Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Bursa Efek Indonesia

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG GO PUBLIC

DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Oleh

FENTY FAUZIAH 077019072/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

S

E K O L AH

P A

S C

A S A R JA


(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG GO PUBLIC

DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

FENTY FAUZIAH 077019072/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA

Nama Mahasiswa : Fenty Fauziah Nomor Pokok : 077019072 Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui, Komisi Pembimbing:

(Drs. M. Lian Dalimunthe, MEc, Ac.) (Drs. Syahyunan, M.Si.) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Rismayani, SE., MS.) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc.)


(4)

Telah diuji pada:

Tanggal 1 Juni 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Drs. M. Lian Dalimunthe, MEc, Ac. Anggota : 1. Drs. Syahyunan, M.Si.

2. Prof. Dr. Rismayani, SE., MS. 3. Dr. Isfenti Sadelia, ME.


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis saya yang berjudul:

“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Bursa Efek Indonesia”.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun juga sebelumnya.

Sumber-sumber data yang diperoleh dan digunakan telah dinyatakan secara jelas dan benar.

Medan, 1 Juni 2010 Yang membuat pernyataan,


(6)

ABSTRAK

Industri manufaktur memberikan kontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), hal ini tercermin dari jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2004 sampai tahun 2008. Hal ini menunjukkan bahwa peran industri menufaktur dalam perekonomian Indonesia mempunyai posisi yang dominan. Kebijakan dividen suatu perusahaan akan melibatkan dua pihak yang berkepentingan dan saling bertentangan, kepentingan para pemegang saham dengan dividennya, dan kepentingan perusahaan dengan laba ditahannya. Ini mencerminkan bahwa penentuan kebijakan dividen dalam hal ini dividend payout ratio sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor dapat ditunjukkan oleh kinerja keuangan perusahaan manufaktur melalui rata-rata rasio likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas. Berdasarkan uraian singkat tersebut, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: sejauhmana pengaruh cash ratio, debt to equity ratio, net profit margin,

return on investment dan tax rate terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu laporan keuangan tahunan dari 33 perusahaan manufaktur yang go public di bursa efek Indonesia selama tahun 2004 sampai tahun 2008. Teori yang mendukung penelitian ini adalah analisis rasio keuangan dan teori kebijakan dividen yang berhubungan dengan rasio pembayaran dividen. Pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan metode explanatory research, metode yang digunakan untuk analisis linier berganda dengan alat Bantu SPSS versi 15.

Pengujian hipotesis yang dilakukan adalah uji-F (uji serempak) dan uji-t (uji parsial) pada tingkat kepercayaan (confident interval) 95% atau α = 5%. Uji-F menunjukkan bahwa semua variabel bebas yang diteliti mempunyai pengaruh yang signifikan secara serempak terhadap dividend payout ratio. Koefisien determinasi (R2) menunjukkan variabel bebas yang diteliti mampu menjelaskan variasi variabel terikat sebesar 34,1% dan sisanya 65,9% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Pada uji-t hanya variabel bebas debt to equity ratio yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio.

Kesimpulan penelitian adalah: 1) Cash ratio, debt to equity ratio, net profit margin, return on investment, dan tax rate mempunyai pengaruh yang signifikan secara serempak terhadap dividend payout ratio, 2) Secara parsial debt to equity ratio

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio. Kata Kunci: Dividend Payout Ratio


(7)

ABSTRACT

Manufacturer industries have great contribution to Gross Domestic Product, show in a number of manufacture companies that have been registered in Indonesia Stock Exchange from 2004 up to 2008. This case showed that the role of manufacture industries in Indonesian economic have dominant position. Decision of Dividend Company will involve two regard that concerned and mutual condition, in the interest of stock holder with their dividend and in the interest of company by return earning. This reflects that determining decision of the dividend in this case dividend payout ratio is influenced by many factors. One of the factors can be showed by performance finance of manufacture company pass through average liquidity ratio, solvability and profitability. Base on that short analysis, so it was formulate problem as: how did significant factors of cash ratio, debt to equity ratio, net profit margin, return on investment and tax rate concern dividend payout ratio at go public manufacture companies in Indonesia Stock Exchange.

The data used of the research are secondary that is yearly financial report of go public manufacture companies listed at Indonesia Stock exchange from 2004 up to 2008. The supporting theories of the research are financial ratio and decisions of dividend payment ratio. The approach of the research is qualitative descriptive by explanatory method by using multiple linier regression of SPSS Version of 15.

The hypothesis tests used are statistical of F-test and partial of t-test with confident interval 95% and level of significant 5%. The statistical of F-test shows that all independent variables significantly influence to dividend payout ratio. Determinant coefficient (R2) shows that independent variables are able to explain dependent variables of 34,1% and 65,9% remains are explained by un-research variables. While in the partial t-test, only independent variable of debt to equity ratio significantly influences to dividend payout ratio.

Conclusions of the research are: 1) Cash ratio, debt to equity ratio, net profit margin, return on investment, and tax rate have significant influence to dividend payout ratio wholly, 2) Debt to equity ratio has significant influence to dividend payout ratio partially.


(8)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Judul penelitian yang dilakukan penulis adalah: ”Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia.

Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), SpA(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Rismayani, SE., MS. selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sekaligus selaku Komisi Pembanding.

4. Bapak Drs. M. Lian Dalimunthe. MEc,Ac selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.


(9)

5. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si. selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini. 6. Ibu Dr. Khaira Amalia F, MBA, Ak dan Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME selaku Komisi

Pembanding atas saran dan kritik yang diberikan.

7. Bapak dan Ibu Dosen serta pegawai di Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

8. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Alm. Aliaman Lubis dan Ibunda Dra. Rohana Nadiah Tobing tercinta yang senantiasa memberikan dukungan dan doa.

9. Suami tercintaku Harmen Ilyas, SE dan anakku Alif Saputra Ilyas tersayang yang menjadi semangat bagi penulis dalam menempuh dan menyelesaikan studi ini 10.Adik-adikku tersayang, Briptu M. Yusuf Lubis dan Indah Sari Lubis, SPd atas

semangat yang mereka berikan.

11.Seluruh rekan-rekan mahasiswa Angkatan XIII di Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas bantuan dan kerja samanya selama penulis menempuh studi dan penulisan tesis ini.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat kepada seluruh pembaca. Semoga kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita semua. Amin.

Medan, 1 Juni 2010 Penulis,


(10)

RIWAYAT HIDUP

Fenty Fauziah, lahir di Medan tanggal 5 Januari 1975, anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Ayahanda Alm. Aliaman Lubis dan Ibunda Dra. Rohana Nadiah Tobing. Menikah dengan Harmen Ilyas, SE pada tahun 2008 dan memiliki seorang anak Alif Saputra Ilyas.

Pendidikan dimulai dari sekolah dasar di SD Negeri 0666656 Medan Denai, tamat dan lulus tahun 1987. Melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama di SMP Negeri 11 Medan, tamat dan lulus tahun 1990. Selanjutnya meneruskan pendidikan ke sekolah menengah atas di SMA Negeri 8 Medan, tamat dan lulus tahun 1993. Kemudian menyelesaikan jenjang pendidikan Diploma III Program Studi Akuntansi di Politeknik Universitas Sumatera Utara, Medan, tamat dan lulus tahun 1996. Setelah itu meneruskan jenjang Strata 1 (S-1) Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera, Medan, tamat dan lulus tahun 2001. Pada tahun 2007 melanjutkan pendidikan Strata 2 (S-2) Program Studi Magister Ilmu Manajemen di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Medan, 1 Juni 2010


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1. Latar Belakang Penelitian ... 1

I.2. Perumusan Masalah ... 5

I.3. Tujuan Penelitian ... 5

I.4. Manfaat Penelitian ... 5

I.5. Kerangka Berpikir ... 6

I.6. Hipotesis ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

II.1. Penelitian Terdahulu ... 12


(12)

II.3. Teori Tentang Dividen ... 18

II.3.1. Pengertian Dividen ... 18

II.3.2. Bentuk-Bentuk Dividen ... 19

II.4. Teori Tentang Kebijakan Dividen ... 20

II.4.1. Pengertian Kebijakan Dividen ... 20

II.4.2. Teori Kebijakan Dividen ... 22

II.4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen ... 24

II.5. Teori Contracting dalam Hubungannya dengan Kebijakan Dividen ... 29

II.6. Alternatif Pembayaran Dividen ... 31

II.7. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 36

III.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

III.2. Metode Penelitian ... 36

III.3. Populasi dan Sampel ... 37

III.3.1. Populasi ... 37

III.3.2. Sampel ... 37

III.4. Teknik Pengumpulan Data ... 38

III.5. Jenis dan Sumber Data ... 38


(13)

III.6.1. Identifikasi Variabel ... 38

III.6.2. Definisi Operasional Variabel ... 39

III.7. Metode Analisis Data ... 42

III.7.1. Analisis Regresi Linier Berganda ... 42

III.7.2. Pengujian Asumsi Klasik ... 44

III.7.2.1. Uji Normalitas ... 44

III.7.2.2. Uji Multikolinearitas ... 45

III.7.2.3. Uji Heteroskedastisitas ... 45

III.7.2.4. Uji Autokorelasi ... 46

III.7.3. Pengujian Hipotesis ... 47

III.7.3.1. Uji Secara Serempak (Uji-F)... 47

III.7.3.2. Uji Secara Parsial (Uji-t) ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ... 50

IV.1. Hasil Penelitian ... 50

IV.1.1. Gambaran Umum Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Bursa Efek Indonesia ... 50

IV.1.2. Deskripsi Data Penelitian ... 53

IV.1.3. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 55

IV.1.3.1. Hasil Uji Normalitas ... 55

IV.1.3.2. Hasil Uji Multikolinearitas ... 57

IV.1.3.3. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 58


(14)

IV.2. Pembahasan ... 59

IV.2.1. Koefisien Determinasi (R-Square) ... 60

IV.2.2. Hasil Uji Secara Serempak (Uji-F) ... 61

IV.2.3. Hasil Uji Secara Parsial (Uji-t) ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

V. 1. Kesimpulan ... 68

V. 2. Saran ... 69


(15)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

II.1. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu ... 15

III.1. Tarif Pajak Penghasilan Badan ... 40

III.2. Definisi Operasional Variabel ... 42

III.3. Pengambilam Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi ... 47

IV.1. Sampel Penelitian ... 52

IV.2. Deskripsi Data Penelitian ... 53

IV.3. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov (K-S) ... 57

IV.4. Hasil Uji Multikolinearitas ... 57

IV.5. Hasil Uji Autokorelasi ... 59

IV.6. Hasil Uji Determinasi ... 60

IV.7. Hasil Uji Secara Serempak (Uji-F) ... 61


(16)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

I.1. Kerangka Berpikir ... 10

IV.1. Hasil Uji Normalitas Melalui Histogram ... 55

IV.2. Hasil Uji Normalitas Melalui Normal P-Plot ... 56


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Daftar Nama Perusahaaan yang Menjadi Populasi Penelitian... 74

2. Daftar Nama Perusahaaan yang Menjadi Sampel Penelitian Berdasarkan Kriteria 1 dan 2... 76

3. Daftar Nama Perusahaaan yang Menjadi Sampel Penelitian... 78

4. Hasil Deskripsi Variabel... 79


(18)

ABSTRAK

Industri manufaktur memberikan kontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), hal ini tercermin dari jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2004 sampai tahun 2008. Hal ini menunjukkan bahwa peran industri menufaktur dalam perekonomian Indonesia mempunyai posisi yang dominan. Kebijakan dividen suatu perusahaan akan melibatkan dua pihak yang berkepentingan dan saling bertentangan, kepentingan para pemegang saham dengan dividennya, dan kepentingan perusahaan dengan laba ditahannya. Ini mencerminkan bahwa penentuan kebijakan dividen dalam hal ini dividend payout ratio sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor dapat ditunjukkan oleh kinerja keuangan perusahaan manufaktur melalui rata-rata rasio likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas. Berdasarkan uraian singkat tersebut, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: sejauhmana pengaruh cash ratio, debt to equity ratio, net profit margin,

return on investment dan tax rate terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu laporan keuangan tahunan dari 33 perusahaan manufaktur yang go public di bursa efek Indonesia selama tahun 2004 sampai tahun 2008. Teori yang mendukung penelitian ini adalah analisis rasio keuangan dan teori kebijakan dividen yang berhubungan dengan rasio pembayaran dividen. Pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan metode explanatory research, metode yang digunakan untuk analisis linier berganda dengan alat Bantu SPSS versi 15.

Pengujian hipotesis yang dilakukan adalah uji-F (uji serempak) dan uji-t (uji parsial) pada tingkat kepercayaan (confident interval) 95% atau α = 5%. Uji-F menunjukkan bahwa semua variabel bebas yang diteliti mempunyai pengaruh yang signifikan secara serempak terhadap dividend payout ratio. Koefisien determinasi (R2) menunjukkan variabel bebas yang diteliti mampu menjelaskan variasi variabel terikat sebesar 34,1% dan sisanya 65,9% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Pada uji-t hanya variabel bebas debt to equity ratio yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio.

Kesimpulan penelitian adalah: 1) Cash ratio, debt to equity ratio, net profit margin, return on investment, dan tax rate mempunyai pengaruh yang signifikan secara serempak terhadap dividend payout ratio, 2) Secara parsial debt to equity ratio

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio. Kata Kunci: Dividend Payout Ratio


(19)

ABSTRACT

Manufacturer industries have great contribution to Gross Domestic Product, show in a number of manufacture companies that have been registered in Indonesia Stock Exchange from 2004 up to 2008. This case showed that the role of manufacture industries in Indonesian economic have dominant position. Decision of Dividend Company will involve two regard that concerned and mutual condition, in the interest of stock holder with their dividend and in the interest of company by return earning. This reflects that determining decision of the dividend in this case dividend payout ratio is influenced by many factors. One of the factors can be showed by performance finance of manufacture company pass through average liquidity ratio, solvability and profitability. Base on that short analysis, so it was formulate problem as: how did significant factors of cash ratio, debt to equity ratio, net profit margin, return on investment and tax rate concern dividend payout ratio at go public manufacture companies in Indonesia Stock Exchange.

The data used of the research are secondary that is yearly financial report of go public manufacture companies listed at Indonesia Stock exchange from 2004 up to 2008. The supporting theories of the research are financial ratio and decisions of dividend payment ratio. The approach of the research is qualitative descriptive by explanatory method by using multiple linier regression of SPSS Version of 15.

The hypothesis tests used are statistical of F-test and partial of t-test with confident interval 95% and level of significant 5%. The statistical of F-test shows that all independent variables significantly influence to dividend payout ratio. Determinant coefficient (R2) shows that independent variables are able to explain dependent variables of 34,1% and 65,9% remains are explained by un-research variables. While in the partial t-test, only independent variable of debt to equity ratio significantly influences to dividend payout ratio.

Conclusions of the research are: 1) Cash ratio, debt to equity ratio, net profit margin, return on investment, and tax rate have significant influence to dividend payout ratio wholly, 2) Debt to equity ratio has significant influence to dividend payout ratio partially.


(20)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Penelitian

Perekonomian di Indonesia dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor industri manufaktur. Industri manufaktur memberikan kontribusi yang besar terhadap Produk Domestik Bruto {PDB). Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sampai tahun 2008 sebanyak 156 perusahaan dari 397 perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa peran serta industri manufaktur dalam perekonomian di Indonesia mempunyai posisi yang dominan.

Pada umumnya para investor mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraannya yaitu dengan mengharapkan pendapatan dalam bentuk dividen maupun capital gain. Di lain pihak perusahaan juga mengharapkan adanya pertumbuhan secara terus menerus untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, yang sekaligus juga harus memberikan kesejahteraan yang lebih besar kepada para pemegang sahamnya. Hal ini akan terjadi karena kebijakan dividen adalah sangat penting untuk memenuhi harapan para pemegang saham terhadap dividen, dan sisi lain juga tidak harus menghambat pertumbuhan perusahaan.

Para investor yang tidak bersedia mengambil resiko mempunyai pandangan bahwa semakin tinggi tingkat resiko suatu perusahaan, akan semakin tinggi juga tingkat keuntungan yang diharapkan sebagai hasil atau imbalan terhadap resiko tersebut. Selanjutnya dividen yang diterima pada saat ini akan mempunyai nilai yang


(21)

lebih tinggi dari pada capital gain yang akan diterima di masa yang akan datang. Dengan demikian investor yang tidak bersedia berspekulasi akan lebih menyukai dividen dari pada capital gain.

Investor dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu investor yang berani mengambil resiko (risk taker) dan investor yang tidak berani mengambil resiko (averse taker). Investor yang tidak berani mengambil resiko biasanya akan lebih menyukai perusahaan yang membayar dividen. Investor yang tergolong risk taker,

lebih mengharapkan mendapat capital gain, sehingga pengumuman tentang pembayaran dividen akan bereaksi secara negatif terhadap pengumuman dividen, karena mereka berpikir, bahwa perusahaan tidak akan melakukan investasi, dimasa yang akan datang, sehingga pada masa yang akan datang perusahaan tidak profitable

lagi.

Modigliani dan Miller (1961) dalam teorinya yang dikenal dengan ketidak relevanan (the irrelevance theory) dividen, mengatakan bahwa kebijakan dividen yang dilakukan oleh perusahaan tidak relevan. Menurut pandangan Modigliani dan Miller, kebanyakan investor merencanakan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham dari perusahaan bersangkutan atau perusahaan sejenis. Dengan kata lain, mereka mengatakan bahwa berapapun dividen yang dibayarkan oleh perusahaan, hal ini tidak akan mempengaruhi harga saham.

Kebijakan dividen suatu perusahaan akan melibatkan dua pihak yang berkepentingan dan saling bertentangan, kepentingan para pemegang saham dengan dividennya, dan kepentingan perusahaan dengan laba ditahannya, disamping itu juga


(22)

kepentingan bondholder yang dapat mempengaruhi besarnya dividen yang dibayarkan. Dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham tergantung kepada kebijakan masing-masing perusahaan, sehingga memerlukan pertimbangan yang lebih serius dari manajemen perusahaan. Kebijakan dividen pada hakikatnya adalah menentukan posisi keuntungan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham, dan yang akan ditahan sebagai bagian dari laba ditahan (Levy, 1996). Miller dan Modigliani (1961) telah mengembangkan irrelevant dividend, yang selanjutnya disusul dengan beberapa studi yang membahas tentang pembayaran dividen dengan berbagai variasi dengan memfokuskan pada ketidak sempurnaan pasar.

Krisis ekonomi global tahun 2008 yang dimulai di Amerika berimbas pada sektor riil yang menyebabkan banyak perusahaan besar mengalami kebangkrutan. Sebagai salah satu pelaku pasar, Indonesia tentunya tidak luput dari hantaman krisis ini. Salah satu indikasinya dilihat dari menurunnya nilai rupiah terhadap USD. Kondisi ini yang menyebabkan banyak perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia mengalami penurunan laba bahkan ada yang menderita kerugian, sehingga perusahaan tidak memberikan dividen kepada pemengang saham. Perusahaan yang tidak memberikan deviden kepada pemegang saham pada tahun 2008 misalnya PT. Alakasa Industrindo Tbk, PT. Cahaya kalbar Tbk, PT. Centex Tbk. Ini mencerminkan bahwa penentuan kebijakan dividen dalam hal ini dividend payout ratio sangat dipengaruhi oleh banyak faktor.

Salah satu faktor dapat ditunjukkan oleh kinerja keuangan perusahaan manufaktur melalui rata-rata rasio likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas perusahaan


(23)

manufaktur di Bursa Efek Indonesia selama periode 2004 hingga 2008. Rasio likuiditas, yaitu cash ratio rata-rata 0,80 kali, artinya rata-rata perusahaan tidak mampu melunasi seluruh hutang lancarnya dari kas yang tersedia, karena setiap melakukan hutang lancar perusahaan hanya mampu melunasi dari kas 0,80 kali. Rasio solvabilitas dilihat dari debt to equity ratio, rata-ratanya 0,89 kali. Tingkat profitabilitas dilihat dari return on investment rata-ratanya 10,7%. Angka ini menunjukkan bahwa keefektifan penggunaan aktiva dalam memperoleh laba bersih perusahaan selama periode tersebut umumnya cukup baik.

Pertumbuhan internal perusahaan dapat digambarkan oleh nilai perusahaan, karakteristik internal, kualitas perusahaan dan kinerja keuangan, serta prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Salah satu informasi yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan yaitu melalui data keuangan yang terdapat dalam suatu laporan keuangan. Keputusan yang tepat dalam kebijakan pembayaran dividen dapat memaksimumkan nilai perusahaan dan nilai pemegang sahamnya. Nilai perusahaan ditentukan oleh nilai modal sendiri dan nilai hutang. Namun bila dikaitkan dengan pergerakan harga saham ditunjukkan bahwa pembayaran dividen yang semakin besar cenderung akan meningkatkan harga saham.


(24)

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Sejauhmana pengaruh Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, Net Profit Margin, Return on Investment, dan Tax Rate terhadap dividend payout ratio

pada perusahaan manufaktur yang go publik di Bursa Efek Indonesia?

I.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, Net Profit Margin, Return on Investment, dan Tax Rate terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang go publik di Bursa Efek Indonesia.

I.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Bagi investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu informasi dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan investasi sehubungan dengan harapan untuk memperoleh dividen.

2. Bagi perusahaan (emiten), hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan pengambilan keputusan manajer dalam menetapkan kebijakan dividen sehubungan dengan penentuan sumber pendanaan (internal/eksternal) jika akan melakukan investasi.

3. Bagi peneliti, penelitian diharapkan dapat memperkaya wawasan ilmu pengetahuan bagi peneliti khususnya dalam bidang manajemen keuangan dan


(25)

memberikan kajian empiris tentang dampak informasi keuangan khususnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividend payout ratio. 4. Penelitian ini juga sebagai bahan referensi bagi peneliti atau mahasiswa lain yang

ingin mengembangkan penelitian selanjutnya.

I.5. Kerangka Berpikir

Kebijakan terhadap pembayaran dividen merupakan keputusan yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Kebijakan ini akan melibatkan dua pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda, yaitu pihak pertama para pemegang saham, dan pihak kedua perusahaan itu sendiri. Dividen diartikan sebagai pembayaran kepada para pemegang saham oleh pihak perusahaan atas keuntungan yang diperolehnya. Kebijakan dividen adalah kebijakan yang berhubungan dengan pembayaran dividen oleh pihak perusahaan, berupa penentuan besarnya pembayaran dividen dan besarnya laba ditahan untuk kepentingan pihak perusahaan. Jika manajemen dapat meningkatkan porsi laba perlembar saham yang dibayarkan sebagai dividen, maka mereka dapat meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham, hal ini tersirat bahwa keputusan dividen yaitu jumlah dividen yang dibayarkan merupakan suatu hal yang sangat penting.

Salah satu informasi yang dapat digunakan untuk menilai kesehatan keuangan dan kinerja perusahaan adalah informasi dalam laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut berisi informasi mengenai kinerja keuangan yang tampak dari aspek likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas perusahaan yang berbentuk rasio-rasio


(26)

keuangan. Rasio-rasio keuangan merupakan tolak ukur menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan yang menghubungkan data keuangan yang satu dengan yang lain. Menurut Sawir (2005), rasio keuangan dikelompokkan ke dalam 5 (lima) kelompok dasar, yaitu: likuiditas, leverage, aktivitas, profitabilitas dan penilaian. Analisis kinerja keuangan dengan rasio yang dikembangkan dalam hal ini diambil dari sudut investor (pemodal), sehingga yang menjadi fokusnya dilihat dari profitabilitas jangka pendek dan jangka panjang, laba dan dividen yang meningkat serta indikator pasar (Helfert, 1997). Dari berbagai macam rasio tersebut yang perlu diperhatikan baik oleh pemegang saham maupun oleh perusahaan adalah dividend payout ratio.

Menurut Gitosudarmo dan Basri (2002) besar kecilnya dividend payout ratio

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor likuiditas, kebutuhan dana untuk melunasi hutang, tingkat ekspansi yang direncanakan (laba yang diperoleh diprioritaskan untuk menambah aktiva), faktor pengawasan dan ketentuan dari pemerintah, yaitu ketentuan yang berkaitan dengan laba perusahaan maupun pembayaran dividen.

Penetapan dividend payout ratio harus dapat dirasakan manfaatnya bagi kepentingan perusahaan maupun pemegang saham. Bagi perusahaan, informasi yang terkandung dalam dividend payout ratio akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan jumlah pembagian dividen dan besarnya laba ditahan untuk mendukung operasional dan perkembangan perusahaan. Bagi pemegang saham atau investor, informasi yang terkandung dalam dividend payout ratio akan digunakan dalam pengambilan keputusan investasi. Apakah akan menanamkan dananya atau


(27)

tidak pada suatu perusahaan sehubungan dengan harapannya untuk mendapat keuntungan dari investasi.

Menurut Helfert (1997) ukuran kinerja keuangan dengan analisis rasio dari sudut pandang pemberi jaminan adalah yang pertama likuiditas perusahaan yang dapat dinilai melalui rasio lancar (current ratio) dan rasio kas (cash ratio) dan yang kedua leverage keuangan perusahaan yang dapat dinilai melalui hutang terhadap aktiva (DAR), hutang terhadap kapitalisasi dan hutang terhadap ekuitas (DER). Sedangkan dari sudut pandang investor adalah 1) Profitabilitas, yang terdiri dari laba atas total kekayaan bersih (ROI), Laba atas ekuitas (ROE) dan laba per lembar saham, 2) Disposisi laba, yang terdiri dari dividen dan pembayaran kembali/penahanan laba, 3) Indikator pasar, yang terdiri dari rasio harga, perbaikan arus kas, nilai pasar terhadap nilai buku.

Faktor yang diduga mempengaruhi dividend payout ratio dalam penelitian ini adalah: cash ratio, rasio ini dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar hutang yang harus segera dipenuhi (hutang lancar) dari kas yang tersedia dalam perusahaan dan dari surat berharga yang dapat segera diuangkan. Rasio ini mencerminkan kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang lancarnya lebih tepat waktu dibandingkan current ratio maupun quick ratio. Hal ini disebabkan karena current ratio mengandung akun piutang dagang dan persediaan sedangkan quick ratio mengandung akun piutang dagang dimana kedua akun tersebut relatif lama untuk berubah menjadi kas.


(28)

Aturan struktur finansial konservatif memberikan batas imbangan yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan mengenai besarnya modal asing dan modal sendiri. Diasumsikan bahwa pembelanjaan yang sehat itu pertama-tama harus dibangun dari modal sendiri yaitu modal yang tahan risiko maka aturan finansial tersebut menetapkan bahwa besarnya modal asing dalam keadaan bagaimanapun tidak boleh melebihi besarnya modal sendiri.

Jika perusahaan menggunakan modal yang berasal dari pinjaman maka akan menimbulkan beban tetap berupa bunga pinjaman. Namun jika perusahaan menggunakan modal yang berasal dari pemilik perusahaan (modal sendiri), maka perusahaan wajib memberikan balas jasa pada mereka dalam bentuk dividen. Jadi, semakin besar pembelanjaan perusahaan yang menggunakan modal dari para pemegang sahamnya maka semakin besar pula dividen yang harus dibagikan. Para kreditur umumnya senang bila rasio ini rendah, semakin rendah rasio tersebut berarti semakin tinggi tingkat pembelanjaan perusahaan yang disediakan oleh para pemegang saham dan semakin besar tingkat perlindungan kreditur dari kehilangan uang yang diinvestasikan ke perusahaan tersebut.

Menurut Sawir (2005) net profit margin adalah rasio yang membandingkan net income dengan penjualan bersih operasi (sales). Menurut Kuswadi (2006) ROI sama dengan ROA (return on asset) karena total investasi tidak lain adalah total utang ditambah modal, yang besarnya tercermin dalam nilai total harta (assets). Rasio ini dapat memberikan indikasi tetang baik buruknya manajemen dalam malaksanakan kontrol biaya ataupun pengelolaan hartanya. ROI merupakan salah satu rasio


(29)

profitabilitas sehingga jika dihubungkan dengan pembayaran dividen ada hubungan positif antara ROI dan pembayaran dividen. Semakin tinggi nilai ROI berarti semakin tinggi pula dividen yang dapat dibayarkan. Perubahan peraturan perpajakan dalam setiap periode akan mempengaruhi kebijakan dividen dan pembayaran dividen itu sendiri, sehingga tarif pajak yang berubah-ubah dan tarif yang tinggi mendorong perusahaan untuk menghindarinya.

Sehubungan dengan itu, penelitian ini menggunakan rasio keuangan yang diduga dapat mempengaruhi dividend payout ratio yaitu cash ratio, debt to equity ratio, net profit margin, return on investment, dan tax rate.

Dari uraian diatas maka kerangka berpikir dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar I.1. Kerangka Berpikir

Tax Rate Cash Ratio

Debt to Equity Ratio

Return on Investment

Dividend Payout Ratio Net Profit Margin


(30)

I.6. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah cash ratio, debt to equity ratio, net profit margin, return on investment, dan tax rate berpengaruh terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dividen telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya seperti Nasution (2004), Nasrul (2004), Hariani (2005), dan Fitriyani (2002). Penelitian terhadap dividend payout ratio yang dilakukan oleh Nasution (2004) berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur Go-Public di Bursa Efek Jakarta. Variabel bebas (independent variable) pada penelitian ini adalah posisi kas (cash position), potensi pertumbuhan (growth), ukuran perusahaan (firm size), rasio hutang terhadap modal (debt to equity ratio) dan profitabilitas (profitability). Jumlah sampel 37 perusahaan yang ditentukan oleh metode purposive sampling dengan batasan waktu dari tahun 1999 hingga tahun 2001 (3 tahun). Metode analisis data dengan regresi linier berganda, dan jenis data yang digunakan adalah

cross section dan time series.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa variabel bebas secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Secara Parsial variabel debt to equity ratio (DER) saja yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio.

Penelitian yang dilakukan oleh Nasrul (2004) mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio (DPR) namun dengan variabel bebas yang


(32)

berbeda, yaitu current ratio (CR), debt to equity ratio (DER), net profit margin

(NPM) dan return on investment (ROI) untuk periode 1999 hingga 2001.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan teknik sampling jenuh karena jumlah pupulasi yang relatif kecil yaitu sebesar 28 perusahaan manufaktur. Metode regresi linear berganda yang digunakan sebagai analisis data pada penelitian ini. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan secara serempak antara CR, DER, NPM, dan ROI terhadap DPR. Current ratio (CR) dan return on investment (ROI) yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio secara parsial.

Variabel-variabel yang mempengaruhi dividend payout ratio pada perusahaan publik di Indonesia juga diteliti oleh Hariani (2005) dengan periode penelitian dari tahun 2001 hingga tahun 2003 yaitu selama 3 tahun. Sampel yang digunakan 37 perusahaan dan ada 7 (tujuh) variabel bebas (independent variable) antara lain posisi kas (cash position), potensi pertumbuhan (growth), ukuran perusahaan (firm size), rasio hutang terhadap modal (debt to equity ratio), profitabilitas (profitability), tax rate, dan time interest earned. Analisis data yang digunakan adalah metode regeresi linear berganda dan pengujian asumsi klasik.

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa posisi kas (cash position), potensi pertumbuhan (growth), ukuran perusahaan (firm size), rasio hutang terhadap modal (debt to equity ratio), profitabilitas (profitability), tax rate, dan time interest earned memiliki pengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio secara simultan. Hanya variabel rasio hutang terhadap modal (debt to equity ratio) dan profitabilitas


(33)

(profitability) yang memiliki pengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio

secara parsial.

Penelitian ini juga dilakukan oleh Fitriani (2002) dengan judul “Analisis Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Industri. Manufaktur di Bursa Efek Jakarta” selama tahun 1997 sampai tahun 1999 menggunakan sampel sebanyak 55 perusahaan. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari cash ratio (CR), return on investment (ROI), return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER), firm size, dan devidend payout ratio tahun sebelumnya (DPRt-1) sebagai variabel bebas dan variabel terikatnya adalah dividend payout ratio tahun ini (DPRt). Metode analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pembagian deviden tahun ini, dividend payout ratio (DPRt) dipengaruhi oleh tingkat keuntungan yang tampak dari return on investment (ROI), dan dividend payout ratio (DPRt) tahun sebelumnya.


(34)

Secara ringkas hasil penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel II.1. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu

No

Nama Peneliti &

Tahun

Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Dari Penelitian

1 Fitriyani (2002)

Analisis Variabel-Variabel yang Mempengaruhi

Dividend Payout Ratio pada Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta

Variabel bebas: cash ratio, return on investment, return on equity, debt to equity ratio, firm size, dan dividend payout ratio tahun sebelumnya

Pembagian deviden tahun ini,

dividend payout ratio (DPRt) dipengaruhi oleh tingkat keuntungan yang tampak dari

return on investment dan

dividend payout ratio (DPRt) tahun sebelumnya. 2 Nasution (2004) Faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada perusahaan Manufaktur Go Publik di Bursa Efek Jakarta

Variabel bebas : posisi kas, potensi pertumbuhan, ukuran perusahaan, rasio hutang terhadap modal dan profitabilitas

Variabel bebas secara simultan mempunyai pengaruh

signifikan terdadap dividend payout ratio. Secara parsial variabel debt to equity ratio

mempunyai pengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio

3 Nasrul (2004)

Analisis faktor-faktor yang Mempengaruhi

Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur Go Publik di Bursa Efek Jakarta

Variabel bebas:

current ratio (CR),

debt to equity ratio

(DER), net profit margin (NPM) dan

return on investment

(ROI)

Terdapat pengaruh positif dan signifikan secara serempak antara CR, DER, NPM, dan ROI terhadap DPR..Secara parsial current ratio (CR) dan

return on investment (ROI) yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

dividend payout ratio.

4 Hariani (2005)

Analisis Variabel-variabel yang Mempengaruhi

Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Publik di Indonesia.

Variabel bebas: posisi kas , potensi pertumbuhan, ukuran perusahaan, rasio hutang terhadap modal, profitabilitas, tax rate, dan time interest earned

Posisi kas, potensi pertumbuhan, ukuran perusahaan, rasio hutang terhadap modal, profitabilitas,

tax rate, dan time interest earned memiliki pengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio secara simultan. Secara parsial hanya variabel rasio hutang terhadap modal (debt to equity ratio) dan profitabilitas (profitability) yang memiliki pengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio.


(35)

II.2. Teori Tentang Rasio Keuangan

Salah satu cara untuk mengetahui kesehatan keuangan atau kinerja suatu perusahaan dan masalah-masalah yang sedang dihadapinya adalah melalui analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan dapat membantu perusahaan dalam mendeteksi masalah-masalah yang dihadapi sehingga dapat dilakukan perbaikan-perbaikan untuk mencegah semakin memburuknya kondisi atau kesehatan perusahaan.

Harahap (2004) menyatakan bahwa rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya, sehingga dapat menilai secara tepat hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkan dengan rasio lain.

Keown, et al. (1999) Financial ratios restating the accounting data in relative terms to identify some of financial strengths and weaknesses of a company. The ratios give us two ways of making meaningful comparisons of a firm’s financial data: (1) we can examine the ratios across time (say for the last 5 years) to identify any trends; (2) we can compare the firm’s ratios with of other firms.

Pernyataan ini menjelaskan rasio keuangan adalah faktual perusahaan dengan mengidentifikasikan kekuatan-kekuatan keuangan dan kelemahan-kelemahan keuangan suatu persuahaan. Rasio keuangan akan memberi cara bagi analis untuk membuat perbandingan yang berarti dari data keuangan perusahaan melalui:


(36)

1. Waktu yang berbeda, artinya membandingkan rasio-rasio perusahaan yang sama dari laporan keuangan terdahulu.

2. Perusahaan lain yang berbeda, yang mempunyai skala dan lingkungan yang kurang lebih sama.

Menurut Keown, et al. (1999) we use financial ratios to answer questions about a firm’s aperations and to evaluate the companies financial performance. Specifically we can address fo important questions:

1. How liquid is the firm?

2. Is management generating adequate operating profits on the firm’s assets 3. How is the firm financing its assets?

4. Are the owners (stokeholders) receiving an adequate return on return on their investment?

Rasio keuangan memberikan dasar untuk menjawab beberapa pertanyaan penting berkaitan dengan kegiatan operasi perusahaan dan evaluasi kinerja keuangan perusahaan, antara lain:

1. Bagaimana likuiditas perusahaan? Likuiditas dengan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segenap utang atau kewajibannya.

2. Apakah manajemen menghasilkan cukup keuntungan dari aktiva perusahaan? Karena tujuan pedoman atas tingkat keuntungan perusahaan. Jika tingkat keuntungan itu tidak memadai dibandingkan dengan investasinya, maka perlu diadakan telaah lebih lanjut untuk mengungkapkan penyebabnya.

3. Bagaimana manajemen perusahaan membiayai investasinya? Keputusan ini mempunyai pengaruh langsung terhadap tingkat hasil bagi para pemegang saham umum.


(37)

4. Apakah pemegang saham umum menerima laba yang cukup dari investasinya? Tingkat hasil yang diperoleh investor merupakan pertimbangan pokok para investor dalam membeli saham perusahaan.

II.3. Teori Tentang Dividen II.3.1. Pengertian Dividen

Keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham dapat berupa

Capital gains dan dividend. Capital gains adalah perolehan keuntungan dari selisih lebih antara harga jual dengan harga beli saham, sedangkan dividen merupakan pendapatan yang diterima pemegang saham secara periodik dari sebagian laba bersih yang disisihkan oleh perusahaan. Dividen juga sebagai harapan bagi para investor, artinya pada titik tertentu para investor mengaharapkan adanya pembagian laba dari laba yang diperoleh perusahaan.

Dapat disimpulkan bahwa pengertian dasar dividen adalah pembayaran yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham sehubungan dengan keuntungan/laba yang diperoleh perusahaan.

Sundjaja dan Barlian (2002) menyatakan bahwa dividen tunai yang diharapkan merupakan variabel pengembalian utama dimana pemilik dan investor akan menentukan nilai saham. Dividen tunai adalah sumber dari aliran kas untuk pemegang saham dan memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang. Sedangkan Kieso dan Weygandt (1995) menyatakan bahwa pembagian dividen umumnya didasarkan pada akumulasi laba yaitu ditahan atau pada pos modal


(38)

lainnya seperti tambahan modal disetor. Dividen yang tidak didasarkan pada laba ditahan (dividen likuidasi) harus dijelaskan secukupnya pada lampiran pesan kepada pemegang saham sehingga tidak terjadi kesalah pahaman tentang sumbernya.

II.3.2. Bentuk-Bentuk Dividen

Kieso dan Weygrandt (1995) mengungkapkan bahwa dividen yang dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang sahamnya dapat berbentuk:

1. Cash dividend yaitu pembayaran dividen dalam bentuk tunai.

2. Stock dividend yaitu pembayaran dividen dalam bentuk saham dengan proporsi tertentu.

3. Script dividend (promisory notes) yaitu hutang dividen dalam bentuk script atau pembayaran dividen pada masa yang akan datang.

4. Property dividend yaitu pembayaran dividen dalam bentuk kekayaan seperti barang dagangan, real state atau investasi dalam bentuk lain yang dirancang oleh dewan direksi

Brealey and Myers (2004) most company pay a regular cash dividend each quarter, but occasionally this regular dividend is supplemented by one-off extra or special dividend. Dividends are not always ini the form of cash. Frequently companies also declare stock dividens.

Pernyataan di atas menjelaskan bahwa pada umumnya perusahaan membayarkan dividen tambahan atau spesial dividen kepada pemegang saham. Dividen tidak selalu dalam bentuk kas tetapi bisa juga dalam bentuk saham (stock dividend).


(39)

Menurut Brealey dan Myers (2004), ada beberapa macam bentuk dividen, yaitu: 1. Cash Dividend yaitu dividen yang diberikan kepada pemegang saham dalam

bentuk tunai. Bentuk ini sangat sering digunakan karena tingkat likuiditasnya cukup tinggi sehingga cenderung disukai oleh para pemegang saham.

2. Stock dividend yaitu dividen yang diberikan kepada pemegang saham dalam bentuk lembar saham. Bentuk ini pun sering digunakan, terutama jika perusahaan kesulitan menyediakan dividen dalam bentuk tunai.

3. Extra dividend yaitu dividen tambahan yang diberikan kepada pemegang saham jika perusahaan mendapatkan keuntungan besar. Namun bentuk dividen ini hanya bersifat sementara.

4. Noncash dividend plans seperti pemberian sample product dan dividend reinvestment plans (DRIP’S). Jika tidak dapat memberikan dividen dalam bentuk tunai maupun lembar saham, perusahaan dapat memberikan contoh produk yang akan dipasarkan lembar saham di bawah pasar.

II.4. Teori Tentang Kebijakan Dividen II.4.1. Pengertian Kebijakan Dividen

Manajemen memiliki 2 (dua) alternatif dalam perlakuannya terhadap penghasilan/laba bersih sesudah pajak (EAT) perusahaan, yaitu yang pertama dibagi kepada para pemegang saham perusahaan dalam bentuk dividend dan yang kedua diinvestasikan kambali kepada perusahaan sebagai laba ditahan (retained earning). Pada umumnnya sebagai EAT (earning after tax) dibagi dalam bentuk dividen dan


(40)

sebagian lagi diinvestasikan kembali, artinya manajemen harus membuat keputusan tentang besarnya EAT yang dibagikan sebagai dividen (Atmadja, 2003).

Kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan yang berkaitan dengan penentuan apakah keuntungan/laba perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan sebagai laba ditahan dan selanjutnya untuk diinvesatasikan kembali dimasa yang akan datang (Suhartono, 2004). Laba yang disimpan kembali atau laba ditahan merupakan salah satu sumber dana terpenting dalam membiayai pertumbuhan perusahaan, tetapi dividen membentuk arus yang mengalir ke tangan pemegang saham.

Ketika suatu perusahaan memutuskan berapa jumlah uang kas yang harus dibagikan kepada para pemegang saham, maka tujuan perusahaan harus diutamakan yaitu memaksimalkan nilai pemegang saham. Sehingga rasio pembayaran dividen

(dividend payout ratio) merupakan faktor yang harus dipertimbangkan, sedangkan jumlah dividen yang dibayarkan tergantung dari kebijakan setiap perusahaan.

Jika seluruh keuntungan yang dihasilkan perusahaan dibayarkan sebagai dividen kepada para pemegang saham maka perusahaan tidak memiliki cadangan dana (kepentingan akan laba yang ditahan terabaikan) untuk melakukan reinvestment.

Sebaliknya, jika seluruh keuntungan yang dihasilkan perusahaan akan tetap dipertahankan maka kepentingan pemegang saham akan terabaikan sehingga dapat menyebabkan hilangnya kesempatan untuk mendapatkan investor baru dan tidak dapat mengumumkan kenaikan dividen.


(41)

Kebijakan dividen yang optimal pada suatu perusahaan adalah kebijakan yang menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang (Brigham dan Houston, 2001).

II.4.2. Teori Kebijakan Dividen

Brigham dan Houston (2001) menyatakan bahwa ada tiga teori kebijakan dividen dari preferensi investor, yaitu: teori ketidak relevanan dividen, teori “bird in the hand” dan teori preferensi pajak.

1. Teori ketidakrelevanan dividen (dividend irrelevance theory)

Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Pendukung utama teori ketidak relevanan dividen ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani (MM). Mereka berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba dan resiko bisnisnya, artinya nilai suatu perusahaan tergantung semata-mata pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi diantara dividen dan laba yang ditahan.

2. Teori “bird in the hand

Myron Gordon dan John Linther berpendapat bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal karena komponen hasil dividen, resikonya lebih kecil. Miller dan Modigliani (MM) tidak setuju dan menganggap


(42)

pendapat Gordon-Linther sebagai kekeliruan “bird in the hand” karena menurut pandangan MM, kebanyakan investor merencanakan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham dari perusahaan bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan dalam beberapa kasus, tingkat risiko dari arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat risiko arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividennya.

3. Teori Preferensi Pajak

Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor mungkin lebih menyukai pembagian deviden yang rendah daripada yang tinggi, yaitu (1) Keuntungan modal dikenakan dengan pajak dengan tarif maksimum 28%, sedangkan pendapatan dividen dikenakan pajak dengan tarif efektif mencapai 39,6%, oleh karena itu, investor yang kaya (memiliki saham besar dan menerima sebagian besar dividen) mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba ke dalam perusahaan. (2) Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual, dan (3) Terhindar dari pajak keuntungan modal apabila saham yang dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal.

Keown, et al. (1990) “three basic views about dividend: (1) dividend policy is irrelevant (2) High dividends increase stock value, this views says dividends are more certain than capital gains, has been called the ‘bird-in-the-hand’ theory, The belief that dividend income has a higher value to the investor than does capitas gains income, because dividend are more certain than capital gains. (3) Low dividends increase stock value.”

Pernyataan di atas menjelaskan bahwa ada tiga pendapat mendasar tentang dividen, pendapat atau pandangan pertama yaitu “dividen adalah tidak relevan”.


(43)

Pendapat ini dikemukakan oleh Modigliani dan Miller (MM) yang berpendapat bahwa pembayaran dividen tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham, dan nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dari asset perusahaan. Pendapat kedua yaitu “dividen yang tinggi akan meningkatkan nilai saham”. Pendapat ini menyatakan bahwa investor lebih merasa aman untuk memperolah pendapatan berupa dividen daripada menunggu capital gains. Pendapat ini disebut

bird in the hand theory. Pendapat ketiga yaitu “dividen yang rendah akan baik meningkatkan nilai saham” maksud dari pernyataan tersebut adalah perusahaan lebih baik menentukan dividend payout ratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan dividen sama sekali untuk meminimumkan biaya modal dan memaksimumkan nilai perusahaan.

II.4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

Dalam memutuskan apakah keuntungan/laba perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan sebagai laba ditahan dan selanjutnya untuk dinvestasikan kembali di masa yang akan datang, maka kebijakan dividen ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sinuraya (1999) menyatakan bahwa faktor –faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah 1) peraturan hukum, 2) posisi likuiditas, 3) perlunya membayar kembali pinjaman (need to repay debt), 4) keterbatasan karena kontrak, 5) tingkat perluasan harta (rate of asset expansion), 6) tingkat keuntungan, 7) stabilitas keuntungan, 8) pintu ke pasar modal


(44)

(acces to the capital market), 9) laba yang diperoleh perusahaan untuk dibayarkan pada pemegang saham.

Menurut Weston dan Copeland (1993) kebijakan dividen dipengaruhi oleh undang-undang, posisi likuiditas, kebutuhan pelunasan utang, tingkat ekspansi aktiva, tingkat laba, stabilitas laba, akses ke pasar modal dan kendali perusahaan.

1. Undang-undang.

Ada undang-undang dan peraturan hukum yang menentukan bahwa dividen harus dibayar dari laba, baik laba tahun berjalan maupun laba tahun lalu yang ada pada laba ditahan (retained earning) pada neraca. Dividen tidak boleh diambil dari modal.

2. Posisi likuiditas.

Angka yang tercantum dalam laporan keuangan untuk pos laba ditahan, belum tentu sama dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Meskipun suatu perusahaan mempunyai catatan mengenai laba, perusahaan mungkin tidak dapat membayar dividen kas karena posisi likuitasnya. Suatu perusahaan yang sedang berkembang membutuhkan dana yang besar dalam perkembangannya sehingga meskipun memperoleh keuntungan besar dana tersebut digunakan untuk pembiayaan perusahaan, dan dalam kondisi seperti ini mungkin saja perusahaan tidak membayarkan dividennya.

3. Kebutuhan pelunasan utang

Suatu perusahaan yang memiliki utang pada saat pembayaran dividen dihadapkan pada dua pilihan yaitu pertama perusahaan dapat membayar utang itu pada saat


(45)

jatuh tempo dan menggantikannya dengan surat berharga lain atau yang kedua perusahaan melunasi utang tersebut. Apabila perusahaaan mengambil keputusan untuk melunasi utang tersebut maka jumlah dividen yang dibayarkan akan berkurang karena labanya digunakan untuk melunasi hutang perusahaan.

4. Tingkat ekspansi aktiva

Semakin cepat suatu perusahaan berkembang maka semakin besar pula kebutuhan untuk membiayai ekspansi perusahaannya. Kalau kebutuhan dana di masa depan semakin besar, perusahaan akan cenderung untuk menahan laba daripada membayarkannya sehingga ada kesempatan besar untuk melakukan investasi. Namun jika lebih mementingkan pembagian laba yang dibayarkan sebagai dividen, maka hanya sebagian saja laba yang tersisa untuk investasi. Jadi semakin tinggi tingkat ekspansi suatu perusahaan maka semakin besar kebutuhannya akan laba yang akan ditahan sehingga semakin kecil dividen yang dapat dibayarkan. 5. Tingkat laba

Tingkat hasil pengembalian yang diharapkan akan menentukan pilihan relatif untuk membayar laba tersebut dalam bentuk dividen kepada pemegang saham (yang akan menggunakan dana itu pada perusahaan lain) atau menggunakannya pada perusahaan tersebut.

6. Stabilitas laba

Suatu perusahaan yang mempunyai laba stabil sering kali dapat memperkirakan berapa besarnya laba di masa yang akan datang. Perusahaan seperti ini biasanya cenderung membayarkan laba dengan persentase yang lebih tinggi daripada


(46)

perusahaan yang labanya berfluktuasi. Perusahaan yang tidak stabil, tidak yakin apakah laba yang diharapkan pada tahun-tahun yang akan datang dapat tercapai sesuai harapan sehingga perusahaan cenderung untuk menahan sebagian besar laba saat ini. Pada perusahaan yang kondisi labanya belum stabil cenderung membayarkan dividen dalam jumlah yang relatif lebih rendah dari pada perusahaan yang labanya stabil.

7. Akses ke pasar modal

Suatu perusahaan yang besar, telah berjalan baik dan mempunyai catatan profitabilitas dan stabilitas laba akan mempunyai akses yang mudah ke pasar modal. Namun pada perusahaan kecil atau baru, kemampuan untuk menaikkan modalnya atau dana pinjaman dari pasar modal akan terbatas sehingga perusahaan seperti ini harus menahan lebih banyak laba untuk membiayai kegiatan operasionalisasi usahanya. Jadi perusahaan yang sudah mapan cenderung untuk memberi tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi dari pada perusahaan kecil atau baru.

8. Kendali perusahaan.

Sebagai suatu kebijakan, beberapa perusahaan melakukan ekspansi hanya sampai pada tingkat penggunaan laba internal saja. Kebijakan ini didukung oleh pendapat bahwa menghimpun dana melalui penjualan tambahan saham biasa akan mengurangi hutang kekuasaan kelompok dominan dalam perusahaan itu. Pada saat yang sama, mengambil hutang akan memperbesar risiko naik turunnya laba yang dihadapi pemilik perusahaan saat ini. Perusahaan perlu melakukan kendali


(47)

dalam melakukan ekspansi hanya sampai pada tingkat penggunaan laba internal saja karena jika berlebihan akan memperkecil pembayaran dividen.

Menurut Husnan dan Pudjiastuti (1998), dalam menentukan kebijakan dividen perlu memperhatikan faktor-faktor berikut ini:

1. Operating Cash Flow

Jika dana yang diperoleh dari operasi perusahaan dapat dipergunakan dengan menguntungkan maka dividen tidak perlu dibagikan terlalu besar. Jadi tidak benar bahwa perusahaan harus membagikan dividen sebesar-besarnya.

2. Tingkat laba

Karena ada keengganan untuk menurunkan pembayaran dividen per lembar saham, ada baiknya jika perusahaan menentukan dividen dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Dengan demikian, memudahkan perusahaan untuk meningkatkan dan tidak perlu segera menurunkan dividen jika laba menurun.

3. Kesempatan investasi

Jika perusahaan mengahadapi kesempatan investasi yang menguntungkan, lebih baik perusahaan mengurangi pembayaran dividen daripada menerbitkan saham baru. Penurunan pembayaran dividen mungkin akan diikuti oleh penurunan harga saham tapi jika pasar modal efisien maka harga saham akan menyesuaikan kembali dengan informasi yang sebenarnya (investasi yang menguntungkan). 4. Biaya transaksi

Jika investor ingin menjual saham, mereka terkena biaya transaksi (biaya transaksi di BEJ sekitar 0,4%). Dengan demikian jika tidak ada faktor pajak maka


(48)

menerima dividen akan lebih menguntungkan daripada memperoleh capital gains

sehingga investor cenderung memilih saham yang membagikan dividen secara teratur.

5. Pajak penghasilan

Karena investor juga membayar pajak penghasilan maka investor yang sudah berada dalam tax bracket yang tinggi (di Indonesia tax bracket tertinggi adalah 30%) mungkin akan lebih menyukai untuk tidak menerima dividen (karena harus membayar pajak) dan memilih menikmati capital gains. Jika sebagian besar pemegang saham merupakan investor yang mempunyai tax bracket tinggi, pembagian dividen akan cenderung tidak telalu besar.

II.5. Teori Contracting dalam Hubungannya dengan Kebijakan Dividen

Teori kontrak menggunakan asumsi utama bahwa pemilih akan kebijakan perusahaan ditujukan untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Dalam perspektif, dan akan memaksimumkan nilai akuntansi yang efisien, manajer akan memilih metode akuntansi yang dapat meminimumkan agency cost, dan akan memaksimumkan nilai perusahaan.

Smith dan Watts telah menguji perspektif efficiency contracting mereka menguji pengaruh antara ciri-ciri perusahaan dan kesempatan investasi. Smith dan Watts membuat prediksi mengenai arah hubungan antara kesempatan investasi dan kebijakan pendanaan, dividen dan kompensasi perusahaan. Mereka menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki peluang tumbuh diharapkan akan memiliki debt to


(49)

equity yang lebih rendah dalam struktur modal. Hal ini karena pembelanjaan melalui

equitas akan mengurangi agency problem yang potensial berasosiasi dengan hutang yang beresiko dalam struktur modalnya (Myers, 1977). Smith dan Watts (1992) juga menemukan bukti bahwa perusahaan tumbuh cenderung untuk mengikuti pembayaran dividen yang rendah untuk mengurangi agency problem yang berasosiasi dengan free cash flow. Secara keseluruhan mereka memberikan bukti yang mendukung pendapat bahwa keputusan kebijakan perusahaan dimotivasi oleh keinginan manajer untuk menyelesaikan konfik secara efisien antara perusahaan dengan pihak-pihak internal dan eksternal yang melakukan kontrak.

Menurut Smith dan Watts (1992) free cash flow perusahaan berkaitan dengan investasi dan kebijakan dividen. Semakin besar jumlah investasi dalam satu periode, semakin kecil dividen yang dibayarkan dan semakin besar perusahaan tersebut mengeluarkan equitas yang baru.

Ada argumen yang menguatkan dugaan tersebut yaitu Rozeeff (1982) yang mengemukakan bahwa pengeluaran equitas yang baru menurunkan agency cost

melalui penyediaan pengawasan yang efektif. Perusahaan yang memiliki pilihan tumbuh yang rendah jarang melakukan pengeluaran equitas yang baru jika perusahaan tersebut melakukan pembayaran dividen yang lebih sedikit. Perjanjian dividen yang menetapkan jumlah maksimum pembayaran dividen secara efektif memaksa persyaratan investasi yang minimum (Smith dan Warner, 1979, Kalay 1982), dengan demikian, akan mengurangi masalah investasi yang rendah. Semakin tinggi pembatasan kebijakan dividen, maka akan semakin sedikit kemungkinan


(50)

manajer untuk mengambil suatu proyek investasi yang memiliki nilai sekarang yang negatif. Perusahaan yang memiliki pilihan investasi yang menguntungkan akan mampu menghadapi pembatasan-pembatasan dividen. Sehingga perusahaan yang memiliki pilihan tumbuh yang lebih banyak diharapkan akan membayar dividen yang lebih rendah. Selanjutnya untuk perusahaan yang tumbuh, peningkatan dividen akan menjadi pertanda buruk karena dianggap perusahaan tersebut akan mengurangi rencana-rencana investasi (Hartono 1999).

II.6. Alternatif Pembayaran Dividen

Keputusan perusahaan dalam mengalokasikan dana bagi pembayaran dividen kebutuhan investasi harus disesuaikan bagi kepentingan perusahaan artinya suatu perusahaan mampu menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang.

Keown, et al. (1999) there are three alternatives dividend payment; (1)Constant dividend payout ratio, a dividend payment policy in which the percentage of earnings paid out in dividend is held constant. The dollar amount fluctuates from year as profits vary. (2) Stable dollar dividend per share, a dividend policy that maintains a relatively stable dollar dividend per share over time. (3) Regular dividend plus a year end extra, a dividend payment policy where the firm pays a small regular dividend plus an extra dividend only if the firm has experienced a good year.

Menurut Keown, et al. (1999) ada 3 (tiga) alternatif pembayaran dividen, yaitu: 1. Rasio pembayaran dividen yang konstan (Constant dividend payout ratio).

Dengan dividend payout yang konstan maka perusahaan menetapkan rasio yang tetap terhadap keuntungan. Berapapun keuntungan yang diperoleh maka jumlah dividen yang dibayarkan setiap tahunnya akan berbeda tergantung pada


(51)

keuntungan yang diperoleh. Hal ini tidak akan menjadi masalah sepanjang keuntungan yang diperoleh setiap periodenya selalu meningkat. Tetapi jika keuntungan yang diperoleh lebih kecil dari pada sebelumnya maka dividen yang akan dibayarkan pun menurun. Oleh karena itu, perusahaan yang menerapkan alternatif ini akan mengalami pembayaran dividen yang berfluktuasi sesuai dengan naik turunnya keuntungan yang diperoleh. Kebijakan ini cenderung tidak akan memaksimalkan nilai saham perusahaan (Sartono, 2000).

2. Jumlah pembayaran dividen yang stabil (stable dollar dividend per share).

Alternatif ini akan menyebabkan perusahaan membayar dividen dalam jumlah yang tetap untuk beberapa periode. Meskipun pada tahun berikutnya perusahaan memperoleh keuntungan lebih besar dari tahun sebelumnya atau lebih kecil dari tahun sebelumnya maka jumlah dividen yang dibayarkan akan tetap sama dengan tahun sebelumnya. Pembayaran akan dinaikkan jika perusahaan merasa yakin bahwa kenaikan itu dapat dipertahankan untuk penurunan dividen sampai benar-benar terbukti bahwa perusahaan tidak sanggup lagi membayarkannya. Alasan untuk memberikan dividen yang stabil dengan cara membiarkan dividend payout ratio berfluktuasi adalah agar harga pasar saham lebih tinggi (Sartono, 2000). 3. Jumlah pembayaran dividen tetap yang kecil ditambah dividen ekstra. (Reguler

dividend plusa year – end extra).

Untuk mengantisipasi terjadinya penurunan keuntungan yang diperoleh biasanya perusahaan menerapkan alternatif ini yaitu membayarkan dividen kepada pemegang sahamnya dalam jumlah kecil namun jika ada keuntungan yang


(52)

melonjak maka pada akhir periode perusahaan akan menambahkan dividen ekstra. Akan tetapi hal ini menyebabkan investor tidak dapat mengestimasi perolehan dividen dan menjadi ragu-ragu untuk menanamkan dananya. Namun menurut Sartono (2000), kebijakan ini merupakan yang moderat yaitu merupakan kompromi atas dua kebijakan tersebut diatas dan yang lebih fleksibel.

II.7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio

Dividend Payout Ratio adalah perbandingan antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan dalam bentuk persentase. Semakin tinggi dividend payout ratio akan menguntungkan para investor tetapi dari pihak perusahaan akan memperlemah internal financial karena memperkecil laba ditahan. Tetapi sebaliknya dividend payout ratio semakin kecil akan merugikan para pemegang saham dan internal finasial perusahaan semakin kuat (Gitosudarmo, 1992).

Sunjaya dan Barlian (2002) menyatakan bahwa pengertian rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) adalah persentase dari setiap rupiah yang dihasilkan dibagikan kepada pemilik dalam bentuk tunai dihitung dengan membagi dividen kas per saham dengan laba per saham. Keown, et al. (1999) menyatakan “Dividend payout ratio indicates the amount of dividends relative to the company’s net or earning per share”


(53)

Menurut Gitosudarmo (2002), besar kecilya dividend payout ratio dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini:

1. Faktor likuiditas, semakin tinggi likuiditas akan meningkatkan dividend payout ratio dan sebaliknya semakin rendah likuiditas akan menurunkan dividend payout ratio.

2. Kebutuhan dana untuk melunasi utang, semakin besar dana untuk melunasi utang baik untuk obligasi, hipotik dalam tahun tersebut yang diambilkan dari kas maka akan berakibat menurunkan dividend payout ratio dan sebaliknya.

3. Tingkat ekspansi yang direncanakan, semakin tinggi ekspansi yang direncanakan oleh perusahaan berakibat mengurangi dividend payout ratio karena laba yang diperoleh diprioritaskan untuk penambahan aktiva.

4. Faktor pengawasan, semakin terbukanya perusahaan akan memperkuat modal sendiri sehingga mengakibatkan kenaikan dividend payout ratio dan sebaliknya semakin tertutupnya perusahaan akan menurunkan dividend payout ratio.

5. Ketentuan dari pemerintah, ketentuan yang berkaitan dengan laba perusahaan maupun pembayaran dividen.

6. Pajak kekayaan/penghasilan dari pemegang saham, apabila para pemegang saham adalah ekonomi lemah yang bebas pajak maka dividend payout ratio lebih tinggi dibanding apabila pemegang saham para ekonomi kuat yang kena pajak.

Menurut Sinuraya (1999) menyatakan bahwa dalam menentukan pembagian deviden, faktor yang harus dipertimbangkan ada kemungkinan pengurangan pembayaran dividen disebabkan proyek perusahaan memburuk atau menghadapi


(54)

kesempatan investasi yang menguntungkan dan pembayaran yang stabil atas dividend payout ratio. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan sebagai berikut:

1. Faktor likuiditas, semakin likuid suatu perusahaan, maka akan semakin lancar dalam melakukan pembayaran dividen.

2. Biaya pengeluaran saham baru (emisi saham), karena penerbitan saham baru selalu mengakibatkan pengeluaran biaya, sekalipun secara kritis pembayaran dividen bisa diganti dengan penerbitan saham baru. Emisi saham mengakibatkan biaya modal baru akan lebih tinggi dari pada biaya modal laba ditahan. Umumnya

dividend payout ratio berkorelasi negatif dengan kebutuhan dana investasi.

3. Pengendalian kalau perusahaan emisi saham, maka pemilik saham lama akan mempunyai proporsi perusahaan yang berkurang sehingga pengendalian terhadap perusahaan akan berkurang.

4. Stabilitas keuntungan dan kebangkrutan, apabila perusahaan memperoleh keuntungan yang relatif stabil.

5. Biaya transaksi dan kebutuhan modal, secara teoritis kenaikan harga saham akan sama dengan jumlah dividen yang dibagikan, meskipun demikian hal ini bisa menyulitkan pemilik saham kalau tiba-tiba perusahaan memperkecil pembayaran dividennya, kalau hal ini dihubungkan dengan pola kebutuhan dana dari modal tersendiri.


(55)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Mei 2010.

III.2. Metode Penelitian.

Penelitian ini menggunakan pendekatan survei dengan menggunakan sampel dimana menurut Singarimbun dan Efendi (1985) bahwa: pengertian survei sampel dimana informasi dikumpulkan dari sebagian populasi untuk mewakili seluruh populasi.

Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif dimana menurut Nazir (2005) bahwa: metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Sifat penelitian ini adalah deskriptif eksplanatori (penjelasan), dimana menurut Singarimbun dan Efendi (1985) bahwa: penelitian penjelasan menyoroti hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesa yang telah dirumuskan sebelumnya


(56)

III.3. Populasi dan Sampel III.3.1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar (go public) di Bursa Efek Indonesia dan menerbitkan laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode tahun 2004 hingga 2008. Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 156 perusahaan.

III.3.2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dalam penelitian ini adalah metode

purposive sampling, yaitu metode penentuan sampel dengan menetapkan beberapa pertimbangan atau kriteria. Ada 3 (tiga) kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI sejak tahun 2004 dan tetap terdaftar di BEI hingga tahun 2008. Hal ini dimaksudkan untuk data yang berkesinambungan.

2. Perusahaan manufaktur yang telah menerbitkan laporan keuangan tahunan berturut-turut dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008.

3. Perusahaan manufaktur yang membayar dividen selama 5 (lima) tahun berturut-turut yaitu tahun 2004 sampai tahun 2008.

Sesuai kriteria diatas, maka sampel yang memenuhi adalah 33 (tiga puluh tiga) perusahaan manufaktur.


(57)

III.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumentasi yang dilakukan dengan cara mengakses situs resmi Bursa Efek Indonesia BAPEPAM (

III.5. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory 2004 -2008 yang memuat laporan keuangan perusahaan manufaktur untuk periode tahun 2004 sampai dengan tahun 2008.

Data penelitian ini bersumber dari Bursa Efek Indonesia (Indonesia Stock Exchange) melalui situs resmi Indonesia Stock Exchange (www.idx.co.id), Situs resmi BAPEPAM ( digunakan dalam penelitian ini merupakan gabungan data antar perusahaan (cross section) dan antar waktu (time series) atau pooled cross sectional and time series data.

III.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel III.6.1. Identifikasi Variabel

Variabel-variabel yang akan diuji pada penelitian ini adalah: 1. Variabel bebas (Independent variable) terdiri dari:

X1 =Cash Ratio


(1)

Lampiran 4: Hasil Deskripsi Variabel

Kode

No

Perusahaan

CR

DER

NPM

ROI

TAX

DPR

1

ANTM

2.24834

0.70021

0.27709

0.20768

0.29999

0.44578

2

APEX

0.74013

1.06184

0.09139

0.03917

0.29992

0.08791

3

AGM

0.65377

0.77562

0.04166

0.08837

0.29983

0.19127

4

AALI

0.78395

0.30678

0.26560

0.29634

0.29999

0.50024

5

ASGR

1.14420

1.00742

0.07901

0.08392

0.29976

0.73973

6

ASII

1.05791

0.96870

0.09280

0.10696

0.30000

0.39727

7

AUTO

0.36341

0.56699

0.08932

0.11015

0.29996

0.24769

8

BRNA

1.25515

1.53659

0.02498

0.02184

0.29934

0.42860

9

BATA

0.13390

0.55206

0.10935

0.15758

0.29966

0.42443

10

CLPI

0.13703

1.12328

0.03681

0.06902

0.29858

0.18133

11

DLTA

1.52536

0.30875

0.06440

0.09311

0.29975

0.24066

12

EKAD

1.17075

0.46129

0.04146

0.05880

0.29736

0.41705

13

FAST

0.84026

0.65599

0.05251

0.13804

0.29979

0.16124

14

GDYR

0.44587

1.04350

0.01912

0.03552

0.29968

0.15990

15

GGRM

0.07508

0.65409

0.06029

0.07143

0.29999

0.47587

16

HMSP

0.24623

1.21051

0.11260

0.22427

0.30000

0.64152

17

IGAR

2.01119

0.39379

0.06084

0.05314

0.29869

0.35614

18

INDF

0.34757

2.23966

0.02404

0.02661

0.29998

0.22991

19

KAEF

0.50728

0.46740

0.02642

0.04439

0.29980

0.32707

20

KLBF

1.75303

0.56162

0.10353

0.12625

0.29998

0.01825

21

LION

0.44215

0.24589

0.16188

0.13047

0.29950

0.21737

22

LTLS

0.17391

2.42881

0.02521

0.03210

0.29982

0.24449

23

MERCK

1.78327

0.20751

0.15969

0.27790

0.29984

0.40770

24

MLBI

0.18606

1.73916

0.11228

0.16030

0.29988

0.16167

25

MYOR

0.40812

0.73934

0.04726

0.05999

0.29987

0.23884

26

TCID

1.47539

0.13484

0.10255

0.15465

0.29988

0.37860

27

SCCO

0.07170

1.87269

0.01413

0.03071

0.29981

0.17180

28

SMGR

1.27265

0.46877

0.15193

0.16716

0.29999

0.27123

29

SMSM

0.07421

0.62577

0.07329

0.09326

0.29985

0.55751

30

SOBI

0.17518

0.64720

0.06634

0.08184

0.29977

0.43896

31

TSPC

2.45272

0.25526

0.10646

0.11906

0.29996

0.43603

32

TGKA

0.12449

2.73110

0.01151

0.03245

0.29947

0.51336

33

TINS

0.47866

0.69382

0.10063

0.15190

0.29996

0.29554

Variabel

CR

DER

NPM

ROI

TAX

DPR

Rata-rata

0.80482

0.89049

0.08504

0.10740

0.29969

0.33348

Standar Deviasi

0.691739338 0.6592589 0.0634588 0.0708561 0.0005335 0.1622262

Maksimum

2.45272

2.73110

0.27709

0.29634

0.30000

0.73973

Minimum

0.07170

0.13484

0.01151

0.02184

0.29736

0.01825


(2)

Lampiran 5: Hasil Output Regresi Linier Berganda

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N DPR .4874606 .42034459 33 CR .8048158 .69173951 33 DER .8904924 .65925915 33 NPM .0850061 .06349719 33 ROI .1073621 .07090086 33 TAX .2996864 .00053330 33

Correlations

DPR CR DER NPM ROI TAX

DPR 1.000 -.173 .520 -.124 -.050 .011

CR -.173 1.000 -.474 .407 .287 -.072

DER .520 -.474 1.000 -.466 -.471 .043

NPM -.124 .407 -.466 1.000 .850 .289

ROI -.050 .287 -.471 .850 1.000 .304

Pearson Correlation

TAX .011 -.072 .043 .289 .304 1.000

DPR . .167 .001 .247 .392 .477

CR .167 . .003 .009 .053 .345

DER .001 .003 . .003 .003 .406

NPM .247 .009 .003 . .000 .051

ROI .392 .053 .003 .000 . .043

Sig. (1-tailed)

TAX .477 .345 .406 .051 .043 .

DPR 33 33 33 33 33 33

CR 33 33 33 33 33 33

DER 33 33 33 33 33 33

NPM 33 33 33 33 33 33

ROI 33 33 33 33 33 33

N

TAX 33 33 33 33 33 33

Variables Entered/Removed(b)

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1 TAX, DER,

CR, ROI, NPM(a)

. Enter

a All requested variables entered. b Dependent Variable: DPR


(3)

Model Summary(b)

Model R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Change Statistics

R Square Change

F

Change df1 df2

Sig. F Change 1 .584

(a) .341 .219 .37151454 .341 2.793 5 27 .037 a Predictors: (Constant), TAX, DER, CR, ROI, NPM

b Dependent Variable: DPR

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig. Regressio

n 1.927 5 .385 2.793 .037(a)

Residual 3.727 27 .138

1

Total 5.654 32

a Predictors: (Constant), TAX, DER, CR, ROI, NPM b Dependent Variable: DPR

Coefficients(a)

M o d e l

Unstandardized Coefficients

Stand ardize d Coeffi

cients t Sig. Correlations Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta

Zero-order Partial Part Tolerance VIF 1 (Constant) 21.072 40.194 .524 .604

CR .059 .114 .097 .515 .611 -.173 .099 .080 .692 1.446 DER .438 .125 .687 3.502 .002 .520 .559 .547 .634 1.578 NPM -1.182 2.092 -.179 -.565 .577 -.124 -.108 -.088 .244 4.092 ROI 2.521 1.831 .425 1.377 .180 -.050 .256 .215 .256 3.907 TAX -70.714 134.304 -.090 -.527 .603 .011 -.101 -.082 .841 1.189 a Dependent Variable: DPR


(4)

Collinearity Diagnostics(a)

Model Dimension Eigenvalue

Condition

Index Variance Proportions

(Constant) CR DER NPM ROI TAX

1 1 4.817 1.000 .00 .01 .01 .00 .00 .00

2 .736 2.558 .00 .05 .16 .02 .01 .00

3 .308 3.957 .00 .60 .00 .04 .05 .00

4 .096 7.090 .00 .19 .73 .13 .00 .00

5 .043 10.583 .00 .13 .08 .80 .92 .00

6 .000 1930.417 1.00 .02 .03 .02 .02 1.00

a Dependent Variable: DPR

Residuals Statistics(a)

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value .1642812 1.1672589 .4874606 .24542336 33 Std. Predicted Value -1.317 2.770 .000 1.000 33 Standard Error of

Predicted Value .084 .297 .150 .051 33

Adjusted Predicted Value .1468087 1.1878636 .4819402 .24502622 33

Residual

-.75140238

1.0812311

2 .00000000 .34125789 33

Std. Residual -2.023 2.910 .000 .919 33

Stud. Residual -2.266 3.466 .006 1.023 33

Deleted Residual

-.94337356

1.5330907

1 .00552037 .42630865 33 Stud. Deleted Residual -2.471 4.564 .035 1.170 33

Mahal. Distance .673 19.508 4.848 4.287 33

Cook's Distance .000 .837 .044 .148 33

Centered Leverage Value .021 .610 .152 .134 33 a Dependent Variable: DPR

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Residual

N 33

Mean .9749

Normal Parameters(a,b)

Std. Deviation .59782

Absolute .229

Positive .229

Most Extreme Differences

Negative -.161

Kolmogorov-Smirnov Z 1.316

Asymp. Sig. (2-tailed) .063

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.


(5)

-3 -2 -1 0 1 2 3 Regression Standardized Residual 0

2 4 6 8 10 12

Frequency

Mean = 2.64E-16 Std. Dev. = 0.919 N = 33

Dependent Variable: DPR Histogram

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob 0.0

0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Ex

pe

cted Cum Prob

Dependent Variable: DPR


(6)

-2 -1 0 1 2 3

Regression Standardized Predicted Value

-2 0 2 4

Re

gression Studentized

Deleted (Press)

Residual

Dependent Variable: DPR Scatterplot