d8a77d50dd0a01339db922bd64fdd921

(1)

PERKEMBANGAN

FISIK DAN MOTORIK ANAK USIA DINI

PERKEMBANGAN FISIK DAN MOTORIK ANAK USIA DINI

DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

2016


(2)

PERKEMBANGAN FISIK DAN MOTORIK ANAK USIA DINI

I. PENDAHULUAN

Pendidik sebaiknya mengikuti tren-tren pendidikan usia dini yang baru, sehingga masalah bagaimana menyusun aktvitas-aktivitas secara optimal untuk anak dapat dilakukan sesuai kebutuhan anak. Program pendidikan anak usia dini telah mengalami perubahan dan semakin beragam dalam beberapa tahun belakangan ini karena banyak orang semakin menyadari pentingnya memberikan pengalaman pendidikan selama tahun-tahun awal kehidupan anak. Karakteristik pendidikan yang diberikan pun mengalami beberapa perubahan, antara lain: 1. Suku dan budaya yang semakin beragam diantara para siswa yang menuntut pemahaman

dan pendekatan pendidikan dari berbagai budaya.

2. Pendidikan yang semakin terbuka dalam memfasilitasi anak-anak dengan kebutuhan khusus seperti anak dengan berbagai ketunaan, autism, dan lain sebagainya, salah satunya dengan memperbanyak sekolah inklusi.

3. Usia masuk sekolah yang semakin muda dan durasi kegiatan di sekolah yang semakin panjang.

Semua perubahan ini membutuhkan suatu program terobosan yang mampu memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan baru yang timbul. Tapi sebagai awal, pendidik harus mendapatkan bekal mengenai prinsip-prinsip penting mengenai perkembangan dan pembelajaran anak berdasarkan tahap perkembangan.

Ketika bayi mulai belajar merangkak atau berjalan, ia memiliki kemampuan untuk semakin menggali lingkungan sekitarnya, dan apa yang ia dapat dari eksplorasinya akan berpengaruh terhadap perkembangan kognitifnya. Contoh lain, seiring dengan kemampuan bahasa anak yang semakin meningkat, ia menjadi semakin mampu untuk berelasi dengan orang-orang lain, dan semakin banyak ia berelasi dengan orang-orang lain, semakin kaya pula wawasan dan kemampuan bahasanya.

II.PERKEMBANGAN MOTORIK

1. Perkembangan Motorik dan Koordinasi Mata – Gerakan untuk usia 0 sampai dengan 8 bulan

a) Bayi sudah dapat melakukan gerakan reflek yang cukup kompleks, seperti: menari sesuatu untuk diisap, berpegangan ketika akan jatuh, mengubah posisi kepala apabia sulit bernafas, menghindari cahaya terang, bau yang menyengat, dan kesakitan. b) Meletakkan tangan atau benda di dalam mulut.

c) Mencoba menggapai benda yang menarik.

d) Menggenggam dan melepaskan benda berkali-kali dalam satu waktu. e) Mengangkat kepala dan menahannya.


(3)

f) Mampu duduk tanpa ada sandaran. g) Berguling.

h) Memindahkan dan memainkan benda dengan tangan. i) Merangkak.

2. Perkembangan Motorik dan Koordinasi Mata – Gerakan untuk usia 8 sampai dengan 18 bulan

a) Duduk dengan baik di kursi

b) Menarik badan ke atas, berdiri sambil berpegangan pada perabot c) Berjalan dengan dituntun ataupun sendiri

d) Melempar benda e) Menaiki tangga

f) Menggunakan spidol di atas kertas

g) Membungkuk, berlari kecil, dan berjalan mundur beberapa langkah

3. Perkembangan Motorik dan Koordinasi Mata – Gerakan untuk usia 18 sampai dengan 36 bulan

a) Membuat tulisan yang tidak beraturan dengan spidol atau crayon. b) Berjalan menaiki dan menuruni tangga.

c) Menendang bola.

d) Berdiri dengan satu kaki. e) Merangkai manik-manik. f) Menggambar lingkaran.

g) Berdiri dan berjalan dengan berjingkat.

h) Berjalan menaiki tangga dengan satu kaki pada setiap pijakannya. i) Memegang gunting.


(4)

III. Perkembangan dan Pembelajaran Pada Anak Usia 3-5 Tahun

1. Pertumbuhan Fisik

a) Tubuh tidak lagi berat di bagian atas seperti anak balita. Pertumbuhan tubuh terutama terlihat pada batang tubuh dan kaki.

b) Pertumbuhan fisik lebih mantap namun lebih lambat jika dibandingan dengan tiga tahun pertama.

c) Secara umum, berat anak bertambah antara 2-3 kg dan tingginya bertambah 5-8 cm per tahun.

d) Sering salah menilai ukuran badan (anak tidak mau percaya bahwa badannya sudah bertambah besar sehingga baju kesayangannya sudah tidak muat lagi).

e) Masih kurang terlatih dalam merencanakan gerakan sehingga cenderung menggunakan cara yang lebih sulit untuk sampai ke suatu tempat.

2. Perkembangan Motorik Kasar

Pada rentang usia 3-5 tahun ini, anak mulai dapat menapak dan berpijak dengan stabil. Kemampuan menggerakkan lengan dan tungkai kaki juga semakin meningkat sehingga dapat melakukan aktivitas seperti berlari, melompat, dan memanjat. Sayangnya, sistem saraf anak belum berkembang sempurna sehinggga ia masih lambat dalam bereaksi. Ciri-ciri umum mengenai kemampuan motorik kasar anak pada kenyataannya dapat berbeda. Kemampuan ini tidak selalu sama antara satu anak dengan anak lain. Hal ini tergantung dari tingkat kematangannya, motivasinya, pengalaman-pengalaman yang diperolehnya, dan dukungan dari orang dewasa.

Perkembangan motorik kasar anak dari usia 3, 4, dan 5 tahun cukup berbeda dari satu tahun ke tahun lain sehingga dapat dijabarkan sebagai berikut.

a. Usia 3 tahun:

1) Berjalan tanpa melihat ke kaki, berjalan mundur, berlari dengan langkah yang teratur, membelok dan berhenti dengan baik.

2) Menaiki tangga dengan menapakkan kaki secara bergantian, berpegangan pada pegangan tangga untuk menjaga keseimbangan.

3) Melompat dari tangga atau tempat lain yang rendah.

4) Belum dapat membuat perkiraan yang tepat ketika akan melompati sesuatu. 5) Koordinasi gerakan semakin baik. Anak mulai mengerakan kaki dan tangan untuk


(5)

memperhatikan arah pada saat melakukan kegiatan ini sehingga sering menabrak benda lain.

6) Memperkirakan ketinggian dan kecepatan (terlihat saat bermain lempar bola). 7) Belum dapat menilai kemampuannya dengan realistis/tepat sehingga kadang terlalu

percaya diri atau justru terlalu takut dalam melakukan sesuatu.

8) Kurang stabil saat berdiri dengan satu kaki; menjaga keseimbangan dengan susah payah pada papan keseimbangan selebar 10 cm sambil memperhatikan kaki. 9) Bermain dengan aktif (mencoba mengimbangi anak-anak yang lebih besar)

kemudian memerlukan istirahat; dapat tiba-tiba menjadi rewel/merajuk jika terlalu lelah.

b. Usia 4 tahun:

1) Menapak dengan baik saat berjalan; belum dapat melompat dengan ritme/irama yang teratur; berlari dengan baik.

2) Berdiri dengan satu kaki lebih dari 5 detik; mampu menguasai keseimbangan di atas papan selebar 10 cm namun masih sulit apabila lebar papan hanya 5 cm dan tanpa melihat kaki.

3) Menuruni tangga dengan kaki menapak bergantian; mampu menempatkan kaki dengan tepat saat memanjat.

4) Memperkirakan waktu melompat dengan tepat sehingga bisa bermain lompat tali atau permainan-permainan yang memerlukan reaksi cepat.

5) Mulai dapat mengkoordinasikan gerakan pada saat memanjat atau ketika melompat di atas trampolin kecil.

6) Lebih sadar akan kemampuan dan keterbatasannya, serta akibat dari perilaku-perilaku yang dapat membahayakan; masih memerlukan bantuan untuk menyeberangi jalan atau melindungi diri pada kegiatan-kegiatan tertentu.

7) Beraktivitas dalam jangka waktu lama dan tetap bersemangat (menyebabkan kebutuhan akan cairan dan kalori meningkat); kadang menjadi terlalu bersemangat dan kurang dapat mengontrol diri saat beraktivitas dalam kelompok.


(6)

c. Usia 5 tahun:

1) Berjalan mundur, melompat, dan berlari dengan cepat; dapat mengkoordinasikan gerakan untuk bermain.

2) Berjalan pada papan keseimbangan selebar 5 cm dengan baik.

3) Melompat di tempat dan melompati benda dengan baik, menjaga ritme/irama yang teratur dalam melangkah atau menapak.

4) Melompati beberapa anak tangga sekaligus; bermain lompat tali dengan baik. 5) Memanjat dengan baik.

6) Mengkoordinasikan gerakan untuk berenang atau mengendarai sepeda.

7) Kemampuan menilai diri belum stabil sehingga kadang bertindak terlalu nekat, namun sudah dapat mengikuti aturan dan batas waktu.

8) Energy tinggi; jarang kelelahan; susah untuk diam dan selalu mencari permainan atau kegiatan.

d. Hal-hal yang perlu diperhatikan

1) Jangan memberikan aktivitas yang mengharuskan anak duduk terlalu sering atau terlalu lama.

2) Berikan anak kegiatan yang membuat anak bergerak dan tetap aktif, termasuk juga bagi anak berkebutuhan khusus. Untuk anak berkebutuhan khusus, beberapa permainan perlu disesuaikan, misalnya tempat bermain dibuat untuk dapat dijelajahi dengan kursi roda, menggunakan tanda atau simbol untuk membantu anak tuna rungu bermain musik.

3) Berikan kegiatan yang menumbuhkan perasaan “saya bisa” dan percaya diri. Contoh: meminta anak-anak membawa atau mengangkat benda tertentu, berjalan lintas alam, melakukan olahraga, meminta anak bergerak mengikuti musik, berperan dalam drama singkat.

4) Sediakan area besar di dalam ruangan agar anak dapat bergerak bebas dan melakukan berbagai kegiatan.

5) Sediakan beraneka ragam peralatan bermain untuk di dalam ruangan, seperti trampolin kecil, tangga, papan keseimbangan, lingkaran untuk melompat/hulahop, lompat tali, papan luncur, panggung boneka, pasak untuk lempar cincin, puzzle untuk dimainkan di lantai, balok berongga, dan kereta anak untuk bermain peran.

6) Sediakan peralatan bermain untuk di luar ruangan, seperti net/jaring kecil, bola pantai untuk bermain voli, pemukul dari gabus dan bola, sepeda roda tiga, papan luncur.


(7)

7) Ajak anak melakukan kegiatan luar ruangan, seperti melompat, bermain bola, menghindari rintangan, melakukan permainan kelompok, berjalan di papan keseimbangan, menaiki tangga, dan memanjat.

8) Awasi anak saat sedang beraktivitas fisik. Pastikan terdapat pengaman-pengaman yang diperlukan, misalnya dengan meletakkan matras pengaman setebal 15-20 cm di bawah mainan panjat-panjatan.

3. Perkembangan Motorik Halus

Perkembangan motorik halus anak usia 3-5 tahun pada dasarnya cenderung lambat. Akan tetapi bukan berarti boleh dibiarkan berjalan apa adanya. Tersedianya banyak kesempatan, peralatan yang tepat, dan dukungan dari orang dewasa dapat meningkatkan laju perkembangan ini. Hanya saja, Anda tetap perlu berhati-hati dalam mendorong anak berkembang karena memaksa anak untuk mengerjakan tugas-tugas motorik halus

terlalu dini hanya akan membuatnya frustrasi dan menemui kegagalan.

Seperti pada motorik kasar, perkembangan motorik halus anak juga cukup berbeda dari usia 3, 4, dan 5 tahun sehingga kemampuan anak dapat dijabarkan sebagai berikut.

a. Usia 3 tahun:

1) Menancapkan pasak besar pada papan pasak; merangkai manik-manik besar; menuang air ke dalam wadah dengan adanya sebagian yang tumpah.

2) Membangun menara dengan balok mainan; dengan mudah menyusun kepingan-kepingan puzzle.

3) Mudah lelah saat melakukan aktivitas yang banyak menuntut gerakan tangan yang terkontrol.

4) Menggambar bentuk dasar seperti lingkaran.

5) Mulai merancang gambar benda seperti rumah; menggambar benda-benda yang saling berhubungan.

6) Memegang alat tulis dengan jari, bukan digenggam.

7) Melepaskan pakaian sendiri namun masih memerlukan bantuan saat mengenakan pakaian; membuka kancing dengan terampil namun lambat saat mengancingkan.


(8)

b. Usia 4 tahun:

1) Menancapkan pasak kecil pada papan pasak; menguntai manik-manik kecil dan menyusunnya mengikuti pola sederhana; menuang pasir atau cairan ke wadah yang kecil.

2) Menyusun bangunan dari balok dengan lebih rumit dan mengembangkan susunan balok tersebut kesamping; kemampuan memperkirakan ruang/jarak masih rendah sehingga sering menabrak.

3) Senang memainkan mainan yang memiliki bagian-bagian kecil; senang menggunakan gunting; berulang-ulang melakukan kegiatan yang sama hingga benar-benar menguasainya.

4) Menggambar gabungan dari beberapa bentuk dasar; menggambar manusia dengan sedikitnya 4 bagian tubuh; menggambar sesuatu yang bentuknya dapat dikenali orang dewasa.

5) Mengenakan dan melepaskan pakaian tanpa bantuan; menyikat gigi dan menyisir rambut sendiri; sudah jarang menumpahkan sesuatu dari dalam gelas maupun sendok; menalikan tali sepatu atau baju namun belum dapat mengikatnya.

c. Usia 5 tahun:

1) Memukul paku dengan palu; menggunakan gunting dan obeng sendiri. 2) Menggunakan keyboard komputer.

3) Menyusun bangunan 3-dimensi dengan balok; dengan mudah mengerjakan puzzle yang terdiri dari 10-15 keping.

4) Suka membongkar dan merakit kembali benda-benda; memakaikan dan melepaskan pakaian pada boneka.

5) Tahu arah kiri dan kanan namun masih sering tertukar.

6) Menjiplak bentuk; menggabungkan 2 atau lebih bentuk geometris dalam menggambar dan menyusun bentuk.

7) Menggambar manusia; menulis huruf dengan berantakan tetapi sudah dapat dikenali oleh orang dewasa; memasukan situasi dan latar belakang dalam menggambar; mampu menulis nama depannya sendiri.

8) Membuka dan menutup ritsleting jaket; membuka dan menutup kancing dengan baik; mengikat tali sepatu dengan bantuan orang dewasa; berpakaian dengan cepat.


(9)

d. Hal-hal yang perlu diperhatikan

1) Ketahuilah tugas-tugas motorik halus yang bisa dikerjakan anak dan doronglah mereka untuk mencoba hal-hal baru.

2) Sediakan peralatan, seperti: benda-benda kecil untuk disusun dan dihitung, papan pasak, manik-manik, pakaian dengan ritsleting, kancing dan dasi untuk bermain kostum, boneka dan perhiasannya, alat tulis dan gambar, gunting, cat, dan tanah liat.

3) Sediakan kesempatan untuk mempraktekkan kemampuan motorik halusnya, seperti: menuang susu sendiri, menata meja, makan, dan berpakaian..


(10)

IV. Pelajaran Pengembangan Motorik Kasar

Bertujuan untuk melatih gerakan motorik kasar anak.

Baik Untuk Dilakukan Jangan Dilakukan

 Memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk bergerak bebas.

 Melatih anak mengontrol gerakan melalui kegiatan-kegiatan yang gerakannya harus diatur.

 Merencanakan kegiatan di dalam maupun di luar ruangan yang mengharuskan anak menjaga

keseimbangan, berlari, melompat, dan melakukan gerakan-gerakan dengan tenaga dan semangat.

 Hanya melakukan kegiatan di dalam dan luar ruangan yang menggunakan otot besar sekali dalam seminggu karena dianggap mengganggu waktu belajar.

 Tidak terlibat saat anak melakukan kegiatan di luar ruangan karena menganggapnya sebagai waktu istirahat agar anak dapat menggu-nakan kelebihan energi.

V. Pelajaran Pengembangan Motorik Halus

Bertujuan agar kemampuan motorik halus anak semakin berkembang dan disempurnakan.

Baik Untuk Dilakukan Jangan Dilakukan

 Memberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan motorik halus melalui kegiatan bermain (seperti memasangkan bentuk ke dalam lubang pasak yang sesuai, merangkai manik-manik (meronce), menyusun bangunan, bermain puzzle), menggambar,

melukis, membentuk tanah liat,

menggunting, dan kegiatan sejenisnya.  Memberikan anak melakukan kegiatan rutin yang membutuhkan motorik halus seperti menuang minuman atau

berpakaian sendiri.

 Memberikan tugas motorik halus yang terlalu sulit.

 Mengharapkan anak-anak untuk melakukan tugas-tugas motorik halus dalam jangka waktu yang panjang.  Membatasi kegiatan motorik halus

pada berlatih menulis, mewarnai gambar yang telah tersedia, menghubungkan titik-titik, dan kegiatan lain yang bahan-bahannya sudah hampir jadi.


(11)

Baik Untuk Dilakukan Jangan Dilakukan  Memberikan kesempatan bagi

anak-anak untuk mengembangkan kemampuan bantu diri seperti

berpakaian, menggunakan kamar kecil, mengambil makanan dan makan

sendiri, menyikat gigi, mencuci tangan, dan membantu membereskan mainan.  Bersikap sabar jika terkadang anak

gagal menggunakan kamar kecil pada waktunya (sehingga mengom-pol atau buang air besar di celana),

menumpahkan makanan, atau tidak berhasil menyelesaikan tugas.

 Melakukan tugas sehari-hari yang seharusnya dilakukan sendiri oleh anak hanya agar lebih cepat selesai dan tidak berantakan.

 Marah atau mempermalukan anak jika gagal menggunakan kamar kecil pada waktunya atau menumpahkan sesuatu.


(12)

VI. TAHAPAN PERKEMBANGAN KARYA ANAK

Tahapan Main Sensorimotor

Tahap 1

Mengulang gerakan beberapa kali untuk melanjutkan tanggapan pancaindera; reaksi perputaran pertama; anak hanya terlibat dengan badannya; mainan dan benda lain tidak digunakan.

Contoh:

1. Memercikkan air dengan tangan; 2. Menepuk atau meremas-remas pasir; 3. Bertepuk atau melambaikan tangan.

Tahap 2

Mengulang-ulang gerakan dengan benda atau beberapa benda beberapa waktu untuk menjaga lingkungan yang menarik pandangan, pendengaran, atau yang terkait dengan perabaan. Contoh:

1. Memukul-mukul pasir;

2. Menuang air dari wadah dengan tangan; 3. Memercikkan air ke mainan.

Tahap 3

Mengulang-ulang urutan sebab-akibat sederhana, kemudian memilih cara untuk mencapainya, seperti: mengosongkan, mengisi, menyembunyikan, menemukan, membangun, dan merobohkan.

Contoh:

1. Mengisi keranjang atau wadah lainnya menggunakan sekop dan/atau tangan (anak terlihat memiliki tujuan mengisi wadah dan menggunakan urutan sebab/akibat yang sederhana [misalnya: mengisi sekop dan menuangkannya ke dalam wadah] untuk mencapai tujuan). 2. Menuangkan air ke dalam teko dengan tujuan mengisi penuh teko tersebut.

3. Menyembunyikan dan menemukan benda di dalam air atau pasir. 4. Menyusun balok-balok ke atas, kemudian merobohkannya kembali.

Tahap 4

Anak mulai mencoba-coba. Tujuan main di pertahankan tetapi perilaku untuk mencapai tujuan tidak menjadi hal utama. Cara yang dilakukan oleh anak selama pengulangan berubah-ubah. Mungkin mereka memiliki perasaan: “Saya sedang mencoba mengerti ini.”


(13)

1. Anak mengisi keranjang dengan pasir dengan menggunakan sebuah sekop, tetapi penggunaan sekop dilakukan dengan berbagai cara selama proses bermain (coba-coba); 2. Anak mengosongkan teko air dengan cara menuangkan dengan berbagai cara sambil

mengamati air yang dituang.

Tahapan Perkembangan Meronce (Bermain Biji Manik-Manik Dan Tali)

Tahap 1 Main mengosongkan/mengisi

Tahap 2 Merangkai – digunakan sebagai bahan main peran seperti kalung atau mobil-mobilan

Tahap 3 Merangkai terus menerus Tahap 4 Merangkai berdasarkan warna Tahap 5 Merangkai berdasarkan bentuk

Tahap 6 Merangkai berdasarkan warna dan bentuk Tahap 7 Merangkai berdasarkan warna, bentuk

dan ukuran

Tahap 8 Membuat pola sendiri

Tahap 9 Membaca pola kartu dari bermacam-macam tingkat kesulitan

Tahapan Perkembangan Menggunting

Pra Menggunting

Memungut atau Menjepit Banda-benda Kecil

Kegiatan yang memperkuat koordinasi tangan dan genggaman penjepit harus dimulai sejak bayi dengan:

 Memungut benda-benda kecil dengan tangan atau penjepit;

 Main jari menggunakan jari-jari untuk menulis (ibu jari, telunjuk dan jari tengah);  Kegiatan ini harus dilanjutkan selama masa usia dini.

Merobek dan Meremas

engalaman awal menggunting lainnya untuk memperkuat koordinasi tangan dan genggaman penjepit.

Latihan ini membuat anak siap menggunting. Anak harus dibolehkan untuk meremas, merobek dan menggunting setiap hari.

Perkembangan Menggunting

Tahap 1 Menggunting Sekitar Pinggiran Kertas

Tahap 2 Menggunting Dengan Sepenuh Bukaan Gunting

Tahap 3 Membuka dan Menggunting Terus Menerus Sepanjang Kertas Tahap 4 Menggunting Diantara Dua Garis Lurus


(14)

Tahap 5 Menggunting Pada Garis Tebal Dengan Terkendali Tahap 6 Menggunting Bermacam-Macam Bentuk

Tahapan Perkembangan Karya Seni Anak

Tahap 1

Menggambar Melukis

Coretan awal; coretan acak; Bercak warna-warni; coretan-coretan selalu berhu- secara acak, seperti bungan selah-olah "krayon" mencoret atau menyikat tidak pernah lepas dari kertas. mengenal cat dan kertas. Tahap 2

Menggambar Melukis

Coretan terarah; Pemisahan warna; olesan Tanda-tanda tertentu tertentu diulang-ulang (seperti garis-garis atau secara terarah, olesan-olesan titik-titik) diulang-ulang; itu belum berhubungan. biasanya bentuk lonjong;

Tanda-tanda itu belum berhubungan.

Tahap 3

Menggambar Melukis

Penambahan pada bentuk- Bercak-bercak warna bergabung bentuk lonjong; yang sering satu dengan yang lainnya pada ditambahkan garis-garis dan pinggiran bercak-bercak titik-titik; biasanya garis-garis warna-warna itu.

menyebar dari bentuk lonjong dan titik-titik di dalam bentuk lonjong.

Tahap 4

Menggambar Melukis

Mulai muncul gambar Warna ditumpuk di atas “Kepala Besar”; titik-titik dan warna. Daerah gambar garis-garis dalam bentuk diwarnai secara hati-hati. lonjong menyerupai wajah;

mengambang di atas kertas. Tahap 5

Menggambar Melukis

Gambar ”Kepala Besar” Mulai muncul gambar ”Ke dengan Mulai muncul pala besar”; bercak-bercak

gambar Kaki; mengam- warna mempunyai garis-garis bang di atas

kertas. yang menyebar dari bercak-

bercak tersebut; garis-garis itu terlihat seperti kaki; mengambang di atas kertas.


(15)

Jika gambar dan lukisan sudah berada di atas tahap lima maka gambar dan lukisan dinilai sama seperti berikut:

Tahap 6

Gambar “Kepala Besar” dengan kaki dan bagian-bagian badan lainnya khususnya tangan; mengambang di atas kertas. Muncul awal tulisan. Huruf mengambang seperti garis-garis. Tahap 7

“Kepala Besar” dengan bentuk batang sebagai badan dan anggota-anggota tubuh lainnya; mengambang di atas kertas.

Tahap 8

“Kepala Besar” dengan bentuk batang tertutup, bentuk batang berisi, atau bentuk batang segi tiga sebagai badan dan anggota-anggota tubuh lainnya; mengambang di atas kertas.

Tahap 9

Gambar rumah sederhana yang menyerupai wajah; obyek-obyek sederhana lainnya (seperti kupu-kupu atau bunga-bunga); mengambang di atas kertas.

Tahap 10

Bagian paling bawah kertas digunakan sebagai garis dasar dan gambar-gambar obyek yang bisa dikenali ditempatkan disitu; obyek-obyek ditempatkan secara tepat di langit, disamping rumah di bagian paling bawah kertas, dan seterusnya.

Tahap 11

Sebuah garis dasar menopang rumah dan/atau obyek-obyek lain. Konsep tanah dan proporsi gambar dan lukisan mulai terlihat. Variasi gambar mulai komplek: ada rumah, orang, pohon, bunga, awan, dan binatang.

Tahap 12

Garis dasar mulai muncul sebagai garis batas langit, menunjukkan anak mulai sadar ruang dua dimensi; obyek-obyek diletakkan dengan tepat.

Tahapan Perkembangan Bermain Balok

Tahap 1 Tanpa Bangunan

Anak menggunakan balok, tetapi tidak membangun. Anak meneliti ciri-ciri fisik dari balok dengan membuat suara-suara, memindahkan, menggerakkan, melakukan percobaan, dan memanipulasi balok dengan badannya sendiri, main mengisi dan mengosongkan.

Tahap 2 Susunan Garis Lurus ke Atas

Anak menumpuk atau menyusun balok-balok secara vertikal.

Tahap 3 Susunan Garis Lurus ke Samping

Anak menempatkan balok-balok bersisian atau dari ujung ke ujung dalam satu garis.


(16)

Anak membangun dengan cara menggabungkan tumpukan-tumpukan balok dan/atau menumpuk garis demi garis (sisi demi sisi menumpuk).

Tahap 5 Susunan Daerah Mendatar

Anak mengkombinasikan barisan-barisan dari balok dalam daerah mendatar.

Tahap 6 Ruang Tertutup ke Atas

Anak menempatkan dua balok sejajar yang berjarak dan menghubungkan diantara dua balok dengan satu balok di atasnya, membentuk lengkungan atau jembatan.

Tahap 7 Ruang Tertutup Mendatar

Anak membuat bentuk seperti kotak terbuka dari empat atau lebih balok-balok.

Tahap 8 Menggunakan Balok Untuk Membangun Bangunan Tiga Dimensi yang Padat

Anak membuat daerah mendatar dari balok dan menumpuk satu atau lebih lapisan dari balok; menyusun bangunan tiga dimensi yang penuh tidak berongga.

Tahap 9 Ruang Tertutup Tiga Dimensi

Anak membuat atap pada bangunan seperti kotak yang terbuka; menjadi ruang tertutup tiga dimensi.

Tahap 10 Menggabungkan/Mengkombinasikan Beberapa Bentuk Bangunan Anak menggunakan bermacam-macam kombinasi dari bangunan-bangunan garis lurus, dua dimensi (area), dan tiga dimensi (ruang); anak belum memberi nama apa yang dibangunnya.

Tahap 11 Mulai Memberi Nama

Anak membangun satu bangunan dan memberi nama pada balok satu-satu sebagai “benda” walaupun bangunan atau bentuk balok itu tidak seperti “benda” itu, tetapi tetap mewakili pikiran anak.

Tahap 12 Satu Bangunan, Satu Nama

Anak memberi nama pada seluruh bangunan balok sebagai satu “benda;” satu bangunan merepresentasikan satu benda. Beberapa tahapan sebelumnya harus ada, jangan disilaukan oleh nama atau cerita.

Tahap 13 “Bentuk-bentuk” Balok diberi Nama

Anak memberi nama “bentuk-bentuk " balok dala satu bangunan mewakili “benda-benda”. Lebih dari satu balok digunakan untuk membentuk obyek (contoh: kursi).

Tahap 14 Memberi Nama Obyek-obyek yang Terpisah

Anak membangun bangunan termasuk obyek-obyek yang terpisah; memberi nama pada masing-masing obyek tersebut.


(17)

Tahap 15 Merepresentasikan Ruang Dalam

Anak membangun bangunan tertutup yang merepresentasikan ruang dalam; ruang dalam belum sempurna.

Tahap 16 Obyek-obyek di dalam Ditempatkan di Luar

Anak membangun bangunan tertutup yang merepresentasikan ruang dalam dan ruang luar; obyek di dalam ditempatkan di luar.

Tahap 17 Representasi Ruang Dalam & Ruang Luar secara Tepat

Anak membangun bangunan tertutup yang merepresentasi-kan ruang dalam dan ruang luar. Obyek-obyek di dalam dan di luar dipisahkan secara tepat.

Tahap 18 Bangunan Dibangun Sesuai Skala

Anak membangun bangunan dengan “bentuk-bentuk” balok terpisah; beberapa pengertian tentang skala mulai terlihat dalam bangunan.

Tahap 19 Bangunan Yang Terdiri Dari Banyak Bagian

Anak membangun secara rumit; terdiri dari ruang dalam, petunjuk, jalan, dan pengertian skala.

Tahapan Perkembangan Menulis

Tahap 1 Coretan-coretan Acak

Mulai membuat coretan; random scribbling; Coretan awal; coretan acak; coretan-coretan seringkali digabungkan seolah-olah “krayon” tidak pernah lepas dari kertas. Warna-warna coretan dapat dikelompokkan bersama dan menyatu atau terpisah dalam kelompok-kelompok setiap halaman. Coretan dapat satu warna atau beberapa warna.

Tahap 2 Coretan Terarah

Coretan terarah dimunculkan dalam bentuk garis lurus ke atas atau mendatar yang diulang-ulang; garis-garis, titik-titik, bentuk lonjong, atau lingkaran (huruf tiruan) mungkin terlihat tidak berhubungan dan menyebar secara acak di seluruh permukaan kertas.

Tahap 3 Garis dan Bentuk Khusus diulang-ulang, atau Menulis Garis Tiruan

Diwujudkan melalui bentuk, tanda, dan garis-garis yang terarah; dapat terlihat mengarah dari sisi kiri ke kanan halaman dengan huruf-huruf yang sebenarnya atau titik-titik sepanjang garis; dapat mengarah dari atas ke bawah halaman kertas.

Tahap 4 Latihan Huruf-huruf Acak atau Nama

Huruf-huruf muncul berulang-ulang diwujudkan dari namanya; beberapa dapat diakui dan yang lainnya sebagai simbol; dapat mengambang di atas kertas, digambarkan di dalam garis, ditulis dalam gambar sederhana yang sudah dikenalnya seperti sebuah rumah atau saling berhimpit di atas yang lainnya secara berulang-ulang. Huruf-huruf nama mungkin saling


(18)

tertukar , dan/atau ditulis di atas dan dibawah. Latihan nama dapat menggunakan huruf besar atau yang lainnya kecil, contoh-contoh yang abstrak atau benar.

Tahap 5 Menulis Nama

Nama mungkin yang pertama, terakhir, atau gabungan dan tulisan dapat muncul berulang-ulang dalam berbagai warna alat-alat tulis (spidol,ayon, pensil); nama dapat ditulis di depan atau sebagai cerminan pikiran, di dalam kotak dengan latar belakang atau bayangan berwarna; nama dapat ditulis di atas kertas dengan gambar di bawah; rangkaian angka-angka dan abjad dapat dimasukkan.

Tahap 6 Mencontoh Kata-kata di Lingkungan

Menulis kata-kata dari lingkungan secara acak dan diulang-ulang dalam berbagai ukuran, orientasi dan warna; termasuk nama anggota keluarga lainnya.

Tahap 7 Menemukan Ejaan

Usaha pertama untuk memeriksa dan mengeja kata-kata dengan menggabungkan huruf yang bermacam-macam untuk mewujudkan sebuah kata seperti yang digambarkan berikut ini: • Huruf konsonan awal (D mewakili Dinosaurus)

Huruf konsonan awal dan akhir (DS mewakili DinoSaurus) Huruf konsonan tengah (DNS mewakili DiNoSaurus)

• Huruf awal, tengah, konsonan akhir dan huruf hidup dituliskan pada tempatkan (DINOSAURUS)

Tahap 8 Ejaan Umum

Usaha-usaha mandiri untuk memisahkan huruf dan mencatatnya dengan benar menjadi kata lengkap.

Tahapan Perkembangan Bermain Peran

Tahapan bermain peran anak dapat diklasifikasikan ke dalam tiga karakteristik sebagai berikut: 1. Agen Simbolik (diarahkan pada apa/siapa atau siapa yang menerima tindakan).

2. Pengganti Simbolik (menggunakan alat-alat sebagai pemeranya).

3. Kerumitan Simbolik (jumlah dan kerumitan adegan, menggunakan naskah pendek dalam konteks yang sama).

Agen Simbolik 1

Anak pura-pura melakukan kegiatan. Contoh:

1. Anak pura-pura makan, tidur, atau minum;

2. Anak pura-pura menyisir atau menyikat rambutnya;


(19)

Agen Simbolik 2

Anak pura-pura mengarahkan kegiatan sederhana pada temannya atau benda. Contoh:

1. Anak memberi makan atau memandikan boneka; 2. Anak meletakkan boneka di tempat tidur;

3. Anak mendorong mobil-mobilan di lantai.

Agen Simbolik 3

Anak mengambil peran pura-pura secara aktif, tetapi tidak diarahkan kepada orang lain. Anak juga dapat menentukan peran untuk mainan atau benda. Anak tidak terlalu banyak bertanya untuk main peran. Mencari petunjuk-petunjuk sesuai yang ditentukan. (Misalnya: Anak meletakkan stetoskop di leher dan mendengarkan denyut jantung temannya atau boneka, tetapi tidak berkata “Saya dokter”). Anak dapat memahami tanda-tanda atau mengikuti temannya dalam kelompok main peran. (Contoh: Teman bertindak sebagai pilot pesawat, anak menentukan perannya sebagai penumpang pesawat).

Contoh:

1. Anak-anak pura-pura menjadi seorang guru dan membaca keras kepada boneka, teman lainnya, atau hanya pura-pura seseorang mendengarkan;

2. Pura-pura menjadi binatang; 3. Pura-pura menjadi sopir mobil;

4. Pura-pura memainkan kuda-kudaan kecil berlari ke kandang atau makan rumput kering (peran mikro).

Agen Simbolik 4

Anak tidak mengambil peran aktif, tetapi sebagai sutradara. Anak sebagai sutradara dengan mengarahkan teman atau mainan lainnya sebagai pelakunya. Ia mengatur tindakan dan memberitahukan pada temannya apa yang harus dilakukan (terlihat sebagai pemimpin). Contoh:

1. Anak pura-pura menjadi ibu yang memberi makan boneka bayi;

2. Anak berlagak seperti seorang sutradara, memberitahu temannya apa yang harus dilakukannya.

Pengganti Simbolik 1

Anak menggunakan benda nyata, dengan cara yang tepat, untuk menirukan sebuah kegiatan. Contoh:

1. Berpura-pura makan dengan menggunakan sendok betulan; 2. Menggunakan baju dan sepatu untuk berperan menjadi ibu; 3. Menggunakan telepon sungguhan untuk berpura-pura berbicara.


(20)

Pengganti Simbolik 2

Anak menggunakan alat yang sesungguhnya untuk menirukan fungsi benda dengan tepat. Alat dapat berbentuk seperti benda aslinya walaupaun dalam ukuran kecil.

Contoh:

1. Pura-pura memberi makan boneka dengan botol mainan; 2. Pura-pura menyanyi atau mengayun bonekal

3. Pura-pura memasak lapisan ikan dalam panci penggoreng;

4. Pura-pura sedang duduk di bis atau pesawat dengan menggunakan sebuah kursi adalah tempat duduk lainnya.

Pengganti Simbolik 3

Anak menggunakan alat atau benda yang mungkin sama atau berbeda dengan benda yang sesungguhnya.

Contoh:

1. Menggunakan sepotong kayu sebagai lilin; 2. Menggunakan tempat tidur sebagai kendaraan; 3. Menggunakan kayu sebagai kuda.

Pengganti Simbolik 4

Anak tidak menggunakan benda untuk bermain peran atau benda hayalan yang tidak ada secara fisik. Pura-pura bermain dengan sesuatu yang tidak ada. Anak bercakap dengan peran pura-pura.

Contoh:

1. Minum dari cangkir hayalan;

2. Berbicara pada telepon hayalan dengan pegangan tangan ke telinga; 3. Pura-pura makan biskuit atau kue (yang tidak nampak);

4. Pura-pura menjadi gajah, menggunakan tangan sebagai belalai.

Kerumitan Simbolik 1

Satu tindakan/adegan yang terpisah dengan benda, teman, atau diri sendiri. Contoh:

1. Pura-pura minum atau makan atau tidur; 2. Pura-pura mengendarai truk pasir;

3. Pura-pura berbicara menggunakan telepon;


(21)

Kerumitan Simbolik 2

Satu tindakan/adegan pada dua atau lebih benda atau teman-temannya dengan menggunakan benda atau gagasan yang sama. Tindakan sama diulang-ulang dengan benda atau teman-teman yang berbeda.

Contoh:

1. Pura-pura makan lalu menyuap boneka atau temannya;

2. Pura-pura menyikat rambut sendiri, lalu boneka atau temannya; 3. Pura-pura mengisi air ke dalam cangkir;

4. Pura-pura memeriksa karcis dari teman-temannya.

Kerumitan Simbolik 3

Tindakan/adegan yang berhubungan. Dua atau lebih tindakan yang berhubungan dalam tema main pura-pura yang sama. Anak dapat dapat keluar dan masuk kembali ke peran tertentu. Dalam bermain mencakup dua atau lebih tindakan yang berhubungan.

Contoh:

1. Mengaduk dan menuangkan minuman lalu meminumnya;

2. Mengisi keranjang dengan pasir, mengeluarkan pasir untuk membentuk “kue ulang tahun”, meletakkan batang lilin di atasnya dan menyanyi “Selamat Ulang Tahun”; 3. Mencuci baju, membilasnya, dan menjemurnya di tali jemuran;

4. Memakai celemek, memasak makanan di kompor, menaruh makanan di piring lalu ditaruh di meja.

Kerumitan Simbolik 4

Anak memainkan keseluruhan naskah atau naskah hidup. Naskah dapat menjadi nyata atau hayalan di mana urutan-urutan tindakan simbolik berkaitan dengan tema. Anak tidak keluar dari peran. Tindakan membutuhkan beberapa pengelolaan dan perencanaan awal. Anak secara jelas bermain pada tema dan tetap bertahan dalam bermain peran sampai selesai.

Contoh:

1. Naskah waktu makan: Memasak makanan, menyediakan, dan makan;

2. Naskah Bayi: Memandikan, mengenaikan baju, memberi makan, mengayun, dan meletakkan bayi ke tempat tidur;


(22)

Perkembangan Perilaku Sosial Anak

Tahap 1:

Perilaku Tidak Peduli

Anak tidak bermain, tetapi menunjukkan “perilaku tidak peduli.” Tahap 2:

Perilaku sebagai Penonton

Anak memperhatikan anak lain yang sedang bermain. Mereka mungkin berkomunikasi secara lisan, tetapi tidak ikut bermain.

Tahap 3:

Bermain Sendiri

Anak mulai bermain, tetapi sendiri, sepenuhnya ia mengatur diri sendiri.

Tahap 4:

Bermain Berdampingan

Anak bermain dekat dengan anak lainnya, tetapi mereka bermain sendiri-sendiri. Mungkin mereka merasa senang dengan kehadiran anak lainnya, tetapi belum bekerjasama.

Tahap 5:

Bermain Bersama

Anak bermain bersama dengan anak lainnya dalam satu kelompok. Mereka mungkin bertukar bahan main, tetapi tidak ada tujuan yang direncanakan (belum bekerjasama).

Tahap 6:

Bermain Bekerjasama

Anak bermain bersama dengan anak lain dan memiliki tujuan yang direncanakan. Mereka bekerjasama dan saling berperan.


(1)

Tahap 15 Merepresentasikan Ruang Dalam

Anak membangun bangunan tertutup yang merepresentasikan ruang dalam; ruang dalam belum sempurna.

Tahap 16 Obyek-obyek di dalam Ditempatkan di Luar

Anak membangun bangunan tertutup yang merepresentasikan ruang dalam dan ruang luar; obyek di dalam ditempatkan di luar.

Tahap 17 Representasi Ruang Dalam & Ruang Luar secara Tepat

Anak membangun bangunan tertutup yang merepresentasi-kan ruang dalam dan ruang luar. Obyek-obyek di dalam dan di luar dipisahkan secara tepat.

Tahap 18 Bangunan Dibangun Sesuai Skala

Anak membangun bangunan dengan “bentuk-bentuk” balok terpisah; beberapa pengertian tentang skala mulai terlihat dalam bangunan.

Tahap 19 Bangunan Yang Terdiri Dari Banyak Bagian

Anak membangun secara rumit; terdiri dari ruang dalam, petunjuk, jalan, dan pengertian skala.

Tahapan Perkembangan Menulis

Tahap 1 Coretan-coretan Acak

Mulai membuat coretan; random scribbling; Coretan awal; coretan acak; coretan-coretan seringkali digabungkan seolah-olah “krayon” tidak pernah lepas dari kertas. Warna-warna coretan dapat dikelompokkan bersama dan menyatu atau terpisah dalam kelompok-kelompok setiap halaman. Coretan dapat satu warna atau beberapa warna.

Tahap 2 Coretan Terarah

Coretan terarah dimunculkan dalam bentuk garis lurus ke atas atau mendatar yang diulang-ulang; garis-garis, titik-titik, bentuk lonjong, atau lingkaran (huruf tiruan) mungkin terlihat tidak berhubungan dan menyebar secara acak di seluruh permukaan kertas.

Tahap 3 Garis dan Bentuk Khusus diulang-ulang, atau Menulis Garis Tiruan

Diwujudkan melalui bentuk, tanda, dan garis-garis yang terarah; dapat terlihat mengarah dari sisi kiri ke kanan halaman dengan huruf-huruf yang sebenarnya atau titik-titik sepanjang garis; dapat mengarah dari atas ke bawah halaman kertas.

Tahap 4 Latihan Huruf-huruf Acak atau Nama

Huruf-huruf muncul berulang-ulang diwujudkan dari namanya; beberapa dapat diakui dan yang lainnya sebagai simbol; dapat mengambang di atas kertas, digambarkan di dalam garis, ditulis dalam gambar sederhana yang sudah dikenalnya seperti sebuah rumah atau saling berhimpit di atas yang lainnya secara berulang-ulang. Huruf-huruf nama mungkin saling


(2)

tertukar , dan/atau ditulis di atas dan dibawah. Latihan nama dapat menggunakan huruf besar atau yang lainnya kecil, contoh-contoh yang abstrak atau benar.

Tahap 5 Menulis Nama

Nama mungkin yang pertama, terakhir, atau gabungan dan tulisan dapat muncul berulang-ulang dalam berbagai warna alat-alat tulis (spidol,ayon, pensil); nama dapat ditulis di depan atau sebagai cerminan pikiran, di dalam kotak dengan latar belakang atau bayangan berwarna; nama dapat ditulis di atas kertas dengan gambar di bawah; rangkaian angka-angka dan abjad dapat dimasukkan.

Tahap 6 Mencontoh Kata-kata di Lingkungan

Menulis kata-kata dari lingkungan secara acak dan diulang-ulang dalam berbagai ukuran, orientasi dan warna; termasuk nama anggota keluarga lainnya.

Tahap 7 Menemukan Ejaan

Usaha pertama untuk memeriksa dan mengeja kata-kata dengan menggabungkan huruf yang bermacam-macam untuk mewujudkan sebuah kata seperti yang digambarkan berikut ini: • Huruf konsonan awal (D mewakili Dinosaurus)

Huruf konsonan awal dan akhir (DS mewakili DinoSaurus) Huruf konsonan tengah (DNS mewakili DiNoSaurus)

• Huruf awal, tengah, konsonan akhir dan huruf hidup dituliskan pada tempatkan (DINOSAURUS)

Tahap 8 Ejaan Umum

Usaha-usaha mandiri untuk memisahkan huruf dan mencatatnya dengan benar menjadi kata lengkap.

Tahapan Perkembangan Bermain Peran

Tahapan bermain peran anak dapat diklasifikasikan ke dalam tiga karakteristik sebagai berikut: 1. Agen Simbolik (diarahkan pada apa/siapa atau siapa yang menerima tindakan).

2. Pengganti Simbolik (menggunakan alat-alat sebagai pemeranya).

3. Kerumitan Simbolik (jumlah dan kerumitan adegan, menggunakan naskah pendek dalam konteks yang sama).

Agen Simbolik 1

Anak pura-pura melakukan kegiatan. Contoh:

1. Anak pura-pura makan, tidur, atau minum;

2. Anak pura-pura menyisir atau menyikat rambutnya;


(3)

Agen Simbolik 2

Anak pura-pura mengarahkan kegiatan sederhana pada temannya atau benda. Contoh:

1. Anak memberi makan atau memandikan boneka; 2. Anak meletakkan boneka di tempat tidur;

3. Anak mendorong mobil-mobilan di lantai.

Agen Simbolik 3

Anak mengambil peran pura-pura secara aktif, tetapi tidak diarahkan kepada orang lain. Anak juga dapat menentukan peran untuk mainan atau benda. Anak tidak terlalu banyak bertanya untuk main peran. Mencari petunjuk-petunjuk sesuai yang ditentukan. (Misalnya: Anak meletakkan stetoskop di leher dan mendengarkan denyut jantung temannya atau boneka, tetapi tidak berkata “Saya dokter”). Anak dapat memahami tanda-tanda atau mengikuti temannya dalam kelompok main peran. (Contoh: Teman bertindak sebagai pilot pesawat, anak menentukan perannya sebagai penumpang pesawat).

Contoh:

1. Anak-anak pura-pura menjadi seorang guru dan membaca keras kepada boneka, teman lainnya, atau hanya pura-pura seseorang mendengarkan;

2. Pura-pura menjadi binatang; 3. Pura-pura menjadi sopir mobil;

4. Pura-pura memainkan kuda-kudaan kecil berlari ke kandang atau makan rumput kering (peran mikro).

Agen Simbolik 4

Anak tidak mengambil peran aktif, tetapi sebagai sutradara. Anak sebagai sutradara dengan mengarahkan teman atau mainan lainnya sebagai pelakunya. Ia mengatur tindakan dan memberitahukan pada temannya apa yang harus dilakukan (terlihat sebagai pemimpin). Contoh:

1. Anak pura-pura menjadi ibu yang memberi makan boneka bayi;

2. Anak berlagak seperti seorang sutradara, memberitahu temannya apa yang harus dilakukannya.

Pengganti Simbolik 1

Anak menggunakan benda nyata, dengan cara yang tepat, untuk menirukan sebuah kegiatan. Contoh:

1. Berpura-pura makan dengan menggunakan sendok betulan; 2. Menggunakan baju dan sepatu untuk berperan menjadi ibu; 3. Menggunakan telepon sungguhan untuk berpura-pura berbicara.


(4)

Pengganti Simbolik 2

Anak menggunakan alat yang sesungguhnya untuk menirukan fungsi benda dengan tepat. Alat dapat berbentuk seperti benda aslinya walaupaun dalam ukuran kecil.

Contoh:

1. Pura-pura memberi makan boneka dengan botol mainan; 2. Pura-pura menyanyi atau mengayun bonekal

3. Pura-pura memasak lapisan ikan dalam panci penggoreng;

4. Pura-pura sedang duduk di bis atau pesawat dengan menggunakan sebuah kursi adalah tempat duduk lainnya.

Pengganti Simbolik 3

Anak menggunakan alat atau benda yang mungkin sama atau berbeda dengan benda yang sesungguhnya.

Contoh:

1. Menggunakan sepotong kayu sebagai lilin; 2. Menggunakan tempat tidur sebagai kendaraan; 3. Menggunakan kayu sebagai kuda.

Pengganti Simbolik 4

Anak tidak menggunakan benda untuk bermain peran atau benda hayalan yang tidak ada secara fisik. Pura-pura bermain dengan sesuatu yang tidak ada. Anak bercakap dengan peran pura-pura.

Contoh:

1. Minum dari cangkir hayalan;

2. Berbicara pada telepon hayalan dengan pegangan tangan ke telinga; 3. Pura-pura makan biskuit atau kue (yang tidak nampak);

4. Pura-pura menjadi gajah, menggunakan tangan sebagai belalai.

Kerumitan Simbolik 1

Satu tindakan/adegan yang terpisah dengan benda, teman, atau diri sendiri. Contoh:

1. Pura-pura minum atau makan atau tidur; 2. Pura-pura mengendarai truk pasir;

3. Pura-pura berbicara menggunakan telepon;


(5)

Kerumitan Simbolik 2

Satu tindakan/adegan pada dua atau lebih benda atau teman-temannya dengan menggunakan benda atau gagasan yang sama. Tindakan sama diulang-ulang dengan benda atau teman-teman yang berbeda.

Contoh:

1. Pura-pura makan lalu menyuap boneka atau temannya;

2. Pura-pura menyikat rambut sendiri, lalu boneka atau temannya; 3. Pura-pura mengisi air ke dalam cangkir;

4. Pura-pura memeriksa karcis dari teman-temannya.

Kerumitan Simbolik 3

Tindakan/adegan yang berhubungan. Dua atau lebih tindakan yang berhubungan dalam tema main pura-pura yang sama. Anak dapat dapat keluar dan masuk kembali ke peran tertentu. Dalam bermain mencakup dua atau lebih tindakan yang berhubungan.

Contoh:

1. Mengaduk dan menuangkan minuman lalu meminumnya;

2. Mengisi keranjang dengan pasir, mengeluarkan pasir untuk membentuk “kue ulang tahun”, meletakkan batang lilin di atasnya dan menyanyi “Selamat Ulang Tahun”; 3. Mencuci baju, membilasnya, dan menjemurnya di tali jemuran;

4. Memakai celemek, memasak makanan di kompor, menaruh makanan di piring lalu ditaruh di meja.

Kerumitan Simbolik 4

Anak memainkan keseluruhan naskah atau naskah hidup. Naskah dapat menjadi nyata atau hayalan di mana urutan-urutan tindakan simbolik berkaitan dengan tema. Anak tidak keluar dari peran. Tindakan membutuhkan beberapa pengelolaan dan perencanaan awal. Anak secara jelas bermain pada tema dan tetap bertahan dalam bermain peran sampai selesai.

Contoh:

1. Naskah waktu makan: Memasak makanan, menyediakan, dan makan;

2. Naskah Bayi: Memandikan, mengenaikan baju, memberi makan, mengayun, dan meletakkan bayi ke tempat tidur;


(6)

Perkembangan Perilaku Sosial Anak

Tahap 1:

Perilaku Tidak Peduli

Anak tidak bermain, tetapi menunjukkan “perilaku tidak peduli.” Tahap 2:

Perilaku sebagai Penonton

Anak memperhatikan anak lain yang sedang bermain. Mereka mungkin berkomunikasi secara lisan, tetapi tidak ikut bermain.

Tahap 3:

Bermain Sendiri

Anak mulai bermain, tetapi sendiri, sepenuhnya ia mengatur diri sendiri.

Tahap 4:

Bermain Berdampingan

Anak bermain dekat dengan anak lainnya, tetapi mereka bermain sendiri-sendiri. Mungkin mereka merasa senang dengan kehadiran anak lainnya, tetapi belum bekerjasama.

Tahap 5:

Bermain Bersama

Anak bermain bersama dengan anak lainnya dalam satu kelompok. Mereka mungkin bertukar bahan main, tetapi tidak ada tujuan yang direncanakan (belum bekerjasama).

Tahap 6:

Bermain Bekerjasama

Anak bermain bersama dengan anak lain dan memiliki tujuan yang direncanakan. Mereka bekerjasama dan saling berperan.