reaktivitas ion ion logam transisi

Laporan Praktikum
Kimia Anorganik II

“Reaktivitas Ion-ion Logam Transisi”
Tanggal Percobaan:
Kamis, 08-April-2014

Disusun Oleh:
Aida Nadia

(1112016200068)
Kelompok 4 Kloter 1:

Amaliyyah mahmudah

(1112016200043)

Rizky Harrysetiawan

(1112016200069)


Lilik Jalaludin

(1112016200074)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014

I.

Abstrak
Telah dilakukan praktikum mengenai reaktivitas ion-ion logam
transisi. Sampel ion-ion logam transisi yang akan diuji coba kali ini berasal
dari larutan ZnCl2 dan NiCl2, yang diuji dengan pereaksi yang berbeda-beda
yaitu NaOH 2M, NaOH pekat 50%, KSCN 1M, NH3 1M, dan Na2CO3 1M.
Reaktifitas lebih ditekankan pada kecepatan terjadinya suatu reaksi kimia
dengan zat lain. Reaktifitas suatu senyawa dapat diamati dari adanya

perubahan warna maupun terbentuknya endapan. Reaktifitas suatu senyawa
khususnya yang mengandung ion logam transisi tergantung beberapa faktor,
misalnya muatan dan jari – jari ion, serta konfigurasi elektron di orbital d.
Kata kunci : reaktivitas , logam transisi, ion-ion

II. Pendahuluan
Unsur-unsur deret peralihan utama (kadang-kadang disebut juga
unsur-unsur “Kelompok d”) mengandung atom-atom atau ion-ion dengan
orbital d yang belum terisi penuh. Sedangkan unsur-unsur peralihan dalam
mengandung atom-atom dengan orbital f yang belum penuh. Kedua
deskripsi ini cocok untuk semua unsur-unsur pada bagian tengah tabel
berkala. Sehingga lebih dari separuh unsur-unsur yang telah ditemukan
termasuk dalam deret peralihan atau peralihan dalam. Sifat kimia unsurunsur ini penting secara teoritis maupun secara praktis. Satu sifat penting
unsur peralihan ialah kemampuannya untuk membentuk ion kompleks.
Sifat-sifat unsur peralihan deret pertama (Z = 21 sampai Z = 29). Titik cair
yang tinggi, daya hantar listrik yang baik, dan kekerasan sedang sampai
tinggi adalah akibat dari cepat tersedianya elektron dan orbital untuk
elektron dan orbital untuk membentuk ikatan logam. Potensial elektroda
baku meningkat sesuai dengan meningkatnya nomor atom sepanjang deret
peralihan. (Petrucci, 1987:141-142)


Unsur-unsur transisi mempunyai karakteristik konfigurasi elektronik
(n-1)d

1-10

ns

1-2

, tidak penuh pada orbital d bagi atom atau ionnya. Energi

elektron dalam orbital (n-1)d isi selalu lebih rendah dibanding dengan energi
2

elektron dalam orbital ns , dengan perkecualian stabilitas lebih tinggi pada
konfigurasi penuh atau setengah penuh. Peran orbital (n-1)d ini menentukan
tingkat oksidasi yang bervariasi, pembentukan senyawa kompleks, sifat
magnetik spesies yang bersangkutan. Unsur transisi berperan sebagai
katalisator baik dalam bentuk unsurnya maupun dalam bentuk senyawa

kompleksnya (UNY, 2003).
Unsur transisi deret pertama adalah unsur – unsur logam transisi
yang terletak pada periode paling atas dalam kelompok logam transisi pada
tabel periodik unsur. Unsur – unsur tersebut antara lain Sc, Ti, V, Cr, Mn,
Fe, Co, Ni, Cu, dan Zn. Unsur–unsur ini memiliki elektron valensi pada
orbital d sehingga memiliki beberapa sifat seperti katalis, warna larutan dan
kemagnetannya. Unsur – unsur ini meskipun struktur geometri senyawa
kompleksnya lebih mudah diprediksi daripada senyawa kompleks golongan
lantanida, dari kiri ke kanan mempunyai jumlah elektron valensi, jumlah
elektron pada orbital d, muatan inti efektif, jari–jari kation yang berbeda–
beda sehingga memiliki reaktifitas yang berbeda terhadap anion tertentu.
Pada beberapa kasus, reaktifitas ion – ion logam transisi berhubungan
dengan sifat kekerasan dan kelunakan dari kation dan anionnya. Reaktifitas
suatu senyawa dapat diamati dari adanya perubahan warna maupun
terbentuknya endapan.

Reaktifitas suatu senyawa khususnya

yang


mengandung ion logam transisi tergantung beberapa faktor, misalnya
muatan dan jari – jari ion, serta konfigurasi elektron di orbital d. Reaktifitas
berbeda dengan kestabilan, dimana reaktifitas lebih ditekankan pada
kecepatan terjadinya suatu reaksi kimia dengan zat lain sedangkan
kestabilan difokuskan pada besarnya nilai K yang dihasilkan suatu reaksi.
Suatu senyawa dapat bersifat labil akan bereaksi lebih cepat daripada
senyawa yang inert (Khunur, 2012).

Nikel adalah logam putih perak yang keras. Nikel bersifat liat, dapat
ditempa dan sangat kukuh. Logam ini melebur pada 14550C, dan bersifat
sedikit magnetis. Asam klorida (encer maupun pekat) dan asam sulfat encer,
melarutkan nikel dengan membentuk hidrogen:
Ni2+ + 2Cl- + H2

Ni + 2HCl

Garam-garam nikel(II) yang stabil, diturunkan dari nikel(II) oksida,
NiO, yang merupakan zat berwarna hijau. Garam-garam nikel yang terlarut,
berwarna hijau disebabkan oleh warna dari kompleks heksakuonikelat(II),
[Ni(H2O)6]2+; tetapi untuk singkatnya, kita akan menganggapnya sebagai ion

nikel(II) Ni2+ saja.
Reaksi-reaksi ion nikel(II) dengan larutan natrium hidroksida:
endapan hijau nikel(II) hidroksida: Ni2+ + 2OH-

Ni(OH)2 .

Reaksi-reaksi ion nikel(II) dengan larutan ammonia: endapan hijau
nikel(II) hidroksida: Ni2+ + NH3 + 2H2O

Ni(OH)2

+ 2NH4+ . (Vogel,

1985: 280-281)
Zink adalah logam yang putih-kebiruan; logam ini cukup mudah
ditempa dan liat pada 110-1500C. Zink melebur pada 4100C dan mendidih
pada 9060C. Logamnya yang murni, melarut lambat sekali dalam asam dan
dalam alkali; adanya zat-zat pencemar atau kontak dengan platinum atau
tembaga, yang dihasilkan oleh penambahan beberapa tetes larutan garam
dari logam-logam ini, mempercepat reaksi. Yang terakhir ini dengan mudah

larut dalam asam klorida encer dan asam sulfat encer dengan mengeluarkan
gas hidrogen:
Zn + 2H+

Zn2+ + H2

Zink membentuk hanya satu seri

garam; garam-garam ini

mengandung kation zink(II), yang diturunkan dari zink oksida, ZnO.
Reaksi-reaksi dari ion zink dengan larutan natrium hidroksida:
endapan seperti gelatin yang putih, yaitu zink hidroksida:
Zn2+ + 2OHbersifat amfoter.

Zn(OH)2

zink hidroksida adalah senyawa yang

Reaksi-reaksi dari ion zink dengan larutan ammonia: endapan putih

zink hidroksida, yang mudah larut dalam reagensia berlebihan dan dalam
larutan garam ammonium, karena menghasilkan tetraaminazinkat(II).
Zn2+ + NH3 + 2H2O

Zn(OH)2

+ 2NH4+ . (Vogel, 1985: 289-290)

III. Material dan Metode Kerja
A. Material
Alat:






Gelas kimia
Gelas ukur
Pipet tetes

Rak tabung reaksi
Tabung reaksi

Bahan:








Sampel larutan ZnCl2 1M
Sampel larutan NiCl2 1M
Larutan NaOH 2M
Larutan NaOH pekat 50%
Larutan KSCN 1M
Larutan NH3 1M
Larutan Na2CO3 1M


B. Metode Kerja
1. Masukkan sampel larutan logam transisi yaitu ZnCl2 1M sebanyak 1
ml untuk setiap tabung reaksi (dimana tabung reaksi yang digunakan
sebanyak 5 buah).
2. Tambahkan dengan larutan NaOH 2M sedikit demi sedikit kedalam
larutan ZnCl2 1M pada tabung pertama, catat perubahan yang terjadi.

3. Tambahkan dengan larutan NaOH pekat 50% sedikit demi sedikit
kedalam larutan ZnCl2 1M pada tabung kedua, catat perubahan yang
terjadi.
4. Tambahkan dengan larutan KSCN 1M sedikit demi sedikit kedalam
larutan ZnCl2 1M pada tabung ketiga, catat perubahan yang terjadi.
5. Tambahkan dengan larutan NH3 1M sedikit demi sedikit kedalam
larutan ZnCl2 1M pada tabung keempat, catat perubahan yang
terjadi.
6. Tambahkan dengan larutan Na2CO3 1M sedikit demi sedikit kedalam
larutan ZnCl2 1M pada tabung kelima, catat perubahan yang terjadi.
7. Ulangi percobaan diatas dari langkah 1-6 akan tetapi larutan logam
transisinya diganti dengan larutan logam NiCl2 1M.


IV. Hasil dan Pembahasan
A. Hasil

 Hasil pengamatan
Larutan logam transisi ZnCl2

- Konsentrasi 1M
- Larutan Tidak berwarna

ZnCl2 + NaOH 2M

- Volume larutan logam transisi
yaitu 1 ml
- Perubahan terjadi setelah
penambahan 5 tetes pereaksi
- Menjadi endapan putih

ZnCl2 + NaOH pekat 50 %

- Volume larutan logam transisi
yaitu 1 ml
- Perubahan terjadi setelah

penambahan 10 tetes pereaksi
- Menjadi gelatin putih

ZnCl2 + KSCN 1M

- Volume larutan logam transisi
yaitu 1 ml
- Perubahan terjadi setelah
penambahan 40 tetes pereaksi
Menjadi larut (tetap tidak
berwarna)

ZnCl2 + NH3 1M

- Volume larutan logam transisi
yaitu 1 ml
- Perubahan terjadi setelah
penambahan 40 tetes pereaksi
- Menjadi endapan gelatin putih

ZnCl2 + Na2CO3 1M

- Volume larutan logam transisi
yaitu 1 ml
- Perubahan terjadi setelah
penambahan 5 tetes pereaksi
- Menjadi endapan putih

Larutan logam transisi NiCl2

- Konsentrasi 1M
- Larutan berwarna hijau jernih

NiCl2 + NaOH 2M

- Volume larutan logam transisi
yaitu 1 ml
- Perubahan terjadi setelah
penambahan 5 tetes pereaksi
- Terdapat endapan hijau

NiCl2 + NaOH pekat 50 %

- Volume larutan logam transisi
yaitu 1 ml
- Perubahan terjadi setelah
penambahan 5 tetes pereaksi
- Terdapat endapan hijau muda

NiCl2 + KSCN 1M

- Volume larutan logam transisi
yaitu 1 ml
- Perubahan terjadi setelah
penambahan 30 tetes pereaksi
- Menjadi larut (tapi larutan
berwarna hijau tua)

NiCl2 + NH3 1M

- Volume larutan logam transisi
yaitu 1 ml
- Perubahan terjadi setelah
penambahan 40 tetes pereaksi
- Menjadi larut (tapi larutan
berwarna hijau muda)

NiCl2 + Na2CO3 1M

- Volume larutan logam transisi
yaitu 1 ml
- Perubahan terjadi setelah
penambahan 5 tetes pereaksi
- Terdapat endapan hijau muda
tosca.

 Persamaan Reaksi:
Zn2+ + 2OH-

Zn(OH)2

Zn2+ + 2SCN-

Zn(SCN)2(aq)

Zn2+ + NH3 + 2H2O
Zn2+ + CO32-

Ni

+ 2SCN

+ 2NH4+

ZnCO3

Ni2+ + 2OH2+

Zn(OH)2

Ni(OH)2
-

Ni(SCN)2(aq)

NiCl2(aq) + 6NH3(aq) → [Ni(NH3)6]Cl2(aq)
Ni2+ + CO32-

NiCO3

B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini telah dilakukan percobaan mengenai
reaktivitas ion-ion logam transisi. Reaktivitas suatu senyawa dapat
diamati dari adanya perubahan warna maupun terbentuknya endapan.
Reaktifitas suatu senyawa khususnya yang mengandung ion logam
transisi tergantung beberapa faktor, misalnya muatan dan jari – jari ion,
serta konfigurasi elektron di orbital d. Reaktifitas berbeda dengan
kestabilan, dimana reaktifitas lebih ditekankan pada kecepatan terjadinya
suatu reaksi kimia dengan zat lain, sedangkan kestabilan difokuskan
pada besarnya nilai K yang dihasilkan suatu reaksi.
Percobaan kali ini menggunakan 2 sampel larutan yang
mengandung ion logam transisi. Kedua sampel tersebut adalah larutan
NiCl2 dan ZnCl2. Masing-masing sampel diuji dengan 5 larutan pereaksi,
yaitu NaOH 2M, NaOH 50%, KSCN 1M, NH3 1M, dan Na2CO3 1M.
Larutan NiCl2 adalah larutan berwarna hijau jernih. Larutan
NiCl2 bereaksi dengan NaOH 2M membentuk endapan hijau yang
merupakan endapan Ni(OH)2, juga bereaksi dengan NaOH 50%

membentuk endapan hijau muda yang merupakan endapan Ni(OH)2
juga. Hal ini sudah sesuai dengan literatur dimana jika larutan NiCl2
direaksikan dengan NaOH akan membentuk endapan hijau Ni(OH)2.
Akan tetapi ada perbedaan warna endapan yang dihasilkan, dimana jika
direaksikan dengan NaOH 50% endapan hijau yang dihasilkan lebih
muda,

ini

menandakan

bahwa

konsentrasi

dari

pereaksi

itu

mempengaruhi terjadinya perbedaan hasil reaksi. Selanjutnya, jika
larutan NiCl2 direaksikan dengan larutan KSCN 1M akan larut dan
membentuk larutan Ni(SCN)2(aq). Larutan NiCl2 direaksikan dengan
larutan NH3 1M juga akan larut membentuk suatu kompleks larutan
[Ni(NH3)6]Cl2. Kemudian

yang terakhir adalah reaksi larutan NiCl2

dengan larutan Na2CO3 1M membentuk endapan hijau muda tosca yang
merupakan endapan NiCO3. Berdasarkan hasil percobaan yang didapat
maka disimpulkan bahwa urutan kereaktivitasan ion logam transisi
dalam berbagai pereaksi dari yang kurang reaktif sampai paling reaktif,
yaitu: Ni(SCN)2(aq), [Ni(NH3)6]Cl2(aq), Ni(OH)2 50%, Ni(OH)2 2M,
NiCO3 .
Selanjutnya, sampel larutan ZnCl2 yang merupakan larutan tidak
berwarna direaksikan dengan 5 pereaksi. larutan ZnCl2 dengan NaOH
2M endapan putih, sedangkan dengan NaOH 50% membentuk endapan
gelatin putih yang merupakan endapan Zn(OH)2. Larutan ZnCl2 dengan
larutan KSCN 1M akan larut dan membentuk larutan Zn(SCN)2(aq).
Larutan ZnCl2 dengan larutan NH3 1M menghasilkan endapan gelatin
putih yang merupakan endapan Zn(OH)2 . Kemudian yang terakhir
adalah reaksi larutan ZnCl2 dengan larutan Na2CO3 1M membentuk
endapan putih yang merupakan endapan ZnCO3.
Dari hasil percobaan dapat terlihat bahwa ion-ion logam transisi
yang dalam praktikum ini diwakili oleh logam Zn dan Ni cukup reaktif
untuk bereaksi dengan berbagai pereaksi.

V. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:
1. Ion-ion logam transisi cukup reaktif untuk bereaksi dengan berbagai
pereaksi.
2. Larutan NiCl2 membentuk endapan hijau dengan pereaksi NaOH 2M,
NaOH 50%, dan Na2CO3 1M, akan tetapi urutan warnanya dari NaOH
2M sampai Na2CO3 1M semakin muda warna endapannya.
3. Larutan NiCl2 larut dengan pereaksi KSCN 1M, NH3 1M.
4. Larutan ZnCl2 membentuk endapan putih dengan pereaksi NaOH 2M,
endapan gelatin putih dengan NaOH 50% dan NH3 1M, dan endapan
putih dengan Na2CO3 1M.
5. Larutan ZnCl2 larut dengan pereaksi KSCN 1M.

VI. Referensi
Petrucci, Ralph, H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 3
Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.

Vogel. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta:
PT.Kalman Media Pusaka.

Khunur,

M.,

dkk.

2012.

Diktat

Praktikum

Kimia

Anorganik.

http://prananto.lecture.ub.ac.id/files/2011/12/Diktat-Praktikum-KimiaAnorganik-2012.pdf . Diakses pada tanggal 13 Mei 2014 pada pukul
19.50 WIB.
Tim

Dosen

UNY.

2003.

Kimia

Unsur-unsur

Transisi.

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/1b.%20Rangkuman%20Diktat%
20Kimia%20Anorg.%20III_0.pdf . Diakses pada tanggal 13 Mei 2014
pada pukul 19.47 WIB.