Bahan SGD flu babi docx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Flu babi (swine flu) merupakan penyakit saluran pernafasan yang disebabkan oleh
virus orthomyxoviridae (influenza) yang terjadi pada populasi babi. Penyakit ini
sebenarnya menyerang babi, namun kini telah mengalami perubahan drastic dan mampu
menginfeksi manusia.
Penyakit virus influensa babi pertama dikenal sejak tahun 1918, pada saat itu
didunia sedang terdapat wabah penyakit influensa secara pandemik pada manusia yang
menelan korban sekitar 21 juta orang meninggal dunia (Hampson, 1996). Kasus tersebut
terjadi pada akhir musim panas. Pada tahun yang sama dilaporkan terjadi wabah penyakit
epizootik pada babi di Amerika tengah bagian utara yang mempunyai kesamaan gejala
klinis dan patologi dengan influensa pada manusia. Karena kejadian penyakit ini muncul
bersamaan dengan kejadian penyakit epidemik pada manusia, maka penyakit ini disebut
flu pada babi. Para ahli kesehatan hewan berpendapat bahwa penyakit babi ini ditularkan
dari manusia. Selain di negara Amerika Serikat, wabah influensa babi dilaporkan terjadi
di berbagai negara Canada, Amerika Selatan, Asia dan Afrika pada permulaan tahun
1968 (Fenner et al, 1987).
Flu babi merupakan salah satu penyakit yang dapat mewabah yang dapat
membahayakan. Berdasarkan laporan WHO flu babi menjadi wabah atau fenomena.
WHO secara resmi menyatakan wabah ini sebagai pandemi pada 11 Juni 2009, namun
menekankan bahwa pernyataan ini adalah karena penyebaran global virus ini, bukan
karena tingkat bahayanya. WHO menyatakan pandemi ini berdampak tidak terlalu parah
di negara-negara yang relatif maju, namun dianjurkan untuk mengantisipasi masalah
yang lebih berat saat virus menyebar ke daerah dengan sumber daya terbatas, perawatan
kesehatan yang buruk, dan bermasalah medis. Laju kematian kasus (case fatality rate
atau CFR) galur pandemik ini diperkirakan 0,4 % (selang 0,3%-1,5%).
Wabah flu babi 2009 adalah pandemi galur virusinfluenza baru yang diidentifikasi
pada bulan April 2009, yang biasa disebut sebagai flu babi. Galur virus ini diperkirakan
sebagai mutasi empat galur virus influenza A subtipe H1N1: dua endemik pada manusia,
satu endemik pada burung, dan dua endemik pada babi. Sumber wabah ini pada manusia
belum diketahui, namun kasus-kasus pertama ditemukan di Amerika Serikat dan
kemudian di Meksiko, yang mengalami peningkatan jumlah kasus, banyak di antaranya
fatal.
Peneliti medis di seluruh dunia, mengakui bahwa babi virus flu mungkin lagi
mengubah menjadi sesuatu sebagai maut sebagai flu Spanyol, yang hati-hati menonton
terbaru 2009 wabah flu babi dan membuat rencana untuk kemungkinan kemungkinan
pandemi global. Beberapa negara telah mengambil langkah-langkah pencegahan untuk
mengurangi kemungkinan untuk pandemi global dari penyakit.
B. Tujuan
Adapun tujuan dilakukan penulisan makalah ini adalah :
1. Memahami dan tentang definisi flu babi
2. Memahami tentang etiologi flu babi
3. Memahami dan mengetahui cara penularan flu babi
4. Mengetahui klasifikasi flu babi
5. Memahami patofisiologi dan WOC flu babi
6. Mengetahui manifestasi klinis flu babi
7. Mengetahui pemeriksaan diagnostik flu babi
8. Memahami dan mengetahui penatalaksanaan flu babi
9. Mengetahui pencegahan flu babi
10. Mengetahui komplikasi flu babi
11. Menjelaskan asuhan keperawatan flu babi
a. Pengkajian flu babi
b. Mengudentifikasi diagnose keperawatan flu babi
c. Melakukan perencanaan kasus flu babi
d. Melakukan implementasi flu babi
e. Melakukan evaluasi kasus flu babi
BAB II
Tinjauan teoritis
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Menurut Cahyono (2009), flu babi merupakan suatu penyakit influenza yang ditandai
dengan keluhan : demam, menggigil, nyeri telan, nyeri otot, nyeri kepala, batuk,
pilek, badan lemas. Penyakit flu babi ini disebabkan oleh virus influenza yang
dikenal sebagai swine influenza virus (SIV), yang biasanya menyerang binatang babi.
Menurut Fenner et al (1987) flu babi adalah penyakit pernapasan akut pada babi yang
disebabkan oleh virus influenza tipe A.
Varian baru ini dikenal dengan nama vrus H1N1 yang merupakan singkatan dari dua
antigenutama virus yaitu hemagglutinin tipe 1 dan neuraminidase tipe 1
2. Etiologi
Flu babi merupakan penyakit yang disebabkan virus influenza
Famili
Orthomyxoviridae tipe A subtipe H1N1 yang dapat ditularkan oleh binatang,
terutama babi, dan ada kemungkinan menular antarmanusia.
Virus ini erat kaitannya dengan penyebab swine influenza, equine influenza dan
avian influenza (fowl plaque). Ukuran virus tersebut berdiameter 80- 120 nm. Selain
influenza A, terdapat influenza B dan C yang juga sudah dapat diisolasi dari babi.
Sedangkan 2 tipevirus influenza pada manusia adalah tipe A dan B. Kedua tipe ini
diketahui sangat progresif dalam perubahan antigenik yang sangat dramatik sekali
(antigenik shift)
(Devi, 2012)
Faktor risiko
Karena H1N1 ini adalah virus baru, semua orang memiliki risiko. Pekerja layanan
kesehatan yang terlibat langsung menangani pasien memiliki risiko khusus terkena
flu H1N1. Mahasiswa dan pelajar di sekolah atau tempat penitipan anak juga
memiliki risiko tinggi. Anak-anak mudah terkena virus ketika di sekolah atau saat
berkumpul bersama teman-temannya.
3. Cara Penularan
Penularan dari flu babi dapat terjadi melalui dua jalur. Jalur pertama melalui
kontak dengan babi terinfeksi atau lingkungan terkontaminasi dengan virus flu babi.
Jalur kedua melalui kontak dengan seseorang yang terinfeksi dengan virus flu babi.
Penularan manusia ke manusia dari flu babi juga telah dilaporkan dan diperkirakan
terjadi pada jalur yang sama seperti halnya flu musiman. Influenza diperkirakan
menular dari manusia ke manusia melalui batuk atau bersin oleh orang yang
terinfeksi.
Masa inkubasinya tiga sampai lima hari. Flu babi dapat menyebar dengan
cepat sekali. Virusnya dapat ditularkan dari babi ke manusia tetapi juga sebaliknya.
Maka dari itu, sebagian besar reservoirnya adalah manusia dan babi
Orang yang menderita flu babi menurut para ahli akan tetap menularkan
penyakitnya sampai hari ketujuh. Jika sampai hari ketujuh ternyata penyakitnya
belum membaik maka dianggap orang tersebut masih dapat menularkan penyakitnya
sampai gejala flu benar hilang. Anak-anak khususnya balita memiliki potensi waktu
penularan yang lebih panjang. Jika pasien dirawat dirumah maka dianjurkan untuk
tidak keluar rumah dahulu sampai penyakit yang diderita benar-benar sembuh kecuali
bersangkutan segera kedokter atau rumah sakit.
(Ishatmini, 2012)
4. Klasifikasi
Klasifikasi flu babi menurut Sudoyo (2006) berdasarkan derajat keparahannya flu
babi dibedakan menjadi yaitu:
a. Ringan
1) ILI (influenza like illness)
2) Tidak Sesak
3) Tidak nyeri dada
4) Tidak ada pneumonia
5) Tidak termasuk kelompok risiko tinggi (Asma, DM, PPOK, Obesitas, kurang
gizi, Penyakit kronis lainnya)
6) Usia muda
b. Sedang
1) ILI (influenza like illness) dengan komorbid
2) Sesak napas
3) Pneumonia
4) Usia tua
5) Hamil
6) Keluhan mengganggu: diare, muntah-muntah
c. Berat
1) Pneumonia luas
2) Gagal napas
3) Sepsis
4) Syok
5) Kesadaran menurun
6) ARDS
7) Gagal multiorgan
5. Patofisiologi dan WOC
Masa inkubasi flu babi pendek, antara 1 – 3 hari atau tiga sampai 5 hari. Perjalanan
alamiah penyakit flu babi terjadi dengan beberapa fase yaitu fase suseptibel, fase
presimtomatis, fase klinis dan fase ketidakmampuan.
a. Fase suseptibel
Pada fase ini penyakit belum terjadi (keadaan patologis belum terjadu), tetapi
sudah muncul beberapa faktor resiko yang memudahkan timbulnya penyakit.
Para orang-orang seperti peternak, pedagang yang melakukan kontak langsung
dengan babi yang berisiko terjangkitnya flu babi, seperti tidak menggunakan
masker saat bersama hewan tersebut, tidak mencuci tangan sebelum makan
setelah bersentuhan dengan hewan yang terjangkit, atau mengkonsumsi daging
babi yang tidak matang sempurna tetapi tidak semua babi dapat menularkan virus
tersebut. Virus ini mudah sekali menyerang manusia apalagi jika kondisi badan
seseorang sedang tidak baik, apalagi didukung dengan kondisi cuaca yang kurang
baik.
b. Fase presimtomatis
Pada fase ini penyakit sudah terjadi secara klinis belum tampak, namun sudah
terjadi perubahan patologis. Pada fase ini merupakan masa inkubasi atau dimana
agent mulai melakukan perkembangan dalam tubuh (host), namun belum
menunjukkan gejala anatomis dan fungsi kerja tubuh. Misalnya penderita telah
menderita virus H1N1 tetapi belum disadari oleh penderita atau belum
menunjukkan gejala salah satu cara mengetahuinya adalah dengan memeriksa ada
tidaknya antibody karena tubuh akan selalu membentuk antibody apabila ada
benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
c. Fase klinis
Pada fase ini sudah ada perubahan-perubahan anatomis dan fungsi dari tubuh,
sehingga sudah memberikan gejala yang sudah mulai timbul. Gejala influenza ini
mirip dengan influenza. Gejalanya seperti demam, batuk, sakit kerongkongan,
sakit pada tubuh, kepala, panas dingin dan lemas lesu. Beberapa penderita juga
melaporkan buang air besar dan muntah-muntah. Dalam mendiagnosa penyakit
ini tidak hanya perlu melihat pada tanda dan gejala khusus, tetapi juga catatan
terbaru mengenai pasien. Selain itu diagnose bagi penetapan virus ini
memerlukan adanya uji makmal bagi contoh pernapasan agar hasil diagnose
menjadi lebih akurat.
d. Fase ketidakmampuan
Pada fase ketidak mampuan orang menderita flu babi akan diisolasi agar virus
tidak mengalami penyebaran keluar, selain itu para petugas kesehatan juga
menggunakan alat pelindung agar virus yang ada diruangan pasien tersebut tidak
keluar. Pada fase ini penderita hanya memiliki dua kemungkinan yaitu sembuh
total atau meninggal ini dikarenakan masa inkubasi flu babi yang sangat cepat.
Web Of Caution (WOC)
Melalui manusia
Melalaui Babi
Udara, Droplet
Terpapar moncong babi,
makan daging babi
Kontak dengan viruinfluenza tipe A
Virus masuk melalui saluran pernafasan atas
Hidung
Menginvasi sel
Menempel pada trakea & sel epitel bronchi
Respon pertahanan
sel
Seluruh sel terinfeksi virus ke aliran darah dan organ
FLU BABI
Produksi mucus
meningkat
Status ekonomi
MK: Bersihan jalan
nafas tidak efektif
O2 kurang dr keb
tubuh
Terapi tidak
adekuat
Proses inflamasi
MK : Kurang
pengetahuan
MK : Resiko pola Perub. Regulasi temperatur
nafas tidak
MK : Hipertermi
efektif
FLU BABI
Invasi virus pada
myosin dan sendi
inflamasi
Nyeri pada sendi
(atalgia dan
mialgia)
Pasien mengeluh
nyeri
MK : Nyeri akut
Virus menginvasi
usus
Virus masuk
kelambung
Peristaltik usus
Produksi HCL
meningkat
Konsistensi
feces cair
Menimbulkan
perasaan mual
Adanya invasi
virus di paru
Resiko
menularkan
Resiko Infeksi
Nafsu makan
menurun
Pasien
mengeluh diare
MK : Diare
Muntah
Intake Nutrisi
Keletihan dan
MK :
berkurang
kelemahan
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan Intoleransi
aktivitas
MK : Kekurangan
volume cairan
6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala flu babi menurut Capernito dan Linda juall (2001) yaitu umumnya
mirip dengan kebanyakan infeksi influenza
a. Demam (38 C atau lebih )
b. Batuk
c. Nyeri tenggorokan
d. Sekresi hidung berlebihan
e. Keletihan
f. Sakit kepala
g. Mual
h. Muntah
i. Diare
j. Nyeri otot dan tulang
k.
l.
m.
n.
Sakit tenggorokan
Menggigil dan lemas
Tidak nafsu makan
Bersin – bersin
o. Rasa lemas dan letih
Tanda dan gejala lain pada anak-anak :
a. Nafas terengah-engah
b. Kulit menjadi kehitaman / keabuan
c. Malas minum
d. Muntah-muntah
e. Tidak bisa bangun dan berinteraksi dengan baik
f. Tidak mau disentuh
g. Terkadang gejala hilang tetapi demam & batuk masih ada
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Umum
1) Laboratorium: pemeriksaan darah rutin (Hb, leukosit, trombosit, hitung jenis
leukosit),
spesimen
serum.
Umumnya
ditemukan
leukopeni
dan
trombositopeni.
2) Pemeriksaan skrening cepat dengan hapusan cairan hidung dan swab
tenggorok hanya bisa dilakukan untuk melihat virus tipe A ( pemeriksaan
skreening akan menghasilkan Rhinovhea (discharge bebas berupa lendir
cairan hidung).
3) Pada pasien dengan intubasi dapat diambil secara aspirasi endotrakeal
4) Pemeriksaan kimia darah: albumin, globulin, SGOT, SGPT, ureum, kreatinin,
analisis gas darah. Umunya dijumpai penurunan albumin, peningkatan SGOT
dan SGPT, peningkatan Ureum dan Kreatinin, dan peningkatan Kreatinin
Kinase, sedangkan Analisis gas darah dapat normal atau abnormal. Kelainan
laboratorium sesuai dengan perjalanan penyakit dan komplikasi yang
ditemukan.
5) Pemeriksaan radiologik: PA dan lateral
Pemeriksaan foto toraks PA dan lateral harus dilakukan pada setiap tersangka
flu babi.
6) Pemerikaan CT-Scan toraks (bila diperlukan)
b. Khusus
1) Pemeriksaan laboratorium virologi
Untuk mendiagnosis konfirmasi influenza A (H1N1) dengan cara :
a) Real time (RT) PCR positif
b) Kultur virus ( biakan dan identifikasi virus influenza A sub tipe H1N1)
c) Peningkatan 4 kali antibodi spesifik influenza A
8. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi
1) Pasien dengan ILI akan dievaluasi apakah termasuk kelompok dengan gejala
klinis ringan, sedang atau berat.
2) Kelompok dengan gejala klinis ringan dipulangkan dengan diberi obat
simptomatis dan KIE untuk waktu istirahat di rumah.
3) Kelompok gejala klinis sedang dirawat di ruang isolasi dan mendapat
oseltamivir 2 x 75 mg.
4) Untuk kelompok dengan gejala klinis berat dirawat di ICU.
5) Pemeriksaan laboratorium sesuai jadwal yang sudah ditentukan.
6) Di ruang rawat inap : dilakukan evaluasi keadaan umum, kesadaran, tanda
vital, pantau saturasi oksigen.
7) Terapi suportif.
Terapi suportif dasar (misal, terapi cairan, analgesik, penekan batuk) perlu
diberikan. Pengobatan antivirus secara empiris perlu diperhatikan untuk kasus
flu babi, baik yang sudah pasti, masih dalam kemungkinan, ataupun
kecurigaan terhadap kasus ini. Pengobatan pasien rawat inap dan pasien
dengan resiko tinggi untuk komplikasi influenza perlu sebagai prioritas
b. Medikamentosa
Oseltamivir merupakan pro drug dari metabolit aktif Oseltamivir Karboksilat.
Metabolit aktif ini merupakan penghambat selektif enzim neuramidase virus
influenza yang glycoproteinnya ditemukan di permukaan virion. Oseltamivir
karboksilat menghambat neuramidase influenza A dan B secara in vitro.
Oseltamivir yang diberikan secara oral menghambat replikasi dan pathogenicity
virus influenza A dan B secara in vivo pada binatang percobaan yang terinfeksi
influenza yang sama bila terjadi pada manusia dengan pemberian dosis 75 mg
dua kali sehari.
c. Indikasi
1) Terapi influenza (khususnya influenza A) pada anak usia satu tahun keatas
yang menderita gejala influenza. Efikasi ditunjukkan jika terapi diberikan
dalam 2 hari setelah timbul gejala.
2) Pencegahan influenza pada dewasa dan dewasa muda 13 tahun keatas setelah
kontak dengan penderita influenza ketika influenza telah menyebar.
3) Tamiflu tidak dapat menggantikan vaksinasi influenza.
d. Dosis
1) Terapi influenza.
a) Dewasa dan dewasa muda 13 tahun ke atas: 75 mg oseltamivir 2 kali
sehari selama 5 hari.
b) anak di atas 1 tahun sampai 13 tahun dapat digunakan Tamiflu suspensi
dua kali sehari selama 5 hari dengan dosis sesuai berat badan sebagai
berikut:
5 kg 30 mg
15- 23 kg 45 mg,
> 23 kg sampai 40 kg 60 mg,
> 40 kg, dapat diberikan dosis dewasa 75 mg
2) Pencegahan influenza
a) Dewasa dan dewasa muda 13 tahun keatas 75 mg sekali sehari selama 7
hari. Terapi diberikan sesegera mungkin setelah terpapar secara
individual.
b) Selama terjadi epidemi influenza: 75 mg sehari sampai dengan 6 minggu.
c) Keamanan dan efektifitas oseltamivir pada anak usia dibawah 12 tahun
belum dapatdibuktikan.
3) Pada gangguan fungsi hati tidak ada penyesuaian dosis
4) Pada gangguan fungsi ginjal
Dosis terapi:
Penderita dengan creatinin clearens 10 - 30 ml/menit : 75 mg tiap
2 hari.
Tidak dianjurkan pada penderita dengan creatinin clearens 10
ml/menit dan pasiendialisa.
Dosis pencegahan:
Pada creatinin clearens 10 – 30 ml/ menit: 75 mg tiap 2 hari atau
30 mg suspensi sekalisehari.
Tidak dianjurkan pada penderita dengan creatinin clearens 10
ml/menit dan pasienyang mengalami dialisa.
5) Manula tidak ada penyesuaian dosis kecuali jika ada kerusakan ginjal parah
(Priyanti. Dkk, 2009)
9. Pencegahan
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer adalah suatu usaha yang dilakukan agar masyarakat tidak
akan terjangkit penyakit flu babi, pencegahan primer bisa dilakukan dengan cara :
1) Melakukan promosi kesehatan melalui mengadakan penyuluhan mengenai
bahaya penyakit flu babi dan pencegahan beserta penangganan penderita
kepada ternak babi dan juga masyarakat yang tinggal di sekitar pertenakan
babi
2) Melakukan kerjasama dengan instansi terkait seperti dinas pertenakan melalui
penyemprotan disinfektan pada setiap babi dan kandang babi.
3) Mengajak masyarakat untuk melakukan PHBS seperti mencuci tangan
terutama setelah melakukan kontak dengan babi atau penderita flu babi.
4) Melakukan penyuluhan mengenai pemakaian masker yang benar kepada
pekerja peternakan dan juga masyarakat umum.
5) Pemberian alat pendeteksi panas tubuh ditempat-tempat seperti bandara serta
tempat yang kemungkinan penularan flu babi dari luar negeri guna mencegah
datangnya wisatawan asing yang membawa virus flu babi.
Pada prinsipnya, cara ampuh untuk mencegah penularan virus flu babi sama
dengan cara mencegah penularan virus influenza yang lain yaitu vaksinasi.
Sayangnya, vaksin untuk flu babi sampai saat ini belom ditemukan. Akan tetapi
dengan melakukan pencegahan primer diatas, diharapkan mampu untuk
meminimalisir masyarakat maupun babi agar tidak terjangkit virus flu babi.
b. Pencegahan sekunder
Pada pencegahan sekunder dilakukan diagnosa dini dan pengobatan tepat.
Pengobatan atau tindakan yang tepat bisa mencegah terjadinya komplikasi atau
memerlambat perjalanannya. Pencegahan sekunder dilakukan pada fase
presimtomatis yaitu dengan jalan diagnosa dini. Selain itu juga dilakukan
pengisolasian bagi penderita flu bai dan pemberian obat yang tepat.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan untuk membatasi ketidakmampuan dan rehabilitasi.
Pada keadaan ini, penyakit sudah terjadi dan bahkan meninggalkan cacat. Pada
penyakit flu babi pencegahan tersier dilakukan dengan melakukan pemberian
pengobatan adekuat dan rehabilitasi kepada penderita penyakit flu babi. Selain itu
pemerintah wajib menghimbau masyarakat agar mau menerima kembali
penderita flu babi yang sudah sembu agar tidak ada tindakan pengucilan.
Agar terhindar dari Flu Babi yang harus diperhatikan pada manusia maka kita
harus melakukan tindakan antara lain:
1) Mengajak masyarakat untuk menerapkan pola hidup bersih
2) Mencuci tangan sebelum makan
3) Memasak daging babi lebih dari 80 0 C
4) Tidak cium pipi /tangan
5) Pergunakan masker di wilayah peternakan babi
(Priyanti. Dkk, 2009)
10. Komlikasi
a. Meningitis
b. Encephalitis
c. Myocarditis
d. Paralisis akut flaksid
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap pengkajian
merupakan pemikiran dasar dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan individu. Pengkajian yang lengkap, akurat, sesuai kenyataan, kebenaran
data sangat penting untuk merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respon individu.
a. Pengumpulan Data
Pengkajian secara umum yang dapat dilakukan pada pasien dengan flu babi
adalah :
1) Identitas :
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,
suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnosa medis.
2) Keluhan utama :
Biasanya keluhan utama klien dengan flu babi adalah demam, batuk dan sakit
tenggorokan.
3) Riwayat penyakit sekarang :
Menjelaskan riwayat penyakit yang dialami biasanya klien dengan flu babi
seperti demam, batuk dan sakit tenggorokan, nyeri otot, sakit kepala, tidak
nafsu makan.
4) Riwayat penyakit dahulu :
Adanya riwayat penyakit yang pernah diderita.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya penyakit serupa atau penyakit lain yang diderita oleh keluarga.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
2) GCS :
3) Tanda vital : nadi, suhu tubuh, tekanan darah, dan pernafasan.
c. Pengkajian Pola Fungsi Kesehatan
1) Aktivitas / Istirahat
Gejala : Kelelahan umum & kelemahan, nafas pendek saat bekerja, kesulitan
tidur pada malam / demam malam hari, mengigil dan berkeringat, mimpi
buruk
Tanda : Dipsnea pada saat kerja, kelelahan otot, nyeri, dan sesak ( tahap
lanjut)
2) Integritas Ego
Gejala : Adanya / faktor stres, masalah keuangan, perasaan tak berdaya
Tanda : Menyangkal ( khususnya selama tahap dini), ansietas, ketakutan,
mudah terangsang
3) Makanan / Cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, anoreksia, tak dapat mencerna, penurunan
berat badan
Tanda : Turgor kulit buruk, kering / kulit berisisik, kehilangan otot / hilang
lemak subkutan
4) Nyeri / Kenyamana
Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulan
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah
5) Pernapasan
Gejala : Batuk produktif / tak produktif, napas pendek, Riwayat H1N1 /
terpajan pada individu terinfeks
Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan, perkusi pekak dan penurunan
fremitus. Bunyi napas: menurun / tak ada secara bilateral /unilateral. Bunyi
napas tubuler. Karakteristik sputum : hijau / purulen, mukoid kuning.dan tak
perhatian, mudah terangsang, dan perubahan mental ( tahap lanjut)
6) Kenyamanan
Gejala : Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker, tes HIV
positif
Tanda : Demam tinggi / sakit panas akut
7) Interaksi Sosial
Gejala : Perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular, perubahan pola
biasa dalam tanggung jawab / perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan
peran.
8) Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga H1N1, ketidakmampuan umum / status kesehatan
buruk, gagal untuk membaik / kambuhnya penyakit dan tidak berpartisipasi
dalam terapi
(Dongoes, 2001)
2. Diagnosa
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi
b. Hipertermi berhubungan dengan perubahan pada regulasi temperatur
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan tidak seimbangnya cairan tubuh
dengan kebutuhan
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan inadekuat
absorbs nutrient oleh tubuh akibat reaksi inflamasi
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakmampuan melaksanankan
aktivitas sehari-hari
f. Resiko pola napas tak efektif berhubungan dengan penurunan kapasitas pembawa
oksigen
g. Nyeri akut berhubungan dengan agen cegera fisik (inflamasi)
h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi
i. Resiko tinggi infeksi pada diri sendiri maupun orang lain berhubungan dengan
kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen
3. Intervensi
No Diagnosa
1
Tujuan
dan Intervensi
keperawatan
KH
Bersihan
jalan Tujuan:
Rasional
jalan 1. Auskultasi dada 1.
napas tidak efektif nafas paten
bagian anterior
Untuk
mengetahui
berhubungan
Kriteria hasil:
adanya penurunan
dengan inflamasi
RR
normal
atau
–
ventilasi
(16
20
2. Anjurkan pasien
mengeluarkan
sekret
Tidak
suara
untuk
napas
tambahan.
napas
tambahan.
2.
Untuk
mengencerkan
minum
dengan
terdengar
dan
bunyi
X/menit)
Pasien
mampu
tidaknya
sputum.
air
hangat
3.
3. Ajarkan teknik
Napas
dalam
batuk
dan
efektif
memudahkan
napas
ekspansi
dalam
maksimal
paru-
paru dan teknik
batuk
efektif
dapat membantu
pengeluaran
2
4. Kolaborasi
sputum.
Untuk
4.
dengan berikan
menurunkan
obat
spasme
sesuai
bronkus
indikasi:
dengan mobilisasi
mukolitik
secret.
ekspektoran dan
bronkodilator
1. Monitor
Hipertermi
Tujuan:
berhubungan
tubuh
dengan
kembali normal
perubahan
suhu
pasien
minimal tiap 2
mengetahui
jam.
2. Monitor
tubuh
warna
dan suhu kulit
( 36,50 C –
37,50 C)
2. Kulit pasien
tidak
teraba
hangat
3. Kulit pasien
tidak tampak
3. Tingkatkan
intake
tidaknya tanda-
cairan
dan nutrisi
tanda infeksi
3. Dapat membantu
mengganti
4. Lakukan
cairan
tubuh
kompres hangat
yang hilang
pada lipat paha 4. Dapat membantu
dan aksil
5. Kolaborasi
kemerahan
yangterjadi.
2. Untuk
mengetahui ada
pasien normal
3.
1. Untuk
perubahan suhu
pada Kriteria hasil:
regulasi temperatur 1. Suhu
suhu
mengurangi
demam
pemberian
5. Digunakan
antipiretik
untuk
mengurangi
demam
1. kaji
frekuensi
dengan
aksi sentral nya
di hypothalamus.
konsistesi diare
1. mengetahui
Tujuan
Kekurangan
volume
cairan
berhubungan
dengan
tidak
seimbangnya
cairan
tubuh
dengan kebutuhan
:
status
terjadinya
2. kaji
perbaikan
rasa
mengenai
haus
keseimbangan
,
keseimbangan
cairan
kelelahan, nadi 2. untuk
KH
TTV
cepat,
stabil,
turgor
jelek,
kulit
baik,
:
turgor
berlanjutnya
hipovolemia dan
membrane
mukosa
lembab/basah.
mengidentifikasi
mempengaruhi
3. pantau
TTV
catat perubahan
kebutuhan
volume
tekanan
darah
perubahan pada
posisi, kekuatan
4
dari nadi perifer
4. ukur
dan
pengganti
3. hipotensi
merupakan
bagian
dari
hipovolemia
timbang BB
4. Memberikan
perkiraan
kebutuhan akan
pengantian
volume
5. catat
dan
cairandan
bila
keefektifan
mual,
pengobatan
5. Kerusakan
laporkan
ada
muntah
dan
fungsi
diare
saluran
cerna
dapat
meningkatkan
6. Kolaboratif
kehilangan
cairan
dalam
dan
elektrolit
6. Cairan dan obat-
pemberian
cairan dan obatobatan
obatan
membantu
pemenuhan
kekurangan
1. kaji
kebiasaan
makan klien
cairan
dan
elektrolit tubuh
1. Mengetahui
seberapa
2. berikan asupan
Ketidakseimbanga
n
nutrisi
dari
Tujuan
:
kurang kebutuahan
kebutuhan makan
klien
nutrisi
klien
sedikit
tetapi
asupan
besar
nutrisi
klien
2. Dengan
memberikan
5
berhubungan
dengan
absorbs
terpenuhi
inadekuat KH
sering
:
asupan
nafsu
nutrisi
klien sedang tapi
nutrient makan
sering
pada
oleh tubuh akibat bertambah,
pasien
akan
reaksi inflamasi
mengalami rasa
mual kurang
3. berikan pasien
makanan
mual
3. Dengan
memberikan
selingan
(seperti buah)
pasien
makan
selingan
akan
memvariasikan
makanan
4. berikan penkes
tentang
klien
agar tidak bosan
4. Menambah
pengetahuan k
pentingnya
nutrisi
untuk
tubuh
5. kolaborasi
dengan ahli gizi
5. Gizi
seimbang
memperbaiki
untuk
nutrusi klien
menentukan
nutrisi
seimbang
1. jelaskan
aktivitas
dan
factor
yang
meningkatkan
Intoleransi aktivitas Tujuan : agar
berhubungan
6
dengan
oksigen seperti
aktivitas
kembali efektif
ketidakmampuan
KH
:
melaksanankan
mampu
kebutuhan
pasien
aktivitas sehari-hari melakukan ADL
merokok, suhu
sangat ekstrim,
berat
badan
berlebihan,
1. Merokok,
suhu
ekstrim
dan
stress
menyebabkan
vasokontriksi
yang
meningkatkan
beban
jantung
kerja
Resiko pola napas nya
tak
efektif mandiri
berhubungan
dengan penurunan
kapasitas pembawa
oksigen
secara
dan
tidak kelelahan
stress dll
2. Jelaskan
penyebab
2. Atur
kegiatan
klien
yang
keletihan pada
klien.
3. Jelaskan
mudah dicapai
keuntungan
fisiologis
3. Kegiatan
dan
akan
psikologis olah
meningkatkan
raga pada klien
semangat
untuk
4. secara bertahap
tingkatkan
klien
klien
melawan
keletihannya.
4. Untuk
aktivitas harian
7
fisik
menghemat
sesuai
energy pasien
peningkatan
toleransi
5. memberikan
dukungan
emosional dan
5. rasa takut dapat
menghambat
semangad
6. setelah aktivitas
kaji
respon
abnormal untuk
peningkatan
aktivitas
6. intoleransi
aktivitas
meningkatkan
dikaji
aktivitas
dapat
dengan
mengevaluasi
jantung sirkulasi
dan
status
pernafasan
setelah
beraktivitas
1. Kaji lokasi dan
skala nyeri
1.
Untuk
menentukan
rencana
2. Monitoring
tepat
yang
TTV
Nyeri
2. Untuk
akut Tujuan :
berhubungan
Nyeri
mengetahui
pasien
dengan agen cegera terkontrol
fisik (inflamasi)
perkembangan
atau 3. Ajarkan teknik
hilang
manajemen
KH :
nyeri
a. Nyeri pasien
farmakologis
berkurang
b. TTV dalam
seperti
batas normal
c. Pasien tidak
non-
kondisi pasien.
3. Untuk
mengurangi
nyeri
dan
mengalihkan
relaksasi, guide
perhatian pasien
terhadap nyeri.
imagery dll.
tampak
4. Monitoring
meringis
4. Perubahan dapat
perubahan
8
mengindikasikan
karakteristik
komplikasi.
nyeri
5. Kolaborasi
5. Membantu
pemberian
mengurangi
anlgesik sesuai
nyeri
indikasi
1. Mengobservasi
kesiapan
klien
untuk
dapat
mengetahui
berhubungan
dengan
kurang
pajanan informasi
mengenai proses
penyakit
KH
:
Agar
pemberian
kemampuan
untuk
klien
dalam
(mental,
pengetahuan
pada
keadaan
informasi
Tujuan : klien
kembali
mengetahui
mendengar
Kurang
1. Menanyakan
melihat,
informasi.
mendengar,
kesiapan
emosional,
Klien
bahasa
dan
familiar dengan
budaya).
proses penyakit, 2. Menentukan
2. Untuk
klien
Klien
dapat
tingkat
mengetahui
mendiskripsikan
pengetahuan
pengetahuan
faktor
klien
klien
penyebab, Klien
sebelumnya
penyakitnya.
dapat
mengenai
mendiskripsikan
faktor
resiko,
Klien
dapat
mendiskripsikan
komplikasi. Dan
Klien
dapat
mendiskripsikan
pencegahan.
penyakit.
3. Menjelaskan
proses penyakit
(pengertian,
penyebab,
faktor
tentang
3. Klien
mengetahui
mengenai
proses penyakit
resiko,
komplikasi dan
pencegahan).
(pengertian,
penyebab,
faktor
resiko,
komplikasi dan
4. Mendiskusikan
pencegahan).
4. Dengan
gaya
tentang
hidup yang baik
perubahan gaya
dapat
hidup yang bisa
mengontrol
untuk mencegah
proses penyakit
komplikasi atau
dan
mengontrol
komplikasi.
mencegah
proses penyakit.
5. Dapat
5. Anjurkan pada
meminimalkan
pasien
untuk
efek samping
mencegah atau
yang terjadi.
meminimalkan
efek samping.
6. Diskusikan
mengenai
pilihan
6. Dengan
mendiskusikan
terapi
atau peralatan
hal
tersebut
dapat membuat
terapi medikasi
menjadi teratur.
1. Kaji
patologi 1. Membantu pasien
penyakit
Resiko
tinggi
:
maupun penyebara
orang
lain infeksi
berhubungan
dengan
tidak
pemajanan
pathogen
potensial
ma
melalui
mematuhi
penyebaran
program
droplet
udara
pengobatan.
selama
batuk,
kurang KH
i
tertawa
2. Identifikasi
perlunya
2. Orang-orang yang
orang lain yang
beresiko
terjadi
:
pasien
pengetahuan untuk mengidentifikas
menghindari
menyadari/meneri
meludah, bicara,
infeksi pada diri Tujuan
sendiri
dan
intervensi
misalnya
anggota
terpajan ini perlu
program
terapi
obat
untuk
mencegah
keluarga,
penyabarn infeksi
sahabat, teman
untuk mencegah
3. Kaji
tindakan 3. Dapat membantu
atau
control infeksi menurunkan rasa
menurunkan
sementara
terisolasi
dan
resiko
misalnya masker
membuang stigma
penyebaran
social sehubungan
infeksi,
dengan penyakit
melakukan pola
menular
4. Anjurkan pasien
hidup
untuk
batuk 4. perilaku
yang
pake tisu
5. Berikan
diperlukan untuk
obat
sesuai indikasi
mencegah
penyebaran
5. untuk mencegah
penyebaran
4. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang keseluruhan
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi pada pasien dengan Flu Babi adalah
a. Bersihan jalan napas efektif
b. Hipertermi tidak terjadi
c. Tidak terjadi Kekurangan volume cairan
d. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
e. aktivitas kemabali efektif
f. pola napas efektif
g. Nyeri akut hilang atau terkontrol
h. Pengetahuan pasien meningkat
i. Penyebaran infeksi tidak terjadi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Flu Babi adalah penyakit saluran perapasan akut pada babi yang disebabkan oleh
virus influenza tipe A. Penyakit ini sangat cepat menyebar kedalam kelompok ternak
dalam waktu 1 minggu, pada umumnya penyakit ini dapat sembuh dengan cepat kecuali
bila terjadi komplikasi dengan bronchopneumonia, akan berakibat pada kematian.
(Fenner et al,1987). Varian baru ini dikenal dengan nama vrus H1N1 yang merupakan
singkatan dari dua antigenutama virus yaitu hemagglutinin tipe 1 dan neuraminidase tipe
1.
Secara umum perjalanan penyakit flu babi yaitu pada penyakit influensa babi
klasik, virus masuk melalui saluran pernafasan atas kemungkinan lewat udara. Virus
menempel pada trachea dan bronchi dan berkembang secara cepat yaitu dari 2 jam dalam
sel epithel bronchial hingga 24 jam pos infeksi. Hampir seluruh sel terinfeksi virus dan
menimbulkan eksudat pada bronchiol. Infeksi dengan cepat menghilang pada hari ke 9 .
B. Saran
Perawat harus berperan aktif sebagai motivator bagi pasien dalam pengobatan. Bagi
penderita sendiri perlu memotivasi diri untuk menjalankan terapi secara teratur dan bagi
keluarga dan teman agar melakukan pencegahan primer.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Flu babi (swine flu) merupakan penyakit saluran pernafasan yang disebabkan oleh
virus orthomyxoviridae (influenza) yang terjadi pada populasi babi. Penyakit ini
sebenarnya menyerang babi, namun kini telah mengalami perubahan drastic dan mampu
menginfeksi manusia.
Penyakit virus influensa babi pertama dikenal sejak tahun 1918, pada saat itu
didunia sedang terdapat wabah penyakit influensa secara pandemik pada manusia yang
menelan korban sekitar 21 juta orang meninggal dunia (Hampson, 1996). Kasus tersebut
terjadi pada akhir musim panas. Pada tahun yang sama dilaporkan terjadi wabah penyakit
epizootik pada babi di Amerika tengah bagian utara yang mempunyai kesamaan gejala
klinis dan patologi dengan influensa pada manusia. Karena kejadian penyakit ini muncul
bersamaan dengan kejadian penyakit epidemik pada manusia, maka penyakit ini disebut
flu pada babi. Para ahli kesehatan hewan berpendapat bahwa penyakit babi ini ditularkan
dari manusia. Selain di negara Amerika Serikat, wabah influensa babi dilaporkan terjadi
di berbagai negara Canada, Amerika Selatan, Asia dan Afrika pada permulaan tahun
1968 (Fenner et al, 1987).
Flu babi merupakan salah satu penyakit yang dapat mewabah yang dapat
membahayakan. Berdasarkan laporan WHO flu babi menjadi wabah atau fenomena.
WHO secara resmi menyatakan wabah ini sebagai pandemi pada 11 Juni 2009, namun
menekankan bahwa pernyataan ini adalah karena penyebaran global virus ini, bukan
karena tingkat bahayanya. WHO menyatakan pandemi ini berdampak tidak terlalu parah
di negara-negara yang relatif maju, namun dianjurkan untuk mengantisipasi masalah
yang lebih berat saat virus menyebar ke daerah dengan sumber daya terbatas, perawatan
kesehatan yang buruk, dan bermasalah medis. Laju kematian kasus (case fatality rate
atau CFR) galur pandemik ini diperkirakan 0,4 % (selang 0,3%-1,5%).
Wabah flu babi 2009 adalah pandemi galur virusinfluenza baru yang diidentifikasi
pada bulan April 2009, yang biasa disebut sebagai flu babi. Galur virus ini diperkirakan
sebagai mutasi empat galur virus influenza A subtipe H1N1: dua endemik pada manusia,
satu endemik pada burung, dan dua endemik pada babi. Sumber wabah ini pada manusia
belum diketahui, namun kasus-kasus pertama ditemukan di Amerika Serikat dan
kemudian di Meksiko, yang mengalami peningkatan jumlah kasus, banyak di antaranya
fatal.
Peneliti medis di seluruh dunia, mengakui bahwa babi virus flu mungkin lagi
mengubah menjadi sesuatu sebagai maut sebagai flu Spanyol, yang hati-hati menonton
terbaru 2009 wabah flu babi dan membuat rencana untuk kemungkinan kemungkinan
pandemi global. Beberapa negara telah mengambil langkah-langkah pencegahan untuk
mengurangi kemungkinan untuk pandemi global dari penyakit.
B. Tujuan
Adapun tujuan dilakukan penulisan makalah ini adalah :
1. Memahami dan tentang definisi flu babi
2. Memahami tentang etiologi flu babi
3. Memahami dan mengetahui cara penularan flu babi
4. Mengetahui klasifikasi flu babi
5. Memahami patofisiologi dan WOC flu babi
6. Mengetahui manifestasi klinis flu babi
7. Mengetahui pemeriksaan diagnostik flu babi
8. Memahami dan mengetahui penatalaksanaan flu babi
9. Mengetahui pencegahan flu babi
10. Mengetahui komplikasi flu babi
11. Menjelaskan asuhan keperawatan flu babi
a. Pengkajian flu babi
b. Mengudentifikasi diagnose keperawatan flu babi
c. Melakukan perencanaan kasus flu babi
d. Melakukan implementasi flu babi
e. Melakukan evaluasi kasus flu babi
BAB II
Tinjauan teoritis
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Menurut Cahyono (2009), flu babi merupakan suatu penyakit influenza yang ditandai
dengan keluhan : demam, menggigil, nyeri telan, nyeri otot, nyeri kepala, batuk,
pilek, badan lemas. Penyakit flu babi ini disebabkan oleh virus influenza yang
dikenal sebagai swine influenza virus (SIV), yang biasanya menyerang binatang babi.
Menurut Fenner et al (1987) flu babi adalah penyakit pernapasan akut pada babi yang
disebabkan oleh virus influenza tipe A.
Varian baru ini dikenal dengan nama vrus H1N1 yang merupakan singkatan dari dua
antigenutama virus yaitu hemagglutinin tipe 1 dan neuraminidase tipe 1
2. Etiologi
Flu babi merupakan penyakit yang disebabkan virus influenza
Famili
Orthomyxoviridae tipe A subtipe H1N1 yang dapat ditularkan oleh binatang,
terutama babi, dan ada kemungkinan menular antarmanusia.
Virus ini erat kaitannya dengan penyebab swine influenza, equine influenza dan
avian influenza (fowl plaque). Ukuran virus tersebut berdiameter 80- 120 nm. Selain
influenza A, terdapat influenza B dan C yang juga sudah dapat diisolasi dari babi.
Sedangkan 2 tipevirus influenza pada manusia adalah tipe A dan B. Kedua tipe ini
diketahui sangat progresif dalam perubahan antigenik yang sangat dramatik sekali
(antigenik shift)
(Devi, 2012)
Faktor risiko
Karena H1N1 ini adalah virus baru, semua orang memiliki risiko. Pekerja layanan
kesehatan yang terlibat langsung menangani pasien memiliki risiko khusus terkena
flu H1N1. Mahasiswa dan pelajar di sekolah atau tempat penitipan anak juga
memiliki risiko tinggi. Anak-anak mudah terkena virus ketika di sekolah atau saat
berkumpul bersama teman-temannya.
3. Cara Penularan
Penularan dari flu babi dapat terjadi melalui dua jalur. Jalur pertama melalui
kontak dengan babi terinfeksi atau lingkungan terkontaminasi dengan virus flu babi.
Jalur kedua melalui kontak dengan seseorang yang terinfeksi dengan virus flu babi.
Penularan manusia ke manusia dari flu babi juga telah dilaporkan dan diperkirakan
terjadi pada jalur yang sama seperti halnya flu musiman. Influenza diperkirakan
menular dari manusia ke manusia melalui batuk atau bersin oleh orang yang
terinfeksi.
Masa inkubasinya tiga sampai lima hari. Flu babi dapat menyebar dengan
cepat sekali. Virusnya dapat ditularkan dari babi ke manusia tetapi juga sebaliknya.
Maka dari itu, sebagian besar reservoirnya adalah manusia dan babi
Orang yang menderita flu babi menurut para ahli akan tetap menularkan
penyakitnya sampai hari ketujuh. Jika sampai hari ketujuh ternyata penyakitnya
belum membaik maka dianggap orang tersebut masih dapat menularkan penyakitnya
sampai gejala flu benar hilang. Anak-anak khususnya balita memiliki potensi waktu
penularan yang lebih panjang. Jika pasien dirawat dirumah maka dianjurkan untuk
tidak keluar rumah dahulu sampai penyakit yang diderita benar-benar sembuh kecuali
bersangkutan segera kedokter atau rumah sakit.
(Ishatmini, 2012)
4. Klasifikasi
Klasifikasi flu babi menurut Sudoyo (2006) berdasarkan derajat keparahannya flu
babi dibedakan menjadi yaitu:
a. Ringan
1) ILI (influenza like illness)
2) Tidak Sesak
3) Tidak nyeri dada
4) Tidak ada pneumonia
5) Tidak termasuk kelompok risiko tinggi (Asma, DM, PPOK, Obesitas, kurang
gizi, Penyakit kronis lainnya)
6) Usia muda
b. Sedang
1) ILI (influenza like illness) dengan komorbid
2) Sesak napas
3) Pneumonia
4) Usia tua
5) Hamil
6) Keluhan mengganggu: diare, muntah-muntah
c. Berat
1) Pneumonia luas
2) Gagal napas
3) Sepsis
4) Syok
5) Kesadaran menurun
6) ARDS
7) Gagal multiorgan
5. Patofisiologi dan WOC
Masa inkubasi flu babi pendek, antara 1 – 3 hari atau tiga sampai 5 hari. Perjalanan
alamiah penyakit flu babi terjadi dengan beberapa fase yaitu fase suseptibel, fase
presimtomatis, fase klinis dan fase ketidakmampuan.
a. Fase suseptibel
Pada fase ini penyakit belum terjadi (keadaan patologis belum terjadu), tetapi
sudah muncul beberapa faktor resiko yang memudahkan timbulnya penyakit.
Para orang-orang seperti peternak, pedagang yang melakukan kontak langsung
dengan babi yang berisiko terjangkitnya flu babi, seperti tidak menggunakan
masker saat bersama hewan tersebut, tidak mencuci tangan sebelum makan
setelah bersentuhan dengan hewan yang terjangkit, atau mengkonsumsi daging
babi yang tidak matang sempurna tetapi tidak semua babi dapat menularkan virus
tersebut. Virus ini mudah sekali menyerang manusia apalagi jika kondisi badan
seseorang sedang tidak baik, apalagi didukung dengan kondisi cuaca yang kurang
baik.
b. Fase presimtomatis
Pada fase ini penyakit sudah terjadi secara klinis belum tampak, namun sudah
terjadi perubahan patologis. Pada fase ini merupakan masa inkubasi atau dimana
agent mulai melakukan perkembangan dalam tubuh (host), namun belum
menunjukkan gejala anatomis dan fungsi kerja tubuh. Misalnya penderita telah
menderita virus H1N1 tetapi belum disadari oleh penderita atau belum
menunjukkan gejala salah satu cara mengetahuinya adalah dengan memeriksa ada
tidaknya antibody karena tubuh akan selalu membentuk antibody apabila ada
benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
c. Fase klinis
Pada fase ini sudah ada perubahan-perubahan anatomis dan fungsi dari tubuh,
sehingga sudah memberikan gejala yang sudah mulai timbul. Gejala influenza ini
mirip dengan influenza. Gejalanya seperti demam, batuk, sakit kerongkongan,
sakit pada tubuh, kepala, panas dingin dan lemas lesu. Beberapa penderita juga
melaporkan buang air besar dan muntah-muntah. Dalam mendiagnosa penyakit
ini tidak hanya perlu melihat pada tanda dan gejala khusus, tetapi juga catatan
terbaru mengenai pasien. Selain itu diagnose bagi penetapan virus ini
memerlukan adanya uji makmal bagi contoh pernapasan agar hasil diagnose
menjadi lebih akurat.
d. Fase ketidakmampuan
Pada fase ketidak mampuan orang menderita flu babi akan diisolasi agar virus
tidak mengalami penyebaran keluar, selain itu para petugas kesehatan juga
menggunakan alat pelindung agar virus yang ada diruangan pasien tersebut tidak
keluar. Pada fase ini penderita hanya memiliki dua kemungkinan yaitu sembuh
total atau meninggal ini dikarenakan masa inkubasi flu babi yang sangat cepat.
Web Of Caution (WOC)
Melalui manusia
Melalaui Babi
Udara, Droplet
Terpapar moncong babi,
makan daging babi
Kontak dengan viruinfluenza tipe A
Virus masuk melalui saluran pernafasan atas
Hidung
Menginvasi sel
Menempel pada trakea & sel epitel bronchi
Respon pertahanan
sel
Seluruh sel terinfeksi virus ke aliran darah dan organ
FLU BABI
Produksi mucus
meningkat
Status ekonomi
MK: Bersihan jalan
nafas tidak efektif
O2 kurang dr keb
tubuh
Terapi tidak
adekuat
Proses inflamasi
MK : Kurang
pengetahuan
MK : Resiko pola Perub. Regulasi temperatur
nafas tidak
MK : Hipertermi
efektif
FLU BABI
Invasi virus pada
myosin dan sendi
inflamasi
Nyeri pada sendi
(atalgia dan
mialgia)
Pasien mengeluh
nyeri
MK : Nyeri akut
Virus menginvasi
usus
Virus masuk
kelambung
Peristaltik usus
Produksi HCL
meningkat
Konsistensi
feces cair
Menimbulkan
perasaan mual
Adanya invasi
virus di paru
Resiko
menularkan
Resiko Infeksi
Nafsu makan
menurun
Pasien
mengeluh diare
MK : Diare
Muntah
Intake Nutrisi
Keletihan dan
MK :
berkurang
kelemahan
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan Intoleransi
aktivitas
MK : Kekurangan
volume cairan
6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala flu babi menurut Capernito dan Linda juall (2001) yaitu umumnya
mirip dengan kebanyakan infeksi influenza
a. Demam (38 C atau lebih )
b. Batuk
c. Nyeri tenggorokan
d. Sekresi hidung berlebihan
e. Keletihan
f. Sakit kepala
g. Mual
h. Muntah
i. Diare
j. Nyeri otot dan tulang
k.
l.
m.
n.
Sakit tenggorokan
Menggigil dan lemas
Tidak nafsu makan
Bersin – bersin
o. Rasa lemas dan letih
Tanda dan gejala lain pada anak-anak :
a. Nafas terengah-engah
b. Kulit menjadi kehitaman / keabuan
c. Malas minum
d. Muntah-muntah
e. Tidak bisa bangun dan berinteraksi dengan baik
f. Tidak mau disentuh
g. Terkadang gejala hilang tetapi demam & batuk masih ada
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Umum
1) Laboratorium: pemeriksaan darah rutin (Hb, leukosit, trombosit, hitung jenis
leukosit),
spesimen
serum.
Umumnya
ditemukan
leukopeni
dan
trombositopeni.
2) Pemeriksaan skrening cepat dengan hapusan cairan hidung dan swab
tenggorok hanya bisa dilakukan untuk melihat virus tipe A ( pemeriksaan
skreening akan menghasilkan Rhinovhea (discharge bebas berupa lendir
cairan hidung).
3) Pada pasien dengan intubasi dapat diambil secara aspirasi endotrakeal
4) Pemeriksaan kimia darah: albumin, globulin, SGOT, SGPT, ureum, kreatinin,
analisis gas darah. Umunya dijumpai penurunan albumin, peningkatan SGOT
dan SGPT, peningkatan Ureum dan Kreatinin, dan peningkatan Kreatinin
Kinase, sedangkan Analisis gas darah dapat normal atau abnormal. Kelainan
laboratorium sesuai dengan perjalanan penyakit dan komplikasi yang
ditemukan.
5) Pemeriksaan radiologik: PA dan lateral
Pemeriksaan foto toraks PA dan lateral harus dilakukan pada setiap tersangka
flu babi.
6) Pemerikaan CT-Scan toraks (bila diperlukan)
b. Khusus
1) Pemeriksaan laboratorium virologi
Untuk mendiagnosis konfirmasi influenza A (H1N1) dengan cara :
a) Real time (RT) PCR positif
b) Kultur virus ( biakan dan identifikasi virus influenza A sub tipe H1N1)
c) Peningkatan 4 kali antibodi spesifik influenza A
8. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi
1) Pasien dengan ILI akan dievaluasi apakah termasuk kelompok dengan gejala
klinis ringan, sedang atau berat.
2) Kelompok dengan gejala klinis ringan dipulangkan dengan diberi obat
simptomatis dan KIE untuk waktu istirahat di rumah.
3) Kelompok gejala klinis sedang dirawat di ruang isolasi dan mendapat
oseltamivir 2 x 75 mg.
4) Untuk kelompok dengan gejala klinis berat dirawat di ICU.
5) Pemeriksaan laboratorium sesuai jadwal yang sudah ditentukan.
6) Di ruang rawat inap : dilakukan evaluasi keadaan umum, kesadaran, tanda
vital, pantau saturasi oksigen.
7) Terapi suportif.
Terapi suportif dasar (misal, terapi cairan, analgesik, penekan batuk) perlu
diberikan. Pengobatan antivirus secara empiris perlu diperhatikan untuk kasus
flu babi, baik yang sudah pasti, masih dalam kemungkinan, ataupun
kecurigaan terhadap kasus ini. Pengobatan pasien rawat inap dan pasien
dengan resiko tinggi untuk komplikasi influenza perlu sebagai prioritas
b. Medikamentosa
Oseltamivir merupakan pro drug dari metabolit aktif Oseltamivir Karboksilat.
Metabolit aktif ini merupakan penghambat selektif enzim neuramidase virus
influenza yang glycoproteinnya ditemukan di permukaan virion. Oseltamivir
karboksilat menghambat neuramidase influenza A dan B secara in vitro.
Oseltamivir yang diberikan secara oral menghambat replikasi dan pathogenicity
virus influenza A dan B secara in vivo pada binatang percobaan yang terinfeksi
influenza yang sama bila terjadi pada manusia dengan pemberian dosis 75 mg
dua kali sehari.
c. Indikasi
1) Terapi influenza (khususnya influenza A) pada anak usia satu tahun keatas
yang menderita gejala influenza. Efikasi ditunjukkan jika terapi diberikan
dalam 2 hari setelah timbul gejala.
2) Pencegahan influenza pada dewasa dan dewasa muda 13 tahun keatas setelah
kontak dengan penderita influenza ketika influenza telah menyebar.
3) Tamiflu tidak dapat menggantikan vaksinasi influenza.
d. Dosis
1) Terapi influenza.
a) Dewasa dan dewasa muda 13 tahun ke atas: 75 mg oseltamivir 2 kali
sehari selama 5 hari.
b) anak di atas 1 tahun sampai 13 tahun dapat digunakan Tamiflu suspensi
dua kali sehari selama 5 hari dengan dosis sesuai berat badan sebagai
berikut:
5 kg 30 mg
15- 23 kg 45 mg,
> 23 kg sampai 40 kg 60 mg,
> 40 kg, dapat diberikan dosis dewasa 75 mg
2) Pencegahan influenza
a) Dewasa dan dewasa muda 13 tahun keatas 75 mg sekali sehari selama 7
hari. Terapi diberikan sesegera mungkin setelah terpapar secara
individual.
b) Selama terjadi epidemi influenza: 75 mg sehari sampai dengan 6 minggu.
c) Keamanan dan efektifitas oseltamivir pada anak usia dibawah 12 tahun
belum dapatdibuktikan.
3) Pada gangguan fungsi hati tidak ada penyesuaian dosis
4) Pada gangguan fungsi ginjal
Dosis terapi:
Penderita dengan creatinin clearens 10 - 30 ml/menit : 75 mg tiap
2 hari.
Tidak dianjurkan pada penderita dengan creatinin clearens 10
ml/menit dan pasiendialisa.
Dosis pencegahan:
Pada creatinin clearens 10 – 30 ml/ menit: 75 mg tiap 2 hari atau
30 mg suspensi sekalisehari.
Tidak dianjurkan pada penderita dengan creatinin clearens 10
ml/menit dan pasienyang mengalami dialisa.
5) Manula tidak ada penyesuaian dosis kecuali jika ada kerusakan ginjal parah
(Priyanti. Dkk, 2009)
9. Pencegahan
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer adalah suatu usaha yang dilakukan agar masyarakat tidak
akan terjangkit penyakit flu babi, pencegahan primer bisa dilakukan dengan cara :
1) Melakukan promosi kesehatan melalui mengadakan penyuluhan mengenai
bahaya penyakit flu babi dan pencegahan beserta penangganan penderita
kepada ternak babi dan juga masyarakat yang tinggal di sekitar pertenakan
babi
2) Melakukan kerjasama dengan instansi terkait seperti dinas pertenakan melalui
penyemprotan disinfektan pada setiap babi dan kandang babi.
3) Mengajak masyarakat untuk melakukan PHBS seperti mencuci tangan
terutama setelah melakukan kontak dengan babi atau penderita flu babi.
4) Melakukan penyuluhan mengenai pemakaian masker yang benar kepada
pekerja peternakan dan juga masyarakat umum.
5) Pemberian alat pendeteksi panas tubuh ditempat-tempat seperti bandara serta
tempat yang kemungkinan penularan flu babi dari luar negeri guna mencegah
datangnya wisatawan asing yang membawa virus flu babi.
Pada prinsipnya, cara ampuh untuk mencegah penularan virus flu babi sama
dengan cara mencegah penularan virus influenza yang lain yaitu vaksinasi.
Sayangnya, vaksin untuk flu babi sampai saat ini belom ditemukan. Akan tetapi
dengan melakukan pencegahan primer diatas, diharapkan mampu untuk
meminimalisir masyarakat maupun babi agar tidak terjangkit virus flu babi.
b. Pencegahan sekunder
Pada pencegahan sekunder dilakukan diagnosa dini dan pengobatan tepat.
Pengobatan atau tindakan yang tepat bisa mencegah terjadinya komplikasi atau
memerlambat perjalanannya. Pencegahan sekunder dilakukan pada fase
presimtomatis yaitu dengan jalan diagnosa dini. Selain itu juga dilakukan
pengisolasian bagi penderita flu bai dan pemberian obat yang tepat.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan untuk membatasi ketidakmampuan dan rehabilitasi.
Pada keadaan ini, penyakit sudah terjadi dan bahkan meninggalkan cacat. Pada
penyakit flu babi pencegahan tersier dilakukan dengan melakukan pemberian
pengobatan adekuat dan rehabilitasi kepada penderita penyakit flu babi. Selain itu
pemerintah wajib menghimbau masyarakat agar mau menerima kembali
penderita flu babi yang sudah sembu agar tidak ada tindakan pengucilan.
Agar terhindar dari Flu Babi yang harus diperhatikan pada manusia maka kita
harus melakukan tindakan antara lain:
1) Mengajak masyarakat untuk menerapkan pola hidup bersih
2) Mencuci tangan sebelum makan
3) Memasak daging babi lebih dari 80 0 C
4) Tidak cium pipi /tangan
5) Pergunakan masker di wilayah peternakan babi
(Priyanti. Dkk, 2009)
10. Komlikasi
a. Meningitis
b. Encephalitis
c. Myocarditis
d. Paralisis akut flaksid
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap pengkajian
merupakan pemikiran dasar dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan individu. Pengkajian yang lengkap, akurat, sesuai kenyataan, kebenaran
data sangat penting untuk merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respon individu.
a. Pengumpulan Data
Pengkajian secara umum yang dapat dilakukan pada pasien dengan flu babi
adalah :
1) Identitas :
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,
suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnosa medis.
2) Keluhan utama :
Biasanya keluhan utama klien dengan flu babi adalah demam, batuk dan sakit
tenggorokan.
3) Riwayat penyakit sekarang :
Menjelaskan riwayat penyakit yang dialami biasanya klien dengan flu babi
seperti demam, batuk dan sakit tenggorokan, nyeri otot, sakit kepala, tidak
nafsu makan.
4) Riwayat penyakit dahulu :
Adanya riwayat penyakit yang pernah diderita.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya penyakit serupa atau penyakit lain yang diderita oleh keluarga.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
2) GCS :
3) Tanda vital : nadi, suhu tubuh, tekanan darah, dan pernafasan.
c. Pengkajian Pola Fungsi Kesehatan
1) Aktivitas / Istirahat
Gejala : Kelelahan umum & kelemahan, nafas pendek saat bekerja, kesulitan
tidur pada malam / demam malam hari, mengigil dan berkeringat, mimpi
buruk
Tanda : Dipsnea pada saat kerja, kelelahan otot, nyeri, dan sesak ( tahap
lanjut)
2) Integritas Ego
Gejala : Adanya / faktor stres, masalah keuangan, perasaan tak berdaya
Tanda : Menyangkal ( khususnya selama tahap dini), ansietas, ketakutan,
mudah terangsang
3) Makanan / Cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, anoreksia, tak dapat mencerna, penurunan
berat badan
Tanda : Turgor kulit buruk, kering / kulit berisisik, kehilangan otot / hilang
lemak subkutan
4) Nyeri / Kenyamana
Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulan
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah
5) Pernapasan
Gejala : Batuk produktif / tak produktif, napas pendek, Riwayat H1N1 /
terpajan pada individu terinfeks
Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan, perkusi pekak dan penurunan
fremitus. Bunyi napas: menurun / tak ada secara bilateral /unilateral. Bunyi
napas tubuler. Karakteristik sputum : hijau / purulen, mukoid kuning.dan tak
perhatian, mudah terangsang, dan perubahan mental ( tahap lanjut)
6) Kenyamanan
Gejala : Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker, tes HIV
positif
Tanda : Demam tinggi / sakit panas akut
7) Interaksi Sosial
Gejala : Perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular, perubahan pola
biasa dalam tanggung jawab / perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan
peran.
8) Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga H1N1, ketidakmampuan umum / status kesehatan
buruk, gagal untuk membaik / kambuhnya penyakit dan tidak berpartisipasi
dalam terapi
(Dongoes, 2001)
2. Diagnosa
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi
b. Hipertermi berhubungan dengan perubahan pada regulasi temperatur
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan tidak seimbangnya cairan tubuh
dengan kebutuhan
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan inadekuat
absorbs nutrient oleh tubuh akibat reaksi inflamasi
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakmampuan melaksanankan
aktivitas sehari-hari
f. Resiko pola napas tak efektif berhubungan dengan penurunan kapasitas pembawa
oksigen
g. Nyeri akut berhubungan dengan agen cegera fisik (inflamasi)
h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi
i. Resiko tinggi infeksi pada diri sendiri maupun orang lain berhubungan dengan
kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen
3. Intervensi
No Diagnosa
1
Tujuan
dan Intervensi
keperawatan
KH
Bersihan
jalan Tujuan:
Rasional
jalan 1. Auskultasi dada 1.
napas tidak efektif nafas paten
bagian anterior
Untuk
mengetahui
berhubungan
Kriteria hasil:
adanya penurunan
dengan inflamasi
RR
normal
atau
–
ventilasi
(16
20
2. Anjurkan pasien
mengeluarkan
sekret
Tidak
suara
untuk
napas
tambahan.
napas
tambahan.
2.
Untuk
mengencerkan
minum
dengan
terdengar
dan
bunyi
X/menit)
Pasien
mampu
tidaknya
sputum.
air
hangat
3.
3. Ajarkan teknik
Napas
dalam
batuk
dan
efektif
memudahkan
napas
ekspansi
dalam
maksimal
paru-
paru dan teknik
batuk
efektif
dapat membantu
pengeluaran
2
4. Kolaborasi
sputum.
Untuk
4.
dengan berikan
menurunkan
obat
spasme
sesuai
bronkus
indikasi:
dengan mobilisasi
mukolitik
secret.
ekspektoran dan
bronkodilator
1. Monitor
Hipertermi
Tujuan:
berhubungan
tubuh
dengan
kembali normal
perubahan
suhu
pasien
minimal tiap 2
mengetahui
jam.
2. Monitor
tubuh
warna
dan suhu kulit
( 36,50 C –
37,50 C)
2. Kulit pasien
tidak
teraba
hangat
3. Kulit pasien
tidak tampak
3. Tingkatkan
intake
tidaknya tanda-
cairan
dan nutrisi
tanda infeksi
3. Dapat membantu
mengganti
4. Lakukan
cairan
tubuh
kompres hangat
yang hilang
pada lipat paha 4. Dapat membantu
dan aksil
5. Kolaborasi
kemerahan
yangterjadi.
2. Untuk
mengetahui ada
pasien normal
3.
1. Untuk
perubahan suhu
pada Kriteria hasil:
regulasi temperatur 1. Suhu
suhu
mengurangi
demam
pemberian
5. Digunakan
antipiretik
untuk
mengurangi
demam
1. kaji
frekuensi
dengan
aksi sentral nya
di hypothalamus.
konsistesi diare
1. mengetahui
Tujuan
Kekurangan
volume
cairan
berhubungan
dengan
tidak
seimbangnya
cairan
tubuh
dengan kebutuhan
:
status
terjadinya
2. kaji
perbaikan
rasa
mengenai
haus
keseimbangan
,
keseimbangan
cairan
kelelahan, nadi 2. untuk
KH
TTV
cepat,
stabil,
turgor
jelek,
kulit
baik,
:
turgor
berlanjutnya
hipovolemia dan
membrane
mukosa
lembab/basah.
mengidentifikasi
mempengaruhi
3. pantau
TTV
catat perubahan
kebutuhan
volume
tekanan
darah
perubahan pada
posisi, kekuatan
4
dari nadi perifer
4. ukur
dan
pengganti
3. hipotensi
merupakan
bagian
dari
hipovolemia
timbang BB
4. Memberikan
perkiraan
kebutuhan akan
pengantian
volume
5. catat
dan
cairandan
bila
keefektifan
mual,
pengobatan
5. Kerusakan
laporkan
ada
muntah
dan
fungsi
diare
saluran
cerna
dapat
meningkatkan
6. Kolaboratif
kehilangan
cairan
dalam
dan
elektrolit
6. Cairan dan obat-
pemberian
cairan dan obatobatan
obatan
membantu
pemenuhan
kekurangan
1. kaji
kebiasaan
makan klien
cairan
dan
elektrolit tubuh
1. Mengetahui
seberapa
2. berikan asupan
Ketidakseimbanga
n
nutrisi
dari
Tujuan
:
kurang kebutuahan
kebutuhan makan
klien
nutrisi
klien
sedikit
tetapi
asupan
besar
nutrisi
klien
2. Dengan
memberikan
5
berhubungan
dengan
absorbs
terpenuhi
inadekuat KH
sering
:
asupan
nafsu
nutrisi
klien sedang tapi
nutrient makan
sering
pada
oleh tubuh akibat bertambah,
pasien
akan
reaksi inflamasi
mengalami rasa
mual kurang
3. berikan pasien
makanan
mual
3. Dengan
memberikan
selingan
(seperti buah)
pasien
makan
selingan
akan
memvariasikan
makanan
4. berikan penkes
tentang
klien
agar tidak bosan
4. Menambah
pengetahuan k
pentingnya
nutrisi
untuk
tubuh
5. kolaborasi
dengan ahli gizi
5. Gizi
seimbang
memperbaiki
untuk
nutrusi klien
menentukan
nutrisi
seimbang
1. jelaskan
aktivitas
dan
factor
yang
meningkatkan
Intoleransi aktivitas Tujuan : agar
berhubungan
6
dengan
oksigen seperti
aktivitas
kembali efektif
ketidakmampuan
KH
:
melaksanankan
mampu
kebutuhan
pasien
aktivitas sehari-hari melakukan ADL
merokok, suhu
sangat ekstrim,
berat
badan
berlebihan,
1. Merokok,
suhu
ekstrim
dan
stress
menyebabkan
vasokontriksi
yang
meningkatkan
beban
jantung
kerja
Resiko pola napas nya
tak
efektif mandiri
berhubungan
dengan penurunan
kapasitas pembawa
oksigen
secara
dan
tidak kelelahan
stress dll
2. Jelaskan
penyebab
2. Atur
kegiatan
klien
yang
keletihan pada
klien.
3. Jelaskan
mudah dicapai
keuntungan
fisiologis
3. Kegiatan
dan
akan
psikologis olah
meningkatkan
raga pada klien
semangat
untuk
4. secara bertahap
tingkatkan
klien
klien
melawan
keletihannya.
4. Untuk
aktivitas harian
7
fisik
menghemat
sesuai
energy pasien
peningkatan
toleransi
5. memberikan
dukungan
emosional dan
5. rasa takut dapat
menghambat
semangad
6. setelah aktivitas
kaji
respon
abnormal untuk
peningkatan
aktivitas
6. intoleransi
aktivitas
meningkatkan
dikaji
aktivitas
dapat
dengan
mengevaluasi
jantung sirkulasi
dan
status
pernafasan
setelah
beraktivitas
1. Kaji lokasi dan
skala nyeri
1.
Untuk
menentukan
rencana
2. Monitoring
tepat
yang
TTV
Nyeri
2. Untuk
akut Tujuan :
berhubungan
Nyeri
mengetahui
pasien
dengan agen cegera terkontrol
fisik (inflamasi)
perkembangan
atau 3. Ajarkan teknik
hilang
manajemen
KH :
nyeri
a. Nyeri pasien
farmakologis
berkurang
b. TTV dalam
seperti
batas normal
c. Pasien tidak
non-
kondisi pasien.
3. Untuk
mengurangi
nyeri
dan
mengalihkan
relaksasi, guide
perhatian pasien
terhadap nyeri.
imagery dll.
tampak
4. Monitoring
meringis
4. Perubahan dapat
perubahan
8
mengindikasikan
karakteristik
komplikasi.
nyeri
5. Kolaborasi
5. Membantu
pemberian
mengurangi
anlgesik sesuai
nyeri
indikasi
1. Mengobservasi
kesiapan
klien
untuk
dapat
mengetahui
berhubungan
dengan
kurang
pajanan informasi
mengenai proses
penyakit
KH
:
Agar
pemberian
kemampuan
untuk
klien
dalam
(mental,
pengetahuan
pada
keadaan
informasi
Tujuan : klien
kembali
mengetahui
mendengar
Kurang
1. Menanyakan
melihat,
informasi.
mendengar,
kesiapan
emosional,
Klien
bahasa
dan
familiar dengan
budaya).
proses penyakit, 2. Menentukan
2. Untuk
klien
Klien
dapat
tingkat
mengetahui
mendiskripsikan
pengetahuan
pengetahuan
faktor
klien
klien
penyebab, Klien
sebelumnya
penyakitnya.
dapat
mengenai
mendiskripsikan
faktor
resiko,
Klien
dapat
mendiskripsikan
komplikasi. Dan
Klien
dapat
mendiskripsikan
pencegahan.
penyakit.
3. Menjelaskan
proses penyakit
(pengertian,
penyebab,
faktor
tentang
3. Klien
mengetahui
mengenai
proses penyakit
resiko,
komplikasi dan
pencegahan).
(pengertian,
penyebab,
faktor
resiko,
komplikasi dan
4. Mendiskusikan
pencegahan).
4. Dengan
gaya
tentang
hidup yang baik
perubahan gaya
dapat
hidup yang bisa
mengontrol
untuk mencegah
proses penyakit
komplikasi atau
dan
mengontrol
komplikasi.
mencegah
proses penyakit.
5. Dapat
5. Anjurkan pada
meminimalkan
pasien
untuk
efek samping
mencegah atau
yang terjadi.
meminimalkan
efek samping.
6. Diskusikan
mengenai
pilihan
6. Dengan
mendiskusikan
terapi
atau peralatan
hal
tersebut
dapat membuat
terapi medikasi
menjadi teratur.
1. Kaji
patologi 1. Membantu pasien
penyakit
Resiko
tinggi
:
maupun penyebara
orang
lain infeksi
berhubungan
dengan
tidak
pemajanan
pathogen
potensial
ma
melalui
mematuhi
penyebaran
program
droplet
udara
pengobatan.
selama
batuk,
kurang KH
i
tertawa
2. Identifikasi
perlunya
2. Orang-orang yang
orang lain yang
beresiko
terjadi
:
pasien
pengetahuan untuk mengidentifikas
menghindari
menyadari/meneri
meludah, bicara,
infeksi pada diri Tujuan
sendiri
dan
intervensi
misalnya
anggota
terpajan ini perlu
program
terapi
obat
untuk
mencegah
keluarga,
penyabarn infeksi
sahabat, teman
untuk mencegah
3. Kaji
tindakan 3. Dapat membantu
atau
control infeksi menurunkan rasa
menurunkan
sementara
terisolasi
dan
resiko
misalnya masker
membuang stigma
penyebaran
social sehubungan
infeksi,
dengan penyakit
melakukan pola
menular
4. Anjurkan pasien
hidup
untuk
batuk 4. perilaku
yang
pake tisu
5. Berikan
diperlukan untuk
obat
sesuai indikasi
mencegah
penyebaran
5. untuk mencegah
penyebaran
4. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang keseluruhan
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi pada pasien dengan Flu Babi adalah
a. Bersihan jalan napas efektif
b. Hipertermi tidak terjadi
c. Tidak terjadi Kekurangan volume cairan
d. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
e. aktivitas kemabali efektif
f. pola napas efektif
g. Nyeri akut hilang atau terkontrol
h. Pengetahuan pasien meningkat
i. Penyebaran infeksi tidak terjadi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Flu Babi adalah penyakit saluran perapasan akut pada babi yang disebabkan oleh
virus influenza tipe A. Penyakit ini sangat cepat menyebar kedalam kelompok ternak
dalam waktu 1 minggu, pada umumnya penyakit ini dapat sembuh dengan cepat kecuali
bila terjadi komplikasi dengan bronchopneumonia, akan berakibat pada kematian.
(Fenner et al,1987). Varian baru ini dikenal dengan nama vrus H1N1 yang merupakan
singkatan dari dua antigenutama virus yaitu hemagglutinin tipe 1 dan neuraminidase tipe
1.
Secara umum perjalanan penyakit flu babi yaitu pada penyakit influensa babi
klasik, virus masuk melalui saluran pernafasan atas kemungkinan lewat udara. Virus
menempel pada trachea dan bronchi dan berkembang secara cepat yaitu dari 2 jam dalam
sel epithel bronchial hingga 24 jam pos infeksi. Hampir seluruh sel terinfeksi virus dan
menimbulkan eksudat pada bronchiol. Infeksi dengan cepat menghilang pada hari ke 9 .
B. Saran
Perawat harus berperan aktif sebagai motivator bagi pasien dalam pengobatan. Bagi
penderita sendiri perlu memotivasi diri untuk menjalankan terapi secara teratur dan bagi
keluarga dan teman agar melakukan pencegahan primer.