PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ENSAN GALUH PERTIWI G0009001

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2012

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul : Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta

Ensan Galuh Pertiwi, NIM: G0009001, Tahun: 2012 Telah disetujui untuk diuji di hadapan Tim Ujian Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari …..........., Tanggal …...........................2012

Pembimbing Utama Penguji Utama

Prof. Dr. Aris Sudiyanto, dr., Sp.KJ(K) Yusvick M Hadin, dr., Sp.KJ

NIP. 19500131 197603 1 001 NIP. 19490422 197609 1 001

Pembimbing Pendamping Penguji Pendamping

H. Endang Sutisna S, dr., M.Kes Bagus Wicaksono, Drs., M.Si

NIP. 19560320 198312 1 002 NIP. 19620901 198903 1 003

Tim Skripsi

Vicky Eko Nurcahyo H. dr., Sp.THT-KL, M.Sc

NIP. 19770914 200501 1 001

Skripsi dengan judul : Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta

Ensan Galuh Pertiwi, NIM : G0009001, Tahun : 2012 Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Pada Hari Kamis, Tanggal 8 November 2012

Pembimbing Utama

Nama : Prof. Dr. Aris Sudiyanto, dr., Sp.KJ (K) NIP : 19500131 197603 1 001

Pembimbing Pendamping

Nama : H. Endang Sutisna S, dr., M.Kes NIP : 19560320 198312 1 002

Penguji Utama

Nama : Yusvick M Hadin, dr., Sp.KJ NIP : 19490422 197609 1 001

Anggota Penguji

Nama : Bagus Wicaksono, Drs., M.Si NIP : 19620901 198903 1 003

Surakarta,

Ketua Tim Skripsi

Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM

NIP 19660702 199802 2 001 NIP 19510601 197903 1 002

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 8 November 2012

Ensan Galuh Pertiwi NIM G0009001

Ensan Galuh Pertiwi, G0009001, 2012. Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Skripsi.

Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Latar Belakang: Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang dapat mengalami kekambuhan. Salah satu hal yang tidak dapat diabaikan dalam meningkatkan status kesehatan pasien ialah dukungan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan keluarga terhadap kekambuhan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dan analitik dengan pendekatan case control studies di Poliklin ik Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling kepada keluarga pasien skizofrenia sesuai kriteria inklusi dan eksklusi.

Sampel mengisi (1) lembar informed consent dan identitas, (2) kuesioner penelitian. Dari sebanyak 60 sampel diurutkan berdasarkan skor dukungan keluarga, kemudian diambil sebanyak 30% peringkat teratas dan terbawah sehingga jumlah sampel akhir sebanyak 36 orang. Data kemudian dianalisis

menggunakan (1) Uji Chi Square, (2) Odds Ratio, (3) Uji Spearman melalui SPSS

17.0 for Windows.

Hasil Penelitian: Berdasarkan hasil penelitian didapatkan (1) Terdapat pengaruh dukungan keluarga terhadap kekambuhan pasien skizofrenia di RSJD Surakarta (p = 0,040; CI 95 %), (2) Dukungan keluarga rendah meningkatkan risiko pasien untuk kambuh (OR = 4,375), (3) Jika dukungan keluarga rendah, maka kekambuhan tinggi, dan sebaliknya, jika dukungan keluarga tinggi, maka kekambuhan rendah (Spearman’s rho = -0,506; CI = 99 %).

Simpulan Penelitian: Terdapat pengaruh dukungan keluarga terhadap kekambuhan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

Kata kunci : dukungan keluarga, kekambuhan pasien skizofrenia

Ensan Galuh Pertiwi, G0009001, 2012. Influence of Family Support Toward Relapse of Patients with Schizophrenia in the Surakarta Mental Hospital. Mini Thesis. Faculty of Med icine, Sebelas Maret University, Surakarta.

Background: Schizophrenia is a psychiatric disorder that can have a relapse. One of the most important things that can not be ignored in improving the health status of patients is family support. This study was aimed to know the influence of family support on relapse of patients with schizophrenia in the Surakarta Mental Hospital.

Methods: This study was observational and analytical approach of case-control studies in the Outpatient Clinic Surakarta Mental Hospital. Sampling was done by purposive sampling based on inclusion and exclusion criterias. Sample answered (1) informed consent sheets and identities, (2) research questionnaire. The datas

were taken from 60 samples then were sorted by the scores of family support, then taken as much as 30% upper and lower ranking so the final sample number were

36 peoples. The data was then analyzed using (1) Chi Square test, (2) Odds Ratio, (3) Spearman test with SPSS 17.0 for Windows.

Results: Based on the results obtained (1) There was the influence of family support on relapse of patients with schizophrenia in RSJD Surakarta (p = 0.040 CI 95%), (2) low fam ily support increased the patient's risk for recurrence (OR = 4.375), (3 ) If fam ily support was low, the recurrence was high, and also, if family support was high, then the recurrence was low (Spearman's rho = -0.506; CI = 99%).

Conclusions: There was the influence of family support on relapse of patients with schizophrenia in the Surakarta Mental Hospital.

Keywords: family support, relapse of patients with schizophrenia

PRAKATA

Alhamdulillahirobbil’aalamin, segala puja dan puji kami haturkan kehadirat Allah SW T, yang telah memberikan nikmatnya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Penelitian tugas karya akhir ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa penelitian tugas karya akhir ini tidak akan berhasil tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh rasa hormat ucapan terima kasih yang dalam saya berikan kepada :

1. Prof.Dr.Zainal Arifin Adnan,dr.,Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. Aris Sudiyanto, dr., Sp.KJ(K) selaku Pembimbing Utama yang telah menyediakan waktu untuk membimbing hingga terselesainya skripsi ini.

3. H. Endang Sutisna S, dr., M.Kes selaku Pembimbing Pendamping yang telah menyediakan waktu untuk membimbing hingga terselesainya skripsi ini

4. Yusvick M Hadin, dr., Sp.KJ selaku Penguji Utama yang telah memberikan banyak kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bagus Wicaksono, Drs., M.Si selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan banyak kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

6. Vicky Eko Nurcahyo H, dr., Sp.TH T-KL, M.Sc, Mutmainah, dr.,M.Kes, Mas Nardi dan Bu Eny selaku TIM Skripsi FK UNS, atas kepercayaan, bimbingan, koreksi dan perhatian yang sangat besar sehingga terselesainya skripsi ini.

7. Yang tercinta kedua orang tua saya, Drs. Joko Susanto dan Endah Supeni, SMPh., yang senantiasa mendoakan tiada henti, dan selalu memberikan dukungan dalam segala hal sehingga terselesaikannya penelitian ini.

8. Adik-adik tersayang Sinta Puspita Sari dan Laras Santi Nur’aini, yang senantiasa memberikan semangat dan doa hingga penelitian ini terselesaikan.

9. Sahabat-sahabat terdekat, Seven Eleven, Ductus, Dwi, Nani, Monica, Devrisa, Ali Husein, Aya, Irene, Tikara, atas semangat dan waktu yang tersedia.

10. Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta yang telah berkenan memberikan izin untuk pelaksanaan penelitian.

11. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu proses penelitian tugas karya akhir ini yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu.

Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan.

Surakarta, 8 November 2012 Ensan Galuh Pertiwi

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Skizofrenia merupakan gangguan jiwa psikotik dan dapat menetap seumur hidup (National Institute of Mental Health, 2012). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2007), angka kejadian gangguan jiwa berat seperti skizofrenia di Indonesia ialah sebesar 0,46% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011), sehingga angka prevalensi skizofrenia pada penduduk Indonesia berkisar angka 1,1 juta jiwa (jumlah penduduk Indonesia tahun 2011 yaitu 241 juta jiwa). Angka prevalensi kejadian skizofrenia d i Propinsi Jawa Tengah sebesar 0,33% yakni berkisar angka 110.000 jiwa (jumlah penduduk Jawa Tengah 32,6 juta jiwa) (IICB, 2012).

Berdasarkan rekam medik Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta (2008), angka kejadian skizofrenia ialah jumlah kasus terbanyak dengan jumlah 1,893

pasien dari 2.551 pasien (72,7 %) yang tercatat pada tahun 2005. Hal tersebut mengindikasikan perlunya perhatian khusus terhadap pasien skizofrenia.

Penelitian Epidemiological Catchment Area (ECA) melaporkan skizofrenia akan diderita seumur hidup oleh 1,3% penderita (Kaplan et al., 2010). Kekambuhan skizofrenia terjadi pada 40% penderita (Nantingkaseh, 2007). Hal tersebut menunjukkan bahwa penderita skizofrenia dapat mengalami pengurangan gejala atau tidak memiliki gejala psikotik, namun

Bellack, 2009). Salah satu hal yang berpengaruh terhadap kekambuhan ialah ada/tidaknya dukungan keluarga.

Keluarga adalah lingkungan pasien tempat melakukan aktivitas dan interaksi dalam kehidupan. Keluarga merupakan tempat belajar, berinteraksi, dan bersosialisasi sebelum berhubungan dengan lingkungan sekitarnya. Selain itu, keluarga berfungsi untuk menjaga kesehatan anggota keluarga baik kesehatan jasmani, rohani, maupun sosial, sehingga keluarga menjadi unsur penting dalam perawatan/pemulihan pasien skizofrenia (Samuel et al., 2012). Keluarga diharapkan dapat memberikan dukungan bagi pasien skizofrenia baik moril maupun materil (Pharoah, 2010).

Dukungan keluarga terjadi dalam semua tahap siklus kehidupan. Dengan adanya dukungan keluarga, keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal untuk meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga dalam kehidupan (Friedman, 2010). Dengan demikian, dukungan keluarga berkaitan dengan kekambuhan skizofrenia sehingga tidak dapat diabaikan dalam penatalaksanaan skizofrenia.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan hipotesis bahwa dukungan keluarga berpengaruh terhadap kekambuhan skizofrenia. Hal ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh dukungan keluarga terhadap kekambuhan skizofrenia.

Apakah terdapat pengaruh dukungan keluarga terhadap kekambuhan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh dukungan keluarga terhadap kekambuhan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dukungan keluarga terhadap kekambuhan pasien skizofrenia d i Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

b. Untuk mengetahui peningkatan faktor risiko terjadi kekambuhan pada dukungan keluarga rendah.

c. Untuk mengetahui korelasi peringkat dukungan keluarga dengan peringkat frekuensi kekambuhan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan informasi ilm iah mengenai pengaruh dukungan keluarga terhadap kekambuhan pasien skizofrenia.

terhadap kekambuhan pasien skizofrenia bagi dunia medis dan keluarga pasien skizofrenia.

2. Manfaat Aplikatif

a. Bagi keluarga pasien Memberikan sumbangan pemikiran bagi keluarga pasien skizofrenia dalam membantu menangani pasien skizofrenia sehingga dapat mengurangi kekambuhan.

b. Bagi tenaga kesehatan Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan untuk mengoptimalkan peran keluarga dalam perawatan pasien skizofrenia.

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Skizofrenia

a. Definisi

Skizofrenia terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani yakni schizein yang berarti terpisah dan phren yang berarti jiwa. Penderita skizofrenia mengalami ketidakserasian antara afek, kognitif, dan perilaku sehingga tidak dapat membedakan alam nyata dan alam khayal (Hawari, 2003).

Skizofrenia merupakan gangguan psikotik khas ditandai dengan terganggunya kemampuan penilaian realitas dengan pembentukan delusi/ waham, halusinasi, ketidakharmonisan emosional, dan perilaku regresif (NCBI, 2012; Buckley et al., 2007).

b. Etiologi

Skizofrenia dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang saling berkombinasi, seperti yang diterangkan oleh teori Diathesis-Stress Model untuk menjelaskan penyebab skizofrenia.

Teori Diathesis-Stress Model dijelaskan dalam dua model, yaitu: Diathesis Model , yang menyatakan bahwa penyebab skizofrenia adalah faktor genetik sebagai predisposisi biologis, seperti : kerusakan struktur

kompleks, dam kekacauan sistem regulasi neurotransmitter. Sedangkan Stress Model , berhubungan dengan kemampuan individu untuk menyelesaikan permasalahan dengan solusi yang tepat. Stressor diklasifikasikan menjadi 2 yakni stressor yang bersifat fisik dan psikologis. Teori Diathesis-Stress Model menggabungkan antara faktor psikologis, b iologis, dan lingkungan (ketiga faktor tersebut saling berpengaruh secara dinamis) yang mempengaruhi seseorang sehingga dapat menyebabkan berkembangnya gejala skizofrenia (Kaplan et al., 2010).

c. Gambaran Klinis

Perjalanan klinis skizofrenia dibagi dalam 3 fase yakni:

1) Fase prodromal : timbul gejala non spesifik yang lamanya bervariasi sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi hendaya/ gangguan/ penurunan fungsi pekerjaan, sosial, penggunaan waktu luang dan perawatan diri.

2) Fase aktif : gejala psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek. Biasanya penderita datang berobat pada fase ini.

3) Fase residual : gejala yang terjadi pada fase ini sama dengan gejala fase prodromal dengan gejala psikotik yang jelas berkurang (Nantingkaseh, 2007).

Menurut Bleuler dalam Maramis (2010), berikut ialah gejala pada pasien skizofrenia:

1) Gejala Primer

a) Gangguan proses pikir

Gangguan proses pikir dapat berupa gangguan bentuk, arus, atau isi pikir. Gangguan bentuk pikir seperti terjadinya asosiasi longgar di mana ide berpindah dari satu subjek ke subjek lain yang tidak memiliki kaitan. Gangguan arus pikir seperti terjadinya blocking thought atau macet pikir. Sedangkan gangguan isi pikir berupa waham pada penderita (Maramis, 2010).

b) Gangguan afek dan emosi

Gangguan ini berupa kedangkalan pada afek dan emosi, hilangnya kemampuan untuk mengekspresikan emosi dengan baik (Maram is, 2010).

c) Gangguan kemauan

Pasien mempunyai kelemahan kemauan, tidak dapat mengambil keputusan, atau otomatisme yaitu pasien merasa dipengaruhi oleh orang lain atau tenaga dari luar dalam memutuskan kemauannya sehingga pasien melakukan sesuatu secara otomatis (Maramis, 2010).

Gangguan psikomotor ini dapat berupa gejala katatonik, stupor (tidak menunjukkan pergerakan sama sekali), atau hiperkinesis dimana penderita terus bergerak saja dan sangat gelisah (Kaplan et al., 2010).

2) Gejala Sekunder

a) Waham Kriteria waham: (1) Penderita percaya 100% bahwa isi pikirannya benar. (2) Bersifat egosentris. (3) Tidak sesuai dengan logika. (4) Tidak dapat dikoreksi. (5) Penderita hidup atau berperilaku menurut wahamnya. (Nuhriawangsa, 2006; Fannon et al., 2009)

b) Halusinasi

Halusinasi timbul tanpa adanya penurunan kesadaran. Halusinasi yang sering muncul pada skizofrenia adalah halusinasi pendengaran, penciuman, cita rasa, dan taktil (Kaplan et al., 2010).

Gejala skizofren ia dapat pula dibedakan menjadi gejala positif dan gejala negatif. Gejala positif disebut positif karena perilaku dan pikir yang seharusnya tidak ada menjadi ada dalam diri seseorang ketika berinteraksi. Gejala ini meliputi waham,

diam, mondar-mandir, semangat dan gembira berlebihan (Fletcher et al., 2009). Gejala negatif ialah kebalikan gejala positif, dimana perilaku dan pikir yang seharusnya ada menjadi hilang. Gejalanya berupa afek tumpul dan datar, menarik diri, tidak mau bergaul dengan orang lain, kontak emosional sangat sedikit, sukar diajak bicara dan pendiam, pasif, apatis, sulit berpikir nyata, tidak mampu untuk berinisiatif dan mengikuti jalannya kegiatan, dan tidak punya ketertarikan dalam hidup (Blanchard et al., 2006).

e. Diagnosis

Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa

III (Maslim, 2003), diagnosis skizofrenia ditegakkan apabila terdapat sedikitnya satu gejala jelas atau lebih dari gangguan pengendalian pikiran, delusi/waham, halusinasi auditorik, atau waham menetap. Atau paling sedikit dua gejala berikut yang harus selalu ada secara jelas yaitu halusinasi, gangguan arus pikir, perilaku katatonik, atau gejala-gejala negatif. Gejala khas tersebut telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih dan harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari perilaku pribadi.

Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa III (Maslim, 2003), skizofrenia terbagi atas beberapa jenis, yaitu:

1) Skizofrenia Paranoid

Jenis skizofrenia dengan halusinasi dan waham menonjol. Halusinasi auditorik berupa ancaman atau perintah atau tanpa kata verbal. Waham dapat berupa waham dikendalikan, dipengaruhi, passivity , atau waham kejar (Mawson et al., 2010; Waters et al., 2010).

2) Skizofrenia Katatonik

Skizofrenia dengan klinis dominan stupor (amat berkurangnya reaktivitas dan aktivitas spontan serta mutisme/tidak berbicara), gaduh-gelisah (aktivitas motorik tanpa tujuan dan tanpa stimulant eksternal), mempertahankan diri pada posisi aneh tertentu, negativisme (perlawanan terhadap semua perintah), rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya menggerakkan dirinya), fleksibilitas cerea (mempertahankan posisi tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar), atau command automatism (kepatuhan otomatis terhadap perintah).

Jenis skizofrenia dengan gejala negatif skizofrenia, dengan sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik di masa lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofren ia, dan onset psikotik sangat berkurang paling sedikit selama satu tahun.

4) Skizofrenia Tak Terinci

Skizofrenia ini memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia namun tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia paranoid, hebefrenik, katatonik, atau skizofrenia residual.

5) Skizofrenia Simpleks

Skizofrenia yang berjalan berlahan dan progresif dari gejala negatif yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat halusinasi waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik d isertai dengan perubahan perilaku bermakna. Gejala psikotik kurang jelas dibanding tipe skizofrenia lainnya.

6) Skizofrenia Hebefrenik

Skizofrenia dengan gambaran khas perilaku yang tidak bertanggung jawab. Afek penderita dangkal, tidak wajar, dan sering disertai giggling (cekikikan). Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir yang biasanya menonjol dengan halusinasi dan waham biasanya ada tetapi tidak menonjol).

Penderita skizofrenia kebanyakan memiliki gejala sisa dengan keparahan bervariasi walaupun remisi penuh atau sembuh pada skizofrenia itu ada. Secara umum 25% individu sembuh sempurna, 40% mengalami

mengalami perburukan (Nantingkaseh, 2007).

2. Kekambuhan Skizofrenia

a. Definisi

Kekambuhan merupakan keadaan muncul tanda dan gejala yang pernah dialami dan mengakibatkan pasien harus dirawat kembali (Andri, 2008; Yosep, 2007).

b. Gejala

Beberapa gejala kambuh yang perlu diidentifikasi pasien dan keluarga yaitu menjadi ragu-ragu, tidak ada nafsu makan, sukar konsentrasi, depresi, menarik d iri, sulit tidur, dan tidak ada minat (Yosep, 2007).

Penilaian pasien psikiatrik dapat menggunakan Brief Psychiatric Rating Scale (Kaplan et al., 2010) yang meliputi:

1) Permasalahan somatik (preokupasi dengan kesehatan fisik, rasa takut akan penyakit fisik, hipokondriasis).

2) Kecemasan (rasa takut, cemas, rasa prihatin berlebih terhadap masa sekarang dan masa depan).

kekurangan dalam hal hubungan orang lain).

4) Disorganisasi konseptual (proses pikir kacau, tidak berhubungan, terdisorganisasi, terputus).

5) Rasa bersalah (menyalahkan diri sendiri, malu, penyesalan yang dalam terhadap perilaku masa lalu).

6) Ketegangan (manifestasi disik dan motorik atau kegelisahan, overaktivitas, ketegangan).

7) Manerisme dan posturing (perilaku motorik yang aneh, kacau, dan tidak alam i).

8) Kebesaran (pendapat diri sendiri yang dilebih-lebihkan, kesombongan, keyakinan memiliki kekuatan atau kemampuan yang tidak lazim).

9) Mood depresi (penderitaan, kesedihan, kemurungan, pesimisme).

10) Permusuhan (kebencian, menghina, berkelahi, menghina orang lain).

11) Kecurigaan (tidak percaya, yakin bahwa orang lain memiliki maksud yang jahat atau diskriminasi).

12) Perilaku halusinatorik (persepsi tanpa kesesuaian stimulus normal).

13) Retardasi psikomotor (gerakan atau bicara yang melambat dan lemah, penurunan tonus tubuh).

14) Tidak dapat bekerja sama (menolak, bertahan, menolak perintah).

15) Isi pikiran yang tidak lazim (isi pikir tidak lazim, aneh, asing).

perasan normal, datar).

17) Luapan (peninggian tonus emosional, agitasi, peningkatan reaktivitas).

18) Disorientasi (konfusi atau hilangnya asosiasi terhadap orang, tempat, atau waktu yang benar).

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan Skizofrenia

Menurut Widodo (2003) beberapa hal yang bisa memicu pasien skizofrenia kambuh, antara lain tidak m inum obat dan tidak kontrol ke dokter secara teratur, menghentikan sendiri obat tanpa persetujuan dari dokter, kurangnya dukungan dari keluarga dan masyarakat, serta adanya masalah kehidupan yang berat yang membuat stres.

Sullinger dalam Yosep (2007) mengidentifikasi faktor penyebab kambuh dan perlu dirawat di rumah sakit jiwa, yaitu :

1) Klien

Pasien yang minum obat tidak teratur mempunyai kecenderungan untuk kambuh. Pasien kronis sukar mengikuti aturan minum obat karena adanya gangguan penilaian realitas. Perawat di rumah sakit bertugas untuk memantau pasien minum obat sedangkan di rumah digantikan oleh keluarga.

2) Dokter (pemberi resep)

Pemakaian obat neuroleptik lama dapat menimbulkan efek samping tardive dyskinensia yang dapat menyebabkan gangguan Pemakaian obat neuroleptik lama dapat menimbulkan efek samping tardive dyskinensia yang dapat menyebabkan gangguan

3) Penanggung jawab klien

Setelah pasien pulang ke rumah, perawat puskesmas bertanggung jawab atas program adaptasi pasien di rumah. Penanggung jawab pasien mempunyai kesempatan lebih banyak untuk bertemu dengan klien seh ingga penanggung jawab klien dapat mengidentifikasi gejala dini dan segera mengambil tindakan.

4) Keluarga

Dukungan keluarga sangat diperlukan untuk menghindarkan pasien dari kekambuhan. Keluarga mempunyai tanggung jawab yang penting dalam proses perawatan agar adaptasi klien berjalan dengan baik. Dukungan keluarga akan membantu proses pemulihan kesehatan klien sehingga status kesehatan klien meningkat.

3. Keluarga dan Dukungan Keluarga

a. Definisi Keluarga

Newnan dan Grauerholz (2002) mendefinisikan keluarga sebagai seseorang atau lebih dengan hubungan ikatan darah, perkawinan, atau adopsi atau sekelompok orang yang tidak perlu terkait darah, perkawinan, atau adopsi, yang hidup bersama dalam suatu rumah tangga di suatu hunian.

sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional mendefinisikan keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu dengan anaknya.

Defin isi lain keluarga dapat ditinjau pula dari dimensi hubungan sosial. Keluarga dalam dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh adanya saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya, walaupun di antara keluarga tidak terdapat hubungan darah (Shochib, 1998).

b. Fungsi Pokok Keluarga

1) Fungsi Afektif

Fungsi afektif terkait dengan fungsi internal keluarga yang merupakan dasar kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk memenuhi kebutuhan psikososial terutama bagi pasien gangguan jiwa. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif.

fungsi afektif adalah:

a) Saling asuh dan saling dukung antara keluarga dengan anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa sehingga tercipta hubungan yang hangat dan harmonis.

b) Saling menghargai dan mengakui keberadaan dan hak masing- masing anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif.

c) Ikatan kekeluargaan yang kuat dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga terutama pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa yang sangat membutuhkan perhatian dan dukungan. Keluarga harus mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anggota keluarga dapat meniru tingkah laku positif tersebut.

2) Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalu i setiap anggota keluarga, yang menghasilkan interaksi sosial. Keluarga merupakan tempat setiap anggota keluarga untuk belajar bersosialisasi. Anggota keluarga yang mengalam i gangguan jiwa keluarga dibimbing untuk mau bersosialisasi dengan anggota keluarga yang lain dan lingkungan sekitar.

Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga. Bagi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, fungsi ini penting untuk dapat tersedianya dana untuk pengobatan dan perawatan selama dirawat d i rumah sakit jiwa dan perlengkapan yang dibutuhkan.

4) Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan jiwa/ kekambuhan atau merawat anggota keluarga yang mengalam i gangguan jiwa. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan.

(Friedman (1998) dalam Setyowati dan Murwani (2008)).

c. Definisi Dukungan Keluarga

Kane dalam Friedman (2010) mendefinisikan dukungan keluarga sebagai proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan yang terjadi dalam semua tahap kehidupan. Dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi untuk meningkatkan kesehatan dan adaptasi (Friedman, 2010). Pasien skizofrenia harus diterima dengan baik oleh pihak keluarga. Karena pasien skizoferia sebenarnya tidak dapat menerima emosi yang berlebihan dari orang lain (Durand, et al., 2007) Kane dalam Friedman (2010) mendefinisikan dukungan keluarga sebagai proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan yang terjadi dalam semua tahap kehidupan. Dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi untuk meningkatkan kesehatan dan adaptasi (Friedman, 2010). Pasien skizofrenia harus diterima dengan baik oleh pihak keluarga. Karena pasien skizoferia sebenarnya tidak dapat menerima emosi yang berlebihan dari orang lain (Durand, et al., 2007)

Dukungan keluarga merupakan suatu bentuk perhatian, dorongan yang didapatkan individu dari orang lain melalui hubungan interpersonal yang meliputi perhatian, emosional dan penilaian (Stolte KM, 2004).

d. Komponen Dukungan Keluarga

Menurut Kaplan dalam Friedman (2010) dan House dalam Setiadi (2008), komponen-komponen dukungan keluarga terdiri dari:

1) Dukungan Informasi

Dukungan informasi meliputi pemberian pengetahuan penyakitnya, solusi masalah (bagaimana cara m inum obat), dan saran terapi dan tindakan spesifik bagi pasien dalam melawan stressor (penyebab stres) atau meningkatkan strategi koping pasien (bagaimana cara mengurangi ketegangan dan cara komunikasi yang benar). Keluarga bertindak sebagai penghimpun informasi dan pemberi informasi.

2) Dukungan Emosional/Afeksional

Dukungan afeksional yang diberikan membuat pasien merasa tidak menanggung beban sendiri tetapi ada orang lain yang peduli, memperhatikan, mendengar keluh-kesahnya, berempati, dan Dukungan afeksional yang diberikan membuat pasien merasa tidak menanggung beban sendiri tetapi ada orang lain yang peduli, memperhatikan, mendengar keluh-kesahnya, berempati, dan

Dukungan afeksional dapat berupa dukungan simpati, empati, cinta, dukungan, kepercayaan, perhatian dan penghargaan. Keluarga berfungsi pula sebagai tempat aman dan damai untuk pemulihan dan penguasaan terhadap emosi.

3) Dukungan Fasilitas

Dukungan fasilitas meliputi waktu, tenaga, dan akomodasi. Keluarga meluangkan waktu untuk pasien di rumah, menyediakan waktu dan tenaga untuk mendampingi pasien kontrol ke fasilitas kesehatan, serta menyediakan akomodasi bagi pasien berupa kendaraan untuk berobat.

4) Dukungan Finansial

Keluarga menyediakan dana untuk kesehatan jiwa dan raga bagi anggota keluarga, dana tersebut dapat dalam bentuk tabungan maupun simpanan dalam bentuk lain yang sewaktu-waktu dapat digunakan.

Untuk mengukur dukungan keluarga pada pasien skizofrenia digunakan Kuesioner Dukungan Keluarga. Kuesioner ini telah dilakukan validasi oleh Mujiyono dari Magister Kedokteran Keluarga UNS. Kuesioner ini telah d ilakukan:

1) Face validity yaitu mengkonsulkan tiap-tiap butir pernyataan kepada pakar psikiatri, dengan hasil: dari sejumlah 30 item pernyataan kuesioner dinyatakan valid 12 butir, direvisi 14 butir, didrop 1 butir, dan ditambah 4 butir.

2) Uji validitas dengan diujicobakan kepada responden dan dianalisis menggunakan product moment, dengan hasil perhitungan tiap-tiap item pernyataan dinyatakan valid dengan nilai signifikansi terendah 0,039 (dinyatakan valid bila harga signifikansi < 0,05).

3) Uji reliabilitas dengan menggunakan koefisien korelasi Alpha Cronbach , dengan hasil: 30 item yang telah dinyatakan valid terbukti reliabel dengan nilai a = 0,920 (dinyatakan reliabel bila a > 0,6).

Kuesioner terdiri dari pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable . Pernyataan favorable adalah pernyataan yang bersifat mendukung, memihak, dan menunjukkan ciri atribut yang diukur, sedangkan pernyataan unfavorable adalah pernyataan yang bersifat tidak menggambarkan ciri atribut yang diukur.

Skala ini menggunakan skala Likert dengan 5 pilihan jawaban yaitu Selalu (SL), Sering (SR), Kadang-Kadang (KD), Jarang (JR), dan Tidak Pernah (TP). Bobot penilaian pernyataan favorable yaitu:

Tidak Pernah

Sedangkan bobot penilaian pernyataan unfavorable yaitu:

Tidak Pernah

Nilai dukungan keluarga diperoleh dari skor subjek pada skala dukungan keluarga. Makin tinggi jumlah skor yang dipero leh subjek, makin tinggi dukungan keluarganya, begitu juga sebaliknya.

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis

Terdapat pengaruh dukungan keluarga terhadap kekambuhan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

Dukungan Keluarga Pasien Skizofrenia

Dukungan Keluarga

Tinggi

Dukungan Keluarga Rendah

Motivasi Pasien

Berobat Tinggi

Pasien Berobat Teratur dan Kepatuhan Minum Obat Tinggi

Tanda dan Gejala

Menurun

Motivasi Pasien Berobat Rendah

Tanda dan Gejala Meningkat

Tidak Kambuh Kambuh

Pasien Berobat Tidak Teratur dan Kepatuhan Minum Obat Rendah

Dukungan Informasi

Dukungan Afeksional

Dukungan

Fasilitas

Dukungan Finansial

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dan analitik dengan pendekatan case control studies yaitu pendekatan dengan membandingkan kelompok kasus dengan kelompok kontrol untuk melihat apakah terdapat perbedaan jumlah paparan faktor yang berpengaruh pada kedua kelompok (Petrie dan Sabin, 2005).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

C. Subjek Penelitian

1. Populasi sumber Keluarga pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

2. Kriteria inklusi sebagai berikut:

a. Anggota keluarga dari pasien skizofrenia yang mengantar atau menunggu pasien di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

b. Keluarga tinggal satu rumah dengan pasien.

c. Usia pasien 20-60 tahun.

consent

3. Kriteria eksklusi sebagai berikut: Anggota keluarga atau pasien skizofrenia pernah mengalam i kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dalam satu tahun terakhir baik sebagai pelaku atau korban.

D. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling yaitu pemilihan subjek berdasarkan atas ciri-ciri atas sifat tertentu yang berkaitan dengan karakteristik populasi (Arief, 2009). Penelitian ini melibatkan satu variabel dependen dan satu variabel independen. Jumlah sampel dapat menggunakan rumus patokan umum yakni “rule of thumb” (Murti, 2010).

Dari 60 sampel diurutkan sesuai ranking berdasarkan skor dukungan keluarga kemudian diambil 30% peringkat teratas dan 30% peringkat terbawah untuk dilakukan analisis data sedangkan 40% sisanya tidak dianalisis karena merupakan borderline. Metode ini dilakukan untuk mendapatkan perbedaan antara dukungan keluarga tinggi dan rendah, sehingga didapatkan jumlah sampel yang dianalisis dalam penelitian ini sebanyak 36 sampel.

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian

Purposive sampling

Populasi : Keluarga Pasien Skizofrenia di RSJD Surakarta

Tidak Kambuh

Lembar Persetujuan + Pengisian Identitas

Kuesioner

Penelitian

Uji Chi Square dan Uji Spearman

Kambuh

Dukungan Keluarga Rendah

Sampel yang Akan

Diteliti

Dukungan Keluarga Tinggi

Dukungan Keluarga Rendah

Dukungan Keluarga Tinggi

Variabel dalam penelitian ini meliputi:

1. Variabel bebas

: dukungan keluarga

2. Variabel terikat

: kekambuhan skizofrenia

3. Variabel terkendali

: usia

tidak terkendali

: sensitivitas individu

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel bebas Dukungan keluarga adalah dukungan yang diberikan oleh caregiver kepada pasien yang didiagnosis skizofrenia oleh dokter spesialis jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

a. Alat ukur

: kuesioner dukungan keluarga

b. Hasil ukur

1) dukungan keluarga tinggi: 30% peringkat teratas dari skor

dukungan keluarga.

2) dukungan keluarga rendah: 30% peringkat teratas dari skor

dukungan keluarga.

c. Skala variabel

: kategorikal

Kekambuhan pasien skizofrenia yaitu munculnya gejala yang sama dengan saat pasien didiagnosis skizofrenia oleh dokter spesialis jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta (dapat saat akut, eksaserbasi, atau fase aktif).

a. Alat ukur

: kuesioner atau rekam medik

b. Hasil ukur

: 1) kambuh : pasien menunjukkan gejala yang sama seperti sebelumnya.

2) tidak kambuh : pasien tidak menunjukkan gejala yang sama seperti sebelumnya.

c. Skala variabel

: kategorikal

H. Alat dan Bahan

1. Identitas responden

2. Kuesioner dukungan keluarga

3. Rekam medik untuk mengkonfirmasi diagnosis

I. Instrumen Penelitian

Instrumen pengukuran penelitian ini adalah kuesioner dukungan keluarga yang sudah dilakukan uji coba (kuesioner terlampir). Kuesioner adalah daftar pernyataan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon sesuai permintaan untuk mendapatkan data. Keuntungan Instrumen pengukuran penelitian ini adalah kuesioner dukungan keluarga yang sudah dilakukan uji coba (kuesioner terlampir). Kuesioner adalah daftar pernyataan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon sesuai permintaan untuk mendapatkan data. Keuntungan

Kuesioner dukungan keluarga disusun berdasarkan komponen dukungan keluarga meliputi dukungan informasi, dukungan afeksional, dukungan fasilitas, dan dukungan finansial. Kuesioner telah divalidasi oleh pakar psikiatri dengan hasil sebagai berikut: dari sejumlah 30 item pernyataan kuesioner dinyatakan valid 12 butir, direvisi 14 butir, didrop 1 butir, dan ditambah 4 butir. Kuesioner terdiri dari 18 pernyataan favorable dan 12 pernyataan unfavorable. Kuesioner menggunakan skala Likert dengan 5 pilihan jawaban yaitu Selalu (SL), Sering (SR), Kadang-Kadang (KD), Jarang (JR), dan Tidak Pernah (TP). Bobot penilaian pernyataan favorable yaitu selalu (4), sering (3), kadang-kadang (2), jarang (1), dan tidak pernah (0) dan nilai sebaliknya untuk pernyataan unfavorable. Dikategorikan dalam dukungan keluarga tinggi jika jumlah nilai di atas rata-rata dan dukungan keluarga rendah jika jumlah nilai di bawah rata-rata. Kuesioner dilakukan uji coba oleh Mujiyono (2008). Hasil uji validitas 30 item pernyataan dinyatakan semua item valid dengan nilai signifikansi terendah 0,039. Hasil uji reliabilitas

30 item pernyataan yang telah dinyatakan valid terbukti reliabel dengan nilai alpha cronbach a = 0,920.

Cara kerja dalam penelitian ini adalah :

1. Peneliti membagi lembar inform consent dan kuesioner kepada subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

2. Subjek diminta menandatangani lembar persetujuan keikutsertaan (inform consent ) dalam penelitian.

3. Subjek diminta mengisi identitas dan menjawab semua pertanyaan dalam kuesioner.

4. Dilakukan analisis dari data yang diperoleh.

K. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Uji Chi Square. Menurut Sarwono (2009), uji Chi Square dapat dilakukan jika frekuensi yang diharapkan untuk masing-masing kategori harus setidak-tidaknya 1 dan tidak diperbolehkan lebih dari 20% dari kategori mempunyai frekuensi yang diharapkan kurang dari 5.

Data dimasukkan ke dalam tabel kontingensi kemudian dianalisis untuk mendapatkan nilai Odds Ratio.

Tabel 3.1 Tabel Kontingensi 2x2 Dukungan Keluarga Rendah

Tinggi

Kambuh

Ya

Tidak Tidak

Gambar 3.2 Odds Ratio

Data kemudian diurutkan berdasarkan ranking skor dukungan keluarga tertinggi hingga terendah. Selanjutnya analisis data menggunakan Uji Spearman untuk mengetahui korelasi peringkat dukungan keluarga dengan peringkat frekuensi kekambuhan. Data pada penelitian ini diolah dengan bantuan perangkat lunak Statistical Product and Service Solution 17.0 for Windows.

ad

Odds Ratio =

bc

HASIL PENELITIAN

A. Data Hasil Penelitian

Data penelitian didapatkan dari 60 responden yang dipilih sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Pengisian kuesioner memberikan informasi berupa identitas, dukungan keluarga, dan kekambuhan pasien sebagai data pada penelitian ini. Rekam medik digunakan untuk mengkonfirmasi bahwa diagnosis pasien tersebut adalah skizofrenia. Jumlah

60 kuesioner yang dibagikan kepada responden telah kembali 100% dan semuanya terisi dengan lengkap. Data isian kuesioner kemudian direkapitulasi

dan dilakukan penghitungan. Dari total 60 sampel tersebut diurutkan sesuai ranking berdasarkan skor dukungan keluarga yang kemudian akan diambil

30% peringkat teratas dan 30% peringkat terbawah untuk dilakukan analisis sedangkan 40% sisanya tidak dianalis is karena merupakan borderline. Metode ini dilakukan untuk mendapatkan perbedaan antara dukungan keluarga tinggi dan rendah, sehingga didapatkan jumlah sampel yang dianalisis dalam penelitian ini sebanyak 36 sampel.

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Kumulatif 21-30 tahun

19,44 % 31-40 tahun

38,89 % 41-50 tahun

66,67 % 51-60 tahun

Sumber: Data Primer, 2012

Tabel 4.1 menunjukkan, usia terbanyak responden ialah umur 41-50 tahun sebanyak 10 orang (27,78 %), dan paling sedikit pada usia 51-60 tahun sebanyak 5 orang (13,89 %), sedangkan responden usia 21-30 tahun, usia 31-

40 tahun, usia >60 tahun masing-masing sebanyak 7 orang (19,44 %).

Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelam in

Sumber: Data Primer, 2012 Sumber: Data Primer, 2012

Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Terakhir

Pendidikan Terakh ir

S1/S2

Sumber: Data Primer, 2012

Tabel 4.3 menunjukkan, pendidikan terakh ir responden terbanyak adalah SMA sebanyak 10 orang (27,78 %), dan paling sedikit yaitu tidak berpendidikan sebanyak 2 orang (5,56 %), sedangkan responden berpendidikan terakhir SD sebanyak 9 orang (25 %), berpendidikan SMP sebanyak 4 orang (11,11 %), berpendidikan D3/D4 sebanyak 5 orang (13,89 %), dan sisanya berpendidikan S1/S2 sebanyak 6 orang (16,66 %).

74,99 % Rumah Tangga

Tata Usaha

97,22 % Tidak Bekerja

Sumber: Data Primer, 2012

Tabel 4.4 menunjukkan, pekerjaan responden adalah bekerja swasta sebanyak 13 orang (36,11 %), petani sebanyak 5 orang (13,89 %), buruh sebanyak 4 orang (11,11 %), guru sebanyak 2 orang (5,55 %), rumah tangga sebanyak 2 orang (5,55%), dan sisanya bekerja sebagai PNS, pensiun, dosen, tata usaha, sopir, pedagang, dan tidak bekerja, yang masing-masing sebanyak

Orang Tua

Saudara Kandung

Sumber: Data Primer, 2012

Tabel 4.5 menunjukkan, hubungan responden terbanyak dengan pasien skizofrenia adalah orang tua pasien sebanyak 18 orang (50 %), dan paling sedikit adalah anak sebanyak 1 orang (2,78 %), sedangkan responden lain adalah saudara kandung pasien sebanyak 12 orang (33,33 %), pasangan pasien sebanyak 2 orang (5,56 %), dan sisanya lain-lain sebanyak 3 orang (8,33 %).

Umur Pasien

Frekuensi

Persentase

Kumulatif 21-30 tahun

58,33 % 31-40 tahun

88,88 % 41-50 tahun

94,44 % 51-60 tahun

Sumber: Data Primer, 2012

Tabel 4.6 menunjukkan, usia terbanyak pasien skizofrenia terbanyak adalah umur 21-30 tahun sebanyak 21 orang (58,33 %), sedangkan pada usia

31-40 tahun sebanyak 11 orang (30,55 %), usia 41-50 tahun sebanyak 2 orang (5,56 %), dan sisanya usia 51-60 tahun sebanyak 2 orang (5,56 %).

Tabel 4.7 Distribusi Karakteristik Pasien Skizofrenia Berdasarkan Jenis

Kelam in

Jenis Kelam in

Sumber: Data Primer, 2012

Tabel 4.7 menunjukkan, jenis kelamin terbanyak pasien skizofrenia terbanyak adalah laki-laki sebanyak 22 orang (61,11 %), dan sisanya

Dukungan Keluarga Rendah

Tinggi

Usia Responden 21-30 tahun

31-40 tahun

41-50 tahun

51-60 tahun

>60 tahun

Jenis Kelamin Laki-laki

Perempuan

Pendidikan Terakhir Tidak

S1/S2

Pekerjaan Swasta

Rumah Tangga

Tata Usaha

Sopir

Pedagang

Tidak Bekerja

Hubungan dengan Pasien Orang Tua

Saudara Kandung

Lain-lain

Sumber: Data Primer, 2012 Sumber: Data Primer, 2012

Tabel 4.9 Distribusi Dukungan Keluarga

Dukungan Keluarga

Sumber: Data Primer, 2012

Tabel 4.9 menunjukkan, dukungan keluarga tinggi dan rendah sama besar yakni masing-masing sebanyak 18 orang (50 %). Deskriptif data skor dukungan keluarga pada responden memiliki nilai terendah 49, nilai tertinggi 110, nilai rata-rata 80,47, dan standar deviasi 19,581 (data terlampir).

Tabel 4.10 Distribusi Kekambuhan Pasien Skizofrenia

Tidak Kambuh

Sumber: Data Primer, 2012 Sumber: Data Primer, 2012

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia

Frekuensi Kekambuhan

Sumber: Data Primer, 2012

Tabel 4.11 menunjukkan, sebanyak 14 pasien tidak mengalami kambuh, sedangkan sisanya kambuh dengan frekuensi kekambuhan berbeda- beda. Dalam satu tahun, 8 pasien (22,22 %) mengalami kambuh sebanyak 1 kali, 4 pasien (11,11 %) mengalami kambuh sebanyak 2 kali, 5 pasien (13,89 %) mengalami kambuh sebanyak 3 kali, 4 pasien (11,11 %) mengalam i kambuh sebanyak 4 kali, dan sisanya sebanyak 1 pasien (2,78 %) mengalam i kambuh sebanyak 6 kali.

Kambuh

Tidak Kambuh Jumlah

Dukungan Keluarga Rendah

Dukungan Keluarga Tinggi

Jumlah

22 14 36 Sumber: Data Primer, 2012

Tabel 4.12 menunjukkan, sebanyak 18 pasien yang memiliki dukungan keluarga rendah : 14 pasien di antaranya mengalami kambuh dan 4 orang tidak

mengalami kambuh, sedangkan 18 pasien yang memiliki dukungan keluarga tinggi : 8 pasien yang mengalami kambuh dan 10 orang tidak mengalami

kambuh.

B. Analisis Data

Hipotesis kerja (Ha) yang diajukan ialah terdapat pengaruh dukungan keluarga terhadap kekambuhan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa

Daerah Surakarta. Analisis yang digunakan untuk dua variabel dengan skala kategorikal (nominal) untuk menguji hipotesis tersebut ialah Uji Chi Square.

Berdasarkan output data Uji Chi Square menggunakan SPSS 17.0 for Windows, diperoleh hasil nilai Pearson Chi-Square sebesar 4,208 dengan p = 0,040 pada taraf signifikansi 0,05 atau tingkat kepercayaan 95%. Harga Berdasarkan output data Uji Chi Square menggunakan SPSS 17.0 for Windows, diperoleh hasil nilai Pearson Chi-Square sebesar 4,208 dengan p = 0,040 pada taraf signifikansi 0,05 atau tingkat kepercayaan 95%. Harga

Untuk melengkapi hasil perhitungan uji tersebut diperlukan analisis pada tabel 4.8 untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan jumlah dukungan

keluarga berdasarkan karakteristik responden menggunakan uji Two-Sample Kolmogorov-Smirnov Test untuk distribusi usia, pendidikan terakhir,

pekerjaan, dan hubungan responden dengan pasien, sedangkan Uji Chi Square untuk distribusi jenis kelamin (hasil penghitungan SPSS 17.0 for Windows terlampir).

Berdasarkan hasil perhitungan statistik tersebut diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan dukungan keluarga pada kelompok masing-masing distribusi karakteristik menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov dan Uji Chi Square tersebut, karena didapatkan hasil bahwa nilai p masing-masing > 0,05, sehingga disimpulkan bahwa secara statistik tidak ada perbedaan dukungan keluarga pada tiap kelompok, dijelaskan sebagai berikut.

1. p = 0,491 (p > 0,05) menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan dukungan keluarga pada masing-masing kelompok umur.

2. p = 0,298 (p > 0,05) menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan dukungan keluarga antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

perbedaan dukungan keluarga pada masing-masing kelompok tingkat pendidikan.

4. p = 0,057 (p > 0,05) menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan dukungan keluarga antara masing-masing pekerjaan.

5. p = 0,766 (p > 0,05) menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan dukungan keluarga berdasarkan hubungan keluarga.

Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa distribusi karakteristik responden pada penelitian ini terdistribusi normal/setara artinya tidak terdapat perbedaan antara kelompok karakteristik responden dengan dukungan keluarga sehingga dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga pada penelitian ini secara statistik tidak dipengaruhi oleh usia, jenis kelam in, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan hubungan responden dengan pasien.

Analisis data selanjutnya menggunakan tabel 2x2 seperti pada tabel

4.13 dan diperoleh nilai Odds Ratio sebesar 4,375 (hasil penghitungan SPSS