sumber 3/S3) Untuk menentukan tinggi rendahnya ketercapaian aspek martabat guru penerima tunjangan profesi di gunakan kategori. Berhubung jumlah item aspek martabat guru sebanyak 7 item, maka banyaknya pilihan jawaban 4 dengan skoring dari 1 sampai dengan 4 maka skor tertinggi adalah 7 x 4 = 28 dan skor terendah adalah 7 x 1 = 7. Lebar interval untuk aspek martabat guru dapat dihitung sebagai berikut:

Dengan demikian tinggi dan rendahnya hasil pengukuran aspek martabat guru dapat dikategorikan sebagai berikut:

23 ≤ x ≤ 28 = Sangat Tinggi

19 ≤ x ≤ 23 = Tinggi

15 ≤ x ≤ 19 = Sedang

11 ≤ x ≤ 15 = Rendah

7 ≤ x ≤ 11 = Sangat Rendah

Tabel 4.2

Kategorisasi Hasil Aspek Martabat Guru

NILAI

KRITERIA

JUMLAH PRESENTASE (%)

Keterangan: SD= 3,2 Min= 23 Max= 28 Sumber: Data Primer yang diolah 2015

Pada tabel 4.2 kategori hasil pengukuran aspek martabat guru menunjukkan 22 sampel berada pada kategori sangat tinggi (100%), sedangkan pada kategori tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah masing-masing memiliki jumlah prosentase yang sama, yaitu 0%. Berdasarkan data tersebut martabat guru penerima tunjangan profesi pada kategori sangat tinggi. Skor yang diperoleh guru bergerak dari skor minimum sebesar 23 sampai dengan skor maksimum sebesar 28 dengan standar deviasi 3,2.

b. Kompetensi Guru SMP Negeri 1 Pageruyung

1) Analisis Wawancara Kepala Sekolah (Nara Sumber 1/S1)

Untuk menganalisis tentang kompetensi guru-guru di SMP Negeri

1 Pageruyung, diungkap melalui nara sumber ini ada 4 unsur kompetensi guru, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional.

Salah satu kompetensi pedagogik adalah guru harus mampu mengenali dan mengidentifikasi karakteristik belajar setiap peserta didiknya. Terkait dengan kemampuan guru-guru SMP Negeri 1 Pageruyung dalam mengenali karakteristik

nara sumber menjelaskan dalam verbatim berikut (baris 36-37):

peserta

didiknya ini,

“Ya sebatas ketika saya mensupervisi artinya untuk kemampuan guru didalam mengidentifikasi karakter peserta didik dapat saya ketahui dimana pada umumnya guru memberikan kesempatan sama untuk berpartisipasi juga kadang melihat dari kebutuhan peserta didik apakah pendengarannya terbatas atau penglihatannya yang terbatas sehingga perlu

ditempatkan pada tempat yang depan”

Kemudian kaitannya dengan pengajaran, guru harus memberikan respon kepada peserta didik yang belum atau kurang memahami pelajaran yang diajarkan, sehingga dari apa yang belum diketahui ini guru dapat memperbaiki perancangan pembelajaran selanjutnya. Terkait hal ini, nara sumber menjelaskan dalam verbatim baris yang ke 40 “Ya, itu dari kegiatan analisa ulangan harian itu biasanya kan guru tahu ada yang belum tuntas sehingga bagaimana mereka harus membenahi mungkin pembelajarannya atau apa yang dan lainya”

Terkait dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), guru juga harus merancang RPP sesuai silabus dan membahas materi-materi ajar tertentu agar dapat mencapai kompetensi seperti yang telah ditetapkan dalam RPP. Mengenai hal ini, nara sumber berkomentar Terkait dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), guru juga harus merancang RPP sesuai silabus dan membahas materi-materi ajar tertentu agar dapat mencapai kompetensi seperti yang telah ditetapkan dalam RPP. Mengenai hal ini, nara sumber berkomentar

Dalam aktivitas pembelajaran, guru harus melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah disusun secara lengkap, dan guru juga harus melaksanakan pembelajarannya sesuai dengan rancangan yang telah disusun. Terkait dengan hal itu, nara sumber mengemukakan kondisi nyata yang ada di SMP Negeri 1 Pageruyung, seperti pada verbatim (baris 45-46):

“Dari supervisi secara struktur mereka sudah memenuhi rancangan RPP, tapi dari time kadang mungkin

ada kendala mungkin kadang sok ada pergeseran waktu seharusnya misalnya pembukaan yang dialokasikan hanya 5 menit menjadi lebih dan sebagainya”

Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru perlu memusatkan perhatian, sehingga siswa dapat berinteraksi dan terdorong untuk memahami dan menggunakan informasi yang telah disampaikan guru tersebut dengan baik. Tentang pemusatan perhatian ini, nara sumber menyampaikan pandangannya sebagaimana verbatim baris ke 48- 49 “Ya karena guru harus mengembangkan potensi peserta didik ya multi metode supaya guru bisa menggunakan agar interaksi berjalan dengan bagus metode-metode yang digunakan juga kita harapkan bisa menimbulkan anak berpikir kritis”

Terkait dengan pemahaman siswa, guru juga perlu melakukan penggalian pemahaman siswa dengan menggunakan pertanyaan – pertanyaan, misalnya melalui Terkait dengan pemahaman siswa, guru juga perlu melakukan penggalian pemahaman siswa dengan menggunakan pertanyaan – pertanyaan, misalnya melalui

saya arahkan bagaimana agar mereka bisa “ Dalam melakukan penilaian, guru harus menyusun

alat penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang sudah dilakukan. Nara sumber menyampaikan pengamatannya selama ini seperti terungkap dalam

verbatim baris ke 52, “Dari supervisinya ya saya lihat sudah sesuai tapi misalnya masih ada yang tidak pas

saya minta membetulkan sesuai dengan prosedur” Guru dituntut untuk mampu mengembangkan

kerjasama dan membina kebersamaan terhadap teman sejawat tanpa membedakan unsur-unsur SARA (Suku, Ras dan Agama). Tentang pelaksanaanya di SMP Negeri 1 Pageruyung, disini nara sumber menggambarkan seperti dalam verbatim baris ke 54 “Ya di SMP 1 Pageruyung itu kan mayoritas muslim tapi ada juga yang non muslim, jadinya ya Alhamdulillah ada

toleransilah untuk kita menghormati dengan sesama“ Kemampuan lain yang harus dimiliki guru adalah

bersikap dewasa ketika mengajar. Sikap dewasa ini ditunjukkan misalnya guru dapat menerima masukan- masukan dari peserta didik. Terhadap sikap dewasa guru dalam mengajar ini, nara sumber menjelaskan dalam verbatim (baris 56-57):

“Kita juga punya kotak angket, atau kotak saranlah di sekolah ini kita manfaatkan, kadang “Kita juga punya kotak angket, atau kotak saranlah di sekolah ini kita manfaatkan, kadang

sesuai dengan tingkat pemikiran mereka”

Guru harus meminta ijin dan memberitahu lebih dahulu, dengan memberikan alasannya dan bukti yang sah jika tidak menghadiri kegiatan yang telah direncanakan, termasuk dalam proses pembelajaran di kelas. Tentang keadaan ini di SMP Negeri 1 Pageruyung, dijelaskan oleh nara sumber sebagaimana verbatim (baris 60-61):

“Pada prinsipnya kepada semua guru saya wajibkan ijin kalau ada kegiatan apakah terencana atau tidak terencana. Kalau terencanakan pasti sehari sebelumnya membuat surat, tapi yang tidak terencanakan karena mendadak ya mungkin SMS atau telpon biasanya langsung ke kepala sekolah atau kadang-kadang dengan tembusan wakil atau

guru piket”

Guru harus ikut berperan aktif dalam kegiatan di luar pembelajaran yang diselenggarakan oleh sekolah dan masyarakat. Selain itu, guru juga harus memperhatikan sekolah sebagai bagian dari masyarakat, berkomunikasi dengan masyarakat sekitarnya, serta berperan didalam kegiatan sosial yang ada di masyarakat. Berkenaan dengan hal ini, nara sumber memberikan gambaran sebagaimana verbatim berikut (baris 64-65):

“E… saya melihat walaupun mereka itu pendatang tetapi mereka sudah menjadi warga lokal artinya beradaptasi dan rata – rata mereka mendapat

kepercayaan menjadi pengurus di Takmir ada yang di BPD ada di RT dan itu tujuannya agar ya berdampak posistif terhadap sekolah, karena mereka lebur cair dengan masyarakat”

Guru harus melakukan pemetaan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk mata pelajaran Guru harus melakukan pemetaan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk mata pelajaran

“Kalau saya itu ya harus karena mereka itu harus mengerjakan pemetaan. Pemetaan SK – KD itu untuk mengidentifikasi materi-materi pelajaran yang sulit atau yang mungkin cukup mudah sehingga ada perencanan didalam menyusun kesulitan pembelajaran nanti akan bisa diperkirakan waktu yang dibutuhkan dalam pembelajaran”

Guru dituntut untuk melakukan penelitian ilmiah, mengembangkan karya inovasi, dan mengikuti kegiatan ilmiah (misalnya seminar, konferensi), serta aktif dalam melaksanakan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Terkait dengan ini, nara sumber memberikan informasi sebagaimana verbatim baris ke 70-71 “Kalau guru PTK belum banyak, paling satu-dua orang guru, tapi kalau yang lainnya itu mungki n seminar yang banyak “

2) Data Angket Siswa (Nara Sumber 2/S2) Untuk

rendahnya aspek kompetensi guru penerima tunjangan profesi digunakan kategori. Karena jumlah item untuk aspek kompetensi guru sebanyak 13 item, dan banyaknya pilihan jawaban 4 dengan skoring dari 1 sampai 4, maka skor tertingginya adalah 13 x 4 = 52, dan skor terendahnya adalah 13 x 1 =

menentukan

tinggi

13. Sedangkan lebar interval untuk aspek martabat guru dapat dihitung sebagai berikut:

Dengan demikian, maka tinggi rendahnya hasil pengukuran aspek kompetensi guru dapat dikategorikan sebagai berikut:

44 ≤ x ≤ 52 = Sangat Tinggi

36 ≤ x ≤ 44 = Tinggi

28 ≤ x ≤ 36 = Sedang

20 ≤ x ≤ 28 = Rendah

13 ≤ x ≤ 20 = Sangat Rendah

Tabel 4.3 Kategorisasi Hasil Aspek Kompetensi Guru NILAI

KRITERIA

JUMLAH PRESENTASE (%)

44 ≤ x ≤ 52 SangatTinggi

13 ≤ x ≤ 20 SangatRendah

0 0 JUMLAH

Keterangan: SD= 3,03 Min= 36 Max= 52 Sumber: Data Primer yang diolah 2015

Pada tabel 4.3, hasil pengukuran aspek kompetensi guru menunjukkan sebanyak 45 sampel berada pada kategori sangat tinggi (90%), dan 5 sampel pada kategori tinggi (10 %), sedangkan pada kategori sedang, rendah, dan sangat rendah masing-masing memiliki jumlah prosentase yang sama, yaitu 0%. Dari data tersebut maka secara umum persepsi siswa terhadap kompetensi guru penerima tunjangan profesi pada kategori sangat tinggi. Skor yang diperoleh siswa bergerak dari skor minimum sebesar 36 sampai dengan sekor maksimum sebesar 52 dengan standar deviasi 3,03.

3) Data Angket Guru (Nara Sumber 3/S3) Untuk

rendahnya aspek kompetensi guru penerima tunjangan profesi di gunakan kategori. Berhubung jumlah aspek kompetensi guru sebanyak 13 item, dan banyaknya pilihan jawaban adalah 4 dengan skoring dari 1 sampai dengan 4, maka untuk skor tertinggi adalah 13 x 4 = 52 dan skor terendah adalah 13 x

menentukan

tinggi

1 = 13. Lebar interval untuk aspek kompetensi guru dapat dihitung sebagai berikut:

Berdasarkan penghitungan tersebut, maka tinggi rendahnya hasil pengukuran aspek kompetensi guru dapat dikategorikan sebagai berikut:

44 ≤ x ≤ 52 = Sangat Tinggi

36 ≤ x ≤ 44 = Tinggi

28 ≤ x ≤ 36 = Sedang

20 ≤ x ≤ 28 = Rendah

13 ≤ x ≤ 20 = Sangat Rendah

Tabel 4.4 Kategorisasi Hasil Aspek Kompetensi Guru

NILAI

KRITERIA

JUMLAH PRESENTASE (%)

44 ≤ x ≤ 52 SangatTinggi

13 ≤ x ≤ 20 SangatRendah

0 0 JUMLAH

Keterangan: SD= 3,03 Min= 41 Max= 49 Sumber: Data Primer yang diolah 2015

Pada tabel 4.4, hasil pengukuran aspek kompetensi guru menunjukkan sejumlah 16 sampel (73%) berada pada kategori sangat tinggi, dan 6 sampel berada pada kategori tinggi (27 %), sedangkan kategori sedang, rendah, dan sangat rendah masing-masing memiliki jumlah prosentase yang sama, yaitu 0%. Data-data tersebut menunjukkan Pada tabel 4.4, hasil pengukuran aspek kompetensi guru menunjukkan sejumlah 16 sampel (73%) berada pada kategori sangat tinggi, dan 6 sampel berada pada kategori tinggi (27 %), sedangkan kategori sedang, rendah, dan sangat rendah masing-masing memiliki jumlah prosentase yang sama, yaitu 0%. Data-data tersebut menunjukkan

c. Memajukan Profesi Guru SMP Negeri 1 Pageruyung

1) Analisis Hasil Wawancara Kepala Sekolah (Nara Sumber 1/S1)

Sebagai guru profesional, guru harus mampu mengkomunikasikan pikirannya melalui kegiatan seminar, simposium dan sejenisnya. Terkait dengan kegiatan ini, nara sumber menyampaikan seperti dalam verbatim baris ke 72-73, “Ya karena mereka masih jarang untuk menjadi pemakalah atau nara sumber, ya untuk apa istilahnya mengkomunikasikan di lingkungan sekolah itu relatif jarang, dan paling mungkin non formal yang muncul kalau secara formal belum bisa”

Guru harus mampu mengkomunikasikan secara tertulis dalam bentuk jurnal profesi atau media lainnya. Menurut nara sumber, masih sedikit guru SMP Negeri 1 Pageruyung yang mampu menulis di jurnal, seperti diungkapkannya pada verbatim baris 75-76, “Ada, guru matematika itu”

2) Data Angket Siswa (Nara Sumber 2/S2) Untuk menentukan tinggi rendahnya aspek profesi guru penerima tunjangan profesi di gunakan kategori. Karena jumlah item aspek profesi guru sebanyak 2 item, 2) Data Angket Siswa (Nara Sumber 2/S2) Untuk menentukan tinggi rendahnya aspek profesi guru penerima tunjangan profesi di gunakan kategori. Karena jumlah item aspek profesi guru sebanyak 2 item,

Dengan data diatas maka tinggi rendahnya hasil pengukuran aspek profesi guru dapat dikategorikan sebagai berikut:

6 ≤ x ≤ 8 = Sangat Tinggi

5 ≤ x ≤ 6 = Tinggi

4 ≤ x ≤ 5 = Sedang

3 ≤ x ≤ 4 = Rendah

2 ≤ x ≤ 3 = Sangat Rendah

Tabel 4.5

Kategorisasi Hasil Aspek Memajukan Profesi Guru PROSENTASE

6≤x≤8 SangatTinggi

50 100 5≤x≤6

0 0 4≤x≤5

Tinggi

0 0 3≤x≤4

Sedang

Rendah

2≤x≤3 SangatRendah

0 0 JUMLAH

Ketrangan: SD= 1,7 Min= 6 Max= 8 Sumber: Data Primer yang diolah

Pada tabel 4.5 hasil pengukuran aspek profesi guru menunjukkan sebanyak 50 sampel (100%), berada pada kategori sangat tinggi. Sedangkan untuk kategori yang tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah masing-masing memiliki jumlah prosentase yang sama, yaitu 0%. Berdasarkan data tersebut maka secara umum persepsi siswa terhadap profesi guru penerima tunjangan profesi pada kategori sangat tinggi. Skor yang diperoleh siswa bergerak dari skor minimum sebesar 6 sampai dengan skor maksimum sebesar 8, dengan standar deviasi 3,03.

3) Data Angket Guru (Nara Sumber 3/S3) Untuk menentukan tinggi rendahnya aspek profesi guru penerima tunjangan profesi di gunakan kategori. Berhubung jumlah item aspek profesi guru sebanyak 2 item, dan banyaknya pilihan jawaban 4 dengan skoring dari 1 sampai dengan 4, maka skor tertinggi adalah 2 x 4 =

8 dan skor terendah adalah 2 x 1 = 2. Lebar interval untuk aspek profesi guru dapat dihitung sebagai berikut:

Berdasarkan data tersebut maka tinggi rendahnya hasil pengukuran aspek profesi guru dapat dikategorikan sebagai berikut:

6 ≤ x ≤ 8 = Sangat Tinggi

5 ≤ x ≤ 6 = Tinggi

4 ≤ x ≤ 5 = Sedang

3 ≤ x ≤ 4 = Rendah

2 ≤ x ≤ 3 = Sangat Rendah

Tabel 4.6 Kategorisasi Hasil Aspek Memajukan Profesi Guru

NILAI

KRITERIA

JUMLAH PRESENTASE (%)

0 0 5≤x≤6

6≤x≤8 SangatTinggi

Keterangan: SD= 1,7 Min= 2 Max= 4 Sumber: Data Primer yang diolah 2015

Pada tabel 4.6, hasil pengukuran aspek profesi guru menunjukkan sebanyak 9 sampel (41%) pada kategori Pada tabel 4.6, hasil pengukuran aspek profesi guru menunjukkan sebanyak 9 sampel (41%) pada kategori

d. Mutu Pembelajaran di SMP Negeri 1 Pageruyung

1) Analisis Wawancara dengan Kepala Sekolah (Nara Sumber 1/S1)

Kenyamanan lingkungan fisik sekolah, yang termasuk diantaranya adalah suasana kelas, sangat menentukan keberhasilan pembelajaran, karena mampu membangkitkan semangat belajar. Hubungannya dengan kenyamanan lingkungan belajar di SMP Negeri 1 Pageruyung ini, oleh nara sumber disampaikan keterangan seperti pada verbatim (baris 77-78):

“Kalau dari sisi fasilitas, saya dapat melihat anak-anak cukup nyaman ada perpustakaan ada taman dan

sebagainya. Paling terganggu itu kalau misalnya kalau misalnya ada proyek disekolah tapi itu kan situasional misalnya hanya satu atau dua bulan untuk pelaksanaan perpus atau rehab, secara umum tapi mereka cukup

nyaman”

Guru juga harus mampu memotivasi peserta didik agar mempunyai keinginan kuat untuk berhasil dalam belajarnya. Terkait dengan memotivasi siswa ini, dari nara sumber memberikan pernyataan seperti dalam verbatim (baris 82-83):

“Secara umum mereka itu punya motivasi untuk belajar lebih baik cuma persoalannya adalah kadang

dukungan dari orang tua yang sering masih dukungan dari orang tua yang sering masih

Sebagai guru professional, guru harus senantiasa menyampaikan pelajaran secara sistematis dan terfokus. Berkaitan dengan kemampuan guru menyampaikan pelajaran dengan sistematis dan terfokus itu, nara sumber menyampaikan informasinya seperti dalam verbatim (baris 86-87):

“Kalau dari supervisi sudah runtut, fokus, saya dapat dari supervisinya seperti itulah, cuma masalahnya kan mungkin diluar supervisi juga ada namanya supervisi dadakan, mungkin kita perlu jadi kalau saya lihat kalau pada saat seperti ini sudah sudah cukup baik. Laporan dari wakil kepala sekolah selama

ini, mereka juga sudah cukup bagus”

Guru professional ketika mengajar juga harus bersikap bijaksana. Mengenai kebijaksanaan guru-guru SMP Negeri 1 Pageruyung dalam mengajar, digambarkan oleh nara sumber, seperti dalam verbatim baris ke 88-89

“Ya itu juga relatif tetapi secara umum sudah lebih baik artinya tidak ada lagi guru sekeras atau sekasar

pada masa yang lalu karena mereka sudah menyadari seiring usia, juga seiring dengan pembinaan yang ada”

Dalam mengajar guru juga harus mengembangkan pembelajaran konteks. Kaitan pembelajaran konteks yang dilakukan oleh guru-guru, nara sumber memberikan ilustrasinya seperti pada verbatim (baris 90-91):

“Ya biasanya kalau saya melihat di guru-guru yang pembelajaran kontekstual itu memang kita arahkan guru agar murid – muridnya itu sambung

dengan kondisi dilingkungan, misalnya di PKn kasus korupsi kita angkat, dan ada pelajaran dengan kondisi dilingkungan, misalnya di PKn kasus korupsi kita angkat, dan ada pelajaran

ga bisa”

Dalam melakukan penilaian, guru professional harus memberikan komentar tertulis pada ulangan/tes yang diujikan pada siswa. Terkait dengan komentar pada ulangan/tes tersebut, nara sumber menjelaskan pada verbatim baris ke 92- 93 “Ya tidak semuannya kadang karena mungkin terlalu banyak yang dikoreksi sehingga komentarnya tidak lengkap, tidak semua kelas,

tapi ada mereka yang melakukan “ Dalam melaksanakan proses pembelajaran, seorang

guru juga harus memberikan tugas kepada siswa, khususnya untuk menulis atau membaca tentang apa yang telah dipelajari siswa. Kaitan dengan pemberian tugas menulis atau membaca oleh guru kepada siswa ini, nara sumber memberikan informasi sebagaimana verbatim baris ke 95- 96 “Ya relatif juga saya tahunya dari supervisi ada yang memberi tugas, ada yang tidak jadi

tergantung konteks RPP mereka ya” Kemudian kaitannya dengan penggunaan

sarana pendukung pembelajaran oleh guru, nara sumber memberikan penjelasan seperti dalam verbatim baris ke

96- 97 “Kalau sarana pembelajaran yang LCD kita ada tapi belum kita pasang penuh paling dipasang di lab. yang aman yang jelas karena kita itu apa kemampuan penggunaan guru sudah bagus hanya keamanan yang menjadi masalah selama ini”

2) Data Angket Siswa (Nara Sumber 2/S2)

Untuk menentukan tinggi rendahnya aspek mutu pembelajaran guru penerima tunjangan profesi di gunakan kategori. Karena jumlah item aspek mutu pembelajaran guru sebanyak 9 item, maka banyaknya pilihan jawaban 4 dengan skoring dari 1 sampai dengan 4 maka skor tertinggi adalah 9 x 4 = 36, dan skor terendahnya adalah 9 x 1 = 9. Sedangkan lebar interval untuk aspek mutu pembelajaran guru penerima tunjangan profesi dapat dihitung sebagai berikut:

Dengan data diatas tersebut maka kategori tinggi rendahnya hasil pengukuran aspek mutu pembelajaran guru dapat ditetapkan sebagai berikut:

30 ≤ x ≤ 36 = Sangat Tinggi

25 ≤ x ≤ 30 = Tinggi

19 ≤ x ≤ 25 = Sedang

14 ≤ x ≤ 19 = Rendah

9 ≤ x ≤ 14 = Sangat Rendah

Tabel 4.7 Kategorisasi Hasil Aspek Mutu Pembelajaran

NILAI

KRITERIA

JUMLAH PRESENTASE (%)

30 ≤ x ≤ 36 SangatTinggi

9 ≤ x ≤ 14 SangatRendah

0 0 JUMLAH

50 100 Keterangan: SD= 1,7 Min= 24 Max= 36 Sumber: Data Primer yang diolah 2015

Pada tabel 4.7, hasil pengukuran aspek mutu pembelajaran guru menunjukkan sebanyak 27 sampel (54%) berada pada kategori sangat tinggi, dan 22 sampel (44%) pad kategori tinggi, dan 1 sampel (2%) pada kategori sedang. Sedangkan kategori rendah, dan sangat rendah masing-masing memiliki jumlah prosentase yang sama, yaitu 0%. Berdasarkan data tersebut maka secara umum persepsi siswa terhadap mutu pembelajaran guru penerima tunjangan profesi pada kategori sangat tinggi. Skor yang diperoleh siswa bergerak dari skor minimum sebesar 24 sampai dengan skor maksimum sebesar 36, dengan standar deviasi 1,69.

3) Data Angket Guru (Nara Sumber 3/S3) Untuk menentukan tinggi rendahnya aspek mutu pembelajaran guru penerima tunjangan profesi di gunakan kategori. Berhubung jumlah item aspek mutu pembelajaran guru sebanyak 9 item, maka untuk banyaknya pilihan jawaban adalah 4 dengan skoring dari 1 sampai dengan 4, maka skor tertinggi adalah 9 x 4 = 36, dan skor terendah adalah 9 x 1 = 9. Lebar interval untuk aspek mutu 3) Data Angket Guru (Nara Sumber 3/S3) Untuk menentukan tinggi rendahnya aspek mutu pembelajaran guru penerima tunjangan profesi di gunakan kategori. Berhubung jumlah item aspek mutu pembelajaran guru sebanyak 9 item, maka untuk banyaknya pilihan jawaban adalah 4 dengan skoring dari 1 sampai dengan 4, maka skor tertinggi adalah 9 x 4 = 36, dan skor terendah adalah 9 x 1 = 9. Lebar interval untuk aspek mutu

Dengan demikian dapat ditentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran aspek mutu pembelajaran guru adalah sebagai berikut:

30 ≤ x ≤ 36 = Sangat Tinggi

25 ≤ x ≤ 30 = Tinggi

19 ≤ x ≤ 25 = Sedang

14 ≤ x ≤ 19 = Rendah

9 ≤ x ≤ 14 = Sangat Rendah

Tabel 4.8 Kategori Hasil Aspek Mutu Pembelajaran

NILAI

KRITERIA

JUMLAH PRESENTASE (%)

30 ≤ x ≤ 36 SangatTinggi

9 ≤ x ≤ 14 SangatRendah

22 100 Keterangan: SD= 1,7 Min= 21 Max= 35 Sumber: Data Primer yang diolah 2015

JUMLAH

Pada tabel 4.8, hasil pengukuran aspek mutu pembelajaran guru menunjukkan sebanyak 9 sampel (41%) berada pada kategori sangat tinggi, dan 12 sampel (55%) pada kategori tinggi, dan 1 sampel (4%) pada kategori sedang. Sedangkan kategori rendah, dan sangat rendah masing-masing memiliki jumlah prosentase yang sama, yaitu 0%. Berdasarkan data tersebut maka secara umum mutu pembelajaran guru penerima tunjangan profesi pada kategori tinggi. Skor yang diperoleh guru bergerak dari skor minimum sebesar 21 sampai dengan sekor maksimum sebesar 35, dengan standar deviasi 1,7.

e. Pelayanan Pendidikan Bermutu di SMP Negeri 1 Pageruyung

1) Analisis Wawancara Kepala Sekolah (Nara Sumber 1/S1)

Disamping mengajar, guru juga harus melatih peserta didik, sehingga peserta didik merasa terbantu. Terkait kegiatan melatih peserta didik ini, nara sumber memberikan informasi seperti dalam verbatim baris ke 99- 100 “Kalau melatih biasanya kita laksanakan tambahan- tambahan pelajaran di kelas IX, kemudian guru – guru pengampu ekstrakurikuler juga kita berikan kesempatan melatih para siswa”

Guru professional harus bersikap sebagai sahabat yang

senantiasa

siap

membantu

memecahkan memecahkan

“Ya sebenarnya itu kalau saya sih tidak ada masalah mungkin kaitan dengan siswa sendiri

mungkin yang nanti bisa ditanyakan, tapi saya lihat mereka juga ada komunikasi, konselor juga berfungsi kok. Sehingga saya lihat juga apa ya komunikasi siswa dengan guru cukup bagus”

Guru harus menjadi teladan bagi siswa dalam kehidupan ini. Keteladanan guru-guru SMP Negeri 1 Pageruyung dinyatakan oleh nara sumber seperti dalam verbatim (baris 105-107):

“Ya memang namanya saja murid, dan saya juga pernah jadi murid biasanya melihat guru itu dari

penampilannya, dari pelayanannya sehingga kita kadang mengatakan pak guru itu rapi, pak guru itu sopan, pak guru itu pinter dan sebagainya, sering kita tangkap. Tapi saya juga berharap agar anak – anak itu, guru itu harus bisa mengambil posisi bahwa kita harus menjadi teladan bagi siswa”

Guru dalam membimbing belajar siswa harus senatiasa mengemukakan prakarsa atau ide-ide terbaik agar siswa mudah dalam memahami pelajaran. Terkait dengan prakarsa guru ini, nara sumber menyampaikan pendapatnya seperti dalam verbatim baris ke 108- 109 “Ya kalau guru kan seharusnya begitu, bagaimana agar materi pembelajaran tersampaikan dengan baik dengan cara yang baik sehingga anak-anak bisa menangkap materi p embelajaran yang ada”.

Guru juga belajar dari teman seprofesinya untuk meningkatkan pembelajaran selanjutnya. Berkenaan dengan guru-guru SMP Negeri 1 Pageruyung yang perlu Guru juga belajar dari teman seprofesinya untuk meningkatkan pembelajaran selanjutnya. Berkenaan dengan guru-guru SMP Negeri 1 Pageruyung yang perlu

dan MGMP kabupaten”

2) Data Angket Siswa (Nara Sumber 2/S2)

rendahnya aspek pelayanan pendidikan yang bermutu oleh guru penerima tunjangan profesi maka digunakan kategori. Berhubung jumlah item aspek pelayanan pendidikan bermutu sebanyak 4 item, dan banyaknya pilihan jawaban 4 dengan skoring dari 1 sampai dengan 4, maka skor tertinggi adalah

Untuk menentukan

tinggi

4 x 4 = 16 dan skor terendah adalah 4 x 1 = 4. Untuk lebar interval aspek pelayanan pendidikan bermutu dapat dihitung sebagai berikut:

Dengan demikian kategori tinggi rendahnya hasil pengukuran aspek pelayanan pendidikan bermutu dapat ditentukan sebagai berikut:

13 ≤ x ≤ 16 = Sangat Tinggi

11 ≤ x ≤ 13 = Tinggi

8 ≤ x ≤ 11 = Sedang

6 ≤ x ≤ 8 = Rendah

4 ≤ x ≤ 6 = Sangat Rendah

Tabel 4.9 Kategori Hasil Aspek Pelayanan Pendidikan Bermutu

NILAI

KRITERIA

JUMLAH PRESENTASE (%)

13 ≤ x ≤ 16 SangatTinggi

Keterangan: SD= 1,03 Min= 8 Max= 16 Sumber: Data Primer yang diolah 2015

Pada tabel 4.9, hasil pengukuran aspek pelayanan pendidikan bermutu menunjukkan sebanyak 26 sampel (52%) berada pada kategori sangat tinggi, dan 14 sampel (28%) pada kategori tinggi, dan 10 sampel (20%) pada kategori sedang. Adapun kategori rendah, dan sangat rendah masing-masing memiliki jumlah prosentase yang sama, yaitu 0%. Berdasarkan data tersebut maka secara Pada tabel 4.9, hasil pengukuran aspek pelayanan pendidikan bermutu menunjukkan sebanyak 26 sampel (52%) berada pada kategori sangat tinggi, dan 14 sampel (28%) pada kategori tinggi, dan 10 sampel (20%) pada kategori sedang. Adapun kategori rendah, dan sangat rendah masing-masing memiliki jumlah prosentase yang sama, yaitu 0%. Berdasarkan data tersebut maka secara

3) Data Angket Guru (Nara Sumber 3/S3) Untuk

rendahnya aspek pelayanan pendidikan bermutu oleh guru penerima tunjangan profesi di gunakan kategori. Untuk jumlah item dari aspek pelayanan pendidikan bermutu sebanyak 4 item, dan banyaknya pilihan jawaban 4 dengan skoring dari 1 sampai dengan 4 maka skor tertinggi adalah 4 x 4 = 16 dan skor terendah adalah 4 x 1 = 4. Lebar interval untuk aspek pelayanan pendidikan bermutu dapat dihitung sebagai berikut:

menentukan

tinggi

Dengan demikian, terkait tinggi rendahnya hasil pengukuran aspek pelayanan pendidikan bermutu dapat dikategorikan sebagai berikut:

13 ≤ x ≤ 16 = Sangat Tinggi

11 ≤ x ≤ 13 = Tinggi

8 ≤ x ≤ 11 = Sedang

6 ≤ x ≤ 8 = Rendah

4 ≤ x ≤ 6 = Sangat Rendah

Tabel 4.10 Kategorisasi Hasil Aspek Pelayanan Pendidikan Yang Bermutu

NILAI

KRITERIA

JUMLAH PRESENTASE (%)

13 ≤ x ≤ 16 SangatTinggi

22 100 Keterangan: SD= 1,03 Min= 12 Max= 16 Sumber: Data Primer yang diolah 2015

Pada tabel 4.10, hasil pengukuran aspek pelayanan pendidikan bermutu menunjukkan sebanyak 14 sampel (64%) berada pada kategori sangat tinggi, 8 sampel (36%) pada kategori tinggi. Kemudian kategori sedang, rendah, dan sangat rendah untuk masing-masing memiliki jumlah prosentase yang sama, yaitu 0%. Berdasarkan data tersebut maka secara umum pelayanan pendidikan bermutu oleh guru penerima tunjangan profesi pada kategori sangat tinggi. Sedangkan skor yang diperoleh guru tersebut bergerak dari skor minimum sebesar 12 sampai dengan skor maksimum sebesar 16, dengan standar deviasi 1,03.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Tunjangan profesi bertujuan untuk peningkatan mutu guru sebagai penghargaan atas profesionalitas untuk Tunjangan profesi bertujuan untuk peningkatan mutu guru sebagai penghargaan atas profesionalitas untuk

4.2.1 Evaluasi Terhadap Martabat Guru SMP Negeri 1 Pageruyung

Guru - guru di SMP Negeri 1 Pageruyung disamping tugas pokoknya sebagai pengajar, ternyata mereka telah membimbing agar para siswa memiliki kepribadian yang baik. Nara sumber satu (S1) menerangkan hal ini seperti dalam verbatim (butir 14-15), dimana pembimbingan tersebut diantaranya melalui program-program pembiasaan yang ada di sekolah, contohnya pagi hari guru-guru menyambut kedatangan siswa dengan melakukan 5 S, yaitu Senyum, Sapa, Salam, Sopan dan Santun. Kegiatan ini menunjukkan bahwa guru-guru di SMP Negeri 1 Pageruyung telah memahami kode etik guru, terutama kesadaran bahwa mereka harus berbakti membimbing para peserta didik untuk membentuk manusia seutuhnya sesuai dengan jiwa pancasila. Disisi lain guru juga harus menghormati hak individu dan kepribadian peserta didik dalam membimbing agar senantiasa dapat menghayati dan mengamalkan Pancasila. Hal ini juga didasarkan pada Guru - guru di SMP Negeri 1 Pageruyung disamping tugas pokoknya sebagai pengajar, ternyata mereka telah membimbing agar para siswa memiliki kepribadian yang baik. Nara sumber satu (S1) menerangkan hal ini seperti dalam verbatim (butir 14-15), dimana pembimbingan tersebut diantaranya melalui program-program pembiasaan yang ada di sekolah, contohnya pagi hari guru-guru menyambut kedatangan siswa dengan melakukan 5 S, yaitu Senyum, Sapa, Salam, Sopan dan Santun. Kegiatan ini menunjukkan bahwa guru-guru di SMP Negeri 1 Pageruyung telah memahami kode etik guru, terutama kesadaran bahwa mereka harus berbakti membimbing para peserta didik untuk membentuk manusia seutuhnya sesuai dengan jiwa pancasila. Disisi lain guru juga harus menghormati hak individu dan kepribadian peserta didik dalam membimbing agar senantiasa dapat menghayati dan mengamalkan Pancasila. Hal ini juga didasarkan pada

pendidikan adalah pengembangan secara utuh intelegensi, moral dan kesehatan jasmani dan rohani peserta didik. Disamping itu mereka berupaya dengan ikhlas melatih dalam memecahkan masalah-masalah dan membina daya kreasi peserta didik agar kelak dapat menunjang masyarakat yang sedang membangun.

tujuan

Pada waktu melaksanakan pembelajaran, menurut penilaian nara sumber satu (S1), guru-guru SMP Negeri 1 Pageruyung telah bersikap adil. Hal ini diketahui dari verbatim (baris 17-19), dimana nara sumber satu (S1) tidak pernah mendapatkan laporan dari siswa tentang adanya guru yang membeda-bedakan latar belakang atau kedudukan orang tua siswa ketika mereka mengajar. Berkaitan dengan hal itu, berarti guru-guru SMP Negeri 1 Pageruyung telah memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional, sesuai dengan kode etik guru, dimana guru harus menghargai dan memperhatikan perbedaan dan kebutuhan peserta didiknya masing-masing, fleksibel dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan peserta didik masing-masing, juga harus melaksanakan pembelajaran didalam dan diluar sekolah berdasarkan kurikulum tanpa membeda- bedakankan latarbelakang dan kedudukan orang tua peserta didiknya.

Selama ini guru - guru SMP Negeri 1 Pageruyung dalam berkomunikasi dengan siswa juga hanya demi kepentingan pendidikan siswa. Nara sumber satu (S1) menyatakan hal ini dalam verbatim baris ke 20-21 dimana guru telah mampu fokus pada komunikasi pada kepentingan pendidikan siswa dan menghindari komunikasi Selama ini guru - guru SMP Negeri 1 Pageruyung dalam berkomunikasi dengan siswa juga hanya demi kepentingan pendidikan siswa. Nara sumber satu (S1) menyatakan hal ini dalam verbatim baris ke 20-21 dimana guru telah mampu fokus pada komunikasi pada kepentingan pendidikan siswa dan menghindari komunikasi