Presentasi Kata serapan dalam bahasa Ind
Kata serapan dalam bahasa Indonesia
Setiap masyarakat bahasa memiliki tentang cara yang digunakan untuk mengungkapkan
gagasan dan perasaan atau untuk menyebutkan atau mengacu ke benda-benda di sekitarnya.
Hingga pada suatu titik waktu, kata-kata yang dihasilkan melalui kesepakatan masyarakat itu
sendiri umumnya mencukupi keperluan itu, namun manakala terjadi hubungan dengan
masyarakat bahasa lain, sangat mungkin muncul gagasan, konsep, atau barang baru yang datang
dari luar budaya masyarakat itu. Dengan sendirinya juga diperlukan kata baru. Salah satu cara
memenuhi keperluan itu--yang sering dianggap lebih mudah--adalah mengambil kata yang
digunakan oleh masyarakat luar yang menjadi asal hal ihwal baru itu.
Sejarah hubungan dengan penutur
Telah berabad-abad lamanya nenek moyang penutur bahasa Indonesia berhubungan dengan
berbagai bangsa di dunia. Bahasa Sanskerta tercatat terawal dibawa masuk ke Indonesia yakni
sejak mula tarikh Masehi. Bahasa ini dijadikan sebagai bahasa sastra dan perantara dalam
penyebaran agama Hindu dan Buddha. Agama Hindu tersebar luas di pulau Jawa pada abad ke-7
dan ke-8, lalu agama Buddha mengalami keadaan yang sama pada abad ke-8 dan ke-9.
Hubungan dengan penutur India dan persekitarannya
Beriringan dengan perkembangan agama Hndu itu berlangsung pula perdagangan rempahrempah dengan bangsa India yang sebagian dari mereka penutur bahasa Hindi, sebagian yang
lain orang Tamil dari India bagian selatan dan Sri Lanka bagian timur yang bahasanya menjadi
perantara karya sastra yang subur. Bahasa Tamil pernah memiliki pengaruh yang kuat terhadap
bahasa Melayu.
Daftar kata serapan dari bahasa Sanskerta dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia
adi (ādi): utama, pertama
adipati (ādipati): raja agung
adiraja (ādirāja): raja utama
baca (vaca): mengartikan tulisan
bagai (bhāga): mirip
Hubungan dengan penutur bahasa Tionghoa
Hubungan ini sudah terjadi sejak abad ke-7 ketika para saudagar Cina berdagang ke Kepulauan
Riau, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur, bahkan sampai juga ke Maluku Utara. Pada saat
Kerajaan Sriwijaya muncul dan kukuh, Cina membuka hubungan diplomatik dengannya untuk
mengamankan usaha perdagangan dan pelayarannya. Pada tahun 922 musafir Cina melawat ke
Kerajaan Kahuripan di Jawa Timur. Sejak abad ke-11 ratusan ribu perantau meninggalkan tanah
leluhurnya dan menetap di banyak bagian Nusantara (Kepulauan Antara, sebutan bagi
Indonesia).
Yang disebut dengan bahasa Tionghoa adalah bahasa di negara Cina (banyak bahasa). Empat di
antara bahasa-bahasa itu yang di kenal di Indonesia yakni Amoi, Hakka, Kanton, dan Mandarin.
Kontak yang begitu lama dengan penutur bahasa Tionghoa ini mengakibatkan perolehan kata
serapan yang banyak pula dari bahasa Tionghoa, namun penggunaannya tidak digunakan sebagai
perantara keagamaan, keilmuan, dan kesusastraan di Indonesia sehingga ia tidak terpelihara
keasliannya dan sangat mungkin banyak ia berbaur dengan bahasa di Indonesia. Contohnya
anglo, bakso, cat, giwang, kue/ kuih, sampan, dan tahu.
Hubungan dengan penutur Arab dan Persia
Bahasa Arab dibawa ke Indonesia mulai abad ketujuh oleh saudagar dari Persia, India,
dan Arab yang juga menjadi penyebar agama Islam. Kosakata bahasa Arab yang merupakan
bahasa pengungkapan agama Islam mula berpengaruh ke dalam bahasa Melayu terutama sejak
abad ke-12 saat banyak raja memeluk agama Islam. Kata-kata serapan dari bahasa Arab misalnya
abad, bandar, daftar, edar, fasik, gairah, hadiah, hakim, ibarat, jilid, kudus, mimbar, sehat, taat,
dan wajah. Karena banyak di antara pedagang itu adalah penutur bahasa Parsi, tidak sedikit
kosakata Parsi masuk ke dalam bahasa Melayu, seperti acar, baju, domba, kenduri, piala,
saudagar, dan topan.
Hubungan dengan penutur Portugis
Bahasa Portugis dikenali masyarakat penutur bahasa Melayu sejak bangsa Portugis
menduduki Malaka pada tahun 1511 setelah setahun sebelumnya ia menduduki Goa. Portugis
dikecundangi atas saingan dengan Belanda yang datang kemudian dan menyingkir ke daerah
timur Nusantara. Meski demikian, pada abad ke-17 bahasa Portugis sudah menjadi bahasa
perhubungan antaretnis di samping bahasa Melayu. Kata-kata serapan yang berasal dari bahasa
Portugis seperti algojo, bangku, dadu, gardu, meja, picu, renda, dan tenda.
Hubungan dengan penutur Belanda
Belanda mendatangi Nusantara pada awal abad ke-17 ketika ia mengusir Portugis dari
Maluku pada tahun 1606, kemudian ia menuju ke pulau Jawa dan daerah lain di sebelah barat.
Sejak itulah, secara bertahap Belanda menguasai banyak daerah di Indonesia. Bahasa Belanda
tidak sepenuhnya dapat menggeser kedudukan bahasa Portugis karena pada dasarnya bahasa
Belanda lebih sukar untuk dipelajari, lagipula orang-orang Belanda sendiri tidak suka membuka
diri bagi orang-orang yang ingin mempelajari kebudayaan Belanda termasuklah bahasanya.
Hanya saja pendudukannya semakin luas meliputi hampir di seluruh negeri dalam kurun waktu
yang lama (350 tahun penjajahan Belanda di Indonesia). Belanda juga merupakan sumber utama
untuk menimba ilmu bagi kaum pergerakan. Maka itu, komunikasi gagasan kenegaraan pada saat
negara Indonesia didirikan banyak mengacu pada bahasa Belanda. Kata-kata serapan dari bahasa
Belanda seperti abonemen, bangkrut, dongkrak, ember, formulir, dan tekor.
Hubungan dengan penutur Inggris
Bangsa Inggris tercatat pernah menduduki Indonesia meski tidak lama. Raffles
menginvasi Batavia (sekarang Jakarta) pada tahun 1811 dan beliau bertugas di sana selama lima
tahun. Sebelum dipindahkan ke Singapura, dia juga bertugas di Bengkulu pada tahun 1818.
Sesungguhnya pada tahun 1696 pun Inggris pernah mengirim utusan Ralph Orp ke Padang
(Sumatra Barat), namun dia mendarat di Bengkulu dan menetap di sana. Di Bengkulu juga
dibangun Benteng Marlborough pada tahun 1714-1719. Itu bererti sedikit banyak hubungan
dengan bangsa Inggris telah terjadi lama di daerah yang dekat dengan pusat pemakaian bahasa
Melayu.
Hubungan dengan penutur Jepang
Pendudukan Jepang di Indonesia yang selama tiga setengah tahun tidak meninggalkan
warisan yang dapat bertahan melewati beberapa angkatan. Kata-kata serapan dari bahasa Jepang
yang digunakan umumnya bukanlah hasil hubungan bahasa pada masa pendudukan, melainkan
imbas kekuatan ekonomi dan teknologinya.
Perbendaharaan kata serapan
Di antara bahasa-bahasa di atas, ada beberapa yang tidak lagi menjadi sumber penyerapan kata
baru yaitu bahasa Tamil, Parsi, Hindi, dan Portugis. Kedudukan mereka telah tergeser oleh
bahasa Inggris yang penggunaannya lebih mendunia. Walaupun begitu, bukan bererti hanya
bahasa Inggris yang menjadi rujukan penyerapan bahasa Indonesia pada masa yang akan datang.
Penyerapan kata dari bahasa Cina sampai sekarang masih terjadi di bidang pariboga termasuk
bahasa Jepang yang agaknya juga potensial menjadi sumber penyerapan.
Di antara penutur bahasa Indonesia beranggapan bahwa bahasa Sanskerta yang sudah ’mati’ itu
merupakan sesuatu yang bernilai tinggi dan klasik. Alasan itulah yang menjadi pendorong
penghidupan kembali bahasa tersebut. Kata-kata Sanskerta sering diserap dari sumber yang tidak
langsung, yaitu Jawa Kuna. Sistem morfologi bahasa Jawa Kuna lebih dekat kepada bahasa
Melayu. Kata-kata serapan yang berasal dari bahasa Sanskerta-Jawa Kuna misalnya acara,
bahtera, cakrawala, darma, gapura, jaksa, kerja, lambat, menteri, perkasa, sangsi, tatkala, dan
wanita.
Bahasa Arab menjadi sumber serapan ungkapan, terutama dalam bidang agama Islam. Kata rela
(senang hati) dan korban (yang menderita akibat suatu kejadian), misalnya, yang sudah
disesuaikan lafalnya ke dalam bahasa Melayu pada zamannya dan yang kemudian juga
mengalami pergeseran makna, masing-masing adalah kata yang seasal dengan rida (perkenan)
dan kurban (persembahan kepada Tuhan). Dua kata terakhir berkaitan dengan konsep
keagamaan. Ia umumnya dipelihara betul sehingga makna (kadang-kadang juga bentuknya)
cenderung tidak mengalami perubahan.
Sebelum Ch. A. van Ophuijsen menerbitkan sistem ejaan untuk bahasa Melayu pada tahun 1910,
cara menulis tidak menjadi pertimbangan penyesuaian kata serapan. Umumnya kata serapan
disesuaikan pada lafalnya saja.
Meski kontak budaya dengan penutur bahasa-bahasa itu berkesan silih berganti, proses
penyerapan itu ada kalanya pada kurun waktu yang tmpang tindih sehingga orang-orang dapat
mengenali suatu kata serapan berasal dari bahasa yang mereka kenal saja, misalnya pompa dan
kapten sebagai serapan dari bahasa Portugis, Belanda, atau Inggris. Kata alkohol yang sebenar
asalnya dari bahasa Arab, tetapi sebagian besar orang agaknya mengenal kata itu berasal dari
bahasa Belanda.
Kata serapan dari bahasa Inggris ke dalam kosa kata Indonesia umumnya terjadi pada zaman
kemerdekaan Indonesia, namun ada juga kata-kata Inggris yang sudah dikenal, diserap, dan
disesuaikan pelafalannya ke dalam bahasa Melayu sejak zaman Belanda yang pada saat Inggris
berkoloni di Indonesia antara masa kolonialisme Belanda.. Kata-kata itu seperti kalar, sepanar,
dan wesket. Juga badminton, kiper, gol, bridge.
Sesudah Indonesia merdeka, pengaruh bahasa Belanda mula surut sehingga kata-kata serapan
yang sebetulnya berasal dari bahasa Belanda sumbernya tidak disadari betul. Bahkan sampai
dengan sekarang yang lebih dikenal adalah bahasa Inggris.
Metode penyerapan kata asing
Senarai kata serapan dalam bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terbuka. Maksudnya ialah bahwa bahasa ini banyak
menyerap kata-kata dari bahasa lainnya.
Asal Bahasa
Arab
Belanda
Tionghoa
Hindi
Inggris
Parsi
Portugis
Sanskerta-Jawa Kuna
Tamil
Jumlah Kata
1.495 kata
3.280 kata
290 kata
7 kata
1.610 kata
63 kata
131 kata
677 kata
83 kata
Sumber: Senarai Kata Serapan dalam Bahasa Indonesia (1996) yang disusun oleh Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa (sekarang bernama Pusat Bahasa).
Sumber
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Balai
Pustaka: 1999, halaman 1185 s.d. 1188 berisikan Pendahuluan buku Senarai Kata
Serapan dalam Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta,
1996 (dengan sedikit penyaduran tanpa mengubah maksud dan tujuan seseungguhnya
dari buku ini).
Setiap masyarakat bahasa memiliki tentang cara yang digunakan untuk mengungkapkan
gagasan dan perasaan atau untuk menyebutkan atau mengacu ke benda-benda di sekitarnya.
Hingga pada suatu titik waktu, kata-kata yang dihasilkan melalui kesepakatan masyarakat itu
sendiri umumnya mencukupi keperluan itu, namun manakala terjadi hubungan dengan
masyarakat bahasa lain, sangat mungkin muncul gagasan, konsep, atau barang baru yang datang
dari luar budaya masyarakat itu. Dengan sendirinya juga diperlukan kata baru. Salah satu cara
memenuhi keperluan itu--yang sering dianggap lebih mudah--adalah mengambil kata yang
digunakan oleh masyarakat luar yang menjadi asal hal ihwal baru itu.
Sejarah hubungan dengan penutur
Telah berabad-abad lamanya nenek moyang penutur bahasa Indonesia berhubungan dengan
berbagai bangsa di dunia. Bahasa Sanskerta tercatat terawal dibawa masuk ke Indonesia yakni
sejak mula tarikh Masehi. Bahasa ini dijadikan sebagai bahasa sastra dan perantara dalam
penyebaran agama Hindu dan Buddha. Agama Hindu tersebar luas di pulau Jawa pada abad ke-7
dan ke-8, lalu agama Buddha mengalami keadaan yang sama pada abad ke-8 dan ke-9.
Hubungan dengan penutur India dan persekitarannya
Beriringan dengan perkembangan agama Hndu itu berlangsung pula perdagangan rempahrempah dengan bangsa India yang sebagian dari mereka penutur bahasa Hindi, sebagian yang
lain orang Tamil dari India bagian selatan dan Sri Lanka bagian timur yang bahasanya menjadi
perantara karya sastra yang subur. Bahasa Tamil pernah memiliki pengaruh yang kuat terhadap
bahasa Melayu.
Daftar kata serapan dari bahasa Sanskerta dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia
adi (ādi): utama, pertama
adipati (ādipati): raja agung
adiraja (ādirāja): raja utama
baca (vaca): mengartikan tulisan
bagai (bhāga): mirip
Hubungan dengan penutur bahasa Tionghoa
Hubungan ini sudah terjadi sejak abad ke-7 ketika para saudagar Cina berdagang ke Kepulauan
Riau, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur, bahkan sampai juga ke Maluku Utara. Pada saat
Kerajaan Sriwijaya muncul dan kukuh, Cina membuka hubungan diplomatik dengannya untuk
mengamankan usaha perdagangan dan pelayarannya. Pada tahun 922 musafir Cina melawat ke
Kerajaan Kahuripan di Jawa Timur. Sejak abad ke-11 ratusan ribu perantau meninggalkan tanah
leluhurnya dan menetap di banyak bagian Nusantara (Kepulauan Antara, sebutan bagi
Indonesia).
Yang disebut dengan bahasa Tionghoa adalah bahasa di negara Cina (banyak bahasa). Empat di
antara bahasa-bahasa itu yang di kenal di Indonesia yakni Amoi, Hakka, Kanton, dan Mandarin.
Kontak yang begitu lama dengan penutur bahasa Tionghoa ini mengakibatkan perolehan kata
serapan yang banyak pula dari bahasa Tionghoa, namun penggunaannya tidak digunakan sebagai
perantara keagamaan, keilmuan, dan kesusastraan di Indonesia sehingga ia tidak terpelihara
keasliannya dan sangat mungkin banyak ia berbaur dengan bahasa di Indonesia. Contohnya
anglo, bakso, cat, giwang, kue/ kuih, sampan, dan tahu.
Hubungan dengan penutur Arab dan Persia
Bahasa Arab dibawa ke Indonesia mulai abad ketujuh oleh saudagar dari Persia, India,
dan Arab yang juga menjadi penyebar agama Islam. Kosakata bahasa Arab yang merupakan
bahasa pengungkapan agama Islam mula berpengaruh ke dalam bahasa Melayu terutama sejak
abad ke-12 saat banyak raja memeluk agama Islam. Kata-kata serapan dari bahasa Arab misalnya
abad, bandar, daftar, edar, fasik, gairah, hadiah, hakim, ibarat, jilid, kudus, mimbar, sehat, taat,
dan wajah. Karena banyak di antara pedagang itu adalah penutur bahasa Parsi, tidak sedikit
kosakata Parsi masuk ke dalam bahasa Melayu, seperti acar, baju, domba, kenduri, piala,
saudagar, dan topan.
Hubungan dengan penutur Portugis
Bahasa Portugis dikenali masyarakat penutur bahasa Melayu sejak bangsa Portugis
menduduki Malaka pada tahun 1511 setelah setahun sebelumnya ia menduduki Goa. Portugis
dikecundangi atas saingan dengan Belanda yang datang kemudian dan menyingkir ke daerah
timur Nusantara. Meski demikian, pada abad ke-17 bahasa Portugis sudah menjadi bahasa
perhubungan antaretnis di samping bahasa Melayu. Kata-kata serapan yang berasal dari bahasa
Portugis seperti algojo, bangku, dadu, gardu, meja, picu, renda, dan tenda.
Hubungan dengan penutur Belanda
Belanda mendatangi Nusantara pada awal abad ke-17 ketika ia mengusir Portugis dari
Maluku pada tahun 1606, kemudian ia menuju ke pulau Jawa dan daerah lain di sebelah barat.
Sejak itulah, secara bertahap Belanda menguasai banyak daerah di Indonesia. Bahasa Belanda
tidak sepenuhnya dapat menggeser kedudukan bahasa Portugis karena pada dasarnya bahasa
Belanda lebih sukar untuk dipelajari, lagipula orang-orang Belanda sendiri tidak suka membuka
diri bagi orang-orang yang ingin mempelajari kebudayaan Belanda termasuklah bahasanya.
Hanya saja pendudukannya semakin luas meliputi hampir di seluruh negeri dalam kurun waktu
yang lama (350 tahun penjajahan Belanda di Indonesia). Belanda juga merupakan sumber utama
untuk menimba ilmu bagi kaum pergerakan. Maka itu, komunikasi gagasan kenegaraan pada saat
negara Indonesia didirikan banyak mengacu pada bahasa Belanda. Kata-kata serapan dari bahasa
Belanda seperti abonemen, bangkrut, dongkrak, ember, formulir, dan tekor.
Hubungan dengan penutur Inggris
Bangsa Inggris tercatat pernah menduduki Indonesia meski tidak lama. Raffles
menginvasi Batavia (sekarang Jakarta) pada tahun 1811 dan beliau bertugas di sana selama lima
tahun. Sebelum dipindahkan ke Singapura, dia juga bertugas di Bengkulu pada tahun 1818.
Sesungguhnya pada tahun 1696 pun Inggris pernah mengirim utusan Ralph Orp ke Padang
(Sumatra Barat), namun dia mendarat di Bengkulu dan menetap di sana. Di Bengkulu juga
dibangun Benteng Marlborough pada tahun 1714-1719. Itu bererti sedikit banyak hubungan
dengan bangsa Inggris telah terjadi lama di daerah yang dekat dengan pusat pemakaian bahasa
Melayu.
Hubungan dengan penutur Jepang
Pendudukan Jepang di Indonesia yang selama tiga setengah tahun tidak meninggalkan
warisan yang dapat bertahan melewati beberapa angkatan. Kata-kata serapan dari bahasa Jepang
yang digunakan umumnya bukanlah hasil hubungan bahasa pada masa pendudukan, melainkan
imbas kekuatan ekonomi dan teknologinya.
Perbendaharaan kata serapan
Di antara bahasa-bahasa di atas, ada beberapa yang tidak lagi menjadi sumber penyerapan kata
baru yaitu bahasa Tamil, Parsi, Hindi, dan Portugis. Kedudukan mereka telah tergeser oleh
bahasa Inggris yang penggunaannya lebih mendunia. Walaupun begitu, bukan bererti hanya
bahasa Inggris yang menjadi rujukan penyerapan bahasa Indonesia pada masa yang akan datang.
Penyerapan kata dari bahasa Cina sampai sekarang masih terjadi di bidang pariboga termasuk
bahasa Jepang yang agaknya juga potensial menjadi sumber penyerapan.
Di antara penutur bahasa Indonesia beranggapan bahwa bahasa Sanskerta yang sudah ’mati’ itu
merupakan sesuatu yang bernilai tinggi dan klasik. Alasan itulah yang menjadi pendorong
penghidupan kembali bahasa tersebut. Kata-kata Sanskerta sering diserap dari sumber yang tidak
langsung, yaitu Jawa Kuna. Sistem morfologi bahasa Jawa Kuna lebih dekat kepada bahasa
Melayu. Kata-kata serapan yang berasal dari bahasa Sanskerta-Jawa Kuna misalnya acara,
bahtera, cakrawala, darma, gapura, jaksa, kerja, lambat, menteri, perkasa, sangsi, tatkala, dan
wanita.
Bahasa Arab menjadi sumber serapan ungkapan, terutama dalam bidang agama Islam. Kata rela
(senang hati) dan korban (yang menderita akibat suatu kejadian), misalnya, yang sudah
disesuaikan lafalnya ke dalam bahasa Melayu pada zamannya dan yang kemudian juga
mengalami pergeseran makna, masing-masing adalah kata yang seasal dengan rida (perkenan)
dan kurban (persembahan kepada Tuhan). Dua kata terakhir berkaitan dengan konsep
keagamaan. Ia umumnya dipelihara betul sehingga makna (kadang-kadang juga bentuknya)
cenderung tidak mengalami perubahan.
Sebelum Ch. A. van Ophuijsen menerbitkan sistem ejaan untuk bahasa Melayu pada tahun 1910,
cara menulis tidak menjadi pertimbangan penyesuaian kata serapan. Umumnya kata serapan
disesuaikan pada lafalnya saja.
Meski kontak budaya dengan penutur bahasa-bahasa itu berkesan silih berganti, proses
penyerapan itu ada kalanya pada kurun waktu yang tmpang tindih sehingga orang-orang dapat
mengenali suatu kata serapan berasal dari bahasa yang mereka kenal saja, misalnya pompa dan
kapten sebagai serapan dari bahasa Portugis, Belanda, atau Inggris. Kata alkohol yang sebenar
asalnya dari bahasa Arab, tetapi sebagian besar orang agaknya mengenal kata itu berasal dari
bahasa Belanda.
Kata serapan dari bahasa Inggris ke dalam kosa kata Indonesia umumnya terjadi pada zaman
kemerdekaan Indonesia, namun ada juga kata-kata Inggris yang sudah dikenal, diserap, dan
disesuaikan pelafalannya ke dalam bahasa Melayu sejak zaman Belanda yang pada saat Inggris
berkoloni di Indonesia antara masa kolonialisme Belanda.. Kata-kata itu seperti kalar, sepanar,
dan wesket. Juga badminton, kiper, gol, bridge.
Sesudah Indonesia merdeka, pengaruh bahasa Belanda mula surut sehingga kata-kata serapan
yang sebetulnya berasal dari bahasa Belanda sumbernya tidak disadari betul. Bahkan sampai
dengan sekarang yang lebih dikenal adalah bahasa Inggris.
Metode penyerapan kata asing
Senarai kata serapan dalam bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terbuka. Maksudnya ialah bahwa bahasa ini banyak
menyerap kata-kata dari bahasa lainnya.
Asal Bahasa
Arab
Belanda
Tionghoa
Hindi
Inggris
Parsi
Portugis
Sanskerta-Jawa Kuna
Tamil
Jumlah Kata
1.495 kata
3.280 kata
290 kata
7 kata
1.610 kata
63 kata
131 kata
677 kata
83 kata
Sumber: Senarai Kata Serapan dalam Bahasa Indonesia (1996) yang disusun oleh Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa (sekarang bernama Pusat Bahasa).
Sumber
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Balai
Pustaka: 1999, halaman 1185 s.d. 1188 berisikan Pendahuluan buku Senarai Kata
Serapan dalam Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta,
1996 (dengan sedikit penyaduran tanpa mengubah maksud dan tujuan seseungguhnya
dari buku ini).