HUBUNGAN ANTARA PEMERINTAHAN SIPIL DAN P

HUBUNGAN ANTARA PEMERINTAHAN SIPIL DAN PERAN
MILITER DI INDONESIA

POLITIK MILITER
KELAS A POL 4

DISUSUN OLEH :
PRAYOGA UTOMO
155120507111028
ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
1
Negara adalah sebuah istilah yang secara terminologi berarti organisasi tertinggi di

antara satu kelompok masyarakat yang memiliki cita-cita untuk bersatu, hidup dalam suatu
kawasan, dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat. Suatu Negara haruslah memiliki
sedikitnya 3 unsur yang menjadikan Negara tersebut berdaulat di tengah-tengah negara
lainnya. Mahfud M.D. menyebutkan 3 unsur penting tersebut sebagai unsur konstitutif.
Unsur-unsur tersebut antara lain adalah : Rakyat, Wilayah, dan Pemerintah, ditambah dengan
pengakuan dari Negara lain. Berbicara tentang bentuk pemerintahan, kita mesti faham
terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan negara dan perbedaannya dengan pemerintah.
Seperti yang telah dijelaskan di awal, sejatinya negara adalah sebuah organisasi. Selayaknya
organisasi, maka negara pun memiliki peraturan, selain itu negara juga memiliki sebuah
badan yang berfungsi merumuskan, menjalankan dan mengawasi peraturan itu.
Selanjutnya, dalam perjalanannya berkembang menjadi beberapa bentuk pemerintahan,
sejarah mencatat banyak negara yang memiliki bentuk pemerintahan yang berbeda-beda
karena hal tersebut berdasar kepada para penguasa negara tersebut. Dalam konteks ini
muncul bentuk pemerintahan sipil dan pemerintahan militer. Tentu saja kedua bentuk
pemerintahan tersebut mempunyai karakteristik yang satu sama lain berbeda.Hubungan SipilMiliter adalah satu perkara yang amat penting bagi satu bangsa karena berpengaruh besar
kepada ketahanan nasionalnya. Hal itu juga berlaku bagi bangsa Indonesia.
Pengertian Hubungan Sipil-Militer semula tidak dikenal di Indonesia dan baru
dipergunakan setelah pengaruh dunia Barat, khususnya yang berpandangan liberal, makin
kuat. Mula-mula itupun terbatas pada kalangan terpelajar yang banyak berhubungan dengan
ilmu sosial yang berasal dari dunia barat. Akan tetapi lambat laun pengertian itu menyebar di

semua kalangan dan sekarang sudah menjadi pengertian yang diakui dan dipergunakan secara
umum di Indonesia. Perbedaan yang menonjol dalam penggunaan pengertian itu antara
mereka yang hidup dalam alam sosial barat dengan bangsa Indonesia yang menerima dan
menetapkan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia. Di dunia Barat yang
berpaham liberal Hubungan Sipil - Militer senantiasa berarti supremasi Sipil atas Militer,
sedangkan di Republik Indonesia yang berhaluan Pancasila tidak dengan sendirinya
Hubungan Sipil-Militer berarti supremasi sipil atas militer. Bahkan dengan memperhatikan
bahwa Panca Sila menekankan faktor kekeluargaan dan kerukunan justru tidak ada supremasi
satu golongan masyarakat atas yang lain, melainkan dalam kebersamaan memperjuangkan
dan mengusahakan hal yang terbaik bagi bangsa, negara dan masyarakat.
2

1 A. Ubaedillah dkk, Pendidikan Kewargaan, hal. 84
2 Nordlinger, Eric, Militer Dalam Politik,

1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari pemerintahan sipil dan karakteristiknya?
2. Bagaimana peran militer di Indonesia?
3. Apa Hubungan Pemerintahan Sipil dan Militer di Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari pemerintahan sipil dan karakteristiknya
2. Untuk mengetahui peran militer di Indonesia
3. Mengetahui hubungan yang tercipta antara Pemerintahan Sipil dan peran Militer di
Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pemerintahan Sipil
3
Sebelum berbicara tentang pemerintahan sipil, seyogyanya perlu diketahui arti dari
istilah pemerintahan. Menurut CF Strong dalam bukunya yang berjudul Modern Political
Construction terbit tahun 1960 dikemukakan bahwa pemerintah itu dalam arti luas meliputi
kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Pemerintah juga bertugas memelihara
perdamaian dan keamanan. Oleh karena itu pemerintah harus memiliki kekuasaan militer,
kekuasaan legislatif, dan kekuasaan keuangan
Adapun dalam melaksanakan pemerintahan, sejarah mengenal pula bentuk
pemerintahan sipil dan militer. Pembagian bentuk pemerintahan ini berdasarkan kriteria gaya
dan sifat memerintah sebuah pemerintah.
4


Sedangkan Sayidiman Suryohadiprojo menyatakan bahwa Perkataan Sipil
merupakan satu pengertian yang menyangkut kewarganegaraan (Website’s Ninth New
Collegiate Dictionary : Civil : relating to citizens). Atau dapat dikatakan bahwa Sipil adalah
segala sesuatu yang bersangkutan dengan masyarakat, atau warga negara pada umumnya.
2.2 Karakteristik Pemerintahan Sipil
Menurut Eric Nordlinger dalam bukunya “Militer dalam Politik” dikemukakan ada 3
bentuk pemerintahan sipil :
1. Pemerintahan sipil Tradisional
Bentuk pemerintahan sipil ini terjadi karena tidak adanya perbedaan antara sipil dan
militer, tanpa perbedaan maka tidak akan timbul konflik yang serius diantara mereka. dengan
demikian tidak terjadi campur tangan militer.
Bentuk pemerintahan sipil tradisional begitu berpengaruh di bawah sistem
pemerintahan kerajaan pada abad ke-17 dan 18, mereka cenderung untuk tidak menganggap
diri mereka sebagai politisi, walaupun ketika sedang memerintah mereka telah dicekoki
dengan ciri-ciri sikap politik yang sama, yang ternyata kurang dikembangkan oleh elit sipil.
2. Pemerintahan sipil Liberal
Model pemerintahan liberal didasarkan pada pemisahan para elit yang difokuskan pada
keahlian dan tanggung jawab kepada masing-masing pemegang jabatan tinggi di dalam
pemerintahan. Tapi sejalan dengan Model liberal, akan menutup kemungkinan dari pihajk

militer untuk menekuni dan berkutat pada arena dan kegiatan politik. Didalam tindakan dan
pelaksanaannya, pemerintah menghargai kedudukan, kepakaran, dan netralitas pihak militer.

3 Modern Political Construction terbit tahun 1960
4 Ninth New Collegiate Dictionary : Civil : relating to citizens

3. Pemerintahan sipil Serapan
Pada model serapan ini, pemerintahan sipil memperoleh pengabdian dan kesetiaan
dengan cara menanamkan ide untuk menyatakan ideologi, dan para ahli politik ke dalam
tubuh angkatan bersenjata mereka. Model serapan ini telah digunakan secara meluas dalam
rezim-rezim komunis. Militer dipisahkan dari bidang sipil karena keahlian profesionalnya,
tetapi sejalan dari segi ideologi.
Dalam sejarah, pemerintahan sipil ini banyak dianut oleh negara-negara barat, karena
kebanyakan dari mereka berideologi liberal yang memunculkan supremasi sipil atas militer
(civilian supremacy upon the military). Dengan kata lain militer adalah subordinat dari
pemerintahan sipil yang dipilih secara demokratis melalui pemilihan umum. Berbeda dengan
apa yang terjadi di Indonesia yang berideologikan Pancasila, sipil dan militer adalah satu
bagian, tidak ada supremasi di antara keduanya. Yang harus dimunculkan adalah bagaimana
hubungan keduanya dapat menjamin kerukunan hidup rakyat Indonesia itu sendiri. Sehingga
tercipta kebersamaan dalam memperjuangkan kepentingan bangsa.

Dalam hal ini muncul karakteristik pemerintahan sipil yang berpijak atas hubungannya
dengan militer, antara lain pemerintahan sipil adalah sebuah bentuk pemerintahan yang
bergaya sipil, semua keputusan pemerintah dapat menjadi perintah apabila telah
dimusyawarahkan terlebih dahulu dan diambil keputusannya dalam suatu pemungutan suara
(referendum). Dan telah mendapat pengesahan dari lembaga negara yang berwenang.
2.3 Pengertian Pemerintahan Militer
Masa Orde Baru di Indonesia telah berakhir dengan tergulingnya Presiden Soeharto
dari kursi Presidennya, dan dimulailah masa baru yang dinamakan Masa Reformasi. Sejalan
dengan runtuhnya rezim Soeharto, maka runtuh pula dominasi militer dalam politik
Indonesia, masa orde baru tersebut dikendalikan dengan sistem otoriter. Pada akhirnya,
TNI/ABRI sebagai pucuk militer di Indonesia harus menanggalkan dwifungsinya kembali ke
barak dan hanya memainkan peran sebagai alat pertahanan negara dari ancaman luar.
Perkataan Militer merupakan pengertian yang bersangkutan dengan kekuatan
bersenjata. Secara kongkrit perkataan Sipil di Indonesia adalah seluruh masyarakat,
sedangkan perkataan Militer berarti Tentara Nasional Indonesia, yaitu organisasi yang
merupakan kekuatan bersenjata dan yang harus menjaga kedaulatan negara Republik
Indonesia. Karena Sipil berarti masyarakat, maka sebenarnya Militer pun bagian dari
masyarakat. Oleh sebab itu di Indonesia sebelum terpengaruh oleh pandangan Barat dipahami
bahwa TNI adalah bagian tak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Bahkan yang menjadi
TNI adalah seluruh Rakyat yang sedang bertugas sebagai kekuatan bersenjata untuk membela

Negara.
Adapun yang dimaksud dengan pemerintahan militer adalah pemerintahan yang lebih
mengutamakan kecepatan pengambilan keputusan, keputusan diambil oleh pucuk pimpinan
tertinggi, sedang yang lainnya mengikuti keputusan itu sebagai perintah yang wajib diikuti -konsekuensi rantai komando dalam militer. Sebuah undang-undang dalam sebuah

pemerintahan militer dibuat oleh pucuk pimpinan tertinggi, tanpa menyerahkan rancangannya
kepada parlemen.
2.4 Karakteristik Pemerintahan Militer
5
Pemerintahan militer lebih merujuk ke arah gaya pemimpin suatu organisasi/ institusi/
negara. Dimana kepemimpinan itu sendiri memiliki hubungan yang erat antara seorang dan
sekelompok manusia, karena adanya kepentingan bersama; hubungan itu ditandai tingkah
laku yang tertuju dan terbimbing daripada manusia yang seorang itu; manusia atau orang ini
biasanya disebut yang memimpin atau pemimpin, sedangkan manusia yang mengikutinya
disebut yang dipimpin.
Gaya kepemimpinan pemerintahan militer ini memiliki karakteristik, sebagaimana
dikemukakan Ninik Widiyanti, adalah sebagai berikut:
Dalam pemerintahan militer, untuk menggerakkan bawahannya digunakan sistem
perintah yang biasa digunakan dalam ketentaraan, gerak geriknya senantiasa tergantung
kepada pangkat dan jabatannya senang akan formalitas yang berlebih-lebihan, menuntut

disiplin keras dan kaku dari bawahannya, senang akan upacara-upacara untuk berbagai-bagai
keadaan dan tidak menerima kritik dari bawahannya dan lain sebagainya. Dalam militer
tidak ada orang sipil di pemerintahannya, semuanya orang militer, tatanan sosial terlalu ketat,
seperti jam malam, tidak boleh demonstrasi, dan cara pemilihan pemimpin dilakukan secara
turun temurun
Selain Negara kita yang pernah didominasi oleh Militer, Negara lain yang bisa diambil
contoh melaksanakan pemerintahan militer, contoh Junta Militer di Burma (Myanmar), Kuba
Korea Utara, dan negara-negara di Amerika Latin.
Junta militer (diucapkan menurut ucapan bahasa Spanyol hun-ta) biasanya merujuk ke
suatu bentuk pemerintahan diktator militer. Dalam bahasa Spanyol, junta sendiri berarti
"(rapat) bersama", dan biasanya digunakan untuk berbagai kumpulan yang bersifat kolegial
(hubungan kerekanan).
Junta militer biasanya dipimpin oleh seorang perwira militer yang berpangkat tinggi.
Pemerintahan ini biasanya hanya dikuasai oleh satu orang perwira yang mengendalikan
hampir segala-galanya. Bentuk-bentuk junta militer yang terkenal adalah pemerintahan
Augusto Pinochet di Chili dan Proceso de Reorganización Nacional, diktator militer yang
terkenal karena kekejamannya di Argentina dari 1976 hingga 1983.

2.5 Hubungan Pemerintahan Sipil dan Peran Militer
Sebagai bangsa Indonesia kita mestinya bangga dengan TNI, karena apa? ternyata

Indonesia memperoleh peringkat yang luar biasa dalam bidang kemiliteran. Jadi sebenarnya
tidak beralasan kalau kita meremehkan tentara nasional kita. Menurut data yang diambil oleh
World Military Strengh Ranking. Militer Indonesia berada pada posisi ke-14 dari seluruh
negara di dunia ini, di atas negara-negara maju lainnya seperti Kanada, Australia, dsb.

5 Dra. Ninik Widiyanti, YW. Sunindhia,SH., Kepemimpinan dalam Masyarakat Modern

Menurut Jenderal Wiranto, ada tiga perkembangan ekstrem yang harus dicegah dalah
hubungan sipil militer di Indonesia, yaitu: pertama, military overreach, yaitu militer
menguasai berbagai aspek kehidupan masyarakat seperti pada masa orde baru; yang kedua,
subjective civilian control, yaitu kontrol subyektif pemerintahan sipil terhadap militer seperti
yang terjadi pada masa Demokrasi Terpimpin dan Demokrasi Parlementer; ketiga, pemisahan
rakyat dari ABRI.
6

7

Dalam pengarahannya kepada peserta Lokakarya Kepemimpinan Pertahanan 2010 di
Istana Negara, Jakarta, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, tidak perlu lagi
ada jarak antara militer dan non militer pada era demokrasi. Beliau juga menyatakan saat ini

tidak perlu lagi ada dikotomi antara sipil dan militer dalam mengemban tugas untuk negara.
"Dulu pernah ada jarak antara militer dan nonmiliter, antara mahasiswa di perguruan tinggi
dan taruna di akademi. Tapi dengan era demokrasi ini dengan perubahan di TNI tidak lagi
menjalankan politik praktis maka sudah tidak ada perbedaan," tutur Presiden.
Lalu, apakah artinya dalam konteks hubungan sipil-militer di Indonesia? Dalam sejarah
Indonesia, dikotomi sipil-militer bukanlah satu isu baru. Jika sejauh ini ABRI terkesan tidak
suka dan selalu mengelak adanya dikotomi sipil-militer di Indonesia, sikap semacam itu tidak
lepas dari penafsiran diri ABRI dalam konteks sejarah Indonesia. ABRI juga mudah curiga
kepada cendekiawan, seniman, aktivis LSM dan kalangan intelektual lain yang memang
selalu sangat antusias memperbincangkan hubungan sipil-militer, yang selalu melemparkan
isu-isu demokratisasi, kebebasan berpendapat dan HAM. Namun, benar juga bahwa hal ini
lalu membuat penafsiran terhadap batas-batas antara ranah politik dan perang, antara tugastugas sipil dan militer, makin tidak jelas. Antara perang dan politik ibarat dua sisi pada
sekeping mata uang. Perang adalah jalan lain dari politik. Ini lah yang terjadi pada awal
pembentukan Indonesia. Mereka adalah warga sipil, sehingga jabatan politik yang
didudukinya bukan dalam kerangka doktrin dwifungsi, tapi sebagai hak politik setiap warga
negara. Fungsi pertahanan keamanan sebagai TNI professional itu juga menuntut TNI untuk
hanya punya komitmen dan tangung jawab moral terhadap eksistensi Negara Kesatuan RI.
Konsekuensi moral professional dari komitmen dan tanggung jawab moral ini adalah bahwa
TNI hanya mempunyai loyalitas kepada Negara dan bukan kepada pemerintah. Loyalitas TNI
kepada pemerintah hanya sejauh pemerintah yang berkuasa. Tidak perduli sipil atau militer,

menjalankan kekuasaan negara sesuai dengan tuntutan dan cita-cita moral bangsa, yaitu demi
menjamin kehidupan bersama yang demokratis, adil, makmur, berprikemanusiaan dan
menjamin hak asasi manusia.

6 E-book, Ikrar Nusa Bhakti, Hubungan Baru Sipil Militer, hal 9
7 http://www.antaranews.com/berita/1280488947/presiden-tidak-perlu-ada-dikotomi-sipil-militer

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam melaksanakan pemerintahan, sejarah mengenal pula bentuk pemerintahan sipil
dan militer. Pembagian bentuk pemerintahan ini berdasarkan kriteria gaya dan sifat
memerintah sebuah pemerintah.
Pemerintahan Sipil adalah suatu bentuk pemerintahan yang menggunakan gaya sipil
dalam menjalankan kehidupan pemerintahannya, sedangkan pemerintahan militer adalah
suatu pemerintahan yang dipimpin oleh penguasa diktator yang mengandalkan gaya militer
yang sarat dengan disiplin dan kental dengan ketentaraan.
Hubungan antara Sipil dan Militer dalam sejarah lebih diungkapkan dalam bentuk
ekstrim karena kegagalan pemerintahan sipil yang menyebabkan terjadinya kudeta-kudeta,
dan ketidakstabilan rezim militer yang tidak punya opsi memerintah lebih baik dari
pemerintahan sipil. Sehingga pada akhirnya kedua hal tersebut tidak dapat berkembang sesuai
dengan tujuan yang dimilikinya.
Dan pada saat ini ketika semua hal dihadapkan kepada profesionalisme yang
menitikberatkan sejauhmana peran seorang warga negara terhadap negaranya, maka militer
memfokuskan diri dalam ranahnya sendiri, demikian pula dengan sipil yang sekarang
terintegrasi dalam bentuk yang lebih dinamis. Sehingga tidak akan terjadi supremasi sipil
terhadap militer.
3.2 Saran
Pergulatan politik antara ranah sipil dan militer telah menghasilkan supremasi di antara
kedua bentuk pemerintahan tersebut, maka seyogyanya untuk menghindari hal tersebut
diperlukan langkah perubahan ke arah yang positif sehingga akan memunculkan hubungan
yang baik antara sipil dan militer dan dapat menunjang kepada terciptanya ketahanan
nasional.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ubaedillah dkk, Pendidikan Kewargaan, (Jakarta : Kencana Prenada Media Grup,2008)
hal. 84
2. Eric Nordlinger, Militer dalam Politik ( Jakarta : Rineka Cipta 1994) hal 18-19.
3. CF Strong, Modern Political Construction. 1960
4. Ninth New Collegiate Dictionary : Civil : relating to citizens
5. Dra. Ninik Widiyanti, YW. Sunindhia,SH., Kepemimpinan dalam Masyarakat Modern,
Bina Aksara, Jakarta, 1988, hal 8-9
6. E-book, Ikrar Nusa Bhakti, Hubungan Baru Sipil Militer, hal
7. http://www.antaranews.com/berita/1280488947/presiden-tidak-perlu-ada-dikotomi-sipilmiliter