MATHEMATICAL CONNECTION SKILLS ENHANCEMENT THROUGH THEMATIC LEARNING
PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN TEMATIK MATHEMATICAL CONNECTION SKILLS ENHANCEMENT THROUGH THEMATIC LEARNING
Atin Supriatin
Dosen matematika pada Tadris Fisika Jurusan Tarbiyah STAIN Palangka Raya
E-mail: [email protected].
ABSTRAK
Penelitian kuasi eksperimen ini dilakukan di MIN Model Pahandut Palangka Raya dengan tujuan untuk mengetahui peranan model pembelajaran tematik untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis pada siswa MIN kelas III. Desain penelitian ini adalah non equivalent control grup design dengan satu kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran tematik dan satu kelas kontrol yang menerapkan model pembelajaran konvensional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan/N-Gain kemampuan koneksi matematis siswa kelas tematik (0,48) lebih tinggi dibandingkan N-Gain kemampuan koneksi matematis siswa kelas konvensional (0,31). Peningkatan kemampuan koneksi matematis tersebut dipengaruhi oleh penerapan model pembelajaran tematik.
Kata Kunci: Koneksi Matematis dan Pembelajaran Tematik.
ABSTRACT
The study was a quasi experimental conducted in model Pahandut MIN Palangkaraya with the aim to determine the role of thematic learning model to improve the ability of mathematical connections in MIN third grade students. The design of this study was non-equivalent control group design with an experimental class that implements thematic learning model and a control class that implements the conventional learning models. The results showed that an increase / N-Gain grade students' mathematical abilities thematic connection (0.48) is higher than the N-Gain ability graders conventional mathematical connection (0.31). Improved connection capability is influenced by the application of mathematical models of thematic learning.
Keywords: Mathematical Connections and Thematic Learning.
A. Latar Belakang
yang diterapkan di sekolah. Dengan demikian, pembelajaran tematik masih
Sejak digulirkannya kurikulum jarang diterapkan di sekolah khususnya di
2006 yaitu Kurikulum Tingkat Satuan MIN Model Pahandut Palangka Raya.
Pendidikan (KTSP), pembelajaran tematik dianjurkan
oleh pemerintah untuk Berdasarkan hasil diskusi dan dilaksanakan pada jenjang sekolah dasar
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti khususnya di kelas rendah (kelas I, II, dan
terhadap proses pembelajaran yang
III) sebagai salah satu alternatif model diterapkan di kelas III MIN Model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh
Pahandut Palangka Raya, ditemukan guru. Pembelajaran tematik adalah
beberapa permasalahan khususnya pada pembelajaran yang mengkaitkan beberapa
mata pelajaran matematika. Pembelajaran jenis mata pelajaran dengan menggunakan
matematika yang dilaksanakan masih tema sebagai pengikat yang mempadukan
berbasis materi subjek dengan pemisahan beberapa konsep terkait.
mata pelajaran yang jelas. Pembelajaran matematika seolah disekat secara ekstrim
Berbagai keunggulan yang dimiliki
penyajian materi-materi oleh model pembelajaran tematik ditinjau
sebagai
matematika belaka. Hal ini akan dari sudut pandang siswa, guru dan sekolah
kemampuan koneksi tidak lantas menjadikan model ini menjadi
mengakibatkan
matematis siswa terhambat, karena kurang model pilihan yang favorit untuk diterapkan diberikan kesempatan untuk melihat oleh guru di sekolah. Hal ini nampak pada
keterkaitan-keterkaitan materi matematika proses pembelajaran di MIN Model
dengan unsur lainnya.
Pahandut Palangka Raya yang masih dominan
Fenomena yang terjadi di MIN konvensional dalam pembelajaran di kelas.
menggunakan
pendekatan
Model Pahandut Palangka Raya khususnya Pembelajaran tematik masih dirasakan sulit
kelas III adalah rendahnya kemampuan untuk diterapkan oleh guru-guru kelas
koneksi matematis siswa. Hal ini rendah di MIN Model Pahandut Palangka
dibuktikan banyak siswa yang tidak mampu Raya, khususnya oleh guru kelas III. Guru
menerapkan konsep matematika terhadap mengalami kesulitan dalam mempadukan
disiplin ilmu lain dalam kehidupan sehari- mata pelajaran, kompetensi dasar, materi,
harinya, khususnya yang nampak dalam kegiatan yang sesuai, serta kesulitan dalam
pembelajaran di sekolah, misalnya siswa menyusun bahan ajar terpadu.
kurang
menyelesaikan permasalahan matematika yang berupa soal
mampu
Pembelajaran di kelas rendah pada cerita yang berkaitan dengan kehidupan
dasarnya mengembangkan kemampuan
sehari-hari.
membaca, menulis,
dan
berhitung
(calistung) siswa sebagai kemampuan Berdasarkan uraian di atas, dasar yang harus dikuasai siswa dan
upaya untuk menjadi pondasi bagi keberhasilan
diperlukan
sebuah
proses pembelajaran pendidikan pada tahap selanjutnya. Hal ini
memperbaiki
matematika untuk dapat meningkatkan menyebabkan guru-guru di kelas rendah
kemampuan koneksi matematis siswa. lebih memfokuskan pada penguasaan
Salah satu upaya yang dapat dilakukan kemampuan calistung siswa sehingga kerap
adalah dengan melakukan sebuah penelitian kali mengabaikan proses pembelajaran
tentang penerapan model pembelajaran, karena lebih mengutamakan hasil akhir
dalam hal ini adalah model pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran
tematik. Diharapkan melalui model tematik. Diharapkan melalui model
tersebut diperlukan agar peserta didik dapat penyebab lemahnya proses pembelajaran
kemampuan memperoleh, matematika, serta menemukan solusi yang
memiliki
mengelola dan memanfaatkan informasi tepat untuk memperbaiki dan meningkatkan
untuk bertahan hidup pada keadaan yang kualitas pembelajaran sehingga memiliki
selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. dampak
Standar kompetensi dan kompetensi kemampuan siswa khususnya berkenaan
dasar matematika dalam standar isi dengan kemampuan koneksi matematis.
(permendiknas no. 23 tahun 2006)
B. Rumusan Masalah digunakan sebagai landasan pembelajaran untuk
mengembangkan kemampuan Berdasarkan latar belakang masalah
tersebut di atas. Selain itu dimaksudkan yang diuraikan
di
atas, peneliti
pula untuk mengembangkan kemampuan merumuskan masalah sebagai berikut
matematika “Apakah terdapat perbedaan yang dalam
menggunakan
masalah dan signifikan antara peningkatan kemampuan
pemecahan
mengkomunikasikan ide atau gagasan koneksi matematis siswa yang menerapkan
dengan menggunakan simbol, tabel, pembelajaran tematik dengan siswa yang
belajar secara konvensional?” diagram, dan media lain.
C. Tujuan Penelitian
Mata
pelajaran matematika
bertujuan agar peserta didik memiliki Sesuai dengan rumusan masalah
sebagai berikut: (a) yang telah dikemukakan di atas, maka
kemampuan
konsep matematika, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Memahami
menjelaskan keterkaitan antar konsep dan perbedaan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, peningkatan
secara luwes, akurat, efisien dan tepat, matematis siswa yang menerapkan
kemampuan
koneksi
masalah; (b) pembelajaran tematik dengan siswa yang
dalam
pemecahan
Menggunakan penalaran pada pola dan belajar secara konvensional. sifat, melakukan manipulasi matematika
D. Hipotesis Penelitian
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
Berdasarkan rumusan masalah pernyataan matematika; (c) Memecahkan tersebut di atas, maka diperoleh hipotesis
masalah yang melitputi kemampuan penelitian sebagai berikut: “Terdapat
memahami masalah, merancang model perbedaan
matematika, menyelesaikan model dan peningkatan
menafsirkan solusi yang diperoleh; (d) matematis siswa yang menerapkan
kemampuan
koneksi
gagasan dengan pembelajaran tematik dengan siswa yang
Mengomunikasikan
simbol, tabel, diagram, atau media lain belajar secara konvensional .”
untuk memperjelas keadaan atau masalah;
E. Kajian Teori
dan (e) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
1. Pembelajaran Matematika di SD
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, Mata pelajaran matematika perlu
dan minat dalam mempelajari matematika, diberikan kepada semua peserta didik mulai
serta sikap ulet dan percaya diri dalam dari sekolah dasar untuk membekali peserta
pemecahan masalah.
didik dengan kemampuan berfikir logis,
2. Koneksi Matematis
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta
Kusumah mengungkapkan bahwa mata pelajaran seperti Matematika, Bahasa koneksi matematis dapat diartikan sebagai
Indonesia dan Seni Budaya dan keterkaitan
matematika secara
internal
yaitu
4. Desain Pembelajaran Tematik Tipe
berhubungan dengan matematika itu sendiri
Spider
Webbed Pada Tema
ataupun keterkaitan secara eksternal, yaitu
”Rumahku”
matematika dengan bidang lain, baik bidang studi lain maupun dengan kehidupan
Desain pelaksanaan pembelajaran sehari-hari.
tematik dapat dituangkan ke dalam Rencana kemampuan
Melalui
peningkatan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yang kemampuan berpikir dan wawasan siswa
koneksi
matematis,
terdiri dari tiga kegiatan, yaitu (1) kegiatan terhadap matematika dapat menjadi
pendahuluan, (2) kegiatan inti, dan (3) semakin luas dan kokoh. Topik-topik dalam
kegiatan akhir/tindak lanjut. Fungsi matematika memiliki keterkaitan satu sama
kegiatan pendahuluan terutama untuk lain dan juga memiliki relevansi dan
menciptakan suasana awal pembelajaran manfaat baik dengan bidang lain maupun
yang efektif yang memungkinkan peserta dengan kehidupan sehari-hari. Keterkaitan
didik dapat mengikuti proses pembelajaran tersebut merupakan koneksi matematis.
dengan baik. Kegiatan utama yang Sehubungan dengan hal tersebut maka
dalam pendahuluan dalam pembelajaran matematika perlu
dilaksanakan
pembelajaran yaitu: (1) menciptakan adanya penekanan terhadap koneksi, baik
kondisi-kondisi awal pembelajaran yang dengan matematika itu sendiri, dengan
kondusif, (2) melaksanakan kegiatan pelajaran lain maupun dengan kehidupan
apersepsi, dan (3) memotivasi peserta didik sehari-hari (Kusumah, 2008:19).
. Kegiatan inti merupakan kegiatan dalam rangka pelaksanaan pembelajaran terpadu
3. Pembelajaran Tematik
pada proses Pembelajaran tematik model Jaring
yang
menekankan
pembentukan pengalaman belajar peserta Laba-laba (Spider Webbed) adalah model
didik (learning experiences). Pengalaman pembelajaran terpadu yang menggunakan
belajar bisa dalam bentuk: (1) kegiatan tatap pendekatan tematik. Pendekatan ini
muka, yang dimaksudkan sebagai kegiatan pengembangannya
pembelajaran yang dilakukan dengan menentukan tema tertentu. Setelah tema
dimulai
dengan
mengembangkan bentuk-bentuk interaksi disepakati, maka dikembangkan menjadi
langsung antara guru dengan peserta didik, subtema
(2) kegiatan non-tatap muka yang keterkaitan dengan mata pelajaran lain.
dengan
memperlihatkan
dimaksudkan sebagai kegiatan belajar yang setelah itu dikembangkan berbagai aktivitas
dilakukan peserta didik dalam berinteraksi pembelajaran yang mendukung. Tema
dengan sumber belajar lain yang bukan merupakan pengikat setiap kegiatan
kegiatan interaksi guru-peserta didik. pembelajaran baik dalam mata pelajaran
Faktor-faktor yang harus diperhatikan tertentu maupun lintas mata pelajaran
dalam kegiatan akhir yaitu: (1) Kegiatan (Fogarty, 1991:198). Dengan demikian
akhir dalam pembelajaran terpadu tidak model ini merupakan model yang
hanya diartikan sebagai kegiatan untuk mempergunakan pendekatan tematik lintas
menutup pelajaran, tetapi juga sebagai mata pelajaran. Dalam pembahasannya
kegiatan penilaian hasil belajar peserta tema itu ditinjau dari berbagai mata
didik dan kegiatan tindak lanjut, (2) pelajaran.
Kegiatan tindak lanjut harus ditempuh “Rumahku” dapat ditinjau dari berbagai
berdasarkan pada proses dan hasil belajar berdasarkan pada proses dan hasil belajar
umumnya berbentuk untuk kegiatan ini relatif singkat, oleh
pembelajaran
ceramah, kuliah, tugas tertulis dan media karena itu guru perlu mengatur dan
lain menurut pertimbangan guru, (4) siswa memanfaatkan waktu seefisien mungkin.
umumnya pasif karena dominan mendengar Secara umum kegiatan akhir dan tindak
uraian guru, (5) dalam hal kecepatan lanjut dalam pembelajaran terpadu
belajar, semua siswa harus belajar menurut diantaranya kegiatan: (1) melaksanakan dan
kecepatan yang umum ditentukan oleh mengkaji penilaian akhir, (2) melaksanakan
kecepatan guru mengajar, (6) keberhasilan tindak lanjut pembelajaran melalui kegiatan
belajar umumnya dinilai oleh guru secara pemberian tugas atau latihan yang harus
subjektif, (7) diharapkan bahwa hanya dikerjakan di rumah, (3) menjelaskan
sebagian kecil saja akan menguasai bahan kembali bahan pelajaran yang dianggap
pelajaran secara tuntas, sebagian lagi akan sulit oleh peserta didik, membaca materi
menguasainya sebagian saja, dan ada lagi pelajaran tertentu, dan memberikan
yang gagal, (8) guru terutama berfungsi motivasi atau bimbingan belajar, (4)
atau penyebar mengemukakan tentang topik yang akan
sebagai
penyalur
pengetahuan (sumber informasi atau dibahas pada waktu yang akan datang, dan
pengetahuan).
(5) menutup kegiatan pembelajaran. Dengan demikian pembelajaran
Perangkat pendukung lainnya dalam konvensional atau pembelajaran biasa yang mendisain pembelajaran tematik tipe spider
selama ini terjadi umumnya dilakukan webb pada tema “Rumahku” adalah materi
secara klasikal, dan guru masih sangat pembelajaran. Momentum
mendominasi kelas. Guru menyampaikan materi pembelajaran, perlu dikaitkan
pemilihan
sejumlah informasi kepada siswa dan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam
komunikasi umumnya terjadi satu arah dari proses pembelajaran. Dengan kata lain,
guru ke siswa sebagai pendengar, materi pelajaran/bahan ajar dipilih dan
contoh soal dan digunakan dalam proses belajar apabila
memberikan
penurunan atau sesuai dan menunjang tercapainya tujuan.
menyelesaikannya,
pembuktian rumus, siswa hanya mencatat Berdasarkan hal tersebut maka disusunlah
dan kadang-kadang sedikit dibarengi tanya sebuah perangkat bahan ajar tematik
jawab untuk menanyakan materi mana yang dengan judul “Rumahku” yang digunakan
belum dikuasai oleh siswa, kemudian oleh peserta didik selama kegiatan
memberikan soal-soal latihan untuk pembelajaran berlangsung, di dalamnya
diselesaikan oleh siswa baik di buku terdapat uraian materi dan latihan soal serta
mereka ataupun di papan tulis secara lembar kerja peserta didik.
bergantian yang dikehendaki atau yang ditunjuk oleh guru. Peran guru umumnya
5. Pembelajaran Konvensional
adalah menerangkan dan menjelaskan, Menurut Nasution dalam Suhendra
memberikan dan menyelesaikan soal, (2005:38) menjelaskan bahwa ciri-ciri
sedangkan siswa hanya mendengar, pembelajaran konvensional yaitu : (1)
menulis atau mencatat apa yang tertulis di tujuan tidak dirumuskan secara spesifik
papan tulis.
dalam bentuk kelakuan yang dapat diamati
pembelajaran dan diukur, (2) bahan pelajaran disajikan
Meskipun
konvensional atau pembelajaran biasa kepada kelompok, kepada kelas sebagai
disebut juga pembelajaran yang masih keseluruhan tanpa memperhatikan siswa bersifat tradisional, dimana lebih dominan secara
menggunakan metode ceramah, hal ini menggunakan metode ceramah, hal ini
lingkungannya. Pemahaman tentang objek Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dubin
tersebut berlangsung melalui proses dan Taveggia menyimpulkan bahwa hasil
asimilasi (menghubungkan objek dengan belajar melalui metode ceramah lebih
konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan unggul (dalam tentamen) jika dibandingkan
akomodasi (proses memanfaatkan konsep- bahwa hasil belajar melalui metode lain,
konsep dalam pikiran untuk menafsirkan khususnya metode diskusi. Sedangkan
objek). Kedua proses tersebut kalau Ausubel menyebutkan, ”... metode ceramah
berlangsung terus menerus akan membuat merupakan cara mengajar yang paling
pengetahuan lama dan pengetahuan baru efektif dan efisien dan menyebabkan siswa
menjadi seimbang. Dengan cara seperti itu belajar secar a bermakna” (Ruseffendi,
secara bertahap anak dapat membangun 1998:228).
pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya (Depdiknas, 2006:42).
Lebih lanjut penulis dalam Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku penelitian
belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspek- pembelajaran biasa yang digunakan adalah
aspek dari dalam diri dan lingkungannya. pembelajaran yang menggunakan metode
Kedua hal tersebut tidak mungkin ceramah, serta kombinasi metode lainnya
dipisahkan karena memang proses belajar seperti metode ekspositori dan metode terjadi dalam konteks interaksi diri anak tanya jawab. Karena pada umumnya
dengan lingkungannya. metode-metode ini lebih banyak digunakan
dalam proses pembelajaran matematika
belajar kedua yang selama ini. Hal ini sesuai dengan hasil
Teori
mendukung pembelajaran tematik adalah penelitian yang dilakukan oleh Wahyudin
teori belajar bermakna. Pembelajaran pada dengan
hakikatnya adalah suatu proses interaksi metode/strategi/pendekatan yang paling
menyimpulkan
bahwa
antar anak dengan anak, anak dengan sering digunakan umumnya (sebesar 90%)
sumber belajar dan anak dengan pendidik. oleh guru matematika dalam pembelajaran
Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi matematika adalah kombinasi metode
bermakna bagi anak jika dilakukan dalam ceramah dan ekspositori. Kedua metode
lingkungan yang nyaman dan memberikan tersebut umumnya proses belajar berpusat
rasa aman bagi anak. Proses belajar bersifat pada guru, sedangkan siswanya lebih
individual dan kontekstual, artinya proses banyak bersikap pasif.
belajar terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangan dan lingkungannya.
6. Teori Belajar Yang Mendukung Penelitian
Demikian juga halnya dengan koneksi matematis,
dalam NCTM Teori belajar yang mendukung
(1989:223) bahwa standar dinyatakan pembelajaran tematik berawal dari cara
bahwa belajar bermakna merupakan anak belajar. Piaget menyatakan bahwa
landasan utama terbentuknya koneksi setiap anak memiliki cara tersendiri dalam matematis dan pemecahan masalah. menginterpretasikan
dan
beradaptasi
Gagasan tentang belajar bermakna yang dengan
lingkungannya
(teori
dikemukakan oleh William Brownell perkembangan kognitif). Menurutnya,
ide dasar dari teori setiap anak memiliki struktur kognitif yang
merupakan
Menurut Brownell, disebut schemata yaitu sistem konsep yang matematika dapat dipandang sebagai suatu ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman
konstruktivisme.
sistem yang terdiri atas ide, prinsip dan sistem yang terdiri atas ide, prinsip dan
pembelajaran (Samuel, 1993:12-16). bukan pada memori atau hapalan,
Hasil penelitian lainnya yaitu Carilah melainkan pada aspek penalaran atau
mengemukakan bahwa intelegensi anak (Suherman, 2003:49). kemampuan koneksi matematis siswa dapat Konsep yang dipelajari punya arti, meningkat melalui perbaikan pembelajaran dipahami sebagai suatu disiplin yang yaitu melalui pembelajaran dengan terurut,
menggunakan pendekatan pemecahan keterkaitan satu dengan yang lainnya, serta
masalah.
diperoleh melalui proses pemecahan masalah yang bervariasi.
F. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode mengemukakan dalil pengaitan yakni
kuasi eksperimen dengan disain yang dalam matematika antara satu konsep
disebut nonequivalent kontrol group design dengan konsep lainnya terdapat hubungan
dengan menggunakan dua kelas yaitu kelas yang erat, bukan saja dari segi isi, namun
eksperimen dan kelas kontrol. Desain juga dari segi rumus-rumus yang digunakan
eksperimennya adalah sebagai berikut: (Suherman, 2003:49). Kedua teori yang
Kelas Eksperimen O 1 X O 2 dikemukakan oleh Brownell dan Bruner
mendukung dikembangkannya kemampuan Kelas Kontrol O 1 O 2 koneksi matematis. Kemampuan koneksi
Untuk memperoleh data pada kelas matematis siswa yang baik dapat
tersebut diberikan pretes dan postes. menjadikan siswa memandang matematika
Perbedaan antara kedua kelas tersebut sebagai
dalam proses kehidupan dan dapat menggunakan
pembelajaran, dimana kelas eksperimen matematika dalam pemecahan masalah.
pembelajarannya menggunakan model
7. Hasil Penelitian Yang Relevan
pembelajaran tematik tipe spider webbed, sedangkan kelas kontrol tidak diberikan
Penelitian yang dilakukan didukung perlakuan atau pembelajarannya secara oleh beberapa hasil penelitian sebelumnya.
konvensional/biasa.
Samuel J.Hausfather melakukan penelitian dengan metode action research untuk
G. Variabel Penelitian
memperoleh gambaran kemungkinan- Yang menjadi variabel atau objek kemungkinan yang terjadi di dalam kelas
dalam penelitian ini adalah: (1) Variabel selama pembelajaran tematik berlangsung.
pembelajaran dengan Ia mengemukakan bahwa keberhasilan
bebas
yaitu
pendekatan tematik tipe spider webbed; dan pembelajaran ditunjang oleh peran guru
(2) Variabel terikat yaitu kemampuan sebagai
koneksi matematis.
mengimplementasikan kurikulum dengan
H.
Pengembangan Instrumen
berbekal pada teori-teori yang sudah
dipelajarinya.
Jenis data yang diperlukan dalam pembelajaran terdapat kompleksitas yang
Dalam
kegiatan
penelitian ini adalah data kuantitatif. Data tidak bisa diabaikan baik oleh guru maupun
kuantitatif diperoleh dari skor hasil belajar siswa, baik yang terjadi di dalam dan di luar
mengikuti proses kelas, pengetahuan siswa dan guru serta
siswa
setelah
matematika melalui hal-hal apa yang mungkin dilakukan oleh
pembelajaran
pendekatan tematik tipe spider webbed.
Instrumen dalam penelitian ini berupa tes penelitian, tes tersebut diujicobakan soal bentuk uraian untuk mengukur
terlebih dahulu. Setelah ujicoba instrumen kemampuan koneksi matematis. Untuk
dilaksanakan, hasil ujicoba tersebut mengetahui kemampuan awal siswa, pada
dikoreksi dan di skor melalui pedoman awal pembelajaran dilakukan pretes untuk
penskoran yang telah ditentukan. Setelah mengukur kemampuan koneksi matematis
dilakukan penskoran, tahap selanjutnya yang terkait dengan bahan ajar, sedangkan
adalah mengetahui kualitas setiap soal. pada akhir pembelajaran dilakukan postes.
Untuk mengetahui kualitas setiap soal tersebut dilakukan analisis butir soal yang
Tes kemampuan koneksi matematis meliputi aspek reliabilitas, validitas, daya dalam hal ini berupa tes uraian yang pembeda dan tingkat kesukaran soal. mengukur kemampuan mengaitkan antar Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh topik matematika, mengaitkan dengan mata nilai reliabilitas sebesar 0,79 dengan pelajaran
kriteria reliabel. Hasil perhitungan matematika dalam kehidupan sehari-hari. validitas, daya pembeda dan tingkat Untuk memenuhi persyaratan tes yang baik,
kesukaran soal disajikan pada tabel berikut. sebelum tes diberikan kepada sampel
Tabel 1. Hasil Analisis Validitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Soal Koneksi
Matematis
Daya Pembeda No.
Validitas
TK
Soal r XY
t hitung
t tabel
Ket. Indeks
Sangat baik
Berdasarkan tabel di atas, dapat
I. Waktu dan Tempat Penelitian
dilihat bahwa semua item soal koneksi Penelitian ini dilaksanakan pada
matematis yang terdiri dari lima soal adalah bulan April sampai bulan Juni 2010 di MIN valid dan reliabel. Hal ini menunjukkan Pahandut yang berlokasi di daerah
bahwa kelima soal koneksi matematis Panarung Kota Palangka Raya. Pemilihan
tersebut dapat digunakan dalam penelitian
didasarkan pada ini.
lokasi
penelitian
pertimbangan bahwa di sekolah tersebut pertimbangan bahwa di sekolah tersebut
dengan kunci jawaban dan pedoman bersifat non tematik dengan pemisahan
penskoran yang digunakan; (2) Membuat mata pelajaran yang jelas, namun terdapat
daftar nilai dalam bentuk tabel yang upaya-upaya untuk melaksanakan hal
berisikan skor hasil tes kelas eksperimen tersebut.
dan kelas kontrol; (3) Peningkatan kompetensi yang terjadi sebelum dan
J. Subyek Penelitian
sesudah pembelajaran dihitung dengan Penelitian ini dilaksanakan di kelas
rumus g faktor (N-Gains); (4) Menghitung rendah yaitu di kelas III. Kelas III dipilih
rata-rata ( X ), standar deviasi, uji karena diasumsikan bahwa mereka telah
normalitas dan uji homogenitas skor hasil memiliki kemampuan prasyarat yang cukup
pretest, postes, dan N-gain; (5) Jika sebaran dalam hal menulis, membaca dan
data berdistribusi normal dan homogen, menghitung bila dibandingkan dengan
maka pengujian perbedaan dua sampel yang kelas II dan kelas I. Subjek dalam penelitian
digunakan adalah uji t, jika sebaran data ini adalah seluruh siswa kelas III-a dan III-
berdistribusi tidak normal dan tidak
b MIN Model Pahandut. Kelas III-a homogen, atau syarat untuk uji parametrik dijadikan kelas eksperimen yang berjumlah
tidak terpenuhi, maka pengujian perbedaan
34 siswa dan kelas III-b dijadikan kelas dua sampel yang digunakan adalah uji non kontrol yang berjumlah 36 siswa.
parametrik yaitu uji Mann Whitney. Proses Pemilihan kelas eksperimen dan
perhitungannnya dengan menggunakan kelas kontrol dilakukan berdasarkan
SPSS versi 12.0 (Uyanto, 2006:128). pertimbangan bahwa guru yang mengajar
M. Prosedur Penelitian
pada kedua kelas memiliki kemiripan Prosedur penelitian meliputi langkah-
karakter dan memiliki latar belakang tingkat pendidikan S-1 kependidikan serta
langkah sebagai berikut: (1) Melakukan pengalaman mengajar yang relatif sama.
observasi pendahuluan melalui wawancara Selain dari itu pertimbangan utamanya
dengan guru yang mengajar matematika adalah kemiripan karakter siswa, baik dari
untuk memperoleh informasi tentang, (a) apakah guru memperhatikan pengetahuan
segi prestasi maupun jumlah siswa yang relatif sama pada kelas tersebut.
awal siswa sebelum pelajaran matematika dilaksanakan? (b) jika siswa mengalami
K. Teknik Pengumpulan Data
hambatan dalam menerapkan koneksi Cara yang digunakan dalam
matematis bagaimana cara penanganannya? pengumpulan data, yaitu melalui tes soal
(c) soal-soal matematis seperti apa yang bentuk uraian. Tes dilakukan sebelum dan
diberikan kepada siswa?; (2) Bersama guru sesudah
menyepakati pendekatan tematik tipe pembelajaran dilakukan pretes dan sesudah
pembelajaran.
Sebelum
spider webbed diantaranya, pembelajaran pembelajaran dilakukan postes.
dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan, peneliti bertugas sebagai observer dan
L. Teknik Pengolahan Data
partner guru, pembelajaran dilaksanakan Data kuantitatif dalam penelitian ini
sesuai dengan jadwal yang telah berupa skor-skor yang diperoleh siswa
direncanakan; (3) Melakukan ujicoba kelas eksperimen dan kelas kontrol pada tes
instrumen; (4) Subyek dalam penelitian ini awal maupun tes akhir. Data yang diperoleh
adalah siswa kelas III-a dan III-b MIN dari hasil pengumpulan data selanjutnya
Model Pahandut; (5) Memperkenalkan diolah melalui tahapan sebagai berikut: (1)
pembelajaran tematik tipe spider webbed pembelajaran tematik tipe spider webbed
tersebut dapat dilihat dari perolehan skor kepada kedua kelompok kemudian
rata-rata dari hasil pretes dan postes pada menentukan mean dan simpangan baku dari
kedua kelas tersebut. Adapun pada kelas masing-masing
eksperimen, skor rata-rata hasil pretes mengetahui kesamaan tingkat penguasaan
kelompok
untuk
adalah 29,56 dan skor rata-rata dari hasil kedua kelompok
postes adalah 63,09. Sedangkan pada siswa matematika; (7) Mengusahakan agar
terhadap
konsep
kelas kontrol, skor rata-rata dari hasil pretes kondisi kedua kelompok tetap sama,
adalah sebesar 29,72 dan skor rata-rata hasil kecuali pada pemberian perlakuan.
postes adalah sebesar 51,53. Perlakuan yang diberikan kepada kelompok
Pada pembelajaran tematik maupun eksperimen
adalah
pembelajaran
pembelajaran konvensional, terlihat bahwa matematika dengan pendekatan tematik tipe
terdapat perbedaan antara rata-rata skor dari spider webbed sedangkan pada kelompok
hasil pretes dan rata-rata skor dari hasil kontrol adalah pembelajaran matematika postes. Namun perbedaan tersebut belum dengan pengajaran konvensional; (8) diketahui tingkat keberartiannya. Oleh Memberikan postes
kepada kedua
karena itu, untuk melihat tingkat kelompok untuk mengetahui kemampuan
keberartian dari perbedaan hasil pretes dan koneksi matematis siswa; (9) Menggunakan
postes pada kedua pembelajaran tersebut uji beda setelah sebelumnya dilakukan dapat dilakukan uji statistik melalui uji pengujian normalitas dan homogenitas beda. Sebelum melakukan uji beda, terlebih variabel data yang ada, untuk menguji dahulu dilakukan uji normalitas dan uji apakah perbedaan kemampuan koneksi homogenitas. Dengan menggunakan taraf matematis
signifikansi sebesar α = 0,05, dari hasil eksperimen dan kelompok kontrol, perhitungan melalui bantuan program SPSS
siswa antara
kelompok
signifikan atau hanya terjadi secara for windows versi 12.0 sebagaimana
kebetulan saja; dan (10) Menarik terlihat pada lampiran. Hasil uji normalitas
kesimpulan dari hasil penelitian. untuk data hasil pretes dan postes pada
N. Hasil Penelitian
pembelajaran
tematik maupun
konvensional adalah Sebagaimana telah dikemukakan
pembelajaran
berdistribusi normal. Selanjutnya, dari hasil pada bab sebelumnya, tujuan dari penelitian
uji homogenitas untuk data hasil pretes dan ini adalah untuk menganalisis dan
postes pada kedua pembelajaran diperoleh mengungkap
secara
komprehensif
kesimpulan bahwa data tersebut adalah mengenai
kemampuan koneksi matematis pada siswa yang memperoleh pembelajaran tematik
a. Perbedaan Hasil Pretes Kemampuan
dan yang memperoleh pembelajaran
Koneksi Matematis
konvensional. Untuk melihat perbedaan hasil
1. Perbedaan Kemampuan Koneksi
pretes kemampuan koneksi matematis pada
Matematis Pada Kelas Eksperimen
kelas eksperimen dan kelas kontrol,
dan Kelas Kontrol
digunakan uji beda dengan taraf signifikansi pada 0 . 05 . Hipotesis yang
Secara umum terdapat perbedaan dari hasil pretes dan postes yang diberikan
digunakan adalah sebagai berikut: kepada siswa pada kelas eksperimen
maupun kelas
kontrol.
Perbedaan
H 0 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata digunakan uji beda dengan taraf pretes
signifikansi pada 0 . 05 . Hipotesis yang matematis kelas eksperimen dan
kemampuan
koneksi
digunakan adalah sebagai berikut: kontrol
H 0 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata
H 1 : Terdapat perbedaan rata-rata pretes postes kemampuan problem solving kemampuan koneksi matematis
kelas eksperimen dan kontrol kelas eksperimen dan kontrol
H 1 : Terdapat perbedaan rata-rata postes Kriteria pengujian untuk hipotesis di atas
kemampuan problem solving kelas adalah:
eksperimen dan kontrol Jika nilai signifikan (P-value) 0,05, maka
Kriteria pengujian untuk hipotesis di atas
H 0 diterima atau H 1 ditolak
adalah:
Jika nilai signifikan (P-value) < 0,05, maka Jika nilai signifikan (P-value) 0,05, maka
H 0 diterima atau H 1 ditolak Perhitungan perbedaan rata-rata pretes
H 0 ditolak atau H 1 diterima
Jika nilai signifikan (P-value) < 0,05, maka kemampuan koneksi matematis yang
H 0 ditolak atau H 1 diterima dilakukan dengan menggunakan uji t, karena data berdistribusi normal dan
Perhitungan perbedaan rata-rata homogen. Dari hasil perhitungan Levene's
postes kemampuan problem solving yang dilakukan dengan menggunakan uji t,
Test diperoleh nilai signifikan (P-value) karena data berdistribusi normal dan
sebesar 0,754. Nilai signifikan (P-value) ini lebih besar dari 0,05. Dengan kata lain
homogen. Dari hasil perhitungan Levene's asumsi kedua varians sama besar (equal
Test diperoleh nilai signifikan (P-value) variances assumed ) terpenuhi, sehingga
sebesar 0,660. Nilai signifikan (P-value) ini lebih besar dari 0,05. Dengan kata lain
kita menggunakan asumsi kedua varians asumsi kedua varians sama besar (equal
sama besar (equal variances assumed). Berdasarkan hasil uji t dengan asumsi
variances assumed ) terpenuhi, sehingga kedua varians sama besar (Equal variances
kita menggunakan asumsi kedua varians assumed ) diperoleh nilai t = -0,061 dengan
sama besar (equal variances assumed). Berdasarkan hasil uji t dengan asumsi
derajat kebebasan sebesar 68 dan nilai kedua varians sama besar (Equal variances
signifikan (p-value) sebesar 0,951. Karena nilai signifikan (p-value) lebih besar dari
assumed ) diperoleh nilai t = 3,182 dengan 0,05
H 0 derajat kebebasan sebesar 68 dan nilai diterima. Jadi signifikan (p-value) sebesar 0,002. Karena kesimpulannya adalah tidak terdapat
maka
nilai signifikan (p-value) lebih kecil dari perbedaan yang signifikan kemampuan
0,05 maka H 0 ditolak dan H 1 diterima. Jadi koneksi matematis siswa antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol sebelum kesimpulannya adalah terdapat perbedaan mendapat perlakuan.
yang signifikan antara kemampuan koneksi matematis siswa kelas eksperimen dan
b. Perbedaan Hasil Postes Kemampuan
kelas kontrol setelah mendapat perlakuan.
Koneksi Matematis
2. Perbedaan
Peningkatan
Untuk melihat perbedaan hasil
Kemampuan Koneksi Matematis
postes kemampuan koneksi matematis pada
Pada kelas Eksperimen dan Kelas
kelas eksperimen dan kelas kontrol,
Kontrol
Secara umum terdapat perbedaan tersebut. Rata-rata n-gain pada kelas yang peningkatan
memperoleh pembelajaran tematik yaitu matematis pada siswa yang melalui
kemampuan
koneksi
sebesar 0,48, sedangkan rata-rata n-gain pembelajaran tematik dengan siswa yang
pada kelas yang menerapkan pembelajaran mendapatkan pembelajaran konvensional.
konvensional sebesar 0,31. Untuk lebih Perbedaan tersebut dapat dilihat dari rata-
jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut. rata n-gain pada setiap pembelajaran
ain 0.4 0.31 -G
Diagram 1. N-Gain Kemampuan Koneksi Matematis
Dari kedua rata-rata n-gain tersebut terlihat homogenitas untuk rata-rata n-gain dari bahwa terdapat perbedaan peningkatan
kedua pembelajaran tersebut diperoleh kemampuan koneksi matematis siswa pada
kesimpulan bahwa data tersebut adalah kelas yang menerapkan pembelajaran
Perhitungan perbedaan tematik dan kelas yang menerapkan
homogen.
kemampuan koneksi pembelajaran
peningkatan
matematis yang dilakukan dengan perbedaan tersebut belum diketahui tingkat
konvensional.
Namun
menggunakan uji t, karena data keberartiannya. Oleh karena itu, untuk
berdistribusi normal dan homogen. melihat tingkat keberartian dari perbedaan
Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut: hasil rata-rata n-gain kedua pembelajaran
tersebut dapat dilakukan uji statistik melalui
terdapat perbedaan uji beda. Sebelum melakukan uji
H 0 : Tidak
peningkatan kemampuan koneksi perbedaan, terlebih dahulu dilakukan uji
matematis yang signifikan antara normalitas dengan menggunakan uji
siswa kelas eksperimen dan kontrol kolmogorov dan uji homogenitas dengan
H 1 : Terdapat perbedaan peningkatan mengambil taraf signifikansi sebesar α =
menggunakan uji
levene.
Dengan
kemampuan koneksi matematis 0,05, dari hasil perhitungan melalui bantuan
yang signifikan antara siswa kelas program SPSS for windows versi 12.0
eksperimen dan kontrol sebagaimana terlihat pada lampiran. Hasil
Kriteria pengujian adalah : uji normalitas untuk rata-rata n-gain pada
kedua pembelajaran tersebut berdistribusi Jika nilai signifikan (P-value) 0,05, maka
normal. Selanjutnya, dari hasil uji
H 0 diterima atau H 1 ditolak
Jika nilai signifikan (P-value) < 0,05, maka adalah cara penyajiannya yang berbeda,
H 0 ditolak atau H 1 diterima dalam pembelajaran tematik dilakukan secara terpadu melalui tema sedangkan
pembelajaran konvensional diperoleh nilai signifikan (P-value) sebesar
Dari hasil perhitungan Levene's Test
dalam
dilakukan secara terpisah. Tema yang 0,714. Nilai signifikan (P-value) ini lebih
menjadi sarana dalam menyampaikan besar dari 0,05. Dengan kata lain asumsi
materi matematika adalah ”Rumahku”. kedua varians sama besar (equal variances
Materi matematika yang dipelajari adalah assumed ) terpenuhi,
mengenai bangun datar. Mata pelajaran lain menggunakan asumsi kedua varians sama
sehingga kita
yang menjadi sarana dalam meningkatkan besar (equal variances assumed).
kemampuan koneksi matematis dan Berdasarkan hasil uji t dengan
problem solving dalam penelitian ini adalah asumsi kedua varians sama besar (Equal
Bahasa Indonesia, Seni Budaya dan variances assumed ) diperoleh nilai t =
Keterampilan, dan IPS. Berikut disajikan 4,217 dengan derajat kebebasan sebesar 68
hasil observasi selama pembelajaran yang dan nilai signifikan (p-value) sebesar 0,000.
meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan Karena nilai signifikan (p-value) lebih kecil
inti dan kegiatan penutup.
1) Kegiatan Pendahuluan Jadi kesimpulannya adalah terdapat
dari 0,05 maka H 0 ditolak dan H 1 diterima.
Pada awal pembelajaran, guru perbedaan
menyiapkan siswa secara psikis dan fisik koneksi matematis yang signifikan antara
peningkatan
kemampuan
untuk mengikuti proses pembelajaran. siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Contohnya, (a) guru dan siswa bernyanyi
3. Hasil Observasi
bersama-sama; atau (b) guru dan siswa menggerakkan
tangan/berolahraga Secara umum, pelaksanaan kegiatan bersama-sama. Pada kegiatan inipun, guru pembelajaran tematik berjalan dengan baik. selalu mengajukan pertanyaan-pertanyaan Pembelajaran
tematik
dilaksanakan
yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya sebanyak lima kali pertemuan, dengan dengan materi yang akan dipelajari lembar aktivitas siswa (LAS) dan soal-soal (apersepsi). Dalam kegiatan pendahuluan latihan/tugas/PR pada setiap pertemuannya ini juga guru menyampaikan cakupan yang
berisi permasalahan koneksi materi dan menjelaskan uraian kegiatan matematis. Alokasi waktu yang disediakan yang akan dilakukan sesuai dengan tema dalam pembelajaran tematik ini tidak jauh
”Rumahku”.
Kemudian, kegiatan dilanjutkan dengan pemberian motivasi
berbeda dengan
pembelajaran
konvensional. Alokasi waktu yang tersedia kepada siswa. Waktu yang dibutuhkan untuk mata pelajaran matematika di kelas sekitar 1 jam pelajaran. Walaupun tiga yaitu 6 jam pelajaran dalam satu pembelajaran tematik merupakan kegiatan minggu. Untuk mata pelajaran Bahasa yang baru bagi siswa maupun guru, tetapi Indonesia tersedia 5 jam pelajaran dalam para siswa memberikan respon yang cukup satu minggu, untuk mata pelajaran seni baik. Hal ini dibuktikan bahwa para siswa budaya dan keterampilan tersedia alokasi sangat semangat dalam mengikuti proses waktu 3 jam pelajaran dalam satu minggu pembelajaran tematik. Selain itu, siswa dan untuk mata pelajaran IPS tersedia sangat serius dalam mengerjakan soal-soal alokasi waktu 2 jam pelajaran dalam satu koneksi matematis yang diberikan. Siswa minggu. Yang membedakan pembelajaran secara umum telah mampu menerapkan tematik dengan pembelajaran konvensional konsep matematika dengan permasalahan konvensional. Alokasi waktu yang tersedia kepada siswa. Waktu yang dibutuhkan untuk mata pelajaran matematika di kelas sekitar 1 jam pelajaran. Walaupun tiga yaitu 6 jam pelajaran dalam satu pembelajaran tematik merupakan kegiatan minggu. Untuk mata pelajaran Bahasa yang baru bagi siswa maupun guru, tetapi Indonesia tersedia 5 jam pelajaran dalam para siswa memberikan respon yang cukup satu minggu, untuk mata pelajaran seni baik. Hal ini dibuktikan bahwa para siswa budaya dan keterampilan tersedia alokasi sangat semangat dalam mengikuti proses waktu 3 jam pelajaran dalam satu minggu pembelajaran tematik. Selain itu, siswa dan untuk mata pelajaran IPS tersedia sangat serius dalam mengerjakan soal-soal alokasi waktu 2 jam pelajaran dalam satu koneksi matematis yang diberikan. Siswa minggu. Yang membedakan pembelajaran secara umum telah mampu menerapkan tematik dengan pembelajaran konvensional konsep matematika dengan permasalahan
berkaitan dengan topik matematika tetapi dengan topik matematika itu sendiri. Di
juga berkaitan dengan kemampuan yang samping itu, interaksi antar siswa di dalam
harus dimiliki pada materi seni budaya dan kelas dan di dalam kelompok cukup baik.
keterampilan. Kegiatan-kegiatan di atas Siswa yang memiliki kemampuan yang
tidak asing bagi siswa dan sangat dekat lebih baik mampu membantu temannya
dengan kehidupan siswa, sehingga siswa yang kurang.
sangat senang melakukannya dan dapat belajar dengan bermakna.
2) Kegiatan Inti
aktivitas kelompok Pada
berlangsung, guru berkeliling ke setiap pembelajaran, kegiatan diawali dengan
kelompok untuk mengamati hasil pekerjaan pemberian masalah kepada siswa yang
siswa dan memberikan bimbingan tidak disajikan dalam LAS. Siswa diminta untuk
langsung kepada siswa. Dalam kesempatan membaca dan memahami masalah dalam ini, guru selalu menekankan kepada siswa LAS selama 10 menit. Setelah itu siswa
tentang pentingnya kemampuan koneksi bekerja kelompok untuk memecahkan
matematis. Apabila ada kelompok dengan permasalahan yang diberikan. Masalah
pekerjaan yang keliru, guru memperhatikan yang diberikan dalam LAS selalu
siswa untuk memberikan aktivitas yang melibatkan meminimalkan kemungkinan miskonsepsi. siswa secara aktif dalam
Hasil pekerjaan kelompok dengan pembelajaran. Aktivitas tersebut dapat
penyelesaian benar dan kelompok dengan menggali pengetahuan siswa sehingga
penyelesaian keliru ditampilkan di depan dapat mengkaitkan topik matematika yang
kelas. Kelompok lain menanggapi dan sedang dipelajari dengan kehidupan sehari- mengkritisi kelompok yang tampil tersebut, harinya atau dengan disiplin ilmu lain.
sehingga terjadi diskusi kelas. Dalam hal ini Contohnya, siswa diberi masalah untuk
guru memberikan penekanan terhadap membuat suatu model rumah yang tersusun
konsep-konsep dalam materi ini. dari berbagai jenis bangun datar yang
mereka ketahui, seperti: persegi panjang,
3) Kegiatan Penutup
persegi, segitiga dan lain-lain. Kemudian Pembelajaran ditutup dengan kegiatan
mereka harus memberi warna dan hiasan penyimpulan oleh siswa, yang diarahkan
yang menarik pada model rumah tersebut. oleh guru. Siswa diberi kesempatan untuk
Pada kegiatan ini mereka diberi kebebasan bertanya mengenai materi yang telah
untuk mengeksplor kemampuannya dalam dipelajari. Kegiatan ini berlangsung sekitar membuat suatu model rumah. Kegiatan inti
1 jam pelajaran.
ini berlangsung sekitar 3 jam pelajaran.
4. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran
Contoh aktivitas siswa yang terjadi
Konvensional
saat penelitian yaitu menyusun bangun datar menjadi bentuk baru, yang sangat
konvensional dekat dengan kehidupan siswa. Dari
Pembelajaran
merupakan pembelajaran yang diberikan aktivitas tersebut, selain siswa harus dapat
kepada kelas kontrol. Penyajian materi pada mengidentifikasi berbagai jenis bangun
pembelajaran ini dilakukan secara terpisah datar, ada kemampuan lain yang harus
antar mata pelajaran. Pembelajaran dimulai dimiliki siswa seperti : menggunting,
dengan penjelasan konsep bangun datar mengukur, menempel, kreatifitas, dan seni.
kepada siswa oleh guru, dilanjutkan dengan kepada siswa oleh guru, dilanjutkan dengan
matematika dalam Contoh soal dan latihan soal yang diberikan
guru
terhadap
pembelajaran tematik.
dalam pembelajaran konvensional memiliki Kemampuan koneksi matematis
tipe yang sama dengan pembelajaran siswa diungkap melalui hasil pretes dan tematik, yaitu berisikan tentang topik postes. Berdasarkan hasil penelitian yang
matematika yang berkaitan dengan topik
dikemukakan pada bagian matematika, konsep matematika yang
telah
sebelumnya, diketahui bahwa kemampuan berkaitan dengan mata pelajaran lain dan
siswa sebelum konsep matematika yang berkaitan dengan
koneksi matematis
perlakuan pada kedua kelas tergolong kehidupan sehari-hari. Namun perbedaan kurang. Setelah diberi perlakuan berupa yang
terjadi pada
pembelajaran
tematik pada kelas konvensional
eksperimen dan pembelajaran konvensional keterkaitan tersebut tidak di set dalam
pada kelas kontrol, kemampuan koneksi sebuah
koneksi matematis siswa yang memperoleh kesempatan kepada siswa untuk mencatat
tematik mengalami dan bertanya mengenai materi yang tidak
pembelajaran
signifikan bila dipahami siswa. Dalam penelitian ini, guru
peningkatan
yang
dibandingkan dengan kemampuan koneksi memberikan soal-soal tentang bangun datar
matematis pada siswa yang memperoleh yang diselesaikan secara individu. Guru
perlakuan pembelajaran konvensional. membantu siswa yang mengalami kendala.
Kemudian guru meminta siswa untuk Mencermati hasil penelitian di atas, menyelesaikan soal latihan di papan tulis.
pembelajaran tematik menunjukkan peran Di akhir pembelajaran, guru mengadakan
yang sangat berarti dalam meningkatkan refleksi pembelajaran dan memberikan
kemampuan koneksi matematis apabila tugas atau pekerjaan rumah.
dbandingkan
dengan pembelajaran konvensional. Hal ini diperkuat oleh hasil
Jika dibandingkan
dengan
penelitian yang dilakukan oleh Susanti yang pembelajaran tematik, aktivitas siswa pada
menyebutkan bahwa melalui pembelajaran pembelajaran ini cenderung kurang aktif
tematik, hasil belajar matematika siswa karena pembelajaran didominasi oleh guru,
mengalami peningkatan (Susanti,2008). meskipun di dalamnya terjadi diskusi
kelompok. Dalam pembelajaran ini, siswa Bila ditinjau kembali, kemampuan kurang memusatkan perhatian dan
koneksi matematis siswa dapat meningkat pikirannya terhadap penjelasan guru. Hal
atau berkembang apabila dalam proses ini disebabkan siswa hanya mendengarkan
siswa diberikan penjelasan dari guru, tidak dilibatkan
pembelajarannya,
kesempatan seluas-luasnya untuk melihat berpikir proaktif dan mengkonstruksi
keterkaitan-keterkaitan antara konsep- konsep sendiri.
konsep awal yang telah dimilikinya dengan konsep-konsep baru yang dihadapinya.
O. Pembahasan
Dengan demikian, siswa akan lebih mudah Pembahasan
menyelesaikan permasalahan- dilakukan berdasarkan pada faktor-faktor
permasalahan yang sedang dihadapinya. yang dicermati dalam studi ini, meliputi:
Hal ini disebabkan dalam penerapan Perbedaan kemampuan koneksi matematis,
pembelajaran tematik dapat mempermudah perbedaan
dan memotivasi siswa untuk mengenal, koneksi matematis, serta sikap siswa dan
peningkatan
kemampuan
menerima, menyerap dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep, menerima, menyerap dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep,
Sumarmo (2003:5), mengingat dan Dengan
menghafal tidak dianggap sebagai belajar pembelajaran
mempergunakan
model
yang sesungguhnya karena kegiatan psikologik, siswa digiring berpikir luas dan
tersebut tidak memasukkan proses asimilasi mendalam
dan pemahaman.
memahami hubungan-hubungan konseptual Pembelajaran tematik membuka
yang disajikan guru. Diharapkan dengan hal peluang yang sangat besar untuk penciptaan
ini, siswa akan terbiasa berpikir terarah, situasi belajar yang berpusat pada siswa teratur, utuh dan menyeluruh, sistematik, (student centre) , dimana guru bertindak
dan analitik. sebagai fasilitator dan motivator sementara
siswa aktif membangun pengetahuannya menyediakan wahana aktivitas belajar yang
serangkaian kegiatan menyenangkan.
berdasarkan
pembelajaran yang dilakukan. Menurut dikembangkan tersebut dekat dengan
Aktivitas
yang
Gega (1977:286), setiap orang tahu bahwa kehidupan siswa, seperti membuat model
siswa belajar sambil berbuat, namun Piaget rumah-rumahan menggunakan beragam
mengutarakan pandangan yang berbeda, jenis bangun datar dan menggunakan
bahwa siswa melakukan aktivitas berpikir sedotan untuk membuat kerangka rumah.
melalui kegiatan yang mereka lakukan. Setiap siswa memiliki caranya sendiri untuk
Siswa yang berada pada fase operasional memahami suatu konsep hingga ia sampai
konkrit harus belajar dengan material pada tahapan penguasaan konsep, hal ini
konkrit sebelum mereka mencapai tergantung pada banyak faktor, termasuk di