PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSA (Studi Analisis Putusan No.1465Pdt.G2014PA.Bi) SKRIPSI Diajukan untuk Memenui Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  

PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSA

(Studi Analisis Putusan No.1465/Pdt.G/2014/PA.Bi)

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenui Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Agung Ari Irawan

  

212 11 005

JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

FAKULTAS SYARI’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

NOTA PEMBIMBING

  Lamp : 4 (Empat) Eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi Kepada Yth.

  Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga

  Di Salatiga

  Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa: Nama : Agung Ari Irawan NIM : 21211005 Judul : PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN

  PAKSA (Studi Analisis Putusan No.1465/Pdt.G/2014/PA.Bi).

  Dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqasyah.

  Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

  Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Salatiga, Februari 2016 Pembimbing, Farkhani, S.H., S.HI., M.H Nip. 19760524 200604 1 002

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Agung Ari Irawan NIM : 21211005 Jurusan : Ahwal Al-Syakhshiyyah Fakultas : Syari’ah Judul Skripsi : PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSA (Studi Analisis Putusan No.1465/Pdt.G/2014/PA.Bi).

  Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga, Februari 2016 Yang menyatakan Agung Ari Irawan 21211005

  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

  Kesuksesan itu membutuhkan proses Jadilah dirimu sebagaimana yang kau inginkan Kegagalan adalah suatu keberhasilan yang tertunda Hanya orang-orang yang berfikirlah yang ingin meninggalkan keburukan Jadikan hal-hal baik dari semua orang yang kita temui sebagai referensi hidup

  PERSEMBAHAN

  Untuk orang tuaku, Para dosenku, saudara-saudaraku,

  Sahabat-sahabat seperjuanganku, d an teman spesialku yang selalu setia “menungguku”.

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

  melimpahkan segala nikmat-Nya, kesabaran, ketelitian dan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: ” Pembatalan Perkawinan Karena Kawin Paksa (Studi Analisis Putusan No. 1465/Pdt.G/2014/PA.Bi)

  ”, untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program S-1 Fakulta s Syari’ah Jurusan Ahwal al-Syakhshiyyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  Penulisan skripsi ini tidak akan selesai apabila tanpa ada bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan meluangkan tenaga, fikiran dan waktunya guna memberikan bimbingan dan petunjuk yang berharga demi terselesaikannya pembuatan skripsi ini. Sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan terimakasih kepada: 1.

  Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

  2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.

  3. Bapak Sukron Ma’mun, S.HI., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ahwal al- Syakhshiyyah IAIN Salatiga yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.

  4. Bapak Farkhani, S.H., S.HI., M.H., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingannya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

  5. Bapak H. Imam Shofwan, S.H., M.H., selaku Ketua Pengadilan Agama Boyolali yang telah berkenan memberikan izin penulis untuk melakukan penelitiaan di Pengadilan Agama Boyolali.

  6. Bapak Drs. Abdul Rozaq, M.H., selaku Wakil Ketua Pengadilan Agama Boyolali yang telah membantu memberikan informasi dan data-data yang penulis butuhkan.

  7. Bapak Drs. H. Asrori, S.H., M.H., selaku Hakim Pengadilan Agama Boyolali yang telah membantu memberikan informasi serta data yang penulis perlukan.

  8. Para Dosen Fakultas Syari’ah yang banyak memberikan ilmu, arahan serta do’a selama penulis menuntut ilmu di IAIN Salatiga.

  9. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  Semoga atas bantuan semua pihak yang telah berkontribusi dalam skripsi ini sebagaimana disebutkan di atas mendapat limpahan berkah dan imbalan yang setimpal dari Allah SWT.

  Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan Skripsi ini, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kasempurnaan tulisan ini serta bertambahnya pengetahuan dan wawasan penulis.

  Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini nantinya dapat bermanfaat khususnya bsgi civitas akademika IAIN Salatiga dan semua pihak yang membutuhkannya.

  Atas perhatiannya penulis sampaikan banyak terimakasih.

  Salatiga, Februari 2016 Penulis Agung Ari Irawan

  

ABSTRAK

  Irawan, Agung Ari. 2016, Pembatalan Perkawinan Karena Kawin Paksa (Studi

  Analisis Putusan No.1465/Pdt.G/2014/PA.Bi). Skripsi. Jurusan Ahwal Al-

  Syakhshiyyah (AS). Fakultas Syari’ah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing : Farkhani, S.H., S.HI., M.H.

  Kata Kunci : Pembatalan Perkawinan, Kawin dan Paksa.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembatalan perkawinan karena kawin paksa. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Apa yang menjadi dasar pertimbangan hakim terhadap permohonan pembatalan perkawinan karena kawin paksa di Pengadilan Agama Boyolali dalam perkara No.1465/Pdt.G/2014/PA.Bi? untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif.

  Sahnya sebuah perkawinan itu telah ditetapkan bahwa apabila telah terpenuhinya semua syarat dan rukun perkawinan. Demikian juga dengan ketentuan hukum perdata yang berlaku di Indonesia. Apabila perkawinan yang semacam itu (terlanjur terjadi) sudah terlaksana, maka dapat dibatalkan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang yang berlaku.

  Temuan penelitian ini adalah putusan pembatalan perkawinan didasarkan pada fakta-fakta dalam persidangan yang dinyatakan telah terbukti dan cukup alasan. Pembatalan perkawinan juga bisa terjadi karena adanya paksaan. Seperti adik kepada kakaknya, dan terdapat kasus yang menarik yang terjadi pada pasangan suami istri yakni, pemohon (istri) yang menikah dengan termohon (suami). Karena pemohon (istri) dijodohkan dan dipaksa oleh adik kandungnya, sedangkan pemohon (istri) belum mengenal watak dan pribadi termohon (suami) karena pemohon (istri) baru bertemu satu kali.

  Sementara itu perbedaan usia pemohon (istri) dengan termohon (suami) yang cukup jauh yaitu terpaut 15 (lima belas) tahun. Selama bertempat tinggal di rumah termohon (suami), antara pemohon (istri) dengan termohon (suami) tidur berpisah kamar belum pernah melakukan hubungan sebagaimana layaknya suami istri, dan pemohon (istri) merasa tersiksa lahir dan batin.

  Melalui penelitian ini dihasilkan suatu kesimpulan bahwa dalam perkara pembatalan perkawinan No.1465/Pdt.G/2014/PA.Bi perkawinan antara Pemohon dengan Termohon I telah terjadi karena adanya unsur paksaan.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................................. iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv KATA PENGANTAR .......................................................................................... v ABSTRAK ............................................................................................................ viii DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1 B. Fokus Penelitian ................................................................................. 3 C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 3 D. Kegunaan Penelitian ........................................................................... 4 E. Penegasan Istilah ................................................................................ 4 F. Telaah Pustaka .................................................................................... 6 G. Metode Penelitian ............................................................................... 7 H. Sitematika Penulisan .......................................................................... 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkawinan .......................................................................................... 16 1. Pengertian Perkawinan .................................................................. 16 2. Hukum Melakukan Perkawinan .................................................... 18 3. Prinsip-Prinsip Perkawinan ........................................................... 20 4. Tujuan Perkawinan ........................................................................ 22 5. Syarat Perkawinan ......................................................................... 25 6. Rukun Perkawinan ........................................................................ 26 B. Pembatalan Perkawinan ...................................................................... 29 1. Pengertian Pembatalan Perkawinan .............................................. 29 2. Dasar Hukum Pembatalan Perkawinan ......................................... 30

  3. Pembatalan Perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 ....................................................................

  31 4. Pembatalan Perkawinan menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) 34 5. Pihak-Pihak yang dapat mengajukan Pembatalan Perkawinan ..... 38 6. Pembatalan Perkawinan karena Kawin Paksa ............................... 39

  BAB III PUTUSAN PENGADILAN AGAMA BOYOLALI TERHADAP PERMOHONAN PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSA DALAM PERKARA No.1465/Pdt.G/2014/PA.Bi A. Gambaran Umum Pengadilan Agama Boyolali ................................... 41 1. Profil Pengadilan Agama Boyolali ................................................. 41 2. Wilayah Yuridiksi Pengadilan Agama Boyolali ............................ 42 3. Tugas Pokok dan Fungsi Pengadilan Agama Boyolali .................. 44 4. Visi dan Misi Pengadilan Agama Boyolali .................................... 45 5. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Boyolali ........................... 46 B. Putusan Pengadilan Agama Boyolali Terhadap Permohonan Pembatalan perkawinan Karena Kawin Paksa Dalam Perkara No.

  1465/Pdt.G/2014/PA.Bi ........................................................................

  47 C. Dasar Pertimbangan Hakim Terhadap Permohonan Pembatalan

  Perkawinan Karena Kawin Paksa di Pengadilan Agama Boyolali Dalam Perkara No.1465/Pdt.G/2014/PA.Bi .........................................

  53 BAB IV ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP PERMOHONAN PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSA DALAM PERKARA No.

  1465/Pdt.G/2014/PA.Bi A. Analisis Dasar Pertimbangan Hakim Terhadap Permohonan

  Pembatalan Perkawinan Karena Kawin Paksa di Pengadilan Agama Boyolali Dalam Perkara No. 1465/Pdt.G/2014/PA.Bi Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 ...............

  54 B. Analisis Dasar Pertimbangan Hakim Terhadap Permohonan

  Pembatalan Perkawinan Karena Kawin Paksa di Pengadilan Agama Boyolali Dalam Perkara No. 1465/Pdt.G/2014/PA.Bi

  Pasal 71 huruf (f) Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI)..............................................................................

  57 BAB V PENUTUP

  A.

  Kesimpulan ......................................................................................... 62 B. Saran .................................................................................................... 63

  DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan

  maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara terhormat sesuai kedudukan manusia sebagai makhluk yang berkehormatan. Pergaulan hidup berumah tangga dibina dalam suasana damai, tenteram, dan rasa kasih sayang antara suami dan isteri. Anak keturunan dari hasil perkawinan yang sah menghiasi kehidupan keluarga dan sekaligus merupakan kelangsungan hidup manusia secara bersih dan berkehormatan (Basyir, 2000:01).

  Perkawinan yang bertumpu kepada cinta dan cinta yang memancar dari iman akan menimbulkan rasa santun menyantuni dan saling amanah diatas beban dan tanggung jawab sebagai suami istri yang diikat oleh tali suci perkawinan (Abdurrahman, 2000:110).

  Sahnya sebuah perkawinan itu telah ditetapkan bahwa apabila telah terpenuhinya semua syarat dan rukunnya. Demikian juga dengan ketentuan hukum perdata yang berlaku di Indonesia. Apabila perkawinan yang semacam itu (terlanjur terjadi) sudah terlaksana, maka dapat dibatalkan sesuai dengan ketentuan Undang-undang yang berlaku (Arso Sosroatmodjo, 1981:67).

  Suatu perkawinan batal dimulai setelah putusan pengadilan, karena pengadilanlah yang mempunyai wewenang untuk membatalkan perkawinan.

  Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), pembatalan perkawinan terdapat dalam

  pasal 70 sampai dengan 76. Sementara dalam Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 terdapat dalam pasal 22 sampai dengan 28 (Abdurrahman, 2000:129). Pembatalan perkawinan juga bisa terjadi karena adanya paksaan. Seperti adik kepada kakaknya, dan terdapat kasus yang menarik yang terjadi pada pasangan suami istri yakni, pemohon (istri) yang menikah dengan termohon (suami). Karena pemohon (istri) dijodohkan dan dipaksa oleh adik kandungnya, sedangkan pemohon (istri) belum mengenal watak dan pribadi termohon (suami) karena pemohon (istri) baru bertemu satu kali.

  Sementara itu perbedaan usia pemohon (istri) dengan termohon (suami) yang cukup jauh yaitu terpaut 15 (lima belas) tahun. Selama bertempat tinggal di rumah termohon (suami), antara pemohon (istri) dengan termohon (suami) tidur berpisah kamarbelum pernah melakukan hubungan sebagaimana layaknya suami istri, dan pemohon (istri) merasa tersiksa lahir dan batin.

  Implikasi dari paksaan nikah ternyata telah berdampak negatif kepada perempuan seperti dalam aspek psikologis membuat perempuan stress dan

  

nervous serta apatis. Karena sudah semestinya, persoalan memilih pasangan bagi

  perempuan merupakan hak utama yang tidak boleh dipaksakan. Karena pada dasarnya, Hak Asasi Perempuan merupakan bagian dari nilai-nilai universal dari Hak Asasi Manusia (HAM) secara umum (Miftahul Huda, 2009:108).

  Dengan adanya permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka penulis ingin mencoba untuk meninjau lebih dalam melalui penulisan skripsi dengan judul PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSA (Analisis Putusan No. 1465/Pdt.G/2014/PA.Bi).

B. Fokus Penelitian

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi fokus dalam penelitian adalah:

  1. Apa yang menjadi dasar pertimbangan hakim terhadap permohonan pembatalan perkawinan karena kawin paksa di Pengadilan Agama Boyolali dalam perkara No.1465/Pdt.G/2014/PA.Bi? C.

   Tujuan Penelitian

  Penelitian ini mempunyai tujuan yang hendak dicapai, sehingga penelitian ini akan lebih terarah serta dapat mengenai sasarnnya. Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1.

  Untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim terhadap permohonan pembatalan perkawinan karena kawin paksa di Pengadilan Agama Boyolali dalam perkara No.1465/Pdt.G/2014/PA.Bi? D.

   Kegunaan Penelitian

  Dari penulisan ini tentunya penulis berharap agar tulisan ini mempunyai manfaat, diantaranya adalah sebagai berikut :

  1. Untuk penulis, memberikan wawasan dan pengetahuan agar lebih bisa memahami tentang pembatalan perkawinan dan juga dalam rangka persyaratan sebagai Sarjana Syari’ah.

2. Untuk kalangan akademis, sebagai penambahan literatur Perpustakaan Fakultas Syari’ah.

  3. Untuk masyarakat, memberi kontribusi pada masyarakat dalam mendudukan perkara pembatalan perkawinan menurut perundang- undangan yang berlaku.

E. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari adanya beda penafsiran kata-kata, kesalahpahaman, dan pengertian yang simpang siur dalam judul pembatalan perkawinan karena kawin paksa (Studi Analisis Putusan No. 1465/Pdt.G/2014/PA.Bi), maka perlu penulis kemukakan pengertian istilah-istilah yang terdapat dalam judul skripsi ini, yakni sebagai berikut: 1.

  Pembatalan Pembatalan berasal dari kata batal yang berarti tidak sah, tidak berlaku, tidak dipakai, sia-sia. Pembatalan berarti pengurungan, proses, perbuatan, cara membatalkan, pernyataan batal (Fajri dan Senja, ttp:125).

  2. Perkawinan Perkawinan adalah ikatan lahir dan bathin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974).

  3. Kawin Kawin dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti perjodohan antara laki-laki dan perempuan menjadi suami istri

  (Poerwadarminta, 1982:453).

  4. Paksa

  P

  aksa adalah perbuatan (tekanan, desakan dan sebagainya) yang mengharuskan (mau tidak mau atau harus). Sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, paksa adalah mengerjakan sesuatu yang diharuskan walaupun tidak mau (Poerwadarminta, 1982:697).

  Jadi yang dimaksud dengan pembatalan perkawinan karena kawin paksa adalah membatalkan suatu ikatan perkawinan yang telah terjalin antara suami istri disebabkan karena adanya perjodohan yang dipaksakan, berarti suatu perkawinan yang dilaksanakan tidak atas kemauan sendiri atas desakan atau tekanan dari pihak lain.

F. Telaah Pustaka

  Pada tahun 2005, dalam penelitian yang berjudul “Pembatalan Nikah

  

Karena Menggunakan Wali Hakim ( Studi Analisis Terhadap Putusan Pengadilan

  Agama Temanggung No. 616/Pdt.G/1996) ” karya Mahsun memfokuskan pembahasannya pada status hakim dalam perkawinan di tinjau dari Hukum Islam, pembatalan nikah karena menggunakan wali hakim di Pengadilan Agama Temanggung, dan pembatalan nikah di Pengadilan Agama Temanggung di tinjau Hukum Islam serta Undang-undang Perkawinan. Di dalam penelitian tersebut dinyatakan bahwa status wali hakim menurut Hukum Islam itu sudah sah hukumnya, akan tetapi harus melalui kaidah atau ketentuan-ketentuan perundang- undangan yang berlaku, seperti halnya Peraturan Menteri Agama No. 2 tahun 1987 yaitu tentang penunjukan wali hakim.

  Pada tahun 2012, d alam penelitian yang berjudul “Pembatalan

  

Perkawinan Karena Hamil Di Luar Nikah ( Studi Putusan Pengadilan Agama

  Boyolali No. 886/Pdt.G/2010/PA.Bi) ” karya Astuti Nur Halimah memfokuskan pembahasannya pada Pembatalan perkawinan ditinjau dari Undang-Undang

  Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, Tinjauan Hukum Islam terhadap pembatalan perkawinan karena hamil di luar nikah, dan pertimbangan hakim dalam menetapkan putusan terhadap pembatalan perkawinan karena hamil di luar nikah.

  Di dalam penelitian tersebut dinyatakan Dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan yang disebutkan tentang batalnya perkawinan, pasal 22, yaitu: perkawinan dapat dibatalkan, apabila para pihak tidak memenuhi syarat-syarat untuk melangsungkan perkawinan dan pada pasal 28 ayat (1) menyebutkan bahwa, batalnya suatu perkawinan dimulai setelah keputusan pengadilan mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan berlaku sejak saat berlangsungnya perkawinan. menurut Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, bahwa perkawinan dapat dibatalkan karena telah sesuai dengan ketentuan yang ada dalam Undang-Undang.

  Ditinjau dari hukum islam pembatalan perkawinan karena hamil di luar nikah ini dapat di batalkan karena dalam hal ini, perkawinan itu lebih banyak madharatnya daripada manfaatnya yang berakibat tidak baik untuk semua pihak dan terdapatnya unsur penipuan sehingga menyebabkan adanya salah sangka dari perkawinan oleh pihak suami terhadap pihak istri. Maka, perkawinan ini tidak sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Agama Islam di dalam Al-Quran maupun Sunnah Rasul serta dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), sehingga perkawinan ini dapat di batalkan karena tidak memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pada bab XI tentang batalnya perkawinan.

G. Metode Penelitian

  Metode penelitian adalah suatu cara yang ditempuh dalam mencari, menggali, mengolah dan membahas data dalam suatu penelitian atau penyusunan skripsi.

1. Pendekatan Penelitian

  Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini bersifat yuridis normatif yaitu penelitian yang membahas data sekunder yaitu membahas suatu kasus, yang berupa analisis Putusan Pengadilan. Karena pada penelitian ini yang dibahas adalah penekanannya pada data sekunder berupa putusan Pengadilan dan Undang-Undang, jadi penelitian ini berbasis analisa data primer yang diperoleh langsung lembaga peradilan yang berlaku sesuai dengan tema yang penulis pilih dalam penelitian ini yaitu Pembatalan Perkawinan karena Kawin Paksa yang merupakan studi analisis atas putusan Pengadilan Agama Boyolali No. 1465/Pdt.G/2014/PA.Bi.

  2. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang secara umum bersifat deskriptif. Sifat deskriptif ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran yang baik, jelas, dan dapat memberikan data secermat mungkin tentang objek yang diteliti. Dalam hal ini untuk menggambarkan semua hal yang berkaitan dengan pembatalan perkawinan di Pengadilan Agama Boyolali.

  3. Kehadiran Peneliti Peneliti bertindak sebagai instrument sekaligus pengumpul data yang mana penulis langsung datang dan mewawancarai salah satu hakim Pengadilan Agama Boyolali yang telah membatalkan perkawinan pemohon dengan termohon atas dasar kawin paksa dalam perkara No. 1465/Pdt.G/2014/PA.Bi.

  4. Lokasi Penelitian

  Lokasi penelitian ini dilakukan di Pengadilan Agama Boyolali yang beralamat di jalan Pandanaran No 167, Boyolali 57311, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi tersebut menjadi lokasi penelitian karena terdapat objek penelitian yang akan dikaji dan disesuaikan dengan judul yang penulis pilih.

5. Sumber Data

  Adapun sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui data primer dan sekunder.

  a.

  Data Primer 1)

  Informan Informan adalah orang yang dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Moloeng,

  2000:90). Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah Ketua Pengadilan Agama Boyolali, Majelis Hakim yang memeriksa dan memutus perkara pembatalan perkawinan karena kawin paksa.

  2) Dokumen

  Dokumen adalah data yang mencakup surat-surat resmi, buku-buku, hasil penelitian yang berbentuk laporan dan sejenisnya (Moloeng, 2000:113). Dokumen dalam penelitian ini meliputi surat permohonan pembatalan perkawinan, salinan putusan pembatalan perkawinan, buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini, artike-artikel dan arsip yang mendukung.

  b.

  Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari berbagai literatur dalam penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan adalah tehnik untuk mencari bahan atau data yang bersifat sekunder yaitu data yang erat hubungannya dengan data primer.

6. Prosedur Pengumpulan Data

  Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara: a.

  Observasi Observasi merupakan suatu cara pengumpulan data dengan jalan pengamatan secara langsung mengenai objek penelitian.

  Metode ini penulis gunakan sebagai langkah awal untuk mengetahui kondisi objektif mengenai objek penelitian (Arikunto, 1997:234).

  b.

  Wawancara Wawancara dimaksudkan untuk memperkuat data sekunder.

  Wawancara penulis lakukan dengan terlebih dahulu menyusun daftar dan rangkaian pertanyaan yang nantinya akan penulis ajukan pada obyek penelitian atau responden yaitu hakim Pengadilan Agama Boyolali.

  c.

  Dokumentasi Dokumentasi sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan (Moloeng, 2004:917). Dalam penelitian ini dokumentasi dilakukan dengan menelusuri dan mempelajari dokumen berkas perkara No. 1465/Pdt.G/2014/PA.Bi tentang pembatalan perkawinan.

7. Analisis Data

  Analisis data adalah suatu cara yang dipakai untuk menganalisa, mempelajari, serta mengolah kelompok data tertentu, sehingga dapat diambil suatu kesimpulan yang konkret tentang permasalahan yang diteliti dan dibahas. Dalam menganalisa data yang diperoleh dan dipakai dalam penelitian ini, serta untuk mendapatkan kesimpulan, penulis menggunakan metode deskriptif analisis. Metode deskriptif dalam penelitian ini terdapat dalam bab II mengenai gambaran umum pembatalan perkawinan karena kawin paksa, kemudian dilanjutkan pada bab III yang menggambarkan deskripsi dan pertimbangan hakim dalam putusan Pengadilan Agama Boyolali No. 1465/Pdt.G/2014/PA.Bi.

  Selanjutnya data yang telah dideskripsikan dalam bab III dianalisis dalam bab IV guna mengetahui pertimbangan hakim dalam memutuskan pembatalan perkawinan karena kawin paksa sebagaimana tertuang dalam salinan putusan tersebut.

  Metode analisis yang penulis gunakan yakni analisis data secara induktif. Analisis data secara induktif ini digunakan karena beberapa alasan. Pertama, proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan jamak sebagai yang terdapat dalam data. Kedua, analisis induktif lebih dapat membuat hubungan peneliti-responden menjadi eksplisit, dapat dikenal, dan akuntabel. Ketiga, analisis demikian lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat-tidaknyapengalihan pada suatu latar lainnya. Keempat, analisis induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan- hubungan. Kelima, analisis demikian dapat memperhitungkan nilai- nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik(Moleong, 2009:10).

  Analisis induktif adalah pengambilan kesimpulan dimulai dari pernyataan dan fakta-fakta khusus menuju pada kesimpulan yang bersifat umum atau melakukan pengamatan dan menarik kesimpulan (Moleong, 2009:12).

  8. Pengecekan Keabsahan Data Triangulasi ialah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng, 2004:330).

  9. Tahap-tahap Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan, yaitu dengan menentukan atau memilih tema atau topik penelitian, pencarian informasi, penentuan lokasi penelitian yang akan diteliti, pencarian dan pengumpulan sumber-sumber data, serta menganalisis data yang telah diperoleh berkaitan dengan masalah yang penulis teliti dan bahas.

H. Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan, pembahasan dan pemahaman skripsi ini adalah:

  BAB I PENDAHULUAN Dalam membuka penulisan penelitian ini, dengan uraian meliputi: latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

  BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini penulis akan menjelaskan dan menguraikan mengenai hukum perkawinan yang meliputi: pengertian perkawinan, hukum melakukan perkawinan, prinsip-prinsip perkawinan, tujuan perkawinan, syarat-syarat perkawinan dan rukun perkawinan. Bagian kedua mengenai pembatalan perkawinan yang meliputi: pengertian pembatalan perkawinan, dasar hukum pembatalan perkawinan, pembatalan perkawinan menurut Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974, pembatalan perkawinan menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI), pihak-pihak yang dapat mengajukan pembatalan perkawinan dan pembatalan perkawinan karena kawin paksa.

  BAB III PUTUSAN PENGADILAN AGAMA BOYOLALI TERHADAP PERMOHONAN PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSA DALAM PERKARA No.1465/Pdt.G/2014/PA.Bi Dalam bab ini akan diuraikan mengenai gambaran umum Pengadilan Agama Boyolali, putusan Pengadilan Agama Boyolali terhadap permohonan pembatalan perkawinan karena kawin paksa dalam perkara nomor 1465/Pdt.G/2014/PA.Bi dan dasar pertimbangan hakim terhadap permohonan pembatalan perkawinan karena kawin paksa di Pengadilan Agama Boyolali dalam perkara nomor 1465/Pdt.G/2014/PA.Bi.

  BAB IV ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP PERMOHONAN PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSA DALAM PERKARA No.1465/Pdt.G/2014/PA.Bi Dalam bab ini akan diuraikan mengenai analisis dasar pertimbangan Hakim terhadap permohonan pembatalan perkawinan karena kawin paksa di Pengadilan Agama Boyolali dalam perkara No.1465/Pdt.G/2014/PA.Bi Pasal

  1 Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 dan analisis dasar pertimbangan Hakim terhadap permohonan pembatalan perkawinan karena kawin paksa di Pengadilan Agama Boyolali dalam perkara No.1465/Pdt.G/2014/PA.Bi Pasal 71 huruf (f) Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI)

  BAB V PENUTUP Meliputi atas kesimpulan dan saran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkawinan 1. Pengertian Perkawinan Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria

  dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa ( Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974). Perkawinan menurut Hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitssaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah (Pasal 2 Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang KHI).

  Dalam Al- Qur’an dinyatakan bahwa hidup berpasang- pasangan adalah naluri semua makhluk Allah SWT sebagaimana tersebut dalam surat Az-Zariyat ayat 49:

  “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar

  kamu mengingat akan kebesaran Allah SWT ”.

  Perkawinan adalah suatu persekutuan dari dua orang manusia yang saling mencinta, bukannya dalam artian sekedar pelukan jasmaniah secara sepintas, tapi dalam arti jangka lama, penuh serta mulia. Mereka menghendaki hidup bersama dalam suasana keakraban yang sempurna. Kodratlah yang mendorongnya untuk menghasrati keakraban badaniah. Walaupun sebenarnya keakraban hubungan jasmaniah tersebut bukanlah merupakan tujuan yang pertama dari perkawinan sejati. Tapi dalam kenyataannya, justru perkawinan semacam itulah yang selalu dan berulang-ulang menjadi kenyataan.

  Bilamana pria dan wanita telah benar-benar saling jatuh cinta, maka perasaan cinta tadi mengakibatkan timbulnya rasa saling membutuhkan kasih sayang, perasaan saling memikirkan begitu juga perasaan saling membutuhkan hubungan badaniah yang akrab (Murthiko dan Mahfudli, 1996:74).

  Menurut Ahmad Ghandur, seperti yang disadur oleh Amir Syarifuddin, nikah yaitu akad yang menimbulkan kebolehan bergaul antara laki-laki dan perempuan dalam tuntutan naluri kemanusiaan dalam kehidupan, dan menjadikan untuk kedua pihak secara timbal balik hak-hak dan kewajiban-kewajiban.

  Menurut sebagian ulama Hanafiah, “nikah adalah akad yang memberikan faedah (mengakibatkan) kepemilikan untuk bersenang- senang secara sadar (sengaja) bagi seorang pria dengan seorang wanita, terutama guna mendapatkan kenikmatan biologis”. Sedangkan menurut sebagian mazhab Maliki, nikah adalah sebuah ungkapan (sebutan) atau titel bagi suatu akad yang dilaksanakan dan dimaksudkan untuk meraih kenikmatan (seksual) semata-mata. Oleh mazhab Syafi’iah, nikah dirumuskan dengan “akad yang menjamin kepemilikan (untuk) bersetubuh dengan menggunakan redaksi (lafal) “akad (yang dilakukan dengan menggunakan) kata inkah atau tazwij guna mendapatkan kesenangan (bersenang)” (Mardani, 2011:04).

  Dengan demikian dapat diperoleh suatu pengertian, perkawinan menuru t Hukum Islam adalah “suatu akad atau perikatan untuk menghalalkan hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan kebahagiaan hidup keluarga, yang diliputi rasa ketenteraman serta kasih sayang dengan cara yang diridhoi Allah” (Basyir, 1995:11).

2. Hukum Melakukan Perkawinan a.

  Perkawinan yang Wajib Perkawinan hukumnya wajib bagi orang yang telah mempunyai keinginan kuat untuk kawin dan telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan dan memikul beban kewajiban dalam hidup perkawinan serta ada kekhawatiran, apabila tidak kawin, akan mudah tergelincir untuk berbuat zina (Basyir, 1995:12).

  b.

  Perkawinan yang Haram Hukum perkawinan menjadi haram apabila seseorang mengawini seorang wanita dengan maksud untuk menganiaya atau mengolok-oloknya atau untuk membalas dendam (Mardani, 2011:12).

  c.

  Perkawinan yang Makruh Perkawinan hukumnya makruh bagi seorang yang mampu dalam segi materiil, cukup mempunyai daya tahan mental dan agama hingga tidak khawatir akan terseret dalam perbuatan zina, tetapi mempunyai kekhawatiran tidak dapat memenuhi kewajiban- kewajibannya terhadap isterinya, meskipun tidak akan berakibat menyusahkan pihak isteri; misalnya calon isteri tergolong orang kaya atau calon suami belum mempunyai keinginan untuk kawin (Basyir, 1995:13).

  d.

  Perkawinan yang Sunnah Hukum perkawinan menjadi sunnah apabila seseorang dipandang dari segi pertumbuhan jasmaninya wajar dan cenderung ia mempunyai keinginan untuk menikah dan sudah mempunyai penghasilan yang tetap (Mardani, 2011:12).

  e.

  Perkawinan yang Mubah Perkawinan hukumnya mubah bagi orang yang mempunyai harta, tetapi apabila tidak kawin tidak merasa khawatir akan berbuat zina dan andaikata kawin pun tidak merasa khawatir akan menyia-nyiakan kewajibannya terhadap isteri. Perkawinan dilakukan sekadar untuk memenuhi syahwat dan kesenangan bukan dengan tujuan membina keluarga dan menjaga keselamatan hidup beragama. Bagi yang tidak memiliki pendorong maupun penghalang apapun untuk menikah. Ia menikah bukan karena ingin mengamalkan sunnah melainkan memenuhi kebutuhan biologisnya semata, sementara ia tidak khawatir terjerumus dalam kemaksiatan (Basyir, 1995:14).

3. Prinsip-Prinsip Perkawinan

  Ada beberapa prinsip perkawinan menurut Agama Islam, yang perlu diperhatikan agar perkawinan itu benar-benar berarti dalam hidup manusia melaksanakan tugasnya mengabdi pada Tuhan. Adapun prinsip-prinsip perkawinan dalam Islam itu ialah: a.

  Memenuhi dan melaksanakan perintah agama b.

  Kerelaan dan persetujuan c. Perkawinan untuk selamanya d.

  Monogami dan Polygami e. Suami sebagai penanggung jawab umum dalam rumah tangga (Zakiah Daradjat, 1995:54).

  Perkawinan menurut ajaran Islam ditandai dengan prinsip- prinsip sebagai berikut: 1)

  Pilihan jodoh yang tepat 2)

  Perkawinan didahului dengan peminangan

  3) Ada ketentuan tentang larangan perkawinan antara laki-laki dan perempuan

  4) Perkawinan didasarkan atas sukarela antara pihak-pihak yang bersangkutan

  5) Ada persaksian dalam akad nikah

  6) Perkawinan tidak ditentukan untuk waktu tertentu

  7) Ada kewajiban membayar maskawin atas suami

  8) Ada kebebasan mengajukan syarat dalam akad nikah

  9) Tanggung jawab pimpinan keluarga pada suami dan ada kewajiban bergaul dengan baik dalam kehidupan rumah tangga (Basyir,

  1995:14).

  Dalam Pasal 2 Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 disebutkan bahwa: Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

  Dalam perspektif yang lain, Musdah Mulia menjelaskan bahwa prinsip perkawinan tersebut ada 4 (empat) yang didasarkan pada ayat- ayat Al-Quran:

  a) Prinsip kebebasan dalam memilih jodoh

  b) Prinsip mawaddah wa rahmah

  c) Prinsip saling melengkapi dan melindungi d) Prinsip muasyarah bi al-ma’ruf

  Menurut Muhammad Idris Ramulyo, asas perkawinan menurut Hukum Islam, ada 3 (tiga) asas yang harus diperhatikan yaitu:

  1) Asas Absolut Abstrak

  Asas absolut abstrak adalah suatu asas dalam hukum perkawinan dimana jodoh atau pasangan suami istri itu sebenarnya sejak dulu sudah ditentukan oleh Allah atas permintaan manusia yang bersangkutan.

  2) Asas Selektivitas

  Asas selektivitas ialah suatu asas dalam suatu perkawinan dimana seseorang yang hendak menikah itu harus menyeleksi lebih dahulu dengan siapa ia boleh menikah dan dengan siapa ia tidak boleh menikah.

  3) Asas Legalitas

  Asas legalitas adalah suatu asas dalam perkawinan, wajib hukumnya dicatatkan (Mardani, 2011:08).

4. Tujuan Perkawinan

  Menurut Imam al-Ghzali dalam Ihya-nya tentang faedah melangsungkan perkawinan, maka tujuan perkawinan itu dapat dikembangkan menjadi 5 (lima), ialah: a.

  Mendapatkan dan melangsungkan keturunan b.

  Memenuhi hajat manusia menyalurkan syahwatnya dan menumpahkan kasih sayangnya c.

  Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan kerusakan d.

  Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima hak serta kewajiban, juga bersungguh-sungguh untuk memperoleh harta kekayaan yang halal e. Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tenteram atas dasar cinta dan kasih sayang (Zakiah Daradjat,

  1996:49).

  Menurut Mahmud Junus, tujuan perkawinan ialah menurut perintah Allah untuk memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat, dengan mendirikan rumah tangga yang damai dan teratur.

  Tujuan perkawinan dalam Islam selain untuk memenuhi kebutuhan hidup jasmani dan rohani manusia, juga sekaligus untuk membentuk keluarga dan memelihara serta meneruskan keturunan dalam menjadikan hidupnya didunia ini, juga mencegah perzinahan, agar tercipta ketenangan dan ketentraman jiwa bagi yang bersangkutan, ketentraman keluarga dan masyarakat.

  Secara rinci tujuan perkawinan yaitu sebagai berikut: 1)

  Menghalalkan hubungan kelamin untuk memenuhi tuntutan hajat tabiat kemanusiaan

  2) Membentuk rumah tangga (keluarga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa

  3) Memperoleh keturunan yang sah

  4) kesungguhan berusaha memberi rezeki Menumbuhkan penghidupan yang halal, memperbesar rasa tanggungjawab

  5) Membentuk rumah tangga yang sakinah, mawadah wa rahman (keluarga yang tentram, penuh cinta kasih, dan kasih sayang QS.

  Ar ruum ayat 21) 6)

  Ikatan perkawinan sebagai mitsaqan ghalizan sekaligus mentaati perintah Allah SAW bertujuan untuk membentuk dan membina tercapainya ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dalam kehidupan rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan syariat Hukum Islam (Mardani, 2011:11).

  Menurut Yahya Harahap, jika landasan QS. Ar ruum ayat 21 dipahami dengan baik dan sadar, sudah tercakup di dalamnya suatu keharusan yang bersifat “mutual”, yakni:

  a) Mutual Cooperation

  b) Mutual Help

  c) Mutual Understanding

  d) Mutual Relatini

  e) Mutual Underdependency

  Menurut Basyir (1995:11) bahwa tujuan perkawinan dalam Islam adalah untuk memenuhi tuntutan naluriah hidup manusia, berhubungan antara laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan kebahagiaan keluarga sesuai ajaran Allah dan Rasul-Nya. Hukum Islam mengatur agar perkawinan itu dilakukan dengan akad atau perikatan hukum antara pihak-pihak yang bersangkutan dengan disaksikan dua orang laki-laki.

  Rusaknya tali perkawinan, terjadinya pertengkaran, perceraian, terlantarnya anak-anak, si wanita hidup terkatung-katung, bergantung tidak bertali: lain tidak disebabkan kurangnya pasangan suami isrti memahami arti dan makna perkawinan. Pasangan itu tidak memahami apa yang menjadi tujuan dari perkawinan. Akhirnya ikatan cinta hanya merupakan camuflage (tipuan), bagaikan fatamorgana yang memberi harapan kosong. Dari itu Al-Quran menjelaskan apa yang menjadi tujuan perkawinan, yaitu: Rumah Tangga sakinah, mawaddah dan

  warahmah (Leter, 1985:11).

5. Syarat Perkawinan a.

  Syarat perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 dalam Pasal 6 yaitu:

1) Perkawinan didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai.

  2) Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapat izin kedua orang tua.

  3) Dalam hal seorang dari kedua orang tua meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka izin yang dimaksud ayat (2) pasal ini cukup diperoleh dari orang tua yang masih hidup atau dari orang tua yang mampu menyatakan kehendaknya.

  4) dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu untuk menyatakan kehendaknya, maka izin diperoleh dari wali orang yang memelihara atau keluarga yang mempunyai hubungan darah dalam garis keturunan lurus ke atas selama mereka masih hidup dan dalam keadaan menyatakan kehendaknya. 5)

  Dalam hal ada perbedaan antara orang-orang yang dimaksud dalam ayat (2), (3) dan (4) pasal ini, atau salah seorang atau lebih diantara mereka tidak menyatakan pendapatnya, maka Pengadilan dalam daerah tempat tinggal orang yang akan melangsungkan perkawinan atas permintaan orang tersebut dapat memberikan ijin setelah lebih dahulu mendengar orang- orang yang tersebut dalam ayat (2), (3) dan (4) dalam pasal ini.

  6) Ketentuan tersebut ayat (1) sampai dengan ayat (5) pasal ini berlaku sepanjang hukun masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu dari yang bersangkutan tidak menentukan lain.

6. Rukun Perkawinan a.

  e) Tidak terdapat halangan perkawinan

  b) Hadir dalam Ijab Qabul

  a) Minimal dua orang laki-laki

  4) Dua orang saksi, syarat-syaratnya:

  d) Tidak terdapat halangan perwaliannya

  c) Mempunyai hak perwalian

  b) Dewasa

  a) Laki-laki

  3) Wali nikah, syarat-syaratnya:

  Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 14 rukun perkawinan yaitu: 1)

  Calon suami, syarat-syaratnya:

  c) Jelas orangnya

  b) Perempuan

  a) Beragama Islam

  2) Calon isteri, syarat-syaratnya:

  e) Tidak terdapat halangan perkawinan

  d) Dapat memberikan persetujuan

  c) Jelas orangnya

  b) Laki-laki

  a) Beragam Islam

  d) Dapat dimintai persetujuannya c) Dapat mengerti maksud akad

  d) Islam

  e) Dewasa

Dokumen yang terkait

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 26

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 14

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 16

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 102

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN GRIYA BANK SYARIAH MANDIRI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 119

PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL (Studi Kasus di KUA Kuwarasan Kabupaten Kebumen) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 106

ANALISIS PENETAPAN WALI ADHOL DI PENGADILAN AGAMA SEMARANG TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 91

POLA PEMBAGIAN HARTA WARIS DI DUSUN JENGGLONG, KELURAHAN KADIPATEN, KECAMATAN ANDONG, KABUPATEN BOYOLALI DITINJAU DARI HUKUM ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenui Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 82

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENYIMPANGAN HAK NASABAH (Studi Kasus Baitul Maal Wat Tamwil Bina Insani Pringapus Ungaran) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 120

STUDI ANALISIS PERANAN ADVOKAT NON MUSLIM DALAM MENANGANI PERKARA DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 100