131397125 Perilaku SOSIAL 2 doc

Perilaku Sosial
a. Pengertian Perilaku Sosial
Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan
keharusan untuk menjamin keberadaan manusia (Rusli Ibrahim, 2001).
Sebagai bukti bahwa manusia dalam memnuhi kebutuhan hidup sebagai diri
pribadi tidak dapat melakukannya sendiri melainkan memerlukan bantuan dari
orang lain.Ada ikatan saling ketergantungan diantara satu orang dengan yang
lainnya. Artinya bahwa kelangsungan hidup manusia berlangsung dalam
suasana saling mendukung dalam kebersamaan. Untuk itu manusia dituntut
mampu bekerja sama, saling menghormati, tidak menggangu hak orang lain,
toleran dalam hidup bermasyarakat.
Menurut Krech, Crutchfield dan Ballachey (1982) dalam Rusli Ibrahim (2001),
perilaku sosial seseorang itu tampak dalam pola respons antar orang yang
dinyatakan dengan hubungan timbal balik antar pribadi. Perilaku sosial juga
identik dengan reaksi seseorang terhadap orang lain (Baron & Byrne, 1991
dalam Rusli Ibrahim, 2001). Perilaku itu ditunjukkan dengan perasaan,
tindakan, sikap keyakinan, kenangan, atau rasa hormat terhadap orang lain.
Perilaku sosial seseorang merupakan sifat relatif untuk menanggapi orang lain
dengan cara-cara yang berbeda-beda. Misalnya dalam melakukan kerja sama,
ada orang yang melakukannya dengan tekun, sabar dan selalu mementingkan
kepentingan bersama diatas kepentingan pribadinya. Sementara di pihak lain,

ada orang yang bermalas-malasan, tidak sabaran dan hanya ingin mencari
untung sendiri.
Sesungguhnya yang menjadi dasar dari uraian di atas adalah bahwa pada
hakikatnya manusia adalah makhluk sosial (W.A. Gerungan, 1978:28). Sejak
dilahirkan manusia membutuhkan pergaulan dengan orang lain untuk memuhi
kebutuhan biologisnya. Pada perkembangan menuju kedewasaan, interaksi
social diantara manusia dapat merealisasikan kehidupannya secara individual.
Hal ini dikarenakan jika tidak ada timbal balik dari interaksi sosial maka
manusia tidak dapat merealisasikan potensi-potensinya sebagai sosok individu
yang utuh sebagai hasil interaksi sosial. Potensi-potensi itu pada awalnya
dapat diketahui dari perilaku kesehariannya. Pada saat bersosialisasi maka
yang ditunjukkannya adalah perilaku sosial. Pembentukan perialku sosial
seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang bersifat internal maupun

yang bersifat eksternal. Pada aspek eksternal situasi sosial memegang
pernana yang cukup penting. Situasi sosial diartikan sebagai tiap-tiap situasi
di mana terdapat saling hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain
(W.A. Gerungan,1978:77). Dengan kata lain setiap situasi yang menyebabkan
terjadinya interaksi social dapatlah dikatakan sebagai situasi sosial. Contoh
situasi sosial misalnya di lingkungan pasar, pada saat rapat, atau dalam

lingkungan pembelajaran pendidikan jasmani.

b. Faktor-Faktor Pembentuk Perilaku Sosial
Baron dan Byrne berpendapat bahwa ada empat kategori utama yang dapat
membentuk perilaku sosial seseorang, yaitu :
1.

Perilaku dan karakteristik orang lain

Jika seseorang lebih sering bergaul dengan orang-orang yang memiliki
karakter santun, ada kemungkinan besar ia akan berperilaku seperti
kebanyakan orang-orang berkarakter santun dalam lingkungan pergaulannya.
Sebaliknya, jika ia bergaul dengan orang-orang berkarakter sombong, maka ia
akan terpengaruh oleh perilaku seperti itu. Pada aspek ini guru memegang
peranan penting sebagai sosok yang akan dapat mempengaruhi pembentukan
perilaku sosial siswa karena ia akan emberikan pengaruh yang cukup besar
dalam mengarahkan siswa untuk melakukan sesuatu perbuatan.
b. Proses kognitif
Ingatan dan pikiran yang memuat ide-ide, keyakinan dan pertimbangan yang
menjadi dasar kesadaran sosial seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku

sosialnya. Misalnya seorang calon pelatih yang terus berpikir agar kelak
dikemudian hari menjadi pelatih yang baik, menjadi idola bagi atletnya dan
orang lain akan terus berupaya dan berproses mengembangkan dan
memperbaiki dirinya dalam perilaku sosialnya. Contoh lain misalnya seorang
siswa karena selalu memperoleh tantangan dan pengalaman sukses dalam
pembelajaran penjas maka ia memiliki sikap positif terhadap aktivitas jasmani
yang ditunjukkan oleh perilaku sosialnya yang akan mendukung temantemannya untuk beraktivitas jasmani dengan benar.
c. Faktor lingkungan
Lingkungan alam terkadang dapat mempengaruhi perilaku sosial
seseorang.Misalnya orang yang berasal dari daerah pantai atau pegunungan

yang terbiasa berkata dengan keras, maka perilaku sosialnya seolah keras
pula, ketika berada di lingkungan masyarakat yang terbiasa lembut dan halus
dalambertutur kata.
d.

Tatar Budaya sebagai tampat perilaku dan pemikiran sosial itu terjadi

Misalnya, seseorang yang berasal dari etnis budaya tertentu mungkin
akanterasa berperilaku sosial aneh ketika berada dalam lingkungan

masyarakat yang beretnis budaya lain atau berbeda. Dalam konteks
pembelajaran pendidikan jasmani yang terpenting adalah untuk saling
menghargai perbedaan yang dimiliki oleh setiap anak.

c. Bentuk dan Jenis Perilaku Sosial
Bentuk dan perilaku sosial seseorang dapat pula ditunjukkan oleh sikap
sosialnya. Sikap menurut Akyas Azhari (2004:161) adalah “suatu cara
bereaksiterhadap suatu perangsang tertentu. Sedangkan sikap sosial
dinyatakan oleh cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap
obyek sosial yang menyebabkan terjadinya cara-cara tingkah laku yang
dinyatakan berulang-ulang terhadap salah satu obyek sosial (W.A. Gerungan,
1978:151-152).
Berbagai bentuk dan jenis perilaku sosial seseorang pada dasarnya merupakan
karakter atau ciri kepribadian yang dapat teramati ketika seseorang
berinteraksi dengan orang lain. Seperti dalam kehidupan berkelompok,
kecenderungan perilaku sosial seseorang yang menjadi anggota kelompok
akanakan terlihat jelas diantara anggota kelompok yang lainnya. Perilaku sosial
dapat dilihat melalui sifat-sifat dan pola respon antarpribadi, yaitu :

1. Kecenderungan Perilaku Peran

a.

Sifat pemberani dan pengecut secara sosial

Orang yang memiliki sifat pemberani secara sosial, biasanya dia
sukamempertahankan dan membela haknya, tidak malu-malu atau tidak
seganmelakukan sesuatu perbuatan yang sesuai norma di masyarakat dalam
mengedepankan kepentingan diri sendiri sekuat tenaga. Sedangkan
sifatpengecut menunjukkan perilaku atau keadaan sebaliknya, seperti kurang
suka mempertahankan haknya, malu dan segan berbuat
untukmengedepankan kepentingannya.

b.

Sifat berkuasa dan sifat patuh

Orang yang memiliki sifat sok berkuasa dalam perilaku sosial biasanya
ditunjukkan oleh perilaku seperti bertindak tegas, berorientasi kepada
kekuatan, percaya diri, berkemauan keras, suka memberi perintah dan
memimpin langsung. Sedangkan sifat yang patuh atau penyerah

menunjukkan perilaku sosial yang sebaliknya, misalnya kurang tegas dalam
bertindak, tidak suka memberi perintah dan tidak berorientasikepada
kekuatan dan kekerasan.
c.

Sifat inisiatif secara sosial dan pasif

Orang yang memiliki sifat inisiatif biasanya suka mengorganisasi kelompok,
tidak sauka mempersoalkan latar belakang, suka memberi masukan atau
saran-saran dalam berbagai pertemuan, dan biasanya suka mengambil alih
kepemimpinan. Sedangkan sifat orang yang pasif secara sosial ditunjukkan
oleh perilaku yang bertentangan dengan sifat orang yang aktif, misalnya
perilakunya yang dominan diam, kurang berinisiatif, tidak suka memberi saran
atau masukan.
d.

Sifat mandiri dan tergantung

Orang yang memiliki sifat mandiri biasanya membuat segala sesuatunya
dilakukan oleh dirinya sendiri, seperti membuat rencana sendiri, melakukan

sesuatu dengan cara-cara sendiri, tidak suak berusaha mencari nasihat atau
dukungan dari orang lain, dan secara emosiaonal cukup stabil. Sedangkan
sifat orang yang ketergantungan cenderung menunjukkan perilaku sosial
sebaliknya dari sifat orang mandiri, misalnya membuat rencana dan
melakukan segala sesuatu harus selalu mendapat saran dan dukungan orang
lain, dan keadaan emosionalnya relatif labil.

2. Kecenderungan perilaku dalam hubungan sosial
a.

Dapat diterima atau ditolak oleh orang lain

Orang yang memiliki sifat dapat diterima oleh orang lain biasanya tidak
berprasangka buruk terhadap orang lain, loyal, dipercaya, pemaaf dan tulus
menghargai kelebihan orang lain. Sementara sifat orang yang ditolak
biasanya suak mencari kesalahan dan tidak mengakui kelebihan orang lain.

b.

Suka bergaul dan tidak suka bergaul


Orang yang suka bergaul biasanya memiliki hubungan sosial yang baik,
senang bersama dengan yang lain dan senang bepergian. Sedangkan orang
yang tidak suak bergaul menunjukkan sifat dan perilaku yang sebaliknya.
c.

Sifat ramah dan tidak ramah

Orang yang ramah biasanya periang, hangat, terbuka, mudah didekati
orang,dan suka bersosialisasi. Sedang orang yang tidak ramah cenderung
bersifat sebaliknya.
d. Simpatik atau tidak simpatik
Orang yang memiliki sifat simpatik biasanya peduli terhadap perasaan dan
keinginan orang lain, murah hati dan suka membela orang tertindas.Sedangkan
orang yang tidak simpatik menunjukkna sifat-sifat yang sebaliknya.

3. Kecenderungan perilaku ekspresif
a. Sifat suka bersaing (tidak kooperatif) dan tidak suka bersaing (suka
bekerjasama)
Orang yang suka bersaing biasanya menganggap hubungan sosial sebagai

perlombaan, lawan adalah saingan yang harus dikalahkan, memperkaya
dirisendiri. Sedangkan orang yang tidak suka bersaing menunjukkan sifatsifatyang sebaliknya
b. Sifat agresif dan tidak agresif
Orang yang agresif biasanya suka menyerang orang lain baik
langsungataupun tidak langsung, pendendam, menentang atau tidak patuh
padapenguasa, suka bertengkar dan suka menyangkal. Sifat orang yang tidak
agresif menunjukkan perilaku yang sebaliknya.
c. Sifat kalem atau tenang secara sosial
Orang yang kalem biasanya tidak nyaman jika berbeda dengan orang lain,
mengalami kegugupan, malu, ragu-ragu, dan merasa terganggu jika
ditontonorang.

d. Sifat suka pamer atau menonjolkan diri
Orang yang suka pamer biasanya berperilaku berlebihan, suka mencari
pengakuan, berperilaku aneh untuk mencari perhatian orang lain.

Perilaku Sosial Individu Menurut Krech, et.al.
Sebagai makhluk sosial, seorang individu sejak lahir hingga sepanjang
hayatnya senantiasa berhubungan dengan individu lainnya atau dengan kata
lain melakukan relasi interpersonal. Dalam relasi interpersonal itu ditandai

dengan berbagai aktivitas tertentu, baik aktivitas yang dihasilkan berdasarkan
naluriah semata atau justru melalui proses pembelajaran tertentu. Berbagai
aktivitas individu dalam relasi interpersonal ini biasa disebut perilaku sosial.
Krech et. al. (1962:104-106) mengungkapkan bahwa untuk memahami perilaku
sosial individu, dapat dilihat dari kecenderungan-kecenderungan ciri-ciri
respon interpersonalnya, yang terdiri dari : (1) Kecenderungan Peranan ( Role
Disposition ); yaitu kecenderungan yang mengacu kepada tugas, kewajiban dan
posisi yang dimiliki seorang individu, (2) Kecenderungan Sosiometrik
(Sociometric Disposition ); yaitu kecenderungan yang bertautan dengan
kesukaan, kepercayaan terhadap individu lain, dan (3) Ekspressi ( Expression
Disposition ), yaitu kecenderungan yang bertautan dengan ekpresi diri dengan
menampilkan kebiasaaan-kebiasaan khas (particular fashion ).
Lebih jauh diuraikan pula bahwa dalam kecenderungan peranan (Role
Disposition) terdapat pula empat kecenderungan yang bipolar, yaitu :

1. Ascendance-Social Timidity,
Ascendance yaitu kecenderungan menampilkan keyakinan diri, dengan arah
berlawanannya social timidity yaitu takut dan malu bila bergaul dengan orang
lain, terutama yang belum dikenal.


2. Dominace-Submissive
Dominace yaitu kecenderungan untuk menguasai orang lain, dengan arah
berlawanannya kecenderungansubmissive , yaitu mudah menyerah dan tunduk
pada perlakuan orang lain.

3. Social Initiative-Social Passivity
social initiative yaitu kecenderungan untuk memimpin orang lain, dengan arah
yang berlawanannya social passivity yaitu kecenderungan pasif dan tak acuh.
4. Independent -Depence

Independent yaitu untuk bebas dari pengaruh orang lain, dengan arah
berlawanannya dependence yaitu kecenderungan untuk bergantung pada orang
lain.
Dengan demikian, perilaku sosial individu dilihat dari kecenderungan peranan
(role disposition ) dapat dikatakan memadai, manakala menunjukkan ciri-ciri
respons interpersonal sebagai berikut : (1) yakin akan kemampuannya dalam
bergaul secara sosial; (2) memiliki pengaruh yang kuat terhadap teman sebaya;
(3) mampu memimpin teman-teman dalam kelompok; dan (4) tidak mudah
terpengaruh orang lain dalam bergaul. Sebaliknya, perilaku sosial individu
dikatakan kurang atau tidak memadai manakala menunjukkan ciri-ciri respons
interpersonal sebagai berikut : (1) kurang mampu bergaul secara sosial; (2)
mudah menyerah dan tunduk pada perlakuan orang lain; (3) pasif dalam
mengelola kelompok; dan (4) tergantung kepada orang lain bila akan
melakukan suatu tindakan.
Kecenderungan-kecenderungan tersebut merupakan hasil dan pengaruh dari
faktor konstitutsional, pertumbuhan dan perkembangan individu dalam
lingkungan sosial tertentu dan pengalaman kegagalan dan keberhasilan
berperilaku pada masa lampau
Sementara itu, Buhler (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan
tahapan dan ciri-ciri perkembangan perilaku sosial individu sebagaimana dapat
dilihat dalam tabel berikut :
Tahap
Kanak-Kanak Awal ( 0 – 3)
Subyektif

Ciri-Ciri
Segala sesuatu dilihat berdasarkan
pandangan sendiri

Kritis I ( 3 – 4 )
Trozt Alter

Pembantah, keras kepala

Kanak – Kanak Akhir ( 4 – 6 )
Masa Subyektif Menuju
Masa Obyektif

Mulai bisa menyesuaikan diri dengan
aturan

Anak Sekolah ( 6 – 12 )
Masa Obyektif
Kritis II ( 12 – 13 )

Membandingkan dengan aturan –
aturan
Perilaku coba-coba, serba salah,

Masa Pre Puber
Remaja Awal ( 13 – 16 )
Masa Subyektif Menuju
Masa Obyektif
Remaja Akhir ( 16 – 18 )
Masa Obyektif

ingin diuji
Mulai menyadari adanya kenyataan
yang berbeda dengan sudut
pandangnya
Berperilaku sesuai dengan tuntutan
masyarakat dan kemampuan dirinya

Paradigma Perilaku Sosial
B.F Skinner mencoba menerjemahkan prinsip-prinsip psikologi aliran
behaviorisme kedalam sosiologi.
Skinner melihat kedua paradigma fakta sosial dan definisi sosial sebagai
perspektif yang bersifat mistik, dalam arti mengandung sesuatu persoalan yang
bersifat teka-teki, tidak dapat diterangkan secara rasional.
Dalam bukunya Beyond Freedom and Dignity, Skinner menyerang langsung
paradigma definisi sosial dan secara tidak langsung terhadap paradigma fakta
sosial. Konsep kultur yang didefinisikan oleh paradigma fakta sosial dinilai
mengandung ide yang bersifat tradisional khususnya mengenai nilai-nilai
sosial. Menurutnya pengertian kultur yang diciptakan itu tidak perlu disertai
dengan unsur mistik seperti ide dan nilai sosial itu. Alasannya karena orang
tidak dapat melihat secara nyata ide dan nilai-nilai dalam mempelajari
masyarakat.
Kebudayaan adalah tingkah laku yang terpola. Yang diperlukan adalah
pemahaman terhadap kemungkinan penguatan penggunaan paksa.
Skinner berusaha menghilangkan konsep voluntarisme Parson. Menurut
Skinner, pandangan yang menganggap manusia mempunyai bagian dalam yang
serba bebas adalah pandangan yang bersifat mistik dan berstatus metafisik
sehingga harus disingkirkan dari dalam ilmu sosial. Pandangan yang menilai
manusia mempunyai bagian dalam yang menentukan tindakannya itu hanya
diperlukan untuk menerangkan sesuatu yang memang belum mampu
diterangkan melalui berbagai cara yang ada. Eksistensinya tergantung kepada
ketidaktahuan dan ketidakmampuan untuk menerangkannya. Dalam hal ini
Paradigma Perilaku Sosial menyanggupi untuk menerangkannya.
POKOK PERSOALAN
Paradigma perilaku sosial memusatkan perhatiannya kepada antar hubungan
antara individu dan lingkungannya yang terdiri atas bermacam-macam obyek

sosial dan non sosial. Pokok persoalan sosiologi menurut paradigma ini adalah
tingkah laku individu yang berlangsung dalam hubungannnya dengan faktor
lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor
lingkungan yang menimbulkan perubahan terhadap tingkah laku.
Bagi paradigma perilaku sosial, individu kurang sekali memiliki kebebasan.
Tanggapan yang diberikannya ditentukan oleh sifat dasar stimulus yang datang
dari luar dirinya. Jadi tingkah laku manusia lebih bersifat mekanik.

TEORI-TEORI
Ada dua teori yang termasuk kedalam paradigma perilaku sosial :

1. Teori Behavioral Sociology
Teori ini dibangun dalam rangka menerapkan prinsip-prinsip psikologi perilaku
kedalam sosiologi. Memusatkan perhatiannya kepada hubungan antara akibat
dan tingkah laku yang terjadi didalam lingkungan aktor dengan tingkah laku
aktor. Konsep dasar Behavioral sociology adalah reenforcement yang berarti
ganjaran (reward). Tidak ada sesuatu yang melekat dalam obyek yang dapat
menimbulkan ganjaran. Perulangan tingkah laku tidak dapat dirumuskan
terlepas dari efeknya terhadap perilaku itu sendiri.

2. Teori Exchange
Tokoh utamanya George Homan. Teori ini dibangun sebagai reaksi terhadap
paradigma fakta sosial, terutama menyerang ide Durkheim secara langsung
dari tiga jurusan

a. Pandangan tentang emergence
Homan mengakui bahwa selama berlangsungnya proses interaksi, timbul suatu
fenomena
baru. Menurutnya untuk menerangkan fenomena yang timbul
dari proses interaksi tidak diperlukan proposisi baru lagi.

b. Pandangan tentang psikologi
Sosiologi pada akhir abad 19 masih merupakan anak angkat psikologi.
Sosiologi dewasa ini
sudah berdiri sendiri.

c. Metode penjelasan dari Durkheim
Menurut Durkheim obyek studi sosiologi adalah barang sesuatu dan sesuatu
yang dianggap
sebagai barang sesuatu. Barang sesuatu ini dapat
diterangkan bila dapat ditemukan faktorfaktor penyebabnya. Menurut
Homan fakta-fakta sosial tertentu yang selalu menjadi penyebab dari fakta
sosial yang lain belum merupakan suatu penjelasan. Yang perlu
dijelaskan adalah hubungan antara penyebab dan akibat dari hubungan itu
selalu
diterangkan oleh proposisi psikologi. Keterangannya mestilah

bersifat psikologi, artinya harus
diterangkan melalui pendekatan perilaku
(behavioral). Menurut Homan variabel-variabel
psikologi selalu
menjadi variabel perantara (intervening variables) diantara dua fakta sosial.
METODE
Paradigma perilaku sosial lebih banyak menggunakan metode eksperimen
dalam penelitiannya. Keutamaan metode eksperimen ini adalah memberikan
kemungkinan terhadap peneliti untuk mengontrol dengan ketat obyek dan
kondisi disekitarnya. Memungkinkan pula untuk membuat penilaian dengan
tingkat ketepatan yang tinggi terhadap efek dari perubahan-perubahan tingkah
laku aktor yang ditimbulkan dengan sengaja didalam eksperimen itu.
Kelompok Sosial
Kelompok sosial adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama
akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota
masyarakat. Kelompok juga dapat memengaruhi perilaku para anggotanya.

Macam kelompok sosial
Sekolah merupakan salah satu contoh kelompok sosial
Menurut Robert Bierstedt, kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan
berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial antara kelompok, dan
kesadaran jenis. Bierstedt kemudian membagi kelompok menjadi empat
macam:

Kelompok statistik, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki
hubungan sosial dan kesadaran jenis di antaranya. Contoh: Kelompok
penduduk usia 10-15 tahun di sebuah kecamatan.

Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompk yang memiliki persamaan
tetapi tidak mempunyai organisasi dan hubungan sosial di antara
anggotanya.


Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran
jenis dan berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terukat dalam
ikatan organisasi. Contoh: Kelompok pertemuan, kerabat.



Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai
kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi maupun
kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan
hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan organisasi
formal. Contoh: Negara, sekolah.

Faktor pembentuk
Bergabung dengan sebuah kelompok merupakan sesuatu yang murni dari diri
sendiri atau juga secara kebetulan. Misalnya, seseorang terlahir dalam
keluarga tertentu. Namun, ada juga yang merupakan sebuah pilihan. Dua

faktor utama yang tampaknya mengarahkan pilihan tersebut adalah kedekatan
dan kesamaan.

Kedekatan
Pengaruh tingkat kedekatan, atau kedekatan geografis, terhadap keterlibatan
seseorang dalam sebuah kelompok tidak bisa diukur. Kita membentuk
kelompok bermain dengan orang-orang di sekitar kita. Kita bergabung dengan
kelompok kegiatan sosial lokal. Kelompok tersusun atas individu-individu yang
salingberinteraksi. Semakin dekat jarak geografis antara dua orang, semakin
mungkin mereka saling melihat, berbicara, dan bersosialisasi. Singkatnya,
kedekatan fisik meningkatkan peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama
yang memungkinkan terbentuknya kelompok sosial. Jadi, kedekatan
menumbuhkan interaksi, yang memainkan peranan penting terhadap
terbentuknya kelompok pertemanan.

Kesamaan
Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik,
tetapi juga kesamaan di antara anggota-anggotanya. Sudah menjadi kebiasaan,
orang leih suka berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan dengan
dirinya. Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan minat, kepercayaan, nilai,
usia, tingkat intelejensi, atau karakter-karakter personal lain. Kesamaan juga
merupakan faktor utama dalam memilih calon pasangan untuk membentuk
kelompok sosial yang disebut keluarga.

Pembentukan norma kelompok
Perilaku kelompok, sebagaimana semua perilaku sosial, sangat dipengaruhi
oleh norma-norma yang berlaku dalam kelompok itu. Sebagaimana dalam
dunia sosial pada umumnya, kegiatan dalam kelompok tidak muncul secara
acak. Setiap kelompok memiliki suatu pandangan tentang perilaku mana yang
dianggap pantas untuk dijalankan para anggotanya, dan norma-norma ini
mengarahkan interaksi kelompok.
Norma muncul melalui proses interaksi yang perlahan-lahan di antara anggota
kelompok. Pada saat seseorang berprilaku tertentu pihak lain menilai
kepantasasn atau ketidakpantasan perilaku tersebut, atau menyarankan
perilaku alternatif (langsung atau tidak langsung). Norma terbetnuk dari
proses akumulatif interaksi kelompok. Jadi, ketika seseorang masuk ke dalam
sebuah kelompok, perlahan-lahan akan terbentuk norma, yaitu norma
kelompok.

Referensi :
1. file.upi.edu
2. akhmadsudrajat.wordpress.com

Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT
Rosda Karya Remaja.

Krech et.al.1962. Individual in Society. Tokyo : McGraw-Hill
Kogakasha.
3. henriprihantono.blogdetik.com (george ritzer,sosiologi ilmu pengetahuan
berparadigma ganda.)
4. id.wikipedia.org
5. http://dendibatinova.wordpress.com/2011/10/17/perilaku-siosial/