Analisis Pengaruh Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS), Price/Earning Ratio (PER) dan Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang Terdaftar dalam Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI)
RATIO (DPR) TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DALAM INDEKS LQ45 DI BURSA EFEK
INDONESIA (BEI)
OLEH
DIANA 100503081
PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pengaruh Earning Per Share (EPS),
Dividend Per Share (DPS), Price/Earning Ratio (PER) dan Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang Terdaftar dalam Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI)” adalah benar hasil karya tulis saya
sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban
akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
ditulis sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan
ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Desember 2013
NIM: 100503081 Diana
(3)
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh Earning Per Share
(EPS), Dividend Per Share (DPS), Price/Earning Ratio (PER) dan Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Populasi penelitian ini terdiri dari 70 perusahaan LQ45 yang pernah terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010-2012, dengan 20 perusahaan yang digunakan sebagai sampel dengan metode purposive sampling. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan dari masing-masing sampel yang dipublikasikan di www.idx.co.id
Hasil analisis menunjukkan bahwa Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS), Price/Earning Ratio (PER) dan Dividend Payout Ratio (DPR) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial, variabel Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS) dan Price/Earning Ratio (PER) yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sementara hanya variabel Dividend Payout Ratio (DPR) yang tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi linear berganda, setelah terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik. Variabel independen yang digunakan adalah Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS), Price/Earning Ratio
(PER) dan Dividend Payout Ratio (DPR) dengan harga saham sebagai variabel dependen.
Kata kunci: Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS), Price/Earning Ratio (PER), Dividend Payout Ratio (DPR), Harga Saham, Perusahaan LQ45
(4)
ABSTRACT
This study aims to examine the influence of Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS), Price/Earning Ratio (PER) and Dividend Payout Ratio (DPR), either partially or simultaneously, on stock price of LQ45 companies listed in Indonesia Stock Exchange.
Population of this research consists of 70 LQ45 companies listed in Indonesia Stock Exchange during 2010-2012, with 20 companies taken as sampleby purposive sampling method. Data used in this study is secondary data in the form of financial statements of each sample, which is published in www.idx.co.id. The analytical method used is multiple linear regression, after the classic assumption test has been done previously. Independent variables used are Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS), Price/Earning Ratio (PER) and Dividend Payout Ratio (DPR) with stock price as the dependent variable.
The result shows that simultaneously, Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS), Price/Earning Ratio (PER) and Dividend Payout Ratio (DPR) have a significant influence on stock prices. Partially, variables of Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS) andPrice/Earning Ratio (PER) have significant influence on stock price, while only variables of Dividend Payout Ratio (DPR) hasno significant influenceon stock price.
Keywords: Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS), Price/Earning Ratio (PER), Dividend Payout Ratio (DPR), Stock Price, LQ45 Companies
(5)
KATA PENGANTAR
Dengan kerendahan hati, peneliti menyampaikan puji dan syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, anugerah, dan karuniaNya yang
menyertai, membimbing dan memberikan kekuatan kepada peneliti sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, peneliti menemui berbagai macam
kesulitan, kendala dan hambatan, akan tetapi berkat bimbingan, bantuan, dan
dukungan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikannya. Untuk itu,
dengan segala kerendahan hati, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak., CA selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Syafruddin Ginting, MAFIS, Ak. selaku Ketua Departemen
Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak. selaku Sekretaris
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. selaku Ketua Program Studi S1
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak. selaku Sekretaris Program
Studi S1 Akuntasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak. selaku Dosen Pembimbing. Terima
kasih yang sebesar-besarnya atas waktu, bimbingan, dan arahan yang
diberikan selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Drs. M. Utama Nasution, MM, Ak. selaku Dosen Pembaca yang
(6)
6. Kedua orangtua penulis, Bapak Law Jam Tjai dan Ibu Tjui Hun, atas kasih
sayang, dukungan, nasehat, dan motivasi yang tiada hentinya kepada
penulis.
Penulis menyadari banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Desember 2013
NIM: 100503081 Diana
(7)
DAFTAR ISI
Hal
PERNYATAAN... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis ... 10
2.1.1.Saham ... 10
2.1 2. Klasifikasi Saham ... 11
2.1.3. Harga Saham ... 16
2.1.3.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham ... 17
2.1.4. Penilaian dan Analisis Saham ... 19
2.1.4.1. Penilaian Saham ... 19
2.1.4.2. Analisis Saham ... 21
2.1.5. Keuntungan dan Resiko Investasi Saham ... 23
2.1.5.1. Keuntungan Investasi Saham ... 23
2.1.5.2. Resiko Investasi Saham ... 24
2.1.6. Saham Perusahaan LQ45 ... 26
2.1.7. Earning Per Share (EPS) ... 28
2.1.8. Dividend Per Share (DPS) ... 29
2.1.9. Price/Earning Ratio (PER) ... 31
2.1.10. Dividend Payout Ratio (DPR) ... 33
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 34
2.3. Kerangka Konseptual ... 35
2.4. Hipotesis Penelitian ... 38
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian ... 39
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 39
3.3. Jenis dan Sumber Data ... 44
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 45
3.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 45
(8)
3.6.1.1. Uji Normalitas Data ... 47
3.6.1.2. Uji Multikolinearitas ... 49
3.6.1.3. Uji Heterokedastisitas ... 50
3.6.1.4. Uji Autokorelasi ... 50
3.6.2. Pengujian Hipotesis ... 51
3.6.2.1. Analisis Regresi Berganda ... 51
3.6.2.2. Uji Simultan (Uji F) ... 52
3.6.2.3. Uji Parsial (Uji t) ... 53
3.6.2.4. Uji koefisien Determinasi (R2) ... 54
BAB IV HASIL PENELITIANDAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Statistik Deskriptif ... 55
4.2. Analisis Hasil Penelitian ... 56
4.2.1. Pengujian Asumsi Klasik ... 56
4.2.1.1. Uji Normalitas Data ... 57
4.2.1.2. Uji Multikolinearitas ... 60
4.2.1.3. Uji Heterokedastisitas ... 61
4.2.1.4. Uji Autokorelasi ... 63
4.2.2. Pengujian Hipotesis ... 64
4.2.2.1. Analisis Regresi Berganda ... 64
4.2.2.2. Uji Simultan (Uji F) ... 67
4.2.2.3. Uji Parsial (Uji t) ... 68
4.2.2.4. Uji koefisien Determinasi (R2 4.2.3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 71
) ... 70
BABV KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 75
5.2. Keterbatasan Penelitian ... 75
5.3. Saran ... 76
DAFTAR PUSTAKA ... 78
(9)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 34
3.1 Daftar Populasi Penelitian ... 41
3.2 Daftar Sampel Penelitian ... 43
3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 46
4.1 Statistik Deskriptif ... 55
4.2 Hasil Uji Normalitas ... 58
4.3 Hasil Uji Multikolinearitas ... 61
4.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 64
4.5 Hasil Analisis Regresi ... 65
4.6 Hasil Uji Simultan (Uji F) ... 67
4.7 Hasil Uji Parsial (Uji t) ... 69
(10)
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 36
4.1 Grafik Histogram ... 59
4.2 Grafik Normal P-P Plot ... 59
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian ... 81
2 Data Variabel Penelitian (Earning Per Share) ... 84
3 Data Variabel Penelitian (Dividend Per Share) ... 85
4 Data Variabel Penelitian (Price/Earning Ratio) ... 86
5 Data Variabel Penelitian (Dividend Payout Ratio) ... 87
6 Data Variabel Penelitian (Harga Saham) ... 88
7 Statistik Deskriptif ... 89
8 Hasil Uji Normalitas Data ... 89
9 Hasil Uji Multikolinearitas ... 91
10 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 91
11 Hasil Uji Autokorelasi ... 92
12 Hasil Analisis Regresi ... 92
13 Hasil Uji Simultan (Uji F) ... 93
14 Hasil Uji Parsial (Uji t) ... 93
(12)
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh Earning Per Share
(EPS), Dividend Per Share (DPS), Price/Earning Ratio (PER) dan Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Populasi penelitian ini terdiri dari 70 perusahaan LQ45 yang pernah terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010-2012, dengan 20 perusahaan yang digunakan sebagai sampel dengan metode purposive sampling. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan dari masing-masing sampel yang dipublikasikan di www.idx.co.id
Hasil analisis menunjukkan bahwa Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS), Price/Earning Ratio (PER) dan Dividend Payout Ratio (DPR) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial, variabel Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS) dan Price/Earning Ratio (PER) yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sementara hanya variabel Dividend Payout Ratio (DPR) yang tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi linear berganda, setelah terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik. Variabel independen yang digunakan adalah Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS), Price/Earning Ratio
(PER) dan Dividend Payout Ratio (DPR) dengan harga saham sebagai variabel dependen.
Kata kunci: Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS), Price/Earning Ratio (PER), Dividend Payout Ratio (DPR), Harga Saham, Perusahaan LQ45
(13)
ABSTRACT
This study aims to examine the influence of Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS), Price/Earning Ratio (PER) and Dividend Payout Ratio (DPR), either partially or simultaneously, on stock price of LQ45 companies listed in Indonesia Stock Exchange.
Population of this research consists of 70 LQ45 companies listed in Indonesia Stock Exchange during 2010-2012, with 20 companies taken as sampleby purposive sampling method. Data used in this study is secondary data in the form of financial statements of each sample, which is published in www.idx.co.id. The analytical method used is multiple linear regression, after the classic assumption test has been done previously. Independent variables used are Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS), Price/Earning Ratio (PER) and Dividend Payout Ratio (DPR) with stock price as the dependent variable.
The result shows that simultaneously, Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS), Price/Earning Ratio (PER) and Dividend Payout Ratio (DPR) have a significant influence on stock prices. Partially, variables of Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS) andPrice/Earning Ratio (PER) have significant influence on stock price, while only variables of Dividend Payout Ratio (DPR) hasno significant influenceon stock price.
Keywords: Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS), Price/Earning Ratio (PER), Dividend Payout Ratio (DPR), Stock Price, LQ45 Companies
(14)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan pasar modal Indonesia
dilihat dari beberapa indikator menunjukkan perkembangan yang pesat. Dari sudut
pandang perusahaan, keberadaan pasar modal membantu kebutuhan pendanaan
jangka panjang melalui perdagangan efek atau surat-surat berharga. Surat-surat
berharga yang diperjualbelikan di pasar modal antara lain surat tanda pernyataan
modal (saham), surat utang (obligasi), derivatif atau instrumen keuangan lainnya.
Salah satu efek yang paling populer diperdagangkan di pasar modal ialah saham.
Di Indonesia, pihak yang menyediakan fasilitas terhadap kegiatan pasar
modal disebut dengan Bursa Efek Indonesia (BEI). BEI berfungsi sebagai sarana
perdagangan, membuat aturan bursa, menyediakan informasi pasar serta
memberikan pelayanan kepada anggota bursa.
Pada iklim investasi yang berkembang saat ini, perusahaan umumnya
membutuhkan dana, baik digunakan untuk pengembangan usaha (ekspansi)
maupun penambahan modal kerja. Dana tersebut bisa saja bersumber dari lembaga
atau institusi keuangan seperti perbankan, akan tetapi pembiayaan dari bank tentu
(15)
ditambah dengan bunga, tidak seperti halnya pasar modal. Perusahaan cukup
membayar dividen kepada investor, dan dividen tidak harus dibayar jika
perusahaan memang dalam keadaan merugi. Bagi investor, keuntungan yang
diperoleh dengan menginvestasikan dananya di pasar modal bukan tidak mungkin
bisa melampaui jumlah bunga yang diberikan oleh pihak bank atas nilai investasi
yang sama.
Pasar modal menjadi lembaga perantara keuangan yang menghubungkan
pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dengan pihak yang memerlukan
dana (issuer). Dengan adanya pasar modal, investor dapat menginvestasikan kelebihan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return) baik berupadividen maupun capital gain. Dividen yaitu keuntungan yang dibagikan kepada investor berdasarkan laba operasi perusahaan, sementara capital gain yaitu keuntungan yang diperoleh dari selisih harga jual saham dengan harga belinya.
Dilihat dari sisi makro ekonomi, pasar modal berfungsi sebagai sarana
peningkatan pendapatan negara dan indikator perekonomian negara. Setiap dividen
yang dibagikan kepada para pemegang saham tentu dikenakan pajak oleh negara
dan volume perdagangan yang meningkat di pasar modal menunjukkan bahwa
aktivitas perekonomian di negara tersebut berjalan dengan baik. Di samping itu,
pasar modal merupakan salah satu sarana efektif untuk mempercepat
pembangunan suatu negara karena pasar modal merupakan tempat untuk
(16)
sektor-sektor produktif sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan kemakmuran
negara.
Dengan memasuki pasar modal, perusahaan harus melakukan penawaran
umum (go public) dengan cara menjual kepemilikan saham ke publik sehingga perusahaan dituntut untuk melakukan kegiatan usahanya secara transparan dan
profesional. Dengan demikian, masyarakat yang nantinya menjadi investor harus
mempunyai informasi yang akurat mengenai kinerja perusahaan sebagai dasar
dalam pengambilan keputusan investasi. Investasi di pasar modal umumnya
memiliki resiko yang lebih tinggi dibanding dengan pasar keuangan lainnya karena
pasar modal dipengaruhi oleh faktor inflasi, perubahan nilai tukar mata uang
(kurs), perubahan tingkat suku bunga dan sebagainya. Oleh karena itu, diperlukan
analisis yang cermat, teliti dan akurat untuk mengurangi resiko bagi investor.
Terdapat dua pendekatan yang biasa digunakan untuk menganalisis saham
yaitu pendekatan fundamental dan pendekatan teknikal. Penelitian ini
menggunakan analisis fundamental, yakni dengan menggunakan data yang berasal
dari laporan keuangan perusahan. Analisis ini menyatakan bahwa setiap saham
memiliki nilai intrinsik. Dengan membandingkan nilai intrinsik dengan harga
pasarnya, maka dapat ditentukan apakah harga pasar saham tersebut telah
mencerminkan nilai intrinsiknya atau belum.
Harga saham dianggap sebagai salah satu indikator keberhasilan kinerja
(17)
yang tinggi, maka calon investor akan tertarik untuk membeli saham perusahaan
tersebut sehingga pada akhirnya harga saham perusahaan tersebut akan mengalami
peningkatan begitu juga sebaliknya. Harga saham selalu mengalami fluktuasi dan
bergantung pada permintaan dan penawaran saham tersebut di pasar modal. Oleh
sebab itu, diperlukan pengetahuan, pengalaman serta naluri bisnis yang cukup
untuk menganalisis saham perusahaan apa yang memiliki potensi menguntungkan
di masa yang akan datang. Berkaitan dengan hal tersebut, laporan keuangan
perusahaan yang berisi informasi yang akurat mengenai kondisi perusahaan sangat
dibutuhkan oleh investor untuk menentukan apakah harus membeli, menahan atau
menjual investasi tersebut.
Salah satu cara yang paling populer dan sering digunakan untuk
menganalisis laporan keuangan adalah analisis rasio. Rasio keuangan adalah angka
yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos
lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan. Dengan analisis rasio, investor
menjadi lebih mudah melakukan perbandingan dengan perusahaan lain secara
periodik atau time series serta melihat trend perusahaan untuk melakukan prediksi harga saham di masa yang akan datang.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa rasio pasar sebagai
variabel penelitian sebab rasio pasar umumnya lebih banyak digunakan oleh para
investor. Rasio pasar berfungsi untuk mengukur harga pasar saham relatif terhadap
(18)
Per Share (DPS), Price/Earning Ratio (PER) dan Dividend Payout Ratio (DPR) menjadi kebutuhan yang mendasar dalam pengambilan keputusan investasi.
Earning Per Share (EPS) merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak dengan jumlah lembar saham. EPS memberikan informasi mengenai besarnya
jumlah laba bersih yang akan dibagikan ke para pemegang saham. EPS
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap harga saham sebab semakin tinggi nilai
EPS, maka investor akan tertarik untuk membeli saham tersebut sehingga harga
saham cenderung naik. Beaver (1970) menyimpulkan bahwa secara statistik,
terjadi reaksi harga saham yang signifikan sehari sebelum dan sesudah
pengumuman laba.
Dividend Per Share (DPS) merupakan rasio antara total dividen yang dibagikan perusahaan dengan jumlah saham yang beredar. Perusahaan yang
membagikan dividen dalam jumlah yang lebih besar dan stabil tentu akan lebih
diminati oleh para investor, sehingga permintaan saham perusahaan akan
meningkat dan diikuti dengan meningkatnya harga saham tersebut.
Price/Earning Ratio (PER) merupakan rasio antara harga pasar per lembar saham dengan laba per lembar saham (EPS). Besarnya nilai PER biasanya terkait
dengan tahap pertumbuhan perusahaan. Perusahaan yang mempunyai tingkat
pertumbuhan yang tinggi biasanya memiliki PER yang tinggi. PER yang tinggi
menunjukkanapresiasi pasar yang tinggi terhadap prospek saham perusahaan
(19)
Dividend Payout Ratio (DPR) merupakan persentase perbandingan antara dividen per lembar saham (DPS) dengan laba per lembar saham (EPS). Rasio ini
berguna untuk menilai kebijakan dividen kas dari sebuah perusahaan, apakah
earning dibagi dalam bentuk deviden atau sebagian diinvestasikan kembali. DPR yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan sudah stabil kinerja keuangannya
sehingga investor umumnya tertarik untuk membeli saham perusahaan tersebut dan
pada akhirnya harga saham perusahaan menjadi tinggi.
Penelitian ini menggunakan perusahaan yang aktif dan konsisten masuk
dalam perhitungan indeks LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
tahun 2010-2012. Alasan penulis memilih sampel ini dikarenakan indeks LQ45
terdiri dari 45 saham perusahaan yang memiliki likuidasi dan kapitalisasi pasar
yang tinggi. Kriteria pada saham-saham ini terus disesuaikan setiap enam bulan
(setiap awal bulan Februari dan Agustus). Dengan demikian, saham yang terdapat
dalam indeks tersebut akan selalu berubah.
Penelitian tentang pengaruh rasio pasar ini sudah pernah dilakukan oleh
beberapa peneliti. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Amelia Dwi
Wulandari (2012) menunjukkan bahwa EPS dan DPS secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap harga saham namun secara parsial EPS tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap harga saham. Sementara hasil penelitian Widaningsih
(2012) menunjukkan bahwa secara parsial EPS dan DPS berpengaruh signifikan
(20)
Willianove (2013) menyatakan bahwa secara parsial PER berpengaruh
signifikan terhadap harga saham. Sementara Jepri Samosir (2013) yang meneliti
mengenai pengaruh beberapa rasio keuangan terhadap harga saham perusahaan
tekstil dan garmen yang terdaftar di BEI menyatakan bahwa secara parsial, PER
tidak berpengaruh terhadap harga saham.
Penelitian ini merupakanreplikasi dari penelitian sebelumnya dimana pada
penelitian-penelitian terdahulu terdapat hasil yang tidak konsisten sehingga
memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian kembali mengenai pengaruh EPS,
DPS dan PER terhadap harga saham serta menambah satu variabel bebas baru
yang diyakini memiliki pengaruh terhadap harga saham yaitu dividend payout ratio (DPR). Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS), Price/Earning Ratio (PER) dan Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang Terdaftar dalam Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI).”
1.2. Perumusan Masalah
Berdasakan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka dirumuskan
permasalahan penelitian ini sebagai berikut : “Apakah earning per share (EPS),
dividend per share (DPS), price/earning ratio (PER) dan dividend payout ratio
(21)
saham perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia
(BEI)?”
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah sebelumnya, tujuan penelitian ini adalah
untuk menguji apakah earning per share (EPS), dividend per share (DPS),
price/earning ratio (PER) dan dividend payout ratio (DPR) berpengaruh signifikan baik secara simultan maupun parsial terhadap harga saham perusahaan yang
terdaftar dalam indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI).
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain
sebagai berikut :
1. Bagi peneliti, penelitian ini dijadikan sebagai sarana untuk menambah dan
mengembangkan wawasan peneliti di bidang pasar modal khususnya
pengaruh rasio keuangan terhadap harga saham.
2. Bagi investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi.
3. Bagi perusahaan, sebagai bahan masukan kepada manajemen perusahaan
untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan yang diperkirakan
(22)
4. Bagi calon peneliti, sebagai bahan referensi dan sumber informasi untuk
(23)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Tinjauan Teoritis 2.1.1. Saham
Secara sederhana, saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan
atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Saham dapat
juga diidentifikasikan sebagai surat bukti kepemilikan dalam suatu Perseroan
Terbatas (PT) yang diperoleh melalui pembelian atau cara lain yang kemudian
memberikan hak atas deviden dan lain-lain sesuai dengan besar kecilnya
investasi modal pada perusahaan tersebut.
Menurut Mukhibin (2011:67), “saham adalah surat berharga yang
dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas atau
yang biasa disebut dengan emiten”.
Menurut Santo Vibby (2007:21), “saham merupakan salah satu jenis
instrumen investasi yang berarti tanda kepemilikan terhadap suatu perusahaan
dan akan memberikan keuntungan dalam bentuk dividen dan capital gain
seiring dengan pergerakan nilai harganya.”
Darmadji dan Fakhruddin (2006:6) menyatakan bahwa “saham
berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut
(24)
kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di
perusahaan”. Semakin banyak lembar saham yang dimiliki akan semakin besar
derajat kepemilikannya.
Saham memiliki ciri high risk-high return, artinya saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan tinggi namun juga
memiliki risiko yang tinggi. Saham memungkinkan investor untuk memperoleh
keuntungan dalam jumlah besar dalam waktu singkat. Akan tetapi, seiring
dengan berfluktuasinya harga saham, maka investor juga dapat mengalami
kerugian dalam waktu singkat.
Saham yang dimiliki oleh pemegang saham memberikan hak kepada
pemiliknya untuk (Pasal 52 ayat (1) UUPT):
a. menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS;
b. menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi;
c. menjalankan hak lainnya berdasarkan UUPT.
2.1.2. Klasifikasi Saham
Saham dari suatu perseroan terbatas dapat diklasifikasikan berdasarkan
banyak segi dan seluruh klasifikasi saham tersebut masing-masing memiliki
karakteristik yang berbeda satu sama lain. Oleh karena itu, setiap investor
harus mampu memahami secara baik tentang klasifikasi saham yang
(25)
untuk memperoleh keuntungan sesuai yang diharapkan serta menghindari
kerugian yang mungkin terjadi dari transaksi yang dilakukan.
Berdasarkan cara peralihannya, saham dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Saham atas unjuk (bearer stock)
Saham atas unjuk adalah saham dimana nama pemilik saham tidak
tertera di atas sertifikat saham sehingga pemilik saham tersebut
dengan mudah dapat mengalihkan atau memindahkannya kepada
orang lain. Karena sifatnya yang mirip dengan uang, pemilik
saham atas unjuk ini harus berhati-hati dalam membawa dan
menyimpannya, sebab jika sertifikat saham tersebut hilang, maka
pemilik tidak dapat meminta gantinya.
2. Saham atas nama (registered stock)
Saham atas nama adalah saham dimana nama pemilik saham
tertera di atas sertifikat saham. Cara peralihan saham ini dilakukan
melalui dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya
dicatat dengan buku perusahaan yang khusus memuat daftar nama
pemegang saham. Saham ini mempunyai tingkat keamanan yang
tinggi sebab sudah tercantum dalam buku perseroan sehingga
apabila sertifikat saham ini hilang maka cukup memberitahukan
(26)
Berdasarkan kinerja perdagangannya, maka saham dapat
dikelompokkan menjadi :
1. Blue Chip Stocks
Blue Chip Stocks adalah saham dari suatu perusahaan yangsolid dan terpercaya, sebagai pemimpin di industri sejenis, memiliki
pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen
meskipun dalam jumlah kecil.
2. Income Stocks
Income Stocks adalah saham dari suatu perusahaan yang memiliki kemampuan membayar dividen melebihi rata-rata dividen yang
dibayarkan tahun sebelumnya. Perusahaan seperti ini biasanya
lebih suka membayarkan dividen daripada diendapkan dalam
bentuk laba ditahan.
3. Growth Stocks
Growth Stocks adalah saham dari suatu perusahaan yang memiliki pertumbuhan laba di atas rata-rata dan pangsa pasarnya
mengalami perkembangan.
4. Emerging Growth Stocks
Emerging Growth Stocks adalah saham dari suatu perusahaan yang relatif kecil namun mempunyai daya tahan yang kuat dalam
(27)
5. Speculative Stocks
Speculative Stocks adalah saham dari suatu perusahaan yang tidak dapat menghasilkan dividen atau penghasilan yang konsisten dari
tahun ke tahun. Akan tetapi, perusahaan mempunyai potensi untuk
mendapatkan penghasilan yang tinggi di masa mendatang,
meskipun belum pasti dapat direalisasi.
6. Cyclical Stocks
Cyclical Stocks adalah saham dari suatu perusahaan yang mempunyai keuntungan berfluktuasi dan sangat dipengaruhi oleh
siklus usaha secara umum. Nilai saham cenderung turun selama
masa resesi dan meningkat selama masa boom ekonomi. 7. Counter Cyclical Stocks atau Defensive Stocks
Counter Cyclical Stocks adalah saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun kondisi bisnis secara umum. Pada
saat resesi ekonomi, perusahaan tetap mampu memperoleh
penghasilan yang tinggi sehingga harga saham ini tetap tinggi dan
perusahaan mampu membagikan dividen yang besar.
Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagihan atau klaim, maka
saham dapat diklasifikasikan menjadi :
(28)
Saham biasa adalah saham yang memiliki hak klaim berdasarkan
penghasilan dan aktiva yang dimiliki perusahaan. Bila terjadi
likuidasi, pemegang saham biasa mendapatkan prioritas paling
akhir dalam pembagian dividen dari penjualan aktiva perusahaan.
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:10), saham biasa
mempunyai beberapa karakteristik berikut:
a. Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba. b. Memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham (satu
saham satu suara atau one share one vote)
c. Memiliki hak terakhir (junior) dalam hal pembagian kekayaan perusahaan jika perusahaan tersebut dilikuidasi (dibubarkan). d. Memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain
sebesar proporsi sahamnya.
e. Hak untuk memiliki saham baru yang diterbitkan oleh perusahaan terlebih dahulu (preemptive right).
2. Saham preferen (preferred stock)
Saham preferen adalah saham yang memiliki karakteristik
gabungan antara obligasi dan saham biasa. Saham preferen dapat
menghasilkan pendapatan tetap (seperti obligasi), namun juga bisa
tidak mendatangkan hasil seperti yangdikehendaki investor.
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:10), saham preferen
mempunyai beberapa karakteristik berikut :
a. Memiliki hak lebih dahulu memperoleh deviden.
b. Memiliki hak pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham lebih dahulu setelah kreditor, apabila perusahaan tersebut dilikuidasi (dibubarkan).
(29)
c. Kemungkinan dapat memperoleh tambahan dari pembagian laba perusahaan di samping penghasilan yang diterima secara tetap.
d. Dalam hal perusahaan dilikuidasi, memiliki hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan di atas pemegang saham biasa setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi.
2.1.3. Harga Saham
Pengertian harga saham menurut Jogiyanto (2006:8) adalah “harga
saham yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh
pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang
bersangkutan dipasar modal”.
Harga saham di bursa secara umum ditentukan oleh kekuatan pasar,
yakni dari volume permintaan dan penawaran saham tersebut di bursa efek.
Semakin banyak orang yang ingin membeli suatu saham, maka harga saham
tersebut cenderung bergerak naik. Sebaliknya, semakin banyak orang yang
ingin menjual atau melepaskan suatu saham maka harga saham tersebut
cenderung bergerak turun. Perusahaan yang menunjukkan kinerja keuangan
yang baik dan stabil biasanya memiliki harga saham yang tinggi.
Akan tetapi, keadaan makro ekonomi juga sangat berpengaruh terhadap
harga saham. Seperti krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 2008 dimana
pasar modal di seluruh dunia mengalami dampak dari krisis tersebut dan
menyebabkan harga saham dari semua perusahaan mengalami penurunan yang
(30)
investor untuk kembali menginvestasikan dananya di pasar modal dan
memulihkan harga saham seperti sebelumnya.
Harga saham menurut Widoatmojo (2005:91) dapat dibedakan menjadi
sebagai berikut:
a. Harga Nominal
Harga nominal merupakan harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting karena deviden yang dibayarkan atas saham biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.
b. Harga Perdana
Harga perdana merupakan harga pada waktu saham tersebut dicatat di bursa efek dalam rangka penawaran umum penjualan saham perdana yang disebut dengan IPO (Initial Public Offering). Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat.
c. Harga pasar
Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa efek. Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dan penjamin emisi. Harga inilah yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan merupakan harga yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga antara investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar yang tercatat pada waktu penutupan (closing price) aktivitas di Bursa Efek Indonesia.
2.1.3.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Naik turunnya harga saham di bursa pada dasarnya disebabkan oleh
banyak faktor antara lain adanya rumor atau isu serta perbedaan persepsi
(31)
dipengaruhi dari lingkungan internal maupun eksternal perusahaan sehingga
berlaku hukum pasar. Apabila banyak investor memperkirakan bahwa
kinerja perusahaan yang bersangkutan membaik, maka akan ada banyak
investor yang melakukan pembelian saham tersebut dan selanjutnya harga
saham akan naik dan demikian sebaliknya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga
sahamadalah sebagai berikut :
a. Faktor internal
Faktor internal dapat berupa berbagai pengumuman yang
dikeluarkan peusahaan seperti pengumuman laporan keuangan yang berisi
mengenai laba akhir tahun, laba per saham, dividen per saham dan
sebagainya. Selain itu, pengumuman mengenai rencana investasi ataupun
rencana lain yang dapat berdampak pada pendapatan perusahaan di masa
depan juga dapat mempengaruhi pergerakan harga saham.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal dapat berupa keadaan politik suatu negara,
kebijakan pemerintahan yang baru, fluktuasi nilai tukar mata uang, berbagai
isu baik yang berasal dari luar maupun dalam negri serta perubahan tingkat
suku bunga. Apabila tingkat suku bunga perbankan naik, maka investor
akan terdorong untuk menjual sahamnya sehingga berdampak pada
(32)
2.1.4. Penilaian dan Analisis saham 2.1.4.1. Penilaian Saham
Dalam penilaian saham, dikenal tiga jenis nilai yakni nilai buku
(book value), nilai pasar (market value) dan nilai intrinsik (intrinsic value). Nilai buku merupakan nilai saham menurut pembukuan perusahaan. Nilai
pasar merupakan nilai saham di pasar pada waktu tertentu dan nilai intrinsik
merupakan nilai yang sebenarnya dari saham. Tujuan mengetahui nilai-nilai
tersebut adalah untuk mengetahui saham-saham mana yang sedang tumbuh,
undervalueddanovervalued. Investor perlu mengetahui ketiga jenis nilai tersebut untuk membantu dalam pembuatan keputusan membeli, menahan
ataupun menjual saham.
Berikut metode penilaian harga saham yang sudah umum
digunakan para investor atau analis pasar modal menurut Simatupang
(2010:62) antara lain:
a. Metode Price Earning Ratio (Metode PER)
Metode ini digunakan untuk menentukan nilai intrinsik atau harga wajar suatu saham dengan cara mengetahui perkiraan return yang akan diperoleh apabila investor membeli suatu saham. Dengan mengetahui besarnya PER dari saham tersebut, investor dapat memperkirakan berapa lama investasi atas saham tersebut kembali. Metode ini menggunakan rasio dari harga saham terhadap laba per lembar saham. Semakin tinggi PER suatu saham, maka semakin lama waktu pengembalian investasi saham tersebut. Dengan demikian, investor harus memilih saham perusahaan yang memiliki PER yang kecil.
b. Metode perkiraan pendapatan (Metode Using Earning Forecast) Sama seperti metode PER, metode ini juga bertujuan untuk menentukan nilai intrinsik suatu saham dan membandingkannya
(33)
dengan masing-masing pergerakan transaksi perdagangan harga saham tersebut. Perbedaaannya dengan metode PER, metode perkiraan pendapatan ini memasukkan unsur pendapatan yang dibagikan perusahaan kepada investor dari perkiraan laba yang diperoleh perusahaan serta adanya unsur tingkat bunga yang berlaku umum.
c. Metode Price to Book Value (Metode PBV)
Metode ini menggunakan hasil perbandingan antara harga pasar saham dengan nilai buku per lembar saham untuk menggambarkan seberapa besar investor menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Semakin tinggi rasio PBV, semakin tinggi pula apresiasi pasar terhadap prospek perusahaan. Secara teoritis, rasio PBV yang wajar adalah sebesar 2 kali, artinya harga pasar suatu saham adalah 2 kali nilai bukunya.
Secara umum, keputusan membeli atau menjual saham ditentukan
oleh perbandingan antara perkiraan nilai intrinsik dengan harga pasarnya,
dengan pedoman sebagai berikut :
a. Bila nilai intrinsik lebih besar dari harga pasar saat ini, maka saham
tersebut dinilai undervalued (harganya terlalu rendah) dan sebaiknya dibeli atau ditahan sementara dengan tujuan untuk
memperoleh capital gain jika kemudian harganya kembali naik. b. Bila nilai intrinsik lebih kecil dari harga pasar saat ini, maka saham
tersebut dinilai overvalued (harganya terlalu tinggi) dan sebaiknya dijual untuk menghindari kerugian jika harga saham kemudian
turun.
c. Bila nilai intrinsik sama dengan harga pasar saat ini, maka saham
tersebut dinilai fair-priced (wajar harganya) dan sebaiknya jangan melakukan transaksi. Karena saham tersebut dalam keadaan
(34)
seimbang, maka tidak ada keuntungan yang diperoleh dari transaksi
pembelian atau penjualan saham tersebut.
2.1.4.2. Analisis Saham
Investor perlu menganalisis saham dengan tujuan untuk menaksir
nilai intrinsik suatu saham perusahaan, lalu membandingkannya dengan
harga saham saat ini untuk mengetahui tingkat kewajaran harga saham.
Untuk itu, ada dua pendekatan yang digunakan dalam menganalisis saham
suatu perusahaan antara lain :
a. Analisis teknikal
Analisis teknikal merupakan metode analisis yang menggunakan
data-data historis berupa grafik mengenai perubahan harga saham,
volume dan beberapa indikator pasar yang lain untuk
menghasilkan rekomendasi keputusan investasi. Dengan
menggunakan data-data mengenai harga, pasokan serta permintaan
di masa lalu, analisis teknikal saham bertujuan memprediksi
bagaimana permintaan dan pasokan dimasa mendatang, serta
menganalisa harga saham yang mungkin akan terbentuk
karenanya. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasikan suatu
tren atau pola yang berulang dari pergerakan harga saham dan
kemudian dieksploitasi untuk mendapatkan keuntungan. Analisa
(35)
analisis teknikal saham dan grafik adalah sarana untuk
menampilkan data tersebut. Data volume perdagangan akan
digunakan untuk memberikan gambaran umum mengenai kondisi
pasar dan akan membantu untuk memperkirakan tren harga
selanjutnya. Dengan mengidentifikasikan suatu tren atau pola
pergerakan harga saham yang berulang maka para investor
berharap dapat menemukan sinyal untuk membeli, menahan atau
menjual saham. Para analis teknikal biasanya memilah harga
saham menjadi empat jenis : harga pembukaan, harga tertinggi,
harga terendah dan harga penutupan.
b. Analisis Fundamental
Analisis Fundamental merupakan metode analisis saham yang
didasarkan pada penilaian kinerja suatu perusahaan yang terdiri
dari analisa tingkat makro, tingkat industri dan tingkat perusahaan.
Analisis ini digunakan untuk memperkirakan harga saham di masa
yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor
fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan
datang dan menerapkan hubungan vaiabel-variabel tersebut
sehingga diperoleh taksiran harga saham. Analisis ini menyatakan
bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik dan mencoba untuk
(36)
data fundamental seperti laporan keuangan perusahaan yang terdiri
dari laba, dividen, penjualan, struktur modal, resiko dan
sebagainya. Dengan membandingkan nilai intrinsik dengan harga
pasarnya maka dapat ditentukan apakah harga saham pasar sudah
mencerminkan nilai intrinsiknya atau belum.
2.1.5. Keuntungan dan Resiko Investasi Saham 2.1.5.1. Keuntungan Investasi Saham
Pada dasarnya ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan
membeli atau memiliki saham :
a. Deviden (dividend)
Menurut Simatupang (2010:39), “dividen adalah keuntungan
bersih setelah dikurangi pajak yang diberikan perusahaan penerbit
saham kepada para pemegang saham”. Dividen biasanya
dibagikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham
dalam RUPS. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa
dividen tunai (cash dividend), yaitu uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham maupun berupa dividen saham
(stock dividend) yaitu sejumlah saham yang diberikan kepada investor sehingga menambah jumlah saham beredar di
(37)
membagikan laba berupa dividen kepada para pemegang saham,
bahkan tidak jarang perusahaan yang memperoleh keuntungan
namun tidak membagikan dividen karena pertimbangan kebutuhan
dana untuk pengembangan usaha, rencana akuisisi ataupun
pembayaran utang perusahaan, sehingga investor harus dapat
mengamati bagaimana strategi perusahaan melakukan kebijakan
pembagian dividen.
b. Capital Gain
Capital Gain merupakan keuntungan yang diperoleh dari selisih positif antara harga beli dan harga jual. Umumnya, para investor
yang berorientasi jangka pendek lebih memprioritaskan
mendapatkan capital gain daripada dividen. Namun, mereka cenderung cepat panik jika harga saham yang dibelinya tersebut
tiba-tiba turun dan segera menjualnya meskipun sebenarnya saham
tersebut secara fundamental baik dan dalam jangka panjang akan
kembali naik harganya.
2.1.5.2. Resiko Investasi Saham
Setiap investasi tentu memiliki tingkat resiko disamping tingkat
keuntungan yang akan diperoleh investor. Oleh karena itu, para investor harus memahami adanya hubungan yang kuat dan positif antara tingkat keuntunga (return) yang diharapkan dengan tingkat resiko (risk). Semakin tinggi potensi
(38)
keuntungan maka tingkat resiko juga akan semakin tinggi dan begitu pula sebaliknya (high return - high rsk dan low return - low risk). Berikut resiko investasi saham yaitu :
a. Resiko sistematik (systematic risk) dan nonsistematik (unsystematic risk)
Resiko sistematik mengacu pada resiko pasar yaitu ketidakpastian
hasil perolehan investasi yang dipengaruhi oleh faktor inflasi,
pertumbuhan ekonomi dan tingkat suku bunga. Contohnya,
naiknya inflasi yang mendorong kenaikan tingkat suku bunga
yang secara teoritis menyebabkan harga saham di bursa cenderung
turun karena para investor mengalihkan investasinya di produk
perbankan.
Resiko nonsistematik merupakan resiko yang berkaitan dengan
fluktuasi dan siklus bisnis dari industri tertentu. Contohnya adalah
resiko finansial dimana perusahaan memiliki rasio utang yang
tinggi ataupun resiko industri dimana terjadi kelesuan di bidang
industri tertentu pada suatu waktu yang mengakibatkan harga
saham turun.
b. Resiko investasi lainnya menurut Darmadji dan Fakhruddin
(2006:13) yakni :
(39)
Perusahaan yang mengalami kerugian tentu tidak dapat membagikan dividen. Oleh karena itu, potensi keuntungan investor untuk memperoleh ditentukan oleh kinerja perusahaan.
2) Capital Loss
Dalam aktivitas perdagangan saham, ada kalanya investor harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli yang disebut capital loss. Resiko ini dapat terjadi jika investor terdesak oleh kebutuhan uang tunai sehingga menjual sahamnya meski saat itu harga saham mengalami penurunan ataupun ketika investor menjual saham untuk menghindari kerugian yang lebih besar seiring terus menurunnya harga saham di bursa.
3) Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi
Jika perusahaan dinyatakan bangkrut, maka kecil kemungkinan pemegang saham mendapatkan pengembalian modal sebab setelah semua aset perusahaan dijual, hasil penjualan tersebut akan dibagikan terlebih dahulu kepada para kreditor atau pemegang obligasi.
4) Saham perusahaan dikeluarkan dari bursa (delisting)
Akibat kinerja keuangan yang buruk seperti mengalami kerugian secara berturut-turut selama beberapa tahun, saham suatu perusahaan dapat dikeluarkan dan tidak lagi diperdagangkan di bursa.
5) Saham dihentikan sementara (suspend)
Pemberhentian transaksi suatu saham pada umumnya terjadi karena adanya lonjakan harga yang naik atau turun secara drastis atau berbagai kondisi lain yang mengharuskan Otoritas Bursa menghentikan perdagangan saham tersebut untuk sementara sehingga investor tidak dapat menjual sahamnya tersebut sampai suspensi dicabut.
2.1.6. Saham Perusahaan LQ45
Indeks LQ45 adalah salah satu indeks saham yang termasuk dalam
Bursa Efek Indonesia (BEI). Indeks LQ45 adalah indeks dari 45 saham yang
telah terpilih yang memiliki likuidasi dan kapitalisasi pasar yang tinggi.
(40)
awal bulan Februari dan Agustus). Saham-saham pada indeks LQ45 harus
memenuhi kriteria dan melewati seleksi utama sebagai berikut :
a. Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar
reguler (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir).
b. Ranking berdasarkan kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar
selama 12 bulan terakhir).
c. Telah tercatat di BEI minimum 3 bulan.
d. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi
dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler.
Ada pun faktor – faktor yang berperan dalam pergerakan indeks LQ45,
yaitu :
a. Tingkat suku bunga Surat Berharga Indonesia (SBI) sebagai dasar
portofolio investasi di pasar keuangan Indonesia.
b. Tingkat toleransi investor terhadap resiko.
c. Saham – saham penggerak indeks yang merupakan saham
berkapitalisasi pasa besar di BEI.
Tujuan indeks LQ45 adalah sebagai pelengkap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) dan menyediakan sarana yang obyektif dan terpercaya bagi
analisis keuangan, manajer investasi, investor dan pemerhati pasar modal
lainnya dalam memonitor pergerakan harga dari saham-saham yang aktif
(41)
2.1.7. Earning Per Share (EPS)
Earning per share (EPS) adalah rasio antara laba bersih setelah pajak dengan jumlah lembar saham yang beredar. Menurut Darmadji dan Fakhruddin
(2006:195), “Laba per saham – EPS (earning per share) merupakan rasio yang menunjukkan bagian laba untuk setiap saham. EPS menggambarkan
profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham”. Semakin
tinggi nilai EPS, maka semakin besar laba dan kemungkinan peningkatan
jumlah dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham.
Menurut Baridwan (2007:443), “laba bersih per saham adalah jumlah
pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang
beredar, dan akan dipakai oleh pimpinan perusahaan untuk menentukan
besarnya dividen yang akan dibagikan”.
Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan
deviden, jika nilai laba per saham kecil maka kecil pula kemungkinan
perusahaan untuk membagikan deviden. Investor akan lebih berminat pada
saham yang memiliki earning per share tinggi dibandingkan dengan saham yang memiliki earning per share rendah. EPS yang besar menandakan kemampuan perusahaan juga besar dalam menghasilkan keuntungan bersih
dari setiap lembar saham. Peningkatan EPS menandakan bahwa perusahaan
(42)
investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan.
EPS dapat dihitung dengan rumus :
Jika perusahaan juga menerbitkan saham preferen, maka rumusnya
menjadi :
Perhitungan EPS biasanya menggunakan basis laporan keuangan akhir
tahun dan dalam prakteknya dihitung dengan membagi laba bersih dengan
jumlah rata-rata tertimbang dari saham biasa yang beredar sepanjang tahun.
Penggunaan rumus EPS akan lebih bermanfaat jika dibandingkan
dengan periode-periode sebelumnya sehingga analisis akan menjadi lebih luas.
Di samping itu, investor juga dapat membandingkan nilai EPS dengan industri
sejenis sebagai bahan pertimbangan keputusan investasi mana yang lebih
menguntungkan.
2.1.8. Dividend Per Share (DPS)
Pengertian dividen menurut menurut Rusdin (2006:73) adalah “bagian
keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham”. Dividen
merupakan salah satu potensi keuntungan dari investasi saham, maka pihak
(43)
diterapkan dalam rangka menarik minat investor untuk menanamkan modalnya
dalam perusahaan tersebut.
Dividend per share (DPS) merupakan rasio antara total dividen yang dibagikan perusahaan dengan jumlah saham yang beredar pada suatu waktu
tertentu. Rasio ini memberikan gambaran mengenai seberapa besar laba yang
dibagikan dalam bentuk dividen kepada pemegang saham untuk tiap lembar
saham. Dividend Per Share (DPS) dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Sama seperti EPS, penyebut dari rumus DPS umumnya menggunakan
jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar sepanajang tahun. Bagi calon
investor, nilai DPS merupakan indikator penting dari kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan nilai bagi para pemegang saham. Data historis dari DPS
memberikan gambaran yang jelas tentang latar belakang keuangan dan kondisi
terbaru perusahaan. Perusahaan yang memiliki nilai DPS yang tinggi biasanya
lebih menarik perhatian para investor. Akan tetapi, rumus ini tidak selalu
mewakili keadaan perusahaan secara keseluruhan karena ada beberapa
perusahaan yang lebih memilih untuk menahan laba mereka untuk kepentingan
(44)
2.1.9. Price/Earning Ratio (PER)
Price/Earning Ratio (PER) merupakan rasio antara harga pasar per lembar saham dengan laba per lembar saham (EPS). Darmadji dan Fakhrudin
(2006:198) menyatakan bahwa "Price-Earning Ratio (PER) menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba”.
Dengan mengetahui besarnya PER dari suatu saham, investor dapat
memperkirakan berapa lama investasi atas saham tersebut dapat kembali serta
membandingkannya dengan saham lainnya. Price/Earning Ratio (PER) dapat dihitung dengan rumus :
PER dihitung dalam satuan kali. Contohnya, jika suatu saham memiliki
PER sebesar 15 kali, maka artinya harga pasar dari saham tersebut 15 kali
EPSnya atau dapat juga diartikan bahwa modal dari investasi saham tersebut
akan kembali dalam waktu 15 tahun, sebab EPS umumnya dibagikan tiap
tahun. Dengan demikian, secara teoritis dapat dinyatakan bahwa semakin
tinggi harga suatu saham, maka semakin tinggi PER dari saham tersebut
sehingga mengakibatkan semakin lama waktu pengembalian dari investas
saham tersebut. Akan tetapi, PER suatu saham yang tinggi tidak selalu
dianggap buruk, sebab PER yang tinggi dapat terjadi karena apresiasi investor
(45)
PER menjadi ukuran untuk menentukan bagaimana pasar memberi nilai
atau harga pada saham perusahaan. PER menunjukkan harapan investor
terhadap earning perusahaan yang direfleksikan pada harga saham yang bersedia mereka bayar atas saham perusahaan tersebut. Besarnya nilai PER
biasanya terkait dengan tahap pertumbuhan perusahaan. Perusahaan yang
mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi biasanya memiliki PER tinggi
pula. Hal ini menunjukkan bahwa pasar mengharapkan pertumbuhan laba di
masa yang akan datang.Sebaliknya, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan
rendah cenderung memilki PER yang rendah.
PER umumnya digunakan untuk membandingkan harga saham suatu
perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis. Membandingkan PER
antarperusahaan dengan industri yang berbeda tidaklah relevan, sebab
masing-masing industri mempunyai karakteristik yang berbeda dalam mengukur waktu
pengembalian modal. Contohnya, perbandingan PER antara industri
pertambangan dan makanan dimana rata-rata tingkat pengembalian modal
industri pertambangan jauh lebih lama daripada industri makanan. Dengan
mengetahui besarnya PER suatu perusahaan, investor juga bisa memperkirakan
bagaimana posisi suatu saham relatif terhadap saham-saham lainnya dan
(46)
2.1.10. Dividend Payout Ratio (DPR)
Dividend payout ratio(DPR) merupakanrasio antara jumlah dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham relatif terhadap total laba bersih
perusahaan. Hanafi (2007: 88) menyatakan bahwa “rasio pembayaran dividen
atau dividend payout ratio melihat bagian earning (pendapatan) yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor". Dengan demikian, persentase
dari pendapatan yang dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai
dividen kas disebut dividen payout ratio.
DPR juga menunjukkan besarnya laba perusahaan yang tidak dibagikan
dalam bentuk dividen, yakni laba ditahan yang digunakan untuk pertumbuhan
perusahaan. Semakin besar laba ditahan, maka semakin sedikit jumlah laba
yang dialokasikan untuk pembayaran deviden. Alokasi penentuan laba sebagai
laba ditahan dan pembagian deviden menjadiunsur utama dalam kebijakan
dividen. Oleh karena itu, besarnya kecilnya dividend payout ratio ditentukan oleh kebijakan dividen suatu perusahaan. Jika rasio pembayaran dividen
dihitung dalam basis per lembar saham, maka rumus perhitungannya adalah
sebagai berikut :
Perusahaan yang masih dalam tahap pertumbuhan biasanya memiliki
(47)
saham-saham yang tercatat di BEI membayar dividen setiap tahunnya dengan
DPR antara 0%- 25%. Secara teori, pembagian dividen yang besar memberikan
sinyal positif kepada para investor, namun jika DPR lebih besar dari 25%,
maka dikhawatirkan akan terjadi kesulitan likuiditas keuangan pada
perusahaan pada waktu mendatang.
2.2.Tinjauan Penelitian Terdahulu
Adapun hasil-hasil dari penelitian sebelumnya yang relevan dan
mendukung penelitian yang akan dilakukan penulis antara lain :
Tabel 2.1
Ringkasan Tinjauan Peneliti Terdahulu
Tahun Peneliti Judul Hasil Penelitian
2011 Andini Miranda
Pengaruh Earning Per Share, Dividend Per Share, dan Financial Leverage terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food &
Beverage yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Secara simultan,Earning Per Share, Dividend Per Share, dan Financial Leverage berpengaruh signifikan terhadap harga saham.Namun secara parsial, Dividend Per Share
dan Financial Leverage
tidak berpengaruh signifikan terhadap harga
saham.
2012 Amelia Dwi
Wulandari
Pengaruh Earning Per Share dan Dividend Per Share terhadap Harga Saham (Kasus pada Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di Bursa
EPS dan DPS secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham namun secara parsial, EPS berpengaruh tidak signifikan terhadap harga
(48)
2012 Sri Zuliarni Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Harga Saham pada Perusahaan Mining and Mining Service di Bursa Efek Indonesia (BEI)
ROA, PER dan DPR secara bersama-sama berpengaruh terhadap harga saham. Secara parsial, ROA dan PER berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham, sedangkan DPR
tidak berpengaruh signifikan terhadap harga
saham. 2012 Febri
Rahmadsyah Harahap
Pengaruh Dividen
Payout Ratio (DPR) dan Earning Per Share
(EPS) terhadap Harga
Saham pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di BEI
DPR dan EPS secara simultan berpengaruh terhadap harga saham. EPS berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham sedangkan DPR tidak berpengaruh terhadap harga saham.
2013 Willianove Pengaruh Laba Bersih Akuntansi, Arus Kas Operasi, dan Rasio Keuangan terhadap Harga Saham pada Perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Semua variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap harga saham dan PER secara parsial juga berpengaruh terhadap harga saham.
2.3. Kerangka Konseptual
Menurut Sugiyono (2008:89), "kerangka konseptual merupakan sintesa
tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah
dideskripsikan". Kerangka konseptual berperan untuk mengidentifikasi
jaringan hubungan antar variabel yang dianggap penting bagi masalah yang
(49)
adalah Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS), Price/Earning Ratio (PER) dan Dividend Payout Ratio (DPR). Sementara variabel dependen yang digunakan adalah harga saham.
Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat pada
skema gambar berikut :
H
H
1
H
2
H
3
4
H
Gambar 2.1 5
Kerangka Konseptual
Earning Per Share (EPS) merupakan laba bersih setelah dikurangi pajak dan dividen saham preferen dibagi dengan jumlah saham biasa yang
beredar. EPS merupakan indikator dasar yang digunakan oleh para investor
dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan. Semakin tinggi laba
perusahaan, maka semakin tinggi pula nilai EPS dan begitu pula sebaliknya.
Investor umumnya tertarik terhadap perusahaan yang memiliki EPS yang
Earning Per Share (X1) Dividend Per Share (X2)
Price/Earning Ratio (X3) Dividend Payout Ratio (X4)
(50)
tinggi sehingga permintaan terhadap saham tersebut akan meningkat. Dengan
demikian, harga saham juga akan ikut meningkat.
Dividend Per Share (DPS) merupakan jumlah dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham untuk tiap lembar saham pada tahun tertentu. Dividen
merupakan salah satu keuntungan yang diperoleh melalui investasi saham
sehingga investor sering kali membandingkan DPS antarperusahaan untuk
memprediksi potensi keuntungan. Semakin tinggi nilai DPS suatu perusahaan,
maka investor semakin tertarik untuk membeli saham perusahaan tersebut. Hal
ini tentu akan mengakibatkan harga saham mengalami kenaikan.
Price/Earning Ratio (PER) merupakan ukuran untuk menentukan bagaimana pasar memberi nilai pada saham suatu perusahaan. Perusahaan yang
memiliki PER yang tinggi dianggap memiliki prospek pertumbuhan yang baik
sehingga investor tertarik untuk membeli saham perusahaan tersebut dan
mengakibatkan harga saham turut naik.
Dividend Payout Ratio (DPR) merupakan persentase tertentu dari laba perusahaan yang dibayarkan sebagai deviden kas kepada pemegang saham.
Kebijakan dividen perusahaan sangat menentukan besarnya presentase DPR,
apakah earning dibagi dalam bentuk deviden atau diinvestasikan kembali dalam bentuk laba ditahan. Pembayaran deviden sering diikuti dengan
(51)
kepada publik bahwa perusahaan memiliki ketersediaan dana untuk membiayai
operasi perusahaan.
2.4.Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina dan Sri Mulyani (2007:41), “hipotesis adalah proposisi
yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Proposisi
merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau
diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau
memprediksi fenomena-fenomena”. Dengan demkikian, hipotesis betujuan
untuk sebagai pedoman untuk memilih metode pengujian data serta menjadi
dasar untuk membuat kesimpulan.
Berdasarkan kerangka konseptual dan uraian teoritis di atas, maka
peneliti membuat hipotesis sebagai berikut :
H1: Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham H2: Dividend Per Share (DPS) berpengaruh terhadap harga saham H3: Price/Earning Ratio (PER) berpengaruh terhadap harga saham H4: Dividend Payout Ratio (DPR) berpengaruh terhadap harga saham H5: Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS),
Price/Earning Ratio (P/E Ratio) dan Dividend Payout Ratio (D/P Ratio) secara simultan berpengaruh terhadap harga saham
(52)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Menurut Erlina (2012:75), “desain penelitian merupakan rencana induk
yang berisi metode dan prosedur untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi
yang dibutuhkan, menetapkan sumber-sumber informasi, teknik yang akan
digunakan, metode sampling sampai dengan analisis data untuk dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian.”
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
asosiatif kausal, yang berfungsi untuk menganalisis hubungan antara satu variabel
dengan variabel lainnya atau menjelaskan pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh variabel
independen earning per share (EPS), dividend per share (DPS), price/earning ratio (PER) dan dividend payout ratio (DPR) terhadap harga saham perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ-45 di BEI sebagai variabel dependen.
3.2.Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Erlina (2012:81), “populasi adalah sekelompok entitas yang
(53)
karakteristik tertentu, yang berada dalam suatu wilayah dan memenuhi
syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian”. Populasi dalam
penelitian ini meliputi perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ45
di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2010-2012.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut dimana sampel yang diambil harus benar-benar representatif
(Sugiyono, 2007:73). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan
dengan menggunakan metode purposive sampling (sampling bertujuan), yakni metode pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu berdasarkan
pertimbangan (judgement) atau kuota tertentu.
Berikut kriteria yang dijadikan pertimbangan peneliti dalam pemilihan
sampel :
1. Perusahaan yang mempunyai laporan keuangan tahunan yang telah
diaudit selama 3 tahun yakni tahun 2010-2012.
2. Laporan keuangan perusahaan yang dijadikan sampel menggunakan mata
uang rupiah Indonesia.
3. Perusahaan tidak ter-delisting dari perhitungan indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 3 tahun berturut-turut dari tahun 2010-2012.
4. Perusahaan yang membayarkan dividen kas setiap tahun selama 3 tahun
(54)
Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 70 perusahaan dengan
periode penelitian selama tiga tahun dari tahun 2010-2012. Berdasarkan kriteria
yang dikemukakan di atas, diperoleh sampel sejumlah 20 perusahaan dengan tiga
tahun pengamatan (2010-2012). Populasi perusahaan yang diteliti disajikan dalam
Tabel 3.1 sebagai berikut :
Tabel 3.1
Daftar Populasi Penelitian No Kode
Efek Nama Emiten
Kriteria
Sampel 1 2 3 4
1. AALI Astra Agro Lestari Tbk. √ √ √ √ 1
2. ADRO Adaro Energy Tbk. √ X √ √
3. AKRA AKR Corporindo Tbk. √ √ X √
4. ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk. √ √ √ √ 2
5. ASII Astra Internasional Tbk. √ √ √ √ 3
6. ASRI Alam Sutera Realty Tbk. √ √ X √
7. BBCA Bank Central Asia Tbk. √ √ √ √ 4
8. BBKP Bank Bukopin Tbk. √ √ X √
9. BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
√ √ √ √ 5
10. BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
√ √ √ √ 6
11. BBTN Bank Tabungan Negara
(Persero) Tbk.
X X X √
12. BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk. X X √ √
13. BHIT Bhakti Investama Tbk. √ √ X √
14. BIPI Benakat Petroleum Energy Tbk. √ √ X X
15. BISI Bisi Internasional Tbk. √ √ X √
16. BJBR Bank Pembangunan Daerah
Jawa Barat dan Banten Tbk X X X X
17. BKSL Sentul City Tbk. √ √ X X
18. BLTA Berlian Laju Tanker Tbk X X X X
19. BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk. √ √ √ √ 7
20. BMTR Global Mediacom Tbk √ √ X √
21. BNBR Bakrie & Brothers Tbk. √ √ X X
(55)
&Metal Tbk.
23. BRAU Berau Coal Energy Tbk. √ X X X
24. BRPT Barito Pacific Tbk. √ X X X
25. BSDE Bumi Serpong Damai Tbk. √ √ X √
26. BTEL Bakrie Telecom Tbk. √ √ X X
27. BUMI Bumi Resources Tbk. √ X √ X
28. BWPT BW Plantation Tbk. √ √ X X
29. CPIN Charoen Pokphand Indonesia
Tbk.
√ √ X √
30. DEWA Darma Henwa Tbk. √ X X X
31. DOID Delta Dunia Makmur Tbk. √ X X X
32. ELSA Elnusa Tbk. √ √ X X
33. ELTY Bakrieland Development Tbk. √ √ √ X
34. ENRG Energi Mega Persada Tbk. √ X √ X
35. EXCL XL Axiata Tbk. √ √ X √
36. GGRM Gudang Garam Tbk. √ √ √ √ 8
37. GTJL Gajah Tunggal Tbk. √ √ X X
38. HEXA Hexindo Adiperkasa Tbk. √ X X √
39. HRUM Harum Energy Tbk. √ X X √
40. ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
√ √ X √
41. INCO International Nickel Indonesia Tbk.
√ X √ √
42. INDF Indofood Sukses Makmur Tbk. √ √ √ √ 9
43. INDY Indika Energy Tbk. √ X √ √
44. INKP Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. √ X X X
45. INTA Intraco Penta Tbk. √ √ X X
46. INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
√ √ √ √ 10
47. ISAT Indosat Tbk. √ √ X √
48. ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk. √ X √ √
49. JSMR Jasa Marga (Persero) Tbk. √ √ √ √ 11
50. KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk. √ √ X X
51. KLBF Kalbe Farma Tbk. √ √ √ √ 12
52. KRAS Krakatau Steel (Persero) Tbk. √ √ X X
53. LPKR Lippo Karawaci Tbk. √ √ √ √ 13
54. LSIP PP London Sumatera Indonesia Tbk.
√ √ √ √ 14
55. MEDC Medco Energy International
Tbk.
(56)
56. MIRA Mitra International Resources Tbk.
√ √ X X
57. MNCN Media Nusantara Citra Tbk. √ √ X √
58. PGAS Perusahaan Gas Negara
(Persero) Tbk.
√ X √ √
59. PTBA Tambang Batubara Bukit Asam
(Persero) Tbk. √ √ √ √ 15
60. SGRO Sampoerno Agro Tbk. √ √ X √
61. SIMP Salim Ivomas Pratama Tbk. √ √ X X
62. SMCB Holcim Indonesia Tbk. √ √ X √
63. SMGR Semen Gresik (Persero) Tbk. √ √ √ √ 16
64. TINS Timah (Persero) Tbk. √ √ √ √ 17
65. TLKM Telekomunikasi Indonesia
(Persero) Tbk.
√ √ √ √ 18
66. TRAM Trada Maritime Tbk. √ X X X
67. TRUB Truba Alam Manunggal
Engineering Tbk. √ √ X X
68. UNSP Bakrie Sumatra Plantations Tbk. √ √ X X
69. UNTR United Tractors Tbk. √ √ √ √ 19
70. UNVR Unilever Indonesia Tbk √ √ √ √ 20
Sumber: Diolah Peneliti (2013)
Tabel 3.2
Daftar Sampel Penelitian
No Kode Efek Nama Emiten
1. AALI Astra Agro Lestari Tbk.
2. ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk. 3. ASII Astra Internasional Tbk.
4. BBCA Bank Central Asia Tbk.
5. BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 6. BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 7. BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk.
8. GGRM Gudang Garam Tbk.
9. INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.
10. INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. 11. JSMR Jasa Marga (Persero) Tbk.
(57)
12. KLBF Kalbe Farma Tbk. 13. LPKR Lippo Karawaci Tbk.
14. LSIP PP London Sumatera Indonesia Tbk.
15. PTBA Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. 16. SMGR Semen Gresik (Persero) Tbk.
17. TINS Timah (Persero) Tbk.
18. TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. 19. UNTR United Tractors Tbk.
20. UNVR Unilever Indonesia Tbk Sumber : Diolah Peneliti (2013)
3.3.Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat
kuantitatif, yaitu data yang dinyatakan dalam angka-angka yang menunjukkan nilai
terhadap besaran atau variabel yang diwakilinya. Peneliti menggunakan data
sekunder dalam penelitian ini. Data sekunder menurut Erlina (2012:22) adalah
“data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan
kepada masyarakat pengguna data”.
Data sekunder tersebut diperoleh dari situs
keuangan tahunan yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan yang menjadi
objek penelitian serta pengumuman dividen kas dari situs
Menurut waktu pengumpulannya, data yang digunakan dalam penelitian ini
termasuk dalam Pooling Data. Menurut Jogiyanto (2006:54), “Pooling Data
merupakan gabungan data-data yang melibatkan urutan waktu (time series) dan data yang melibatkan satu waktu tertentu dengan banyak sampel (cross sectional)”.
(58)
3.4.Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dalam dua tahapan. Tahap
pertama, peneliti melakukan studi pustaka yaitu dengan mencari literatur seperti
buku teks, jurnal ilmiah, skripsi, tesis, dan artikel yang berhubungan yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti. Tahap kedua, pengumpulan data dilakukan
dengan cara mengunduh laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan yang
akan diteliti dari situs Bursa Efek Indonesia yaitu
mengenai jumlah dividen kas yang dibayarkan perusahaan melalui
situs
3.5.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Pengoperasionalan konsep (operationalizing the concept) atau biasa disebut juga dengan mendefinisikan konsep secara operasional adalah menjelaskan
karakteristik dari objek ke dalam elemen-elemen yang dapat diobsevasi yag
menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan ke dalam penelitian
(Erlina, 2012:48).
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel Independen (X)
Variabel ini sering juga disebut dengan variabel bebas, variabel stimulus
(59)
menyebabkan terjadinya variasi bagi variabel tidak bebas (variabel
dependen) dan mempunyai hubungan yang positif maupun negatif bagi
variabel dependen lainnya (Erlina, 2012:37).
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah earning per share (EPS), dividend per share (DPS), price/earning ratio (PER) dan
dividend payout ratio (DPR).
2. Variabel Dependen (Y)
Variabel ini sering disebut dengan variabel terikat atau tidak bebas dan
menjadi perhatian utama dalam sebuah pengamatan. Menurut Erlina
(2012:36), "variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel sebab atau variabel bebas".
Jadi, variabel dependen adalah konsekuensi dari variabel independen.
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga
saham.
Tabel 3.3
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Pengukuran Skala
Earning Per Share (X1)
Rasio
Dividend Per Share (X2)
Rasio
Price Earning
(60)
Dividend Payout Ratio
(X4)
Rasio
Harga Saham (Y)
Harga saham pada saat closing price per tahun Rasio
Sumber : Diolah Peneliti (2013)
3.6. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis statistik dengan persamaan regresi linear berganda menggunakan software
SPSS 19.0. Peneliti melakukan pengujian asumsi klasik terlebih dahulu sebelum
melakukan pengujian hipotesis.
3.6.1. Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian hipotesis menggunakan metode analisis
regresi linear berganda, peneliti terlebih dahulu menguji apakah data yang
diperolehbebas dari asumsi klasik atau tidak. Pengujian asumsi klasik
bertujuan untuk menghindari atau mengurangi bias dari hasil penelitian yang
diperoleh. Pengujian asumsi klasik terdiri dari :
3.6.1.1. Uji Normalitas Data
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam suatu
model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Pengujian ini diperlukan karena untuk melakukan uji t dan uji F
(61)
ini dilanggar atau tidak dipenuhi maka uji statistik menjadi tidak valid untuk
jumlah sampel kecil (Erlina, 2012:101).
Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak menurut Ghozali (2006 : 110) yaitu:
1) Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan plotnya data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
2) Analisis statistik
Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan nilai Z-skewness. Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non parametrik
Kolmogrov-Smirnov (K-S).
Dalam uji Kolmogrov-Smirnov, pedoman yang digunakan dalam pengambilan keputusan yakni :
1) Jika nilai signifikan lebih besar dari 0.05 maka distribusi data normal.
2) Jika nilai signifikan lebih kecil dari 0.05 maka distribusi data tidak
normal.
Ada beberapa cara untuk mengatasi data yang tidak normal, antara lain:
1. Lakukan transformasi data ke bentuk lainnya. Hal ini dapat dilakukan
(62)
2. Lakukan trimming, yakni membuang data yang outlier. Data outlier
adalah data yang mempunyai nilai yang sangat menyimpang dari nilai
data lainnya.
3. Lakukan winsorizing, yakni mengubah nilai data yang outlier menjadi nilai maksimum dan minimum yang diizinkan.
3.6.1.2. Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya kolerasi diantara variabel independen. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Erlina, 2012:
103). Multikolinearitas adalah situasi dimana terjadinya korelasi antara
variabel independen yang satu dengan yang lainnya.
Secara umum, ada dua cara untuk mendeteksi adanya multikolinearitas,
yakni dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF).
Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya sementara VIF merupakan suatu
estimasi mengenai seberapa besasr multikolinearitas meningkatkan varian pada
suatu koefisien estimasi sebuah variabel independen. Semakin tinggi nilai VIF,
maka semakin berat dampak multikolinearitas. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolineritas adalah jika tolerance < 0,1 dan
(63)
3.6.1.3.Uji Heterokedastisitas
Menurut Erlina (2012:106), “pengujian gejala heterokedastisitas
bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain”. Umumnya,
heterokedastisitas sering terjadi pada model penelitian yang menggunakan data
silang waktu (cross section) dibandingkan dengan data runtut waktu (time series). Model regresi yang baik haruslah tidak terdapat heterokedastisitas.
Salah satu pengujian yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
heterokedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplot. Jika pada grafik terdapat pola teratur tertentu seperti bergelombang, melebar dan kemudian
menyempit, maka terdapat heterokedastisitas. Namun, jika tidak ada pola yang
jelas, serta titik-titik menyebar baik di atas maupun di bawah nol sumbu Y,
maka tidak terdapat heterokedastisitas.
3.6.1.4.Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model
regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Autokorelasi biasanya muncul
jika data yang dipakai adalah hasil observasi yang berurutan sepanjang tahun
(1)
1. Objek penelitian ini berpusat pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ45 sehingga belum dapat mewakili keseluruhan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Penelitian ini hanya menggunakan empat rasio pasar yang terdiri dari
Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS), Price/Earning Ratio (PER) dan Dividend Payout Ratio (DPR) sementara terdapat variabel-variabel lain yang mungkin mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.
3. Periode pengamatan dalam penelitian ini terbatas hanya selama tiga tahun (2010-2012).
5.3. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini, peneliti mencoba memberikan beberapa saran, yaitu :
1. Bagi Investor
Investor serta calon investor sebaiknya menggunakan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan serta berbagai rasio keuangan seperti rasio pasar dalam penelitian ini sebagai bahan referensi untuk pengambilan keputusan investasi.
(2)
Perusahaan sebaiknya lebih memperhatikan variabel-variabel yang mempengaruhi harga saham sepertiEarning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS) dan Price/Earning Ratio (PER) sehingga para investor dan calon investor tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan variabel-variabel independen lain yang dapat mempengaruhi harga saham, menggunakan objek penelitian yang berbeda ataupun menambah jumlah periode pengamatan penelitian.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Acuan Kepemilikan Sekuritas Kustodian Sentral Efek Indonesia, 2013.
Baridwan, Zaki, 2007. Intermediate Accounting, Edisi Delapan, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta.
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin, 2006. Pasar Modal di Indonesia, Salemba Empat, Jakarta.
Dwi Wulandari, Amelia, 2012. “Pengaruh Earning Per Share dan Dividend Per Share terhadap Harga Saham (Kasus pada Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”, Skripsi Akuntansi
Erlina, 2012. Metodologi Penelitian, USU Press, Medan.
, Universitas Siliwangi, Tasikmalaya.
_______ dan Sri Mulyani, 2007. Metode Peneltiian Bisnis: Untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama, USU Press, Medan.
Ghozali, Imam, 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Hanafi, Hamduh M., 2007. Analisis Laporan Keuangan, YKPN, Yogyakarta.
Harahap, Febri Rahmadsyah, 2012. “Pengaruh Dividen Payout Ratio (DPR) dan
Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”, Skripsi Akuntansi, Universitas Sumatera Utara, Medan.
(4)
Indonesia Stock Exchange, 2013. Laporan keuangan/detail/soft copy laporan keuanga
Jogiyanto, 2006. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, BPFE, Yogyakarta.
Kieso, Donald E, Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield, 2008. Akuntansi Intermediate, Jilid Kedua, Edisi Keduabelas, Erlangga, Jakarta.
Miranda, Andini, 2011. “Pengaruh Earning Per Share, Dividend Per Share, dan
Financial Leverage terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food & Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, Skripsi Akuntansi
Mukhibin, 2011. Menciptakan Aliran Uang Milyaran Rupiah dari Pasar Saham, Pustaka Solomon, Yogyakarta.
, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Rusdin, 2006. Pasar Modal, Alfabeta, Bandung.
Simatupang, Mangasa, 2010. Pengetahuan Praktis Investasi Saham dan Reksa Dana, Edisi Pertama, Mitra Wacana Media, Jakarta.
Situmorang, M. Paulus, 2008. Pengantar Pasar Modal, Edisi Pertama, Mitra Wacana Media, Jakarta.
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Bisnis, cetakan keduabelas, Alfabeta, Bandung. Vibby, Santo, 2007. Jual Saham Anda Lebih Mahal, Vibby Publishing, Jakarta. Widoatmodjo, Sawidji, 2005. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal, PT. Jurnalindo
Aksara Grafika, Jakarta.
Widaningsih, 2012. “Pengaruh Return On Assets (ROA), Debt To Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS) dan Dividen Per Share (DPS) terhadap
(5)
Efek Indonesia Periode 2010-2011)”, Skripsi Manajemen
Wild, John J., K.R. Subramnyam, dan Robert F. Halsey, 2008. Analisis Laporan Keuangan, Buku Satu, Edisi Kedelapan, Salemba Empat, Jakarta.
, Universitas Siliwangi, Tasikmalaya.
Willianove, 2013. “Pengaruh Laba Bersih Akuntansi, Arus Kas Operasi, dan Rasio Keuangan terhadap Harga Saham pada Perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI)”, Skripsi Akuntansi
Zuliarni, Sri, 2012. “Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Harga Saham pada Perusahaan Mining and Mining Service di Bursa Efek Indonesia (BEI)”,
, Universitas Sumatera Utara, Medan.
(6)
Lampiran 15
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2
Model Summary )
b
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .760a .577 .546 8298.11852
a. Predictors: (Constant), , EPS, DPS, PER, DPR b. Dependent Variable: HS