Pengaruh jus buah delima (Punica granatum) terhadap kadar kolesterol ldl darah tikus putih (Rattus norvegicus

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

AMANDHA BOY TIMOR RANDITA G0006001 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

commit to user

Skripsi dengan Judul Pengaruh Jus Buah Delima (Punica Granatum)

Terhadap Kadar Kolesterol LDL Darah Tikus Putih (Rattus Norvegicus)

Amandha Boy Timor Randita, NIM: G0006001, Tahun: 2010

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada hari , April 2010

Pembimbing Utama

Nama : Ida Nurwati, dr., M.Kes. ( ……………….. ) NIP : 19650203 19702 2 001

Pembimbing Pendamping

Nama : Kustiwinarni, Dra, Apt. ( ……………….. ) NIP : 19520308 198503 2 001

Penguji Utama

Nama : Jarot Subandono, dr., M.Kes. ( ……………….. ) NIP : 19680704 199903 2 001

Anggota Penguji

Nama : Dian Ariningrum, dr., M.Kes, Sp. PK. ( ……………….. ) NIP : 19710720 200604 2

Surakarta,

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Sri Wahjono, dr, M.Kes Prof. DR. A.A. Subijanto, dr., MS.

NIP : NIP :

commit to user

PRAKATA

Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Jus Buad Delima (Punica granatum) terhadap Kadar LDL Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus )”. Penelitian dan penulisan skripsi ini dapat terlaksana dengan baik berkat bantuan, bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

2. Diding Heri Prasetyo, dr., M.Si, selaku Ketua Tim Skripsi FK UNS

3. Ida Nurwati, dr., M.Kes selaku Pembimbing Utama yang telah dengan sabar membimbing dan memberikan pencerahan penyusunan skripsi ini.

4. Kustiwinarni, Dra, Apt selaku Pembimbing Pendamping yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk memberikan bimbingan guna penyusunan skripsi ini.

5. Jarot Subandono, dr., M.Kes selaku Penguji Utama yang telah memberikan evaluasi, kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

6. Dian Ariningrum dr., M.Kes, Sp.PK selaku Anggota Penguji yang telah memberikan evaluasi, kririk dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

7. Seluruh dosen dan staf Bagian Biokimia FK UNS

8. Bagian skripsi FK UNS (Pak Nardi dan Bu Enny), yang turut memberi kelancaran pembuatan skripsi ini.

9. Keluarga di Malang (Papa, Mama, Mas Welly, Dek Dicky) yang tercinta atas semua doa, semangat dan dukungan yang selalu diberikan.

10. Pak Agung yang telah membantu penulis dalam proses penelitian skripsi ini.

11. Rista Ria Febriani, teman seperjuangan dalam penelitian skripsi ini.

12. Teman-teman kelompok PBL C4, yang selalu memberikan pencerahan.

13. Teman-teman angkatan 2006 FK UNS atas kebersaman dan persaudaraan selama ini.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kebaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia kedokteran umumnya dan pembaca khususnya.

Surakarta, April 2010

Amandha Boy Timor Randita

commit to user

Amandha Boy Timor Randita, G0006001, 2009, PENGARUH JUS BUAH DELIMA (Punica granatum) TERHADAP KADAR LDL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus), Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tujuan : Penelitian tentang pengaruh jus buah delima (Punica granatum) terhadap kadar LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus) bertujuan untuk mengetahui pengaruh jus buah delima (Punica granatum) terhadap kadar kolesterol LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus). Metode : Penelitian pengaruh jus buah delima (Punica granatum) terhadap kadar kolesterol LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus) bersifat eksperimental laboratorik dengan desain Randomized Controlled Trial (RCT) yaitu pre and post test control group design, dilakukan di Laboratorium Biokimia Universitas Sebelas Maret Surakarta. Objek penelitian adalah tikus putih jantan (Rattus norvegicus ) sebanyak 32 ekor, strain Wistar, umur 3 bulan, berat badan kurang lebih 200 gram. Pembuatan jus buah delima (Punica granatum) menggunakan juicer. Tikus-tikus dibagi menjadi 4 kelompok secara random, masing-masing kelompok terdiri 8 ekor tikus. Semua kelompok diberi pakan hiperkolesterol. Kelompok I sebagai kontrol, kelompok II diberi Simvastatin sebanyak 0,001 gram, kelompok III diberi jus buah delima dosis 3,6 ml, dan kelompok IV diberi jus buah delima dosis 5,4. Semua tikus diperiksa kadar kolesterol LDL darahnya setelah masa perlakuan selama 21 hari. Pemeriksaan kadar kolesterol LDL darah tikus putih dilakuakn di Lembaga Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta. Data kadar kolesterol LDL darah tikus dianalisa menggunakan uji one-way ANOVA dengan bantuan program SPSS for Windows versi 16. Hasil : Hasil uji one-way ANOVA menunjukkan perbedaan kadar kolesterol LDL total darah yang tidak signifikan dengan nilai p= 0,148 pada keempat kelompok sampel. Simpulan : Kesimpulan pada penelitian adalah tidak ada pengaruh jus buah delima (Punica granatum) terhadap kadar kolesterol LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus). Penulis menyarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode yang lebih baik.

Kata kunci : Jus buah delima, kolesterol LDL, tikus putih.

commit to user

ABSTRACT

Amandha Boy Timor Randita, G0006001, 2009, THE EFFECT OF POMEGRANATE JUICE (Punica granatum) ON LDL CHOLESTEROL BLOOD LEVEL OF WHITE RAT (Rattus norvegicus), Medical Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta. Objective: The research about the effect of pomegranate juice (Punica granatum) on LDL cholesterol blood level of white rat (Rattus norvegicus), is to know the effect of pomegranate juice (Punica granatum) on LDL cholesterol blood level of white rat (Rattus norvegicus) Methods: The research about the effect of pomegranate juice (Punica granatum) on LDL cholesterol blood level of white rat (Rattus norvegicus) is an eksperimental laboratoric research with randomized controlled trial design, pre and post test control group design, have done in Biochemistry Laboratorium of Sebelas Maret University, Surakarta, Indonesia. The research subject are 32 male white rats, Wistar strain, 3 months old, and their weight is about 200 gram. Rats are divided into 4 groups, each group consists of 8 rats. All groups were feed with high cholesterol food. Group I as control, group II was added with 0,001 gram of Simvastatin, group III was intervention group with pomegranate juice 3,6 ml and group IV was intervention group with pomegranate juice 5,4 ml. LDL cholesterol blood level of all rats were examined after treatment period during 21 days. The examination of LDL cholesterol blood level of white rat were doing in Lembaga Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Gajah Mada University (GMU) Yogyakarta .The data of LDL cholesterol blood level of rats were analyzed with one-way ANOVA test with SPSS for Windows 16 version program. Result: The result of one-way ANOVA test showed no significant LDL cholesterol blood level difference between 4 groups of rats with p= 0,148. Conclusion: The conclusion of the research is there is no effect of intervention with pomegranate juice on LDL cholesterol blood level of white rat. Researcher suggests to do similar researchs with better methode.

Keywords : Pomegranate juice, cholesterol LDL, white rat.

commit to user

Tabel 1. Kadar LDL darah tikus putih sebelum perlakuan (pre test) ………… 35 Tabel 2. Kadar LDL darah tikus putih setelah perlakuan (post test) …………. 36 Tabel 3. Hasil T-test kadar LDL darah tikus putih sebelum dan setelah

perlakuan..……………………………………………………………. 38

commit to user

Gambar 1. Rerata kadar LDL darah tikus putih sebelum perlakuan (pre test)

pada Kelompok I, II, III, dan IV ………………………………….. 35

Gambar 2. Rerata kadar LDL darah tikus putih setelah perlakuan (post test)

pada Kelompok I, II, III, dan IV …………………………………... 37 Gambar 3. Rerata kadar LDL darah tikus putih sebelum dan setelah perlakuan …………………………………………………………... 39

commit to user

Lampiran 1. Daftar Volume Maksimum Larutan Obat yang Dapat Diberikan pada Berbagai Hewan ................................................... 50

Lampiran 2. Tabel Konversi Dosis untuk Manusia dan Hewan ........................ 51 Lampiran 3. Hasil Test Normalitas dan Homogenitas ………………………... 52 Lampiran 4. Hasil Uji ANOVA dan T-Test. ………………………………….. 53

commit to user

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyakit kardiovaskuler akhir-akhir ini memiliki insidensi yang cukup tinggi. Data epidemiologis telah mengindikasikan bahwa penyakit kardiovaskuler masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Pada tahun 1990, di negara sedang berkembang termasuk Indonesia, dilaporkan telah menduduki sekitar 63% dari kematian dunia akibat penyakit kardiovaskuler (Gatot, 2006). Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan penyakit kardiovaskuler akan menjadi satu dari 3 penyebab tersering morbiditas dan mortalitas pada akhir tahun 2020 (Rustika, 2005).

Etiologi dari penyakit kardiovaskuler adalah multifaktorial, antara lain kolesterol tinggi, merokok, diabetes, hipertensi, obesitas, usia, riwayat keluarga (herediter) dan aktifitas fisik yang kurang (Janti, 2006). Tingginya kadar kolesterol total terutama fraksi LDL (low density lipoprotein) dalam darah merupakan salah satu faktor pemicu penyakit kardivaskuler (Faisal, 2008). Peningkatan LDL dalam plasma menyebabkan retensi LDL dalam dinding arteri, lalu teroksidasi dan menyebabkan sekresi dari mediator inflamasi sehingga menginisiasi pertumbuhan plak atherosklerosis (Wardana, 2009). LDL oksidasi (LDL-ox) adalah pemegang peranan penting terjadinya arterosklerosis (Buhler and Cristobal, 2000)

commit to user

dengan pengaturan diet dan aktifitas fisik seperti olahraga. Pemberian obat dilakukan jika diet telah dilakukan selama 3-6 bulan, tanpa hasil yang memadai. Preparat farmakologis yang sering digunakan Simvastatin (Suyatna, 2007).

Simvastatin adalah obat hipolipidemik golongan statin yang bekerja dengan cara menghambat sintesis kolesterol dalam hati, dengan menghambat enzim hydroksi methyl glutaryl CoA (HMG CoA) reduktase (Suyatna, 2007). Saat ini, simvastatin masih cukup efektif dan aman untuk pencegahan faktor risiko penyakit kardiovaskuler seperti PJK (Bahri, 2004). Namun, pengobatan dengan simvastatin memiliki beberapa efek samping, seperti disfungsi saraf kranial, tremor dan neuropati perifer (Suyatna, 2007).

Akhir-akhir ini, berkembang juga pengobatan herbal untuk penyakit kardiovaskuler. Salah satunya yang saat ini dikembangkan adalah buah delima (Punica granatum) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan Pomegranate. Penelitian di Amerika Serikat, konsumsi jus buah delima sebanyak 200 mL/hari akan meningkatkan aktivitas antioksidan dalam tubuh sebanyak sembilan persen (Kaplan et al., 2001). Banyak senyawa yang terkandung di buah delima dapat dijadikan obat. Misal senyawa alkaloid peletierin yang dapat berfungsi sebagai pengobatan terhadap cacing pita (Sumati, 2008), adapula sebagai obat anti inflamasi (Meenakshi et al, 2008) dan dapat juga berfungsi sebagai pengobatan penyakit kardiovaskuler dengan antioksidan yang dikandungnya (R. P. Singh et al, 2002). Kandungan antioksidan buah

commit to user

katekin, ellagic, tannins, gallic dan ellagic acids (Frank, 2009). Dalam penelitian Bahrial dan Cristobal (2000) menunjukan bahwa flavonoid dapat mencegah terbentuknya LDL-ox.

Berdasarkan fakta-fakta tentang pengobatan penyakit kardiovaskuler, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian pengaruh jus buah delima (Punica granatum) terhadap kadar kolesterol LDL. Penelitian ini menggunakan tikus putih (Rattus novergicus) sebagai tahap uji eksperimental.

B. Perumusan Masalah

Apakah pengaruh jus buah delima dapat mencegah (Punica granatum ) terhadap peningkatan kadar kolesterol LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus) ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh jus buah delima (Punica granatum) dalam mencegah terhadap peningkatan kadar kolesterol LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus).

commit to user

1. Manfaat teoritis Penelitian ini memberikan manfaat informasi ilmiah tentang adanya pengaruh jus buah delima (Punica granatum) terhadap kadar kolesterol LDL darah tikus putih (Rattus novergicus).

2. Manfaat aplikatif Penelitian ini dapat menjadikan pedoman pengolahan maupun penelitian lebih lanjut dari buah delima untuk menurunkan kadar kolesterol LDL darah yang merupakan elemen penyakit kardivaskuler.

commit to user

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Buah Delima

a. Deskripsi Buah Delima

Buah delima adalah tanaman yang banyak tumbuh di daerah Iran Himalaya bagian utara India dan pada abad pertama telah menyebar luas di daerah Asia, Eropa dan Afrika (Kilham, 2006). Pada sekitar tahun 1400, para pedagang Iran dan India membawa buah delima masuk ke Indonesia (Kilham, 2006). Dalam bahasa Inggris, buah delima dikenal dengan kata Promegranate, atau dalam bahasa latin disebut dengan Punica granatum , yang memiliki arti “buah dengan banyak biji” (Shari, 2008). Delima umumnya ditanam di dataran rendah dan tumbuh baik pada berbagai keadaan iklim. Ukuran buahnya lebih kurang sebesar jeruk atau apel, dengan kulit keras warna merah gelap atau kecoklatan (Yuga, 2009).

Klasifikasi buah delima : Kingdom : Plantae Division

: Spermatophyta

Class

: Angiospermae

Order

: Myrtales

Family

: Punicaceae

commit to user

Species

: Punica granatum

(Shanty, 2007) Buah delima adalah tanaman yang dapat tumbuh hingga 20 sampai 30 kaki, tetapi pada umumnya mencapai 12 sampai 16 kaki. Tanaman ini termasuk long life plants atau tanaman yang dapat tumbuh lama. Beberapa tanaman yang tumbuh di Eropa telah diketahui berumur lebih dari 200 tahun. Pohon delima dapat memproduksi setidaknya 2 hingga 5 buah dalam satu musim. Penampakan kulitnya umumnya kuning yang berpaduan dengan warna merah muda atau merah gelap. Di bagian dalam buah terdiri dari dinding yang bermembran dan jaring putih berbentuk seperti spons yang membagi isi buah dalam kompartemen- kompartemen dengan kantong-kantong berisi daging buah berwarna kemerahan. Setiap kantong tersebut berisi dengan biji buah yang angular (Kilham, 2006).

Delima merupakan jenis subtropik yang dapat bertahan hidup pada suhu musim dingin yang rendah (-10° C). Buah berkualitas paling baik dihasilkan dari daerah yang beriklim dingin yang sejuk dan, musim panas yang panas dan kering. Jenis ini tidak akan berbuah dengan baik di daerah-daerah yang beriklim sangat lembap. Pada keadaan lingkungan yang kering diperlukan pengairan untuk mempertahankan tingkatan hasil yang tinggi. Pohon delima toleran terhadap tanah yang bagi kebanyakan tanaman buah-buahan lain tidak dapat tumbuh subur, termasuk tanah

commit to user

dengan baik sampai ketinggian 1600 m dpl. pada berbagai tipe tanah dengan kisaran yang luas; di wilayah yang lebih basah pohon delima akan selalu hijau, pembungaan dan pembuahan menjadi berkepanjangan dan kualitas buah menjadi lebih rendah (Kilham, 2006)

b. Morfologi

Habitus : perdu, tinggi 2 sampai 5 meter. Batang : berkayu, bulat, bercabang, berduri, masih muda coklat setelah

tua hijau kotor.

Daun : tunggal, bentuk lanset, tepi rata, ujung runcing, pangkal tumpul, panjang 1-8 cm, lebar 5-15 mm, pertulangan menyirip, permukaan mengkilat dan berwarna hijau.

Bunga : tunggal, di ujung cabang, tangkai pendek, kelopak berlekatan, merah atau kuning pucat, mahkota membulat, tangkai sari melengkung, berwarna kuning, putik putih, merah atau kuning.

Buah : buni, bulat, diameter 5-12 cm dan berwana hijau kekuningan. Biji

: bulat, keras, kecil dan berwarna merah.

Akar

: tunggang, kuning kecoklatan.

commit to user

Sebagian besar fitokemikal yang terdapat dalam buah delima adalah antioksidan (Kilham, 2006). Antioksidan yang telah diketahui dalam berbagai penelitian adalah polyfenol, fitosterol, vitamin C dan beta karoten. Polifenol dalam buah delima yaitu flavonoid, katekin, gallokatekins dan antosianin seperti prodelphinidins, delphinidin, sianidin dan pelargonidin (Kilham, 2006). Pada jus buah delima segar, terdapat 0,2-1 % polifenol flavonoid (Frank, 2009).

Buah delima juga merupakan sumber vitamin C yang baik, karena sekitar 10-20% asupan harian vitamin C dapat diperoleh dari buah delima (Shari, 2008). Selain vitamin C, buah delima juga mengandung

vitamin B 5 atau asam pantotenat (Frank, 2009). Selain antioksidan, buah delima juga mengandung serat, gula, anti inflamasi dan agen inhitor virus serta asam amino seperti glutamat dan asam aspartat. Dalam biji buah, terdapat estron yang berguna dalam proses fungsional seksual dan aktivitas reproduksi (Kilham, 2006). Dalam jus buah segar, terdapat 85% air, 10% gula, 1,5% pectin dan asam askorbat (Frank, 2009). Dalam penelitian lain, menyebut anti proliferatif dan efek proapoptotik juga dimiliki buah delima (Shari, 2008). Dalam studi Ipteknet, komposisi per 100 gram buah delima adalah air 78 g, protein 1,6 g, lemak 0,1 g, karbohidrat 14,5 g, serat 5,1 g dan mineral 0,7

g. Analisis lain menunjukkan suatu kandungan gula inversi mencapai

commit to user

(sedikit sekali) dan vitamin C (4 mg/ 100 g) (Frank, 2009).

2. Simvastatin

Simvastatin merupakan hipolipidemik yang berasal dari golongan statin. Obat ini juga dapat digunakan untuk pencegahan komplikasi penyakit jantung pada pasien dengan risiko tinggi terhadap penyakit jantung (Mircomedex, 2009). Statin didapat dari jamur, untuk simvastatin adalah derivat sintetik dari produk fermentasi Aspergillus terreus (Wolozin, 2007). Golongan statin merupakan inhibitor kuat HMG CoA (3-hidroksi-3- metilglutaril koenzim A) reduktase yaitu suatu enzim yang mengatur biosintesis kolesterol (Suyatna dan Handoko, 2005).

a. Farmakodinamik.

Secara in vitro simvastatin akan dihidrolisis menjadi metabolit aktif. Mekanisme kerja dari metabolit aktif tersebut dengan cara menghambat kerja 3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim A reduktase (HMG Co-A reduktase), di mana enzim ini mengkatalisis perubahan HMG Co-A menjadi asam mevalonat yang merupakan langkah awal dari sintesis kolesterol. Obat golongan statin jelas menginduksi suatu peningkatan reseptor LDL (Low Density Lipoprotein) dengan afinitas tinggi. Efek tersebut meningkatkan katabolisme LDL oleh hati, sehingga mengurangi simpanan LDL plasma. Obat ini mengalami pemekatan yang besar lintas pertama oleh hati, sehingga efek utamanya terjadi di

commit to user

sangat efektif untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah (Katzung, 2001).

b. Farmakokinetik

Simvastatin adalah prodrug dalam bentuk lakton dan harus dihidrolisis lebih dahulu me njadi bentuk asam β-hidroksi. Statin diabsorpsi hampir sempurna dan mengalami metabolisme lintas pertama di hati. Waktu paruh rata-rata obat statin, termasuk simvastatin, adalah 1-

3 jam. Di dalam plasma, obat ini diikat oleh protein plasma. Sebagian besar diekskres oleh hati ke dalam cairan empedu dan sebagian kecil lewat ginjal (Suyatna, 2007).

c. Efek Samping dan Interaksi

Efek samping statin yang potensial berbahaya adalah miopati dan rabdomiolisis (Suyatna, 2007). Pada kasus tertentu terjadi angioneurotic edema. Efek samping lain yang pernah dilaporkan pada golongan obat ini disfungsi saraf kranial tertentu, pusing, vertigo, hilang ingatan, parestesia, neuropati perifer, kelumpuhan saraf perifer. Reaksi hipersensitif juga dapat terjadi, seperti anafilaksis, angiodema, trombositopenia, leukopenia, anemia hemolitik (Katzung, 2001).

Simvastatin dikombinasikan dengan siklosporin, eritromisin, gemfibrozil dan niacin dapat menyebabkan peningkatan risiko terjadi

commit to user

warfarin akan meningkatkan aktivitas warfarin sebagai antikoagulan. Pemberian simvastatin bersamaan waktu dengan digoksin dapat menyebabkan aktivitas jantung akan meningkat (Dexa, 2009).

d. Posologi

Pemberian obat golongan statin sebaiknya dimulai dengan dosis kecil lalu ditingkatkan hingga dosis lebih tinggi sampai didapatkan efek yang diinginkan. Dosis simvastatin dapat dimulai dari 5 mg/hari hingga

80 mg/hari (Suyatna, 2007). Obat golongan statin merupakan terapi utama untuk penderita hiperkolesterolemia, yang juga menderita penyakit koroner atau ada faktor-faktor risiko lain. Obat ini dikontraindikasikan pada wanita hamil karena mempunyai efek teratogenik pada hewan (Suyatna dan Handoko, 1995).

3. Low Density Lipoprotein (LDL)

a. Definisi

Lipid diangkut dalam plasma sebagai komponen dari lipoprotein kompleks. Liporpotein adalah partikel kompleks yang berbentuk spherical yang terbuat dari ratusan molekul lipid dan protein. Protein yang dikenal dengan sebutan apolipoprotein menempati permukaan lipoprotein (Anwar, 2004). Ada beberapa jenis lipoprotein, berdasarkan densitas, komposisi, ukuran dan mobilitas elektroforesisnya , lipoprotein

commit to user

(VLDL), High Density Lipoprotein (HDL) dan Low Density Lipoprotein (LDL). LDL adalah lipoprotein yang mengangkut kolesterol ke reseptor LDL pada sel hepar dan sel jaringan perifer, sehingga kolesterol dapat digunakan untuk kepentingan sel-sel tersebut (Mayes, 2003).

LDL merupakan lipoprotein yang menjadi penentuan utama insiden hiperkolesterolemia maupun dislipidemia (Anwar, 2004). LDL merupakan hasil dari katabolisme terakhir VLDL, memiliki diameter 20-

25 nm dan densitas 1, 019-1,063 nm. Komposisi LDL terdiri dari 21% dan total lipid 79%, yaitu triasilgliserol 13%, fosfolipid 28%, kolesteril ester 48%, kolesterol 10% dan asam lemak bebas 1% (Mayes, 2003).

Penilaian terhadap kadar LDL akan memberikan interpretasi terhadap suatu insidensi dari penyakit yang dipengaruhi oleh LDL. Berikut adalah angka penilaian LDL

Kurang dari 100 mg/dL : yang dikehendaki 100 hingga 129 mg/dL

: mendekati optimal atau melebihi

optimal

130 hingga 159 mg/dL

: batas tinggi

160 hingga 189 mg/dL

: tinggi

190 mg/d dan lebih

: sangat tinggi

(American Association for Clinical Chemistry, 2008)

commit to user

Low Density Lipoprotein (LDL) pada umumnya berasal dari katabolisme Very Low Density Lipoprotein (VLDL) (Mayes, 2003), tetapi dapat juga berasal dari sekresi hepar (Wilson, 2003). Dalam sirkulasi, VLDL akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL) menjadi asam lemak dan gliserol, kemudian VLDL menjadi Intermediate Density Lipoprotein (IDL), suatu lipoprotein yang lebih kecil dan lebih padat. Sebagian dari IDL akan kembali ke hepar ditangkap oleh reseptor LDL, partikel IDL yang lainnya dihidrolisis menjadi LDL. LDL merupakan pembawa utama kolesterol dalam sirkulasi tubuh (Anwar, 2004)

Apolipoprotein B (Apo B) adalah apolipoprotein utama dari LDL dalam regulasi dan degradasi serta memiliki peranan penting dalam metabolisme LDL-kolesterol (Goldstein, 2002). Untuk eliminasi LDL- kolesterol dari plasma diperankan oleh LDL reseptor. Selain itu, dapat juga berupa scavenger reseptor. LDL reseptor merupakan glikoprotein transmembran rantai tunggal yang spesifik mengikat 2 macam protein, Apo B dan Apo E. Reseptor LDL terutama berada di hepar, tetapi juga berada permukan sel normal yang pengambilan plasma LDL termasuk juga kolesterol oleh sel tersebut untuk sintesis membran sel. Setelah terjadi pengikatan lipoprotein-reseptor, kompleks ini akan memicu endositosis LDL. Vesikel-vesikel yang mengandung LDL bergabung dengan lisosom dan dengan enzim lisosom menghidrolisis ester-ester

commit to user

berdifusi ke dalam membran sel, yang kemudian akan diambil oleh HDL yang akan mengirim kembali ke hati. Sebagian kolesterol ini bersiklus kembali ke dalam VLDL, tetapi sebagian besar juga masuk ke dalam empedu dan diekskresikan dalam feses (Mayes, 2003).

4. Peran buah delima dengan kadar Low Density Lipoprotein (LDL).

Buah delima telah diketahui merupakan buah yang kaya akan antioksidan. Antioksidan yang terdapat dalam buah delima dapat menurunkan kadar LDL dalam plasma. Antioksidan tersebut yaitu :

a. Flavonoid

Buah delima memiliki kandungan antioksidan flavonoid yang cukup tinggi. Flavonoid adalah suatu senyawa fenol yang banyak terdapat pada sayuran, buah dan biji-bijian (Andrew et al., 2008).

Flavonoid dalam buah delima dapat berfungsi sebagai penghambat radikal bebas dari aktivitas scavenging. Selain itu, penelitian pada pasien dengan stenosis arteri carotis dengan pemberian jus buah delima selama 3 tahun menunjukan data pada periode satu tahun, terjadi peningkatan antioksidan dalam darah, penurunan tekanan sistolik darah dan penurunan ion Cu yang menginduksi oksidasi dari LDL serum. Data lain juga membuktikan bahwa buah delima dapat meningkatkan aktivitas paraoxonase serum, suatu molekul yang melindungi peroksidasi lipid, sebanyak 20% (Frank, 2009).

commit to user

antioksidan dan anti inflamasi ini dapat membantu sistem sirkulasi darah dengan mekanisme penurunan agegrasi platelet, memperkuat membran vaskuler dan melindungi membran sel. Sehingga dapat mencegah kerusakan jaringan dan dapat memperbaiki pembuluh darah yang rusak dan mencegah kerusakan kembali pembuluh darah (Andrew et al., 2008).

Metabolit flavonoid yaitu anthocyanins memiliki fungsi mencegah oksidasi LDL (Low Density Lipoprotein). Jadi, antioksidan flavonoid dapat mengurangi risiko terjadinya atherosclerosis dan penyakit kardiovaskuler lainnya (Andrew et al., 2008)

b. Fitosterol

Buah delima merupakan salah satu tanaman yang kaya akan fitosterol. Fitosterol merupakan komponen fitokimia yang mempunyai fungsi berlawanan dengan kolesterol. Pada tahun 1970-an, fitosterol diketahui berfungsi menurunkan kadar kolesterol di dalam darah dan mencegah penyakit jantung, sehingga sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia (Made Astawan, 2007). Fitosterol merupakan sterol yang terdapat dalam tumbuhan yang memiliki struktur yang mirip dengan kolesterol. Perbedaan dengan kolesterol adalah fitosterol mengandung gugus etil (-CH2-CH3) pada rantai cabang sterolnya (Jansen, 2007).

Efek fitosterol dalam menurunkan kadar kolesterol darah melalui berbagai mekanisme. Fitosterol berfungsi menghambat absopsi

commit to user

empedu sehingga adapat menurunkan kadar kolesterol darah (Faisal Anwar, 2007). Di samping itu, fitosterol kemungkinan memiliki pengaruh terhadap metabolisme kolesterol, yaitu berperan pada modifikasi Acetyl-CoA carboxysilase dan aktivitas cholesterol 7-á hydroxylase, enzim yang berperan dalam metabolisme kolesterol (Jansen, 2007).

Menurut Food and Drugs Administration (FDA), fitosterol terbukti tidak akan mempengaruhi kadar kolesterol total dan efektif terhadap penurunan kadar LDL darah. Fitosterol telah terbukti secara klinis dapat menurunkan kadar LDL darah 10 sampai 14 persen. Kombinasi fitosterol dengan komponen bioaktif lainnya, seperti flavonoid, dapat berefek ganda menurunkan kadar kolesterol darah dan meningkatkan ekskresi dalam feses (Faisal Anwar, 2007).

c. Vitamin C

Buah delima merupakan sumber vitamin C yang baik, karena sekitar 10-20% asupan harian vitamin C dapat diperoleh dari buah delima (Shari, 2008). Vitamin C merupakan zat yang memiliki banyak manfaat. Vitamin yang larut dalam air ini, berperan penting dalam imun manusia, sebagai anti histamin, anti inflamsi, anti alergi, sintesis kolagen dan memiliki pengaruh terhadap neurotransmitter dopamine dan serotonin (Anderson, 2007).

commit to user

darah. Sebagai antioksidan, vitamin C memiliki peran mencegah timbulnya penyakit kardiovaskuler. Pada penyakit arterosklerosis, Vitamin C berperan mencegah oksidasi LDL dalam pembuluh darah (Adam, 2008). Dengan efek tersebut, mencegah timbulnya efek aterosklerotik dan meningkatkan faktor kemotaktik (Hans, 2005). Selain itu, dengan bantuan sintesis kolagen, vitamin C berguna menjaga stabilitas dinding pembuluh darah yang akan mencegah gangguan sirkulasi (Anderson, 2007). Di samping itu, vitamin C berperan dalam pencegahan ambilan LDL oleh arteri, sehingga metabolisme LDL tidak terganggu (Hans, 2005).

d. Katekin

Antioksidan yang cukup penting dalam buah delima adalah katekin. Katekin merupakan antioksidan turunan polifenol yang berperan penting dalam menurunkan kolesterol darah. Dalam penelitian sebelumnya, katekin meningkatkan jumlah reseptor LDL dan menghambat proses absorbsi kolesterol dalam usus. Katekin mampu meningkatkan jumlah dan aktifitas reseptor LDL di hepar dan menyebabkan peningkatan ekskresi kolesterol dan asam empedu ke dalam feses (Christina et al., 2006).

commit to user

Keterangan :

= Mengandung = Memicu = Menghambat

Pakan hiperkolesterolemik

Kolesterol darah ↑

LDL darah ↑

HMG Co-A Reduktase

SIMVASTATIN

Flavonoid

Ambilan LDL oleh

arteri

BUAH DELIMA

Vitamin C

Absorpsi Kolesterol

Katekin

Absorpsi Kolesterol Ekskresi kolesterol

dalam garam empedu

Reseptor LDL ↑

Fitosterol

Absorpsi Kolesterol

Ekskresi kolesterol dalam garam empedu

Modifikasi Acetyl-CoA carboxysilase & cholesterol 7-

αhydroxylase

commit to user

Jus buah delima (Punica granatum) dapat mencegah peningkatan kadar kolesterol LDL pada tikus putih (Rattus norvegicus).

commit to user

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorik dengan desain Randomized Controlled Trial (RCT) yaitu pre and posttest control group design .

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.

C. Subjek Penelitian

1. Tikus putih (Rattus norvegicus) jantan, strain Wistar, tidak kawin, berumur kira-kira 3 bulan dengan berat kira-kira 200 gr, diperoleh dari Laboratorium Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta.

2. Banyaknya sampel: tiga puluh dua (32) ekor tikus putih

Banyaknya jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Rumus Federer : (n-1) (t-1) > 15 n : besar sampel t : jumlah kelompok

commit to user

rumus: (n-1) (t-1) > 15 ; t = 4 (n-1) (4-1) > 15 3n-3 > 15 3n >18 n >6

Jadi, jumlah sampel tiap kelompok harus lebih dari 6 ekor tikus. Pada penelitian ini digunakan 8 ekor tikus setiap kelompok, sehingga sudah memenuhi syarat dalam banyaknya sampel yang digunakan.

D. Teknik Sampling

Pengambilan sampel sebanyak 32 ekor dilakukan secara purposive random sampling . Hewan coba dibagi dalam 4 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 8 ekor tikus. Kelompok 1 sebagai kelompok kontrol sedangkan kelompok 2, 3 dan 4 sebagai kelompok perlakuan.

E. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Jus buah delima, Simvastatin Skala variabel : ordinal

2. Variabel terikat : Kadar kolesterol LDL darah tikus putih Skala variabel : Rasio

commit to user

a. Dapat dikendalikan : Jenis makanan, jenis kelamin, umur dan berat badan.

b. Tidak dapat dikendalikan : Kondisi psikologis tikus, penyakit hati dan kadar hormon.

F. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel bebas

a. Jus buah delima

Buah delima yang digunakan untuk penelitian ini adalah buah delima putih yang masak, diperoleh dari Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada. Untuk pembuatan jus, dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, dengan menggunakan juicer.

Untuk dosis jus buah delima pada tikus, menggunakan faktor konversi dosis untuk manusia dengan berat badan 70 kg pada tikus dengan berat badan 200 gram adalah 0,018 (Ngatidjan, 1991). Menurut American Journal of Clinical Nutrition dosis jus buah delima yang diajurkan untuk manusia adalah 200 ml. sehingga dosis untuk tikus putih adalah :

200 mL x 0,018 = 3,6 mL/200grBB Kemudian untuk mengetahui dosis yang paling efektif dalam mencegah kenaikan kolesterol darah dipakai dosis 1,5 kalinya yaitu 5,4 mL/200grBB.

commit to user

yaitu dosis pertama 3,6 mL/200gramBB per hari dan dosis kedua 5,4 mL/200gramBB per hari.

b. Simvastatin

Berdasarkan penelitian sebelumnya, Simvastatin diberikan dalam bentuk tablet yang sudah dihaluskan. Dosis yang biasa digunakan pada manusia adalah 5-80 mg perhari. Dosis pada manusia seberat 70 kg tersebut dikonversi untuk tikus seberat 200 gram.

0,018 x 5 mg = 0, 09 mg 0,018 x 80 mg = 1,44 mg

Jadi, Simvastatin diberikan untuk tikus dengan dosis 1 mg/200gramBB tikus perhari bersama dengan makanan tikus.

2. Variabel terikat : Kadar Kolesterol LDL darah tikus putih

Kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) akan diamati dan dicatat dalam satuan mg/dL. Pengukuran kolesterol LDL darah tikus putih pada semua kelompok penelitian dilakukan dua kali, yaitu setelah adaptasi 7 hari dan setelah perlakuan 21 hari. Pengukuran kadar kolesterol LDL dilakukan di Unit Pra-Klinik LPPT UGM, Yogyakarta. Hasil tiap kelompok dibandingkan dengan uji-ANOVA

commit to user

a. Makanan

Makanan merupakan faktor pengganggu dalam penelitian ini, namun dapat dikendalikan dengan mengatur porsi makanan. Selama satu minggu adaptasi (7 hari), tikus putih diberi pakan standar pellet BR-2. Pada hari perlakuan (hari ke-8 hingga hari ke-28), tikus putih diberikan pakan hiperkolesterolemik.

Komposisi pakan hiperkolesterolemik yang dipakai adalah :

Kuning telur itik

: 5 ml

Minyak babi

: 10 ml

Minyak kelapa

: 1 ml

Serbuk kolesterol

: 0,1 gram

Pembuatan pakan hiperkolesterolemik dilakukan dengan cara mencampur kuning telur itik, minyak babi, minyak kelapa dan serbuk kolesterol sehingga didapatkan suatu campuran berbentuk cair. Pembuatan pakan hiperkolesterolemik dilakukan tiga hari sekali. Pakan hiperkolesterolemik diberikan secara oral menggunakan sonde lambung dua kali sehari pada pukul 07.00 dan pukul 15.00, masing-masing 2,5 ml/200gram BB.

commit to user

Tikus putih yang digunakan adalah berjenis kelamin jantan. Penelitian menggunakan satu jenis kelamin dikarenakan untuk homogenitas sampel.

c. Umur

Tikus putih yang digunakan berumur ± 3 bulan, karena metabolisme dan sistem organ pada tikus putih sudah sempurna dan melaksanakan fungsinya dengan optimal.

d. Berat badan

Berat badan akan mempengaruhi faktor-faktor yang dapat memicu peningkatan kolesterol. Sehingga, untuk homogenitas sampel, dipilih tikus putih yang memiliki berat badan ± 200 gram.

4. Variabel pengganggu yang tidak dapat dikendalikan

a. Keadaan psikologis

Kondisi psikologis tikus putih sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, pemberian perlakuan berulang kali dan keadaan kandang. Untuk mengurangi keadaan tersebut, penelitian mengatur tempat kandang tikus putih di tempat yang tidak ramai oleh manusia.

commit to user

Penyakit hati merupakan variabel pengganggu yang sulit dikendalikan karena sukar untuk dilakukan deteksi dan pemeriksaannnya yang mahal

c. Hormonal

Tikus putih merupakan hewan yang resisten terhadap kenaikan kolesterol sebab kadar hormon tiroid cenderung tinggi dan menurunkan kadar kolesterol serum. Tiroidektomi atau pemberian preparat tiourasil akan menurunkan hormon tiroid dan mempermudah timbulnya peningkatan kolesterol pada tikus (Mayes, 2000).

PTU (Propiltiourasil) diberikan pada tikus melalui air minumnya. Air minum dicampur dengan PTU sehingga didapatkan konsentrasi PTU adalah 0,01%, artinya dalam satu liter air terlarut 10 gram PTU. Air minum tersebut disediakan dalam tempat air minum tikus dan diberikan ad libitum (Phyto medica, 1993).

commit to user

Sampel 32 ekor tikus putih umur 3 bulan, BB 200 gram

Adaptasi 8 ekor 7 hari Adaptasi 7 hari Adaptasi 7 hari Adaptasi 7 hari

Pretest Kadar LDL darah

Pretest Kadar LDL darah

Pretest Kadar LDL darah

Pretest Kadar LDL darah

Kelompok 1 hiperkolesterolemik

Kelompok 1 hiperkolesterolemik

dan Simvastatin

Kelompok 1 hiperkolesterolemik dan jus buah delima

dosis 3,6 ml/200gramBB

Kelompok 1 hiperkolesterolemik dan jus buah delima

dosis 5,4 ml/200gramBB

Dipuasakan selama 12 jam

Dipuasakan selama 12 jam

Dipuasakan selama 12 jam

Dipuasakan selama 12 jam

Perlakuan 21 hari

Perlakuan 21 hari

Post test Kadar LDL darah

Post test Kadar LDL darah

Post test Kadar LDL darah

Post test Kadar LDL darah

Uji Statistik

Dipuasakan selama 12 jam

Dipuasakan selama 12 jam

Dipuasakan selama 12 jam

Dipuasakan selama 12 jam

H. Instrumen Penelitian

1. Kandang hewan percobaan beserta kelengkapan pemberian pakan dan minum

2. Juicer

3. Gelas ukur

4. Pipet ukur

commit to user

6. Cawan petri

7. Timbangan neraca

8. Timbangan digital

9. Tabung centrifuge

10. Centrifuge

11. Pipa kapiler

12. Spuit needle feeding

13. Mortar dan alu penumbuk

I. Bahan Penelitian

1. Buah delima putih

2. Simvastatin

3. Pakan hiperkolesterolemik (serbuk kolesterol, kuning telur itik, minyak babi, minyak goreng)

4. Pellet BR-2

5. Aquadest

6. PTU (Propiltiourasil)

J. Jalannya Penelitian

1. Penelitian dilaksanakan selama 28 hari yang terbagi dalam dua fase, 7 hari pertama sebagai fase adaptasi dan hari ke-8 hingga ke-28 adalah fase perlakuan

commit to user

sebanyak 32 ekor ditimbang, kemudian seluruh sampel dibagi menjadi 4 kelompok secara purposive random sampling, masing-masing terdiri dari 8 ekor. Kemudian dimasukkan ke dalam kandang untuk diadaptasikan dengan lingkungan Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta selama tujuh hari. Selama adaptasi, sampel diberikan pakan pallet BR-2 dan minum aquadest.

3. Semua tikus diambil darahnya pada hari ketujuh untuk pretest pemeriksaan kolesterol LDL darah. Sebelum diambil darahnya, sampel dipuasakan selama 12 jam. Pengambilan darah dilakukan dengan cara menusukkan pipa kapiler di daerah saccus medianus orbitalis, maka darah akan mengalir melalui pipa kapiler dan dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge. Darah dipusingkan selama 10-15 menit dengan kecepatan 3000 rpm sehingga didapatkan serum darah untuk diperiksa kadar kolesterol LDL. Kemudian serum dikirim ke Unit Pra-Klinik LPPT UGM, Yogyakarta untuk diketahui hasil kadar kolesterol LDL darah tikus.

4. Pembuatan jus buah delima menggunakan juicer. Bagian buah delima yang digunakan adalah biji dan daging buah delima.

5. Pada hari ke-8, dimulai diberikan perlakuan masing-masing kelompok, yaitu :

a. Kelompok 1 : Kontrol hiperkolesterolemik Pada hari ke-8 tikus putih diberikan pakan tinggi kolesterol dengan dosis 2,5 mL/200gramBB dua kali sehari, yaitu pada pagi hari pukul

commit to user

menggunakan sonde selama tiga minggu.

b. Kelompok 2 : Hiperkolesterolemik dengan Simvastatin Pada hari ke-8 tikus putih diberikan pakan tinggi kolesterol dengan dosis 2,5 mL/200gramBB dan ditambahkan Simvastatin 1 mg/200gramBB dua kali sehari, yaitu pada pagi hari pukul 07.00 WIB dan pada sore hari pukul 15.00 WIB. Pemberian secara oral menggunakan sonde selama tiga minggu.

c. Kelompok 3 : Hiperkolesterolemik dengan perlakuan jus buah delima dosis pertama. Pada hari ke-8 tikus putih diberikan pakan tinggi kolesterol dengan dosis 2,5 mL/200gramBB dan ditambahkan jus buah delima 1,8 mL/200gramBB dua kali sehari (total dalam satu hari 3,6 mL/200gramBB), yaitu pada pagi hari pukul 07.00 WIB dan pada sore hari pukul 15.00 WIB. Pemberian secara oral menggunakan sonde selama tiga minggu.

d. Kelompok 4 : Hiperkolesterolemik dengan perlakuan jus buah delima dosis kedua. Pada hari ke-8 tikus putih diberikan pakan tinggi kolesterol dengan dosis 2,5 mL/200gramBB dan ditambahkan jus buah delima 2,7 mL/200gramBB dua kali sehari (total dalam satu hari 5,4 mL/200gramBB), yaitu pada pagi hari pukul 07.00 WIB dan pada sore

commit to user

selama tiga minggu.

6. Setiap minggu dilakukan pengukuran berat badan. Bila terjadi kenaikan badan yang signifikan maka dilakukan penyesuaian dosis jus delima.

7. Setelah tiga minggu perlakuan, dilakukan pengambilan darah seluruh tikus putih untuk pemeriksaan kadar kolesterol LDL darah posttest. Sebelumnya subjek dipuasakan selama 12 jam. Pengambilan darah dilakukan dengan cara menusukkan pipa kapiler di daerah saccus medianus orbitalis, maka darah akan mengalir melalui pipa kapiler dan dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge. Darah dipusingkan selama 10-15 menit dengan kecepatan 3000 rpm sehingga didapatkan serum darah untuk diperiksa kadar kolesterol LDL. Kemudian serum dikirim ke Unit Pra-Klinik LPPT UGM, Yogyakarta untuk diketahui hasil kadar kolesterol LDL darah tikus.

8. Membandingkan hasil pemeriksaan kadar kolesterol LDL darah tikus putih pretest dan posttest. Kemudian data dianalisis dan dilakukan uji statistik.

K. Teknik Analisis Data

Data pre dan posttest masing – masing kelompok dianalisis secara statistik menggunakan T – paired test untuk mengetahui adanya perbedaan yang bermakna antara kadar kolesterol LDL darah tikus putih pre dan posttest. Perbedaan rerata pada penurunan kadar kolesterol LDL darah pada keempat kelompok tikus putih dianalisis dengan ANOVA test dengan derajat kemaknaan a = 0,05. Jika terdapat perbedaan yang bermakna dilanjutkan

commit to user

software SPSS for Windows versi16.

commit to user

BAB IV HASIL PENELITIAN

Penelitian mengenai pengaruh jus buah delima (Punica granatum) terhadap kadar kolesterol LDL menggunakan sampel tikus putih sebanyak 32 ekor, strain Wistar , kelamin jantan, berumur kira-kira 3 bulan dan berat badan 200 gram. Sampel tikus tersebut dibagi secara acak menjadi 4 kelompok perlakuan, sehingga masing- masing kelompok terdapat 8 ekor sampel tikus. Kelompok I diberi perlakuan pemberian pakan hiperkolesterolemik, kelompok II diberi perlakuan pakan hiperkolesterolemik dan Simvastatin, kelompok III diberi pakan hiperkolesterolemik dan jus buah delima dosis 3,6 mL/200gramBB dan kelompok IV diberi pakan hiperkolesterolemik dan jus buah delima dosis 5,4 mL/200gramBB.

Seluruh sampel tikus sebelum diberi perlakuan diadaptasikan selama 7 hari dan ditimbang berat badannya untuk penentuan dosis perlakuan. Kemudian, pada hari ke-7, seluruh sampel dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol LDL, sebagai pretest. Perlakuan pada sampel dimulai dari hari ke-8 hingga hari ke-28. Pada hari ke-28, seluruh sampel dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol LDL, sebagai posttest.

Penelitian ini menggunakan uji normalitas untuk mengetahui distribusi data apakah normal atau tidak, bila nilai p>0,05 maka distribusi data normal. Pada uji

commit to user

normalitas kelompok sebelum perlakuan (lampiran 3), seluruh kelompok memiliki nilai p>0,05, sehingga distribusi data pretest normal. Pada uji normalitas kelompok setelah perlakuan (lampiran 3), seluruh kelompok juga memiliki nilai p>0,05, sehingga distribusi data posttest normal.

Untuk uji homogenitas, sebagai syarat uji ANOVA, menilai apakah varian populasi homogen atau tidak. Bila p>0,05 maka diasumsikan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok data adalah homogen. Hasil uji pada kelompok pretest dan posttest (lampiran 3), menunjukan nilai p=0,26 dan p=0,91, sehingga hasil tersebut diasumsikan varian data homogen.

Pada hasil statistik seluruh kelompok dengan sampel 8 ekor tikus putih tiap kelompok, memiliki nilai simpang baku yang cukup tinggi. Sehingga dieliminasi 1 sampel yang memiliki nilai jauh dari rata-rata kelompok. Pengambilan sampel tiap kelompok menjadi 7 sampel ini masih memenuhi persyaratan subjek penelitian menurut perhitungan Rumus Federer, yaitu sampel lebih dari 6 ekor.

Pada pemeriksaan kadar LDL darah sebelum perlakuan, yaitu setelah seluruh sampel diaptasikan selama 7 hari, didapatkan nilai kolesterol LDL sebagai berikut :

commit to user

Tabel 1. Kadar kolesterol LDL darah tikus putih sebelum perlakuan (pretest)

Kelompok

Rerata kadar kolesterol LDL ± SB (mg/dl) Kelompok I

7 18,27 ± 8,81

Kelompok II

7 14,25 ± 6,35

Kelompok III

7 17,61 ± 6,77

Kelompok IV

7 14,30 ± 2,40

Hasil pemeriksaan kadar kolesterol LDL darah tikus putih sebelum perlakuan yang tertera dalam tabel 1 digambarkan lebih jelas perbedaan antar kelompok dalam grafik berikut ini :

Gambar 1. Rerata kadar kolesterol LDL darah tikus putih sebelum perlakuan (pretest) pada Kelompok I, II, III dan IV.

Kadar kolesterol LDL darah

commit to user

Berdasarkan hasil pada tabel 1, perbedaan rerata kadar kolesterol LDL sebelum perlakuan pada keempat kelompok sampel dilakukan uji analisis secara statistic dengan uji ANOVA (lampiran 4) dan didapatkan nilai p=0,533. Dengan nilai p=0,533 (p>0,05), maka Ho diterima sehingga tidak ada perbedaan bermakna rerata kadar kolesterol LDL sebelum perlakuan diantara keempat kelompok sampel perlakuan tersebut.

Kemudian sampel diukur lagi kadar kolesterol LDL darah setelah masa perlakuan selama 21 hari, didapatkan hasil pemeriksaan sebagai berikut :

Tabel 2. Kadar kolesterol LDL darah tikus putih setelah perlakuan (posttest)

Kelompok

Rerata kadar kolesterol LDL ± SB (mg/dl) Kelompok I

7 31.17 ± 5,18

Kelompok II

7 29,97 ± 8,27

Kelompok III

7 26,15 ± 4,90

Kelompok IV

7 35,74 ± 10,22

Hasil pemeriksaan kadar kolesterol LDL darah tikus putih setelah perlakuan yang tertera dalam tabel 2 digambarkan lebih jelas perbedaan antar kelompok dalam grafik berikut ini :

commit to user

Gambar 2. Rerata kadar kolesterol LDL darah tikus putih setelah perlakuan (posttest) pada Kelompok I, II, III dan IV.

Berdasarkan hasil pemeriksaan pada tabel 2, perbedaan rerata kadar kolesterol LDL setelah perlakuan pada keempat kelompok sampel dilakukan uji analisis secara statistic dengan uji ANOVA (lampiran 4) dan didapatkan nilai p=0,148. Dengan nilai p=0,148 (p>0,05), maka Ho diterima sehingga perbedaan rerata kadar kolesterol LDL setelah perlakuan diantara keempat kelompok sampel perlakuan tersebut yang tidak signifikan secara statistik.

Dari hasil rerata sebelum dan setelah perlakuan di atas, dilakukan uji statistik T-Paired Test untuk menilai ada atau tidaknya perbedaan kadar kolesterol LDL darah

pada pemeriksaan sebelum dan sesudah perlakuan dengan nilai kemaknaan p<0,05. Hasilnya sebagai berikut :

Kadar kolesterol LDL darah

commit to user

Tabel 3. Hasil T-test kadar kolesterol LDL darah tikus putih sebelum dan setelah

perlakuan.

Kelompok

Rerata Kadar kolesterol LDL sebelum perlakuan

± SB (mg/dl)

Rerata Kadar kolesterol LDL setelah perlakuan

± SB (mg/dl)

Nilai p

Pada tabel 3 menunjukan bahwa keempat kelompok menunjukan peningkatan kadar kolesterol LDL darah yang signifikan (p<0,05). Perbedaan rerata hasil pemeriksaan kadar kolesterol LDL darah tikus putih sebelum dan sesudah perlakuan yang tertera dalam tabel 1 dan 2 digambar dalam grafik sebagai berikut :

commit to user

Gambar 3. Rerata kadar kolesterol LDL darah tikus putih sebelum dan setelah perlakuan.

Rerata kadar kolesterol LDL darah tikus putih yang terlihat di grafik gambar 3 menunjukan adanya peningkatan kadar kolesterol LDL darah antara sebelum dan sesudah perlakuan. Peningkatan kadar kolesterol LDL darah tertinggi terlihat pada kelompok IV, sedangkan peningkatan kadar kolesterol LDL darah terendah yaitu kelompok III. Pada pemeriksaan kolesterol LDL darah setelah perlakuan, kelompok

III memiliki kadar kolesterol LDL darah yang terendah dibandingkan dengan ketiga kelompok yang lain. Sedangkan kelompok IV memiliki kadar kolesterol LDL darah tertinggi pada pemeriksaan setelah perlakuan.

Kelompok I

Kelompok II

Kelompok III

Kelompok IV

pre test post test

commit to user

BAB V PEMBAHASAN