BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Belajar - UPAYA MENINGKATKAN RASA TANGGUNG JAWAB DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE (TGT) TEAM GAMES TOURNAMENT MATA PELAJARAN IPA MATERI PEMBENTUKAN TANAH PADA SISWA KELAS V SD NEGER

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka

1. Belajar Manusia selalu belajar, menyesuaikan diri dengan dunia luar.

  Berbagai macam cara manusia gunakan dalam kegiatan belajar.

  Menurut Morgan (1978) dalam Sagala (2010: 13) belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Djamarah (2002: 13) menyatakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

  Proses belajar ditandai dengan adanya perubahan-perbuhan yang terjadi. Slameto (2010: 2) menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya. Menurut Susanto (2013: 4) belajar adalah suatu aktifitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun bertindak.

  Menurut Suyono (2014: 9) belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Komalasari (2011: 2) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh dalam jangka waktu lama dan dengan syarat bahwa perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh adanya kematangan ataupun perubahan sementara karena suatu hal. Menurut Rahyubi (2012: 2) belajar dalam arti luas adalah proses persentuhan seseorang dengan kehidupan itu sendiri. Dari proses ini, seseorang akan memperoleh pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan.

  Menurut Slameto, (2010:54-72) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan dalam dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern, yakni sebagai berikut: a.

  Faktor Intern Faktor intern ini terbagi menjadi tiga faktor, yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.

  1) Faktor jasmaniah :

  a) Faktor kesehatan

  Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.

  Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga siswa akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan- gangguan kelainan-kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya.

  b) Cacat tubuh

  Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan.

  Cacat itu dapat berupa buta, tuli, patah kaki, dan patah tangan, lumpuh dan lain-lain.

  Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya siswa belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.

  2) Faktor psikologis

  a) Inteligensi

  Yaitu kecakapan yang terdiri dari tiga jenis, yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

  b) Perhatian

  Menurut Gazali dalam Slameto (2010:56) perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata- mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal) atau sekumpulan objek.

  c) Minat

  Hilgard memberi rumusan tentang minat adalah sebagai berikut: ”Interest is persisting tendency to pay

  attention to and enjoy some activity or content”. Minat

  adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang.

  d) Bakat

  Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah

  ”the capacity to learn”. Dengan perkataan lain bakat adalah

  kemampuan yang dimiliki seseorang untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. e) Motif

  James Drever memberikan pengertian tentang motif sebagai berikut:

  ”Motive is an effectiveconative factor which oper ates in determining the direction of an individual’s behavior towards an end or goal, consioustly apprehended or unconsioustly.” Jadi motif erat sekali hubungannya dengan

  tujuan yang akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya.

  f) Kematangan

  Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus- menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan belajar. g) Kesiapan

  Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever adalah: Preparedness to respond or react. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. 3)

  Faktor kelelahan Untuk menghilangkan kelelahan baik secara jasmani maupun rohani dapat dilakukan dengan cara-cara seperti : tidur, istirahat, mengusahakan variasi dalam belajar, menggunakan obat-obatan yang melancarkan peredaran darah, rekreasi dan ibadah yang teratur, olahraga.

  b. Faktor Ekstern Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapatlah dikelompokan menjadi tiga faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

  1) Faktor keluarga

  Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga. 2)

  Faktor sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencangkup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. 3)

  Faktor masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Seperti: kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat, yang semuanya mempengaruhi belajar.

  Dari beberapa pengertian belajar menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku seseorang yang dilakukan dengan sengaja dalam keadaan sadar sebagai hasil dari pengalaman individu yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Belajar juga belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang juga terganggu, jadi faktor kesehatan sangat mempengaruhi seseorang dalam belajar.

2. Pembelajaran

  Pembelajaran merupakan proses belajar yang diberikan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa, mengembangkan kreatifitas siswa, dan memberikan pengetahuan yang baru bagi siswa. Menurut Komalasari (2011: 3) pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/ pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

  Pembelajaran mempunyai suatu istilah dalam pelaksanaannya yaitu aktivitas pembelajaran. Aktifitas pembelajaran menurut Rahyubi (2012: 8) mempunyai tiga variabel yang perlu diperhatikan yaitu: a) Variabel kondisi pembelajaran, yang meliputi karakteristik siswa, karakteristik bidang studi, Kendala pembelajaran, dan tujuan instruksional.

  b) Variabel Metode pembelajaran, yang meliputi strategi pengorganisasian, strategi pengelolaan, dan strategi c) Variabel hasil pembelajaran, yang meliputi efektifitas, efisiensi, dan daya tarik pembelajaran.

  Menurut Mulyasa (2009: 255) pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkunganya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Sagala (2010: 61) menyatakan bahwa pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

  Menurut Rahayubi (2012: 6) pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran mempunyai pengertian yang sangat mirip dengan pengajaran walapun mempunyai pengertian yang berbeda. Rahyubi (2012: 7) menyatakan bahwa pengajaran memberi kesan hanya sebagai perkerjaan satu pihak yaitu pekerjaan guru saja, sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.

  Menurut beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik sehingga terjadi perubahan ke arah yang lebih baik dan dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.

  Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik atau guru untuk membantu siswa dalam belajar. Pembelajaran tersebut dilakukan oleh guru sebagai pendidik dan belajar dilakukan oleh siswa. Guru sebagai pendidik dalam melakukan pembelajaran harus menggunakan strategi penyampaian pembelajaran yang tepat.

3. Rasa Tanggung Jawab

  Menurut Salahudin (2013: 56) tanggung jawab yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya,yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, karakter dimulai dalam sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Samani (2012: 51) tanggung jawab merupakan melakukan tugas dengan sepenuh hati, bekerja dengan etos kerja yang tinggi, berusaha keras untuk mencapai prestasi terbaik (Giving the best), mampu mengontrol diri dan mengatasi stres, berdisiplin diri,akuntabel terhadap pilihan dan keputusan yang diambil.

  Menurut Suyadi (2013: 9) Tanggung jawab yakni sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial, masyarakat, ban gsa, negara maupun agama. Menurut Mu’in (2011:

  215) tanggung jawab merupakan sikap yang menunjukan apakah orang itu mempunyai karakter yang baik atau tidak. Orang yang lari dari tanggung jawab sering tidak disukai, artinya itu adalah karakter yang buruk.

  Menurut Mustari (2014: 19) tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap dirinya sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), Negara dan Tuhan. Menurut Sukanto dalam Mustari (2014: 20) menyatakan bahwa tanggung jawab yang mesti ada pada manusia adalah :

  a. Tanggung jawab kepada Tuhan yang telah memberikan kehidupan dengan cara takut kepadanya, bersyukur, dan memohon petunjuk. Semua manusia bertanggung jawab kepada Tuhan Pencipta Alam Semesta. Tak ada seorang pun manusia yang lepas bebas dari tanggung jawab, kecuali orang itu gila atau anak-anak.

  b. Tanggung jawab untuk membela diri dari ancaman, siksaan, penindasan dan perlakuan kejam dari mana pun datangnya.

  c. Tanggung jawab diri dari kerakusan ekonomi yang berlebihan dalam mencari nafkah, ataupun sebaliknya. Dari bersifat kekurangan ekonomi.

  d. Tanggung jawab terhadap anak, suami/istri, dan keluarga.

  e. Tanggung jawab sosial kepada masyarakat sekitar.

  f. Tanggung jawab berpikir, tidak perlu mesti meniru orang lain dan menyetujui pendapat umum atau patuh secara membuta terhadap nilai-nilai tradisi, menyaring segala informasi untuk dipilih, mana yang berguna dan mana yang merugikan kita.

  g. Tanggung jawab dalam memelihara hidup dan kehidupan, termasuk kelestarian lingkungan hidup dari berbagai bentuk pencemaran.

  Macam-macam Tanggung jawab menurut Mustari (2014: 20-24) yaitu :

  a. Tanggung Jawab Personal Bertanggung jawab berarti melaksanakan tugas secara sungguh- sungguh, berani menanggung konsekuensi dari sikap, perkaatan dan tingkah lakunya. Dari hal tersebut timbulah indikasi- indikasi yang diharuskan dalam diri seseorang yang bertanggung jawab. Ciri-ciri tersebut antaranya ialah: 1) Memilih jalan lurus.

  2) Selalu memajukan diri sendiri. 3) Menjaga kehormatan diri. 4) Selalu waspada. 5) Memiliki komitmen pada tugas 6) Melakukan tugas dengan standar yang baik.

  7) Mengakui semua perbuatannya. 8) Menepati janji. 9) Berani menanggung risiko atas tindakan dan ucapannya.

  Orang yang bertanggung jawab kepada dirinya adalah orang yang bisa melakukan kontrol internal sekaligus eksternal.

  Kontrol internal adalah suatu keyakinan bahwa ia boleh mengontrol dirinya, dan yakin bahwa kesuksesan yang dicapainya adalah hasil dari usahanya sendiri

  b. Tanggung Jawab Moral Tanggung jawab moral biasanya merujuk pada pemikiran bahwa seseorang mempunyai kewajiban moral dalam situasi tertentu.

  Tidak taat pada kewajiban-kewajiban moral, kemudian menjadi alasan untuk diberikan hukuman. Masyarakat umumnya beranggapan bahwa manusia bertanggung jawab atas tindakannya, dan akan mengatakan bahwa manusia layak mendapatkan pujian atau tuduhan atas apa yang manusia kerjakan.

  c. Tanggung Jawab Sosial Sebegitu besarnya tanggung jawab membebani manusia, sehingga manusia pun mesti bertanggung jawab kepada masyarakat di sekelilingnya. Inilah yang disebut dengan tanggung jawab sosial (sosial responsibility). Manusia secara individual atau kumpulan manusia seperti pemerintah, perusahaan, organisasi mempunyai tanggung jawab kepada masyarakat secara umumnya. Nilai-nilai yang harus ada pada manusia apabila berinteraksi dalam masyarakat atau dengan orang lain di antaranya adalah : 1) Senantiasa berbicara benar, 2) Menghindarkan perasaan iri dengki, 3) Tidak bakhil, 4) Bersikap pemaaf, 5) Adil, 6) Amanah, 7) Tidak sombong.

  Menurut Daryanto dan Darmiatun (2013:142-143) tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Indikator tanggung jawab ada dua yaitu : 1) Indikator Sekolah

  a) Membuat laporan setiap kegiatan yang dilakukan dalam bentuk lisan maupun tertulis.

  b) Melakukan tugas tanpa disuruh.

  c) Menunjukan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkup terdekat.

  d) Menghindarkan kecurangan dalam pelaksanaan tugas. 2) Indikator Kelas a) Pelaksanaan tugas piket secara teratur.

  b) Peran serta aktif dalam kegiatan sekolah.

  c) Mengajukan usul pemecahan masalah.

  Menurut beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian tanggung jawab adalah sikap dan perilaku yang harus dimiliki setiap individu untuk melaksanakan tugas dan kewajibanya dengan kerja keras, disiplin, dan taat yang berkaiatan dengan diri sendiri, masyarakat, lingkungan, bangsa dan Tuhan Yang Maha Esa. Setiap individu harus membiasakan diri menjadi orang yang bertanggung jawab. Seseorang jika tidak melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik maka seseorang tersebut mempunyai karakter yang buruk.

4. Prestasi Belajar

  Pembelajaran yang dilakukan di sekolah akan menghasilkan sebuah prestasi belajar bagi siswa yang telah terlibat dalam kegiatan belajar. Menurut Arifin (2013:12) kata prestasi berasal dari bahasa belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa indonesia menj adi “prestasi” yang berarti hasil usaha. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 895) prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan dan dikerjakan.

  Menurut Winkel (1996: 482) prestasi belajar adalah kemampuan internal yang diperoleh siswa sesuai dengan tujuan instruksional, menampakan hasil belajar. Menurut Arifin (2013: 12) Prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama antara a.

  Prestasi belajar sebagai indikator kualitas kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

  b.

  Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia”.

  c.

  Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan.

  d.

  Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator inten dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik dimasyarakat.

  Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat. e.

  Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.

  Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan prestasi belajar adalah suatu hasil usaha yang diperoleh berdasarkan suatu hal yang dilakukan baik oleh individu atau kelompok. Menurut fungsinya prestasi belajar juga dapat disimpulkan sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi siswa dan sebagai indikator kualitas institusi pendidikan.

  Institusi pendidikan mempunyai faktor intern dan ektern. Faktor intern yang berupa kurikulum sekolah dan faktor ekstern yang berupa tingkat kesuksesan siswa.

5. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

  Ilmu Pengetahuan Alam, yang sering juga disebut sebagai istilah pendidikan sains yang disingkat menjadi IPA.

  Mata pelajaran ipa merupakan salah satu mata pelajaran yang ada dalam kurikulum pendidikan di indonesia. Banyak peserta didik yang mengalami kesulitan saat belajar IPA. Menurut Susanto (2013:167) Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan

  Menurut Aly (2010: 18) IPA adalah suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh/ disusun dengan cara yang khas/khusus, yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait-mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain. Trianto (2010: 136) menyatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapanya secara umum terbatas pada gejala- gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya.

  Menurut Mulyasa (2009: 111) mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

  1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan yang Maha Esa berdasarkan, keindahan dan keteraturanya alam ciptaanya.

  2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep- konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

  3. Mengembangkan rasa tanggung jawab, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

  4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

  5. Meningkatkan kesadaran untuk bereperan serta dalam memelihara,menjaga dan melestarikan lingkungan.

  6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturanya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

  7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan.

  Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu pengetahuan yang memahami tentang alam semesta dan gejala-gejala alam lainya lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen. Ilmu pengetahuan alam ini sangatlah bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

  Ilmu pengetahuan alam juga sebagai wahana untuk siswa untuk belajar memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam disekitar.

6. Model Pembelajaran Kooperatif

  a. Pengertian model pembelajaran kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu kontekstual. Sistem pembelajaran dalam kooperatif merupakan sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur. Isjoni (2010: 15) cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya menegerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain sebagai satu kelompok atau satu tim. Isjoni (2010: 16) menyatakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain , siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain.

  Menurut Majid (2013: 174) pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran.

  Menurut Rusman (2013: 202) pembelajaran kooperatif

  

(cooperatif learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan

  cara peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari empat sampai dengan enam orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Menurut Lie (2010:12) cooperative

  

learning adalah sistem pengajaran yang memberi kesempatan dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem “pembelajaran gotong royong”.

  Menurut Nurulhayati dalam Rusman (2013: 203) pembelajaran kooperatif adalah strategi pembejalaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Rusman (2013: 205-206) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin (1995) dinyatakan bahwa: (1) penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan perestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berfikir kritis, memecahkan masalah dan mengintergrasi pengetahuan dengan pengalaman.

  Menurut Majid (2013: 175) model pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tujuan, diantaranya:

  1. Meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas- tugas akademik. Model kooperatif ini memiliki keunggulan dalam membantu peserta didik untuk memahami konsep- konsep

  2. Agar peserta didik dapat menerima teman-temanya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belakang.

  3. Mengembangkan ketrampilan sosial siswa; berbagai tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja dalam kelompok.

  Menurut Slavin dalam Isjoni (2010: 21-22) ada tiga konsep yang menjadi karakteristik cooperatif learning yaitu:

  1. Pengahargaan kelompok Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli.

  2. Pertanggung jawaban individu Pertanggung jawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Pertanggung jawaban individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk mengahadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.

  3. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan Cooperative learning menggunakan metode skoring.

  Metode skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.

  Berdasarkan pendapat para ahli diatas peneliti dapat beranggapan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang melibatkan partisipasi peserta didik, pembelajaran kooperatif ini menggunakan sistem berkelompok dan dalam kelompok tersebut terdiri dari empat sampai enam peserta didik yang heterogen. Pembelajaran kooperatif sangatlah cocok digunakan sebagai model pembelajaran saat mengajar, karena model pembelajaran kooperatif ini sangat membantu peserta didik dalam memahami konsep-konsep materi pembelajaran, selain itu model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Pembelajaran ini juga menuntut adanya kerjasama dan tanggung jawab dalam sebuah kelompok sehingga akan menumbuhkan kesadaran anak dalam hubungan sosial mau mendengarkan pendapat orang lain dan mau memberikan pendapat. b.Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games

  Tournament (TGT)

  TGT (Team Games Tournament) merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan peran aktif seluruh peserta didik dan melibatkan sebuah kerjasama tim untuk melakukan

  

game dan tournament kelompok yang dilakukan pada ahir

  pembelajaran atau pada setiap ahir minggu. Menurut Komalasari (2011: 67) model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan serta reinforcement. Menurut Trianto (2011:

  83) pada model ini siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka.

  Menurut Slavin (2005: 163) TGT menggunakan

  

tournament akademik, dan menggunakan kuis- kuis dan sistem

  skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim yang lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. Menurut Slavin (2005 : 166-167) didalam pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game Tournament) ada beberapa komponen-komponen a. Presentasi Kelas Materi dalam TGT (Team Game Tournament) pertama- tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang di pimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukan presentasi audiovisual. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar- benar memberikan perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan game akademik dengan sebaik- baiknya, dan skor yang didapat dalam turnamen akan menentukan skor tim mereka.

  b. Tim Tim terdiri dari empat atau lima siswa mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar- benar belajar, dan lebih khusus lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan game yang baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk memperlajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan mengkoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.

  Tim adalah fitur yang paling penting dalam TGT. Pada tiap poinnya, yang di tekanankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. Tim ini memberikan dukungan kelompok bagi kinerja akademik penting dalam pembelajaran dan itu adalah untuk memberikan perhatian dan respek yang mutual yang penting untuk akibat yang dihasilkan seperti hubungan antar kelompok, rasa harga diri, penerimaan terhadap siswa-siswa mainstream.

  c. Game Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperoleh dari presentasi dikelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan diatas meja dengan tiga orang siswa, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda. Kebanyakan game hanya berupa nomor- nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama. Seorang siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut. Sebuah aturan tentang penantang memperbolehkan d. Turnamen Turnamen adalah sebuah struktur di mana game berlangsung. Biasanya berlangsung pada ahir minggu atau ahir unit, setelah guru memberikan presentasi dikelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya pada meja 1, tiga berikutnya pada meja 2, dan seterusnya. Dibawah ini merupakan skema ilustrasi dari meja turnamen.

   TIM A

TIM B TIM C

Gambar 2.1 Skema penempatan peserta didik kedalam meja turnamen menurut Slavin (2005: 168).

  Setelah turnamen pertama, para siswa akan bertukar meja tergantung pada kinerja mereka pada turnamen terahir. yang lebih tinggi (misalnya, dari meja 4 ke meja 3) skor tertinggi kedua tetap tinggal pada meja yang sama dan skor yang paling rendah di “turunkan”. Menggunakan cara ini, jika pada awalnya siswa sudah salah ditempatkan, untuk seterusnya mereka akan terus dinaikkan atau diturunkan sampai mereka mencapai tingkat kinerja mereka yang sesungguhnya. e.Rekognisi Tim

  Tim akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan yang lain (hadiah) apabila skor rata- rata mereka mencapai kriteria tertentu . Skor tim siswa dapat digunakan untuk menentukan peringkat mereka yang telah dilakukan kelompok selama belajar sehingga mencapai kriteria yang telah di sepakati. Ada 3 tingkatan penghargaan yang berdasarkan pada skor rata-rata tim yaitu :

Tabel 2.1 Pengahargaan berdasarkan skor rata-rata tim menurut Slavin (2005: 175)

  Kriteria (Rata-Rata Tim) Pengahargaan

  40 Tim Baik (Good Team)

  45 Tim Sangat Baik (Great Team)

  50 Tim Super (Super Team) Menurut Slavin (2005: 169) ada beberapa persiapan yang harus dilakukan sebelum memulai TGT (Team Game

  Tornament) yaitu : a.

  Materi yang akan diajarkan Materi yang diajarkan yaitu materi yang terkait dengan materi yang akan diajarkan oleh guru, materi itu bisa bersumber dari buku paket atau buku cetak atau dari materi yang dibuat oleh guru untuk menunjang proses pembelajaran.

  b.

  Menempatkan siswa kedalam tim Tiap tim terdiri dari empat anggota yang heterogen.

  Untuk menentukan berapa tim yang akan dibentuk, jumlah siswa yang ada di kelas dibagi empat, hasil bagi tersebut tentunya merupakan jumlah tim beraggotakan empat siswa. Untuk menempatkan siswa kedalam tim, gunakan daftar peringkat siswa berdasarkan kinerjanya (peringkat kelas).

  Bagikan huruf atau angka tim kepada masing-masing siswa. Misalnya, dalam delapan tim yang ada di kelas akan menggunakan huruf A samapai H. Mulailah dari atas daftar dengan huruf A, lanjutkan huruf berikutnya kepada peringkat menengah . bila sudah sampai pada huruf yang terahir, lanjutkan penamaan huruf tim dengan arah yang berlawanan. delapan dan ke sembilan akan ditempatkan kedalam tim H, dan yang ke sepuluh dalam tim G, selanjutnya dalam tim F, dan seterusnya. Jika sudah sampai huruf A, berhentilah dan ulangi prosesnya mulai dari bawah ke atas, seterusnya lanjutkan lagi mulai dan ahiri dengan huruf A.

  c.

  Menempatkan siswa kedalam meja turnamen Tulislah daftar nama siswa dari atas ke bawah sesuai urutan kinerja mereka sebelumnya, gunakan peringkat yang sama seperti yang digunakan untuk membentuk tim. Hitunglah jumlah siswa di dalam kelas. Jika jumlahnya habis dibagi empat, semua meja turnamen akan mempunyai empat peserta, tunjuklah empat siswa pertama dari daftar tadi untuk menempati meja satu, berikutnya ke meja dua, dan seterusnya. Jika ada siswa yang tersisa setelah dibagi empat, satu atau dua dari meja turnamen pertama akan beranggotakan lima peserta.

  Dalam pembelajaran kooperatif tipe Team Games

  

Tornament (TGT) memiliki kelebihan dan kelemahan yaitu

  sebagai berikut :

  a) Kelebihan Team Game Tournament (TGT)

  1) Didalam kelas kooperatif siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi dan menemukan pendapat.

  3) Rasa percaya diri pada diri siswa meningkat. 4) Partisipasi siswa meningkat. 5) Perilaku mengganggu siswa lain jadi lebih kecil. 6)

  Memotivasi siswa dalam belajar sehingga siswa tidak mudah jenuh.

  7) Hasil belajar siswa dapat meningkat.

  b) Kekurangan Team Game Tournament (TGT)

  1) Sering terjadi dalam pembelajaran tidak semua siswa ikut serta menyumbangkan pendapatnya.

  2) Kurangnya waktu pembelajaran, karena model pembelajaran ini memerlukan banyak waktu.

  3) Kemungkinan terjadi kegaduhan jika guru tidak dapat mengelola kelas dengan baik.

  Dari pengertian beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa model TGT adalah model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan yang didalamnya melibatkan peran aktif seluruh siswa didalam kelas dan kerja sama tim yang terdiri dari empat sampai lima orang yang berisikan game dan tournament pada setiap ahir pembelajaran atau ahir minggu. Model pembelajaran TGT memberikan Rekognisi tim atau penghargaan tim yang mendapatkan skor tertinggi, skor sedang, dan skor rendah.

B. Penelitiuan yang Relevan

  Hasil penelitian yang diambil dari jurnal pendidikan kimia (JPK), volume 1, nomor 1 tahun 2012 ISSN 2337-9995, yang dilakukan oleh Luluk Fajri Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret. Penelitian yang dilakukan oleh Luluk Fajri dilaksankan dalam dua silkus. Terdapat beberapa peningkatan yang terjadi yaitu pada hasil belajar siswa dan keatifan siswa. Peningkatan pada keaktifan siswa pada siklus I yaitu 60,72% dan pada siklus II naik menjadi 71,43%. Peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siklus I ketuntasan belajar 64,29% dengan rata-rata nilai 72,3 dan pada siklus II presentase ketuntasan belajar menjadi 89,29% dengan rata-rata nilai 76,1. Penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran kimia dan keaktifan belajar siswa di SMA Negeri 2 Boyolali.

  Hasil penelitian yang kedua diambil dari jurnal pendidikan kimia volume 1, nomor 1 tahun 2012 yang dilakukan oleh Diah Megasari Tyasning dilaksanakan dalam dua siklus. Terdapat peningkatkan yaitu pada hasil belajar siswa dan pada aktifitas siswa. Peningkatan pada hasil belajar siswa pada siklus I yaitu 41,67% sedangkan pada siklus II yaitu 83,33% sehingga hasil belajar siswa naik 41,66%. Peningkatan pada sehingga aktifitas siswa meningkat 18,59%. Penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Diah Megasari Tyasning dengan menggunakan model pembelajaran TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan aktifitas siswa di SMA 1 Batik Surakarta karena dengan menggunakan model TGT ini mampu mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran, aktif bertanya, berdiskusi dalam kelompok untuk memecahkan masalah.

  Hasil penelitian di atas menjadi acuan untuk melaksanakan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team

  Games Tournamen (TGT). Penelitian yang akan dilakukan yaitu Penelitian

  Tindakan Kelas yang berjudul “Upaya Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab dan Prestasi belajar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe

  Team Games Tournament (TGT) Mata Pelajaran IPA Materi Pembentukan

  Tanah Pada Siswa Kelas V SD Negeri 02 Somagede. Persamaan dengan penelitian Luluk Fajri dan Diah Megasari Tyasning adalah pada model pembelajaran yang diambil yaitu model pembelajaran TGT .

C. Kerangka Berpikir

  Pembelajaran yang dilaksanakan di Sekolah Dasar ini masih sering menggunakan model pembelajaran ceramah. Model pembelajaran ceramah ini akan menjadikan siswa cepat merasa bosan ketika menerima pelajaran, hal ini bisa menyebabkan prestasi belajar siswa menurun. Prestasi belajar seenaknya sendiri. Siswa yang masih suka berbicara dan bermain-main sendiri saat pelajaran berlangsung, tidak memperhatikan guru saat pembelajaran juga mengakibatkan prestasi belajar siswa menurun. Sikap siswa ketika diberikan tugas oleh guru, siswa kurang tanggap ketika diberikan tugas individu maupun kelompok hal ini menunjukan tanggung jawab siswa masih kurang.

  Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan membantu siswa untuk dapat meningkatkan prestasi belajar dan dapat menunjukan sikap tanggung jawab yang baik. Model pembelajaran yang akan digunakan yaitu Team Games Tournament (TGT). Model pembelajaran ini dirancang adanya sebuah permainan dan turnamen pada ahir pembelajaran. Permainan dan turnamen ini akan menjadikan siswa lebih antusias dalam belajar, tidak merasa bosan. Menggunakan model pembelajaran Team

  Games Tournament (TGT)dapat juga meningkatkan tanggung jawab siswa

  karena setiap siswa akan bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan kelomponya saat turnamen berlangsung.

D. Hipotesis Tindakan

  Untuk mengatasi permasalahan yang ada diatas, maka hipotesis yang diambil sebagai berikut :

  1. Melalui modelpembelajaran Team Games Tournament (TGT)dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa mata pelajaran IPA materi

  2. model pembelajaranTeam Games Tournament Melalui

  (TGT)dapatmeningkatkan prestasi belajar peserta didik mata pelajaranmata pelajaran IPA materi pembentukan tanah di SDN 2 Somagede.

Dokumen yang terkait

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI KELAS XI IPS 3 DI SMA NEGERI 3 METRO TAHUN PELAJARAN 2011-2012

0 12 68

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD NEGERI 5 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 15 50

UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN DRIBLE DALAM SEPAKBOLA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 30 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 5 63

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 SUKAMULYA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 11 67

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD

0 2 5

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN SEJARAH MELALUI KOMBINASI MODEL KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DAN COURSE REVIEW HORAY

0 1 17

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) SISWA KELAS V SDN MANGUNSARI 05 KECAMATAN SIDOMUKTI SALATIGA SEMESTER II TAHUN 20142015

0 0 15

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI HUBUNGAN ANTARA CIRI-CIRI MAHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPRATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS V MI SALAFIYAH KENDAL KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARA

0 0 164

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI STRUKTUR TUMBUHAN MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS IV MIPERWANIDA SALATIGATAHUN PELAJARAN SKRIPSI

0 0 162

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI MEKANIK KELAS X TPM SMK PANCASILA SURAKARTA TAHUN AJARAN 20162017

0 1 19