Peranan usaha kecil pada industri pengolahan logam dan mesin dalam memecahkan masalah pengangguran di kabupaten Tegal Jawa Tengah (studi kasus pada PT. Putra Bungsu Tegal)

(1)

DI KABUPATEN TEGAL JAWA TENGAH

(Studi Kasus Pada PT. Putra Bungsu Tegal)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

NOVI ARIYANTI NIM. 1110015000060

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014


(2)

(3)

(4)

(5)

i Tegal).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peranan usaha kecil dalam gerakan OVOP (One Village One Product) pada sektor industri pengolahan logam dan mesin dalam upaya memecahkan masalah pengangguran di Kabupaten Tegal Jawa Tengah pada tahun 2012-2013. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini antara lain Kepala Seksi Pengembangan Usaha Mikro dan Informal Dinas Koperasi, UKM dan Pasar Kabupaten Tegal, salah satu pemilik usaha industri pengolahan logam dan mesin di Kabupaten Tegal dan para pekerjanya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi.Teknik pengolahan data yang digunakan adalah triangulasi sumber.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Usaha kecil pada sektor industri pengolahan logam dan mesin merupakan usaha pedesaan yang mampu berkontribusi dalam membuka lapangan pekerjaan masyarakat sekitar. 2. Besarnya peranan usaha kecil pada sektor industri pengolahan logam dan mesin dalam upaya memecahkan masalah pengangguran di Kabupaten Tegal pada tahun 2012 adalah sebesar 0,34% dari seluruh penduduk yang bekerja di Kabupaten Tegal, sedangkan pada tahun 2013 peranannya meningkat menjadi 0,41% dari seluruh penduduk yang bekerja di Kabupaten Tegal. 3. Jumlah penyerapan tenaga kerja pada sektor industri pengolahan logam dan mesin pada tahun 2012-2013 tetap, yaitu pada angka 2.527 jiwa. Hal ni membuktikan bahwa usaha kecil pada sektor industri pengolahan logam dan mesin mampu menekan angka pengangguran di Kabupaten Tegal tahun 2012-2013.


(6)

ii

Unemployment in Tegal Regency Central of Java (Study Kasus in PT. Putra Bungsu Tegal).

The purpose of this research is to know how big the importances of small business in OVOP (One Village One Product) system of machine and metal manufacture industry to solve the problem of unemployment in Tegal Regency, central of Java 2012-2013. This research used descriptive qualitative method. The subjects of this research are The Head of Micro Business Development Section and Informal Dinas Koperasi, UKM and Traditional Market in Tegal Regency, one of the owner in machine and metal manufacture industry in Tegal Regency and all officials. Technique of collecting data in this research used interview, observation, adn documentation. While in technique of analyzing data used source triangular.

Based the result of this research, it is conclude that: 1. Small business on machine and metal manufacture industry is a business of village that could give a contribution to make a new vocation for citizen. 2. The big importance of small businesson machine and metal manufacture industry in the way to solve a problem of unemployment in Tegal Regency in 2012 is 0,34% from all people who work in tegal regency. While in 2013, the value is increse to be 0,41% from all people who work in Tegal Regency. 3. Total of manpower absorption on machine and metal manufacture industry in 2012-2013 is permanent, it is 2.527 people. It is provesmall businesson machine and metal manufacture industry can hold unemployment in Tegal Regency in 2012-2013.


(7)

iii

Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yag berjudul: “Peranan Usaha Kecil Pada Industri Pengolahan Logam dan Mesin dalam Memecahkan Masalah Pengangguran di Kabupaten Tegal Jawa Tengah (Studi Kasus Pada PT. Putra Bungsu Tegal)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna sebagaimana yang diharapkan. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan serta keterbatasan waktu yang diberikan oleh penulis di dalam penyusunan skripsi ini, akan tetapi penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan benar. Oleh sebab itu penulis akan menerima kritik dan saran yang tujuannya untuk membangun agar penulis dapat berusaha menyempurnakan skripsi ini.

Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan kontribusi dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan syafaat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Nurlena Rifa’i, MA., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. selaku Kepala Jurusan Pendidikan Ilmu


(8)

iv

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang telah memberikan ilmu, motivasi dan inspirasi selama penulis menuntut ilmu di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Seluruh Staff dan Sekretariat Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 7. Orangtuaku tercinta; Bapak Marwinsyah dan Ibu Siti Masitoh, Padhe

Jono, Budhe Tum, dan kakakku: Mas Khoerul Anam Syahmadani, serta saudara-saudara yang ada di Dukuhwaru yang sampai saat ini telah memberikan kasih sayang, kekuatan, bimbingan, dan doa-doa yang tulus kepada penulis setiap saat.

8. Kawan-kawan Pendidikan IPS Program Studi Ekonomi-Akuntansi angkatan 2010, yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Intinya, penulis bangga telah mengenal kalian.

9. Kawan bermain; Ayu Yuningsih, Eka Rahayu, Fitri Amalia Azzahro, dan Rima Setiyawati, yang telah banyak memberikan pengalaman berharga selama penulis tinggal di Jakarta.

10.Kawan-kawan Ikatan Mahasiswa Tegal (IMT) Ciputat, para senior dan junior yang telah mengenalkan dunia luar kepada penulis.

11.Bapak Sarwoko, S.Psi., MM. selaku Kepala Seksi Pengembangan Usaha Mikro dan Informal Dinas Koperasi, UKM, dan Pasar Kabupaten Tegal. 12.Bapak H. Dimyati, selaku pemilik PT. Putra Bungsu Tegal yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di perusaannya.

13.Mba Sri, dan Mba Dewi, serta para pekerja di PT. Putra Bungsu Tegal, yang telah meluangkan waktunya dan berbaik hati untuk membantu penulis dalam melakukan penelitian.

14.Pihak-pihak yang telah memberikan kontribusi dalam pengumpulan data, seperti Bappeda Kabupaten Tegal, dan Dinas Koperasi, UKM, dan Pasar


(9)

v

Penulis menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan kekurangan yang terdapat dalam Skripsi ini. Dengan rendah hati penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak jika terdapat kesalahan yang kurang berkenan di hati pembaca. Akhir kata penulis berharap semoga Skripsi ini memberikan manfaat untuk kita semua. Aamiin.

Wassalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Jakarta, 09 September 2014


(10)

vi

Abstrak ... ... i

Abstract ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi... vi

Daftar Gambar ... viii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Grafik ... x

BAB I Pendahuluan ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan penelitian ... 8

F. Manfaat penelitian ... 8

BAB II Tinjauan Pustaka ... 10

A. Kajian Teori ... 10

1. Industri Pengolahan Logam dan Mesin ... 10

2. Gerakan OVOP (One Village One Product) ... 22

3. Pengangguran ... 27

4. Peranan Usaha Kecil dalam Masalah Pengangguran ... 38

B. Penelitian yang Relevan ... 43

C. Kerangka Berfikir ... 45

D. Hipotesis Tindakan ... 46

BAB III Metodologi Penelitian ... 48

A. Tempat dan Waktu penelitian ... 48

B. Desain Penelitian ... 48


(11)

vii

G. Teknik Pengambilan Sampling ... 52

H. Teknik Pengumpulan Data ... 53

I. Teknik Keabsahan Data ... 55

J. Teknik Analisis Data ... 56

BAB IV Analisis Hasil Penelitian ... 59

A. Hasil Penelitian ... 59

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 59

2. PT. Putra Bungsu Tegal ... 68

3. Peranan Usaha Kecil Industri Logam dan Mesin ... 76

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 88

BAB V Penutup ... 90

A. Kesimpulan ... 90

B. Implikasi ... 91

C. Saran ... 91

Daftar Pustaka ... 94


(12)

viii

Gambar 2.1 Pelaku Kunci dan Perannya Dalam Gerakan OVOP ... 25 Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Penelitian ... 43


(13)

ix

Tabel 2.1 Entitas Klaster Kompomen Alat Berat ... 11

Tabel 2.2 Aspek Positif dan Aspek Negatif OVOP ... 26

Tabel 2.3 Ketenagakerjaan Th. 2012-2013 ... 32

Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Miskin Th. 2012-2013 ... 34

Tabel 2.5 Penyarapan Tenaga Kerja Sektor Industri ... 41

Tabel 4.1 Lama Usia Bekerja ... 77

Tabel 4.2 Tingkat Pendidikan Terakhir Pekerja ... 80

Tabel 4.3 Penghasilan Pekerja Th. 2012-2013 ... 81

Tabel 4.4 Data Ketenagakerjaan Th. 2012-2013 ... 85

Tabel 4.5 Penyerapan Tenaga Kerja Sentra Industri Th. 2012 ... 86


(14)

x

Grafik 2.1 Jumlah Penduduk Kab. Tegal Th. 2010-2013 ... 28 Grafik 2.2 Luas Pengolahan Lahan Kab. Tegal Th. 2011-2013 ... 29 Grafik 2.3 Upah Minimum Regional Kab. Tegal Th. 2011-2013 ... 30


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Salah satu masalah perekonomian di negara berkembang, contohnya di Indonesia adalah pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat tetapi tidak diimbangi dengan pertumbuhan pembangunan perekonomiannya. Ketidakseimbangan ini akan memunculkan suatu permasalahan, yaitu masalah ketenagakerjaan. Sudah diketahui bahwa masalah ketenagakerjaan tidak hanya ditemui pada negara berkembang saja, tetapi pada negara-negara maju pun sering ditemui masalah ketenagakerjaan.

Di Indonesia, masalah ketenagakerjaan yang sering menjadi sorotan adalah masalah upah buruh yang rendah dan tingkat pengangguran yang tinggi. Masalah upah buruh yang rendah merupakan masalah yang terjadi akhir-akhir ini, yang juga biasa terjadi pada setiap tahun yaitu aksi demo buruh secara besar-besaran di seluruh dunia pada 1 Mei yang berusaha menuntut hak kelayakan upah atas kerja mereka. Maka pada tanggal 1 Mei diperingati sebagai hari buruh internasional. Hal ini adalah suatu bukti bahwa hak yang mereka dapatkan tidak sesuai dengan kewajiban yang telah mereka kerjakan atau bisa jadi hak yang mereka dapatkan sudah tidak sesuai dengan


(16)

biaya hidup yang harus ditanggung oleh mereka. Beban kerja yang berat dan biaya hidup yang semakin mahal, mendorong kaum buruh untuk menyalurkan aspirasinya melalui aksi demo tersebut. Upah buruh yang rendah bisa disebabkan karena tingkat kemampuan dan pendidikan tenaga kerja yang rendah sehingga menghasilkan mutu atau kualitas produksi yang rendah. Dengan mutu dan kualitas produk yang rendah akan mempengaruhi pendapatan suatu perusahaan.

Masalah ketenagakerjaan yang kedua adalah pengangguran yang tinggi. Pengangguran merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi setiap negara. Bukan hanya negara berkembang saja, negara maju pun pasti menghadapi masalah pengangguran, walaupun persentasenya mungkin lebih kecil dari pada negara berkembang. Berbeda dengan negara berkembang, masalah pengangguran di negara maju hanyalah berkaitan dengan siklus ekonomi, bukan karena kelangkaan investasi, ledakan penduduk, ataupun masalah sosial politik di negara tersebut. Indonesia sebagai negara berkembang, dimana tingkat pertumbuhan penduduknya cepat tetapi pembangunan perekonomiannya relatif lebih lambat, hal ini yang akan menimbulkan berbagai masalah.

Menurut Sadono Sukirno, “Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang besar dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin cepat. Hal ini akan menimbulkan beberapa efek, antara lain: 1. Jumlah tanggungan dalam keluarga semakin meningkat. Hal ini

menyebabkan beban setiap keluarga untuk membiayai tanggungannya semakin besar. Sebaliknya, pendapatan yang rendah memiliki keterbatasan menanggung lebih banyak anggota keluarga. Dengan demikian, keluarga yang besar jumlah tanggungannya cenderung menghadapi masalah kemiskinan.

2. Besarnya tanggungan tanpa pendapatan yang memadai membatasi kemampuan keluarga dalam menyediakan dana untuk pendidikan anak-anak. Berarti kebanyakan anak di negara berkembang tidak memperoleh pendidikan yang cukup. Banyak di antara mereka taraf pendidikannya lebih rendah.

3. Pertambahan tenaga kerja sangat cepat dan sering kali tidak diikuti oleh pertambahan kesempatan kerja yang sama cepatnya. Sebagai akibatnya, di negara yang tingkat (persentase) pertumbuhan


(17)

penduduknya sangat tinggi dan jumlah penduduknya relatif besar (seperti Indonesia, India, dan Cina) masalah pengangguran menjadi semakin serius.”1

Sadono Sukirno dalam bukunya mengatakan bahwa pertumbuhan angkatan kerja dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan penduduk yang cepat. Menurutnya tingkat pertumbuhan penduduk yang cepat jika tidak diimbangi dengan peningkatan kesejahteraan maka akan menimbulkan berbagai masalah yang harus ditanggung oleh masyarakat, seperti kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan, dan munculnya pengangguran. Indonesia sebagai negara agraris, yang terjadi di negara Indonesia adalah sebagian besar masyarakatnya hidup di daerah pedesaan, dimana mata pencaharian utamanya berada di sektor pertanian tradisional. Tingkat kesejahteraan petani di Indonesia umumnya masih rendah. Menjadi seorang petani waktu bekerja penuhnya tidak menentu, yaitu pada saat musim panen saja, jika musim panen telah selesai mereka tidak akan bekerja sehari penuh. Problema pada sektor pertanian inilah yang memunculkan paradigma masyarakat yang negatif tentang petani pedesaan. Bekerja menjadi petani sudah tidak menjadi daya tarik bagi masyarakat pedesaan saat ini, khususnya angkatan kerja baru.

Kota menjadi daya tarik tersendiri bagi kebanyakan masyarakat pedesaan, karena menurut mereka kota menyediakan banyak lapangan pekerjaan dengan upah yang tinggi. Tetapi yang menjadi masalah adalah arus perpindahan penduduk dari desa ke kota semakin banyak, sehingga jumlah penduduk di kota semakin padat. Jika hal ini terus dibiarkan maka akan menimbulkan berbagai masalah serius yang harus ditanggung oleh masyarakat dan negara. Maka dari desa, pemerintah hendaknya mengupayakan jalan keluar untuk mengatasi masalah tersebut. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi masalah ketenagakerjaan adalah melalui peningkatan pembangunan ekonomi yang mampu menyediakan lapangan pekerjaan di pedesaan.

1

Sadono Sukirno. Ekonomi Pembangungan (Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan),


(18)

Kabupaten Tegal adalah salah satu daerah yang berada di Provinsi Jawa Tengah, sebagian wilayahnya digunakan untuk sektor pertanian. Sektor pertanian kini menemui berbagai masalah, seperti lahan pertanian yang mulai sempit, teknik produksi yang masih sederhana, sehingga hasil produksinya menurun. Kabupaten Tegal dengan ibukota Slawi, dewasa ini banyak bermunculan jiwa wirausaha kreatif yang bergerak pada kegiatan usaha kecil. Pada saat ini usaha kecil digadang-gadang sebagai tunas pembangun pertumbuhan perekonomian suatu negara. Potensi dan kontribusi para wirausaha memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara, baik ditinjau dari segi jumlah usaha maupun dari segi penciptaan lapangan kerja.

Tegal, dikenal sebagai Jepangnya Indonesia. Karena sejak dahulu sampai sekarang banyak para Pandai Besi (orang yang ahli dalam bidang pengolahan besi). Pandai Besi dalam kosa kata bahasa Jawa dinamakan dengan Sayang. Oleh sebab itu di daerah Kabupaten Tegal terdapat suatu daerah yang beranama Pesayangan, karena banyak warganya yang ahli dalam bidang pengolahan besi dan logam. Hasil produknya sudah diekspor ke beberapa daerah, bahkan ada beberapa perusahaan yang telah bermitra dengan perusahaan asing.

Industri pengolahan logam dan mesin adalah salah satu jenis usaha yang mempunyai jumlah unit usaha yang banyak di Kabupaten Tegal. Sehingga tenaga yang terserapnya pun tidak sedikit. Dibandingkan dengan jenis usaha industri yang lain, industri pengolahan logam dan mesin merupakan penyumbang terbanyak selama dua tahun terakhir terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tegal.

PT. Putra Bungsu adalah salah satu usaha kecil di sektor industri pengolahan logam dan mesin. Dikatakan sebagai usaha berskala kecil karena berdasarkan pendapatan bersih setiap tahunnya, yaitu kurang dari Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah). Industri logam dan mesin


(19)

ini berkonsentrasi pada pembuatan komponen-komponen kapal dan pengecoran logam. Perusahaan ini dijalankan oleh keluarga wirausahawan secara turun temurun.

Untuk dapat menjadi seorang wirausaha harus mempunyai jiwa kepemimpinan yang baik. Manusia adalah makhluk yang paling sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaan-Nya, karena manusia telah dilengkapi dengan akal dan pikiran yang dapat digunakan untuk berfikir secara rasional. Maka berdasarkan kelebihan tersebut, Allah menjadikan manusia sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi ini supaya dapat memanfaatkan apa yang ada di muka bumi ini dengan baik dan benar. Berikut ini adalah salah satubukti tertulis dari firman Allah SWT yang ada di dalam kitab suci Al-Qur’an yang berkaitan dengan kepemimpinan manusia di muka bumi:

ا اق ًةفي خ ضْرأا يف عاج ي ة ئا ْ ّر اق ْ : ى اعت ها اق

ي ا يف سْفي م ا يف عْجت

اق س ْ حّ حّس ْح ء م ا فْس

۞

ْعت ا ام م ْع ي

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Tuhan-Mu berfirman kepada para malaikat,

„Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi‟. Mereka berkata: „Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan mensucikan nama-Mu?‟.Dia berfirman, „Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui‟”.

(QS. Al-Baqarah (2) : 30)

Selain bukti yang tertulis dalam kitab suci Al-Qur’an, bukti kecintaan Allah terhadap seorang pemuda yang mampu berkarya dan bekerja keras juga dibuktikan dalam Sabda Rasulullah SAW yang tertulis dalam Hadits dari Ashim bin Ubaidillah:


(20)

ر اق اق هْيّ ْ ع ْم اس ْ ع ها ْيّع ّْ ْمصاع ْ ع

هْي ع ها ى ص ه ْ س

)ى يّ ا هجرخ ( فرتْح ْا مْ ْا ّحي ها

س

Artinya: “Dari Ashim bin Ubaidillah, dari Salim, dari bapaknya, dia berkata, Rasulullah SAW telah bersabda, „Sesungguhnya Allah mencintai seorang mukmin yang berkarya atau bekerja keras‟. Dan di dalam riwayat Ibnu Abdan, „Pemuda yang berkarya atau bekerja keras‟”. (H.R. Baihaqy)

Allah SWT telah menganugerahkan sumber daya alam yang berlimpah ruah di bumi Indonesia ini. Maka tidak ada alasan untuk menjadi negara miskin, jika setiap manusia yang telah diberikan akal pikiran mampu mengelolanya dengan baik dan benar untuk kepentingan bersama.

Joseph Alois Schumpeter adalah seorang ilmuwan ekonomi berkebangsaan Amerika-Austria, dalam teori pertumbuhan ekonominya ia menitikberatkan pada pentingnya peranan pengusaha di dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dalam teorinya ditunjukan bahwa para pengusaha merupakan golongan yang akan terus-menerus membuat suatu pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Dengan inovasi-inovasi yang diciptakan akan memberikan nilai lebih terhadap hasil produksinya, sehingga mampu memberikan daya tarik kepada para investor untuk menanamkan modalnya kepada usaha tersebut. Sehingga usahanya akan semakin maju dan semakin luas. Hal ini akan membuka kesempatan kerja yang banyak bagi masyarakat, sehingga akan meningkatkan kesejahteraan suatu negara.

Unit usahanya yang banyak, mengindikasikan bahwa usaha kecil pada sektor industri pengolahan logam dan mesin merupakan sektor usaha yang dominan dalam menyerap tenaga kerja. Menyadari begitu besar kontribusi usaha kecil pada sektor industri pengolahan logam dan mesin dalam menyerap banyak tenaga kerja di suatu daerah, berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka judul penelitian yang diambil oleh peneliti adalah


(21)

“Peranan Usaha Kecil Pada Industri Pengolahan Logam dan Mesin dalam Memecahkan Masalah Pengangguran di Kabupaten Tegal Jawa Tengah (Studi Kasus Pada PT. Putra Bungsu Tegal)”.

B.

Identifikasi Masalah

Kinerja perekonomian di Kabupaten Tegal tidak luput dari dampak krisis ekonomi global. Sehingga masih banyak permasalahan yang ditemui. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan di wilayah Kabupaten Tegal diantaranya sebagai berikut:

1. Pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun semakin meningkat. 2. Skill angkatan kerja baru rendah.

3. Luas lahan pertanian semakin sempit.

4. Tingkat Upah Minimum Regional (UMR) masih rendah. 5. Arus urbanisasi semakin meningkat.

6. Pengangguran selama kurun waktu tiga tahun terakhir mengalami fluktuasi.

C.

Pembatasan Masalah

Dari beberapa identifikasi masalah tersebut, supaya penelitian lebih terarah, maka peneliti memberikan pembatasan masalah pada kajian penelitiannya. Batasan masalah pada penelitian ini adalah peranan usaha kecil di sektor industri pengolahan logam dan mesin pada gerakan OVOP (One Village One Product) dalam upaya memecahkan masalah pengangguran di Kabupaten Tegal tahun 2012-2013.

D.

Perumusan Masalah

Dari batasan masalah yang telah ditentukan di atas, maka rumusan masalah yang akan menjadi bahan penelitian adalah “Berapa besar peranan


(22)

usaha kecil di sektor industri pengolahan logam dan mesin pada gerakan OVOP (One Village One Product) dalam upaya memecahkan masalah pengangguran di Kabupaten Tegal tahun 2012-2013?”.

E.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Seberapa besar peranan usaha kecil di sektor industri pengolahan logam dan mesin pada gerakan OVOP (One Village One Product) dalam upaya memecahkan masalah pengangguran di Kabupaten Tegal tahun 2012-2013”.

F.

Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu pendidikan ekonomi terutama dalam hal kewirausahaan, serta dapat dijadikan referensi untuk melakukan penelitian lanjutan terkait topik dalam penelitian ini.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah kontribusi, baik informasi maupun motivasi bagi perusahaan untuk selalu mengembangkan usahanya.

b. Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kebijakan dalam memecahkan permasalahan strategis yang ada di Kabupaten Tegal, khususnya mengenai peranan usaha kecil di sektor industri pengolahan logam dan mesin pada gerakan OVOP dalam upaya memecahkan masalah pengangguran di Kabupaten Tegal.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai peranan usaha kecil di Kabupaten Tegal dan dapat


(23)

memberikan motivasi untuk mengembangkan diri dalam bidang


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.

KAJIAN TEORI

1. Industri Pengolahan Logam dan Mesin

Kata industri, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah kerajinan, perusahaan untuk membuat dan menghasilkan barang-barang berat seperti perusahaan pabrik besi dan baja, barang-barang ringan seperti perusahaan yang membuat barang-barang selain besi dan baja.2

Industri pengolahan merupakan kegiatan pengubahan bahan dasar (bahan mentah) menjadi barang jadi atau setengah jadi dan atau dari barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, baik secara mekanis, kimiawi, dengan mesin ataupun dengan tangan. Di Kabupaten Tegal terdapat berbagai macam jenis industri pengolahan, industri pengolahan logam dan mesin khususnya industri komponen perkapalan menjadi produk unggulan yang masuk sebagai kompetensi inti industri Kabupaten Tegal.

2

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2006), h. 44.


(25)

Sentra industri pengolahan logam dan mesin termasuk dalam industri komponen alat berat yang merupakan salah satu produk komoditi industri andalan atau unggulan di Kabupaten Tegal. Industri komponen alat berat secara umum dapat didefinisikan sebagai industri berbahan baku utama besi dan baja. Kabupaten Tegal mempunyai sumber daya yang potensial untuk mengembangkan klaster industri komponen alat berat yang terkait dengan kebutuhan untuk industri-industri besar. Produk-produk komponen alat berat merupakan produk hulu yang penting karena merupakan bahan baku bagi industri hilirnya (industri kendaraan besar dan berat). Entitas Klaster Komponen Alat Berat Kabupaten Tegal terlihatkan pada tabel berikut:3

Tabel 2.1. Entitas Klaster Komponen Alat Berat

Entitas Pelaku

Industri Inti 1. PT. Putra Bungsu 2. CV. Prima Karya

3. PT. Gemilang Lestari Teknindo 4. PT. Karya Paduyasa

5. CV. Millako Teknik Mandiri 6. CV. Jasa Pratama

7. CV. Rejeki Abadi Machinery Industri Pemasok 1. PT. Krakatau Steel

2. PT. Jaya Paris Steel 3. PT. Gunawan Dian Jaya Industri Penunjang 1. Bank

2. Perusahaan Katering 3. Perusahaan Transportasi

4. Penyedia mesin-mesin produksi, dll

3

Kebijakan Industri Kabupaten Tegal, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tegal, 2012, h. 31.


(26)

Industri Terkait 1. Industri komponen kapal 2. Industri komponen otomotif 3. Industri alat pertanian 4. Industri alat pemadam 5. Industri galangan kapal, dll

Pasar 1. Temu bisnis

2. Pameran 3. Ekspo 4. Gelar produk 5. Eksebisi, dll

Pembeli 1. PT. Komatsu Indonesia 2. PT. Caterpillar

3. PT. United Tractor 4. PT. Sumitomo Indonesia Lembaga

Pendukung

1. Kementerian Perindustrian 2. Dinas Perindag Provinsi Jateng 3. Dinas Perindag Kabupaten Tegal 4. BPP Teknologi

5. LIPI 6. ITB 7. Undip, dll

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tegal

Di Kabupaten Tegal terdapat 7 pelaku industri inti dalam klaster komponen alat berat, dari ketujuh pelaku tersebut memiliki pelaku-pelaku entitas masing-masing. Seperti pemasok barang, penunjang, konsentrasi industri yang terkait, cara memasarkan, pembeli hasil produksi, dan lembaga pendukung yang mempunyai wewenang dalam membina dan mengembangkan perindustrian.


(27)

Menurut Jahen F.R (2011-5), “Suatu negara harus melewati sebuah transformasi dalam perekonomian jika ingin memajukan kesejahteraan negara dan rakyat, dari negara dengan pertumbuhan pertanian menuju pertumbuhan industri dan diakhiri pertumbuhan pada sektor jasa. Tidak dapat dipungkiri, semenjak kecil hingga sekarang, masyarakat Indonesia selalu disuapi dengan kebanggaan akan kekayaan alam yang dimiliki. Akan tetapi, kita tidak pernah diajarkan bagaimana caranya agar kekayaan alam yang banyak ini bisa dimanfaatkan secara maksimal. Akibatnya, kita selalu bergantung kepada sektor pertanian dan tidak pernah bisa mengejar negara-negara industri lainnya. Solusi bagi kondisi ini adalah dengan melakukan industrialisasi sumber daya alam Indonesia”.4

Sumber daya alam yang melimpah keberadaannya akan menjadi sia-sia jika tidak dapat diolah dengan baik. Menurut Jahen, sejak jaman dahulu bangsa Indonesia sudah terbiasa dibanggakan dengan sumber daya alam yang berlimpah ruah, namun masyarakatnya tidak dapat memanfaatkannya dengan baik, tidak mampu menyulapnya agar menjadi suatu barang yang lebih tinggi nilainya. Mereka lebih bergantung pada sektor pertanian. Sedangkan lahan pertanian setiap tahun mengalami penurunan, sehingga hasil produksinya pun semakin rendah. Oleh karena permasalahan tersebut, salah satu jalan keluarnya adalah dengan melakukan industrialisasi, yaitu melalui pengembangan usaha kecil pada sektor non pertanian, usaha yang berorientasi pada pemanfaatan sumber daya alam lokal yang tersedia.

Industrialisasi adalah proses transformasi ekonomi suatu negara dari sektor pertanian ke sektor industri. Kegiatan industri fokus pada pendayagunaan sumber daya yang tersedia di suatu negara. Sumber daya alam yang melimpah merupakan salah satu potensi besar untuk menunjang kemandirian suatu negara. Menilik masa lalu, Negara Indonesia sejak jaman dahulu dikenal dengan tanahnya yang subur sehingga hasil pertaniannya melimpah. Power inilah yang menjadikan

4

Jahen Fachrul Rezki, dkk, Seri Pemikiran Mahasiswa; Ekonomi Indonesia di Mata Anak Muda UI. (Depok: Beduose Media, 2010), h. 5.


(28)

Indonesia pada jaman dahulu dijuluki sebagai macan asia. Hasil pertaniannya yang melimpah menjadikannya mampu swasembada pangan. Namun dewasa ini, Indonesia telah kehilangan powernya. Sektor pertanian di Indonesia sedang mengalami kelesuan oleh beberapa sebab, antara lain lahan pertanian yang semakin sempit akibat alih fungsi, alat, dan teknik produksi yang masih sederhana. Sehingga hasil produktivitasnya rendah.

PT. Putra Bungsu adalah salah satu industri inti yang temasuk ke dalam klaster komponen alat berat. perusahaan tersebut termasuk ke dalam jenis usaha kecil, karena jika dilihat dari penghasilan dalam satu tahunnya usaha ini memenuhi kriteria dalam usaha kecil.

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 13 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Bab I Pasal I Nomor 9, bahwa usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan orang perorangan atau badan usaha bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil.5

a. Kriteria Usaha Kecil

Menurut Nurman Said, definisi usaha kecil sangat beragam, hal ini terjadi karena perbedaan pandangan pengkajian pada usaha kecil tersebut atau juga perbedaan pemakaian kriteria. Untuk mendefinisikan arti dari usaha kecil, berikut akan disajikan beberapa kriteria usaha kecil dari berbagai negara.6

5

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 13 Tahun 2013, h. 4.

6

Syahrial Syarif, Industri Kecil dan Kesempatan Kerja. (Padang: Pusat Penelitian Universitas Andalas, 1990), h. 63.


(29)

Kriteria yang dipakai untuk membedakan kelompok industri ada bermacam-macam, diantaranya: jumlah modal kerja yang digunakan, jumlah tenaga kerja, jumlah produksi, omzet penjualan, besarnya investasi dan metoda administrasi. Semua kriteria ini tidak dapat dipakai sekaligus, karena akan menyulitkan dalam penilaian. Yang dipergunakan adalah jumlah tenaga kerja, besarnya modal atau investasi, kapasitas produksi dan jumlah penjualan per-periode (omzet).

Kriteria industri kecil seperti yang disampaikan di atas adalah relatif berbeda pada beberapa negara. Kita ambil beberapa contoh negara yang memberi pembatasan industri kecilnya seperti negara Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, dan Philipina.

Amerika serikat merupakan negara besar dan maju dalam perekonomian, namun perusahaan kecil tetap ada. Diperkirakan ada 8 juta perusahaan kecil atau kira-kira 90% dari perusahaan yang ada. Kriteria yang dipakai di Amerika serikat untuk industri kecil antara lain:

1) Tenaga kerja paling banyak 250 orang.

2) Pendapatan setahun rata-rata tidak lebih dari US $ 5 juta. 3) Bagi perusahaan dagang pendapatan tidak lebih US $ 1 juta.

4) Dalam bidang usaha konstruksi rata-rata pendapatan selama tiga tahun terakhir tidak lebih dari US $ 5 juta.

Kriteria yang digunakan di Jepang sebagai suatu negara maju di bidang industri yang mempunyai perusahaan yang lebih dari 90% dari jumlah perusahaan.Kriteria yang dipergunakan terhadap perusahaan kecil di Jepang adalah sebagai berikut:


(30)

1) Jumlah modal tidak lebih 100 juta Yen dengan mempergunakan tenaga kerja lebih kurang 300 orang, untuk bidang usaha industri, pertambangan, transpor dan industri.

2) Perusahaan yang bergerak pada bidang grosir, modal yang digunakan tidak lebih 30 juta Yen dengan tenaga kerja 100 orang. 3) Perusahaan yang bergerak di bidang eceran dan jasa modalnya

tidak lebih 10 juta Yen dengan tenaga kerja 50 orang

4) Perusahaan dengan tenaga kerja tidak lebih dari 20 orang dan 5 orang bagi perusahaan kecil perdagangan dan jasa.

Di Negara Korea, kriteria industri kecil hampir sama dengan kriteria yang dipergunakan di Jepang. Sedangkan Philipina memberikan kriteria industri kecil dengan tenaga kerja 5-100 orang dan memiliki asset tidak lebih dari 1 juta Peso.

Sedangkan World Bank, membagi UKM ke dalam tiga jenis, yaitu Medium Enterprise, dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 300 orang, Small Enterprise, dengan kriteria jumlah karyawan kurang dari 30 orang, dan Micro Enterprise, dengan kriteria jumlah karyawan kurang dari 10 orang.7

Di Indonesia, menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah), kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut:

1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau;

7


(31)

2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000 (tiga ratus juta ruiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,- (dua miliar lima ratus juta rupiah).8

b. Klasifikasi Usaha Kecil

Menurut Ronald Clapham, dalam buku Pengusaha Kecil dan Menengah di Asia Tenggara, “Perusahaan kecil dan menengah digolongkan ke dalam tiga kelompok:

1) Pengaruh lokasi

- Memerlukan bahan baku yang tersebar di seluruh daerah bersangkutan.

- Barang-barang untuk pasar setempat dan dengan biaya angkutan yang relatif tinggi.

2) Pengaruh proses produksi

- Tahap-tahap proses yang terpisah-pisah. - Kerajinan tangan dan pekerjaan halus.

- Perakitan sederhana, mencampur atau sentuhan akhir. 3) Pengaruh pasar

- Diferensiaasi produk dengan volume produksi yang rendah dan biaya rendah.

- Produksi untuk pasar kecil dan tidak terpisah-pisah.”9 Klasifikasi sektor usaha yang dikutip oleh Meilano Trengguna, berdasarkan prinsip klasifikasi menurut jenis kegiatan ekonomi mengikuti konsep pada ISIC (International Standard Classification of All Economic Activities) revisi tahun 1968. Untuk kepentingan penyusunan klasifikasi usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar, digunakan 9 penggolongan utama sektor ekonomi yang meliputi:

1) Pertanian, Peternakan

Kehutanan dan perikanan mencakup segala macam pengusahaan dan pemanfaatan benda-benda atau barang-barang biologis

8

Leonardus Saiman, Kewirausahaan (Teori, Praktik, dan Kasus-kasus). (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 9.

9

Ronald Clapham, Pengusaha Kecil dan Menengah di Asia Tenggara. (Jakarta: LP3ES, 1991), h. 17.


(32)

(hidup) yang berasal dari alam untuk memenuhi kebutuhan atau usaha lainnya.

2) Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalianmeliputi subsektor minyak dan gas bumi, subsektor pertambangan non migas, dan subsektor penggalian.

3) Industri Pengolahan

Industri pengolahan merupakan kegiatan pengubahan bahan dasar (bahan mentah) menjadi barang jadi atau setengah jadi dan/atau dari barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, baik secara mekanis, kimiawi, dengan mesin ataupun dengan tangan.

4) Listrik, Gas dan Air Bersih

Listrikmencakup kegiatan pembangkitan, transmisi, dan distribusi listrik baik untuk keperluan rumah tangga, usaha, industri, gedung kantor pemerintah, penerangan jalan umum, dan lain sebagainya. Sedangkan gas mencakup kegiatan pengolahan gas cair, produksi gas dengan karbonasi arang atau dengan pengolahan yang mencampur gas dengan gas alam atau petroleum atau gas lainnya, serta penyaluran gas cair melalui suatu sistem pipa saluran kepada rumahtangga, perusahaan industri, atau pengguna komersial lainnya. Air bersih mencakup kegiatan penampungan, penjernihan, dan penyaluran air, baku atau air bersih dari terminal air melalui saluran air, pipa atau mobil tangki (dalam satu pengelolaan administrasi dengan kegiatan ekonominya) kepada rumah tangga, perusahaan industri atau pengguna komersial lainnya.

5) Bangunan

Bangunan atau kontruksi, adalah kegiatan penyiapan, pembuatan, pemasangan, pemeliharaan, maupun perbaikan bangunan atau


(33)

konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, baik digunakan sebagai tempat tinggal maupun sarana lainnya.

6) Perdagangan, Hotel dan Restoran

Perdagangan adalah kegiatan penjualan kembali (tanpa perubahan teknis) barang baru maupun bekas. Sedangkan hotel adalah bagian dari lapangan usaha kategori penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum. Restoran disebut kegiatan penyediaan makan minum adalah usaha jasa pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh bangunan permanen yang menjual dan menyajikan makanan dan minuman untuk umum di tempat usahanya.

7) Pengangkutan dan Komunikasi

Pengangkutan adalah kegiatan pemindahan orang atau penumpang dan atau barang atau ternak dari satu tempat ke tempat lain melalui darat, air maupun udara dengan menggunakan alat angkutan bermotor maupun tidak bermotor. Sedangkan komunikasi yaitu usaha pelayanan komunikasi untuk umum baik melalui pos, telepon, telegraf atau teleks atau hubungan radio panggil (pager).

8) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mencakup kegiatan perantara keuangan, asuransi, dana pensiun, penunjang perantara keuangan, real estate, usaha persewaan, dan jasa perusahaan.

9) Jasa-jasa

Jasa-jasa meliputi kegiatan pelayanan kepada masyarakat yang ditujukan untuk melayani kepentingan rumah tangga, badan usaha, pemerintah dan lembaga-lembaga lain.10

10Hendry Meilano Trengguna, “

Analisis Potensi Dan Hambatan yang Dihadapi UMKM Dalam Mengembangkan Usaha Dengan Menggunakan Alat Bantu Sistem Informasi Geografis (SIG): Studi Kasus Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok”, Skripsi pada Universitas Gunadarma, Jakarta, 2012, h. 4, dipublikasikan.


(34)

Usaha kecil dan industri kecil memang dipisahkan pada dua lembaga yang berbeda, yaitu UKM (Usaha Kecil dan Menengah) dan IKM (Industri Kecil dan Menengah). Usaha kecil adalah gabungan dari beberapa industri kecil yang bergerak di dalamnya. UKM maupun IKM merupakan kekuatan perekonomian di Negara Indonesia. Untuk menjadi negara yang mandiri dan tidak bergantung kepada negara-negara lain, maka suatu negara-negara perlu memiliki kekuatan sendiri, yaitu salah satunya dengan cara memberdayakan sektor usaha yang mampu mendayagunakan sumber daya alam lokal. Pergerakan suatu usaha tidak lepas dari ide kreatifitas dan semangat para wirausaha.

Kabupaten Tegal adalah salah satu wilayah yang potensial, dimana sejak jaman dahulu banyak berdiri suatu usaha dalam skala kecil, menengah, maupun besar. Pertumbuhan sektor industri di Kabupaten Tegal secara historis mempunyai posisi yang strategis, terutama karena dilatarbelakangi oleh tradisi turun-temurun dan budaya masyarakat yang cukup kreatif. Oleh karena itu sejalan dengan arah strategis pembangunan Kabupaten Tegal, yaitu PERTIWI (Pertanian, Industri, dan Pariwisata), maka pembangunan berbasis sektor industri merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan Kabupaten Tegal. Upaya pembangunan ini dianggap penting dalam mengembangkan potensi terbaik setempat dan menekankan pemberdayaan pelaku industri secara bertahap, serta mendorong posisi strategisnya dalam realita dinamika persaingan yang berkembang.

Menurut Sutrisno Iwantoko, mengembangkan industri pedesaan adalah suatu keharusan. Menurutnya, terdapat beberapa pertimbangan mengapa industri pedesaan menjadi pilihan pembangunan perekonomian. Industri pedesaan menjadi pilihan karena secara geografis wilayah Indonesia sebagian besar didominasi oleh desa. Menurutnya desa menyimpan aneka ragam potensi baik kekayaan alam maupun sumber hayati tersedia disana. Namun permasalahnya


(35)

potensi yang dimiliki cukup tinggi, tetapi pemanfaatannya yang masih terbatas. Kemudian pertimbangan kedua adalah penawaran tenaga kerja yang cukup berlimpah. Di desa pertumbuhan penduduknya jauh lebih cepat daripada di kota sehingga jumlah tenaga kerjanya pun lebih banyak. Namun walaupun terjadi lonjakan permintaan hal ini tidak akan diikuti dengan kenaikan upah. Dan pertimbangan ketiga adalah kelembagaan desa relatif sudah cukup berkembang, seperti KUD, LKMD, juga PKK, Karang Taruna, Kelompok Usaha Bersama, bahkan berbagai lembaga keuangan seperti BRI, BPR dan bank swasta telah masuk ke desa. Menurutnya kelembagaan ini merupakan infrastruktur yang sangat menunjang bagi kelangsungan hidup industri pedesaan.”11

Lanjutnya, Sutrisno Iwantoko dalam bukunya mengatakan bahwa, “Landasan bagi pilihan atas perlunya pengembangan industri pedesaan adalah keefisienan dalam memanfaatkan sumber daya yang langka dan tingkat investasi yang sama. Prinsip efisiensi inilah yang diterapkan untuk menentukan pilihan-pilihan atas faktor-faktor penentu keberhasilan dalam upaya mengembangkan industri pedesaan. Faktor-faktor penentu itu antara lain; tenaga kerja, sumber bahan baku, sumber modal, tujuan pasar, dan investasi sumber daya fisik.”12

Menurut Sutrisno Iwantoko, keefisienan untuk tenaga kerja, prinsip pemanfaatan adalah sumber tenaga kerja utamanya haruslah tenaga kerja pedesaan. Namun pendidikan dan ketrampilan mereka umumnya masih terbatas. Oleh karena itu, sifat teknologi industri haruslah mengikuti sifat-sifat tenaga kerja tersebut. Untuk bahan baku, prioritasnya juga harus bahan baku lokal. Selain mudah didapat dan murah, juga memiliki dampak bagi masyarakat desa. Akan lebih mendayagunakan sumber daya yang ada di pedesaan. Konsekuensinya, industri pedesaan tidak akan seragam. Mereka memiliki sifat-sifat lokal yang spesifik. Sementara sumber modal perlu ada insentif dan rangsangan-rangsangan agar modal dari kota

11

Sutrisno Iwantoko. Kiat Sukses Berwirausaha. (Jakarta: PT. Grasindo. 2006). h. 16.

12


(36)

dapat mengalir ke pedesaan. Paling tidak pada periode permulaan haruslah disponsori oleh modal pemerintah. Sedangkan untuk pasar, tampaknya diperlukan tahapan-tahapan yaitu dari mulai pasar lokal yang kemudian secara bertahap ke pasar regional, kemudian pasar nasional, hingga pasar internasional. Atau mungkin kombinasi dari semuanya. Terakhir dukungan investasi sumber daya fisik, yang meliputi sarana jalan dan transportasi, komunikasi, pembangkit tenaga dan sumber air. Menurutnya dalam banyak kasus, kegagalan industri pedesaan disebabkan oleh buruknya sarana umum dan utilitas ini. 2. Gerakan OVOP (One Village One Product)

a. Definisi OVOP

Isu strategis yang telah berkembang di wilayah Kabupaten Tegal pada sektor perindustrian adalah adanya program OVOP (One Village One product, OVOP adalah suatu gerakan pemerintah bekerja sama dengan para pelaku usaha. OVOP telah berkembang di Kabupaten Tegal sejak tahun 2011.

Dalam buku “Kebijakan Industri Kabupaten Tegal”, OVOP adalah upaya kelompok masyarakat yang dibantu pemerintah untuk menghasilkan produk yang menjadi identitas, dapat diterima pasar, dan mengandalkan sumber daya lokal. Disini, istilah “Village” dan

One-Product” tidaklah dimaknai secara harfiah. “Village” merujuk

pada wilayah administratif tertentu, secara desa atau kelurahan, kecamatan, kabupaten atau kota dan sebagainya. Sementara itu, “ One-Product” dimaknai sebagai jumlah minimum jenis produk yang memenuhi kriteria tertentu. Tujuan adanya gerakan OVOP adalah mengembangkan produk lokal berdaya saing global dengan menekankan pada penciptaan nilai tambah, mendorong semangat kemandirian dan kebanggaan. Dengan demikian, tingkat keberhasilannya tidak hanya diukur dari kemakmuran (Gross National


(37)

Product), tetapi juga kepuasan batin (Gross National Satisfaction) masyarakat setempat.13

Menurut kementerian Koperasi dan UKM RI, OVOP adalah upaya pemerintah dalam upaya meningkatkan nilai tambah produk unggulan suatu daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam wadah koperasi atau UKM.

Tiga Prinsip Gerakan OVOP berdasarkan kementerian Koperasi dan UKM RI adalah:

a) Lokal tapi Global

Pengembangan gerakan OVOP bertujuan untuk meningkatkan, mengembangkan, dan memasarkan produk yang bisa menjadi sumber kebanggaan masyarakat setempat. Terutama yang bisa dipasarkan baik di dalam maupun di luar. Sehingga tercapai tujuan lokal tapi global.

b) Kemandirian dan Kreativitas

Sebagai penghela gerakan OVOP adalah masyarakat setempat. Agar mampu mandiri masyarakat harus mampu bangkit dan kreatif.

c) Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pemerintah Daerah harus menyadari dan mampu mendorong sumber daya manusia yang kreatif dan inovatif. Mampu melakukan terobosan baru di sektor pertanian, industri, pariwisata, jasa serta pemasaran produknya. Sehingga meningkatkan kualitas, produktivitas, dan daya saing.14

PT. Putra Bungsu termasuk ke dalam sentra industri pengolahan logam dan mesin, dimana usaha tersebut memfokuskan

13

Kebijakan Industri Kabupaten Tegal, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tegal, 2012, h. 53.

14

Pengembangan Produk Unggulan Daerah Melalui Pendekatan OVOP (One Village One Product), Deputi Menteri Bidang Pengkajian Sumber Daya UKMK, Kementerian Koperasi dan UKM RI, h. 6.


(38)

diri pada kegiatan memproduksi komponen kapal dan pengecoran logam. Usaha ini mampu memanfaatkan barang-barang bekas dari logam yang sudah tidak digunakan, kemudian didaur ulang menjadi barang yang lebih berguna. Maka dari itu, secara tidak langsung usaha ini tidak hanya mendayagunakan barang-barang yang sudah tidak terpakai, tetapi juga mampu meminimalisir dampak kerusakan lingkungan dengan mendaur barang barang bekas tersebut.

Konsep OVOP pertama kali digagas pada tahun 1975-1978 oleh Gubernur Prefektur Oita, Dr. Morihiko Hiramatsu. Meskipun digagas oleh gubernur, namun porsi pelaksanaan OVOP di Prefektur Oita ada pada masyarakat sekitar atau komunitas. Seperti pada gambar berikut:15

15


(39)

Gambar 2.1. Pelaku Kunci dan Perannya Dalam Gerakan OVOP Haraguchi Tahun 2008

Pemerintah Prefektur

Komunitas (Dukungan Tambahan)

Setiap kebijakan mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, begitupun dengan kebijakan OVOP. Maka dari itu, dalam mengambil kebijakan harus mengambil pendekatan yang paling sesuai dengan karakteristik wilaayahnya.

-Kelompok kerjasama/asosiasi/perempuan -Kepemimpian yang kompeten dan kuat

-Menyajikan nasihat teknis dan pemasaran Unit Layanan Teknis

-Pemilihan dan pembuatan produk/layanan yang sesuai dengan memanfaatkan sumber daya lokal

-Pembagian informasi dan pembelajaran

-Sosialisasi untuk kerjasama yang lebih baik

Anggota komunitas Deteminasi yang kokoh

Menyajikan umpan balik pada kelompok

Widyawisata, seminar, pertukaran

Memasarkan produk OVOP kepada pasar yang

beragam melalui saluran distribusi yang

berbeda-beda

Pekan raya/pameran, publisitas


(40)

Tabel 2.1. Aspek Positif dan Aspek Negatif OVOP

Kebijakan OVOP

Aspek Positif Aspek Negatif 1. Tingkat keberlanjutan

yang lebih tinggi 2. Efek luas komunitas

lebih lebar 3. Keterkaitan ke

belakang dan ke depan (backward and

forward linkage) dalam ekonomi lokal.

1. Perlu waktu lama untuk melihat hasil

2. Ditentukan oleh kerjasama dan kepemimpinan komunitas

3. Kurang responsif pada ragam kebutuhan produsen pada suatu komunitas.

1) Pendekatan OVOP di Kabupaten Tegal

Pendekatan OVOP di Indonesia tidak jauh berbeda dengan apa yang telah dilakukan di Jepang dan Thailand. Implementasi OVOP di negara kita mengikuti suatu konsep program membangun suatu regional, mungkin bisa tingkat desa, kecamatan, kota dan selanjutnya memilih satu produk utama yang dihasilkan dari kreativitas masyarakat desa. Pendekatan OVOP juga menggunakan sumberdaya lokal, memiliki kearifan lokal dan bernilai tambah tinggi. Produk-produk yang dipilih menjadi Gerakan OVOP tidak hanya dalam bentuk tangible product, tetapi juga dalam wujud intangible product, misalnya produk-produk budaya dan kesenian khas daerah yang memiliki nilai jual tinggi secara global.

Prakarsa maupun kepeloporan di tingkat masyarakat Kabupaten Tegal masih relatif rendah. Maka, prakarsa gerakan OVOP dilakukan oleh pemerintah daerah. Pemerintah daerah masih harus berperan


(41)

lebih dalam mendorong agenda gerakan OVOP, walaupun program-program yang dijalankan relatif tidak berkelanjutan karena pendekatannya adalah pendekatan “proyek”. Namun demikian, melalui stimulasi dapat membangkitkan kesadaran masyarakat untuk mengembangkan OVOP lebih berkelanjutan.

2) Kriteria Pengembangan Produk Menurut Konsep OVOP

Pada dasarnya semua produk yang dihasilkan IKM Kabupaten Tegal memiliki ciri khas lokal yang dapat digunakan sebagai titik masuk pengembangan produk. Meskipun demikian, prioritas produk-produk yang memenuhi kriteria OVOP sebagai berikut:

a. Bahan baku yang dapat disubstitusi

b. Dapat dihasilkan mengikuti standar mutu tertentu c. Memanfaatkan sebesar-besarya sumber daya lokal d. Berpotensi masuk ke pasar spesifik

e. Potensi ekspor melalui kapasitas merek yang kuat f. Stabilitas dan keberlanjutan produksi dan stabilitas mutu g. Tingkat kepuasan pelanggan

Kriteria-kriteria tersebut di atas dapat dielaborasikan untuk memudahkan penerapannya pada pencarian OVOP. Masing-masing kriteria tersebut tidak memiliki bobot yang sama, namun setiap produk yang dinilai harus memiliki seluruh kriteria OVOP di atas.16

3. Pengangguran

a. Definisi Pengangguran

Pengangguran sering dijumpai pada setiap negara, baik negara sedang berkembang maupun negara sudah maju. Indonesia sebagai negara agraris, sebagian besar penduduknya hidup di pedesan, dimana angka pertumbuhan penduduknya tergolong cepat, sehingga akan menciptakan tenaga kerja yang melimpah. Salah satu contohnya

16


(42)

Kabupaten Tegal. Kabupaten Tegal terdiri dari 18 kecamatan dan 287 desa dengan laju pertumbuhan penduduk sebagai berikut:

Grafik 2.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Tegal Tahun 2011-2013

Sumber: BPS Kabupaten Tegal, diolah.

Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2013 menunjukan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Tegal dari tahun 2011 sampai 2013. Pada tahun 2011 menunjukan jumlah penduduk Kabupaten Tegal sebesar 1.400.256 jiwa dari penduduk laki-laki sebesar 699.714 jiwa dan penduduk perempuan 700.543 jiwa. Naik menjadi 1.409.406 jiwa pada tahun 2012 denganpenduduk laki-laki sebesar 700.691 jiwa dan penduduk perempuan 708.715 jiwa. Dan pada tahun 2013 naik menjadi 1.415.009 jiwa dari penduduk laki-laki sebesar 703.494 jiwa dan penduduk perempuan 711.515 jiwa. Terlihat bahwa laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Tegal dari tahun 2011-2013 mengalami kenaikan setiap tahunnya.

Pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat akan menciptakan angkatan kerja baru. Lahirnya angkatan kerja baru jika tidak dibarengi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan akan

Laki-laki Perempuan

Jumlah 0

200.000 400.000 600.000 800.000 1.000.000 1.200.000 1.400.000 1.600.000

2011

2012 2013

Laki-laki Perempuan Jumlah


(43)

menyebabkan masalah pengangguran. Sektor pertanian saat ini mulai ditinggalkan oleh angkatan kerja baru, hal ini dikarenakan sektor pertanian di Kabupaten Tegal sepertinya sedang mengalami kelesuan. Berikut adalah grafik penggunaan lahan di Kabupaten Tegal:

Grafik 2.2. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Tegal Tahun 2011-2013

Sumber: BPS Kab. Tegal, diolah.

Wilayah Kabupaten Tegal seluas 87.879 hektar. Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa, penggunaan lahan sawah lebih sedikit dibandingkan bukan lahan sawah. Di tahun 2011 luas lahan sawah seluas 40.234 hektar, di tahun 2012 menurun menjadi 40.172 hektar, dan di tahun 2013 menjadi 39.789 hektar. Luas lahan sawah yang semakin sempit maka akan mengkibatkan hasil produktivitasnya semakin sedikit, sehingga sektor ini (pertanian) tidak mampu menyerap tenaga kerja yang banyak. Kelesuan pada sektor pertanian, mengakibatkan para tenaga kerja baru beralih dari sektor non-pertanian.

Bekerja bagi seseorang merupakan satu upaya untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Semakin besar kebutuhan hidup yang dirasakan oleh seseorang semakin tinggi pula kecenderungan orang

0 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000

2011

2012

2013

Lahan Sawah Bukan Lahan Sawah


(44)

tersebut untuk mencari pekerjaan. Seiring dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka kepedulian perusahaan-perusahaan di Kabupaten Tegal terhadap kesejahteraan kaum buruh terus ditingkatkan. Hal ini terlihat dari meningkatnya Upah Minimum Regional (UMR) di Kabupaten Tegal pada tahun 2011 sebesar Rp. 750.000,- perbulan, kemudian naik menjadi Rp. 780.000,- perbulan di tahun 2012 dan naik menjadi Rp. 850.000,- perbulan pada tahun 2013. Sedangkan pada tahun 2014 upah pekerja naik menjadi Rp. 1.044.000,- perbulan. Berikut adalah grafik peningkatan Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Tegal tahun 2011-2014:

Grafik 2.3. Upah Minimum Regional Kabupaten Tegal Tahun 2011-2013

Sumber: BPS Kabupaten Tegal

Biaya hidup di Kabupaten Tegal tergolong masih rendah. Jika di Bandingkan dengan kota-kota besar seperti Jakarta, yang mana UMR di Jakarta pada tahun 2014 adalah sebesar Rp. 2.400.000,- perbulan atau bisa dibilang dua kali lipatnya dari UMR Kabupaten Tegal. Rendahnya tingkat upah pada suatu daerah menjadi suatu pertimbangan besar bagi para pekerja. Tenaga kerja yang merasa

0 200.000 400.000 600.000 800.000 1.000.000 1.200.000

2011 2012 2013 2014

Upah Minimum Regional Kabupaten Tegal (Rupiah)


(45)

biaya tanggungannya tinggi mereka akan memilih untuk bekerja di luar kota, salah satu yang menjadi pilihan adalah Jakarta.

Merantau adalah salah satu alternatif yang dianggap ampuh untuk menyelesaikan masalah kebutuhan hidup mereka. Sehingga perpindahan penduduk dari Kabupaten Tegal ke kota lain selalu terjadi setiap tahunnya. Namun tidak semua tenaga kerja melakukan urbanisasi, ada sebagian dari mereka yang memilih tinggal di daerah Kabupaten Tegal, mereka menganggur untuk sementara waktu, sambil menunggu adanya kesempatan kerja yang sesuai dengan kemampuannya.

Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak.

Menurut Sadono Sukirno, “Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum memperolehnya.”17

Batas usia tenaga kerja di Indonesia mengikuti yaitu 15-64 tahun, angkatan kerja merupakan bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produktif. Menurut Sadono, seseorang yang dikatakan menganggur jika telah mencapai usia angkatan kerja,sedang aktif mencari pekerjaan. Seseorang yang tidak bekerja, tetapi tidak aktif mencari pekerjaan tidak tergolong sebagai penganggur. Sebagai contoh, ibu rumahtangga yang tidak ingin bekerja karena ingin mengurus keluarganya, pelajar yang sedang menuntut ilmu, pensiunan adalah

17

Sadono Sukirno, Pengangtar Teori Makroekonomi. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), h. 14.


(46)

tidak tergolong sebagai penganggur. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan ketersediaan jumlah kesempatan kerja yang mampu menyerapnya. Berikut adalah data ketenagakerjaan penduduk Kabupaten Tegal tahun 2012-2013:

Tabel 2.3. Ketenagakerjaan Tahun 2012-2013

Indikator Tahun

2012 2013

Usia 10+ 1.160.222 981.084

Angkatan Kerja 749.387 615.630

Bukan Angkatan Kerja 410.835 365.454

Bekerja 704.049 572.937

Pengangguran 45.338 42.693

TPAK 64,59 62,75

TKK 93,95 93,07

TPT 6,05 6,93

Sumber: BPS Kabupaten Tegal

Nyatanya di Kabupaten Tegal, pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat tidak mempengaruhi pertumbuhan jumlah angkatan kerja dari tahun 2012 ke tahun 2013. Di Kabupaten Tegal pertumbuhan jumlah penduduk dari tahun 2012-2013 meningkat 10%, tetapi pertumbuhan anak usia 10+ (ke atas) menurun, diikuti dengan penurunan pertumbuhan angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Usia kerja di Indonesia mengikuti standar internasional, yaitu 15 tahun ke atas. Peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Tegal dipengaruhi oleh peningkatan jumlah kelahiran bayi yang cukup pesat, yaitu dari 2.735 bayi pada tahun 2012 meningkat menjadi 6.732 bayi pada tahun 2013.


(47)

Jumlah angkatan kerja tahun 2012 sebanyak 749.387 jiwa turun menjadi 615.630 jiwa di tahun 2013. Penawaran akan tingkat kesempatan kerjatahun 2013 jugamenurun 0,88% dari tahun 2012, sehingga pada tahun 2012 dari 749.387 angkatan kerja yang bekerja sebanyak 704.049 jiwa. Pada tahun 2013 jumlah angkatan kerja mangalami penurunan menjadi 615.630 jiwa, oleh karena penurunan jumlah angkatan kerja dan penurunan tingkat kesempatan kerja, maka pada tahun 2013 jumlah angkatan kerja yang bekerja menjadi 574.049 jiwa. Karenajumlah angkatan kerja dari tahun 2012-2013 terjadi penurunan sebanyak 133.757 jiwa, sedangkan tingkat kesempatan kerja hanya menurun 0,88%, sehingga tingkat pengangguran dalam satu tahun menurun sebanyak 2.645 jiwa dari angka 45.338 menjadi 42.693.

Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian suatu negara karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya. Pengangguran telah menjadi momokyang menakutkan terutama bagi negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka pengangguran, karena sempitnya lapangan kerja dan besarnya jumlah penduduk. Sempitnya lapangan pekerjaan biasanya karena faktor kelangkaan modal untuk investasi. Manakala masalah pengangguran yang sangat pelik ini dibiarkan berlarut-larut, niscaya sangat besar kemungkinannya akan mendorong terjadinya krisis sosial. Indikator sosial mulai nampak dari semakin banyaknya jumlah anak-anak yang mulai turun ke jalan. Mereka menjadi pengamen, pengemis, pedagang asongan, bahkan pelaku tindak kriminalitas. Mereka adalah generasi yang kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dan pembinaan yang baik. Krisis sosial


(48)

ditandai oleh semakin meningkatnya angka kriminalitas, semakin tingginya angka kenakalan remaja, dan semakin meningkatnya jumlah anak jalanan dan preman. Pengangguran yang terjadi tidak saja menimpa angkatan kerja yang baru lulus sekolah, akan tetapi juga menimpa orang tua yang kehilangan pekerjaan karena perusahaannya tutup, sehingga banyak orang yang frustasi menghadapi nasibnya.

Realita yang terjadi di Kabupaten Tegal dewasa ini, sering dijumpai anak-anak belum cukup umur yang turun kelapangan untuk menjadi pengemis di tempat-tempat umum seperti pasar, terminal, tempat rekreasi dan lain sebagainya. Hal ini membuktikan bahwatingkat kenaikan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Tegal, berdasarkan data dari Pemerintah Daerah Kabupaten Tegal, jumlah penduduk miskin adalah sebagai berikut:

Tabel 2.4. Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Tegal Tahun 2012-2013

Tahun Penduduk Miskin

2102 84.732

2013 137.689

Sumber: Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Tegal Persentase penduduk miskin dari tahun 2012 sampai 2013 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 2012 jumlah penduduk miskin sebanyak 84.732 jiwa atau sebanyak 6% dari jumlah penduduk pada tahun 2012. Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk tahun 2013 yang meningkat, jumlah penduduk miskin naik menjadi 137.689 jiwa atau sebanyak 9% dari total jumlah penduduk. Jadi pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat pesat dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan di Kabupaten Tegal.


(49)

Penentuan hasil Ujian Nasional kemudian menjadi pintu gerbang bagi para siswa yang akan melanjutkan masa depannya. Bagi yang akan bekerja; “Kemanakah mereka akan bekerja? Dimanakah mereka akan mencari kerja? Dan sejauh mana kemampuan yang mereka miliki untuk bekerja?”. Inilah beberapa pertanyaan yang mungkin menjadi perhatian mereka. Jika para angkatan kerja sudah mempunyai bekal atau persiapan sebelumnya kelak mereka akan mendapatkan pekerjaan yang diimpikan, namun sebaliknya jika para angkatan kerja baru tidak mempunyai bekal ketrampilan atau persiapan sebelumnya mereka akan menemui titik kebingungan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Dan pada akhirnya mereka akan menjadi pengangguran terbuka untuk sementara waktu.

Pengangguran terbuka merupakan bagian dari angkatan kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan (baik bagi mereka yang belum pernah bekerja sama sekali maupun yang sudah pernah berkerja), atau sedang mempersiapkan suatu usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin untuk mendapatkan pekerjaan dan mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.

Wilayah Kabupaten Tegal yang sebagian besar adalah lahan pertanian nyatanya tidak mampu memberikan ruang untuk menyerap angkatan kerja baru. Dewasa ini angkatan kerja baru lebih tertarik bekerja pada sektor non-pertanian. Sebagian besar orang tua yang bekerja sebagai petani, mengharapkan anaknya tidak menjadi petani seperti mereka. Karena sektor pertanian dianggap kurang menjanjikan. Pada sektor pertanianpun turut menciptakan suatu masalah pengangguran. Pengangguran yang terjadi pada sektor pertanian adalah pengangguran musiman. Di Kabupaten Tegal, pengangguran musiman tidak dapat dihindari keberadaannya.

Pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi pada waktu-waktu tertentu di dalam satu tahun. Biasanya


(50)

pengangguran seperti itu berlaku pada waktu-waktu dimana kegiatan bercocok tanam sedang menurun kesibukannya. Waktu di antara menuai dan masa menanam berikutnya, dan periode di antara sesudah menanam bibit dan masa mengutip hasilnya, adalah masa yang kurang sibuk dalam kegiatan pertanian. Di dalam periode tersebut banyak diantara para petani dan tenaga kerja di sektor pertanian tidak melakukan suatu pekerjaan. Berarti mereka sedang dalam keadaan menganggur. Tetapi pengangguran itu adalah untuk sementara saja, dan berlaku dalam waktu-waktu tertentu. Oleh sebab itu ia dinamakan pengangguran musiman.18

Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.

Pengangguran menjadi perhatian besar bagi pemerintah daerah Kabupaten Tegal. Berbagai upaya telah dilakukan, seperti memperluas lapangan pekerjaan dan investasi, namun upayanya belum menunjukan pertumbuhan yang signifikan. Upaya penempatan TKI di luar negeri pun dilakukan.

Indonesia sebagai negara agraris, dimana penduduknya mayoritas bekerja sebagai petani terutama di sebuah pedesaan, salah satu contohnya di Kabupaten Tegal. Petani di Kabupaten Tegal adalah petani tradisional yang pendapatannya tidak menentu dengan teknik dan peralatan yang masih cukup sederhana sehingga hasilnya tidak maksimal. Tidak maksimalnya hasil pertanian di Kabupaten Tegal bukan hanya karena faktor teknologi yang digunakan masih sederhana, tetapi juga karena luas lahan pertanian yang kini mulai sempit akibat alih fungsi menjadi lahan pemukiman penduduk.

18


(51)

Dengan sempitnya lahan pertanian, kebutuhan akan tenaga kerja dalam sektor pertanianpun akan berkurang. Jam kerja untuk menjadi petanipun pada waktu-waktu tertentu. Beberapa petani yang hanya bekerja pada saat penen, jika sedang tidak ada yang digarap mereka akan menjadi pegangguran musiman, maka timbulah pandangan masyarakat desa yang menganggap bahwa menjadi petani tidak lagi menguntungkan. Sehingga tenaga kerja dan angkatan kerja baru lebih tertarik untuk melakukan urbanisasi.

Bagi negara sedang berkembang, kebijakan pembangunan yang mengabaikan sektor pertanian (di dalam beberapa kasus dikorbankannya karena mengalirnya sumber daya alam dan manusia ke kota) telah menimbulkan kemandekan atau tidak memadainya pertumbuhan pendapatan di daerah pedesaan. Di pihak lain kebijakan mengimpor teknologi padat modal secara besar-besaran untuk mencapai industrialisasi dengan segera telah menyebabkan pertumbuhan kesempatan kerja di kota tidak sesuai dengan jumlah orang yang mencari pekerjaan. Ada beribu-ribu petani pedesaan kehilanganan tanah karena diterapkannya mekananisasi pertanian sebelum waktunya, atau mengerjakan tanah pertanian yang sangat sempit karena pertumbuhan penduduk yang sangat pesat. Gejala ini menyebabkan mereka berusaha menyelamatkan diri dengan pindah ke kota-kota yang tumbuh dengan pesat, tetapi apa yang diidam-idamkan yaitu keadaan hidup yang lebih baik ternyata tidak dapat terwujud.

Mobilitas penduduk dari desa ke kota bukan menjadi suatu penyelesaian masalah perekonomian pedesaan. Banyaknya lapangan kerja yang tersedia, tidak akan mampu menyerap semua angkatan kerja dari berbagai daerah. Jika tidak mempunyai persiapan yang matang mereka hanya akan menjadi masalah baru di perkotaan. Seperti kriminalitas, gelandangan, bahkan menjadi peminta-minta.

Maka yang harus dibenahi adalah perekonomian di pedesaaan itu sendiri. Agar tidak terjadi ketimpangan antara desa dan kota,


(52)

pemerataan pembangunan dari Sabang sampai Merauke perlu diperhatikan, terutama pada wilayah pedesaan. Industrialisasi adalah salah satu jalan untuk memperkuat perekonomian pedesaan.

4. Peranan Usaha Kecil dalam Masalah Pengangguran

Banyak jalan untuk mengatasi masalah pengangguran kalau kemauan politik diarahkan kesana. Menurut Teguh Suhono, persoalannya proses politik dan proses sosial di negeri ini sering tidak nyambung

(macth), dan berjalan sendiri-sendiri, sehingga pemecahan masalahnya menjadi rumit dan sulit. Tingkat penganggur total masih tinggi tetapi ironisnya pemerintah nampak tidak serius menanggulanginya, dan para pihak yang berkompeten terlihat tenang-tenang saja. Minimnya lapangan kerja di sektor formal sebenarnya dapat disiasati oleh sebagian pencari kerja dengan memasuki sektor informal. Namun sayangnya bergeliatnya sektor informal ini tidak serta merta mendapatkan dukungan positif dari pemerintah. Hal ini tentunya sejalan dengan pendapat beberapa organisasi non-pemerintah yang mengatakan bahwa pemerintah cenderung memiliki paradigma "anti masyarakat miskin". Ancaman penggusuran terus dilakukan, sementara lapangan kerja di kota dan di desa semakin sempit. Ketidakseriusan pemerintah dalam menggerakkan sektor informal ini juga diperkuat dengan lemahnya pemerintah daerah dalam upaya meningkatkan pendapatan masyarakat.19

Namun demikian keberadaan sektor informal masih memberikan setitik sinar pencerahan yang diharapkan dapat meringankan, bahkan mengatasi peliknya pengangguran akut yang sedang dirasakan oleh bangsa Indonesia. Titik sinar pencerahan sektor informal yang diharapkan dapat meringankan dan mengatasi masalah pengangguran

19Teguh Sihono.,“Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan Upaya Mengatasi


(53)

tersebut dilakukan oleh Usaha Kecil Menengah (UKM). UKMdapat menjadi terobosan yang komprehensif untuk mengatasi pengangguran.

UKM merupakan bagian penting dari perekonomian negara atau daerah. Namun kesadaran akan pentingnya UKM baru muncul belakangan ini. Menurut Berry, dkk, dalam Teguh suhono, “Ada beberapa alasan yang mendasari memandang penting terhadap keberadaan UKM, yaitu :

a. Kinerja UKM cenderung lebih baik dalam menghasilkan tenaga kerja yang produktif.

b. Di dalam proses dinamika, UKM sering mencapai peningkatan produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi. c. UKM sering diyakini mempunyai keunggulan dalam hal

fleksibilitas daripada usaha besar. Seperti yang disampaikan Kuneoro “Usaha Kecil, Menengah di Indonesia telah memainkan peran penting dalam menyerap tenaga kerja, meningkatkan unit usaha dan mendukung pendapatan rumah tangga”.20

UKM merupakan salah satu solusi masyarakat untuk tetap bertahan dalam menghadapi krisis, yaitu dengan melibatkan diri dalam aktivitas usaha yang berkarakteristik informal. Dengan UKM ini persoalan pengangguran sedikit banyak dapat teratasi dan implikasinya juga dalam hal pendapatan. Anjloknya pendapatan masyarakat yang menurunkan daya beli terhadap produk yang dipenuhi oleh Usaha Besar, produk yang dihasilkan UKM memungkinkan menjadi pengganti subtitusi produk Usaha Besar yang mengalami kebangkrutan. Jika demikian halnya maka kecenderungan itu sekaligus juga merupakan respon terhadap merosotnya daya beli masyarakat.

Joseph Alois Schumpeter (8 Februari 1883 - 8 Januari 1950) adalah seorang ekonom Amerika-Austria dan ilmuwan politik. Dia sempat menjabat sebagai Menteri Keuangan Austria pada tahun 1919. Salah satu ekonom paling berpengaruh dari abad ke-20, Schumpeter mempopulerkan istilah "Destruksi Kreatif" dalam ekonomi.21

Menurut http://id.wikipedia.org/wiki/Joseph_Schumpeter

20

Ibid., h.78.

21


(54)

Deliarnov, “Schumpeter oleh beberapa penulis dimasukan sebagai pendukung aliran institusional. Hal itu karena pendapatnya yang mengatakan bahwa sumber utama kemakmuran bukan terletak pada domain itu sendiri, melainkan berada di luarnya, yaitu dalam lingkungan dan institusi masyarakat. Lebih jelas lagi, sumber kemakmuran terletak dalam jiwa kewiraswastaan

(entrepreneurship), para pelaku ekonomi yang mengarsiteki pembangunan. Dia membedakan pengertian invensi dan inovasi.

Invensi adalah hal penemuan teknik-teknik berproduksi baru. Sementara itu, inovasi mempunyai makna lebih luas, yang tidak hanya menyangkut teknik-teknik produksi baru.Akan tetapi juga penemuan komoditi baru, cara-cara pemasaran baru, dan sebagainya. Oleh Schumpeter, inovasi dianggap sebagai sesuatu loncatan dalam fungsi produksi. Inovasi ditentukan oleh inovator, tetapi entrepreneurlah yang mempraktikan hasil temuan tersebut pertama kali.”22

Menurut teori ekonomi Schumpeter, pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh peranan pengusaha yang merupakan golongan yang akan terus-menerus membuat pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Inovasi tersebut meliputi memperkenalkan barang-barang baru, mempertinggi efisiensi cara memproduksi dalam menghasilkan barang, memperluas pasar suatu barang ke pasaran-pasaran yang baru, mengembangkan sumber bahan mentah yang baru dan mengadakan perubahan-perubahan dalam organisasi dengan tujuan mempertinggi keefisienan kegiatan perusahaan yang kesemuanya memerlukan investasi baru. Di dalam mengemukakan teori pertumbuhannya, Schumpeter memulai analisisnya dengan memisalkan bahwa perekonomian sedang dalam keadaan tidak berkembang. Tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama. Pada waktu keadaan tersebut berlaku, segolongan pengusaha menyadari tentang berbagai kemungkinan untuk mengadakan inovasi yang menguntungkan. Didorong oleh keinginan mendapatkan keuntungan dari mengadakan pembaharuan tersebut, mereka akan meminjam modal dan melakukan penanaman modal. Investasi yang baru ini akan meninggikan tingkat kegiatan ekonomi Negara. Maka

22


(55)

pendapatan masyarakat akan bertambah dan konsumsi masyarakat menjadi bertambah tinggi. Kenaikan tersebut akan mendorong perusahaan-perusahaan lain untuk menghasilkan lebih banyak barang dan melakukan penanaman modal baru.

Dalam bukunya, Prasetyoantoko berpendapat bahwa, sektor UKM potensinya sangat besar. Dengan adanya UKM yang berdiri pada suatu daerah akan sangat mempengaruhi perekonomian masyarakat daerah dan sekitarnya, salah satu contohnya industri kecil, karena bentuk usaha ini merupakan usaha yang padat karya. Sehingga mampu menyerap banyak tenaga kerja.23

Dalam menghadapi persaingan global, suatu negara harus mempunyai kekuatan tersendiri. Di satu sisi usaha kecil ini mampu memanfaatkan potensi alam yang dimiliki oleh setiap daerah di Negara Indonesia dan di sisi lain usaha kecil ini mampu mempekerjakan tenaga kerja yang tidak sedikit. Dengan mendayagunakan potensi sumber daya manusia yang begitu melimpah, terlebih di suatu pedesaan, maka usaha kecil ini keberadaannya sangat potensial di kabupaten Tegal. Berikut adalah jumlah tenaga kerja yang diserap oleh jenis usaha pada sektor industri di Kabupaten Tegal tahun 2012-2013:

Tabel 2.5. Penyerapan Tenaga Kerja

Berdasarkan Sektor Industri di Kabupaten Tegal Tahun 2012-2013 (Jiwa)

Jenis Usaha Tahun 2012 Tahun 2013

Industri Kecil 115.425 115.425

Industri Besar 5.680 5.680

Rumah Tangga 790 790

Total 121.895 121.895

Sumber: Sistem Informasi Profil Daerah Kabupaten Tegal

23


(1)

CATATAN LAPANGAN II Informan : Pemilik PT. Putera Bungsu Tegal

Pelaksanaan : Senin, 14 Juli 2014

Hasil Wawancara Sudah berapa lama usaha ini berdiri?

Perusahaan ini ada sejak tahun 1988, kemudian resmi memfokuskan usaha pada sektor industri logam pada 1993. Sampai saat ini berarti sudah berusia 26 tahun. Apakah usaha ini hasil didirikan sendiri atau warisan turun temurun?

Status usaha ini milik sendiri atau usaha keluarga yang diturunkan secara turun temurun.

Apakah pengalaman skill anda dalam mengembangkan usaha ini?

Karena usaha ini adalah usaha warisan secara turun temurun, skill yang saya miliki pun berasal dari pengalaman belajar dengan keluarga.

Apakah saja kendala yang dihadapi dalam mengembangkan usaha ini?

Kendala yang dihadapi adalah masalah bahan baku, bahan baku pembuatan alat-alat berat berasal dari logam yang didatangkan dari luar kota. Sementara bahan baku lokal yang tersedia adalah bahan baku yang berasal dari scrap (besi rongsok). Kendalanya adalah keberadaan bahan baku logam sangat terbatas.


(2)

Cara menyelesaikan masalah bahan baku di atas adalah dengan mencari partner bisnis yang lebih luas yang dapat menyediakan bahan baku logam yang lebih banyak.

Bagaimana strategi pemasaran produk?

Strategi dalam memasarkan produk adalah berdasarkan job order atau berdasarkan pesanan konsumen dan mitra bisnis yaitu PT. Komatsu Indonesia dan PT. Sumitomo Indonesia. Sehingga besar kecilnya omset perusahaan berdasarkan pesanan yang ada.

Mengenai sumber daya manusia, apakah pendidikan terakhir pegawai yang bekerja di perusahaan ini?

Kriteria pendidikan untuk tenaga kerja adalah lulusan SMA. Tetapi tidak menutup kemungkinan bagi masyarakat yang berpendidikan rendah untuk bekerja disini, asalkan mempunyai pengalaman dan kemampuan di bidangnya. Untuk tenaga kerja baru akan diberi pelatihan terlebih dahulu oleh pekerja yang sudah lama bekerja di perusahaan ini.

Dalam hal keuangan, untuk memperkuat modal, pembiayaannya dari mana saja?

Untuk memperkuat modal, pembiayaan dari sendiri dan pinjaman dari bank daerah setempat, seperti Kredit Usaha Rakyat dan Bank lainnya.

Bagaimana strategi untuk meningkatkan kepuasan para pelanggan?

Pelanggan adalah faktor yang menentukan maju mundurnya suatu usaha. Untuk dapat memepertahankan dan meningkatkan tingkat kepuasan pelanggan yaitu dengan cara menjaga kepercayaan yang diberikan kepada perusahaan, melayaninya dengan baik dan berusaha untuk memfasilitasi apa yang menjadi pesanan oleh para pelanggan, khususnya mitra kerja.


(3)

CATATAN LAPANGAN III

Informan : Kepala Seksi Pengembangan Usaha Mikro dan Informal Dinas Koperasi, UKM, dan Pasar Kabupaten Tegal

Pelaksanaan : Kamis, 21 Agustus 2014

Hasil Wawancara

Apakah peran Dinas Koperasi, UKM, dan Pasar Kabupaten Tegal dalam usaha kecil?

Peran Dinas Koperasi, UKM, dan Pasar berasarkan Perda No. 8 Tahun 2008 antara lain menentukan kebijakan teknis dalam hal Koperasi, UKM, dan Pasar dan memberikan pelayanan, pengawasan, monitoring, dan evaluasi upaya pemberdayaan koperasi dan ukm. Dalam hal usaha kecil Dinas Koperasi, UKM, dan Pasarberperan dalam pembinaan dan pengembangan UKM.

Apakah peran Usaha Kecil di Kabupaten Tegal?

Usaha kecil keberadaannya sangat penting dalam perekonomian Kabupaten Tegal. Karena jenis usahanya yang padat karya sehingga membutuhkan banyak tenaga kerja. Pekerja yang dibutuhkan juga tidak membutuhkan kriteria tertentu jadi masyarakat yang tidak mempunyai pengalaman dan kemampuan yang khusus juga dapat ikut membantu dalam proses produksi usaha terebut. Tapi kalau sudah menjadi usaha menengah biasanya memilih peran masyarakat yang lebih kreatif. Sehingga usaha kecil sudah pasti sangat berkontribusi dalam perekonomian, khususnya masalah ketenagakerjaan seperti pengangguran di Kabupaten Tegal.

Jenis usaha kecil apakah yang paling dominan memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tegal?


(4)

Di Kabupaten Tegal sudah banyak tumbuh berbagai usaha kecil yang sudah maju, sementara usaha kecil yang paling dominan dalam memberikan kontribusi perekonomian di Kabupaten Tegal adalah pada sektor industri pengolahan. Di Kabupaten Tegal terdapat lima produk unggulan yaitu produk industri logam, tekstil, makanan, shuttlecock, dan kerajinan bambu. Akan tetapi, dari dari lima sektor unggulan tadi, industri pengolahan logam khususnya industri komponen perkapalan menjadi produk unggulan pertama dan masuk sebagai kompetensi inti industri Kabupaten Tegal. Karena memiliki jumlah unit dan tenaga kerja yang banyak.

Apakah kendala yang dihadapi dalam perkembangan Usaha Kecil pada sektor industri pengolahan logam dan mesin?

Bahan baku dalam industri pengolahan logam dan mesin selama ini menggunakan bahan baku dari scrap (besi rongsok) dan biji besi atau alumunium. Bahan baku scrap mudah didapat dan harganya terjangkau, tetapi karena menggunakan bahan baku dari scrap, maka hasil-hasil produksi industri logam juga harga jualnya cukup murah. Sedangkan bahan baku logam asli, biji besi atau aluminium barangnya langka dan harus memesan dulu ke pabrik dari luar daerah dalam jumlah besar dan harganya mahal. Sebagai perbandingan harga besi rongsok kualitas bagus dijual dengan harga Rp 5.000,00 per kilogram, aluminium sekitar Rp 18.000,00 per kilogram dan tembaga mencapai Rp 70.000,00 per kilogram.

Kemampuan para pekerja, misalnya pada saat memproduksi dalam jumlah sedikit kualitas hasil produksinya baik, sedangkan pada saat memproduksi dalam jumlah yang banyak maka kualitas hasil produksinya akan menurun. Hal ini yang menjadi kendala untuk mengekspor produk-produknya ke luar negeri, salah satunya karena bahan baku yang belum memenuhi standar. Sehingga mindset masyarakat dalam hal ini para pelaku usaha yang menginginkan perkembangan usahanya, tetapi belum juga menciptakan inovasi atau terobosan-terobosan baru supaya usahanya terus


(5)

berkembang. Produk yang dihasilkan oleh usaha kecil rata-rata hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal berdasarkan job order saja.

Bagaimana cara menyelesaikan kendala tersebut?

Sebagai badan binaan dan pengembangan usaha kecil, berusaha memberikan perlindungan produk melalui hak cipta, turut mempromosikan hasil produksi melalui seminar, pameran, dan memfasilitasi kemitraan.

Untuk membantu mengatasi permasalahan tentang bahan baku, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Tegal pada tahun 2013 akan mengadakan kajian terhadap bahan baku scrap (besi rongsok) yang selama ini banyak digunakan sebagai bahan baku pengecoran logam. Hal itu dilakukan agar produk yang dihasilkan IKM logam Kabupaten Tegal memiliki kualitas baik sehingga mampu bersaing dengan produk dari daerah lain dan produk luar negeri.

Mengenai Gerakan OVOP, bagaimana pengaruhnya terhadap usaha kecil di Kabupaten Tegal?

OVOP adalah gerakan dalam rangka mengembangkan usha yang diarahkan dalam rangka mengembangkan potensi daerah.dengan adanya OVOP setiap daerah yang mempunyai potensi mampu mengembangkan dengan memfokuskan pada pemanfaatan potensi yang dimilikinya. Sehingga setiap daerah dapat berkembang dan mempunyai produksi yang khas.

Apakah harapan ke depan mengenai Gerakan OVOP pada Usaha Kecil di sektor industri pengolahan logam dan mesin?

Harapannya seperti yang sudah dikatakan tadi, yaitu mindset para pelaku usaha yang harus diubah. Para pelaku usaha hendaknya sadar akan dunia persaingan yang semakin ketat. Sehingga membutuhkan terobosan-terobosan baru, supaya tidak tertinggal di pasaran nasional maupun internasional.


(6)

Mengenai kriteria pengembangan produk menurut konsep gerakan OVOP, melihat kendala dalam bahan baku, bagaimana upaya pemerintah untuk menciptakan bahan baku pengganti?

Pemerintah akan terus mencari cara untuk menemukan bahan baku yang lebih berkualitas, seperti melakukan studi banding ke perusahaan lain, baik di dalam maupun di luar negeri, melakukan kerjasama dengan pihak-pihak yang berkompeten, seperti yang telah di jalankan yaitu pelatihan bersama dengan negara Jepang. Dengan usaha tersebut diharapkan produk-produk usaha mempunyai mutu yang lebih baik, sehingga mampu bersaing di pasaran.

Apakah industri pengolahan logam dan mesin sudah memanfaatkan sumber daya yang tersedia di daerah Kabupaten Tegal?

Sudah, industri di Kabupaten Tegal mengutamakan pemanfaatan sumber daya yang ada di Kabupaten Tegal, seperti industri pengolahan logam dan mesin, sangat mengutamakan sumber daya yang ada di lingkungan Kabupaten Tegal, seperti sumber daya manusianya. Sebagian besar hampir seluruhnya pekerja adalah tenaga kerja asli daerah sendiri.