Gelar Budaya Taman Budaya sunda

PENGAJARAN TRADISI LISAN DI SEKOLAH
Oleh
Drs. Yusri Yusuf, M.Pd.

Indonesia memiliki keaneka-ragaman budaya hasil kecerdasan masyarakat yang
merupakan rekaman kehidupan. Di dalamnya dijumpai sejumlah pesan yg diwariskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya. Salah satunya adalah budaya tradisi lisan.
Dewasa ini, sebagian besar masyarakat berpikir bahwa budaya lokal tidak dapat
mengikuti irama zaman. Tradisi lisan dianggap tidak modern, dan mulai ditinggalkan
sehingga budaya lokal yang satu ini terancam hilang dari peradaban nusantara.
Permasalahan yang lain adalah iklim globalisasi yang masuk ke Indonesia
membawa pengaruh besar bagi terciptanya masyarakat modern Indonesia. Hal ini turut
mempengaruhi perkembangan cara berpikir masyarakat. Lambat laun masyarakat
tradisional mulai bertransformasi menjadi masyarakat modern, dan sedikit demi sedikit
akan meninggalkan budaya tradisional yang dimilikinya, apalagi pewarisan yang
dilakukan sangat lemah, hanya sebagian kecil dari mereka yang tetap mewarisi budaya
lisan dan sebagian besar lupa bahkan tidak tahu keberadaan budaya lisan tersebut.
Segala sesuatu yang dilakukan masyarakat modern Indonesia mulai mengikuti
pola kebudayaan barat. Akibatnya, Tradisi lisan yg sarat kearifan lokal ditinggalkan oleh
generasi muda.
Hakikat Tradisi Lisan; tradisi lisan merupakan kekayaan budaya dan kearifan

masyarakat yg diwariskan dari generasi ke generasi melalui tuturan. Tradisi lisan
mencakup: bahasa, sastra, kearifan masyarakat (ceritera rakyat, teka-teki, peribahasa,
nyanyian rakyat, mitologi, sejarah legenda, pantun, syair, hukum adat, teknologi,
pakaian, perhiasan, kuliner, alat musik, dan pengobatan) yang diwariskan dan
disampaikan dari mulut ke mulut.
Khusus Aceh (Bahasa dan Sastra): Dang Deria, Meurukon, Ca-e, Doda Idi, Hadih
Maja, Hikayat, Didong, Saman, dll. Tradisi lisan ini sangat kurang sekali
pengembangannya di Aceh. Upaya yang telah dilakukan oleh lembaga seni adalah
dengan memasukkan materi tradisi lisan ini pada televisi daerah, sehingga tradisi lisan
ini dapat disaksikan oleh masyarakat Aceh secara luas. Kondisi ini juga tidak dapat
dipastikan bahwa tradisi lisan ini telah dapat diterima atau diikuti oleh seluruh lapisan
masyarakat Aceh, namun situasi ini merupakan pencerminan bagaimana tradisi lisan ini
tetap dapat ditayangkan dan masyarakat yang menilai serta menerapkan dalam
kehidupannya sebagai anggota masyarakat.

1

Bidang/jenis tradisi lisan bahasa dan sastra diantaranya: Adat dan Adat Istiadat,
Kuliner, Pakaian dan Perhiasan, Permainan Rakyat dan Peralatan, Obat-obatan dan
Muerajah, kesenian.

Ciri Tradisi Lisan
1. Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, dari mulut ke mulut
dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
2. Bersifat tradisional, yaitu disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk
standar.
3. Berkembang dalam versi yang berbeda-beda, tetapi bentuk dasarnya tetap bertahan.
4. Bersifat anonim dan milik kolektif masyarakat.
5. Kata pembukanya misalnya. menurut sahibul hikayat. alkisah, syahdan, menurut yang
empunya cerita,
6. Bermanfaat dalam kehidupan kolektif, misalnya cerita rakyat berguna sebagai alat
pendidikan, pelipur lara, protes sosial, dan cerminan keinginan terpendam.
7. Bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika
umum.
Fungsi Tradisi Lisan (Folklor)
1. Sebagai sistem proyeksi, yakni sebagai alat pencermin angan-angan suatu kolektif.
2. Sebagai alat pengesahan pranata-pranata/lembaga-lembaga sosial dan kebudayaan.
3. Sebagai alat pendidik anak.
4. Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu
dipatuhi anggota kolektifnya.
5. Sebagai bagian dari budaya nusantara tradisi lisan seharusnya dijaga dan dilestarikan

oleh masyarakat pemiliknya, termasuk dalam pengajaran di sekolah.
Strategi Pengajarannya:
- Sebagai bahan ajar
- Sebagai media pembelajaran
- Sebagai sumber pengetahuan (ilmu) untuk materi pelajaran tertentu.
- Sebagai kegiatan ekstrakurikuler

2

Contoh Tradisi lisan:
Sidore ureug geujak mutee (Seseorang menumbuk padi)
Geulhat alee di cong limeng (Meletakkan alu di pokok belimbing)
Jipot angen, rheut alee (Bertiup angin, jatuhlah palu)
Teukeujot asee, jikab kameng (Terkejut anjing, menggigit kambing)
SIAPA YANG SALAH?
Referensi
Danandjaja, James. 2007. Folklor Indonesia, Gosip, Dongeng, dan Lain-lain. Jakarta:
Pustaka Utama Grafiti.
MPSS, Pudentia. 1998. Metodelogi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta: Yayasan Obor.
Sukatman, 2006. Butr-Butir Tradisi

Pembelajarannya. Raksbung.

Lisan

3

Indonesia:

Pengantar

Teori

dan

PEMBELAJARAN SENI KRIYA DI SEKOLAH
Oleh:
Muslizar, S.Pd., M.Pd.
A. Pengertian Seni Kriya
Seni kriya adalah cabang seni yang menekankan pada ketrampilan tangan yang
tinggi dalam proses pengerjaannya. Seni kriya berasal dari kata “Kr” (bhs Sanskerta)

yang berarti ‘mengerjakan’, dari akar kata tersebut kemudian menjadi karya, kriya dan
kerja. Dalam arti khusus adalah mengerjakan sesuatu untuk menghasilkan benda atau
obyek yang bernilai seni” (Prof. Dr. Timbul Haryono: 2002).
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian kriya adalah;
kerja, pekerjaan, perbuatan, yang dalam hal ini bisa diartikan sebagai penciptaan karya
seni yang didukung oleh ketrampilan (skill) yang tinggi.
Seni kriya sering disebut juga dengan istilah Handycraft yang berarti
kerajinan tangan. Seni kriya termasuk seni rupa terapan (applied art ) s e l a i n
m e m p u nya i a s p e k - a s p e k ke i n d a h a n j u g a m e n e k a n k a n a s p e k kegunaan
atau fungsi praktis. Artinya seni kriya adalah seni kerajinan tangan manusia
yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan peralatan kehidupan sehari-hari dengan
tidak melupakan pertimbangan artistik dan keindahan.
Kriya merupakan salah satu metoda kerja untuk aktivitas mendesain sekaligus
juga aktifitas ekspresi berkarya rupa. Praktika kriya selain aktifitas tersebut, juga lebih
ditekankan pada proses kerja (teknik pengerjaan), kemahiran berbuat yang lebih
mengutakan segi keunikan dari karya yang dihasilkan.
Keunikan akan muncul dari berbagai cara mulai dari pemilihan bahan (material),
ukuran, teknik kerja (craftsmanship), maupun penyatuan/penggabungan dengan
berbagai macam material. Selain itu, hal yang tidak kalah penting adalah pengetahuan
perancangan (konsep) karya yang akan dibuat seperti: fungsi, tema dan bentuk.

Pertimbangan unsure rupa seperti warna, tekstur, garis, bidang dan titik sangat penting
untuk kualitas sebuah karya yang labih menarik bagi yang menikmatinya.
Pemahaman dalam mengolah dan membaca gambar atau desain pun sangat
dipentingkan bagi seorang kriyawan/ pengrajin. Prinsip-pinsip pengolhan gambar
seperti proposi, keseimbangan, irama, kesan dalam, penonjolan salah satu objek (aksen)
dan olahan visual lainnya dalam proses kreasi merupakan modal dasar dalam
4

pembuatan dan penciptaan produk kriya. Kemampuan dalam menerjemahkan gambar
kerja juga merupakan hal yang sangat penting dimiliki oleh seorang kriyawan.
Oleh sebab itulah, pembuatan produk kriya hendaknya memahami hal-hal yang
dapat menghasilkan produk kriya yang berkualitas tinggi (higth Quality).

B. Unsur Yang Perlu Diperhatikan Dalam Berkarya Seni Kriya
Seni kriya mengutamakan terapan atau fungsi maka sebaiknya terpenuhi syaratsyarat sebagai berikut:
1. Utility atau aspek kegunaan


Security, yaitu jaminan tentang keamanan orang menggunakan barangbarang itu.




Comfortable,

yaitu

enaknya

digunakan.

Barang

yang

enak

d i g u n a k a n disebut barang terapan. Barang-barang terapan adalah


barang yang memiliki nilai praktis yang tinggi.

Flexibility , yaitu keluwesan penggunaan. Barang-barang seni kriya adalah
barang terap yaitu barang yang wujudnya sesuai dengan kegunaan atau
terapannya.

Barang

terap

dipersyaratkan

member

ke m u d a h a n

k e l uwe s a n p e n g g u n a a n a g a r p e m a k a i t i d a k mengalami

dan

kesulitan


dalam penggunaannya

2. Estetika atau syarat keindahan
Sebuah barang terapan betapapun enaknya dipakai jika tidak enak
dipandang maka pemakai barang itu tidak merasa puas. Keindahan dapat
menambah rasa senang, nyaman dan puas bagi pemakainya. Dorongan orang
memakai, memiliki, dan menyenangi menjadi lebih tinggi jika barang itu
diperindah dan berwujud estetik

C. Kompetensi Dalam Pembelajaran Seni Kriya
Kompetensi pembelajaran kriya pada setiap jenjang pendidikan pastilah
berbeda-beda. Tidak mungkin kompetensi untuk jenjang SMA di ajarkan di tingkat SMP.
Karena setiap jenjang pendidikan sudah mempunyai kurikulumnya tersendiri. Untuk itu,
5

tinggal kreativitas guru dan siswanya saja dalam menerjemahkan isi kurikulum
sehingga menciptakan karya seni rupa atau seni kriya yang mempunyai nilai seni tinggi.
Ada beberapa kompetensi/teknik seni kriya yang dapat dipelajari di sekolah,
tentunya harus menyesuaikan dengan jenjang dan karakteristik sekolah. Adapun
kompetensi tersebut adalah sebagai berikut :


1). Kompetensi Kriya tekstil
Kriya tekstil merupakan karya seni atau kerajinan yang dibuat dari bahan-bahan
utama tekstil yaitu berupa kain dan benang. Kriya tekstil adalah karya kerajinan tangan
yang merupakan hasil gagasan, ide, pikiran, perasaan, apresiasi, dan ciptaan manusia
yang memiliki nilai estetik, yang diwujudkan dalam bentuk benda melalui proses
kegiatan kreatif dengan menggunakan bahan utama dari tekstil.

Teknik atau Kompetensi yang dipelajari dari kriya tekstil :
a) Tenun
b) Batik:
c) Jumputan/ ikat celup
d) Makrame
e) Merajut
f) Menjahit
g) Membordir dan Sulam

Contoh Produk Kriya Tekstil:
Jenis produk kriya tekstil terbagi menjadi dua kelompok yaitu : benda hias dan
benda pakai atau perpaduan dari keduanya.

segala bentuk rancangan tenun, pakaian, rancangan motif, barang-barang rumah tangga
dan asesoris misal bando, pita, kipas, tas tangan, perlengkapan rumah tangga dan hiasan
6

ruangan misalnya taplak meja, kain korden, hiasan dinding, serbet makan, celemek,
sarung bantal, sprei dan sebagainya.

Gambar 1. Seni Terapan
2). Komptensi Kriya Kayu
Kriya kayu ialah suatu bidang kriya yang pekerjaannya membuat benda yang
mempunyai nilai fungsional maupun hias dengan menggunakan bahan kayu.
Dalam kriya kayu, terdapat pekerjaan tingkat dasar yang merupakan tingkat permulaan
Pekerjaan tingkat dasar: yaitu: Memotong, membelah dan menyerut/ mengetam.
Teknik Pengerjaan Kriya Kayu, terdiri dari;
a). Teknik Kerja Bangku,
b). Teknik Ukir,
c). Teknik Bubut,
d). Teknik Raut
e). Finishing
Pemilihan bahan kayu dapat menentukan ketepatan teknik dan bentuk benda
yang akan dibuat:
1. Raut : bahan kayu lunak
2. Kerja Bangku : Kayu sedang/kayu keras
3. Ukir : Kayu sedang/kayu keras
4. Bubut : Kayu sedang

7

Contoh Produk Kriya Kayu:
Sarung senjata tajam, tongkat, dan keperluan lain ,Alat musik seperti rebana, gendang,
gitar, Kursi, Almari, rak, Kereta, gerobak, Cobek, piring, lesung, dll

Gambar 2. Kriya Kayu
3). Kriya keramik
Kriya keramik adalah kerajinan yang menggunakan bahan baku dari tanah liat yang
melalui proses sedemikian rupa sehingga menghasilkan barang atau benda pakai dan
benda hias yang indah. Contohnya: gerabah, piring dan lain-lain
Teknik-teknik yang dipelajari dalam kriya keramik:
a). Teknik Pilin
b). Teknik Pijit
c). Teknik Slab (lempengan)
d). Teknik Putar
e). Teknik Cetak
f). Teknik Butsir
Contoh Produk Kriya Keramik:
Wadah pensil, guci, pot bunga, asbak, gelas, piring dll.

Gambar 3. Kriya Keramik
8

4.) Kriya Logam
Seni Kriya Logam adalah semua hasil karya manusia yang memerlukan keahlian
khusus dalam mengolah bahan yang berasal dari logam, seperti: besi, tembaga,
kuningan, aluminium dan maupun perak, emas, sehingga seni kriya logam sering juga
disebut kerajinan tangan. Seni kriya logam dihasilkan melalui keahlian manusia dalam
mengolah bahan mentah menjadi karya yang bernilai seni. Seni kriya dapat
dikelompokan berdasar tujuan penciptaan atau penggunaannya menjadi kriya
mempunyai fungsi : praktis, estetis, dan simbolis (religius).
Teknik atau kompetensi yang dipelajari dalam kriya logam:
a). Pengelasan : las listrik dan las oxyacetelyne
b). Patri : Patri keras dan Patri Lunak
c). Ukir Pelat : Ukir Jabung, Kerawang dan ukir tekan
d). Bubut
e). Pengecoran
f). Jawellery/Perhiasan
Contoh Produk Kriya Logam
Ukiran : kali grafi, Hiasan dinding dll
Produk Las: Tempat pot, teralis, furniture dll
Perhiasan: leontin,bross, cincin dll.

Gambar 4. Kriya Logam

9

5). Kriya Kulit
Seni kerajinan kulit, adalah kerajinan yang menggunakan bahan baku d a r i
kulit yang sudah dimasak, kulit mentah atau kulit sintetis.
Contohnya: tas, sepatu, wayang dan lain-lain
Kompetensi atau Teknik Pembuatan karya kriya kulit:
a) Menyeset kulit dengan pisau seset manual dan seset masinal
b) Menjahit kulit dengan tangan dan Mesin
c) Membentuk produk kulit dengan kulit perkamen
d) Membentuk produk kulit dengan teknik tatah sungging
e) Membuat produk kulit bentuk busana, Tas, Dompet dll
Contoh Produk Kriya Kulit:
Tas, Sepatu, dompet, kap lampu, wayang dll

Gambar 5. Kriya Kulit
6). Seni Kriya Anyaman
Anyaman bermaksud proses menyilangkan bahan-bahan daripada tumbuhtumbuhan untuk dijadikan satu rumpun yang kuat dan boleh digunakan. Bahan-bahan
tumbuhan yang boleh dianyam ialah lidi, rotan, akar, buluh, pandan, dan sebagainya.
Bahan ini biasanya mudah dikeringkan dan lembut.
Contohnya produk kriya anyaman:
10

topi, tas, keranjang,tikar, dompet, dan lain-lain

Gambar 6. Kriya Anyaman

PENUTUP
Kompetensi/teknik yang diajarkan di sekolah tidak hanya terbatas seperti yang telah
diuraikan di atas. Masih banyak hal yang perlu dikaji dan digali untuk mengasah
kreativitas dan diekpresikan melalui penciptaan karya seni rupa ataupun seni kriya.
Pemanfaatan berbagai media/material /bahan untuk berkarya dapat menambah
pengalaman dalam berkreasi seni rupa ataupun seni kriya.

…..Selamat Berkarya….

11

Pengajaran Seni Tari
Oleh
Anton Setiabudi, S.Pd., M.Sn

A. Latar Belakang
Pengajaran merupakan kegiatan dalam proses implementasi kurikulum yang
dilakukan oleh guru, agar siswa dapat mengalami pengalaman belajar dengan baik dan
benar. Pengajaran merupakan jalan yang ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai
tujuan instruksional. Menurut Darsono,dkk (2000:1) Belajar dan pembelajaran adalah
suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Manusia dapat
mengembangkan potensi-potensi yang dibawanya dari sejak lahir. Aktualisasi ini sangat
berguna bagi manusia untuk dapat menyesuaikan diri demi pemenuhan segala
kebutuhan hidup. Tanpa belajar manusia tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhankebutuhannya. Kebutuhan belajar dan pengajaran dapat berlangsung di mana-mana,
baik di lingkungan keluarga, di sekolah dan masyarakat.
Menurut Slameto (2003:2) “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan. Sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungannya”. Dalyono (2005:49) menyatakan “belajar adalah suatu usaha, perbuatan
yang dilakukan secara sungguh-sungguh dengan sistematis, mendayagunakan semua
potensi yang dimiliki, baik fisik, maupun mental serta panca indra, otak dan anggota
tubuh lainnya”.
Ada dua kompetensi initi yang semestinya menjadi bahan pertimbangan dalam
pengajaran seni tari di sekolah, yaitu kompetensi yang terkait dengan mengapresiasikan
karya seni tari dan kompetensi mengekspresikan diri melalui karya seni tari.
Kompetensi dasar dalam pembelajaran seni tari terfokus pada dua paradigma yaitu
keilmuan/ kajian seni tari yang sering disebut dengan kajian konstekstual dan kajian
yang terkait dengan tekstual. Pendekatan kontekstual berupaya untuk mengidentifikasi
berbagai nilai yang terkandung dalam suatu tari dan fungsi tari dalam masyarakat
pemiliknya. Sementara yang dipakai dalam pendekatan tekstual lebih fokus untuk
mengidentifikasi gagasan dan ide yang diwujudkan dalam susunan gerak, musik iringan,
12

kostum dan rias, pola lantai, properti tari dan lain-lain yang tertangkap dengan dengan
panca indra.
B. Permasalahan
Dari berbagai pertemuan formal dan non formal oleh beberapa pihak (guru dan
kepala sekolah) ada beberapa masalah yang terjadi dalam pengajaran seni tari di
sekolah. Permasalahan tersebut sering membuat proses pengajaran seni tari di sekolah
relatif tidak mencapai tujuan sasaran yang diharapkan, sesuai dengan kompetensi inti
yang direncanakan. Untuk lebih jelas permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran
seni tari, terkait dengan apresiasi dan ekspresi dapat disimpulkan menjadi tiga, yaitu 1)
Kurangnya minat dan motivasi peserta didik untuk mempelajari seni tari tradisional dan
tari nusantara. 2). Kurangnya tenaga pengajar yang benar-benar mahir untuk menarikan
tari tradisional dan tari nusantara. 3) Kurangnya dukungan dari berbagai pihak dan
kurang tersedianya fasilitas pendukung di sekolah.
C. Strategi Pemecahan Masalah.
Ada berbagai strategi pendekatan dalam menjawab permasalahan yang telah
dirumuskan di atas. Tentunya ini tidak menjadi parameter dan acuan yang tepat, karena
untuk menjawab apalagi menyelesaikan berbagai permasalahan tersebut membutuhkan
analisa dan kajian yang dalam dengan melakukan penelitian serius. Dalam kesempatan
ini ada beberapa strategi pemecahan masalah yang menjadi fokus diskusi kita nanti.
Untuk memberi gambaran awal dari permasalahn yang terjadi, terkait hal tersebut
kiranya seorang guru berupaya dengan segenap kemampuannya untuk terus melakukan
sosialisasi dan menumbuhkan minat motivasi peserta didik, memberi kesadaran pada
peserta didik dalam berbagai kesempatan ruang belajar terkait dengan apresiasi dan
ekspresi karya seni tari. Usaha dan strategi ini dapat dilakukan dengan memberi
stimulasi pada peserta didik secara perlahan-lahan (bila perlu memaksanya) melalui
berbagai media yang ada, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk
menjawab permasalahan yang kedua semestinya adanya upaya yang cerdas dan berani
untuk terus belajar, membuka diri dan kemauan keras mengikuti pelatihan (workshop
tari dan magang) secara terus-menerus di berbagai kesempatan, sehingga tenaga
pendidikan (guru) seni tari secara perlahan menguasai dan mahir menarikan berbagai
tari tradisional dan tari nusantara yang ada. Permasalahan ini juga terkait oleh seberapa
13

besarnya kualitas alumni yang dilahirkan oleh lembaga pendidikan. Upaya untuk
mensinergikan guru tari dengan kebutuhan riil di lapangan dan kurikulum yang berlaku,
dengan berbagai metode dan strategi pembelajaran seni tari pada peserta didik.
Mengasah kompetensi guru dan memberikan pelatihan berjenjang. Membangun
komunikasi yang baik, melakukan serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan
pengembangan praktik seni tari sehingga peserta didik memperoleh pengalaman
estetis, menumbuhkembangkan bakat dan minat yang dimiliki peserta didik sehingga
secara langsung dapat meningkatkan pengajaran dengan kata lain membangun karakter
peserta didik.
D. Prosedur Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran seni tari di sekolah disesuaikan dengan
kurikulum yang berlaku. Dalam proses pengajarannya selalu dilengkapi dengan
perangkat pembelajaran yang baik, yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Isi
materi tari biasanya pada tataran apresiasi dan ekspresi, untuk itu sangat penting
diperhatikan pemilihan materi tari yang dapat diajarkan untuk semua peserta didik.
Pada kesempatan yang lain di sekolah-sekolah telah memiliki kegiatan
ekstrakurikuler di mana kegiatan ini menjadi barometer kemunculan sekolah-sekolah di
suatu daerah. Jika kegiatan ekstrakurikulernya baik dan sering tampil mengikuti
berbagai ajang kreativitas yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga dalam eventevent tertentu, maka pengembangan kegiatan ini dapat berlangsung dan langsung dapat
diapresiasi oleh setiap peserta didik, jika sekolah belum memiliki kegiatan
ekstrakurikuler maka sebaiknya dapat segera dibentuk, karena kegiatan ini menjadi alat
untuk mengembangkan dan mengajarkan seni tari.
Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam
sekolah sebagi berikut:
1.

Perencanaan (kurikulum dan silabus)

2.

Media yang digunakan

3.

Metode dan strategi yang di gunakan

4.

Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran

5.

Evaluasi

14

kegiatan pembelajaran seni tari di

Agar pembelajaran terlaksana dengan baik maka prosedur kegiatan yang
tersebut di atas harus benar-benar dipahami. Di bawah ini adalah uraian dari prosedur
kegiatan tari.
1.

Perencanaan
Suatu kegiatan akan berjalan dengan baik apabila seorang

guru mempunyai

perencanaan dalam kegiaatan yang dilakukan. Adapun perencanaan yang harus
disiapkan adalah RPP. Langkah-langkah penyusunan rencana pembelajaran adalah
sebagi berikut:
A. Kegiatan awal
1. Mengabsen peserta tari
2. Berdoa
3. Apersepsi
4. Mendiskusikan tentang tari yang akan diajarkan (sejarah tari, fungsi tari, makna dan
nilai-nilai yang terkandung dalam tari)
5. Pemanasan/ olah tubuh
B. Kegiatan inti
1. Mendemonstrasikan gerak dasar tari yang diajarkan
2. Mendemonstrasikan ragam gerak tari yang diajarkan
3. Peserta didik mempraktikkan ragam gerak tari yang diajarkan satu per-satu
4. Peserta didik mengulang ragam gerak sampai mahir.
5. Mengatur penari pada pola lantai
6. Menyesuaikan musik iringan dengan gerak tari
7. Memperhatikan Ekspresi
C. Kegiatan akhir
1. Memberi penguatan terhadap dimensi kognitif, afektif dan psikomotorik
2. Mengevaluasi.
3. Tindak lanjut (memberikan PR berupa latihan tari secara kelompok)
4. Menutup pembelajaran dengan berdoa .

15

E. Metode yang Digunakan.
Dalam

pelatihan

kegiatan

seni

tari

tradisional

dapat

menggunakan

metode/teknik sebagai berikut :
1. Demonstrasi
2. Drill
3. Latihan
4. Tanya jawab
Dalam menggunakan metode /teknik di atas, guru dapat memilih metode yang
sesuai dengan kebutuhan disaat proses pembelajaran seni tari sedang berlangsung atau
dalam proses latihan, agar peserta didik lebih cepat menguasai tari tersebut dan sesuai
tujuan yang diharapkan.
F. Target Hasil Pembelajaran
Hasil yang diharapkan dari kegiatan pembelajaran seni tari di sekolah terbagi
atas dua yaitu peserta didik mampu mengapresiasi seni dan mampu berekspresi
(menarikan) seni tari tardisional dan nusantara melalui pengalaman langsung. Oleh
karena itu hasil kegiatan pengajaran tari:
1. Tumbuh kembangnya generasi yang mencintai tari tradisional dan nusantara
2. Tumbuh kembangnya kesadaran untuk mengapresiasi dan mengepresikan
tari tradisional dan nusantara
3. Terciptanya generasi yang berkarakter.
4. Menumbuhkan minat dan bakat generasi muda.
G. Dampak Pembelajaran
Adapun dampak dari kegiatan ini di antaranya sebagai berikut:
1. Meningkatkan minat anak terhadap seni tari
2. Meningkatkan motivasi belajar, percaya diri, disiplin dan bertanggung jawab
3. Meningkatkan kreativitas dan kinerja guru.
H. Alternatif Pengembangan Pembelajaran Seni Tari
Agar pengajaran seni tari dapat berjalan sesuai dengan tujuan dan diminati oleh
peserta didik. Ada beberapa alternatif pengembangan metode dan strategi dalam
pembelajaran seni tari di antaranya :
16

1. Melatih guru seni tari di sekolah-sekolah dan mendatangkan instruktur tari
dari luar sekolah (seniman tari).
2. Untuk menarik minat anak maka tari tradisional dan nusantara di
kembangkan untuk mendapatkan suatu tampilan yang baru (menciptakan
gerak baru berdasarkan pengembangan dari gerak tari tradisional dan tari
nusantara).
3. Mencari informasi dari internet dan menyaksikan rekaman video secara
bersama-sama. Metode ini sangat praktis untuk menanamkan sikap apresiasi
dan ekspresi pada peserta didik.
4. Melakukan berbagai program pengajaran seni tari melalui kegiatan
ekstrakurikuler .
5. Mengikuti perlombaan-perlombaan pada setiap event di luar sekolah.
Dengan menerapkan berbagai metode yang bersivariasi, diharapkan dapat
membantu guru dalam proses pengajaran seni tari di sekolah.
Sekian Trimakasih

17

SEBERAPA MUSIKALKAH ANDA?
‘Sebuah Pengantar Apresiasi Musik dalam Mengembangkan Musikalitas’
Abstrak
Musik adalah aktivitas budaya yang sangat akrab dengan kehidupan manusia,
dalam berbagai bangsa dan dengan berbagai cara, musik adalah bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan. Berilah sekedar waktu
renungan kembali atas gagasan bahwa kehidupan anda terbentuk dari banyak macam
pengalaman. Beberapa pengalaman menyenangkan sekali, yang lainnya tidak
menyenangkan; beberapa mengesankan, sedangkan yang lainnya hanya meninggalkan
sedikit kesan saja; beberapa sangat berharga, sementara yang lainnya tidak menambah
kekayaan. Tentu saja pengalaman manusia adalah sangat bermacam-macam dan tidak
ada dua orang memiliki pengalaman yang persis sama. Musik adalah salah satu darinya.
Kenyataan bahwa pengalaman musikal tak dapat dielakkan dan dengan segera dapat
diperoleh, mengisyaratkan kemungkinan bahwa musik adalah sumberdaya berharga
dari sejumlah keberuntungan umat manusia.

Apresiasi Musik
Apresiasi musik dapat didefinisikan sebagai dicapainya kemampuan untuk
mendengarkan musik dengan penuh pengertian. Meskipun orang memiliki kemampuan
yang berbeda dalam daya tangkap musikal mereka, tak seorangpun lahir dengan
kemampuan ini, ia hanya bisa dicapai dengan cara usaha secara sadar merupakan
keharusan yang dituntut sepanjang waktu dalam latihan mendengarkan, menuliskan,
memainkan dan mengapresiasikan musik secara penuh pengertian. Oleh karena itu kita
akan menyadari, dengan cara yang bagaimana kita dapat mencapai kemampuan untuk
mendengarkan secara penuh pengertian.
Menyukai dan menghargai adalah istilah-istilah yang berhubungan, tetapi
keduanya tidak berarti sama. Sangatlah mungkin menyukai musik, yakni menerima
kesenangan darinya, tanpa memahaminya atau sungguh-sungguh mengapresiasikannya,
sangatlah mungkin untuk memahami secara teknis sebuah komposisi musik tanpa
menyukai sepenuhnya. Meski demikian, ingatlah bahwa mencapai rasa senang yang
sebesar-besarnya dari musik anda harus memiliki beberapa pengertian mengenai hal
tersebut utnuk mendorong puncak penikmatan anda.
Unsur-Unsur Seni Musikal
1. Unsur-Unsur Manusia
18

Terdapat tiga kategori partisipan yang penting bagi keberadaan musik. Mereka
adalah: (1) Komposer, (2) Pemain, dan (3) Pendengar.
Komposer menggunakan sebuah analogi, kita dapat menyamakan komposer
sebagai pabrik. komposer menghasilkan melalui dorongan kreatifnya, nada-nada yang
dibayangkannya, serta pengetahuan kerajinan tangannya, sejumlah komposisi yang
kemudian kita dengar.
Pemain, memperluas analogi, pemain adalah para pekerja. Gagasan-gagasan
musikal yang ditulis oleh komposer semata-mata hanyalah rekaman dari ciptaannya
saja. Musik menjadi hidup hanya tatkala ia diterjemahkan dari simbol-simbol musikal di
atas kertas kepada bunyi yang sesungguhnya melalui kesenimanan pemain.
Pendengar. Pendengar adalah konsumen. Konon keduanya, komposer dan
pemain tak dapat muncul tanpa pendengar; karya seni kontemporer dan pemain tak
akan berarti sama sekali tanpa kelompok pendengar.
2. Unsur-Unsur Mekanis
Dalam menambahkan peranan manusia seperti disebutkan di atas, adalah
sejumlah unsur-unsur lain yang dibutuhkan bagi produksi musik. Meskipun manusia
juga dilibatkan di sini, dalam hal ini mereka memainkan peranan ke dua.
Medium. Segala musik dipergelarkan melalui unsur mekanik atau unsur fisik yang
disebut medium. Yakni, ia dimainkan pada sebuah instrument atau dinyanyikan oleh
suara manusia.
Publikasi. Memepublikasikan musik adalah langkah penting dalam seluruh
kegiatan produksi musik. Termasuk penerbitan dan pemasaran hasil karya komposer.
Transmisi. Sesuatu yang relatif baru tetapi sesungguhnya merupakan unsur
penting untuk musik, dinamakan transmisi bunyi yang mencapai wilayah luas melalui
radio dan televisi, telah menjadikan musik dapat dinikmati oleh sejumlah besar para
pendengar pada saat musik itu dipergelarkan. Fonograf (meliputi piringan hitam, pita,
dan kabel perekam) serta jalur-bunyi film adalah unsur-unsur mekanik yang
menyebabkan musik secara tidak langsung dapat dinikmati publik pendengar yang luas;
dikatakan secara tidak langsung karena adanya perbedaan waktu antara pertunjukan
yang sebenarnya dengan pendengar yang menerimanya.
3. Macam-Macam Cara Mendengarkan
19

Tingkat apresiasi musik yang sesungguhnya yang dapat anda capai tergantung
sebesar-besarnya kepada sikap-sikap anda sebagai pendengar. Dalam pengalaman
musikal terdapat empat cara mendengarkan yang dapat dibedakan: (1) mendengarkan
secara pasif; (2) mendengarkan secara menikmati; (3) mendengarkan secara emosional,
dan (4) mendengarkan secara perspektif.
Mendengarkan Secara Pasif. Dalam beberapa situsi musik tidak diharapkan
menuntut perhatian sepenuhnya dari pendengar. Musik makan malam dipergelarkan
tidak sebagai musik konser melainkan sebagai ‘musik latar-belakang’ yang dimaksud
untuk mendorong kenikmatan santap makan malam dan percakapan. Musik yang sangat
bagus dari ilustrasi film dimaksudkan semata-mata untuk memperkuat suasan adeganadegan visual. Marching Band di lapangan sepakbola lebih merupakan pertunjukan
dibanding sebagai sebuah konser. Dalam situasi seperti itu, hubungan pendengr kepada
musik adalah bersifat pasif. Ia mendengar musik tetapi tidak sesungguhnya
mendengarkan kepadanya, dan arena itu apresiasi yang sebenarnya tidak terdapat
dalam kondisi-kondisi demikian.
Mendengarkan secara Menikmati. Untuk mendengarkan secara menikmati
dituntut suatu tingkat perhatian yang lebih besar. Di sini pendengar mencapai
kesenangan dari kesadaran untuk mencari keindahan bunyi. Nada-nada yang jernih dari
sebuah pluit atau suara lonceng, atau bunyi paduan suara, kemegahan orkes simfoni,
semuanya merupakan bunyi yang dapat dinikmati dengan sendirinya tanpa pendengar
memiliki pengertian musik sekalipun. Sensasi-sensasi yang dapat dinikmati dari nada
musikal memiliki beberapa nilai berharga bagi apresiator, tetapi kesemuanya itu tidak
menjanjikan sejumlah besar dari apa yang disebut dengan apresiasi yang sebenarnya.
Mendengarkan secara Emosional. Mendengrakan musik dengan sikap semacam
ini pendengar menyadari terutama atas reaksi-reaksinya sendiri terhadap musik,
dengan emosi-emosi serta ungkapan-ungkapan yang dibangkitkan oleh musik. Inilah
sikap yang dengan cara apapun tidak dapat dibenarkan. Musik dapat menyediakan
pengalaman keindahan bagi para pendengarnya. Mendengarkan secara emosional
adalah suatu sikap yang melekat terhadap musik, hal ini tidak menuntut konsentrasi
atau latihan yang sesungguhnya.
Mendengarkan secara Perspektif. Mendengarkan secara perspektif, menuntut
konsentrasi pada musik itu sendiri serta kesadaran yang tajam tentang apa yang terjadi
pada musik. Inilah cara mendengarkan musik lebih dari yang lainnya yang membawa
20

kepada apresiasi yang sebenarnya. Apresiasi musik dalam pengertian ini berarti
mengetahui untuk apa mendengarkan, memahami apa yang didengarkan, dan oleh
sebab itu memiliki dasar-dasar objektif untuk mengalami seni musikal.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendengarkan secara perspektif:
(1) Perhatian. Ini penting sekalai, anda harus belajar konsentarasi pada musik.
Hindarilah berbicara atau mendengarkan siapapun yang berbicara sementara musik
yang ingin anda dengarkan sedang dimainkan. (2) Pengulangan. Keharusan bagi anda
untuk mendengarkan berulang-ulang sebuah lagu yang ingin anda pahami. Terdapat
keuntungan-keuntungan yang sangat tak terbatas yang dapat dicapai dengan
mendengar ulang, senantiasa terdapat hal baru terdengar dalam komposisi yang
diberikan. (3). Pengenalan, dan (4) Latar belakang pengetahuan, terdiri dari dua, yaitu.
(a). Latar belakang yang bersifat Umum: mengunjungi konser, mendengarkan radio,
menyanyi dalam kelompok paduan suara, dan bermain dalam ansambel, orkes, dll.
Termasuk juga belajar secara formal; pelajaran-pelajaran musik, biografi, sejarah musik,
teori musik, konstruksi musik; harmoni, kontrapung, bentuk, orkestrasi. (b). latar
belakang yang bersifat Khusus: latar belang komposer, bentuk komposisi (karakter
gayanya), kapan ditulis?, dalam keadaan apa?, untuk fungsi atau tujuan apa?.
Penutup
Mulailah mengembangkan perspektif anda dalam memilih daftar komposisi lagu yang
sudah anda kenal. Sebelum itu, dapatkanlah tambahan latar belakang secara khusus
dengan mempelajari apa yang anda bisa pelajari tentang komposer dan komposisinya.
Kembangkanlah pengenalan anda lebih jauh dengan mengadakan penelitian lebih dekat
pada musiknya dan dengan mendengarkan berulang-ulang kali.

Pustaka:
Hugh M. Miller, A Guide to Good Listening, Prentice-Hall Publications Ltd.,New Jersey,
1987.

21

RUMUSAN HASIL DISKUSI
“SEMINAR GELAR SENI BUDAYA ACEH 2013
“‘MEMBANGUN KARAKTER BANGSA DENGAN SENI BUDAYA”
Oleh
Ahmad Syai, S.Pd., M.Sn.

PENGAJARAN TRADISI LISAN DI SEKOLAH
Oleh; Drs. Yusri Yusuf, M.Pd.
Bagaimana tradisi lisan ini dapat dilakukan dan menjadi satu bahan ajar sebagai
kolaborasi di sekolah sehingga karakter yang diharapkan dapat muncul dalam proses
pembelajaran yang berlangsung di sekolah. Perlu penambahan materi untuk semua
guru yang ada di sekolah. Pemanggilan empu yang dapat memberikan pengajaran
tradisi lisan sehingga tradisi lisan ini menjadi satu bahan ajar di sekolah. Kreativitas
guru dalam upaya mengembangkan potensi dan kompetensi sehingga dapat
dilaksanakan di sekolah.

PEMBELAJARAN SENI KRIYA DI SEKOLAH
Oleh; Muslizar, S.Pd., M.Pd.
Perlu kreativiatas baru dalam upaya memberikan ketrampilan khusus bagi semua guru
di sekolah, apakah bahan ajar dan ketrampilan yang dimiliki dapat dituangkan kembali
untuk siswa yang ada di sekolah, khususnya kriya dalam kaitannya dengan lokalitas
sehingga ada suatu yang lebih baik dalam proses pembelajaran yang berlangsung di
setiap sekolahnya. Kriya lokal yang sangat menarik itu apa? Sehingga dapat dijadikan
sebagai muatan yang harus segera diajarkan.

PENGAJARAN SENI TARI
Oleh; Anton Setia Budi, S.Pd., M.Sn.
Tulis apa yang akan dilakukan dan lakukan apa yang telah ditulis. Artinya sebagai guru
mata pelajaran perlu sekali menganalisis setiap materi ajar yang tepat diajarkan pada
setiap tingkatan kelas dalam suatu sekolah sehingga rancangan yang telah dirumuskan
terus dilaksanakan sesuai dengan kondisi daerah. Eksplorasi yang mendalam sangat
perlu dilakukan dalam upaya pengajaran seni sehingga pengajaran yang sebenarnya
dapat dilakukan pada setiap sekolah.
22

Apresiasi Seni Tari
Ekspresi Seni Tari

SENI MUSIK (SEBERAPA MUSIKALKAH ANDA?)
Oleh; Mukhsin Putra Hafid, S.Sn., M.A.
Unsur Manusia dan Unsur Mekanik
Pendengar memiliki pengetahuan secara umum sehingga ketika ada materi tertentu
dapat diuraikan dengan bahasa yang lebih baik dan dapat diterima oleh semua orang,
baik siswa sebagai peserta belajar maupun guru sebagai pendidik.
Komposer
Pemain
Pendengar
Unsur Mekanik
Medium
Publikasi
Transmisi

REKOMENDASI UMUM HASIL SEMINAR GELAR SENI DAN BUDAYA ACEH 2013
“Membangun Karakter Bangsa dengan Seni Budaya”
- Perlu kebijakan khusus dari pemerintah daerah dalam upaya pengembangan
berbagai jenis kesenian (seni rupa, seni musik, seni tari dan seni teater).
- Identifikasi masalah dalam setiap proses pembelajaran seni budaya di tingkat satuan
pendidikan (SD, SMP. SMA)
- Identifikasi tenaga pengajar pendidikan seni budaya pada setiap sekolah di Kota
Banda Aceh maupun Kabupaten Kota
- Tindak lanjut berupa penambahan materi dalam bentuk Workshop atau pelatihanpelatihan khusus.
- Pelatihan satu bidang seni dilakukan dalam satu kurun waktu tertentu (jam, hari,
minggu) sehingga dapat memberikan masukan yang baik untuk guru secara personal
sehingga informasi yang diperoleh dapat menjadi masukan yang lebih baik sekaligus
sebagai pemantapan bahan ajar ketika pengajaran seni di sekolah tersebut
berlangsung.
- Perlu adanya kegiatan yang berkelanjutan untuk melakukan kegiatan pelatihan guruguru di sekolah sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi yang telah dimiliki.
23

- Monitoring dan evaluasi dari pihak terkait dalam mengevaluasi pelajaran seni budaya
- Perlu dirumuskan suatu kegiatan dalam bentuk pergelaran yang berkelanjutan
sehingga semua sekolah dalam satu wilayah/kabupaten kota dapat menampilkan
berbagai kegiatan kesenian (seni tari, musik, teater dan seni rupa) dapat dianggarkan
melalui suatu kegiatan rutin tingkat kabupaten kota dan dilanjutkan ke tingkat
provinsi (DPR, DPRD).
- Perlu adanya kegiatan penambahan materi sehingga pengalaman yang telah
diperoleh melalui diskusi ini dapat dikembangkan di sekolah masing-masing, kondisi
ini akan menjadi pengalaman yang baik ketika seorang guru tersebut akan
memberikan serangkaian pengajaran di sekolah masing-masing.
- Tanggung jawab moral untuk semua praktisi untuk dapat merekomendasikan bahwa
workshop untuk tiap bidang seni sangat perlu sekali dilaksanakan sehingga menjadi
masukan untuk pengembangan kompetensi guru khususnya di Aceh.
- Format kegiatannya dapat dirumuskan dalam bentuk pemberian materi ajar bukan
sosialisasi, tapi langsung pada materi ajar yang dapat dijadikan sebagai bahan ajar
ketika peserta workshop kembali ke sekolah masing-masing.
- Studitur kecil di suatu lokasi sekaligus belajar tentang seni yang ada di wilayah
tersebut sehingga menjadi suatu pengajaran yang sebenarnya terhadap satu bentuk
seni yang berkembang di wilayah tersebut.
- Kebijakan dari dinas pendidikan terkait tentang perlu adanya keseragaman kegiatan
ektrakurikuler di tingkat satuan pendidikan sebagai upaya pengembangan diri dari
setiap guru bidang studi seni budaya di Aceh.

24