BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus - ANA NUR ARIFAH BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus

  1. Pengertian diabetes melitus Menurut American Diabetes Association (ADA, 2010) diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin maupun gangguan kerja insulin yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf maupun pembuluh darah.

  Penyakit gula atau secara medis disebut dengan diabetes melitus merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan berlangsung sepanjang hidup penderitanya. Penyakit ini ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah) yang melebihi nilai normal yaitu gula darah sewaktu ≥200 mg/dl dan kadar gula darah puasa ≥ 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006).

  Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang mengakibatkan gangguan metabolisme glukosa dan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin dari sel beta pankreas atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin. Diagnosis diabetes melitus umumnya akan disimpulkan apabila ada keluhan khas diabetes melitus yang berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya (Stanley & Beare, 2005).

  Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa diabetes melitus merupakan penyakit yang diakibatkan karena kelainan metabolik dengan karakteristik hiperglikemia atau meningkatnya gl ukosa dalam darah ( ≥200 mg/dl) yang terjadi karena menurunnya kerja insulin. Diabetes melitus biasanya ditandai dengan adanya poliuria, polidipsia dan polifagia.

2. Klasifikasi dan Diagnosis Diabetes Melitus

  Diabetes melitus ini dapat dilihat dari tanda dan gejala berikut (1) keluhan umum pasien diabetes melitus seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada diabetes melitus umumnya tidak ada; (2) gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim; (3) Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda yang disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur maupun inkontinensia urin (Perkeni, 2011).

  Diabetes yang muncul pada anak muda disebut diabetes tipe I, sedangkan yang muncul pada orang dewasa adalah diabetes tipe II.

  DMT2 atau biasa disebut Non Insulin Dependent Diabetes melitus (NIDDM). NIDDM menurut WHO (2005) cenderung bersifat familiar dan prevalensi yang cukup tinggi (mencapai 35% dari semua orang dewasa) tercatat pada masyarakat yang telah merubah gaya hidupnya, dari tradisional menjadi modern.

  Berbeda dengan diabetes tipe I, pada diabetes tipe I muncul akibat pankreas yang memproduksi sel beta mengalami kerusakan total dan sama sekali tidak mampu menghasilkan insulin. Sedangkan pada diabetes tipe II pankreas bekerja dengan baik, kondisi insulin cukup tetapi reseptor insulin yang kurang baik.

  NIDDM atau diabetes melitus tipe II ini disebabkan dan dipercepat oleh gaya hidup yang meliputi konsumsi gula dan lemak yang berlebihan serta proses penuaan yang menyebabkan turunnya massa otot. Hal ini membuat sel-sel kesulitan menerima insulin atau biasa dikenal resistensi insulin (Waspadji, 2007).

  Berdasarkan deskripsi diatas, maka pengertian NIDDM adalah kondisi medis yang ditandai dengan gangguan fungsi insulin yang disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan sebagai penghambat produksi glukosa oleh hati (Perkeni, 2007).

3. Tanda dan Gejala

  Tanda dan gejala ini sering muncul dan berlangsung tanpa timbulnya gejala klinis yang mencurigakan. Diabetes tipe I yang dimulai pada usia muda memberikan tanda-tanda yang sangat jelas seperti tubuhnya yang kurus, hambatan pertumbuhan, retardasi mental, dan sebagainya (Agoes., dkk, 2010). Pada umumnya terdapat lima gejala awal yaitu

  a. peningkatan frekuensi berkemih;

  b. rasa haus;

  c. bertambahnya nafsu makan;

  d. infeksi atau luka yang sukar sembuh; e. lesu.

  Diabetes Melitus tipe II merupakan penyakit hiperglikemia akibat insensitifitas sel terhadap insulin. Akan tetapi, insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas sehingga diabetes melitus tipe II dianggap sebagai Non Insulin Dependen Diabetes Melitus (Corwin , 2009).

  Pengidap diabetes terutama tipe II, berisiko tinggi mengalami penyakit kardiovaskular, serebrovaskular dan penyakit vaskular perifer yang dapat berlanjut menjadi infrak miokard, stroke, gagal ginjal dan amputasi ekstremitas (Sari, 2012).

  Peningkatam kadar gula darah menimbulkan berbagai resiko. Pasien diabetes berisiko 29 kali lebih tinggi mengalami kebutaan, berisiko 17 kali lebih besar mengalami gagal ginjal, 5 kali untuk amputasi kaki, dan 5 kali untuk penyakit jantung.

  Terdapat tiga cara untuk mencapai kadar gula darah yang normal diantaranya perubahan pola diet termasuk kontrol berat badan, olahraga dan obat-obatan (Sari, 2012).

4. Manifestasi Klinis

  Manifestasi klinis diabetes melitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolik defisiensi (Price & Wilson, 2005) yaitu sebagai berikut

  a. kadar glukosa puasa tidak normal;

  b. hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi dieresis osmotic yang meningkatkan pengeluaran urine/ poliuria dan timbul rasa haus/ polidipsia;

  c. rasa lapar yang semakin besar (polifagia), berat badan kurang; d. mudah lelah dan mengantuk;

  e. gejala lain yang dikeluhkan seperti kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi dan peruritas vulva.

  5. Prinsip Penatalaksanaan Diabetes Melitus

  Prinsip penatalaksanaan diabetes melitus menurut Huda, Amin & Hardhi Kusuma (2013) yaitu sebagai berikut a. Pertahankan berat badan yang ideal.

  b. Kurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung gula dan karbohidrat c. Jangan mengurangi jadwal makan atau menunda waktu makan karena hal ini akan menyebabkan fluktuasi

  (ketidakstabilan) kadar gula dalam darah.

  d. Ajarkan mencegah infeksi dengan cara menjaga kebersihan kaki dan hindari perlukaan.

  e. Perbanyak konsumsi makanan yang banyak mengandung serat (sayuran dan sereal).

  f. Hindari konsumsi makanan tinggi lemak dan banyak mengandung kolesterol LDL (daging merah, produk susu, kuning telur, mentega).

  g. Hindari minuman yang beralkohol dan kurangi konsumsi garam.

  6. Penatalaksanaan Diet Diabetes Melitus

  Menurut Johnson (2005) penderita diabetes hanya memerlukan modifikasi dari makanan bergizi yang normal.

  Rencana diet setiap orang sedikit berbeda, karena harus disesuaikan dengan kebutuhan energi seeseorang yang diukur dengan kalori.

  a. Makanlah lebih sedikit kalori Cara yang paling logis untuk menurunkan berat badan yaitu mengurangi makan. Untuk setiap 3500 kalori kurang dari yang seseorang makan, ia akan kehilangan berta satu pon. Ini berarti bahwa jika seseorang mengurangi 500 kalori setiap hari, ia akan mampu menurunkan berta badannya satu pon satu pekan atau lebih kurang 2 kg dalam sebulan. Tampaknya seperti kemajuan yang sangat lambat, tetapi sebenarnya cara tersebutlah yang paling aman untuk mnrurunkan ideal berat badan.

  b. Jangan makan diantara makanan yang ditetapkan Pada penderita diabetes biasanya harus menghindari makanan kecil. Hal ini dikarenakan penderita diabetes tidak boleh kelebihan berat badan, makanan kecil ini akan menambah kalori tambahan yang sebenarnya tidak diperlukan. Penderita diabetes tetap pada tiga kali makan sehari tanpa sesuatu diantaranya.

  c. Hindari makan berlebihan Tetapkanlah bersama dokter atau ahli gizi untuk berapa banyak makanan dan kalori yang harus dibutuhkan setiap hari. Memakan terlalu banyak makanan yang salah akan menjadi kelebihan berat badan. Bahakan makanan yang benar haruslah dimakan dalam jumlah sedang.

  d. Kurangi jumlah lemak Pada penderita diabetes, terlalu banyak lemak beredar dalam peredaran darah akan mengganggu kerja pankreas.

  Cara untuk mengurangi jumlah lemak yaitu makan- makanan yang lebih alami, lebih rendah lemak dan lebih tinggi serat.

  e. Hati-hati dengan lemak tersembunyi Hindari semua makanan yang digoreng dan makanan junk

  

food (makanan rongsokan), french fries (kentang goreng)

  dan fast food. Semua makanan tersebut memang lezat tetapi makanan itu dapat mendatangkan kesulitan dalam bentuk diabetes dan penyakit jantung maupun stroke.

  f. Hindarkanlah lemak jenuh Lemak jenuh adalah semua lemak yang berasal dari hewan yang mengental dalam suhu ruangan. Sebagian dari lemak jenuh yang bersumber dari hewan adalah mentega, lemak babi dan lemak sapi. Telur dan daging juga mengandung banyak lemak jenuh. Lemak tak jenuh termasuk minyak jagung, minyak wijen, minyak zaitun, minyak kedelai dan minyak kacang tanah.

  Minyak-minyak inilah merupakan lemak yang dianjurkan untuk dipakai karena tidak mempunyai efek memproduksi kolesterol.

  g. Makan lebih banyak makanan yang alami Penderita diabetes harus lebih banyak memakan lebih banyak serat alami seperti sayur-sayuran dan buah-buhan karena dapat menurunkan jumlah lemak dan gula yang beredar didalam peredaran darah. Jangan kupas apel dan buah-buahan lain yang kulitnya dapat dimakan karena serat dan vitamin yang berharga ada dibawah kulit buah tersebut.

  Jenis kacang-kacangan adalah sumber serat yang baik dan jenis kacang-kacangan tersebut juga mengandung lemak yang rendah.

  h. Hindari minuman beralkohol Alkohol mengandung kalori yang sangat tinggi. Ada banyak pilihan minuman yang bercitarasa dan dapat dianggap sebagai makanan bebas bagi penderita diabetes termasuk teh cina yang tidak bergula, sari jeruk atau limau yang tidak dimaniskan serta air mineral.

B. Kepercayaan Diri 1. Pengertian percaya diri.

  Percaya diri merupakan kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan suatu tindakan (Thantaway, 2005 dalam wikipedia.com).

  2. Klasifikasi percaya diri

  Menurut Niven (2002), percaya diri ada empat macam, yaitu

  a. Self concept yaitu bagaimana seseorang menyimpulkan dirinya secara keseluruhan mulai dari gambaran diri sampai konsep dirinya.

  b. Self esteem yaitu sejauhmana seseorang mempunyai perasaan positif terhadap diri sendiri seperti harga diri.

  c. Self efficacy yaitu sejauhmana seseorang mempunyai keyakinan atas kemampuan yang dimiliki untuk menjalankan tugas atau menangani persoalan dengan hasil yang bagus (to succeed).

  d. Self confidence yaitu sejauhmana seseorang mempunyai keyakinan terhadap penilaian dirinya atas kemampuannya dan sejauh mana seseorang tersebut bisa merasakan adanya “kepantasan” untuk berhasil. Self confidence adalah kombinasi dari self esteem dan self-efficacy.

  3. Ciri-ciri kurangnya rasa percaya diri

  Orang yang mempunyai kepercayaan diri yang kurang akan terlihat dari ciri-ciri berikut (Niven, 2002) antara lain: a. Kurang bisa bersosialisasi

  b. Mempunyai masalah dalam kebiasaan makan c. Tampak murung dan depresi

  d. Selalu mempunyai perasaan pesimis

  e. Tidak mau mengambil tanggung jawab f. Takut untuk mengeluarkan pendapatnya.

C. Mekanisme Koping 1. Pengertian

  Menurut Smith (1994), setiap individu tidak pernah lepas dari masalah dan sering kali masalah-masalah tersebut menyebabkan individu menjadi stres. Seseorang akan memberi reaksi yang berbeda-beda dalam mengatasi setiap permasalahannya. Cara atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang untuk menghindari atau mengalihkan perasaan hati yang menekan atau stres disebut dengan koping.

  Menurut Rasmun (2004), koping adalah proses yang dilalui oleh individu dalam menyelesaikan situasi stresfull. Koping tersebut merupakan respon individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologis.

  Strategi koping adalah cara yang dilakukan untuk merubah lingkunagn atau situasi untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Koping yang efektif menghasilkan adaptasi yang menetap merupakan kebiasaan baru dan perbaikan dari situasi yang lama, sedangkan koping yaitu yang tidak efektif berakhir dengan maladaptif perilaku yang menyimpang dari keinginan normatif dan dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain dan lingkungan (Susilawati, 2005).

  Mekanisme koping adalah berbagai berbagai usaha yang dilakukan individu untuk menanggulangi stres yang dihadapinya (Stuart dan Sundeen, 1998). Menurut Hidayat (2008) menjelaskan bahwa individu dapat mengatasi stres dengan menggerakan sumber koping dilingkungan. Ada lima sumber koping yaitu aset ekonomi, kemampuan dan keterampilan individu, teknik-teknik pertahanan, dukungan sosial dan dorongan motivasi.

2. Penggolongan mekanisme koping

  Mekanisme koping dibagi menjadi dua macam (Stuart & Sundeen, 1998), yaitu

  a. Mekanisme koping adaptif Adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan.

  Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif.

  b. Mekanisme koping maladaptif Adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkunngan. Kategorinya adalah makan berlebihan/ tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar.

3. Faktor yang mempengaruhi mekanisme koping

  a. Jenis kelamin Laki-laki dan perempuan sama-sama menggunakan kedua bentuk koping yaitu problem focus coping dan

  emotion focus coping . Menurut Pramadi (2003), wanita

  lebih cenderung berorientasi pada emosi sedangkan pria lebih berorientasi pada masalah.

  Secara umum respon mekanisme koping antara pria dan wanita hampir sama, tetapi wanita lebih lemah atau lebih sering menggunakan penyaluran emosi daripada pria (Hapsari, 2002).

  b. Tingkat pendidikan Semakin tinggi tingkat pendidikan seesorang akan semakin tinggi pula kompleksitas kognitifnya, demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, seseorang yang berpendidikan tinggi akan lebih realistis dan aktif dalam memecahkan masalah.

  c. Perkembangan usia Struktur psikologis seseorang dan sumber-sumber untuk melakukan koping akan berubah menurut perkembangan usia dan akan membedakan seseorang dalam merespons tekanan (Hapsari, 2002). Pada setiap tingkat usia meknisme koping yang digunakan akan brebeda . Pada usia muda akan menggunakan problem focus coping sedangkan pada usia yang lebih tua akan menggunakan

  

emotion focus coping . Hal ini disebabkan pada orang yang

  lebih tua memiliki anggapan bahwa dirinya tidak mampu melakukan perubahan terhadap masalah yang dihadapi sehingga akan bereaksi dengan mengatur emosinya daripada pemecahan masalah.

  d. Status Sosial Ekonomi Seseorang dengan status sosial ekonomi rendah akan menampilkan koping yang kurang aktif, kurang realistis, dan lebih fatal atau menampilkan respon menolak, dibandingkan dengan seseorang yang status ekonominya lebih tinggi.

  Menurut Tanumidjojo, dkk (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme koping antara lain perkembangan kognitif, yaitu bagaimana subjek berpikir dan memahami kondisinya, kemudian kematangan usia yaitu bagaimana subjek mengelola emosi, pikiran, dan perilakunya saat menghadapi masalah. Selain itu, urutan kelahiran yaitu posisi subjek diantara saudara-saudaranya yang berpengaruh terhadap karakteristik subjek dalam menilai dirinya sendiri, serta moral yaitu bagaimana subjek memandang aturan tentang masalah yang sedang dihadapi.

  Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi mekanisme coping adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan, perkembangan usia, konteks lingkungan dan sumber individual serta status sosial ekonomi. Sementara faktor-faktor lain yang mempengaruhi mekanisme koping adalah perkembangan kognitif, kematangan usia, urutan kelahiran, moral, pola asuh orang tua, peran orang tua, dan pemahaman subjek tentang masalah yang dihadapi.

4. Metode koping

  Menurut Rasmun (2004) mengutip dari Bell (1997) ada dua metode koping yang digunakan oleh individu dalam mengatasi masalah psikologis yaitu

  a. Metode koping jangka panjang Cara ini adalah konstruktif dan merupakan cara yang efektif dan realistis dalam menangani masalah psikologis untuk kurun waktu lama misalnya berbicara dengan orang lain untuk mencari pendapat, mencari informasi lebih banyak tentang masalah yang dihadapi, menghubungkan masalah yang dihadapi dengan kekuatan supra natural, melakukan latihan fisik untuk mengurangi ketegangan/ masalah, membuat berbagai alternatif tindakan untuk mengurangi situasi dan mengambil pelajaran dari peristiwa/pengalaman masa lalu.

  b. Metode koping jangka pendek Cara ini digunakan untuk mengurangi stres ketegangan psikologis dan cukup efektif untuk waktu sementara tetapi tidak efektif jika digunakan dalam jangka waktu panjang misalnya menggunakan obat-obatan, mencoba melihat aspek humor dari situasi yang tidak menyenangkan serta beralih pada aktifitas lain untuk melupakan masalah.

  Pada tingkat keluarga koping yang dilakukan dalam menghadapi masalah/ ketegangan seperti yang dikemukakan oleh Rasmun (2004) mengutip dari Mc. Cubbin (1979) yaitu

  • Mencari dukungan sosial seperti minta bantuan pada keluarga maupun teman
  • Reframing yaitu mengkaji ulang kejadian masalalu agar lebih dapat menanganinya dan menerima, menggunakan pengalaman masa lalu untuk mengurangi kecemasan/ ketegangan

  • Mencari dukungan spiritual, berdoa, menemui pemuka agama atau aktif pada pertemuan ibadah
  • Menggerakan keluarga untuk mencari dan menerima bantuan
  • Penilaian secara pasif terhadap peristiwa yang alami dengan cara menonton TV atau diam saja.

D. Motivasi diet 1. Pengertian motivasi

  Motivasi adalah suatu proses dalam diri manusia yang menyebabkan organisme tersebut bergerak menuju tujuan yang dimiliki, atau bergerak menjauh dari situasi yang tidak menyenangkan (Wade & Travis 2008).

  Sikap dan perilaku sehat individu juga dipengaruhi oleh motivasi diri individu untuk berperilaku sehat dan menjaga kesehatan. Tanpa motivasi, penderita diabetes melitus akan mengalami ketidakpatuhan dalam mengatur pola makan sehari- hari. Kepatuhan penderita diabetes melitus dalam melaksanakan diet merupakan salah satu hal terpenting dalam pengendalian kadar gula dalam darah. Penderita diabetes melitus harus selalu mengatur pola makannya sesuai dengan prinsip diet diabetes melitus yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan karena dengan mengatur pola makan penderita dapat mempertahankan gula darah mereka agar tetap terkontrol.

2. Faktor yang mempengaruhi motivasi diet diabetes melitus

  Kendala utama pada penanganan diet diabetes melitus adalah kejenuhan pasien dalam mengikuti terapi diet yang sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan. Pelaksanaan diet diabetes melitus sangat dipengaruhi oleh adanya dukungan dari keluarga. Dukungan dapat digambarkan sebagai perasaan memiliki atau keyakinan bahwa seseorang merupakan peserta aktif dalam kegiatan sehari-hari. Perasaan saling terikat dengan orang lain di lingkungan menimbulkan kekuatan dan membantu menurunkan perasaan terisolasi (Brunner & Suddart, 2002).

  Beberapa faktor yang berhubungan dengan motivasi diet diabetes melitus diantaranya yaitu sebagai berikut : a. Persepsi terhadap kesembuhan

  Persepsi terhadap kesembuhan ini merupakan pandangan penderita terhadap kesembuhan pada penyakitnya dan terhadap apa yang telah ditentukan oleh pelayan kesehatan terutama pada masalah diet yang telah ditentukan.

  b. Kepercayaan diri sendiri terhadap diet untuk kesembuhan

  Percaya diri merupakan kondisi mental atau psikologis seseorang, dimana individu dapat mengevaluasi keseluruhan dari dirinya sehingga memberi keyakinan kuat pada kemampuan dirinya untuk melakukan tindakan dalam mencapai tujuan di dalam hidupnya. Seseorang yang mempunyai kepercayaan diri baik, mereka memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mempunyai keyakinan yang kuat atas dirinya dan mempunyai pengetahuan akurat terhadap kemampuan yang dimiliki. Seperti pada penderita diabetes melitus mereka harus percaya diri bahwa program diit akan menurunkan kadar gula dalam darah.

  c. Interaksi sosial atau dukungan sosial Dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu dan diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai, dan mencintainya (Setiadi, 2008).

E. Kepatuhan 1. Pengertian kepatuhan

  Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh, yang berarti disiplin dan taat. Kepatuhan atau ketaatan (compliance/

  adherence ) adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau oleh orang lain (Smeltzer & Bare, 2008).

  Kepatuhan diet adalah penatalaksanaan gizi yang paling penting bagi penderita diabetes supaya diet penderita mempunyai jadwal yang teratur. Tanpa pengaturan jadwal dan jumlah makanan serta kualitas makanan sepanjang hari, penderita akan sulit mengontrol kadar gula darah supaya tetap dalam batas normal. Penderita diabetes melitus sangat dianjurkan untuk menjalankan diet sesuai yang dianjurkan dan harus menaatinya secara terus menerus baik dalam jumlah kalori, komposisi dan waktu makan yang harus selalu diatur. Pengaturan makanan bagi penderita diabetes melitus secara umum bertujuan menjaga dan memelihara tingkat kesehatan optimal sehingga dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, karena diet adalah awal untuk mengendalikan diabetes.

2. Faktor - faktor yang mempengaruhi kepatuhan

  Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dapat digolongkan menjadi empat bagian (Setiadi, 2008) antara lain : a. Pemahaman tentang instruksi

  Tidak ada seorang pun yang dapat mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang diberikan kepadanya. b. Kualitas Interaksi Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan.

  c. Isolasi sosial keluarga Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta juga dapat menentukan tentang program pengobatan yang dapat mereka terima.

  d. Keyakinan, sikap dan kepribadian Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antara pengukuran-pengukuran kepribadian dan kepatuhan.

  Mereka menemukan bahwa data kepribadian secara benar dibedakan antara orang yang patuh dengan orang yang gagal. Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang mengalami depresi, kecemasan, sangat memperhatikan kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang lebih lemah dan yang kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatiannya pada diri sendiri.

3. Strategi untuk meningkatkan kepatuhan terhadap diet diabetes melitus

  Menurut Syakira (2009), strategi yang dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan terhadap diet diabetes melitus yaitu : a. Dukungan Profesional Kesehatan Dukungan profesional kesehatan sangat diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan, dukungan yang diperlukan yaitu komunikasi yang efektif dari pihak kesehatan baik dokter maupun perawat.

  b. Dukungan Sosial Dukungan sosial yang dimaksudkan yaitu dukungan dari keluarga. Para profesional kesehatan yang dapat meyakinkan keluarga penderita untuk menunjang peningkatan kesehatan penderita maka ketidakpatuhan dapat dikurangi.

  c. Perilaku Sehat Modifikasi perilaku sehat sangat diperlukan untuk penderita diabetes melitus diantaranya yaitu tentang bagaimana cara untuk menghindari dari komplikasi lebih lanjut apabila sudah menderita diabetes melitus. Modifikasi gaya hidup terutama pola makan dan olahraga serta kontrol kadar gula dalam darah secara teratur.

  d. Pemberian Informasi Pemberian informasi yang jelas pada penderita dan keluarga mengenai penyakit yang dideritanya serta cara pengobatannya.

F. Konsep Penelitian

  Berdasarkan konsep teori diatas dapat dibuat bagan konsep penelitian sebagai berikut : Variabel bebas

  Kepercayaan diri

  variabel terikat

  Faktor kepercayaan diri:

  • Kemampuan pribadi

  Motivasi kepatuhan

  • Keberhasilan seseorang

  diet diabetes melitus

  Keinginan -

  • Tekat yang kuat

  Mekanisme koping Faktor mekanisme koping:

  • Kepribadian individu Dukungan sosial -

Bagan 2.2. kerangka konsep penelitian

  Keterangan : = variabel yang diteliti

  

¦¯ ¯ ¯ ¯ ¦ = faktor yang mempengaruhi variabel yang diteliti

G. Hipotesis Penelitian

  1. Ha: terdapat hubungan antara kepercayaan diri dan mekanisme koping terhadap motivasi kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus di Puskesmas I Rakit, Banjarnegara tahun 2016.

  2. Ho: tidak ada hubungan antara kepercayaan diri dan mekanisme koping terhadap motivasi kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus di Puskesmas I Rakit, Banjarnegara tahun 2016.