Ayu Syafitri 1815161609 Upaya Guru dalam
APRESIASI SASTRA DI SEKOLAH DASAR
UPAYA GURU DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA DAN MENULIS
PERMULAAN MELALUI SASTRA DONGENG
AYU SYAFITRI
1815161609
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2018
ABSTRAK
Membaca dan menulis permulaan merupakan salah satu kemampuan dasar
yang harus dikuasai oleh siswa, sebab keterampilan membaca dan menulis
sangat memengaruhi kegiatan pembelajaran ke depannya.
Membaca dan menulis permulaan dapat melalui pembelajaran sastra khususnya
dongeng. Pemberian dongeng ataupun cerita dengan membacakan buku atau
menyampaikan secara langsung dapat memperkaya kosa kata yang dimiliki anak
sehingga kemampuan bahasa anak
akan membaik. Selain itu dengan
diberikannya dongeng, kreaivitas anak dalam berimajinasi juga akan meningkat,
hal ini disebabkan karena anak mengimajinasikan kejadian-kejadian yang
disampaikan dalam dongeng.
Dalam tulisan ini akan dipaparkan upaya-upaya yang dapat ditempuh oleh guru
dalam pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan menggunakan
sastra dongeng sebagai bahan ajarnya.
Kata Kunci: membaca dan menulis permulaan, sastra dongeng
PENDAHULUAN
Membaca dan menulis merupakan suatu keterampilan yang sangat unik serta
berperan penting bagi perkembangan pengetahuan, dan sebagai alat komunikasi
bagi kehidupan manusia. Dengan membaca dan menulis, seseorang akan dapat
memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan serta pengalaman baru. Semua
yang diperoleh melalui membaca dan menulis itu akan memungkinkan siswa
mampu mempertinggi daya pikirnya, mempertajam pandangan dan memperluas
wawasannya. Kegiatan membaca dan menulis di sekolah merupakan kegiatan
yang sangat diperlukan oleh siapapun yang ingin maju dan meningkatkan diri.
Oleh sebab itu, peran guru mengajarkan membaca permulaan di sekolah sangat
penting.
Pembelajaran membaca dan menulis di kelas rendah akan sangat berpengaruh
terhadap kemampuan membaca dan menulis lanjut. Sebagai kemampuan yang
mendasari kemampuan berikutnya,
kemampuan
membaca dan
menulis
permulaan benar-benar memerlukan perhatian khusus dari guru. Jika dasar itu
2
tidak kuat, maka pada tahap membaca dan menulis lanjut siswa akan mengalami
kesulitan untuk memiliki kemampuan membaca dan menulis yang memadai.
Siswa yang tidak mampu membaca dan menulis dengan baik akan mengalami
kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran pada semua mata pelajaran.
Selain itu, siswa juga akan mengalami kesulitan menagkap dan memahami
informasi yang disajikan dalam berbagai buku pelajaran. Hal ini akan berdampak
pada kemajuan belajarnya,sehingga menjadi lamban jika dibandingkan dengan
teman yang lainnya. Oleh karena itu, seorang guru tentunya memiliki tugas untuk
mempersiapkan siswa agar termotivasi dalam meningkatkan kemampuan
membaca dan menulis serta pemahaman terhadap apa yang dibaca dan
ditulisnya.
Seseorang yang gemar membaca memungkinkan kemampuan berbahasanya
akan lebih baik, begitu pula dengan pengetahuannya. Tetapi hal tersebut belum
disadari oleh masyarakat Indonesia secara menyeluruh. Terbukti dengan hasil
penelitian UNESCO (2012) yang mencantumkan bahwa indeks membaca di
Indonesia hanya 0,001, artinya hanya satu dari seribu orang Indonesia yang
terbiasa untuk membaca.
Berdasarkan
hasil
penelitian
EGRA
(Early
Grade
Reading
Assessment/Pemetaan Kemampuan Membaca Pada Kelas Awal)1 menunjukkan
bahwa kemampuan membaca siswa sekolah dasar di Indonesia masih sangat
rendah. Hal tersebut sangat memprihatinkan bagi negara ini yang sudah sering
berganti kurikulum, namun tidak memiliki dampak yang nyata bagi kemajuan
bangsa.
Sastra dongeng dipilih karena muatan-muatan kebaikan yang ada didalamnya.
Dongeng adalah salah satu warisan budaya Indonesia sejak zaman dulu
disalurkan antar generasi. Di dalam dongeng terdapat moral dan nilai bangsa
yang sesuai dengan keadaan masyarakat Indonesia. Jadi dongeng sendiri
adalah sarana pendidikan moral bangsa yang sesuai. Selain bahasanya mudah
dicerna, tokoh dalam dongeng dapat melambangkan sifat manusia dalam
kehidupan sehari-hari.
1
dilansir dalam www.acdp-indonesia.org dengan tema “Pentingnya Membaca dan Penilaian di Kelas-Kelas
Awal”
3
Arah kebijakan pengajaran sastra secara tegas dinyatakan dalam Permendiknas
Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah. Dijelaskan bahwa tujuan pengajaran sastra agar peserta didik
memiliki kemampuan (1) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk
memperluas
wawasan,
pengetahuan
dan
memperhalus
kemampuan
budi
pekerti,
berbahasa,
dan;
serta
(2)
meningkatkan
menghargai
dan
mengembangkan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual
manusia Indonesia.
Pembelajaran sastra harus mendapat perhatian yang lebih baik, sebab
pembelajaran sastra di sekolah dasar adalah tonggak awal siswa dalam
memahami sastra, mulai sastra anak, sastra remaja, sampai pada sastra
dewasa. Dari sebuah cerita, siswa tidak hanya mendapatkan hiburan, tetapi nilainilai moral yang bisa membentuk karakternya, baik dari segi keagamaan,
keluarga, ataupun kemasyarakatan. Dongeng merupakan bagian dari sastra.
Oleh sebab itu, dongeng turut memiliki banyak manfaat bagi siswa. Hal ini
dijelaskan oleh Noor (2011) “terdapat enam manfaat dongeng bagi anak-anak
yaitu; 1) mengajarkan nilai moral yang baik; 2) mengembangkan daya imajinasi
anak; 3) menambah wawasan; 4) meningkatkan kreativitas; 5) mendekatkan
anak-anak dengan orang tua; dan 6) menghilangkan ketegangan atau stress.
Tentu dalam hal ini guru harus bekerja sama dengan orang tua siswa Orang tua
harus turut berperan aktif dalam memberikan dongeng-dongeng kepada anaknya
di rumah.
Karya sastra merupakan jalan keluar untuk melakukan perubahan dan
penanaman terhadap karakter siswa. Sastra berpotensi besar dalam membawa
masyarakat ke arah perubahan, termasuk perubahan karakter seseorang. Dapat
dipahami bahwa sastra dapat digunakan untuk mengajarkan bahasa dan
mengasah
kemampuan
bersosial
siswa
dengan
muatan-muatan
yang
terkandung dalam sebuah karya sastra. Di dalam sebuah karya sastra
terkandung berbagai macam kebaikan yang dibutuhkan oleh siswa termasuk
pemerolehan kosakata. Jika pembelajaran bahasa berbasis pada karya sastra,
bukan hal yang tidak mungkin bahwa siswa akan berperilaku layaknya manusia
Indonesia yang terpuji.
4
PEMBAHASAN
Membaca
adalah
keterampilan
yang
penting
dalam pembelajaran
dan
komunikasi. Membaca merupakan suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta
memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tulis. Proses belajar
yang paling efektif dapat dilakukan melalui kegiatan membaca. Adapun menurut
Tarigan (2008: 7) membaca adalah suatu proses yang dilakukan oleh pembaca
guna memperoleh pesan atau informasi yang hendak disampaikan oleh penulis
melalui media kata-kata atau bahasa lisan. Dengan demikian membaca memiliki
peran yang sangat penting bagi setiap manusia sehingga membaca perlu
dijadikan budaya yang baik.
Belajar membaca yang menyenangkan dibutuhkan karena pembelajaran
membaca di SD semestinya ditujukan untuk memenuhi kehausan siswa akan
pengetahuan dan memenuhi rasa keingintahuan mereka. Salah satu cara yang
dilakukan untuk memenuhi rasa ingin tahu siswa ini adalah dengan kegiatan
membaca. Kegiatan membaca yang dilakukan oleh siswa merupakan bagian dari
kegiatan pencarian siswa untuk menjawab berbagai pertanyaan yang muncul di
pikirannya. Maka semestinya pembelajaran membaca memberikan trigger pada
siswa untuk menyukai membaca dan kemudian mengembangkan sikap bukan
lagi “belajar membaca” akan tetapi “membaca untuk belajar sesuatu yang baru”
dan menjadi pembaca sejati.
Demikian
pula
pada
keterampilan
menulis.
Menulis
merupakan
suatu
keterampilan yang menyertai kemampuan membaca. Ketika seorang siswa
lancar menulis juga secara otomatis menunjukkan kemampuannya dalam
mengeja huruf meskipun pada awal mula siswa mungkin saja sudah dapat
menulis akan tetapi belum mengerti makna simbol yang dituliskan. Tulisan
tangan seringkali disamakan dengan kegiatan menggambar pada siswa, ketika
anak menggambar, sejatinya dia sedang menulis.
Kemampuan membaca diperlukan dalam seluruh proses belajar siswa. Siswa
yang mengalami ketidaklancaran dalam membaca akan mengalami kesulitan
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran. Begitu
pula jika siswa tidak lancar dalam menulis, siswa akan mengalami kesulitan
dalam mengekspresikan idenya secara tertulis.
5
Problematik selanjutnya yaitu guru belum memanfaatkan sastra dalam
pembelajaran membaca dan menulis permulaan. Sejak dahulu, sastra dianggap
menjadi sebuah solusi dalam pembelajaran karakter, akan tetapi dalam praktik di
lapangan menunjukkan bahwa sastra belum mampu dimanfaatkan secara
maksimal dalam pembelajaran. Sastra dijadikan bagian yang terpisah dari
pembelajaran
bahasa,
dan
dipandang
sebagai
pembelajaran
yang
membosankan. Seharusnya mulai ditumbuhkan kesadaran bahwa pembelajaran
sastra bukan bagian terpisah dari bahasa, melainkan keduanya merupakan
bagian terintegrasi yang tidak dapat dipisahkan.
Harus mulai dibangun kesadaran bahwa sastra dapat mengembangkan karakter,
mengasah etika, budi pekerti, pemerolehan bahasa dan lain-lain. Seharusnya
pembelajaran bahasa diawali dari sebuah karya sastra. Di dalam sebuah karya
sastra terkandung berbagai macam kebaikan yang dibutuhkan oleh siswa
termasuk pemerolehan kosakata. Jika pembelajaran bahasa berbasis pada karya
sastra, bukan hal yang tidak mungkin bahwa siswa akan berperilaku layaknya
manusia Indonesia yang terpuji.
Karya sastra sangat memungkinkan digunakan dengan maksimal dalam
penguatan pembelajaran MMP. Berikut upaya yang dapat dilakukan oleh guru
dalam pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan memanfaatkan
literasi sastra:
1. Mendengarkan cerita siswa dengan Pendekatan Pengalaman Berbahasa
(PPB).
Tahap pembelajaran ini bertujuan untuk mengumpulkan berbagai macam
cerita yang didapat dari siswa. Tahap pembelajaran ini sesuai dengan
Pendekatan Pengalam Berbahasa (PPB) atau lebih dikenal dengan
Language E perience Approach (LEA). Tujuan dari mendengarkan ceritacerita siswa adalah guru dapat merumuskan dongeng yang paling tepat
untuk didengarkan oleh siswa, sehingga siswa akan merasa dekat
dengan dongeng yang telah dirumuskan oleh guru.
2. Membuat dongeng berdasarkan cerita siswa.
Berdasarkan cerita-cerita yang didapat dari siswa, guru merumuskan
cerita tersebut ke dalam sebuah naskah dongeng. Kepiawaian guru
dalam membuat naskah dongeng sangat menentukan keberhasilan
6
pembelajaran. Dalam merumuskan naskah dongeng banyak hal yang
harus diperhatikan, diantaranya yaitu keterbacaan naskah, kesesuaian
naskah dengan perkembangan psikologi siswa, perbendaharaan dan
perkembangan kosakata siswa, dan lain-lain. Dengan kata lain, guru tidak
dapat merumuskan dan membuat naskah dongeng secara acak.
3. Bercerita dengan memanfaatan media big books.
Setelah naskah dibuat, guru melakukan kegiatan mendongeng dengan
mengerahkan kemampuannya dalam menyampaikan cerita kepada
siswa. Guru tidak sekadar membacakan dongeng, tapi harus mampu
menyampaikan dongeng tersebut hingga menarik bagi siswa. Dalam
mendongeng, guru menggunakan media big book agar menambah daya
tarik cerita. Big book merupakan buku yang digunakan berukuran besar
sehingga terlihat oleh semua siswa.
4. Berdiskusi tentang tokoh dan penokohan dalam dongeng.
Dalam proses berdiskusi akan merangsang kemampuan siswa dalam
menyimak cerita dan mengemukakan pendapat. Tentu akan terjadi
keberagaman pendapat dari siswa, tugas guru adalah membimbing siswa
ke dalam sebuah pola berpikir yang tepat. Hal yang paling penting dalam
tahap ini adalah, guru dilarang menyalahkan pendapat siswa, karena
akan berpengaruh terhadap perkembangan psikologis. Dikhawatirkan
siswa tersebut tidak akan berani tampil kembali dalam mengemukakan
pendapat. Selain itu, dari keragaman pendapat yang mungkin terjadi akan
menghidupkan kelas, karena memiliki banyak sudut pandang berpikir.
5. Guru menuliskan tokoh dan bagian-bagian cerita lainnya.
Setelah proses berdiskusi mengenai tokoh dan penokohan dalam
dongeng, guru melanjutkan pada kegiatan menulis. Guru menuliskan kata
dan/atau kalimat yang terdapat dalam dongeng untuk dibacakan
bersama-sama dengan siswa. Kegiatan menulis ini merupakan sesuatu
yang penting, karena guru akan mempraktikkan kepada siswa tentang
cara menuliskan sebuah huruf menjadi kata dan dirangkai menjadi
sebuah kalimat utuh.
7
6. Siswa membaca bersama dan individu.
Setelah guru selesai menulis, guru meminta siswa untuk membaca
bersama-sama.
Dalam
kegiatan
membaca
bersama,
guru
turut
membimbing siswa agar seluruh siswa mengikuti tahap pembelajaran.
Proses
membaca
dilakukan
berulang-ulang
dengan
penekanan-
penekanan pada huruf atau kata-kata yang dianggap sulit. Proses
membaca bersama dilakukan dengan metode SAS (Struktur Analisis
Sintetik) yaitu, ditampilkan terlebih dahulu satu kalimat, kemudian dibagi
menjadi kata-kata, sampai pada bagian terkecil yaitu huruf. Kemudian
dilakukan hal sebaliknya, dari huruf-huruf dirangkai menjadi sebuah kata
dan sampai pada sebuah kalimat. Dalam kegiatan membaca, guru
mempersilahkan siswa untuk belajar membaca secara bergantian,
sehingga tidak semuanya dibaca secara bersama-sama.
7. Menulis Berantai
Guru membimbing siswa untuk menulis huruf demi huruf hingga terangkai
menjadi sebuah kata dan sampai pada kalimat. Guru mempersilakan
siswa
untuk
menulis
secara
bergantian
hingga
semua
siswa
mendapatkan bagian yang sama. Tahapan ini untuk mengasah
kemampuan siswa dalam menuliskan lambang-lambang bahasa sehingga
dapat terbaca. Siswa harus menyadari bahwa yang mereka ujarakan
dapat mereka tuliskan ke dalam sebuah lambang bahasa.
8. Membaca Ulang
Membaca ulang merupakan tahap terakhir dalam pembelajaran membaca
dan menulis permulaan dengan penguatan literasi sastra. Membaca
ulang dimaksudkan untuk pembiasaan kepada siswa untuk gemar
membaca, terutama yang mereka baca adalah tulisan sendiri (bukan lagi
tulisan guru). Dari hal tersebut diharapkan akan tumbuh motivasi
membaca dan menulis, bahwa yang mereka tulis dapat dibaca.
Mendongeng
sangat
memungkinkan
untuk
digunakan
pada
proses
pembelajaran. Kemunculan tokoh yang berkarakter kuat dalam dongeng,
mendorong siswa untuk mengidolakan bahkan mencontoh watak dan perilaku
sang tokoh. Mengingat hal tersebut, tidak boleh sembarangan memilih dongeng
atau cerita yang akan disampaikan. Dongeng anak harus terhindarkan dari
8
unsur-unsur yang berhubungan dengan segi isi cerita bersifat negatif, yang tidak
pantas untuk diketahui siswa karena unsur-unsur tersebut dapat mempengaruhi
perkembangan jiwa siswa ke arah yang tidak baik.
Cerita anak-anak adalah cerita sederhana yang kompleks. Kesederhanaan itu
ditandai oleh syarat wacananya yang baku dan berkualitas tinggi, namun tidak
ruwet sehingga komunikatif. Maka dialog dan komunikasi saat mendongengpun
sangat diperlukan karena dapat menghidupkan suasana mendongeng dan
membantu pemahaman anak terhadap dongeng yang disajikan. Dialog yang
diucapkan atau dilakukan para tokoh dalam mendongeng harus wajar dan hidup.
Oleh karena itu, bahasa yang digunakan harus singkat dan lugas, tidak
menggunakan gaya bahasa yang biasa digunakan oleh orang dewasa.
KESIMPULAN
Membaca
dan menulis permulaan
mempunyai peranan penting dalam
mempelajari pelajaran di sekolah. Semakin cepat siswa dapat membaca dengan
lancar akan semakin besar peluang untuk dapat memahami dan mempelajari
pelajaran di sekolah. Begitu pula jika siswa lancar dalam menulis, siswa akan
lebih mudah dalam mengekspresikan idenya secara tertulis.
Membaca dan menulis permulaan dapat melalui pembelajaran sastra khususnya
dongeng. Pemberian dongeng ataupun cerita dengan membacakan buku atau
menyampaikan secara langsung dapat meningkatkan kemampuan bahasa pada
anak. Siswa mendapatkan kosa kata baru setelah pemberian dongeng.
Pemberian kosa kata baru inilah yang nantinya dapat memperkaya kosa kata
yang dimiliki anak sehingga kemampuan bahasa anak terutama akan membaik.
Selain itu dengan diberikannya dongeng, kreaivitas anak dalam berimajinasi juga
akan meningkat, hal ini disebabkan karena anak mengimajinasikan kejadiankejadian yang disampaikan dalam dongeng.
Di dalam sebuah karya sastra terkandung berbagai macam kebaikan yang
dibutuhkan oleh siswa termasuk pemerolehan kosakata. Jika pembelajaran
bahasa berbasis pada karya sastra, bukan hal yang tidak mungkin bahwa siswa
akan memiliki karakter, etika, serta budi pekerti yang terpuji.
9
REFERENSI
Ahyani, Latifah Nur. "Metode Dongeng dalam Meningkatkan Perkembangan
Kecerdasan Moral Anak ." Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus Vol. 1 No.
1, 2010: 24-32.
Ernawati. "Menumbuhkan Nilai Pendidikan Karakter Anak SD Melalui Dongeng
(Fabel) dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia." Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Dasar Vol. 4 No. 1, 2017: 120-132.
Fatholah, Mintikawati Sari, M Ismail Sr, and Usada. "Meningkatkan Keterampilan
Menyimak Dongeng Melalui Media Panggung Boneka." Jurnal Kreatif
Tadulako Online Vol. 4 No. 4, 2014: 5-10.
Halimah, Siti. "Understanding Analysis and Teacher Preparation Implement
Curriculum 2013." International Journal On Language, Research And
Education Studies Vol. 2, No. 1, 2013: 181-197.
ACDP Indonesia. Pentingnya Membaca dan Penilaian di Kelas-Kelas Awal.
2014. http://www.acdp-indonesia.org/wp-content/uploads/2015 /02/WorkingPaper-ACDP-EGRA-Indonesia-FINAL1.pdf (accessed May 4, 2018).
Irdawati, Yunidar, and Darmawan. "Meningkatkan Kemampuan Membaca
Permulaan dengan Menggunakan Media Gambar Kelas 1." Jurnal Kreatif
Tadulako Online Vol. 5 No. 4, 2015: 1-14.
Iswinarti, Nur Rahmatul Azkiya. "Pengaruh Mendengarkan Dongeng Terhadap
Kemampuan Bahasa Anak." Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan Vol. 4 No. 2,
2016: 123-139.
Kurniastuti, Irine. "Mengenal Kesukaran Belajar Membaca Menulis Awal Siswa
Sekolah Dasar dan Metode Montessori Sebagai Salah Satu Alternatif
Pengajarannya." Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 1, 2013:
174-182.
Kurniawan, Muhammad Yusuf, and St. Y. Slamet Slamet. "Peningkatan
Keterampilan Membaca Pemahaman dengan Menggunakan Strategi Directed
Reading Thinking Activity (DRTA)." Jurnal Bahasa dan Sastra, 2016: 1-6.
10
Langi, Andi. "Peningkatan Kemampuan Membaca dan Menulis dengan
Menggunakan Kartu Huruf ." Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 8 88102, 2016: 88-102.
Latae, Azlia, Sahruddin Barasandji, and Muhsin. "Upaya Meningkatkan
Kemampuan Menulis Permulaan Siswa Melalui Metode SAS Siswa Kelas 1
SDN Tondo Kecamatan Bungku Barat Kabupaten Morowali." Jurnal Kreatif
Tadulako Online Vol. 2 No. 4, 2014: 199-213.
Mancoro, Nurliatin. "Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Dongeng dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas I SD Negeri 2 Tatura." Jurnal
Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 , 2013: 306-314.
Marlina.
"Meningkatkan
Kemampuan
Membaca
Permulaan
dengan
Menggunakan Metode SAS Siswa Kelas I SDN Ambunu." Jurnal Kreatif
Tadulako Online Vol. 2 No. 1, 2014: 15-27.
Mislaini. "Improving Students’ Reading Comprehension of Narrative Text By
Using Fable." International Journal on Language, Research and Education
Studies Vol. 1, No. 2, 2015: 39-61.
Muhdiah, Mumuy, and Suherman. "Sistem Interaktif Membaca Permulaan Bagi
Anak Usia Dini." Jurnal Ilmiah ILKOM Vol. 8 No. 1, 2016: 23-28.
Muhyidin, Asep. "Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan Bahasa
Indonesia di Kelas Awal ." Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 2 No. 4, 2014:
1-12.
Mulyati, Y. (2016). Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Literasi Melalui
Pembiasaan dan Pembelajaran." Prosiding Seminar Nasional dan Kongres
Ke-3 Ikatan Pengajar Bahasa Indonesia (IPBI) Universitas Swadaya Gunung
Jati, 2016: 507-515.
Noor, R. Pendidikan Karakter Berbasis Sastra. Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2011.
Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Pratiwi, Inne Marthyanne. "Analisis Kesulitan Siswa dalam Membaca Permulaan
di Kelas Satu Sekolah Dasar." Jurnal Sekolah Dasar Nomor 1, 2017: 69-75.
11
Rozak, Abdul. "Kajian Puisi Anak dan Bahan Ajar Tematik Bahasa Indonesia
Sekolah Dasar." Deiksis - Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
2015: 1-17.
Rozak, R. W. A. "Pengembangan Pembelajaran Membaca dan Menulis
Permulaan Melalui Pendekatan Pengalaman Berbahasa Berbasis Literasi
Sastra." Proposal Disertas Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan
Indonesia, 2017.
Samniah, Naswiani. "Kemampuan Memahami Isi Bacaan Siswa." Jurnal
Humanika Vol. 1 No. 16, 2013: 1-16.
Suhartini, Sigi, Efendi, and Pratama Bayu Santosa. "Peningkatan Kemampuan
Siswa Membaca dan Menulis Permulaan Melalui Metode SAS Di Kelas 1 SD
Inpres Sibalaya Utara Kecamatan Tanambulava." Jurnal Kreatif Tadulako
Online Vol. 5 No. 8, 2014: 160-182.
Suherman. "Sistem Interaktif Membaca Permulaan Bagi Anak." Jurnal Ilmiah
ILKOM Vol. 8 No. 1, 2016: 50-62.
Sumaryana, Y. "Pembelajaran Sastra di Sekolah Dasar Berbasis Kearifan Lokal
(Cerita Rakyat)." Jurnal Mimbar Sekolah Dasar Vol. 4 No. 1, 2017: 21-28.
Tarigan, Henry Guntur. Dasar-Dasar Psikosastra. Bandung: Angkasa, 1995.
Tindaon, Yosi Abdian. "Pembelajaran Sastra Sebagai Salah Satu Wujud
Implementasi Pendidikan Berkarakter." Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5
No. 4 , 2015: 8-17.
Tripungkasingtyas, Sri Yuniarti. "Pembelajaran Sastra di Sekolah Dasar Melalui
Karya Sastra Cerita Rakyat Sebagai Salah Satu Bentuk Pengenalan Budaya
Nusantara." Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III, 2013: 518-521.
Yawu, Surfin, Efendi, and Saharudin Barasandji. "Peningkatan Kemempuan
Siswa Membaca Permulaan Melalui Metode Permainan Bahasa di Kelas I
SDN Mire." Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 2, 2015: 52-63.
12
UPAYA GURU DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA DAN MENULIS
PERMULAAN MELALUI SASTRA DONGENG
AYU SYAFITRI
1815161609
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2018
ABSTRAK
Membaca dan menulis permulaan merupakan salah satu kemampuan dasar
yang harus dikuasai oleh siswa, sebab keterampilan membaca dan menulis
sangat memengaruhi kegiatan pembelajaran ke depannya.
Membaca dan menulis permulaan dapat melalui pembelajaran sastra khususnya
dongeng. Pemberian dongeng ataupun cerita dengan membacakan buku atau
menyampaikan secara langsung dapat memperkaya kosa kata yang dimiliki anak
sehingga kemampuan bahasa anak
akan membaik. Selain itu dengan
diberikannya dongeng, kreaivitas anak dalam berimajinasi juga akan meningkat,
hal ini disebabkan karena anak mengimajinasikan kejadian-kejadian yang
disampaikan dalam dongeng.
Dalam tulisan ini akan dipaparkan upaya-upaya yang dapat ditempuh oleh guru
dalam pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan menggunakan
sastra dongeng sebagai bahan ajarnya.
Kata Kunci: membaca dan menulis permulaan, sastra dongeng
PENDAHULUAN
Membaca dan menulis merupakan suatu keterampilan yang sangat unik serta
berperan penting bagi perkembangan pengetahuan, dan sebagai alat komunikasi
bagi kehidupan manusia. Dengan membaca dan menulis, seseorang akan dapat
memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan serta pengalaman baru. Semua
yang diperoleh melalui membaca dan menulis itu akan memungkinkan siswa
mampu mempertinggi daya pikirnya, mempertajam pandangan dan memperluas
wawasannya. Kegiatan membaca dan menulis di sekolah merupakan kegiatan
yang sangat diperlukan oleh siapapun yang ingin maju dan meningkatkan diri.
Oleh sebab itu, peran guru mengajarkan membaca permulaan di sekolah sangat
penting.
Pembelajaran membaca dan menulis di kelas rendah akan sangat berpengaruh
terhadap kemampuan membaca dan menulis lanjut. Sebagai kemampuan yang
mendasari kemampuan berikutnya,
kemampuan
membaca dan
menulis
permulaan benar-benar memerlukan perhatian khusus dari guru. Jika dasar itu
2
tidak kuat, maka pada tahap membaca dan menulis lanjut siswa akan mengalami
kesulitan untuk memiliki kemampuan membaca dan menulis yang memadai.
Siswa yang tidak mampu membaca dan menulis dengan baik akan mengalami
kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran pada semua mata pelajaran.
Selain itu, siswa juga akan mengalami kesulitan menagkap dan memahami
informasi yang disajikan dalam berbagai buku pelajaran. Hal ini akan berdampak
pada kemajuan belajarnya,sehingga menjadi lamban jika dibandingkan dengan
teman yang lainnya. Oleh karena itu, seorang guru tentunya memiliki tugas untuk
mempersiapkan siswa agar termotivasi dalam meningkatkan kemampuan
membaca dan menulis serta pemahaman terhadap apa yang dibaca dan
ditulisnya.
Seseorang yang gemar membaca memungkinkan kemampuan berbahasanya
akan lebih baik, begitu pula dengan pengetahuannya. Tetapi hal tersebut belum
disadari oleh masyarakat Indonesia secara menyeluruh. Terbukti dengan hasil
penelitian UNESCO (2012) yang mencantumkan bahwa indeks membaca di
Indonesia hanya 0,001, artinya hanya satu dari seribu orang Indonesia yang
terbiasa untuk membaca.
Berdasarkan
hasil
penelitian
EGRA
(Early
Grade
Reading
Assessment/Pemetaan Kemampuan Membaca Pada Kelas Awal)1 menunjukkan
bahwa kemampuan membaca siswa sekolah dasar di Indonesia masih sangat
rendah. Hal tersebut sangat memprihatinkan bagi negara ini yang sudah sering
berganti kurikulum, namun tidak memiliki dampak yang nyata bagi kemajuan
bangsa.
Sastra dongeng dipilih karena muatan-muatan kebaikan yang ada didalamnya.
Dongeng adalah salah satu warisan budaya Indonesia sejak zaman dulu
disalurkan antar generasi. Di dalam dongeng terdapat moral dan nilai bangsa
yang sesuai dengan keadaan masyarakat Indonesia. Jadi dongeng sendiri
adalah sarana pendidikan moral bangsa yang sesuai. Selain bahasanya mudah
dicerna, tokoh dalam dongeng dapat melambangkan sifat manusia dalam
kehidupan sehari-hari.
1
dilansir dalam www.acdp-indonesia.org dengan tema “Pentingnya Membaca dan Penilaian di Kelas-Kelas
Awal”
3
Arah kebijakan pengajaran sastra secara tegas dinyatakan dalam Permendiknas
Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah. Dijelaskan bahwa tujuan pengajaran sastra agar peserta didik
memiliki kemampuan (1) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk
memperluas
wawasan,
pengetahuan
dan
memperhalus
kemampuan
budi
pekerti,
berbahasa,
dan;
serta
(2)
meningkatkan
menghargai
dan
mengembangkan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual
manusia Indonesia.
Pembelajaran sastra harus mendapat perhatian yang lebih baik, sebab
pembelajaran sastra di sekolah dasar adalah tonggak awal siswa dalam
memahami sastra, mulai sastra anak, sastra remaja, sampai pada sastra
dewasa. Dari sebuah cerita, siswa tidak hanya mendapatkan hiburan, tetapi nilainilai moral yang bisa membentuk karakternya, baik dari segi keagamaan,
keluarga, ataupun kemasyarakatan. Dongeng merupakan bagian dari sastra.
Oleh sebab itu, dongeng turut memiliki banyak manfaat bagi siswa. Hal ini
dijelaskan oleh Noor (2011) “terdapat enam manfaat dongeng bagi anak-anak
yaitu; 1) mengajarkan nilai moral yang baik; 2) mengembangkan daya imajinasi
anak; 3) menambah wawasan; 4) meningkatkan kreativitas; 5) mendekatkan
anak-anak dengan orang tua; dan 6) menghilangkan ketegangan atau stress.
Tentu dalam hal ini guru harus bekerja sama dengan orang tua siswa Orang tua
harus turut berperan aktif dalam memberikan dongeng-dongeng kepada anaknya
di rumah.
Karya sastra merupakan jalan keluar untuk melakukan perubahan dan
penanaman terhadap karakter siswa. Sastra berpotensi besar dalam membawa
masyarakat ke arah perubahan, termasuk perubahan karakter seseorang. Dapat
dipahami bahwa sastra dapat digunakan untuk mengajarkan bahasa dan
mengasah
kemampuan
bersosial
siswa
dengan
muatan-muatan
yang
terkandung dalam sebuah karya sastra. Di dalam sebuah karya sastra
terkandung berbagai macam kebaikan yang dibutuhkan oleh siswa termasuk
pemerolehan kosakata. Jika pembelajaran bahasa berbasis pada karya sastra,
bukan hal yang tidak mungkin bahwa siswa akan berperilaku layaknya manusia
Indonesia yang terpuji.
4
PEMBAHASAN
Membaca
adalah
keterampilan
yang
penting
dalam pembelajaran
dan
komunikasi. Membaca merupakan suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta
memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tulis. Proses belajar
yang paling efektif dapat dilakukan melalui kegiatan membaca. Adapun menurut
Tarigan (2008: 7) membaca adalah suatu proses yang dilakukan oleh pembaca
guna memperoleh pesan atau informasi yang hendak disampaikan oleh penulis
melalui media kata-kata atau bahasa lisan. Dengan demikian membaca memiliki
peran yang sangat penting bagi setiap manusia sehingga membaca perlu
dijadikan budaya yang baik.
Belajar membaca yang menyenangkan dibutuhkan karena pembelajaran
membaca di SD semestinya ditujukan untuk memenuhi kehausan siswa akan
pengetahuan dan memenuhi rasa keingintahuan mereka. Salah satu cara yang
dilakukan untuk memenuhi rasa ingin tahu siswa ini adalah dengan kegiatan
membaca. Kegiatan membaca yang dilakukan oleh siswa merupakan bagian dari
kegiatan pencarian siswa untuk menjawab berbagai pertanyaan yang muncul di
pikirannya. Maka semestinya pembelajaran membaca memberikan trigger pada
siswa untuk menyukai membaca dan kemudian mengembangkan sikap bukan
lagi “belajar membaca” akan tetapi “membaca untuk belajar sesuatu yang baru”
dan menjadi pembaca sejati.
Demikian
pula
pada
keterampilan
menulis.
Menulis
merupakan
suatu
keterampilan yang menyertai kemampuan membaca. Ketika seorang siswa
lancar menulis juga secara otomatis menunjukkan kemampuannya dalam
mengeja huruf meskipun pada awal mula siswa mungkin saja sudah dapat
menulis akan tetapi belum mengerti makna simbol yang dituliskan. Tulisan
tangan seringkali disamakan dengan kegiatan menggambar pada siswa, ketika
anak menggambar, sejatinya dia sedang menulis.
Kemampuan membaca diperlukan dalam seluruh proses belajar siswa. Siswa
yang mengalami ketidaklancaran dalam membaca akan mengalami kesulitan
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran. Begitu
pula jika siswa tidak lancar dalam menulis, siswa akan mengalami kesulitan
dalam mengekspresikan idenya secara tertulis.
5
Problematik selanjutnya yaitu guru belum memanfaatkan sastra dalam
pembelajaran membaca dan menulis permulaan. Sejak dahulu, sastra dianggap
menjadi sebuah solusi dalam pembelajaran karakter, akan tetapi dalam praktik di
lapangan menunjukkan bahwa sastra belum mampu dimanfaatkan secara
maksimal dalam pembelajaran. Sastra dijadikan bagian yang terpisah dari
pembelajaran
bahasa,
dan
dipandang
sebagai
pembelajaran
yang
membosankan. Seharusnya mulai ditumbuhkan kesadaran bahwa pembelajaran
sastra bukan bagian terpisah dari bahasa, melainkan keduanya merupakan
bagian terintegrasi yang tidak dapat dipisahkan.
Harus mulai dibangun kesadaran bahwa sastra dapat mengembangkan karakter,
mengasah etika, budi pekerti, pemerolehan bahasa dan lain-lain. Seharusnya
pembelajaran bahasa diawali dari sebuah karya sastra. Di dalam sebuah karya
sastra terkandung berbagai macam kebaikan yang dibutuhkan oleh siswa
termasuk pemerolehan kosakata. Jika pembelajaran bahasa berbasis pada karya
sastra, bukan hal yang tidak mungkin bahwa siswa akan berperilaku layaknya
manusia Indonesia yang terpuji.
Karya sastra sangat memungkinkan digunakan dengan maksimal dalam
penguatan pembelajaran MMP. Berikut upaya yang dapat dilakukan oleh guru
dalam pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan memanfaatkan
literasi sastra:
1. Mendengarkan cerita siswa dengan Pendekatan Pengalaman Berbahasa
(PPB).
Tahap pembelajaran ini bertujuan untuk mengumpulkan berbagai macam
cerita yang didapat dari siswa. Tahap pembelajaran ini sesuai dengan
Pendekatan Pengalam Berbahasa (PPB) atau lebih dikenal dengan
Language E perience Approach (LEA). Tujuan dari mendengarkan ceritacerita siswa adalah guru dapat merumuskan dongeng yang paling tepat
untuk didengarkan oleh siswa, sehingga siswa akan merasa dekat
dengan dongeng yang telah dirumuskan oleh guru.
2. Membuat dongeng berdasarkan cerita siswa.
Berdasarkan cerita-cerita yang didapat dari siswa, guru merumuskan
cerita tersebut ke dalam sebuah naskah dongeng. Kepiawaian guru
dalam membuat naskah dongeng sangat menentukan keberhasilan
6
pembelajaran. Dalam merumuskan naskah dongeng banyak hal yang
harus diperhatikan, diantaranya yaitu keterbacaan naskah, kesesuaian
naskah dengan perkembangan psikologi siswa, perbendaharaan dan
perkembangan kosakata siswa, dan lain-lain. Dengan kata lain, guru tidak
dapat merumuskan dan membuat naskah dongeng secara acak.
3. Bercerita dengan memanfaatan media big books.
Setelah naskah dibuat, guru melakukan kegiatan mendongeng dengan
mengerahkan kemampuannya dalam menyampaikan cerita kepada
siswa. Guru tidak sekadar membacakan dongeng, tapi harus mampu
menyampaikan dongeng tersebut hingga menarik bagi siswa. Dalam
mendongeng, guru menggunakan media big book agar menambah daya
tarik cerita. Big book merupakan buku yang digunakan berukuran besar
sehingga terlihat oleh semua siswa.
4. Berdiskusi tentang tokoh dan penokohan dalam dongeng.
Dalam proses berdiskusi akan merangsang kemampuan siswa dalam
menyimak cerita dan mengemukakan pendapat. Tentu akan terjadi
keberagaman pendapat dari siswa, tugas guru adalah membimbing siswa
ke dalam sebuah pola berpikir yang tepat. Hal yang paling penting dalam
tahap ini adalah, guru dilarang menyalahkan pendapat siswa, karena
akan berpengaruh terhadap perkembangan psikologis. Dikhawatirkan
siswa tersebut tidak akan berani tampil kembali dalam mengemukakan
pendapat. Selain itu, dari keragaman pendapat yang mungkin terjadi akan
menghidupkan kelas, karena memiliki banyak sudut pandang berpikir.
5. Guru menuliskan tokoh dan bagian-bagian cerita lainnya.
Setelah proses berdiskusi mengenai tokoh dan penokohan dalam
dongeng, guru melanjutkan pada kegiatan menulis. Guru menuliskan kata
dan/atau kalimat yang terdapat dalam dongeng untuk dibacakan
bersama-sama dengan siswa. Kegiatan menulis ini merupakan sesuatu
yang penting, karena guru akan mempraktikkan kepada siswa tentang
cara menuliskan sebuah huruf menjadi kata dan dirangkai menjadi
sebuah kalimat utuh.
7
6. Siswa membaca bersama dan individu.
Setelah guru selesai menulis, guru meminta siswa untuk membaca
bersama-sama.
Dalam
kegiatan
membaca
bersama,
guru
turut
membimbing siswa agar seluruh siswa mengikuti tahap pembelajaran.
Proses
membaca
dilakukan
berulang-ulang
dengan
penekanan-
penekanan pada huruf atau kata-kata yang dianggap sulit. Proses
membaca bersama dilakukan dengan metode SAS (Struktur Analisis
Sintetik) yaitu, ditampilkan terlebih dahulu satu kalimat, kemudian dibagi
menjadi kata-kata, sampai pada bagian terkecil yaitu huruf. Kemudian
dilakukan hal sebaliknya, dari huruf-huruf dirangkai menjadi sebuah kata
dan sampai pada sebuah kalimat. Dalam kegiatan membaca, guru
mempersilahkan siswa untuk belajar membaca secara bergantian,
sehingga tidak semuanya dibaca secara bersama-sama.
7. Menulis Berantai
Guru membimbing siswa untuk menulis huruf demi huruf hingga terangkai
menjadi sebuah kata dan sampai pada kalimat. Guru mempersilakan
siswa
untuk
menulis
secara
bergantian
hingga
semua
siswa
mendapatkan bagian yang sama. Tahapan ini untuk mengasah
kemampuan siswa dalam menuliskan lambang-lambang bahasa sehingga
dapat terbaca. Siswa harus menyadari bahwa yang mereka ujarakan
dapat mereka tuliskan ke dalam sebuah lambang bahasa.
8. Membaca Ulang
Membaca ulang merupakan tahap terakhir dalam pembelajaran membaca
dan menulis permulaan dengan penguatan literasi sastra. Membaca
ulang dimaksudkan untuk pembiasaan kepada siswa untuk gemar
membaca, terutama yang mereka baca adalah tulisan sendiri (bukan lagi
tulisan guru). Dari hal tersebut diharapkan akan tumbuh motivasi
membaca dan menulis, bahwa yang mereka tulis dapat dibaca.
Mendongeng
sangat
memungkinkan
untuk
digunakan
pada
proses
pembelajaran. Kemunculan tokoh yang berkarakter kuat dalam dongeng,
mendorong siswa untuk mengidolakan bahkan mencontoh watak dan perilaku
sang tokoh. Mengingat hal tersebut, tidak boleh sembarangan memilih dongeng
atau cerita yang akan disampaikan. Dongeng anak harus terhindarkan dari
8
unsur-unsur yang berhubungan dengan segi isi cerita bersifat negatif, yang tidak
pantas untuk diketahui siswa karena unsur-unsur tersebut dapat mempengaruhi
perkembangan jiwa siswa ke arah yang tidak baik.
Cerita anak-anak adalah cerita sederhana yang kompleks. Kesederhanaan itu
ditandai oleh syarat wacananya yang baku dan berkualitas tinggi, namun tidak
ruwet sehingga komunikatif. Maka dialog dan komunikasi saat mendongengpun
sangat diperlukan karena dapat menghidupkan suasana mendongeng dan
membantu pemahaman anak terhadap dongeng yang disajikan. Dialog yang
diucapkan atau dilakukan para tokoh dalam mendongeng harus wajar dan hidup.
Oleh karena itu, bahasa yang digunakan harus singkat dan lugas, tidak
menggunakan gaya bahasa yang biasa digunakan oleh orang dewasa.
KESIMPULAN
Membaca
dan menulis permulaan
mempunyai peranan penting dalam
mempelajari pelajaran di sekolah. Semakin cepat siswa dapat membaca dengan
lancar akan semakin besar peluang untuk dapat memahami dan mempelajari
pelajaran di sekolah. Begitu pula jika siswa lancar dalam menulis, siswa akan
lebih mudah dalam mengekspresikan idenya secara tertulis.
Membaca dan menulis permulaan dapat melalui pembelajaran sastra khususnya
dongeng. Pemberian dongeng ataupun cerita dengan membacakan buku atau
menyampaikan secara langsung dapat meningkatkan kemampuan bahasa pada
anak. Siswa mendapatkan kosa kata baru setelah pemberian dongeng.
Pemberian kosa kata baru inilah yang nantinya dapat memperkaya kosa kata
yang dimiliki anak sehingga kemampuan bahasa anak terutama akan membaik.
Selain itu dengan diberikannya dongeng, kreaivitas anak dalam berimajinasi juga
akan meningkat, hal ini disebabkan karena anak mengimajinasikan kejadiankejadian yang disampaikan dalam dongeng.
Di dalam sebuah karya sastra terkandung berbagai macam kebaikan yang
dibutuhkan oleh siswa termasuk pemerolehan kosakata. Jika pembelajaran
bahasa berbasis pada karya sastra, bukan hal yang tidak mungkin bahwa siswa
akan memiliki karakter, etika, serta budi pekerti yang terpuji.
9
REFERENSI
Ahyani, Latifah Nur. "Metode Dongeng dalam Meningkatkan Perkembangan
Kecerdasan Moral Anak ." Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus Vol. 1 No.
1, 2010: 24-32.
Ernawati. "Menumbuhkan Nilai Pendidikan Karakter Anak SD Melalui Dongeng
(Fabel) dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia." Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Dasar Vol. 4 No. 1, 2017: 120-132.
Fatholah, Mintikawati Sari, M Ismail Sr, and Usada. "Meningkatkan Keterampilan
Menyimak Dongeng Melalui Media Panggung Boneka." Jurnal Kreatif
Tadulako Online Vol. 4 No. 4, 2014: 5-10.
Halimah, Siti. "Understanding Analysis and Teacher Preparation Implement
Curriculum 2013." International Journal On Language, Research And
Education Studies Vol. 2, No. 1, 2013: 181-197.
ACDP Indonesia. Pentingnya Membaca dan Penilaian di Kelas-Kelas Awal.
2014. http://www.acdp-indonesia.org/wp-content/uploads/2015 /02/WorkingPaper-ACDP-EGRA-Indonesia-FINAL1.pdf (accessed May 4, 2018).
Irdawati, Yunidar, and Darmawan. "Meningkatkan Kemampuan Membaca
Permulaan dengan Menggunakan Media Gambar Kelas 1." Jurnal Kreatif
Tadulako Online Vol. 5 No. 4, 2015: 1-14.
Iswinarti, Nur Rahmatul Azkiya. "Pengaruh Mendengarkan Dongeng Terhadap
Kemampuan Bahasa Anak." Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan Vol. 4 No. 2,
2016: 123-139.
Kurniastuti, Irine. "Mengenal Kesukaran Belajar Membaca Menulis Awal Siswa
Sekolah Dasar dan Metode Montessori Sebagai Salah Satu Alternatif
Pengajarannya." Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 1, 2013:
174-182.
Kurniawan, Muhammad Yusuf, and St. Y. Slamet Slamet. "Peningkatan
Keterampilan Membaca Pemahaman dengan Menggunakan Strategi Directed
Reading Thinking Activity (DRTA)." Jurnal Bahasa dan Sastra, 2016: 1-6.
10
Langi, Andi. "Peningkatan Kemampuan Membaca dan Menulis dengan
Menggunakan Kartu Huruf ." Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 8 88102, 2016: 88-102.
Latae, Azlia, Sahruddin Barasandji, and Muhsin. "Upaya Meningkatkan
Kemampuan Menulis Permulaan Siswa Melalui Metode SAS Siswa Kelas 1
SDN Tondo Kecamatan Bungku Barat Kabupaten Morowali." Jurnal Kreatif
Tadulako Online Vol. 2 No. 4, 2014: 199-213.
Mancoro, Nurliatin. "Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Dongeng dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas I SD Negeri 2 Tatura." Jurnal
Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 , 2013: 306-314.
Marlina.
"Meningkatkan
Kemampuan
Membaca
Permulaan
dengan
Menggunakan Metode SAS Siswa Kelas I SDN Ambunu." Jurnal Kreatif
Tadulako Online Vol. 2 No. 1, 2014: 15-27.
Mislaini. "Improving Students’ Reading Comprehension of Narrative Text By
Using Fable." International Journal on Language, Research and Education
Studies Vol. 1, No. 2, 2015: 39-61.
Muhdiah, Mumuy, and Suherman. "Sistem Interaktif Membaca Permulaan Bagi
Anak Usia Dini." Jurnal Ilmiah ILKOM Vol. 8 No. 1, 2016: 23-28.
Muhyidin, Asep. "Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan Bahasa
Indonesia di Kelas Awal ." Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 2 No. 4, 2014:
1-12.
Mulyati, Y. (2016). Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Literasi Melalui
Pembiasaan dan Pembelajaran." Prosiding Seminar Nasional dan Kongres
Ke-3 Ikatan Pengajar Bahasa Indonesia (IPBI) Universitas Swadaya Gunung
Jati, 2016: 507-515.
Noor, R. Pendidikan Karakter Berbasis Sastra. Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2011.
Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Pratiwi, Inne Marthyanne. "Analisis Kesulitan Siswa dalam Membaca Permulaan
di Kelas Satu Sekolah Dasar." Jurnal Sekolah Dasar Nomor 1, 2017: 69-75.
11
Rozak, Abdul. "Kajian Puisi Anak dan Bahan Ajar Tematik Bahasa Indonesia
Sekolah Dasar." Deiksis - Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
2015: 1-17.
Rozak, R. W. A. "Pengembangan Pembelajaran Membaca dan Menulis
Permulaan Melalui Pendekatan Pengalaman Berbahasa Berbasis Literasi
Sastra." Proposal Disertas Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan
Indonesia, 2017.
Samniah, Naswiani. "Kemampuan Memahami Isi Bacaan Siswa." Jurnal
Humanika Vol. 1 No. 16, 2013: 1-16.
Suhartini, Sigi, Efendi, and Pratama Bayu Santosa. "Peningkatan Kemampuan
Siswa Membaca dan Menulis Permulaan Melalui Metode SAS Di Kelas 1 SD
Inpres Sibalaya Utara Kecamatan Tanambulava." Jurnal Kreatif Tadulako
Online Vol. 5 No. 8, 2014: 160-182.
Suherman. "Sistem Interaktif Membaca Permulaan Bagi Anak." Jurnal Ilmiah
ILKOM Vol. 8 No. 1, 2016: 50-62.
Sumaryana, Y. "Pembelajaran Sastra di Sekolah Dasar Berbasis Kearifan Lokal
(Cerita Rakyat)." Jurnal Mimbar Sekolah Dasar Vol. 4 No. 1, 2017: 21-28.
Tarigan, Henry Guntur. Dasar-Dasar Psikosastra. Bandung: Angkasa, 1995.
Tindaon, Yosi Abdian. "Pembelajaran Sastra Sebagai Salah Satu Wujud
Implementasi Pendidikan Berkarakter." Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5
No. 4 , 2015: 8-17.
Tripungkasingtyas, Sri Yuniarti. "Pembelajaran Sastra di Sekolah Dasar Melalui
Karya Sastra Cerita Rakyat Sebagai Salah Satu Bentuk Pengenalan Budaya
Nusantara." Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III, 2013: 518-521.
Yawu, Surfin, Efendi, and Saharudin Barasandji. "Peningkatan Kemempuan
Siswa Membaca Permulaan Melalui Metode Permainan Bahasa di Kelas I
SDN Mire." Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 2, 2015: 52-63.
12