3.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu - Pengaruh Analisis Fundamental terhadap Dividend Payout Ratio dan Harga Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka merupakan ringkasan atau rangkaian teoritis yang di
temukan dari sumber bacaan (literatur) serta kajian penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan tema yang akan diteliti, dengan tujuan untuk mengorganisasikan penemuan-penemuan peneliti yang akan disajikan. Dalam bab ini disajikan tinjauan penelitian terdahulu , landasan teoritis serta kerangka konseptual penelitian yang disusun secara sistematis guna memudahkan penulis dalam meneliti masalah-masalah yang ada (suryana, 2010).
3.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Banyak peneliti yang telah melakukan penelitan terhadap faktor-faktor
fundamental dan rasio-rasio keuangan yang banyak dikaitkan sebagai salah satu dasar analisis pengambilan keputusan dalam berinvestasi. Salah satunya adalah Dannies (2012) yang melakukan penelitian tentang pengaruh return on
investment, earning per share, dan dividend per share terhadap harga saham pada
perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia mendapatkan hasil bahwa
return on investmen, earning per share, dan dividen per share memiliki pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap harga saham perusahaan pertambangan secara parsial. Lalu selain secara parsial, peneliti juga meguji secara simultan pengaruh variabel return on investment, earning per share, dan dividend per share terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan di bursa efek indonesia menunjukan hal yang sama bahwa variabel return on investment, earning per share, dan
dividend per share memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap harga
saham perusahaan pertambangan yang terdaftar di bursa efek indonesia.Penelitian lain juga dilakukan oleh Andriani (2008) dengan menguji
earning per share sebagai variabel yang akan diuji pengaruhnya terhadap harga
saham pada perusahaan industri manufaktur menunjukan earning per share mempunyai korelasi positif dan signifikan terhadap harga saham. Artinya bila
earning per share mengalami peningkatan, akan berdampak pada naiknya harga
saham.Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Widyo (2009) yang meneliti tentang analisis pengaruh pengembalian investasi dan penerimaan per saham terhadap harga saham perusahaan rokok di bursa efek indonesia, dengan rasio
return on investment dan earning per share, sebagai variabel yang akan diteliti
pengaruh nya terhadp harga saham pada perusahaan perusahaan rokok di bursa efek indonesia. Dengan temuan bahwa secara simultan variabel pengembalian investasi dan penerimaan per saham mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perusahaan rokok yang ada di bursa efek indonesia. Kemudian pengujian juga dilakukan secara parsial dengan hasil menunjukan bahwa pengembalian investasi memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap harga saham serta penerimaan per saham juga memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap harga saham perusahaan rokok di Bursa Efek Indonesia.
Tabel 2.4 Review Peneliti Terdahulu No Nama / Tahun Penelitian Topik Independen Variabel Dependen Variabel Teknik Analisis Data Hasil Penelitian1 Amanda dan Wahyu (2013) Analisis Fundamentas dan Sistematik terhadap Harga Saham Perbankan yang terdaftar pada Indeks LQ45
Return On Assets, Return On Equity, Debt to Equity Ratio, Earning Per Share, Price Earning Ratio dan Systematic Risk Harga Saham
Regresi Linear 1.
Debt to Equity Ratio, Earning Per Share, Price Earning Ratio dan Systematic Risk berpengaruh signifikan terhadap harga saham 2. Return On Assets, dan Return On
Equity tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham
2 Zuwina Miraza (2013) Pengaruh Dividen terhadap hubungan antara Return On Assets, Debt to Equity Ratio dan Current Ratio terhadap Harga Saham
Return On Assets, Debt to Equity Ratio dan Current
Harga Saham Path Analysis 1.
Return On Assets, Debt to Equity Ratio dan Current secara bersama- sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham
17 Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.4 Review Peneliti Terdahulu Lanjutan No Nama / Tahun Topik Independen Variabel Dependen Teknik Analisis Hasil Penelitian PenelitianVariabel Data
3 Slviana dan Rocky Analysis of Return On Return On Assets dan Harga Saham Multiple Linear 1.
Return On Assets (2013) Assets and Earning Per Earning Per Share Regresion berpengaruh Share on Stock Market
Analysis negatif tidak in the Bank Companies signifikan in Indonesia securities terhadap Harga
Exchange Saham 2.
Earning Per Share berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham
4 Denies Priatinah Pengaruh Return On Return On Investment, Harga Saham Multiple Regresi 1.
Return On (2012) Investment, Earning Earning Per Share,
Investment Pershare dan Dividen Dividen Per Share Linear berpengaruh Per Share terhadap positif dan Harga Saham signifikan Perusahaan terhadap Harga Pertambangan Saham 2.
Earning Per Share berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.4 Review Peneliti Terdahulu Lanjutan No Nama / Tahun Topik Independen Variabel Dependen Teknik Analisis Hasil Penelitian PenelitianVariabel Data 3.
Dividen Per Share berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham 4.
Return On Investment, Earning Per Share dan Dividen Per Share secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham
5 Hossein, Nasser and Studying Affecting EPS, Profit Margin, Stock Price Regresion EPS, Profit Margin, P/E
Mohammedbagher Factors on Analysts’ P/E Ratio, Sales Rate Analysis Ratio dan Sales Rate
(2012) Decisioncs Regarding memiliki pengaruh yangRhare Analysis in positif dan signifikan
Tehran Stock Exchange terhadap harga saham pada Tehran Stock Exchange
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.4 Review Peneliti Terdahulu Lanjutan No Nama / Tahun Topik Independen Variabel Dependen Teknik Analisis Hasil Penelitian PenelitianVariabel Data
6 Majed Abdel dan Said The Relationship Return On Assets, Share Price Regresion 1.
Return On Assets Mukhled between the ROA, ROE, Return On Equity dan Analysis berpengaruh (2012) and ROI Ratios with Return On Equity positif tidak Jordanian Insurence Investment signifikan
Public Companies terhadap Harga
Market Share Price Saham 2.
Return On Equity berpengaruh positif tidak signifikan secara terhadap Harga Saham
3. Return On Investment berpengaruh positif signifikan terhadap Harga Saham
4. Return On Assets, Return On Equity dan Return On
7 Seetharaman dan John An Empirical Sutdy on Earning Per Share Stock Price Regresion Earning Per Share Rudolph Raj the Impact of Earning
Analysis mempunyai hubungan (2011) Per Share on Stock korelasi positif dan
Price of a Listed Bank in signifikan terhadap Malaysia Harga Saham
Universitas Sumatera Utara
No Nama / Tahun Penelitian Topik Independen Variabel Dependen Variabel Teknik Analisis Data Hasil Penelitian
Return on Assets, Price Earning Ratio dan Divident Payout Ratio
Tabel 2.4 Review Peneliti Terdahulu Lanjutan3. Secara parsial Divident Payout Ratio tidak
2. Secara parsial Price Earning Ratio berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham
Secara parsial Return on Assets berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham
2. Regresi Linear Berganda 1.
Satistik Deskriptif
Harga Saham 1.
Keuangan terhadap Harga Saham pada Perusahaan Mining And Mining Service di Bursa Edek Indonesia
8 Tita Deitiana (2011) Pengaruh Rasio
3 Sri Zuliarni (2009) Pengaruh Kinerja
4. Divident tidak berpengaruh terhadap Harga Saham
3. Seles Growth tidak berpengaruh terhadap Harga Saham
Liquidity tidak berpengaruh terhadap Harga Saham 2. Profitability berpengaruh terhadap Harga Saham
2. Uji hipotesis 1.
Satistik Deskriptif
Liquidity, Profitability, Seles Growth, Divident Harga Saham 1.
Keuangan, Pertumbuhan Penjualan dan Dividen terhadap Harga Saham
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.4 Review Peneliti Terdahulu Lanjutan No Nama / Tahun Topik Independen Variabel Dependen Teknik Analisis Hasil Penelitian PenelitianVariabel Data berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham
10 Rowland Bismark Pengaruh Variable Growth, Profitability, Stock Price Regresi Linear 1.
Growth,
(2008) Fundamenta terhadap Leverage, Liquidity, Berganda Profitability,
Harga Saham Efficiency, EarningLeverage, Liquidity, Ratio , PER Efficiency, Earning Ratio , PER berpengaruh positif terhadap Harga Saham 2. Profitability memiliki pengaruh yang paling signifikan terhadap Harga Saham
Universitas Sumatera Utara
3.2 Landasan Teoritis
Landasan teoritis merupakan bagian yang akan membahas tentang uraian pemecahan masalah yang akan ditemukan melalui pembahasan-pembahasan secara teoritis. Teori-teori yang akan digunakan merupakan dasar-dasar penulis untuk meneliti masalah-masalah yang akan dihadapi penulis.
2.2.1 Teori Harga Saham
Harga saham mencerminkan nilai sebuah perusahaan dihadapan para pembelinya. Jika harga saham tinggi, berarti nilai perusahaan dianggap semakin tinggi pula, sebaliknya jika harga saham rendah, nilai dari perusahaan tersebut akan dianggap rendah oleh para investor. Ada dua unsur penting yang dipertimbangkan dalam penentuan harga saham, yaitu prospek perusahaan itu sendiri dan prospek keuntungan yang diperoleh pembeli saham. Keuntungan yang diharapkan dari pembeli saham adalah dividen dan keuntungan yang diperoleh dari selisih harga ataucapital gain (Manurung dan Prathama (2004).
Saham merupakan bukti kepemilikan seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan. Saham dapat diperjual belikan pada bursa efek, yaitu tempat yang digunakan untuk memperdagangkan efek sesudah pasar perdana. Penerbitan surat berharga saham akan menerbitkan berbagai keuntungan bagi perusahaan. Nilai pasar dari sekuritas merupakan harga pasar dari sekuritas itu sendiri, Tandelilin (2001). Untuk sekuritas yang diperdagangkan dengan aktif, nilai pasar merupakan yang terakhir dilaporkan pada saat sekuritas terjual.
Kesimpulanya adalah harga saham merupakan nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut yang perubahan atau fluktuasinya sangat ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar bursa (pasar sekunder). Semakin banyak investor yang ingin membeli atau menyimpan saham, harga saham akan semakin naik dan sebaliknya semakin banyak investor yang ingin menjual saham, harga saham akan semakin bergerak turun.
2.2.1.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Secara umum ada dua faktor yang mempengaruhi harga saham yakni, faktor eksternal dan internal perusahaan (Brigham dan Houston, 2009).
1. Faktor Eksternal a.
Pergerakan Suku Bunga Bank Suku bunga bank mempengaruhi minat investor yang akan menanamkan modalnya di perusahaan, biasanya jika tingkat suku bunga Bank tinggi, maka investor lebih tertarik untuk berinvestasi dalam bentuk tabungan. Dengan demikian akan sedikit investor yang menanamkan modalnya dalam bentuk saham. Apabila permintaan terhadap saham sedikit, hal ini akan mengakibatkan harga saham menurun.
b.
Tingkat Inflasi Hampir semua perusahaan akan merasakan dampak buruk saat inflasi tinggi. Inflasi yang tinggi biasanya menyebabkan ongkos produksi meningkat dan pada akhirnya akan menyebabkan laba menurun atau bahkan perusahaan tersebut akan mengalami kerugian, jika perusahaan mengalami kerugian investor tidak akan berminat menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Hal ini akan menyebabkan perusahaan tersebut kehilangan kepercayaan dari investor dan akhirnya harga saham perusahaan menurun karena tidak adanya permintaan terhadap saham tersebut.
c.
Nilai Tukar Rupiah Nilai tukar rupiah mempengaruhi harga saham melalui investor.
Investor, terutama investor asing akan merasa tidak nyaman menanamkan modalnya ke Indonesia, jika mata uang rupiah mengalami depresiasi dengan mata uang lain. Ketidaknyamanan investor tersebut akan menyebabkan kurangnya minat investor berinvestasi di Indonesia dalam bentuk saham. Hal ini akan mempengaruhi permintaan harga saham, jika permintaan menurun, maka harga saham juga akan menurun.
2. Faktor Internal a.
Kinerja Perusahaan Kinerja Perusahaan dalam mengelola perusahaan dan memberikan hasil yang baik, akan memancing minat investor untuk melakukan investasi pada perusahaan tersebut. Kinerja keuangan tercermin pada rasio-rasio keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan yang sering digunakan oleh para investor untuk melakukan analisis fundamental sebelum memutuskan untuk membeli saham di perusahaan tersebut. Semakin baik, manajemen suatu perusahaan, maka semakin banyak pula investor yang ingin menanamkan modalnya dalam bentuk saham, dan akan menyebabkan harga saham semakin meningkat seiring dengan permintaan terhadap saham perusahaan tersebut. Pendapat yang sama tentang faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham juga dikemukakan oleh Poniwatie (2012), pergerakan dari harga saham dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar perusahaan yang tidak dapat di kendalikan oleh perusahaan seperti kebijakan pemerintah, inflasi, serta peristiwa- peristiwa yang tidak dapat di prediksi lainya. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam perusahaan dan dapat dikendallikan oleh manajemen perusahaan, yaitu kondisi kinerja keuangan perusahaan, laba perusahaan, dividen dari perusahaan tersebut dan faktor internal lainya.
Selain faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi harga saham.
Gross Domestic Product (GDP) / Produk Domestik Bruto (PDB), interest rate /
tingkat suku bunga, inflasi, Exchange rate / nilai tukar, Oil price and Commodity
Price , Hedging, dan Business Cycle / siklus bisnis juga merupakan variabel- variabel yang mempengaruhi harga saham (Murhardi, 2009).
2.2.1.2 Jenis-Jenis Saham
Menurut jenisnya, saham dapat diklasifikasikan berdasarkan cara pengalihan dan hak tagih dari saham tersebut, Manurung dan Rahardja (2004), membedakan saham menjadi dua jenis yaitu : 1.
Saham atas nama dan saham atas unjuk Saham atas unjuk (bearer stock) adalah saham yang tidak mempunyai atau tidak tertulis nama pemiliknya. Saham jenis ini mudah untuk dialihkan atau di jual kepada pihak lain. Saham atas nama (registered
stock) adalah saham yang nama pemiliknya tertulis. Untuk dapat dialihkan kepada pihak lain harus melalui prosedur tertentu.
2. Saham biasa dan preferen
Ada beberapa perbedaan antara saham biasa dan saham preferen, jika saham biasa deviden dibayar sepanjang perusahaan memperoleh laba, jika perusahaan bangkrut atau dilikuidasi maka hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan baru dipenuhi setelah kewajiban perusahaan dilunasi dan mudah diperjualbelikan sedangkan saham preferen memiliki hak paling dulu (diprioritaskan) dalam pembagian deviden, bila perusahaan bangkrut atau dilikuidasi maka hak memperoleh pembayaran maksimum sebesar nilai saham didahulukan setelah kewajiban kepada kreditur dipenuhi. Pendapat lainya tentang jenis saham menurut Sitompul (2001 dalam Dyah Febriayani 2010), saham dibedakan berdasarkan tingkatannya dalam perdagangan yaitu :
1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih maka saham terbagi manjadi : a.
Saham biasa (common size) Merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian deviden dan atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.
b.
Saham preferen (preferred stocks) Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan (seperti bunga obligasi) tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor.
2. Dilihat dari cara peralihannya saham dapat dibedakan atas: a.
Saham atas unjuk (bearer stocks) Artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor lainnya. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dia-lah diakui sebagai pemiliknya dan berhak ikut hadir dalam RUPS.
b.
Sahan atas nama (registered stocks) Merupakan saham yang tertulis jelas siapa nama pemiliknya, serta cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu dan pihak yang lain salain pemilik yang tertulis dalam saham tersebut tidak dapat menjual saham tersebut.
3. Ditinjau dari kinerja perdagangan maka saham dapat dikategorikan atas: a.
Blue chip stocks yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, memiliki leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar deviden.
b.
Income stocks yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan sebelumnya.
c.
Growth stocker (well-known) yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga growth stock (lesser-known), yaitu saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri namun memiliki ciri growth
stocks . Umumnya saham ini berasal dari daerah dan kurang populer
dikalangan emiten.d.
Spektakuler stocks yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang meskipun belum pasti.
e.
Counter cycilical stocks yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi mikro maupun situasi bisnis secara umum, pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi dan emitennya mampu memberikan penghasilan yang tinggi pada masa resesi. Emiten seperti biasanya bergerak dalam produk yang selalu dibutuhkan oleh mayarakat seperti misalnya consumer goods.
2.2.1.3 Pasar Efisien
Pasar efisien di defenisikan sebagai pasar yang harga sekuritas- sekuritasnya telah mencerminkan seluruh informasi yang relaven. Suatu pasar dikatakan efisien apabila tidak seorangpun, baik investor individu maupun investor institusi, akan mampu memperoleh return tidak normal (abnormal
return ), setelah disesuaikan dengan resiko dengan menggunakan strategi
perdagangan yang ada. Dengan katalain harga-harga yang terbentuk dipasar merupakan cerminan informasi yang ada atau stock price reflect all available
information (Fama, 1969).
Kunci utama untuk mengukur pasar yang efisien adalah hubungan antara harga sekuritas dengan informasi. Menurut Fama (1970) menyajikan tiga macam bentuk utama dari efisiensi pasar berdasarkan jenis informasi yang digunakan yaitu :
1. Efisiensi pasar bentuk lemah (Weak form) Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga dari sekuritas tidak secara penuh mencerminkan (fully reflect) informasi masa lalu. Informasi masa lalu ini merupakan informasi yang sudah terjadi. Efisiensi pasar bentuk lemah ini berkaitan dengan teori langkah acak (random walk theory) yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang. Jika pasar efisien bentuk lemah, maka nilai-nilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga sekarang. Ini berarti bahwa untuk pasar yang efisien bentuk lemah, investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan keuntungan yang tidak normal.
2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form) Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan (all publicly available information) termasuk informasi yang berada di laporan laporan keuangan perusahaan emiten
3. Efsiensi pasar bentuk kuat (strongform) Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang tersedia termasuk informasi yang privat. Jika pasar efisien dalam bentuk ini, maka tidak ada individual investor atau group dari investor yang dapat memperoleh keuntungan tidak normal (abnormal return) karena mempunyai informasi privat.
2.2.2 Teori Dividen
Dividen merupakan pembagian laba bersih yang berasal dari aliran kas untuk dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham. Dalam membagikan dividen, perusahaan harus mampu membuat keputusan apakah laba yang akan diperoleh perusahaan nanti akan dibagikan kepada para pemegang saham atau ditahan. Dalam teorinya mengenai dividen, Ross (2002) menyimpulkan bahwa
“More generally, any direct payment by the corporation to the shareholders may
be considered a dividend or a part of dividend policy” . Secara umum pembayaran
langsung oleh perusahaan kepada para pemegang saham dapat dianggap sebagai pembayaran dividen atau bagian dari kebijakan dividen.
Pendapat lainya tentang dividen di uraikan oleh Ridwan (2003), bahwa dividen merupakan dana yang bersumber dari aliran kas untuk pemegang saham yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang.
Kesimpulanya adalah dividen merupakan sejumlah dana yang diperoleh dari laba bersih yang berasal dari aliran kas untuk dibagikan secara langsung kepada para pemegang saham yang memberikan informasi atau menunjukan kinerja perusahaan saat ini dan disaat yang akan datang.
2.2.2.1 Jenis-jenis Dividen
Dalam membagikan dividen perusahaan harus mempertimbangkan kondisi keuangan sebagai dasar pengambilan keputusan apakah dividen akan dibagikan atau tidak, perusahaan harus yakin bahwa kondisi keuangan yang dimiliki memungkinkan perusahaan tersebut untuk membagikan sebagian laba bersihnya kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Selain membagikan dividen dalam bentuk kas, perusahaan juga terkadang membagikanya dalam bentuk utang, hal ini diakibatkan kondisi keuangan perusahaan yang tidak cukup baik untuk membagikan dividenya kepada para pemegang saham. Dalam membagikan dividen, Ross (2002) dalam teorinya membedakan dividen menjadi lima jenis, yaitu:
1. Dividen Kas Dividen kas adalah dividen yang paling sering dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang saham yang dibagikan dalam bentuk kas.
2. Dividen Aktiva Selain Kas Dividen aktiva salain kas sering juga disebut dengan property kas.
Aktiva yang dibagikan oleh perusahaan biasanya dibagikan dalam bentuk surat-surat berharga, barang dagangan dan aktiva lainya yang dimiliki oleh perusahaan.
3. Dividen Utang Dividen utang terjadi apabila saldo kas tidak mencukupi untuk pembagian dividen, sehingga pemimpin perusahaan akan mengeluarkan scipt dividend yaitu perjanjian tertulis untuk membayar jumlah tertentu di waktu yang akan datang.
4. Dividen Likuidasi Dividen likuidasi merupakan dividen yang sebagian merupakan pengembalian modal yang dicatat dalam rekening pengembalian modal yang dalam neraca dilaporkan sebagai pengurangan modal saham.
5. Dividen Saham Dividen saham merupakan pembagian tambahan saham tanpa dipungut bayaran kepada pemegang saham.
2.2.2.2 Teori Kebijakan Dividen Kebijakan dividen merupakan bagian dari keputusan pendanaan.
Keputusan apakah laba yang diperoleh akan dibagikan dalam bentuk dividen kepada para pemegang saham atau ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang. Dalam teorinya, sudana (2011) membagikan kebijakan dividen menjadi tiga jenis :
1. Teori Dividend Irrelevance Dalam teori ini, nilai perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan (earning) dan risiko bisnis, sedangkan bagaimana membagi arus pendapatan menjadi dividen dan laba tidak mempengaruhi nilai perusahaan.
2. Teori Bird In-the-Hand Dalam teori ini kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap harga pasar saham. Artinya, jika dividen yang dibagikan perusahaan semakin besar, harga pasar saham perusahaan tersebut akan semakin tinggi dan sebalikya. Hal ini terjadi karena pembagian dividen dapat mengurangi ketidakpastian yang dihadapi investor.
3. Teori Tax Preference
Dalam teori ini kebijakan dividen mempunyai pengaruh negatif terhadap harga pasarsaham perusahaan. Artinya, semakin besar jumlah dividen yang dibagikan oleh perusahaan, semakin rendah harga pasar saham yang bersangkutan. Hal ini terjadi jika ada perbedaan tarif pajak personal atas pendapatan dividen dan capital gain.
2.2.2.3 Dividend Payout Ratio
Dividen payout ratio adalah suatu keputusan untuk menentukan seberapa
besar bagian dari pendapatan perusahaan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan yang akan diinvestasikan kembali atau ditahan (Sudana, 2011). Dalam menghitung dividen payout ratio dapat menggunakan rumus :
(2.1) =
2.2.3 Teori Analisis Fundamental
Analisis fundamental merupakan analisis terhadap faktor-faktor yang diidentifikasikan dapat mempengaruhi harga saham. Faktor tersebut diantaranya kinerja perusahaan secara keseluruhan yang diukur dari tingkat penjualan, pertumbuhan penjualan, kebijakan dividen, manajemen, dan faktor lainya.
Analisi fundamental yang berhubungan dengan faktor dasar perusahaan yang ditunjukkan dalam laporan keuangan perusahaan. Atas dasar laporan keuangan para investor dapat melakukan penilaian kinerja keuangan perusahaan, terutama keputusan dalam hal melakukan investasi, dan bagi para pemilik atau pemegang saham bermanfaat untuk melihat tingkat pengembalian yang tercermin dalam laporan rugi laba dan besarnya deviden yang menjadi hak para pemegang saham . Dalam kajian teorinya mengenai analsis rassio, D’Amato (2010) menyimpulkan bahwa “Empirical and tested evidence suggest that
fundamental and ratio analysis is a powerful ally in the hands of active and savvy
investor”. Telah banyak penelitiaan yang dilakukan menunjukan bahwa analisis
fundamental adalah alat yang sangat kuat ditangan investor yang aktif dan cerdas.2.2.3.1 Liquidity Ratio
Liquidity Ratio menunjukan apakah perusahaan memiliki kemampuan
untuk melunasi kewajiban utang jangka pendek pada saat jatuh tempo. Umumnya nilai yang lebih tinggi adalah nilai yang diinginkan karena hal ini menunjukan kapasitas yang lebih besar untuk memenuhi kewajiban utang (D’Amato, 2010).
Liquidity ratio dapat dihitung dengan cara : 1.
Current ratio
Rasio lancar mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek seperti hutang dan arus utang menggunakan aset yang dimiliki seperti kas, persediaan dan piutang. Current ratio juga berguna untuk menunjukkan apakah sebuah perusahaan memiliki cukup sumber daya untuk membayar utang jangka pendek. Rumus yang digunakan untuk mencari current ratio yaitu :
(2.2) = 2.
Profit before Depreciation and Amortisation to Current Liabilities (PDACL) Laba sebelum penyusutan dan amortisasi terhadap kewajiban lancar didefinisikan sebagai laba operasi bersih sebelum pajak ditambah biaya non-tunai sehubungan dengan kewajiban utang jangka pendek. Rasio ini merupakan rasio yang kuat karena menggambarkan margin perusahaan untuk memenuhi komitmen jangka pendek menggunakan arus kas yang dihasilkan dari perdagangan operasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung profit before depreciation and
amortisation to current liabilities adalah :
PDACL = (2.3) 3.
Operating Cash Flow to Current Liabilities (OCFCL) Rasio ini menunjukan kekuatan kegiatan operasi perusahaan karena rasio ini memberikan ukuran yang lebih akurat dari profitabilitas sebuah perusahaan dari laba bersih yang hanya memotong pengeluaran kas aktual (D’Amato, 2010). Rumus yang digunakan untuk menghitung
operation cash flow to current liabilities adalah :
ℎ OCFCL = (2.4) 4.
Cash Balance to Total Liabilities (CBTL) Rasio ini menunjukan saldo kas perusahaan dalam kaitanya dengan total kewajiban. Sebuah saldo kas yang negatif dapat memberikan sinyal kegagalan perusahaan. Rumus yang digunakan untuk menghitung cash balance to total liabilities adalah :
ℎ CBTL = (2.5)
2.2.3.2 Leverage Ratio
Rasio ini mengukur sejauh mana perusahaan menggunakan utang untuk membiayai pertumbuhan. Rasio ini dapat diukur dengan :
1. Debt to Equity Ratio
Rasio ini memberikan indikasi struktur modal perusahaan dan apakah perusahaan lebih bergantung pada pinjaman (utang) atau modal pemegang saham (equity) untuk mendanai aset dan kegiatan. Rumus untuk menghitung DER adalah : DER =
(2.6) ℎ ℎ 2.
Total Liabilities to Total Tangible Assets (TLTA) Rasio ini memberikan hubungan antara kewajiban perusahaan dan aset berwujud. Aset berwujud didefinisikan sebagai aset fisik, seperti properti, kas, persediaan dan piutang. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus : TLTA = (2.7) 3.
Interest Cover Ratio Rasio ini mengukur kemampuann perusahaan untuk memenuhi beban bunga utang menggunakan keuntungan. Rumus dalam menghitung
interest cover adalah :
- (2.8)
=
2.2.3.3 Profitability Ratio
Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan dan memberikan indikasi kemampuannya untuk menghasilkan keuntungan. keuntungan tersebut digunakan untuk membiayai pengembangan usaha dan membayar dividen kepada pemegang saham (D’Amato, 2010). Rasio profitabilitas dicerminkan melalui : 1.
Earning Per Share
Rasio ini digunakan untuk mengukur suatu tingkat keuntungan dari perusahaan. Hasil perhitungan rasio ini dapat digunakan untuk memperkirakan kenaikan ataupun penurunan harga saham suatu perusahaan di bursa saham. Rumus yang digunakan untuk menghitung EPS adalah :
ℎ ℎ EPS =
(2.9) ℎ 2.
Gross Profit Margin
Rasio ini menunjukan berapa persen dari pendapatan penjualan perusahaan akan tetap setelah dikurangi harga pokok penjualan. Rasio ini penting karena membantu untuk menentukan apakah perusahaan masih akan memiliki dana yang cukup untuk menutupi biaya operasional seperti imbalan kerja, pembayaran sewa, iklan, dan sebagainya. Rumus untuk menghitung gross profit margin adalah : −
(2.10) = 3.
Net Profit Margin Net profit margin merupakan rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari penjualan yang dilakukan perusahaan. Rasio net profit margin mencerminkan efisiensi bagian produksi, personalia, pemasaran, dan keuangan yang ada dalam perusahaan. Rumus untuk yang digunaka untuk menghitung net
profit margin adalah :
(2.11) = 4.
Return On Assets
ROA merupakan salah satu rasio profitabiltas yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena return semakin besar. Rumus untuk menghitung ROA adalah : ROA = (2.12)
5. Return On Equity
ROE menunjukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin efisien penggunaan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. ROE dapat dihitung dengan rumus : ROE = (2.13)
ℎ ℎ
2.3 Kerangka konseptual
Kerangka konseptual merupakan konstruksi berpikir yang bersifat logis dengam argumentasi yang konsisten dengan pengetahuan yang sebelumnya yang berhasil disusun (suryana, 2010). Dalam penelitian ini, peneliti mencoba mengkaji hubungan variabel fundamental yang tercermin dari rasio keuangan terhadap
dividend payout ratio dan harga saham, serta hubungan antara variabel fundamental terhadap harga saham yang dimediasi oleh dividend payout ratio.
Analisis fundamental merupakan metode analisis yang didasarkan pada fundamental perusahaan yang menitik beratkan pada rasio finansial dan kejadian- kejadian yang secara langsung dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Para pelaku pasar modal dalam upaya melakukan pengambilan keputusan dalam berinvestasi sering kali menggunakan informasi fundamental perusahaan sabagai salah satu pertimbangan untuk berinvestasi.
Dalam penerapanya, tidak seluruh rasio yang terdapat didalam laporan keuangan digunakan oleh investor untuk dijadikan sebagai informasi dalam melakukan analsis. Investor cenderung memilih rasio yang menurut mereka paling berpengaruh sebagai perwakilan dari rasio yang lain.
2.3.1 Pengaruh Analisis Fundamental terhadap Dividend Payout Ratio
Dividend payout ratio merupakan persentase laba yang akan dibagikan
dalam bentuk dividen tunai. Untuk memprediksi seberapa besar dividend payout yang akan diberikan dimasa yang akan datang, salah satu langkah yang dapat dilakukan yaitu dengan cara menganalisis laporan keuangan dari suatu perusahaan, karena dari laporan keuangan akan tercermin kinarja perusahaan yang menunjukkan prestasi dan kemampuan perusahaan. Zoran (2012) dalam teorinya mengemukakan bahwa “One of the main aims of fundamental analysis is
prediction of future profits, dividends and the risk in order to calculate the true
value of the stocks”. Pernyataan ini menunjukan bahwa salah satu tujuan utama
dari analisis fundamental adalah memprediksi keuntungan masa depan, dividen dan risiko untuk menghitung nilai sebenarnya dari saham.
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Brigham dan Houston (2009), yang menyatakan bahwa untuk memprediksi seberapa besar dividend payout yang akan diberikan dimasa yang akan datang, salah satu langkah yang dapat dilakukan yaitu dengan cara menganalisis laporan keuangan dari suatu perusahaan. Dari laporan keuangan akan tercermin kinerja perusahaan yang menunjukan prestasi dan kemampuan perusahaan
2.3.1.1 Pengaruh Liquidity Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio
Rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Semakin besar tingkat likuiditas suatu perusahaan maka akan semakin besar kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibanya. Hal ini akan mempengaruhi perusahaan dalam membagikan dividennya, karena perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi memiliki kesempatan yang lebih besar dalam melakukan pembayaran dividen, dalam hal ini tingginya tingkat likuiditas dapat meningkatkan dividen perusahaan. (Brigham dan Houston, 2009).
2.3.1.2 Pengaruh Leverage Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio Leverage merupakan rasio yang menggambarkan utang yang dimiliki oleh
perusahaan. Semakin tinggi tingkat leverage, maka akan semakin tinggi tingkat ketergantungan perusahaan terhadap eksternal sehingga semakin besar pula beban biaya utang yang akan dibayarkan. Hal ini dapat mengakibatkan kemerosotan laba yang berakibat pada mengecilnya kemampuan perusahaan dalam membayarkan dividen kepada para pemegang saham (Brigham dan Houston, 2009).
2.3.1.3 Pengaruh Profitability Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio
Profitabilitas perusahaan merupakan gambaran kemamuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Semakin tinggi tingkat profitabilitas yang dimiliki perusahaan, makan akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk mempertahankan akitifitas perusahaan serta dalam memenuhi kewajiban kepada kreditur dan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen (Brigham dan Houston, 2009).
2.3.2 Penguruh Analisis Fundamental terhadap terhadap Harga Saham
Dalam melakukan analisis secara fundamental dengan menganalisis perusahaan, investor dapat memilih perusahaan yang layak untuk dijadikan alternatif investasi, memilih saham perusahaan yang harga pasarnya lebih rendah dari nilai intrinsik sehingga layak dibeli, dan memilih saham perusahaan yang harga pasarnya lebih tinggi dari nilai intrinsik sehingga menguntungkan untuk dijual.
Dalam keterkaitan hubungan laporan keuangan terhadap harga saham, Mazhar (2011) dalam kosepnya menyimpulkan bahwa ”The financial
statement data (fundamental signals) effect the decisions of market players
who are analyzing the current changes in the signals and also the subsequentchanges in them” . Data laporan keuangan (sinyal fundamental) mempengaruhi
keputusan pelaku pasar yang menganalisis perubahan arus sinyal dan juga beserta perubahan di dalamnya.
Pendapat lainya yang berkenaan dengan analisis fundamental Crabb (2003) dalam Almas (2007) yang menyimpulkan bahwa “Fundamental analysis is
an examination of corporate accounting reports to asses the value of company,
that investor can use to analysze a company’s stock prices “. Informasi
akuntansi atau laporan keuangan perusahaan dapat digunakan oleh investor sebagai faktor fundamental, untuk menilai harga saham perusahaan.
2.3.2.1 Pengaruh Liquidity Ratio Terhadap Harga Saham
Posisi kas atau likuiditas suatu perusahaan menjadi faktor yang penting yang harus di pertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Likuiditas yang tinggi akan meningkatkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya kepada para pemegang saham dan menjadi daya tarik leh investor yang menyukai dividen. Dalam hal ini peningkatan likuiditas perusahaan akan meningkatkan harga saham perusahaan tersebut (Brigham dan Houston, 2009) .
2.3.2.2 Pengaruh Leverage Ratio Terhadap Harga Saham Leverage digambarkan untuk melihat sejauh mana aset perusahaan
dibiayai oleh hutang dibandingkan dengan modal sendiri. Semakin tinggi
leverage maka akan semakin besar hutang yang dimiliki perusahaan dan akan
semakin tinggi pula tingkat resiko kesulitan yang dihadapi perusahaan dalam memenuhi kewajibanya kepada para pemegang saham dan kreditur. Dengan demikian penigkatan leverage akan menurunkan harga saham perusahaan tersebut (Brigham dan Houston, 2009)
2.3.2.3 Pengaruh Profitability Ratio Terhadap Harga Saham
Umumnya perusahaan bertujuan mendapatkan profit yang sebesar- besarnya, profitabilitas merupakan hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan. Apabila profitabbilitas perusahaan baik atau mengalami peningkatan, maka para investor dapat mellihat seberapa besar perolehan imbalan hasil investasi mereka. Dengan katalain peningkatan profotabilitas akan menarik minat investor untuk berinvestasi dan akan menaikan harga saham perusahaan tersebut (Brigham dan Houston, 2009).
2.3.3 Pengaruh Dividend Payout Ratio terhadap Harga Saham
Dalam membuat kebijakan yang tepat untuk menangani masalah yang terkait dengan dividen, setiap perusahaan memiliki kebijakan dividen yang berbeda-beda. Setiap perusahaan harus membuat kebijakan tentang besarnya laba yang akan dibagikan kepada para pemegang saham atau yang sering disebut
dividend payout ratio, dan besarnya laba yang akan ditahan oleh perusahaan.
Dividend payout ratio merupakan persentase laba yang dibagikan dalam bentuk
dividen tunai kepada para pemegang saham. Besarnya pembagian dividen yang akan dibagikan dapat dilihat melalui rasio pembayaran dividen atau melalui
dividend payout ratio.
Hal utama yang menjadi tujuan investor dalam melakukan investasi adalah memperoleh pendapatan atau tingkat pengembalian investasi, baik berupa pendapatan dividen maupun pendapatan dari selisih harga jual saham dari harga belinya. Dividen merupakan faktor yang sangat penting untuk di perhatikan dalam melakukan investasi Zuwina (2013). Hal ini dikarenakan dividen dapat mempengaruhi kesempatan investasi perusahaan, harga saham, struktur finansial, arus pendanaan dan posisi likuiditas.
Berdasarkan latar belakang masalah serta perumusan masalah yang telah di uraikan, maka kerangka konseptual yang dapat digambarkan adalah sebagai berikut :
Liquidity Ratio 1.
Current ratio 2. Profit before depreciation and amortisation to current liabilities 3. Operation cash flow to current liability
4. Cash balance to total current liabilities Dividend Payout Ratio
Leverage Ratio 1.
Debt to equity ratio 2. Total liabilities to total tangible assets
3. Interest cover ratio
Harga Saham
Profitability Ratio 1.
Earning per share 2. Gross profit margin 3. Net provit margin 4. Return on assets 5. Return on equity
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual2.4 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan, maka di kemukakan hipotesis sebagai berikut :
1. Liquidity ratio, Leverage ratio, dan Profitability berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
2. Liquidity ratio, Leverage ratio, dan Profitability berpengaruh
signifikan terhadap terhadap Harga Saham pada industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
3. Dividend Payout Ratio berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham pada industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia.