PENCAHAYAAN ALAMI RUMAH TINGGAL

PENCAHAYAAN ALAMI RUMAH TINGGAL SKRIPSI

Oleh : NOVIANA SARI K1508043

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama

: Noviana Sari

Nim

: K1508043

Jurusan/Program Studi : Pendidikan Teknik Kejuruan/Pendidikan Teknik

Bangunan

menyatakan bahwa skripsi saya berjudul ” PENCAHAYAAN ALAMI RUMAH TINGGAL ” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, Juli 2012

Yang membuat pernyataan Noviana Sari

PENCAHAYAAN ALAMI RUMAH TINGGAL

Oleh : NOVIANA SARI K1508043

Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Teknik Bangunan, Jurusan

Pendidikan Teknik Kejuruan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, Juli 2012

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ir. Chundakus Habsya, M. Ars Budi Siswanto, S. Pd, M. Ars NIP.19570414 198603 1 002

NIP. 19720205200501 1 001

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan Ketua

: Drs. Sutrisno, M.T, M. Pd

Sekretaris

: Drs. Bambang Sulistyo Budhi

Anggota I

: Ir. Chundakus Habsya, M. Ars

Anggota II

: Budi Siswanto, S. Pd, M. Ars

Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

a.n. Dekan Pembantu Dekan I

Prof. Dr. Rer. Nat. Sajidan, M. Si NIP. 19660415 199103 1 002

ABSTRAK

Noviana Sari. PENCAHAYAAN ALAMI RUMAH TINGGAL. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2012.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi pencahayaan alami di tipe perumahan kecil dan menengah, mengetahui bahwa sistem bukaan yang baik menghasilkan pencahayaan alami yang nyaman, mengetahui bahwa vegetasi berpengaruh terhadap pencahayaan alami dalam ruangan.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif-deskriptif. Penelitian di laksanakan di tiga lokasi perumahan yaitu Perumahan Griya Prima Klaten, Perumahan Cipta Griya Bersinar Klaten, dan Perumahan Pesona Sawahan Boyolali. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive. Jumlah sampel ada 18 rumah, yang terdiri dari 7 rumah di Perumahan Griya Prima Klaten, 8 rumah di Perumahan Cipta Griya Bersinar Klaten, dan 3 rumah di Pesona Sawahan Boyolali. Teknik pengumpulan data dengan pengukuran menggunakan alat, angket, dan dokumentasi. Alat yang digunakan pengukuran dalam penelitian ini adalah light meter dan humidity. Light meter untuk mengukur intensitas cahaya sedangkan humidity untuk mengukur suhu udara dan kelembaban. Teknik analisa data menggunakan statistik deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebesar 66,45 % pencahayaan alami di obyek penelitian kurang memenuhi persyaratan, bukaan berpengaruh terhadap cahaya matahari yang masuk dalam ruangan, dan adanya vegetasi dapat mempengaruhi pencahayaan alami dalam ruangan. Ditemukan faktor-faktor lain, selain bukaan dan vegetasi yang menyebabkan pencahayaan alami di obyek penelitian kurang baik yaitu teras yang lebar, rumah berhubungan langsung dengan bangunan sekitar, dan pengembangan rumah yang kurang memperhatikan segi pencahayaan alami.

Simpulan penelitian ini adalah 66,45 % pencahayaan di obyek penelitian kurang memenuhi persyaratan, sistem bukaan yang baik akan menghasilkan pencahayaan alami yang nyaman, vegetasi berpengaruh terhadap terhadap pencahayaan alami dalam ruangan.

Kata Kunci : pencahayaan alami, bukaan, vegetasi

MOTTO

Cukuplah Allah yang menjadi Penolongku di setiap Kesulitan, Penentram Jiwa disaat Kecemasan, Pelindungku disaat Ketakutan, Penguatku disaat Goncangan Masalah menghantam.

“ Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dengan satu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan

yang lain. Dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap” (QS. Al Insyirah (94) : 5-8)

“Kejarlah akheratmu, maka dunia akan mengikutimu”

Aku stres tetapi aku tidak trauma oleh ketakutan. Aku masih mampu belajar! Aku masih mampu berjuang! Aku akan bertahan hidup dan aku akan mewujudkanmu,

Impianku!

Tak terhitung orang mengatakan bahwa ini tak bisa dilakukan atau itu tampaknya akan gagal. Keberanianku akan menentang itu.

Jangan rendahkan tujuanmu sampai ke level kemampuanmu. Justru, naikkan kemampuanmu sampai ke level tujuanmu.

PERSEMBAHAN

Dari hati yang tulus, terbingkai rasa syukur pada Allah- Rabb semesta alam, Ku persembahkan karya ini untuk :

Ibu dan Ayah Berkat iringan doa yang selalu Ibu dan Ayah lantunkan untuk Ananda, rahmat Allah selalu menyertai Ananda, hingga Ananda bisa bertahan menghadapi setiap episode hidup. Terima kasih pula untuk setiap doa, cucuran keringat, letih, dan rintihan tangisan Ibu dan Ayah di setiap sepertiga malam demi Ananda.

Adik-Adikku Tersayang : Lylya Octaviani dan Yulia Ambar Wati. Terima kasih atas bantuan, persaudaraan, dan letupan semangat kalian selama ini.

Kedua Dosen Pembimbingku : Pak Chun dan Pak Budi. Dengan segenap hormat, Ku ucapkan terima kasih atas bantuan, arahan, bimbingan, dan kesabaran selama proses bimbingan skripsi. Sungguh bersyukur mendapat pembimbing seperti beliau-beliau. Dosen pembimbing bagaikan pelita ilmu dalam kegelapan kebodohan.

Teman-Teman Kos Arum, Sidomulyo, Makam Haji Norma, Fitroh, Anis, Mbak Muji, Tika, Anita, Hani, dll, yang tak bisa ku sebutkan namanya satu per satu. Tiada teman yang sebaik kalian hingga ku merasa bagaikan keluarga dalam balutan ukhuwah islamiyah. Terima kasih atas bantuan, motivasi, dan kebersamaan selama ini.

Teman-Teman Seperjuangan, PTB 2008 Terima kasih atas kerjasama, diskusi, dan semangat yang kalian percikkan padaku hingga ku termotivasi untuk berlari bersama kalian menuju gerbang

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT karena atas rahmat dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu yang diharapkan. Skripsi ini berjudul “PENCAHAYAAN ALAMI RUMAH TINGGAL”

Dalam menyusun skripsi ini penulis mendapat bantuan dari banyak pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Sutrisno, S.T, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ida Nugroho Saputro, ST. M.Eng selaku Ketua Program Pendidikan

Teknik Bangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Abdul Haris Setyawan, S.Pd., M.Pd selaku Koordinator Skripsi Pendidikan Teknik Sipil/Bangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Ir. Chundakus Habsya, M.Ars selaku Dosen pembimbing I, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun proposal skripsi.

6. Budi Siswanto, S.Pd, M.Ars selaku Dosen pembimbing II, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun proposal skripsi.

7. Teman-teman mahasiswa Program Teknik Bangunan angkatan tahun 2008.

8. Semua pihak yang ikut membantu hingga terselesaikannya skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih belum sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk melengkapi kekurangan skripsi ini.

Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai acuan pelaksanaan penelitian dan semua pihak yang memerlukannya

Surakarta, Juli 2012

Penulis

DAFTAR PUSTAKA ..................................... .......................................... 127 LAMPIRAN ................................................... ..........................................

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Penelitan Relevan ............................................................................... 23

3.1. Alokasi Waktu Kegiatan Penelitian ..................................................... 33

3.2. Daftar Populasi ................................................................................... 36

3.3. IESNA Recommended Iluminance Value ............................................. 39

3.4. Kisi-Kisi Angket ................................................................................. 41

3.5. Rumusan Hipotesis 1........................................................................... 43

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Cahaya mutlak diperlukan dalam ruangan. Pencahayaan mempunyai beberapa fungsi, antara lain memberikan rasa nyaman bagi orang-orang di dalamnya, menciptakan efek-efek tertentu, serta mempengaruhi kesehatan mata. Berdasarkan sumber cahayanya, pencahayaan terdiri dari dua jenis yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Pencahayaan alami merupakan pencahayaan yang berasal dari sumber matahari baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan pencahayaan buatan sering disebut pencahayaan elektrik karena bersumber dari lampu. Pada penelitian ini, akan memfokuskan pada pencahayaan alami.

Perumahan merupakan lingkungan pemukiman yang padat. Letak bangunan yang berderet dan saling berhimpitan satu sama lain mengakibatkan minimalnya bukaan yang tersedia. Bukaan hanya ada pada posisi depan saja sehingga cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan tidak bisa maksimal. Sistem pencahayaan yang buruk tersebut menyebabkan suasana ruangan menjadi gelap. Hal ini akan berdampak pada kenyamanan visual dan termal. Dampak pada kenyamanan visual menyebabkan penglihatan menjadi tidak jelas, sedangkan dampak pada kenyamanan termal menyebabkan kelembaban dan suhu udara menjadi tidak nyaman. Selain itu, suasana gelap juga akan menuntut penggunaan lampu saat siang hari. Penggunaan lampu yang berlebihan akan meningkatkan konsumsi energi listrik sehingga biaya pemakaian lisrik juga akan meningkat. Dengan demikian perlu sistem pencahayaan yang hemat energi dengan memanfaatkan cahaya alami semaksimal mungkin. “Permintaan akan energi listrik terbesar dapat ditekan hingga 40 % dengan mempergunakan pencahayaan alami secara baik” (Lechner, 2007: 415).

Cahaya alami yang nyaman harus sesuai dengan persyaratan kenyamanan visual dan termal. Sebagian besar desain rumah di beberapa perumahan kurang memperhatikan aspek pencahayaan alami sehingga persyaratan kenyamanan visual dan termal tidak terpenuhi. Kedua kenyamanan tersebut berhubungan erat dengan sistem bukaan dan vegetasi. Syarat-syarat bukaan yang harus dipenuhi untuk menghasilkan pencahayaan yang nyaman adalah luasan dan arahnya. Vegetasi dapat mengurangi cahaya matahari yang masuk ke ruangan dan dapat menurunkan suhu udara. Tapi, saat ini masih banyak perancangan dan pengembangan rumah kurang memperhatikan persyaratan pencahayaan yang nyaman.

Oleh karena itu, penulis merancang sebuah penelitian tentang pencahayaan alami di lokasi perumahan kemudian ditinjau berdasarkan syarat-syarat pencahayaan alami yang nyaman. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan dalam perancangan dan pengembangan rumah dengan memperhatikan pencahayaan alami yang nyaman.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis dapat mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :

1. Sebagian besar desain rumah di perumahan kurang memperhatikan aspek pencahayaan alami.

2. Pencahayaan alami yang kurang memenuhi persyaratan menyebabkan ruangan menjadi gelap.

3. Ruangan yang gelap menyebabkan meningkatnya penggunaan listrik pada siang hari.

4. Penggunaan listrik yang berlebihan meningkatkan biaya pemakaian listrik.

5. Perancangan dan pengembangan rumah yang kurang memperhatikan

persyaratan pencahayaan menyebabkan ketidaknyamanan.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah agar masalah yang dikaji dalam penelitian ini menjadi terarah, maka dibuat batasan masalah sebagai berikut :

1. Pencahayaan yang diukur adalah pencahayaan alami.

2. Penelitian dilaksanakan pada lokasi, tipe perumahan, dan ruang-ruang yang ditentukan sebagai obyek penelitian seperti yang diuraikan dalam metode penelitian.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencahayaan alami akan ditinjau yaitu mengenai bukaan dan vegetasi.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah pencahayaan alami di lokasi penelitian memenuhi syarat pencahayaan yang nyaman?

2. Apakah sistem bukaan yang baik akan menghasilkan pencahayaan alami yang nyaman?

3. Apakah vegetasi berpengaruh pada pencahayaan alami dalam ruangan?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan pembatasan masalah di atas maka tujuan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Mengetahui kondisi pencahayaan alami di lokasi penelitian.

yang nyaman.

3. Mengetahui vegetasi yang berpengaruh terhadap pencahayaan alami dalam ruangan.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bisa memberi manfaat dan solusi terhadap permasalahan penelitian baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah pengetahuan tentang pencahayaan alami dan faktor-faktor

yang mempengaruhinya.

b. Menjadi referensi untuk penelitian lain yang relevan.

2. Manfaat Praktis

a. Menjadi acuan bagi pemilik rumah dalam mendesain ulang dan

mengembangkan rumahnya.

b. Menjadi acuan bagi developer dalam mendesain perumahan

berikutnya.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Rumah dan Perumahan

Ada beberapa pengertian mengenai rumah dan perumahan. Menurut Intan Sari Zaitun Rahma (2010) pengertian properti perumahan adalah tanah kosong atau sebidang tanah yang dikembangkan, digunakan, atau disediakan untuk tempat kediaman, seperti single family houses, apartemen, rumah susun.

Berdasarkan Undang-Undang No 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman

a. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.

b. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.

c. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan.

Menurut Intan Sari Zaitun Rahma (2010), residental properti dibagi menjadi single family residental dan multy family residental . Properti perumahan bisa dikategorikan kepada beberapa jenis:

a. Rumah tinggal, dapat dibedakan menjadi rumah elit, rumah menengah, rumah sederhana, dan rumah murah.

kondominium. Menurut Intan Sari Zaitun Rahma (2010), rumah memiliki dua arti penting

yaitu :

a. Rumah sebagai kata benda, menunjukkan bahwa tempat tinggal (rumah dan tanah sebagai komoditi).

b. Rumah sebagai kata kerja, menunjukkan suatu proses dan aktivitas manusia yang terjadi dalam pembangunan, pengembangan maupun sampai proses penghuninya. Menurut SKB Menteri Dalam Negeri, Menteri PU, Menteri Perumahan

Rakyat tahun 1992, properti perumahan dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis, yaitu :

a. Rumah sederhana adalah rumah yang dibangun di atas tanah dengan luas kaveling antara 54 m² sampai 200 m² dan biaya pembangunan per m² tidak melebihi dari harga satuan per m² tertinggi untuk pembangunan perumahan dinas pemerintah kelas C yang berlaku.

b. Rumah menengah adalah rumah yang dibangun di atas tanah dengan luas kaveling antara 200 m² sampai 600 m² dan atau biaya pembangunan per m² antara harga satuan per m² tertinggi untuk pembangunan perumahan dinas pemerintah kelas C sampai A yang berlaku.

c. Rumah mewah adalah rumah yang dibangun di atas tanah dengan luas kaveling antara 600 m² sampai dengan 2000 m² dan atau biaya pembangunan per m² di atas harga satuan per m² tertinggi untuk pembangunan perumahan dinas kelas A yang berlaku.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa pengertian rumah adalah tempat tinggal dengan lingkungan tertentu yang terdiri dari berbagai jenis dan tipe, berfungsi sebagai sarana pembinaan keluarga.

Menurut Suparno Sastro (2004 : 23 - 105), tipe perumahan dibagi menjadi:

a. Perumahan tipe kecil, antara lain : 36, 45, 54

1) Rumah tinggal Tipe 36

Rumah tinggal tipe ini sangat minim perlengkapan ruangnya, tetapi sangat cocok untuk keluarga kecil yang hanya mempunyai satu atau dua anak. Bila ditinjau dari sisi daya beli, rumah tipe ini memang lebih terjangkau daripada tipe yang lebih besar seperti tipe 45, tipe 54, dan sebagainya.

Apabila mempunyai luasan tanah yang masih cukup luas dengan mendirikan rumah tipe 36 ini, pemilik masih banyak pilihan untuk bisa mengembangkan rumah dengan bentuk dan luas sesuai keinginan. Namun, apabila luasan tanah yang tersedia sangat terbatas (terletak pada lokasi perumahan), pemilik harus memperhitungkan seefisien mungkin penggunaan dan penataan ruang pada rumah tipe ini. Pada umumnya, rumah tipe 36 mempunyai dua ruang tidur, ruang makan, ruang tamu, dan kamar mandi.

Gambar 2.1. Denah Rumah Tipe 36

Sumber : (Sastro, 2004 : 23)

Gambar 2.2. Tampak Depan Rumah Tipe 36

Sumber : (Sastro, 2004 : 24)

2) Rumah tipe 45

Rumah tipe 45 memang termasuk dalam kategori bangunan yang kecil, akan tetapi sudah lebih longgar penataan ruangnya bila dibanding dengan tipe dibawahnya. Dengan menempatkan dua ruang tidur (ruang tidur utama dan ruang tidur anak) di sekeliling ruang keluarga dan ruang makan, akan diperoleh kesatuan tatanan ruang yang terpadu dan harmonis serta berkesan longgar.

Pada satu sisi, rumah dengan tipe 45 memang tidak terlalu besar. Namun pada sisi lain, pemilik bisa mendapatkan suasana keakraban yang lebih dalam karena setiap saat semua anggota keluarga bisa berkumpul di ruang makan dan ruang keluarga dengan santai sehingga menjadi dekat satu dengan yang lain. Pada umumnya rumah tipe ini terdiri dari satu kamar tidur utama, satu kamar tidur anak, ruang tamu, ruang keluarga, dapur, tempat cuci, dan kamar mandi.

Gambar 2.3. Denah Rumah Tipe 45 Sumber : (Sastro, 2004 : 25)

Gambar 2.4. Tampak Depan Rumah Tipe 45

Sumber : (Sastro, 2004 : 26)

3) Rumah tinggal tipe 54

Ukuran 54 memang belum termasuk ukuran yang bisa disebut besar, namun sebenarnya ukuran ini sudah cukup luas bagi sebuah keluarga kecil yang ingin mempunyai sarana papan untuk kelangsungan hidupnya.

Rumah tinggal tipe 54 merupakan jenis tipe yang banyak disukai dan masih sangat terjangkau harganya. Selain itu, apabila pemilik memiliki rumah tipe ini dengan cara KPR, banyak sekali layanan yang bisa dijumpai pada bank-bank swasta karena biasanya developer (pengembang) memang bekerja sama dengan bank dalam hal pendanaan dan pemasaran produk perumahan tersebut. Pada umumnya, rumah tipe ini terdiri dari dua kamar tidur utama, ruang tamu, ruang makan, ruang keluarga, dapur, dan kamar mandi.

Gambar 2.5. Denah Rumah Tipe 54

Gambar 2.6. Tampak Depan Rumah Tipe 54 Sumber : (Sastro, 2004 : 28)

b. Perumahan tipe sedang dan menengah, antara lain : 60, 70, 74, 110, 116, 120

1) Rumah tinggal tipe 60

Pada rumah tipe ini, cukup banyak kebutuhan ruang yang bisa dimasukkan. Meskipun demikian, pemilik tetap harus memperhatikan pola tatanan ruang dan sirkulasi dalam bangunan tersebut. Pola tatanan ruang dan pengaturan sirkulasi yang buruk akan berkesan sesak dan tidak nyaman karena crossing (benturan) yang terjadi antara sesama pengguna ruang.

Apabila rumah tinggal tipe ini terletak di tepi persimpangan jalan (mempunyai dua muka) maka akan semakin menambah nilai estetis bangunan. Di samping itu, pemilik dapat leluasa mengekspos bentuk (fasad) bangunan dengan memanfaatkan dua sisi bangunan dalam penataan ruang-ruang di dalamnya serta membuat jalan masuk melalui dua sisi pula. Pada umumnya rumah tinggal tipe ini terdiri dari tiga ruang tidur, ruang makan, ruang keluarga, ruang tamu, dapur, dan kamar mandi

Gambar 2.7. Denah Rumah Tipe 60 Sumber : (Sastro, 2004 : 29)

Gambar 2.8. Perspektif Rumah Tipe 60

2) Rumah tinggal tipe 70

Penggunaan lahan secara efisien dan sesuai tuntutan fungsi bangunan serta kegiatan yang akan diwadahi dalam rumah, maka tipe 70 merupakan tawaran sebuah tipe yang cukup besar untuk sebuah keluarga kecil (orang tua dan dua orang anak).

Penataan ruang adalah penempatan ruang sesuai fungsi dan jenis kegiatan yang terjadi di dalamnya, misalnya ruang tamu bisa diletakkan di belakang teras, ruang keluarga, dan rumah makan diletakkan di belakang ruang tamu, ruang tidur utama maupun ruang tidur anak harus diletakkan pada bagian yang tidak bising sehingga akan terasa nyaman saat digunakan untuk istirahat. Pada umumnya, rumah tipe ini terdiri dari satu kamar tidur utama, dua kamar tidur anak, ruang keluarga, ruang tamu, dapur, garasi, dan kamar mandi.

Gambar 2.9. Denah Rumah Tipe 70

Gambar 2.10. Perspektif Rumah Tipe 70 Sumber : (Sastro, 2004 : 32)

3) Rumah tinggal tipe 74

Rumah tinggal tipe 74 ke atas biasanya bisa menampung sejumlah ruang yang dibutuhkan oleh keluarga dengan jumlah anggota lebih dari 5 orang. Setidaknya, dalam rumah tersebut bisa dibuat minimal tiga ruang tidur dan satu ruang tidur pembantu.

Selain itu, bila ditinjau dari segi luasan, luas 74 cukup terasa lapang apabila digunakan oleh penghuninya. Dengan dihadirkannya ruang makan dan ruang tengah di tengah ruang-ruang yang lain, meskipun rumah ini lebih besar, tetap akan memberikan kesan akrab terhadap sesama anggota keluarga.

Rumah tipe 74 juga memungkinkan untuk dibuat ruang tidur pembantu beserta kamar mandi dan wc karena biasanya semakin luas sebuah bangunan, akan semakin sulit pula yang tatannya. Selain itu, Rumah tipe 74 juga memungkinkan untuk dibuat ruang tidur pembantu beserta kamar mandi dan wc karena biasanya semakin luas sebuah bangunan, akan semakin sulit pula yang tatannya. Selain itu,

c. Perumahan tipe besar dan mewah, antara lain : 150, 255, 264, 277, 278, 300, 300, 308, 315, 422 Sebuah bangunan rumah tinggal yang mempunyai luas lebih dari 150 m², pasti mempunyai jumlah ruang yang banyak dengan luasan setiap ruang yang lebih besar, begitupun ruang sirkulasinya. Unsur-unsur kesatuan dan keseimbangan aksesibilitas pencapaian dalam setiap ruang yang dihadirkan dalam rumah tersebut harus dipertimbangkan dengan baik agar tidak menimbulkan kesenjangan dalam pemakaian oleh penghuninya.

Penataan ruang dalam sebuah rumah yang besar dan mempunyai banyak ruang membutuhkan pertimbangan lebih kompleks. Untuk itu, agar di dalam rumah tersebut bisa tercipta rasa nyaman, tenang, lapang, terang, ruang-ruang tersebut harus ditata sesuai hakikat fungsi masing-masing. Terlebih lagi, ruang-ruang tersebut bersifat umum dan lebih bising bila dibandingkan dengan ruang-ruang yang lain seperti ruang tidur, kamar mandi, ruang kerja, dan sebagainya.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa tipe perumahan dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Perumahan tipe kecil, antara lain tipe 36, 45, 54.

2. Perumahan tipe sedang dan menengah, antara lain tipe 60, 70, 74, 110, 116, 120

d. Perumahan tipe besar dan mewah, antara lain tipe 150, 255, 264, 277, 278, 300, 300, 308, 315, 422

2. Pencahayaan Alami

a. Definisi Pencahayaan Alami

Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang bersumber dari cahaya matahari. Pencahayaan alami yang baik sekitar jam 08.00 sampai dengan jam

16.00 waktu setempat, terdapat cukup banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan (Suwantoro, 2006 : 1). Pencahayaan alami memberi manfaat visual, thermal, dan psikologis selain kegunaan praktis berupa pengurangan energi untuk pencahayaan buatan. Intensitas sinar matahari berubah sesuai dengan waktu, musim dan lokasi. Sinar matahari dapat dibaurkan oleh awan, kabut, uap air, dan dipantulkan dari tanah atau permukaan lain yang berada di sekitar bangunan.

b. Terang Alami

1) Terang langsung

Gambar 2.11. Terang Langsung Sumber : (Handout Fisika Bangunan FPTK UPI, 2010)

Keterangan : 1. Cahaya langsung dari matahari pada bidang kerja.

2. Cahaya pantulan dari benda-benda sekitar.

3. Cahaya pantulan dari halaman, yang untuk kedua kalinya dipantulkan oleh langit-langit dan dinding ke arah bidang kerja.

4. Cahaya yang jatuh di lantai dan dipantulkan lagi oleh langit-langit.

2) Terang tidak langsung yaitu sebagai cahaya matahari dipantulkan oleh awan-awan serta benda-benda yang berada di

Gambar 2.12. Terang Tidak Langsung Sumber : (Handout Fisika Bangunan FPTK UPI, 2010)

c. Pemantulan Cahaya Matahari

1) Tingkat terang pantulan

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat terang pantulan : - Sudut datang sinar Semakin besar sudut datang sinar, semakin lemah sinar yang dipantulkan dibandingkan dengan jika sinar tersebut jatuh tegak lurus pada bidang pantul.

Gambar 2.13. Sudut Sinar Datang Sumber : (Hajar Suwantoro, 2006)

- Tekstur permukaan benda Benda yang permukaannya kasar akan memantulkan cahaya ke segala arah dengan tidak merata, jadi tingkat terang pantulannya cenderung lebih kecil dibanding bidang pantulan yang halus.

Gambar 2.14. Pemantulan Cahaya Di Permukaan Benda Sumber : (Hajar Suwantoro, 2006) - Warna cahaya dan warna bidang Warna cahaya dan warna bidang juga menentukan tingkat terang pantulan. Misalnya, warna biru jatuh pada bidang warna yang gelap seperti hijau, maka sinar tersebut akan dipantulkan dengan intensitas yang kecil. - Keadaan udara pada saat itu Semakin bersih udara dari partikel-partikel debu dan asap, maka sinar yang terkena cahaya semakin terang karena tidak terhalang oleh partikel-partikel tersebut. - Jarak antara sumber cahaya dan bidang pantul Semakin jauh sumber cahaya dari bidang pantul, maka semakin lemah kekuatan iluminansi cahaya yang dipantulkan, atau dapat dikatakan, kekuatan iluminansi berbanding terbalik dengan kuadrat jarak sumber cahaya dengan bidang pantul.

2) Bidang pantul dengan pencahayaan ruang

Bidang langit merupakan bidang paling berperan dalam memantulkan cahaya dari luar. Pada urutan kedua adalah bidang dinding belakang (terhadap arah datangnya sinar), lalu bidang dinding samping dan terakhir adalah bidang lantai. Dari pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan warna yang tepat adalah :

 Untuk bidang langit-langit sebaiknya warna ringan.  Untuk bidang lantai dapat dipergunakan warna gelap.

3. Syarat Pencahayaan Alami yang Nyaman

a. Bukaan

1) Fungsi bukaan

a) Untuk mengatur banyaknya sinar yang masuk supaya tidak terlalu berlebihan tetapi juga mencukupi kebutuhan cahaya dalam sebuah ruangan.

b) Menambah fungsi dari segi estetika pada ruang dan bangunan.

2) Luasan Bukaan

Luasan bukaan ideal untuk mendapatkan pencahayaan alami yang nyaman adalah 10-20 % dari luas lantai.

3) Arah bukaan terhadap mata angin

a) Indonesia terletak di daerah tropis, menyebabkan intensitas matahari cukup tinggi sehingga fasad yang terbuka sebaiknya menghadap ke selatan atau ke utara. Hal ini dimaksudkan untuk meniadakan radiasi langsung dari cahaya matahari pada pagi dan sore hari.

b) Bukaan pada sisi timur untuk memasukkan cahaya pagi dan bukaan pada sisi barat berpotensi menciptakan panas karena cahaya matahari sore, yang jika masuk ke dalam rumah membutuhkan waktu cukup lama untuk hilang.

c) Jika memang terpaksa bukaan menghadap barat, radiasi cahaya matahari langsung dapat dikurangi dengan adanya tirai, jalusi atau kisi- kisi, overstek, dan kanopi.

b. Vegetasi

Menurut Mohammad Pranoto S (2008), potensi vegetasi dalam menentukan kondisi mikroklimatik yaitu:

1) Sebagai kontrol radiasi sinar matahari

2) Sebagai kontrol angin

3) Sebagai kontrol kelembaban dan temperatur Vegetasi mampu menyerap radiasi yang mengenainya lebih dari 90 % , mereduksi kecepatan angin dalam suatu area ± 10 % dibandingkan aliran pada 3) Sebagai kontrol kelembaban dan temperatur Vegetasi mampu menyerap radiasi yang mengenainya lebih dari 90 % , mereduksi kecepatan angin dalam suatu area ± 10 % dibandingkan aliran pada

Beberapa prinsip pemilihan vegetasi menurut Mohammad Pranoto S (2008) adalah sebagai berikut :

1) Vegetasi dapat mereduksi akumulasi salju dipermukaan tanah, atau sebagai perisai radiasi sinar matahari.

2) Vegetasi khususnya dengan daun jarum, dapat digunakan untuk menangkap kabut, serta dapat meningkatkan pencapaian sinar matahari pada permukaan tanah.

3) Pepohonan yang berdaun rontok dapat menyaring direct sunlight selama musim panas, sehingga mereduksi beban pendinginan (cooling load) bangunan. Sebaliknya, pada musim dingin, menyaring sinar sehingga mereduksi beban pemanasan (heating load) pada bangunan.

4) Area hijau dapat menjadi lebih dingin pada siang hari, dan biasanya sedikit melepas panas pada malam hari. Untuk menciptakan kondisi yang nyaman dalam suatu bangunan, perlu

dilakukan pengendalian atau kontrol radiasi sinar matahari baik yang diserap ataupun yang dipantulkan kembali ke atmosfer. Pada dasarnya peran vegetasi dalam kontrol radiasi ini adalah pantulan dengan :

1) Mengendalikan efek radiasi melalui filtrasi sinar matahari (direct radiation)

2) Kontrol permukaan tanah (ground surface)

3) Kontrol re-radiasi

4) Menghalangi (obstruction)

Gambar 2.15. Vegetasi sebagai kontrol radiasi Sumber : (Mohammad Pranoto S , 2008)

4) Kenyamanan

Kenyamanan adalah bagian dari salah satu sasaran karya arsitektur. Kenyamanan terdiri atas kenyamanan psikis dan kenyamanan fisik.

a. Kenyamanan psikis yaitu kenyamanan kejiwaan (rasa aman, tenang, gembira, dll) yang terukur secara subyektif (kualitatif).

b. Kenyamanan fisik dapat terukur secara obyektif (kuantitatif), yang

meliputi kenyamanan spasial, visual, auditorial dan termal. Kenyamanan termal merupakan salah satu unsur kenyamanan yang sangat

penting, karena menyangkut kondisi suhu ruangan yang nyaman. Untuk menyelenggarakan aktivitasnya di dalam ruang agar terlaksana secara baik, manusia memerlukan kondisi fisik tertentu di sekitarnya yang dianggap nyaman. Salah satu persyaratan kondisi fisik yang nyaman adalah suhu nyaman, yaitu suhu kondisi termal udara di dalam ruang yang tidak mengganggu tubuhnya.

Suhu udara merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kondisi nyaman (termal) manusia. Suhu tubuh manusia naik ketika suhu ruang dinaikkan sekitar 21ºC. Kenaikan lebih lanjut pada suhu ruang tidak menyebabkan suhu kulit naik, namun menyebabkan kulit berkeringat. Pada suhu ruang sekitar 20ºC suhu nyaman untuk kulit tercapai. Selain suhu udara, suhu radiasi matahari dari Suhu udara merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kondisi nyaman (termal) manusia. Suhu tubuh manusia naik ketika suhu ruang dinaikkan sekitar 21ºC. Kenaikan lebih lanjut pada suhu ruang tidak menyebabkan suhu kulit naik, namun menyebabkan kulit berkeringat. Pada suhu ruang sekitar 20ºC suhu nyaman untuk kulit tercapai. Selain suhu udara, suhu radiasi matahari dari

Menurut Lippsmeir (1994) batas-batas kenyamanan untuk kondisi khatulistiwa adalah pada kisaran suhu udara 22,5ºC - 29ºC dengan kelembaban udara 20 – 50%. Selanjutnya dijelaskan bahwa nilai kenyamanan tersebut harus dipertimbangkan dengan kemungkinan kombinasi antara radiasi panas, suhu udara, kelembaban udara dan kecepatan udara. Penyelesaian yang dicapai menghasilkan suhu efektif (TE). Suhu efektif ini diperoleh dengan percobaan- percobaan yang mencakup suhu udara, kelembaban udara dan kecepatan udara. Menurut penyelidikan, batas-batas kenyamanan untuk kondisi khatulistiwa adalah 19ºTE (batas bawah) - 26ºTE (batas atas). Pada suhu 26ºTE, banyak manusia mulai berkeringat. Sementara itu kemampuan kerja manusia mulai menurun pada suhu 26,5ºTE - 30ºTE. Kondisi lingkungan mulai sulit bagi manusia pada suhu 33,5ºTE – 35,5ºTE dan tidak memungkinkan lagi pada suhu 35ºTE - 36ºTE.

B. Penelitian Relevan

Berapa penelitian yang relevan dan dijadikan referensi pada penelitian ini adalah Tabel 2.1. Penelitian Relevan

No

Jenis Penelitian / Tahun / Penulis/Instansi

1. Jurnal / 2004 / Basaria Talarosha/Univer sitas Sumatra Utara

Penerangan Alami dan Bukaan Bangunan

1. Untuk mengetahui seberapa

besar

terang cahaya alami dalam suatu ruangan.

2. Untuk mengetahui pengaruh

terhadap bentuk dan perletakan bukaan.

Dengan mengetahui tingkat

penerangan yang dibutuhkan suatu ruang sesuai dengan fungsinya maka kita dapat menentukan luas bukaan

yang dibutuhkan

2. Jurnal / 2006 / Hajar Suwantoro, S.T/ Universitas Sumatra Utara

Pencahayaan Alami pada Ruang Kuliah Labtex IX B Jurusan Teknik Arsitektur ITB

1. Membandingkan hasil

perhitungan manual (pengukuran dimensi bukaan) dan metode pengukuran dengan lux meter.

Dalam merencanakan suatu

bangunan, terutama ruang kelas dimana

pencahayaan menjadi

hal yang penting, faktor-faktor yang didapat dari hasil analisa

pengukuran kekuatan cahaya alami haruslah

menjadi

2. Mengetahui tingkat kekuatan pencahayaan alami yang

ditimbulkan oleh cahaya matahari atau cahaya terang langit pada ruang kuliah.

perhatian utama.

3. Tesis / 2008 / Ferry Anderson Sihombing/ Universitas Sumatra Utara

Studi Pemanfaatan Pencahayaan Alami Pada Beberapa Rancangan Ruang Kelas Perguruan Tinggi di Medan

bukaan pencahayaan alami terhadap kualitas pencahayaan ruang kelas.

2. Mengetahui

kondisi intensitas di ruang kelas.

1. Ruang Kelas yang memenuhi Persyaratan Pencahayaan Alami adalah Ruang Kelas

4.3. Universitas MEDAN AREA.

2. Ruang Kelas L.4.7. pada

Universitas HKBP NOMENSEN dan Ruang Kelas 1.2. Universitas PEMBINAAN MASYARAKAT INDONESIA kurang memenuhi persyaratan pencahayaan alami.

C. Kerangka Berfikir

Berdasarkan uraian pada kajian pustaka maka dapat disimpulkan kerangka berfikir sebagai berikut :

Perumahan merupakan lingkungan pemukiman yang padat. Letak bangunan yang berderet dan saling berhimpitan satu sama lain mengakibatkan minimalnya bukaan yang tersedia. Bukaan hanya ada pada posisi depan saja sehingga cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan tidak bisa maksimal. Sistem pencahayaan yang buruk tersebut menyebabkan suasana ruangan menjadi gelap. Hal ini akan mengganggu kenyamanan visual dan termal. Selain itu, suasana gelap juga akan menuntut penggunaan lampu saat siang hari. Penggunaan lampu yang berlebihan akan meningkatkan konsumsi energi listrik sehingga biaya pemakaian lisrik juga akan meningkat. Salah satu solusi dalam masalah ini adalah pengoptimalan cahaya alami. Oleh karena itu, perlu suatu penelitian untuk mengetahui kondisi pencahayaan alami dalam suatu rumah. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil beberapa sampel di perumahan tipe kecil dan menengah, baik yang masih standar maupun yang sudah pengembangan.

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data hasil pengukuran fisik (menggunakan alat) dan data hasil pengukuran adaptif (menggunakan angket). Data hasil pengukuran fisik diperoleh melalui pengukuran dengan alat light meter dan humidity. Light meter digunakan untuk mengukur besarnya cahaya yang masuk dalam ruangan, sedangkan humidity digunakan untuk mengukur suhu dan kelembaban udara. Data hasil pengukuran light meter dianalisis berdasarkan syarat pencahayaan yang direkomendasikan dari IESNA. Hasil analisis tersebut ditinjau penyebabnya dari segi bukaan dan vegetasi. Sedangkan data hasil pengukuran humidity dianalisis berdasarkan syarat suhu udara dan kelembaban udara yang nyaman dari SNI. Kenyamanan menurut persepsi penghuni rumah dapat diketahui dari hasil pengukuran dengan angket. Berdasarkan hasil analisis data pengukuran fisik (light meter dan humidity) dan adaptif (angket), maka didapat kesimpulan penelitian.

Gambar 2.16. Diagram Kerangka Berfikir

D. Hipotesis

1. Pencahayaan alami di obyek penelitian kurang memenuhi persyaratan pencahayaan yang nyaman.

2. Sistem bukaan yang baik menghasilkan pencahayaan alami yang nyaman.

3. Vegetasi berpengaruh pada pencahayaan alami dalam ruangan.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan dibeberapa perumahan sebagai berikut :

a. Perumahan Pesona Sawahan yang beralamat di Sawahan, Ngemplak, Boyolali.

b. Perumahan Griya Prima Timur yang beralamat di Belang Wetan, Klaten Utara, Klaten.

c. Perumahan Cipta Griya Bersinar yang beralamat di Kalikotes, Kalikotes ,Klaten.

Gambar 3.1. Peta Lokasi, Sawahan, Ngemplak, Boyolali Sumber : Google Map

Gambar 3.2. Site Plan Perumahan Pesona Sawahan, Boyolali Sumber : survey lapangan

Gambar 3.3. Peta Lokasi Belang Wetan, Klaten Utara, Klaten Sumber : Google Map

Gambar 3.4. Site Plan Perumahan Griya Prima Timur, Klaten Sumber : PT. Inti Griya Prima Sakti

Gambar 3.5. Peta Lokasi Kalikotes, Kalikotes, Klaten Sumber : Google Map

Gambar 3.6. Site Plan Perumahan Cipta Griya Bersinar, Klaten Sumber : www.rumahjogja.com

2. Waktu Pelaksanaan Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret tahun 2012. Berikut ini tabel alokasi waktu kegiatan penelitian yang penulis rencanakan :

Tabel 3.1. Alokasi Waktu Kegiatan Penelitian

No Kegiatan

Mei Juni

1. Pengajuan Judul

2. Pembuatan Proposal

3. Seminar Proposal

4. Revisi Proposal

5. Perijinan Penelitian

6. Pelaksanaan Penelitian

7. Analisis Data

8. Penulisan Laporan

B. Rancangan Penelitian

1. Studi Penelitian

Pada tahap ini dilakukan pencarian literatur, bahan, referensi buku, dan sumber lain yang mempunyai hubungan dengan hal yang akan dibahas oleh peneliti. Adapun materi yang perlu dipersiapkan antara lain tentang :

a. Perumahan

b. Persyaratan pencahayaan yang direkomendasikan

c. Persyaratan suhu dan kelembaban yang nyaman

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencahayaan alami

e. Pedoman penulisan skripsi 2012 e. Pedoman penulisan skripsi 2012

g. Jurnal-jurnal penelitian yang relevan

2. Tahap Penelitian

Tahapan penelitian dijelaskan sebagai berikut :

a. Tahap Pertama

Tahap pertama disebut tahap survey. Pada tahap ini, peneliti melakukan survey ke beberapa perumahan sebagai pertimbangan dalam memilih obyek penelitian.

b. Tahap Kedua

Tahap ini disebut tahap penentuan keputusan. Setelah peneliti melakukan survey di beberapa lokasi perumahan, peneliti memutuskan mengambil obyek penelitian yang berlokasi di :

1) Perumahan Pesona Sawahan yang beralamat di Sawahan, Ngemplak,

Boyolali.

2) Perumahan Griya Prima Timur yang beralamat di Belang Wetan,

Klaten Utara, Klaten.

3) Perumahan Cipta Griya Bersinar yang beralamat di Kalikotes,

Kalikotes, Klaten.

c. Tahap Ketiga

Tahap ketiga disebut tahap penelitian. Pada tahap ini peneliti mengambil data langsung dari lapangan dengan cara pengukuran fisik (menggunakan alat), pengukuran adaptif (menggunakan angket), dan pengamatan kondisi rumah. Adapun jenis kegiatan penelitian secara rinci adalah sebagai berikut:

1) Pengukuran fisik dengan alat pengukur pencahayaan yaitu light meter

merk Lutron LX-107.

2) Pengukuran fisik dengan alat pengukur suhu dan kelembaban yaitu

humidity merk Lutron HT-3003.

3) Pengukuran adaptif dengan angket.

4) Menggambar sketsa denah rumah.

5) Mencatat luas bukaan, arah arah bukaan, dan vegetasi.

d. Tahap Keempat

Tahap ini disebut sebagai tahap analisis data. Data hasil pengukuran, kemudian dianalisis dengan teknik statistik diskriptif.

e. Tahap Kelima

Tahap ini disebut penentuan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. Kesimpulan ini berdasarkan dari analisis data pada tahap sebelumnya, sebagai jawaban dari hipotesis yang telah dirumuskan.

Gambar 3.7. Diagram Alur Penelitian

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2010:80), pengertian populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tinggal tipe kecil dan menengah. Berikut ini di sajikan daftar jumlah populasi dari masing-masing lokasi perumahan :

Tabel 3.2. Daftar Populasi

No. Nama Perumahan

Jumlah Rumah per Tipe

Jumlah

1. Pesona Sawahan

2. Griya Prima Timur

3. Cipta Griya Bersinar

Sumber : Survey Lapangan

2. Sampel

Sampel yaitu sebagian dari populasi yang sifat dan cirinya akan diselidiki dan dianggap mewakili seluruh populasi (Sugiyono, 2010). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 18 rumah tinggal tipe kecil dan menengah.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, diperlukan suatu teknik pengambilan sampel yang tepat. Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel bertujuan atau purposive sample.

Menurut Suharsimi Arikuntoro, sampel bertujuan atau purposive sample dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini dilakukan karena adanya keterbatasan tenaga sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar. Jumlah keseluruhan sampel ada 18 sampel yang tersebar ditiga lokasi perumahan. Kriteria pengambilan sampel tersebut berdasarkan tipe rumah dan arah bangunan terhadap mata angin, yaitu sebagai berikut :

1. Pengambilan sampel menyesuaikan dengan kondisi di obyek penelitian.

2. Tiap satu tipe rumah dan satu arah bangunan diambil satu sampel.

a. Perumahan Griya Prima Timur, Klaten berjumlah 7 sampel

1) Tipe 54+ menghadap timur laut

2) Tipe 36+ menghadap selatan

3) Tipe 54 menghadap timur

4) Tipe 21+ menghadap barat

5) Tipe 45 menghadap barat daya

6) Tipe 21 menghadap barat

7) Tipe 70 menghadap barat

b. Perumahan Cipta Griya Bersinar, Klaten berjumlah 8 sampel

1) Tipe 29+ menghadap selatan

2) Tipe 36+ menghadap selatan

3) Tipe 36+ menghadap timur

4) Tipe 36 menghadap barat

5) Tipe 36+ menghadap utara

6) Tipe 45 menghadap selatan

7) Tipe 70 menghadap timur 7) Tipe 70 menghadap timur

1) Tipe 21+ menghadap selatan

2) Tipe 36+ menghadap selatan

3) Tipe 45+ menghadap selatan

E. Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Sumber data dalam pelaksanaan penelitian ini dikelompokan menjadi dua macam yaitu :

a Data Primer adalah data yang difungsikan sebagai data utama yang diperoleh secara langsung.

b Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari referensi dan informasi penunjang yang berhubungan dengan penelitian yang dilaksanakan.

Data yang dipergunakan untuk analisis hasil penelitian adalah data primer, sedangkan data sekunder dipergunakan untuk menunjang analisis data.

2. Teknik Mendapatkan Data

Teknik mendapatkan data dalam penelitian ini ada tiga cara, yaitu :

a. Pengukuran dengan Light Meter

Pengukuran ini dilakukan pada ruang-ruang yang telah ditentukan yaitu ruang tamu, ruang makan, ruang tidur, dan dapur dengan menggunakan alat pengukur internsitas cahaya yaitu light meter pada pusat kegiatan. Data hasil pengukuran dikatakan memenuhi syarat pencahayaan yang nyaman jika sesuai dengan standar pencahayaan yang direkomendasikan oleh IESNA (Illuminating Engineering Society of North America) pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.3. IESNA Recommended Illuminance Value Illuminance

category

Ranges of illuminance

maintained in service

Lux (fc)

Type of activity

General illuminance throughout room :

A 20-30-50

(2-3-5)

Public spaces with dark surroundings

B 50-75-100 (5-7.5-10)

Simple orientation for short temporary visits.

C 100-150-200

(10-15-20)

Working spaces where visual tasks are only occasionally performed.

(Sumber : Egan & Olgyay, 2002 : 34)

b. Pengukuran dengan Humidity

Pengukuran ini dilakukan pada ruang-ruang yang telah ditentukan yaitu ruang tamu, ruang makan, ruang tidur, dan dapur dengan menggunakan alat pengukur suhu dan kelembaban udara yaitu humidity pada pusat kegiatan. Data hasil pengukuran dikatakan memenuhi syarat suhu dan kelembaban yang nyaman jika sesuai dengan standar yang direkomendasikan oleh SNI 03-6572-2001 tentang Tata Cara Sistem Perancangan Ventilasi dan Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung yaitu :

1) Suhu udara nyaman adalah 20,5º C – 27,1º C

2) Kelembaban udara nyaman adalah 40 % - 50 %

c. Pengukuran dengan kuesioner atau Angket

Sugiyono (2009:142) menyatakan bahwa angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Arikunto (2006:128) menyatakan bahwa angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi, atau hal-hal yang ia ketahui.

Jenis kuesioner atau angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang pilihan jawabannya sudah disediakan oleh peneliti, sehingga membantu responden untuk menjawab dengan cepat.

Pemberian skor tiap item pertanyaan menurut skala Likert dalam Sugiyono (2009:93) yaitu sebagai berikut :

1) Skor 5 untuk alternatif jawaban sangat nyaman.

2) Skor 4 untuk alternatif jawaban nyaman.

3) Skor 3 untuk alternatif jawaban cukup nyaman.

4) Skor 2 untuk alternatif jawaban tidak nyaman.

5) Skor 1 untuk alternatif jawaban sangat tidak nyaman. Angket sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian, disebar pada

beberapa responden yang berada di Perumahan Griya Prima Barat, Klaten untuk diuji validitas dan reabilitasnya. Setelah angket memenuhi syarat validitas dan reabilitas, maka angket siap digunakan pada lokasi penelitian sebenarnya yaitu Perumahan Griya Prima Timur Klaten, Perumahan Cipta Griya Bersinar Klaten, dan Pesona Sawaha Boyolali.

Berikut ini kisi-kisi angket yang akan dipakai sebagai instrumen penelitian : Tabel 3.4. Tabel Kisi-Kisi Angket

No Aspek

Indikator

Nomor Item

Jumlah

1. Kenyamanan visual

- Nyaman dengan silau

matahari. - Nyaman melihat

benda-benda sekitar. - Nyaman saat

2. Kenyamanan termal

- Nyaman terhadap

suhu udara

F. Validasi Instrumen Penelitian

1. Uji Validitas Instrumen

Menurut Sugiyono, valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Uji validitas akan dilakukan dengan menggunakan metode korelasi person yang dalam program SPSS 19 yaitu mengkorelasikan setiap pertanyaan dengan nilai total pertanyaan. Selanjutnya nilai signifikansi korelasi dapat diketahui melalui r tabel dengan taraf kesalahan 5 %. Dasar pengambilan keputusan :

a. Jika r hitung > r tabel, maka ítem pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).

b. Jika r hitung < r tabel, maka ítem pertanyan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid).

Ítem pertanyaan dinyatakan valid berarti layak untuk digunakan sebagai instrumen dalam penelitian, sedangkan ítem pertanyaan dinyatakan tidak valid berarti tidak bisa digunakan sebagai instrumen dalam penelitian.

2. Uji Reabilitas Instrumen

Menurut Sugiyono, reliabel berarti instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Uji reabilitas akan dilakukan dengan metode alpha cronbach dalam program SPSS 19 dengan taraf kesalahan 5 %

Dasar pengambilan keputusan :

a. Jika α > r tabel, maka ítem pertanyaan dinyatakan reliabel.

b. Jika α < r tabel, maka ítem pertanyan dinyatakan tidak reliabel.

G. Analisis Data

Data-data diperoleh dari hasil pengukuran, akan digunakan sebagai bahan masukan dalam analisa data. Analisa data adalah cara untuk mengolah angka, menguji hipotesis, dan untuk memperoleh kesimpulan.

1. Hipotesis Pertama

Dokumen yang terkait

KECEMASAN MENGHADAPI KEMATIAN PADA PASIEN PENDERITA KANKER SERVIKS DI RUMAH SEHAT GRIYA BALUR MURIA KUDUS SKRIPSI

0 2 19

USAHA PEMBESARAN ITIK PEDAGING SKALA KECIL RUMAH TANGGA Dewi Hastuti1 , Endah Subekti2

1 2 8

BAB IV RUMPUN ETNIK MBAHAM MATTA: TUAN RUMAH SOSIAL-BUDAYA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Budaya Rumpun Etnik Mbaham Matta Kabupaten Fakfak dalam Perjumpaan dengan Agama-Agama dan Otoritas Politik-Ekonomi: Penelus

1 1 82

ANALISIS PENGARUH KEPUASAN GAJI, KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP TURNOVER INTENTION DENGAN MEDIASI KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH KUDUS

0 1 16

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 0 66

PELAYANAN KESEHATAN DAN MISI KEAGAMAAN RUMAH SAKIT ZENDING JEBRES SURAKARTA TAHUN 1912-1942

0 0 118

ANALISA DAN DESAIN DATA CENTER BUILDING FACILITIES BERDASARKAN TEMPERATURE MONITORING SYSTEM DI RUMAH SAKIT ISLAM MUHAMMADIYAH SUMBERREJO MENGGUNAKAN STANDAR TIA-942 DENGAN METODE PPDIOO LIFE-CYCLE APPROACH ANALYSIS AND DESIGN OF DATA CENTER BUILDING FACI

0 0 9

ANALISA DAN DESAIN DATA CENTER BUILDING FACILITIES BERDASARKAN HUMIDITY MONITORING SYSTEM DI RUMAH SAKIT ISLAM MUHAMMADIYAH SUMBERREJO MENGGUNAKAN STANDAR TIA-942 DENGAN METODE PPDIOO LIFE-CYCLE APPROACH ANALYSIS AND DESIGN OF DATA CENTER BUILDING FACILIT

0 0 12

STRATEGI KELANGSUNGAN HIDUP RUMAH TANGGA PETANI MISKIN DESA SERUT SADANG KECAMATAN WINONG KABUPATEN PATI JAWA TENGAH

0 5 157

PENGHAWAAN ALAMI RUMAH TINGGAL

0 0 50