MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI KELAS XI IPS 3 DI SMA NEGERI 3 METRO TAHUN PELAJARAN 2011-2012

(1)

ABSTRAK

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI

KELAS XI IPS 3 DI SMA NEGERI 3 METRO TAHUN PELAJARAN 2011-2012

Oleh

Dewi Sri Wahyuningsih

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar geografi kelas XI IPS 3 SMA Negeri 3 Metro. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam 3 siklus. Pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 tahapan yaitu penyajian kelas, belajar dalam kelompok, permainan, turnamen, dan penghargaan kelompok. Penelitian ini berlokasi di SMA Negeri 3 Metro dengan subjek penelitian adalah 34 peserta didik yang terdiri dari 20 putra dan 14 putri, peneliti, dan seorang guru geografi. Data yang diambil berupa hasil tes, hasil kuesioner, dan hasil observasi.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan kooperatif tipe TGT dengan jenis permainan teka-teki silang dan Scrabble rata-rata aktivitas belajar geografi peserta didik yang sesuai dengan aspek yang diamati pada saat pembelajaran pada siklus I yaitu sebesar 59% dan pada siklus II meningkat sebesar 13,7% sehingga menjadi 72,7%, dan meningkat kembali pada siklus III sebesar 12,6% menjadi 85,3%.

Sedangkan persentase ketuntasan prestasi belajar geografi peserta didik berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dengan menerapkan turnamen akademik yaitu pada siklus I 57,6% menjadi 62,1% pada siklus II dengan peningkatan sebesar 4,5% dan meningkat lagi pada siklus III dengan peningkatan sebesar 29,1% sehingga menjadi 91.2%

Berkenaan hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar geografi kelas XI IPS 3 SMA Negeri 3


(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan moralitas kehidupan

pada potensi yang dimiliki oleh setiap manusia. Pendidikan dikatakan bermutu apabila proses

pendidikan berlangsung secara efektif dan manusia memperoleh pengalaman yang bermakna

bagi dirinya. Sedangkan yang dimaksud dengan produk pendidikan yaitu individu-individu

yang bermanfaat bagi masyarakat dan pembangunan bangsa.

Pada dasarnya pendidikan dilakukan untuk memperoleh pengetahuan tentang hal-hal baru

yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupannya. Sedangkan menurut Undang- undang No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pendidikan agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara (Wina Sanjaya, 2008:2).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dinyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha yang

terencana dan terprogram khusus sehingga dalam pelaksanaannya memiliki kriteria dan

ketentuan yang bertujuan untuk mempermudah pencapaian tujuan pendidikan tersebut.

Sekolah merupakan salah satu bagian dari sistem pendidikan yang memiliki peran sebagai

tempat kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guna mencapai tujuan pendidikan. Dalam

kegiatan pembelajaran diperlukan berbagai fasilitas yang mendukung agar pembelajaran yang

berlangsung menjadi lebih baik. Guru merupakan bagian penting dalam kegiatan belajar


(3)

Berdasarkan hal tersebut, maka peran seorang guru sangat besar dalam pembelajaran.

Seorang guru dituntut terampil dan mampu menciptakan suasana kelas yang menarik agar

peserta didik memiliki motivasi yang baik untuk mengikuti setiap mata pelajaran yang

diberikan oleh guru. Selain itu, seorang guru juga seharusnya memiliki berbagai metode

belajar yang baik untuk menciptakan suasana belajar yang menarik dan efektif. Kenyataannya

hal-hal di atas belum bisa dipenuhi, masih banyak guru yang belum mampu memberikan

pembelajaran yang menarik dan menggunakan metode pembelajaran yang konvesional

sehingga peserta didik kurang memiliki motivasi untuk belajar.

SMA Negeri 3 Metro merupakan salah satu sekolah menengah atas yang memiliki prestasi

yang baik. SMA Negeri 3 Metro merupakan salah satu dari 40 sekolah di Indonesia yang

terpilih sebagai percobaan penerapan sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi pada tahun

2004 dan sistem Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada tahun 2006. SMA Negeri 3

Metro terletak di Jalan Dewi Sartika no 29 Kelurahan Banjar Sari Kecamatan Metro Utara

Kota Metro. Sekolah ini sudah banyak memperoleh berbagai penghargaan dalam berbagai

bidang baik dalam bidang akademis dan non akademis.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan pada 24 September 2011 di SMA Negeri 3

Metro, pembelajaran geografi yang dilakukan di kelas masih bersifat monoton. Hal ini

terlihat dari aktivitas belajar peserta didik yang tidak aktif dalam mengikuti pembelajaran di

dalam kelas. Dalam kegiatan pembelajaran yang terjadi di kelas, guru menjadi pusat belajar

(teacher center) sehingga guru lah yang banyak melakukan aktivitas dibandingkan dengan peserta didik. Metode yang digunakan dalam pembelajaran masih bersifat konvensional

karena dalam pembelajaran guru hanya memberikan penjelasan tentang materi yang dibahas

dan memberikan tugas untuk dikerjakan. Pembelajaran dengan menggunakan metode

menjelaskan atau ceramah menjadikan peserta didik mengalami kejenuhan dalam


(4)

menjadikan peserta didik pasif karena peserta didik hanya sebagai pendengar yang tidak

melakukan aktivitas sehingga akan timbul rasa bosan. Apabila hal ini terjadi terus menerus

maka akan berakibat pada rendahnya hasil belajar yang dicapai peserta didik yang nantinya

akan berdampak pada prestasi belajarnya.

Berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara dengan guru mata pelajaran geografi SMA

Negeri 3 Metro, hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik kelas XI IPS masih tergolong

rendah karena sebagian besar dari peserta didik belum mampu mencapai Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 70. Hal ini dapat dilihat dari data hasil belajar

sebagai berikut:

Tabel 1. Data Tuntas dan Tidak Tuntas Mata Pelajaran Geografi Kelas XI IPS SMA Negeri 3 Metro Tahun Pelajaran 2011-2012

No Interval XI IPS 1 XI IPS 2 XI IPS 3

1 ≥ 70 (tuntas) 15 42% 9 27% 7 21%

2 < 70 (tidak tuntas) 21 58% 25 73% 27 79%

Jumlah 36 100% 34 100% 34 100%

Sumber: Dokumentasi Guru Geografi Hasil Belajar pada Peserta Didik Kelas XI IPS 3 SMA Negeri Metro Tahun Pelajaran 2011-2012

Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa dari ketiga kelas tersebut, kelas XI IPS 3

merupakan kelas yang paling rendah prestasi belajarnya. Berdasarkan data di atas dapat

dilihat bahwa dari 34 peserta didik hanya 7 peserta didik atau 21% yang mampu mencapai

KKM yang ditetapkan, sedangkan 27 peserta didik atau 79% lainnya berada di bawah KKM.

Rendahnya prestasi belajar yang diperoleh peserta didik tersebut diduga karena aktivitas


(5)

diberikan oleh guru. Dalam pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas belum tercipta

pembelajaran yang efektif sehingga sebagian peserta didik belum bisa menerima

pembelajaran yang telah disampaikan pada mereka. Selain itu, kurangnya metode yang

variatif dari guru yang bersangkutan belum mampu menciptakan pembelajaran yang menarik

bagi peserta didik. Berdasarkan hal tersebut di atas maka diduga hal-hal tersebut

menyebabkan peserta didik memperoleh prestasi belajar yang rendah dan belum mencapai

KKM yang telah ditetapkan di sekolah tersebut.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh peneliti di SMA Negeri 3 Metro kelas XI IPS 3,

aktivitas belajar yang dilakukan masih tergolong tidak aktif. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 2

berikut:

Tabel 2. Aktivitas Belajar Peserta Didik Mata Pelajaran Geografi Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 3 Metro Tahun Pelajaran 2011-2012

No Kriteria Aktivitas Frekuensi Persentase (%)

1 Aktif 11 32,35

2 Tidak Aktif 23 67,65

Jumlah 34 100

Sumber: Observasi Pendahuluan pada peserta didik Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 3 Metro Tahun Pelajaran 2011-2012

Berdasarkan Tabel 2 di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar peserta didik di kelas

XI IPS 3 belum mencapai kriteria keaktifan kelas yang telah ditentukan yaitu 70%.

Berdasarkan hasil pengamatan pendahuluan di kelas tersebut, dapat dilihat bahwa

kebanyakan dari peserta didik masih belum mampu mengikuti pembelajaran dengan baik. Hal

ini dapat terlihat dari aktivitas diluar belajar yang dilakukan seperti mengobrol dengan rekan

sebangku, bermain handphone, melamun, dan terlihat mengantuk. Aktivitas di luar belajar tersebut tentu akan menjadi pengganggu bagi peserta didik yang lain sehingga pembelajaran


(6)

dalam pembelajaran menjadikan peserta didik kurang memiliki ketertarikan terhadap materi

yang dipelajari.

Berdasarkan indikator yang dikemukakan oleh Diedrick dalam Hamalik (2001:82), yang

disesuaikan dengan kondisi pembelajaran yang ada di SMA Negeri 3 Metro yaitu

memperhatikan apa yang disampaikan guru, bertanya/menanggapi pertanyaan, bekerja sama

dengan teman dalam kelompok, dan bertukar pendapat dengan peserta didik lain serta

mengerjakan latihan belum dilakukan sepenuhnya oleh peserta didik. Sebagian besar dari

peserta didik cenderung pasif dan tidak tertarik untuk mengikuti pelajaran yang diberikan.

Rendahnya aktivitas yang dilakukan peserta didik mempengaruhi prestasi yang diperoleh.

Oleh karena itu, maka diperlukan metode pembelajaran yang tepat guna meningkatkan

aktivitas belajar peserta didik yang nantinya akan meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

Dengan diterapkannya metode baru tersebut maka diharapkan dapat membantu peserta didik

dalam memahami tiap materi pelajaran yang diberikan oleh guru.

Salah satu model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif pembelajaran adalah dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan

sebuah kelompok strategi pembelajaran yang melibatkan peserta didik bekerja secara

berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Eggen dan Kauchak dalam Trianto, 2009:58).

Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi peserta

didik, memfasilitasi peserta didik dengan pengalaman sikap kepemimpinan, dan membuat

keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

berinteraksi dan belajar bersama-sama peserta didik yang berbeda latar belakangnya.

Dalam pembelajaran kooperatif, peserta didik memiliki kesempatan untuk dapat

meningkatkan kerja sama atau saling membantu dalam belajar dan memberikan masukan satu


(7)

dalam menyelesaikan setiap tugas. Model pembelajaran kooperatif memiliki banyak tipe

(Slavin 2010: 11 ) yaitu Student Teams Achievement Division (STAD), Tim Ahli (Jigsaw),

Investigasi Kelompok (Group Investigation), Think Pair Share (TPS), Numbered Head

Together (NHT), dan Team Games Tournament (TGT).

Dalam penelitian ini akan digunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT karena

pembelajaran ini mudah diterapkan di dalam kelas dengan membentuk kelompok-kelompok

belajar kecil dan melibatkan seluruh aktivitas belajar peserta didik tanpa memperhatikan

perbedaan kemampuan individual. Alas an utama dipilihnya model pembelajaran kooperatif

tipe TGT karena dalam melihat kondisi peserta didik yang ada di kelas yang sebenarnya

merupakan peserta didik dengan kemampuan potensi akademik yang baik dan aktif, namun

karena tidak mengikuti pembelajaran yang diterapkan maka aktivitas belajarnya tidak ada.

Selain itu, dalam pembelajaran ini mereka dapat belajar dengan teman sebayanya sehingga

akan mempermudah proses pembelajaran. Peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi

diharapkan mampu untuk memberikan bantuan kepada peserta didik yang memiliki

kemampuan rendah. Sedangkan peserta didik yang memiliki kemampuan rendah akan lebih

mudah untuk bertanya kepada peserta didik lain yang memiliki kemampuan tinggi. Dalam

model pembelajaran kooperatif tipe TGT juga mengandung unsur permainan (games) yang

harus diikuti oleh tiap kelompok yang ada. Dengan adanya berbagai permainan (games)

tersebut, diharapkan peserta didik akan tertarik untuk mengikuti setiap materi yang

disampaikan dan diharapkan mampu menghilangkan kejenuhan dan kebosanan belajar

peserta didik sehingga belajar menjadi hal yang menyenangkan bagi peserta didik. Alasan

lain dipilihnya model pembelajaran ini adalah karena dalam model pembelajaran ini terdapat

turnamen akademik yang diikuti secara individual oleh peserta didik maka setiap peserta


(8)

rekan mereka sendiri, sehingga apabila mereka tidak mampu menjawab pertanyaan rekannya

dalam turnamen membuat peserta didik malu dan gengsi.

Pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT dirancang dalam suatu

pembelajaran yang santai namun tetap dapat meningkatkan tanggung jawab tiap peserta

didik, meningkatkan kerja sama dalam kelompok belajar, dan adanya persaingan sehat yang

dapat memacu peserta didik untuk mendapatkan penghargaan sebagai yang terbaik.

Pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan tipe pembelajaran dengan menggunakan

turnamen akademik, kuis, dan sistem skor kemajuan individu, di mana para peserta didik

berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik

sebelumnya setara dengan mereka (Slavin, 2010: 6). Dengan adanya berbagai aktivitas di

atas, maka diharapkan akan mampu meningkatkan aktivitas belajar geografi dan tiap peserta

didik akan mampu memahami materi-materi yang sedang dipelajari. Dengan diterapkannya

model pembelajaran kooperatif tipe TGT diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan

prestasi belajar geografi peserta didik.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan

Aktivitas dan Prestasi Belajar Geografi Kelas XI IPS 3 Di SMA Negeri 3 Metro Tahun

Pelajaran 2011-2012”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka identifikasi masalah dalam penelitian ini


(9)

1. Pembelajaran geografi masih menggunakan metode konvensional.

2. Rendahnya aktivitas peserta didik dalam pembelajaran geografi.

3. Rendahnya prestasi peserta didik dalam pembelajaran geografi.

4. Belum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan

aktivitas dan prestasi belajar geografi.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Belum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan

aktivitas dan prestasi belajar geografi.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan

aktivitas belajar kelas XI IPS 3 di SMA Negeri 3 Metro mata pelajaran geografi tahun

pelajaran 2011-2012?

2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan prestasi

belajar kelas XI IPS 3 di SMA Negeri 3 Metro mata pelajaran geografi tahun pelajaran

2011-2012?

E. Tujuan Penelitian


(10)

1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT pada peserta didik kelas XI IPS 3 di SMA Negeri 3 Metro mata

pelajaran geografi tahun pelajaran 2011-2012.

2. Untuk meningkatkan prestasi belajar dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT pada peserta didik kelas XI IPS 3 di SMA Negeri 3 Metro mata

pelajaran geografi tahun pelajaran 2011-2012.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari pelaksaan penelitian ini adalah:

1. Manfaat bagi peneliti

Bagi peneliti, penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengembangkan pengetahuan penulis

dari materi yang diperoleh dalam bangku perkuliahan dan mengaplikasikannya melalui

penelitian tindakan kelas serta sebagai salah satu syarat mencapai gelar sarjana pada

Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Manfaat bagi siswa

Penelitian ini bagi peserta didik berguna untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar

peserta didik sehingga hasil yang diperoleh akan lebih baik atau meningkat.

3. Manfaat bagi guru

a. Ditemukannya pendekatan yang tepat dalam pembelajaran geografi di kelas XI IPS 3 di

SMA Negeri 3 Metro tahun pelajaran 2011-2012.

b. Penelitian ini bagi guru berguna untuk memperbaiki model pembelajaran yang telah


(11)

4. Manfaat bagi sekolah

Hasil penelitian ini bagi sekolah dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan informasi

kepada para guru dan peserta didik dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran sehingga

dapat bersaing dengan sekolah-sekolah lain.

2. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

1. Ruang lingkup subjek penelitian adalah peserta didik kelas XI IPS 3 SMA Negeri 3 Metro

Tahun Pelajaran 2011-2012.

2. Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe

TGT, aktivitas belajar, dan prestasi belajar geografi.

3. Ruang lingkup tempat dalam penelitian ini adalah SMA Negeri 3 Metro.

4. Ruang lingkup waktu penelitian adalah tahun pelajaran 2011-2012.


(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Belajar

Menurut Slameto (2003:2) yang dimaksud dengan belajar adalah suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Menurut Oemar Hamalik (2001:28), belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku

individu melalui interaksi dengan lingkungan. Belajar bukanlah suatu tujuan akhir, akan

tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam

belajar adalah:

a. Perubahan terjadi secara sadar

b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

e. Perubahan dalam belajar bertujuan terarah

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa yang disebut dengan belajar apabila kegiatan tersebut

bersifat sadar dan terjadi terus menerus. Belajar merupakan suatu proses pengubahan tingkah

laku atau sikap secara terarah dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam belajar seseorang


(13)

Secara sederhana Anthony Robbins dalam Trianto (2009:15) mendefinisikan belajar sebagai

proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yng sudah dipahami dan sesuatu

(pengetahuan) yang baru. Dari definisi tersebut dimensi belajar memuat beberapa unsur yaitu

penciptaan hubungan, sesuatu hal (pengetahuan) yang sudah dipahami, dan sesuatu

(pengetahuan) yang baru. Jerome Brunner dalam Trianto (2009:15) menjelaskan bahwa

belajar adalah suatu proses aktif di mana peserta didik membangun (mengkonstruk)

pengetahuan baru didasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang sudah dimilikinya.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan belajar

adalah suatu proses perubahan untuk mengenal hal-hal baru sebagai hasil dari interaksi

dengan lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

2. Pembelajaran

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2007:61) yang dimaksud dengan pembelajaran adalah

membelajarkan peserta didik menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan

penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua

arah mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik dan belajar dilakukan oleh peserta didik.

Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya

dapat dijelaskan. Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai produk interaksi

berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Sedangkan menurut Trianto

(2009:17) pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan peserta

didiknya (mengarahkan interaksi peserta didik dengan sumber belajar lainnya dalam rangka

mencapai tujuan yang diharapkan). Dari penjelasan tersebut jelas bahwa pembelajaran


(14)

keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang

telah ditetapkan sebelumnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang

dilakukan untuk membelajarkan peserta didik sehingga akan terjadi interaksi belajar

mengajar yang ditujukan untuk mencapai suatu tujuan kurikulum yang telah ditetapkan.

3. Pembelajaran Geografi

Menurut Seminar dan Lokakarya Ikatan Geografi Indonesia (IGI: 1988), geografi adalah ilmu

yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang

kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan.

Sedangkan yang di maksud dengan pembelajaran geografi menurut Nursid Sumaatmaja

(2001:12) adalah pembelajaran tentang aspek-aspek keruangan permukaan bumi yang

merupakan keseluruhan gejala alam dalam kehidupan manusia dan variasi kewilayahannya

yang diajarkan di sekolah sesuai dengan tingkat perkembangan mental anak pada jenjang

pendidikan masing-masing.

Berdasarkan hal di atas maka dapat diartikan bahwa pembelajaran geografi adalah ilmu

pengetahuan yang mempelajari tentang perbedaan dan persamaan fenomena geosfer dengan

sudut pandang lingkungan, wilayah, dalam konteks keruangan sesuai dengan perkembangan

mental anak.

4. Pembelajaran Geografi di SMA

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester II di kelas XI IPS 3. Standar kompetensi dan

kompetensi dasar pada semester II adalah sebagai berikut:


(15)

Semester II

Kelas XI Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Menganalisis

Pemanfaatan dan

Pelestarian

Lingkungan Hidup

1. Mendeskripsikan pemanfaatan lingkungan

hidup dalam kaitannya dengan

pembangunan berkelanjutan

2. Menganalisis pelestarian lingkungan hidup

dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan

Pada penelitian ini, Kompetensi Dasar yang akan dibelajarkan melalui model pembelajaran

kooperatif tipe TGT adalah mendeskripsikan pemanfaatan lingkungan hidup dalam kaitannya

dengan pembangunan berkelanjutan. Pada pembelajaran siklus I materi yang akan dibahas

adalah pengertian lingkungan, komponen ekosistem, dan lingkungan hidup sebagai sumber

daya. Materi pembelajaran pada siklus II adalah pengertian pembangunan, konsep

pembangunan, dan tindakan-tindakan pemanfaatan lingkungan hidup secara arif. Sedangkan

pada siklus III materi yang akan dibahas adalah pemanfaatan lingkungan hidup dalam

pembangunan dan resiko lingkungan dalam pembangunan.

5. Teori Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa

pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Von Glaserfeld dalam Sardiman

(2003: 37) menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan.

Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada tetapi pengetahuan selalu

merupakan akibat sari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang.

Secara sederhana konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan kita merupakan


(16)

ditemukan melainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelajarinya.

Jadi seseorang yang belajar membentuk pengertian.

Menurut pandangan dari teori konstruktivisme, belajar merupakan proses aktif dari subjek

belajar untuk merekonstruksi makna sesuatu entah itu teks, kegiatan dialog, pengalaman fisik

dan lain-lain. Belajar merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman

atau bahan yang dipelajarinya dengan pengertian yang sudah dimiliki sehingga pengertiannya

menjadi berkembang.

Sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut, maka proses mengajar bukanlah kegiatan

memindahkan pengetahuan dari guru ke subjek belajar/peserta didik, tetapi suatu kegiatan

yang memungkinkan subjek belajar mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Mengajar

adalah bentuk partisipasi dengan subjek belajar dari membentuk pengetahuan dan membuat

makna, mencari kejelasan, dan menentukan justifikasi. Dalam hal ini guru berperan sebagai

mediator dan fasilitator untuk membantu optimalisasi belajar peserta didik.

6. Model Pembelajaran

Menurut Joyce dalam Trianto (2009: 22) menyebutkan bahwa model pembelajaran adalah

suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan

pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan

perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan

lainnya. Model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk


(17)

Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode atau

prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh

strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:

a. Rasional teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.

b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar (tujuan

pembelajaran yang akan dicapai).

c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan

dengan berhasil, dan

d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

7. Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Eggen dan Kauchak dalam Trianto (2009:58) pembelajaran kooperatif merupakan

sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan peserta didik bekerja secara

berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.

Sedangkan menurut pendapat Anita Lie dalam Tukiran Taniredja, dkk (2011:56) yang

dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam

kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan

pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran

kooperatif benar-benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan efektif.

Sedangkan menurut Menurut Slavin (2010) pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting


(18)

peserta didik bekerja sama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan

teman sebayanya, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari sesuatu

dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain.

Jadi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama

di antara peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri yaitu:

a. Untuk menuntaskan materi belajarnya, peserta didik belajar dalam kelompok secara

kooperatif.

b. Kelompok dibentuk dari peserta didik-peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi,

sedang, dan rendah.

c. Jika dalam kelas terdapat peserta didik-peserta didik yang terdiri dari beberapa ras, suku,

budaya, jenis kelamin yang berbeda maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula.

d. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.

Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran kooperatif di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran

model kooperatif merupakan pembelajaran yang dilaksanakan secara berkelompok.

Pembagian kelompok yang dilakukan secara heterogen yaitu dengan jenis kemampuan

akademik yang berbeda-beda yang bertujuan untuk membantu peserta didik yang memiliki

kemampuan rendah. Dalam pembelajaran seperti ini, pembelajaran dengan metode tutor

sebaya akan mempermudah peserta didik untuk menerima dan memahami materi yang

sedang dipelajari. Dalam hal ini penghargaan kepada kelompok lebih diutamakan dari pada

individu, sehingga hal ini akan melahirkan sifat kerja sama yang baik antar peserta didik.

dengan adanya kerja sama yang baik maka akan menjadikan peserta didik menjadi individu

yang peduli terhadap orang lain.

Menurut Slavin (2010: 57) ada enam tipologi pembelajaran kooperatif, yaitu:

a. Tujuan kelompok, bahwa kebanyakan metode pembelajaran kooperatif menggunakan


(19)

b. Tanggung jawab individu, yang dilaksanakan dengan dua cara yaitu dengan menjumlah skor kelompok atau nilai rata-rata individu atau penilaian lainnya dan spesialisasi tugas.

c. Kesempatan sukses yang sama, yang merupakan karakteristik unik metode pembelajaran

tim peserta didik yakni penggunaan skor yang memastikan semua peserta didik mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkontribusi dalam timnya.

d. Kompetisi tim, sebagai sarana untuk memotivasi peserta didik untuk bekerja sama dengan

anggota timnya.

e. Spesialisasi tugas, tugas untuk melaksanakan sub tugas terhadap masing-masing anggota

kelompok.

f. Adaptasi terhadap kebutuhan kelompok, metode ini akan mempercepat langkah

kelompok.

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah yang akan dilakukan. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4. langkah-langkah model pembelajaran kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi peserta didik belajar.

Fase 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase 3

Mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase 4

Membimbing kelompok

bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi

yang telah dipelajari atau masing-masing

kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Sumber: Ibrahim, dkk dalam Trianto, (2009:66-67)

8. Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tornament (TGT)

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT atau pertandingan permainan tim dikembangkan


(20)

memainkan peranan dengan memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk

memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka.

Team Games Tournament (TGT) menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para peserta didik berlomba sebagai wakil

tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka

(Slavin , 2010).

Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model

pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh peserta didik tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran peserta didik sebagai tutor

sebaya, dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar

dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT

memungkinkan peserta didik dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan

tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar

(http://wijayalabs

.wordpress.com/2008/04, diakses tanggal 05September2011).

Menurut Slavin (2010) ada lima komponen utama dalam model pembelajaran kooperatif tipe

TGT yaitu:

a. Penyajian Kelas (Class presentation)

Penyajian kelas dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT tidak berbeda dengan pengajaran

biasa atau pengajaran klasikal oleh guru, hanya pengajaran lebih difokuskan pada materi

yang sedang dibahas saja. Ketika penyajian kelas berlangsung mereka sudah berada dalam

kelompoknya.

Dengan demikian mereka akan memperhatikan dengan serius selama pengajaran penyajian

kelas berlangsung sebab setelah ini mereka harus mengerjakan permainan akademik dengan


(21)

b. Kelompok (Teams)

Kelompok disusun dengan beranggotakan 4-5 orang yang mewakili percampuran dari

berbagai keberagaman dalam kelas seperti kemampuan akademik, jenis kelamin, rasa atau

teknik. Fungsi utama mereka dikelompokkan adalah anggota-anggota kelompok saling

meyakinkan bahwa mereka dapat bekerja sama dalam belajar dan mengerjakan permainan

atau lembar kerja dan lebih khusus lagi untuk menyiapkan semua anggota menghadapi

kompetisi.

c. Permainan (Games)

Pertanyaan dalam permainan disusun dan dirancang dari materi yang relevan dengan materi

yang disajikan untuk menguji pengetahuan yang diperoleh mewakili masing-masing

kelompok. Sebagian besar pertanyaan pada kuis adalah bentuk sederhana. Setiap peserta

didik mengambil sebuah kartu yang diberi nomor dan menjawab pertanyaan yang sesuai

dengan nomor kartu tersebut.

d. Kompetisi/Turnamen (Turnaments)

Turnamen adalah susunan beberapa permainan yang dipertandingkan. Biasanya dilaksanakan

pada akhir minggu atau akhir unit pokok bahasan, setelah guru memberikan penyajian kelas

dan kelompok mengerjakan lembar kerjanya.


(22)

Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberi penghargaan berupa hadiah atau sertifikat

atas usaha yang telah dilakukan kelompok sesama belajar sehingga mencapai kriteria yang

telah disepakati bersama. Ada tiga penghargaan yang dapat diberikan dalam penghargaan tim

yang dikelompokkan dalam tabel berikut:

Tabel 5. Kriteria penghargaan yang diberikan dalam penghargaan tim

Kriteria (rata-rata tim) Penghargaan

30 40 45 50

Tim Kurang Baik Tim Baik Tim Sangat Baik

Tim Super Sumber: Slavin (2010)

TIM A

A-1 A-2 A-3 A-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah

Meja Turname n 1 Meja Turname n 2 Meja Turname n 3 Meja Turname n 4

B-1 B-2 B-3 B-4


(23)

TIM B TIM C

Sumber: Slavin (2010:168)

Gambar 1. Penempatan peserta didik pada meja turnamen

Langkah-langkah dan aktivitas pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut:

a. Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT mengikuti urutan sebagai

berikut: pengaturan klasikal, belajar kelompok, turnamen akademik, penghargaan tim,

dan pemindahan atau bumping.

b. Pembelajaran diawali dengan memberikan pelajaran, selanjutnya diumumkan kepada

semua peserta didik bahwa akan melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe TGT dan

peserta didik diminta memindahkan bangku untuk membentuk meja tim. Kepada peserta

didik disampaikan bahwa mereka akan bekerja sama dengan kelompok belajar selama

beberapa pertemuan, mengikuti turnamen akademik untuk memperoleh poin bagi nilai

tim mereka serta diberitahukan tim yang mendapat nilai tinggi akan mendapat

penghargaan.

c. Kegiatan dalam turnamen adalah persaingan pada meja turnamen dari 3-4 peserta didik

dari tim yang berbeda dengan kemampuan setara. Pada permulaan turnamen diumumkan

penetapan meja bagi peserta didik. Peserta didik diminta mengatur meja turnamen yang

ditetapkan. Nomor meja turnamen bisa diacak. Setelah kelengkapan dibagikan dapat

dimulai kegiatan turnamen.

Bagan dari putaran permainan dengan tiga peserta didik dalam satu meja turnamen dapat

dilihat dari bagan di bawah ini:

:

Pembaca

1. Ambil satu kartu bernomor dan carilah soal yang berhubungan dengan nomor tersebut pada lembar permainan.

2. Bacalah pertanyaannya dengan keras.

Penantang I

Penantang II

Boleh menantang jika penantang I melewati dan jika dia memang mau.


(24)

Gambar 2. Bagan Putaran Permainan dalam Meja Turnamen

d. Pada akhir putaran pemenang mendapat satu kartu bernomor, penantang yang kalah

mengembalikan perolehan kartunya bila sudah ada namun jika pembaca kalah tidak

diberikan hukuman. Penskoran didasarkan pada jumlah perolehan kartu, misalkan pada

meja turnamen terdiri dari 3 sisa yang tidak seri, peraih nilai tertinggi mendapat skor 60,

kedua 40, dan ketiga 20.

e. Dengan model yang mengutamakan kerja kelompok dan kemampuan menyatukan

intelegensi peserta didik mempunyai nilai dari segi kognitif, afektif, dan psikomotor

secara merata satu peserta didik dengan peserta didik yang lain.

Kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Berikut adalah kelebihan

pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah:

a. Dalam kelas kooperatif peserta didik memiliki kebebasan untuk berinteraksi dan

menggunakan pendapatnya.

b. Rasa percaya diri peserta didik menjadi lebih tinggi.

c. Perilaku mengganggu terhadap peserta didik lain menjadi lebih kecil.

d. Motivasi belajar peserta didik bertambah.

e. Pemahaman yang lebih mendalam terhadap pokok bahasan.

f. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, toleransi antara peserta didik dengan peserta

didik, dan antara peserta didik dengan guru.

g. Peserta didik dapat menelaah sebuah pokok bahasan bebas mengaktualisasikan diri

dengan seluruh potensi yang ada dalam diri peserta didik tersebut dapat keluar, selain itu kerja sama antar peserta didik juga peserta didik dengan guru akan membuat interaksi belajar dalam kelas menjadi hidup dan tidak membosankan.


(25)

a. Sering terjadi dalam kegiatan pembelajaran tidak semua peserta didik ikut serta menyumbangkan pendapatnya.

b. Kekurangan waktu untuk proses pembelajaran.

c. Kemungkinan terjadinya kegaduhan kalau guru tidak dapat mengelola kelas.

Dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

TGT akan membuat peserta didik aktif dalam belajar dan tiap peserta didik memiliki

kebebasan untuk mengungkapkan pendapatnya. Dengan keadaan yang demikian maka

peserta didik akan terbiasa untuk berfikir dan menggali potensi yang ada pada dirinya. Selain

itu mereka juga akan belajar untuk bekerja sama dengan orang lain yang akan membuat

peserta didik bisa lebih menghargai orang lain. Dengan interaksi yang demikian akan

menciptakan kelas yang lebih menarik dan tidak membosankan sehingga peserta didik akan

memiliki motivasi belajar yang baik. Akan tetapi, apabila guru tidak dapat mengelola kelas

ini dengan baik maka apa yang menjadi tujuan belajar tidak akan tercapai sehingga

diperlukan keaktifan dan kekreatifan guru agar peserta didik mencapai tujuan

pembelajarannya. Dengan pelaksanaan pembelajaran yang maksimal maka diharapkan hasil

belajar yang diperoleh peserta didik akan semakin baik sehingga dapat meningkatkan prestasi

belajarnya.

9. Jenis Permainan

a. Teka-teki Silang (Word Square)

Teka-teki silang atau disingkat TTS adalah suatu permainan di mana kita harus mengisi

ruang-ruang kosong (berbentuk kotak putih) dengan huruf-huruf yang membentuk sebuah

kata berdasarkan petunjuk yang diberikan. Petunjuknya biasa dibagi ke dalam kategori

'mendatar' dan 'menurun' tergantung arah kata-kata yang harus diisi.


(26)

a. Guru menyampaikan materi sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai.

b. Guru membagikan lembar kegiatan yang berupa lembar kerja kelompok yang akan diisi

oleh peserta didik dengan metode diskusi dengan kelompok masing-masing.

c. Peserta didik mengisi lembar permainan dengan mengarsir atau member garis pada kata

yang dianggap benar.

b. Scrabble

Scrabble adalah permainan papan dan permainan menyusun kata yang dimainkan 2 atau 4

orang yang mengumpulkan poin berdasarkan nilai kata yang dibentuk dari keping huruf di

atas papan permainan berkotak-kotak (15 kolom dan 15 baris). Biji permainan berupa keping

berbentuk bujur sangkar yang bertuliskan huruf pada salah satu sisi. Pemain mengambil

hingga sebanyak tujuh buah keping huruf dari kantong, dan berusaha menyusun kata secara

mendatar atau menurun seperti teka-teki silang. Kata-kata yang dibuat harus merupakan kata

yang diizinkan untuk dimainkan berdasarkan kamus standar sesuai dengan bahasa yang

dimainkan. Pemain yang mengumpulkan total poin tertinggi dinyatakan sebagai pemenang.

Langkah-langkah pelaksanaan permainan:

a. Guru menyajikan materi pembelajaran sesuai dengan materi yang akan dicapai

b. Guru membagikan lembar kerja kelompok sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai

kemudian peserta didik mengisi lembar tersebut dengan mendiskusikan terlebih dahulu

dengan kelompok masing-masing.


(27)

Belajar merupakan berbuat untuk mengubah tingkah laku. Jadi tidak ada belajar jika tidak ada

aktivitas. Oleh karena itu, aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi

belajar mengajar (Sardiman, 2003:95-96).

Menurut Anton M. Mulyono (2001 : 26), Aktivitas artinya “kegiatan atau keaktifan”. Jadi

segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun

non-fisik merupakan suatu aktivitas.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala

kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan peserta didik) dalam rangka

mencapai tujuan belajar.

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar

sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Menurut Diedrick dalam Hamalik (2001:82),

aktivitas belajar dibagi menjadi 8 kelompok, yaitu:

a. Kegiatan-Kegiatan Visual

Membaca, melihat, gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

b. Kegiatan-Kegiatan Lisan (Oral)

Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.

c. Kegiatan-Kegiatan Mendengarkan

Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, dan mendengarkan radio.

d. Kegiatan-Kegiatan Menulis

Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.

e. Kegiatan-Kegiatan Menggambar

Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.

f. Kegiatan-Kegiatan Metrik

Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun.

g. Kegiatan-Kegiatan Mental

Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, faktor-faktor, melihat, hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

h. Kegiatan-Kegiatan Emosional

Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan, dan overlap satu sama lain.


(28)

Berdasarkan penjelasan di atas maka yang menjadi aktivitas belajar yang dilakukan peserta

didik disesuaikan dengan model pembelajaran yang diterapkan seperti aktivitas visual yaitu

berupa membaca dan mengamati, lisan (oral) yaitu berupa mengajukan pertanyaan, memberi

saran, mengemukakan pendapat dan berdiskusi, serta aktivitas mendengarkan berupa

mendengarkan penyajian bahan dan diskusi.

d. Prestasi Belajar

Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara

individu maupun secara kelompok (Djamarah, 1994:19). Sedangkan menurut Mas’ud Hasan

Abdul Dahar dalam Djamarah (1994:21) bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat

diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan

keuletan kerja.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil atau

taraf kemampuan yang telah dicapai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar

dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan, dan pengetahuan

dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau

pernyataan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor dari dalam diri peserta didik

(intern) yaitu jasmani, psikologi, dan kelelahan. Sedangkan faktor yang berasal dari luar


(29)

B. Kerangka Pikir

Belajar adalah suatu proses perubahan untuk mengenal hal-hal baru sebagai hasil dari

interaksi dengan lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar bagi peserta

didik akan lebih bermakna bila dalam pembelajaran peserta didik dapat mengalami apa yang

sedang dipelajarinya.

Pembelajaran geografi yang terjadi di kelas XI IPS 3 di SMA Negeri 3 Metro masih sangat

konvensional. Pembelajaran yang terjadi masih sangat monoton dan berpusat pada guru yang

mengajar (teacher center). Pembelajaran yang bersifat konvensional dengan menggunakan

metode ceramah akan menjadikan peserta didik sebagai pendengar yang mengakibatkan

kurang aktifnya peserta didik sehingga membuat mereka mengalami kebosanan dalam

mengikuti pelajaran. Dengan kondisi yang demikian maka akan mengakibatkan pada

rendahnya hasil belajar yang diperoleh peserta didik yang akan berdampak pula pada prestasi

belajarnya. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode pembelajaran baru yang mampu

meningkatkan aktivitas belajarnya.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan

sebagai salah satu alternatif pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif adalah model

pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil yang terdiri 4-5 orang dengan

memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah peserta didik bekerja sama

dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya,

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada

waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Pembelajaran

kooperatif terdiri dari beberapa tipe yaitu Student Teams Achievement Division (STAD), Tim

Ahli (Jigsaw), Investigasi Kelompok (Group Investigation), Think Pair Share (TPS),


(30)

Dalam penelitian ini, direncanakan akan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

TGT karena pembelajaran ini mudah diterapkan di dalam kelas dengan membentuk

kelompok-kelompok belajar kecil dan melibatkan seluruh aktivitas belajar peserta didik tanpa

memperhatikan perbedaan kemampuan individual. Selain itu, dalam pembelajaran ini mereka

dapat belajar dengan teman sebayanya sehingga akan mempermudah proses pembelajaran.

Peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi diharapkan mampu untuk memberikan

bantuan kepada peserta didik yang memiliki kemampuan rendah. Sedangkan peserta didik

yang memiliki kemampuan rendah akan lebih mudah untuk bertanya kepada peserta didik

lain yang memiliki kemampuan tinggi. Dalam model pembelajaran kooperatif juga

mengandung unsur permainan (games) yang harus diikuti oleh tiap kelompok yang ada.

Dengan adanya berbagai permainan (games) tersebut, diharapkan peserta didik akan tertarik

untuk mengikuti setiap materi yang disampaikan dan diharapkan mampu menghilangkan

kejenuhan dan kebosanan belajar peserta didik sehingga belajar menjadi hal yang

menyenangkan bagi peserta didik. dengan adanya interaksi belajar tersebut diharapkan

menjadikan peserta didik aktif dan memiliki aktivitas belajar yang tinggi.

Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT terdapat permainan dan kompetisi yang dilakukan

dengan memberikan kuis atau latihan sederhana yang diwakili oleh masing-masing

kelompok. Setiap kelompok yang menjawab benar maka akan memperoleh tambahan poin.

Kelompok dengan nilai terbaik maka akan mendapat pengakuan sebagai kelompok terbaik

berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan berhak mendapatkan penghargaan. Dengan hal

ini, maka diharapkan tiap peserta didik memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar sehingga


(31)

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diasumsikan bahwa dengan menerapkan pembelajaran

kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar geografi peserta didik

kelas XI IPS 3 SMA Negeri 3 Metro Tahun Pelajaran 2011-2012.

Berdasarkan kerangka pikir di atas maka secara sederhana dapat disajikan dalam paradigma

kerangka pikir sebagai berikut:

Gambar 3. Kerangka Pikir Penelitian

Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

1. Meningkatkan aktivitas belajar peserta didik


(32)

(33)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang

merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Suharsimi Arikunto

2009: 3). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar mata pelajaran

geografi kelas XI IPS 3 SMA Negeri 3 Metro Tahun pelajaran 2011-2012.

B. Lokasi,Subyek dan Obyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SMA Negeri 3 Metro.

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPS 3 SMA Negeri 3

Metro yang berjumlah 34 peserta didik terdiri dari 20 peserta didik laki-laki dan 14 peserta

didik perempuan dan guru mata pelajaran geografi yaitu Ibu Paulina Suhartinah, S.Pd.

3. Obyek Penelitian

Obyek penelitian dalam penelitian ini model pembelajaran kooperatif tipe TGT, aktivitas


(34)

C. Definisi Operasional Tindakan

Operasional tindakan merupakan tindakan yang diambil peneliti untuk menitiktekankan pada

masalah apa yang akan diambil oleh peneliti agar masalah yang dikaji dapat efektif dan

efisien.

1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Penggunaan model pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penggunaan

model belajar dimana peserta didik belajar dalam sebuah kelompok-kelompok kecil.

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan model pembelajaran dimana peserta

didik bekerja dalam kelompok kecil untuk bekerja bersama dan berkompetisi dalam

permainan untuk mendapatkan poin terbanyak. Setiap kelompok belajar akan memperoleh

satu pokok bahasan untuk didiskusikan secara bersama. Setelah itu setiap peserta didik akan

memperoleh nomor masing-masing yang berisi soal dan latihan yang harus dijawab. Selain

dapat bekerja sama dan berdiskusi secara kelompok, peserta didik yang memiliki kemampuan

yang lebih tinggi dapat memberikan bantuan kepada peserta didik yang memiliki kemampuan

rendah. Dengan adanya interaksi belajar tersebut maka diharapkan keaktifan belajar peserta

didik akan meningkat.

Dalam akhir pembelajaran dengan tipe TGT maka akan diadakan permainan dan kompetisi

yang diikuti oleh tiap kelompok. Jenis permainan yang akan dimainkan dalam pembelajaran

ini adalah teka-teki silang yang akan dimainkan oleh tiap kelompok yang telah ditentukan.

Setelah permainan berakhir maka akan dihitung poin yang diperoleh yaitu dilihat dari

banyaknya tiap soal yang terjawab. Setiap jawaban yang benar maka akan memperoleh poin.


(35)

kelompok maka akan diketahui kelompok mana yang memperoleh poin paling banyak.

Setelah itu, maka akan diperoleh kelompok terbaik yang berhak mendapatkan pengakuan

sebagai kelompok terbaik berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan dan mendapatkan

penghargaan.

2. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar peserta didik diukur melalui observasi. Setiap peserta didik diamati

aktivitasnya dalam setiap pertemuan dengan memberi tanda “ √ “ pada lembar observasi apabila aktivitas yang dilakukan sesuai dengan indikator yang telah ditentukan.

Dalam penelitian ini yang menjadi indikator aktivitas belajar peserta didik adalah sebagai

berikut:

a. Memperhatikan apa yang disampaikan guru

b. Diskusi antara peserta didik dan guru

c. Diskusi antar peserta didik dalam kelompok

d. Bertanya/ menanggapi pertanyaan dalam diskusi

e. Mengerjakan latihan yang diberikan

Setelah selesai observasi maka dilakukan penghitungan guna mengetahui jumlah aktivitas

yang dilakukan peserta didik yang dinyatakan dalam bentuk persen dengan menggunakan

rumus sebagai berikut (Sudjana, 2002:69) :

% 100

% x

N Na Ai

Keterangan:

%Ai = Persentase aktivitas peserta didik


(36)

N = Banyaknya aktivitas yang diamati

Peserta didik dikategorikan aktif apabila persentase aktivitasnya mencapai 60% atau lebih.

Sedangkan untuk keaktifan aktivitas belajar di kelas yaitu tergolong aktif jika sudah

mencapai 60% atau lebih. Selanjutnya, untuk menentukan persentase peserta didik aktif

digunakan rumus:

N As As 

% x 100%

Keterangan:

As

% = Persentase peserta didik aktif.

As

= Banyaknya peserta didik yang aktif.

N = Banyaknya peserta didik yang hadir.

Aktivitas guru diukur dengan menggunakan Alat Penilaian Kinerja Guru (APKG) yang

terdiri atas APKG I dan II. APKG I digunakan untuk menilai kemampuan guru

merencanakan pembelajaran, sedangkan APKG II digunakan untuk kemampuan guru dalam

melaksanakan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7 berikut:

Tabel 6. APKG I untuk menilai kemampuan guru merencanakan pembelajaran

No Indikator 1 2 3 4 5

1. Menentukan bahan pembelajaran dan merumuskan tujuan.

Rata-rata butir 1 = A

2. Mengembangkan dan mengorganisasikan materi, media (Alat bantu pembelajaran), dan sumber belajar.


(37)

3. Merencanakan scenario kegiatan pembelajaran

Rata-rata butir 3 = C

4. Merancang pengelolaan kelas

Rata-rata butir 4 = D

5. Merencanakan prosedur, jenis, dan menyiapkan alat

penilaian

Rata-rata butir 5 = E

6. Tampilan dokumen rencana pembelajaran

Rata-rata butir 6 = F

Sumber: lembar APKG model FKIP-UT

Nilai APKG I = R

R = + + + + + Keterangan:

1 = sangat tidak baik 4 = baik

2 = tidak baik 5 = sangat baik

3 = cukup

Tabel 7. APKG II untuk menilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran

No Indikator 1 2 3 4 5

1. Mengelola ruang dan fasilitas pembelajaran

Rata-rata butir 1 = P

2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran

Rata-rata butir 2 = Q

3. Mengelola interaksi kelas

Rata-rata butir 3 = R

4. Bersikap terbuka dan luwes serta membantu

megembangkan sikap positif siswa terhadap belajar

Rata-rata butir 4 = S

5. Mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam


(38)

Rata-rata butir 5 = T

6. Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar

Rata-rata butir 6 = U

7. Kesan umum pelaksanaan pembelajaran

Rata-rata butir 7 = V

Sumber: lembar APKG model FKIP-UT

Nilai APKG II = K

K = + + + + + +

Keterangan:

1 = sangat tidak baik 4 = baik

2 = tidak baik 5 = sangat baik

3 = cukup

3. Prestasi Belajar

Untuk mengetahui prestasi belajar peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT diambil dari persentase ketuntasan belajar peserta didik setelah diadakan

tes pada setiap akhir siklus. Peserta didik dikatakan tuntas jika mendapatkan nilai 70 atau

lebih. Untuk menentukan persentase peserta didik tuntas setiap siklusnya digunakan rumus

sebagai berikut( Sudjana, 2001:69):

N At At  

% x 100%

Keterangan :

At %

= Persentase peserta didik tuntas belajar

At

= Banyaknya peserta didik yang tuntas belajar


(39)

Selanjutnya, rata-rata kelas dikatakan tuntas apabila sudah mencapai 60% atau lebih. Untuk

menentukan rata-rata kelas digunakan rumus:

N Ns x

Keterangan:

x = Nilai rata-rata kelas

∑Ns = Jumlah nilai tes seluruh peserta didik

N = Banyaknya peserta didik yang hadir

D. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini telah dilaksanakan melalui tiga siklus yang berulang dengan tiga siklus tersebut diharapkan mampu memperoleh hasil yang maksimal

dengan cara dan prosedur yang dinilai efektif. Penelitian ini pada tiap siklus terdiri dari empat

tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Tindakan

Perencanaan Refleksi

Pengamatan

SIKLUS II Tindakan Refleksi

Perencanaan

SIKLUS III Tindakan Refleksi


(40)

Gambar 3. Prosedur Penelitian Tindakan Sumber: Arikunto, Suharsimi dkk. 2009:16

1. Perencanaan

Perencanaan adalah persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan penelitian ini. Adapun

persiapan yang dilaksanakan dalam penelitian dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT dengan rincian sebagai berikut:

a. Menentukan kompetensi dasar dan materi pembelajaran yang akan disampaikan untuk kegiatan penelitian yaitu tentang pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup.

b. Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran yaitu pada Standar Kompetensi menganalisis pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup, pada Kompetensi Dasar Mendeskripsikan pemanfaatan lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan dan Menganalisis pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan.

c. Membentuk peserta didik ke dalam beberapa kelompok yang berjumlah lima orang berdasarkan nilai ulangan yang sudah diperoleh sebelumnya.

d. Mempersiapkan lembar latihan yang diberikan kepada peserta didik saat pembelajaran. e. Mempersiapkan lembar observasi aktivitas belajar peserta didik dan catatan lapangan.


(41)

f. Mempersiapkan tes akhir pada tiap siklus yang berupa soal yang diberikan kepada seluruh peserta didik.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada kegiatan ini diterapkan semua kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan. Adapun

rincian kegiatannya adalah sebagai berikut:

a. Penyajian materi

Penyajian materi dilakukan hanya seperempat waktu dari banyak jam belajar yang sudah tersedia. Materi yang disajikan hanya garis besar atau pokok-pokok bahasan yang lebih lanjut

akan dibahas secara berkelompok. Ketika penyajian kelas berlangsung mereka sudah berada dalam kelompoknya masing-masing. Dengan demikian mereka akan memperhatikan dengan

serius selama penyajian kelas berlangsung sebab setelah ini mereka harus mengerjakan permainan akademik dengan sebaik-baiknya dengan skor mereka akan menentukan skor

kelompok mereka.

b. Belajar dalam kelompok

Setelah penyajian materi maka dilakukan pembagian kelompok-kelompok kecil yang terdiri

dari 5 orang yang telah ditentukan. Setiap kelompok tersebut mendapat satu materi yang

harus didiskusikan terlebih daluhu. Setelah mereka berdiskusi maka mereka mengerjakan


(42)

c. Permainan (Games)

Dalam permainan ini disusun pertanyaan yang sesuai dengan materi yang telah disajikan untuk menguji pengetahuan yang diperoleh mewakili masing-masing kelompok. Setiap

peserta didik mengambil sebuah kartu yang diberi nomor dan menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor kartu tersebut.

Dalam tahap ini akan digunakan permainan teka-teki silang yang akan dimainkan oleh setiap

kelompok yang ada. Setiap kelompok akan dibagikan lembar permainan yang berisikan tentang materi pembelajaran dan soal yang harus dikerjakan secara berkelompok terlebih dahulu. Jawaban setiap soal tersebut berada pada tiap huruf yang disusun secara acak sehingga tiap kelompok harus mencari jawaban tersebut. Setiap jawaban benar dalam lembar tersebut dihitung dalam bentuk poin yang dikumpulkan sehingga nantinya dapat dihitung poin terakhir dari seluruh skor yang diperoleh. Apabila waktu yang telah ditentukan untuk menyelesaikan permainan tersebut telah berakhir maka akan dilakukan penghitungan terhadap banyaknya soal yang dapat dijawab oleh masing-masing kelompok tersebut. Setelah

penghitungan skor tersebut maka akan ditentukan poin terbanyak dari kelompok mana dan kelompok yang memperoleh poin terbanyak akan mendapatkan penghargaan sebagai kelompok terbaik sehingga berhak mendapatkan hadiah atau penghargaan sesuai kesepakatan yang sudah ditentukan sebelumnya.

Dengan permainan ini diharapkan semua peserta didik cukup senang dalam mengikuti pelajaran dan tidak merasa bosan dengan materi yang disampaikan oleh guru mata pelajaran sehingga mampu meningkatkan motivasi dan minat peserta didik yang akhirnya nanti dapat meningkatkan prestasi belajar yang diperoleh peserta didik.


(43)

d. Kompetisi/Turnamen (Turnaments)

Kompetisi dilakukan pada akhir minggu atau akhir siklus setelah materi yang disajikan sudah selesai. Setelah diadakan kompetisi maka hasilnya dapat digunakan untuk menentukan tim terbaik yang pantas mendapatkan penghargaan. Turnamen yang dilakukan dalam model pembelajaran ini berupa turnamen akademik dalam meja turnamen yang diikuti oleh 4 orang.

e. Pengakuan Kelompok (Teams Recognition)

Setelah akhir kompetisi maka dilakukan penghitungan terhadap skor tiap kelompok. Kelompok yang dapat mengumpulkan poin terbanyak maka berhak mendapatkan penghargaan dan mendapatkan pengakuan sebagai kelompok terbaik berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan.

3. Observasi

Observasi dilaksanaan selama pembelajaran berlangsung untuk melihat aktivitas belajar

peserta didik yang dilaksanakan oleh guru mitra dan observer. Kegiatan ini dilakukan

sepanjang pembelajaran berlangsung sehingga akan terlihat keaktifan pada tiap diri peserta

didik sehingga akan mudah untuk melalukan evaluasi.

4. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan mengamati, memahami, menganalisis dan membuat kesimpulan


(44)

setelah siklus I selesai dengan menganalisis hasil observasi yang digunakan untuk

menentukan perkembangan dan kelemahan serta kekurangan sebagai dasar untuk

memperbaiki siklus berikutnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Mengumpulkan data merupakan kegiatan penting dalam sebuah penelitian. Data yag

diperoleh peneliti dianalisis, dibahas dan disimpulkan. Adapun metode pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Teknik Observasi

Observasi adalah suatu aktivitas dalam rangka mengumpulkan data yang berhubungan

dengan masalah penelitian melalui proses pengamatan langsung di lapangan. Dalam

penelitian ini observasi dilakukan dari awal penelitian sampai akhir penelitian.

2. Teknik Tes

Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data berupa hasil belajar peserta didik dengan memberikan tes yang berupa soal setelah pelaksanaan siklus. Tes sebagai salah satu alat pengumpulan data memegang peranan penting. Dengan tes akan diperoleh informasi tentang keberhasilan peserta didik dalam menyerap pembelajaran yang telah dilakukan. Tes dilakukan pada akhir siklus setelah proses pembelajaran selesai.

3. Teknik Angket

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi

dari responden, dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui.

Lembar angket ini diisi oleh peserta didik pada akhir penelitian (Nana Sudjana 1989: 70).


(45)

Dalam penelitian ini teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisa deskriptif

(Descriptive Analysis). Analisis deskriptif yang dimaksud adalah analisis deskriptif kualitatif yang ditujukan untuk mendapatkan informasi tentang kondisi di lapangan yang bersifat

tanggapan dan pandangan terhadap pelaksanaan tindakan. Hasil analisis kualitatif berupa

perbandingan kondisi riil di lapangan yang diperoleh dari berbagai pendapat. Data hasil

olahan tersebut kemudian harus dianalisis secara statistik, untuk data yang bersifat kualitatif

(deskriptif kualitatif) dilakukan analisis non statistik. Data deskriptif kualitatif sering hanya

dianalisis menurut isinya, oleh karena itu disebut dengan analisis isi (content analysis).

Dalam analisis deskriptif disajikan dalam tabel data yeng berbentuk frekuensi, kemudian

dihitung mean, median, modus, presentase, standar deviasi, dan lainnya. Untuk analisis

statistik, model analisis yang digunakan harus sesuai dengan rancangan penelitiannya.

Apabila penelitian yang dilakukan guru hanya berhenti pada penjelasan masalah dan upaya

pemecahan masalahnya yang telah dilakukan (untuk meningkatkan mutu pembelajaran) maka

setelah disajikan data hasil wawancara, angket, pengamatan atau dokumentasi, maka

selanjutnya dianalisis atau dibahas dan diberi makna atas data yang disajikan tersebut.

G. Indikator Keberhasilan

Pembelajaran dalam penelitian ini dikatakan berhasil apabila:

1. Peserta didik yang aktif mencapai ≥ 60%.


(46)

1

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar geografi kelas XI IPS 3 SMA Negeri 3

Metro tahun pelajaran 2011-2012 maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada kelas

XI IPS 3 di SMA Negeri 3 Metro dapat meningkatkan aktivitas belajar geografi karena

dalam pembelajaran tersebut melibatkan aktivitas peserta didik. Rata-rata aktivitas

belajar geografi peserta didik yang sesuai dengan aspek yang diamati pada saat

pembelajaran pada siklus I yaitu sebesar 59% dan pada siklus II meningkat sebesar

13,7% sehingga menjadi 72,7%, dan meningkat kembali pada siklus III sebesar 12,6%

menjadi 85,3%.

2.

Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan

prestasi belajar geografi kelas XI IPS 3 di SMA Negeri 3 Metro setiap siklusnya.

Persentase ketuntasan prestasi belajar geografi peserta didik pada siklus I 57,6% menjadi

62,1% pada siklus II dengan peningkatan sebesar 4,5% dan meningkat lagi pada siklus

III dengan peningkatan sebesar 29,1% sehingga menjadi 91.2%.

B. Saran


(47)

2

1. Dalam kegiatan pembelajaran geografi pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat

dijadikan salah satu alternatif dalam pemilihan model pembelajaran karena dengan

menerapkan model pembelajaran tersebut dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi

belajar.

2. Dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT tidak

hanya dengan menggunakan game yang manual, bisa juga dengan menggunakan

teknologi informasi dan komunikasi.

3. Dalam melaksanakan pembelajaran dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT ini sebaiknya guru harus memperhitungkan waktu yang tersedia agar semua


(48)

(49)

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI

KELAS XI IPS 3 DI SMA NEGERI 3 METRO TAHUN PELAJARAN 2011-2012

Oleh

Dewi Sri Wahyuningsih

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(50)

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI

KELAS XI IPS 3 DI SMA NEGERI 3 METRO TAHUN PELAJARAN 2011-2012

(Skripsi)

Oleh

DEWI SRI WAHYUNINGSIH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(51)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Suka Bumi, Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan pada 15

Mei 1990, sebagai anak kedua dari empat bersaudara. Penulis

merupakan putri pasangan Bapak Minan dan Ibu Sukarti.

Penulis menyelesaikan Pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 1

Pakuan Ratu Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan

diselesaikan pada tahun 2001, melanjutkan ke Sekolah Menengah

Pertama (SMP) PGRI 2 Pakuan Aji Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur

diselesaikan pada tahun 2004, dan kemudian Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Metro

Kota Madya Metro diselesaikan pada tahun 2007.

Pada pertengahan tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswi Universitas Lampung di

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial (PIPS) Program Studi Pendidikan Geografi. Pada tanggal 11-18 Juni 2010, penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Terpadu ke Taman Nasional Bromo Tengger

Semeru (TNBTS) di Propinsi Jawa Timur, Propinsi Bali, dan Propinsi DIY Yogyakarta dan

pada tahun 2011, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA


(52)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Penempatan peserta didik pada meja turnamen ... 24

2. Bagan Putaran Permainan dalam Meja Turnamen ... 25

3. Kerangka Pikir Penelitian ... 33

4. Prosedur Penelitian Tindakan ... 41

5. Peta Lokasi Penelitian SMA Negeri 3 Metro ... 50

6. Denah ruangan SMA Negeri 3 Metro ... 53

7. Turnamen akademik peserta didik sebagai alat evaluasi ... 69

8. Peserta didik mengikuti permainan kelompok dalam siklus II ... 92

9. Peserta didik sedang mengikuti turnamen siklus II ... 95

10.Peserta didik mengerjakan lembar kerja kelompok pada tahap Permainan ... 113

11.Peserta didik mengikuti turnamen pada siklus III ... 116

12.Kinerja Guru dalam Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ... 125

13.Persentase Aktivitas Belajar Peserta Didik Siklus I-III ... 127


(53)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Batasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat penelitian ... 10

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 11

II.TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka ... 12

1. Belajar ... 12

2. Pembelajaran ... 13

3. Pembelajaran Geografi ... 14

4. Pembelajaran Geografi di SMA ... 15

5. Teori Konstruktivisme ... 16

6. Model Pembelajaran... 17

7. Pembelajaran Kooperatif ... 18

8. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ... 21

9. Jenis Permainan ... 27

10. Aktivitas Belajar ... 28

11. Prestasi Belajar ... 30

B. Kerangka Pikir... 31

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 34

B. Lokasi, Subyek dan Obyek Penelitian ... 34


(54)

D. Prosedur Penelitian ... 41

E. Teknik Pengumpulan Data ... 46

F. Teknik Analisis Data ... 47

G. Indikator Keberhasilan ... 48

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Umum Lokasi Penelitian ... 49

1. Lokasi Penelitian ... 49

2. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 3 Metro ... 49

3. Keadaan Peserta Didik SMA Negeri 3 Metro ... 51

4. Sarana dan Prasarana SMA Negeri 3 Metro ... 52

5. Keadaan Guru, Tata Usaha, dan Pegawai SMA Negeri 3 Metro ... 54

B. Pelaksanaan Penelitian ... 55

C. Deskripsi Tindakan Penelitian... 56

D. Pembahasan ... 122

V. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan ... 142

2. Saran ... 143

DAFTAR PUSTAKA ... 144


(55)

1

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Defri. 2010. Aktivitas Belajar. Http://idsvoong.com/socialscience/

1961162-aktivitas-belajar/ diakses pada 28 September 2011 pukul 14.05 WIB.

Aprina, Ria. 2010. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divission (STAD) untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar

siswa pada mata pelajaran geografi, Skripsi.Pendidikan Geografi, Universitas

Lampung: Bandar Lampung.

Arikunto, Suharsimi dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara: Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Bandung.

Juliantara, Ketut. 2010. Aktivitas Belajar. http://edukasi.kompasiana.com/

2010/04/11.aktivitas-belajar. diakses pada 28 September 2011 pukul 12.59 WIB.

Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi guru. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta. Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Rineka cipta: Jakarta.

Sanjaya, Ade. 2011. Prestasi Belajar. Http://aadensanjaya.blogspot.com.

diakses pada 28 September 2011 pukul 14.06 WIB

Sardiman. 2003. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Silabus Mata Pelajaran Geografi SMAN 3 Metro TP 2011-2012, Kota Metro.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta: Jakarta.

Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media: Bandung.

Solihatin, E dan Raharjo. 2009. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara: Jakarta.

Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.


(56)

2

Sumaatmadja, Nursid. 1996. Metodologi Pengajaran geografi. Bumi Aksara: Jakarta.

Taniredja, Tukiran dkk. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif. Alfabeta: Jakarta.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan

Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kencana Prenada Media Group: Jakarta.

Wijaya. 2008. Pembelajaran Kooperatif Model Team Games Tournament (TGT).

Http://wijayalabs.wordpress.com/2008/04/ diakses pada 05 September 2011 pukul 20.03 WIB.


(57)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data Tuntas dan Tidak Tuntas Mata Pelajaran Geografi Kelas XI IPS

SMA Negeri 3 Metro Tahun Pelajaran 2011-2012 ... 4

2. Aktivitas Belajar Peserta Didik Mata Pelajaran Geografi Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 3 Metro Tahun Pelajaran 2011-2012 ... 5

3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk SMA kelas XI Semester II ... 15

4. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif ... 20

5. Kriteria penghargaan yang diberikan dalam penghargaan tim ... 23

6. APKG I untuk menilai kemampuan guru merencanakan pembelajaran ... 38

7. APKG II untuk menilai kemampuan guru dalam melaksanakan Pembelajaran ... 39

8. Data Peserta Didik SMA Negeri 3 Metro ... 51

9. Sarana dan Prasarana di SMA Negeri 3 Metro ... 52

10.Nama pengurus dan guru SMA Negeri 3 Metro ... 54

11.Jadwal Pelaksanaan penelitian ... 56

12.Hasil Observasi Kinerja Guru pada Siklus I dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT... 73

13.Nilai Kinerja Guru Penerapan Model Pembelajaran kooperatif Tipe TGT Siklus I ... 74

14.Perbandingan Jumlah Peserta Didik yang Aktif dan Tidak Aktif pada Siklus I ... 76


(1)

(2)

PERSEMBAHAN

Dengan segenap rasa syukur kepada Allah swt. dan sanjungan kepada Rasulullah saw.

kupersembahkan karya sederhana ini untuk orang-orang yang selalu kusayangi dan

kubanggakan dalam tiap nafasku:

Bapak dan ibu tercinta yang senantiasa berjuang tak kenal lelah, memberi semangat,

perhatian, pengorbanan dan senantiasa tulus mendoakan dalam titian langkah hidupku.

Terimakasih atas cinta kalian.

Saudara-saudariku ayukku Nurul, adikku Sulis, dan si bungsu Irvan Saipul.

Terimakasih atas cinta

, kasih sayang, dukungan, do’a dan keceriaan serta kebahagiaan

kalian yang mewarnai sepanjang perjalanan hidup hingga kini dan mendatang.

Para Pendidik yang kuhormati, terimakasih atas ilmu yang sudah diberikan.


(3)

Judul skripsi : MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) UNTUK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI KELAS XI IPS 3 DI SMA NEGERI 3 METRO TAHUN PELAJARAN 2010-2012

Nama Mahasiswa : Dewi Sri Wahyuningsih

Nomor Pokok Mahasiswa : 0743034010

Program Studi : Pendidikan Geografi

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI: 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing Utama, Pembimbing Pembantu,

Drs. Zulkarnain, M.Si. Sugeng Widodo, S.Pd, M. Pd

NIP. 19600111 198703 1 001 NIP. 19750517 200603 1 002

2. Mengetahui:

Ketua Jurusan Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Pendidikan Geografi,

Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si. Drs. Zulkarnain, M.Si.


(4)

SANWACANA

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan

Aktivitas dan Prestasi Belajar Geografi

Kelas XI IPS 3 Di SMA Negeri 3 Metro Tahun Pelajaran 2011-2012” dengan baik.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan terima kasih yang tak terhingga terutama Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik (PA) dan sekaligus Dosen Pembimbing Utama, Bapak Sugeng Widodo, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Pembantu, dan Bapak Dr. Sumadi, M.S. selaku Dosen Pembahas yang telah dengan sabar dan penuh perhatian memberikan bimbingan serta petunjuk demi terlaksananya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini.

Tidak lupa melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman,M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan kemudahan kepada penulis atas izin dan pelayanan administrasi selama menempuh perkuliahan.


(5)

2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan kemudahan penulis atas izin dan pelayanan administrasi selama menempuh perkuliahan.

3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan kemudahan penulis atas izin dan pelayanan administrasi selama menempuh perkuliahan.

4. Bapak Drs. Hi. Iskandar Syah, M.H., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan kemudahan penulis atas izin dan pelayanan administrasi selama menempuh perkuliahan.

5. Bapak Drs. Hi. Buchory Asyik. M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan kemudahan penulis atas izin dan pelayanan pelayanan administrasi selama penulis menjadi mahasiswa di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

6. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Pembimbing Akademik dan Ketua Program Studi

Pendidikan Geografi yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran kepada penulis selama menempuh perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Geografi.

8. Bapak Drs. Hi. jumadi, M.Pd. selaku Kepala SMA Negeri 3 Metro yang telah

mengizinkan penulis untuk melaksanakan penelitian

9. Bapak dan ibu tercintaku yang telah dengan sabarnya membimbingku meniti kehidupan

ini serta do’a yang selalu tercurah dalam setiap sujud.

10. Keluarga besarku yang sudah memberikan dukungan dan motivasi.

11. Teman-teman seperjuangan Geografi 2007 yang selalu menjadi pengobar semangat untukku, terimakasih atas kebersamaan selama ini. Love u all..


(6)

12. Kakak-kakak Geografi 2004, 2005, dan 2006, adik-adik 2008 dan 2009, teman-teman kosan Edelweis, serta sahabat-sahabat yang tak dapat penulis sebut satu per satu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk perbaikan penulis di masa yang akan datang. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Bandar Lampung, 2012 Penulis


Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (tgt) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol)

0 5 199

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi

1 3 310

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Games Digital Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Alat-Alat Optik

3 35 205

Penerepan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas VIII-3 SMPN 3 Kota Tangerang Selatan 2015/2016 Dalam Pelajaran IPA

0 4 10

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tgt (Team Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Kelas Iv Sd Negeri 02 Brujul Kecamatan

0 1 15

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran akuntansi di kelas XI SMA Negeri 11 Yogyakarta.

0 0 227

MODEL KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS.

0 0 6

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL

0 0 12