POLA PEMBAGIAN HARTA WARIS DI DUSUN JENGGLONG, KELURAHAN KADIPATEN, KECAMATAN ANDONG, KABUPATEN BOYOLALI DITINJAU DARI HUKUM ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenui Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  

POLA PEMBAGIAN HARTA WARIS

DI DUSUN JENGGLONG, KELURAHAN KADIPATEN,

KECAMATAN ANDONG, KABUPATEN BOYOLALI

DITINJAU DARI HUKUM ISLAM

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenui Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  

Oleh:

Muhammad Wisnu Wirawan

214 11 015

  

JURUSAN HUKUM EKONOMI ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

MOTO PENULIS

  

“Allah akan meninggikan orang-orang yang berilmu beberapa derajat”

(Q. S Al-Mujadilah 11)

  

“Ridho Allah terletak pada ridho orang tua dan marahnya Allah terletak pada

marahnya orang tua”

(Al Hadist)

  

“Sesali masa lalu karena ada kekecewaan dan kesalahan, tetapi jadikanlah

penyesalan itu sebagai senjata untuk mengukir masa depan yang indah”

  

(Muhammad WisnuWirawan)

”Beranilah untuk melangkah, karena beribu-ribu mil diawali dengan

langkah pertama”

  

(Muhammad WisnuWirawan)

  

PERSEMBAHAN

  Kupersembahkan dengan cinta dan ketulusan hati karya ilmiah berupa skripsi ini kepada :

  1. Kedua orang tuaku Alm. Bapak Supardi dan Ibu Istiaroh tercinta, yang telah mendoakan dan memberi kasih sayang serta pengorbanan selama ini.

  2. Kakakku Eko Rini Handayani dan Indiah Safitri, yang telah mendoakan agar selalu tetap semangat dalam menuntut ilmu dan menjalani kehidupan di dunia ini.

  3. Kepada Barly Kalingga Murda, Muhammad Aidi Faiz, Muhammad Ali Wafa, Sigit Septiawan, Yessi Widhi Astuti yang dengan sabar memberikan masukan dan arahan kepada penulis.

  4. Para guru sejak Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi yang penulis sayangi dan hormati dalam memberikan ilmu dan membimbing dengan penuh kesabaran.

  5. Almamater Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga yang penulis banggakan.

KATA PENGANTAR

  Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya penulisan skripsi ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan yang diharapkan. Penulis juga bersyukur atas rizki dan kesehatan yang telah diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat menyusun penulisan skripsi ini.

  Sholawat dan salam selalu penulis sanjungkan kepada Nabi, Kekasih, Spirit Perubahan, Rasulullah Muhammad SAW beserta segenap keluarga dan para sahabat- sahabatnya, syafa’at beliau sangat penulis nantikan di hari pembalasan nanti.

  Penulisan skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana dalam Hukum Islam, Fakultas Syari’ah, Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah yang berjudul:“Pola

  

Pembagian Harta Waris Di Dusun Jengglong, Kelurahan Kadipaten,

Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali Ditinjau Dari Hukum Islam’’.

  Penulis mengakui bahwa dalam menyusun penulisan skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Karena itulah penulis mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya, ungkapan terima kasih kadang tak bisa mewakili kata-kata, namun perlu kiranya penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.

  Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga 2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah di IAIN Salatiga.

  3. Bapak Ilya Muhsin, S.H.I., M.Si, selaku Wakil Dekan 3 Fakultas Syari’ah Bidang Kemahasiswaan.

  4. Ibu Evi Ariyani, SH.,M.H, selaku Ketua Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari’ah di IAIN Salatiga.

  5. Ibu Lutfiana Zahriani, M.H, selaku Kepala Lab. Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga.

  6. Bapak Drs. H. Badwan, M. Ag. selaku dosen pembimbing yang selalu skripsi ini, sehingga dapat selesai dengan maksimal sesuai dengan yang diharapkan.

  7. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf adminitrasi Fakultas Syari’ah yang tidak bisa kami sebut satu persatu yang selalu memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa halangan apapun.

  8. Sahabat-sahabatku Yessi Widhi Astuti, Muhammad Aidi Faiz, Muhammad Ali Wafa, Barly Kalingga Murda dan Sigit Septiawan yang selalu mendukung penulis dalam menyusun skripsi ini.

  9. Teman-temanJurusan Hukum Ekonomi Syari’ah angkatan 2011 di IAIN Salatiga yang telah memberikan banyak cerita selama menempuh pendidikan di IAIN Salatiga.

  Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari yang mereka berikan kepada penulis, agar pula senantiasa mendapatkan maghfiroh, dan di lingkupi rahmat dan cita-Nya. Amiin.

  Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi metodologi, penggunaan bahasa, isi, maupun analisanya, sehingga kritik dan saran yang konstruktif, sangat penulis harapan demi enaknya penulisan skripsiini dibaca dan dipahami.

  Akhirnya, penulis berharap semoga skrispiini bermanfaat khususnya Salatiga, 17 Maret 2016 Penulis.

  ASBTRAK

  Wirawan, Muhammad Wisnu. 2016. PolaPembagian Harta WarisDi Dusun

  

Jengglong, Kelurahan Kadipaten, Kecamatan Andong, Kabupaten

BoyolaliDitinjau Dari Hukum Islam. Skripsi. F

  akultas Syari’ah. Jurusan. Hukum Ekonomi Syari’ah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Drs. Badwan, M. Ag.

  Kata Kunci : Waris, Hukum Islam

  Penelitianinibertujuanuntukmengetahuidanmenganalisispengelolaanhartaw aris di Dusun Jengglong Kelurahan Kadipaten Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali yang dilaksanakan oleh para ahli waris. Penelitian ini dilakukan di Dusun Jengglong Kelurahan Kadipaten Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali, sumber data yang penulis gunakan adalah sumber data primer yaitu, data yang diperoleh langsung oleh penulis. Dan sumber data sekunder yaitu, sumber data di ambil dari hasil penelitian kepustakaan, yakni dengan mempergunakan dan mengumpulkan buku-buku dan kitab-kitab bacaan yang ada hubungan atau ada

  

relevensi nya dengan pembahasan penelitianini. Misalnya dengan melalui

  penelitian lapangan (field research) yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang menjadi sempel penelitian. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah, pertama: bagaimanakah pola pembagian harta waris di Dusun Jengglong Kelurahan Kadipaten Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali. Kedua: bagaimanakah pola pembagian harta waris di Dusun Jengglong Kelurahan Kadipaten Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali menurut hukum Islam.

  Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka dilakukan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan analisis yuridis serta menggunakan jenis penelitian field research, yaitu penelitian yang dilakukan di dalam masyarakat itu sendiri. Untuk mengetahui pola pembagian harta waris temuan penelitian ini menunjukkan bahwa, pertama: pembagian harta waris di Dusun Jengglong Kelurahan Kadipaten Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali mereka hanya membagi dengan jalan musyawarah agar tidak menjadi perpecahan keluarga. Namun dalam pembagian harta waris dengan jalan musyawarah ini bisa menjadi jalan keluar dari perebutan harta warisan serta masing-masing ahli waris dapat menerima bagianya dengan ikhlas tanpa iri hati dengan bagian lainya. Kedua: pola pembagian harta waris di Dusun Jengglong Kelurahan Kadipaten Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali menurut hukum Islam adalah melalui cara musyawarah dengan tanpa menggunakan ketentuan dalam Al-

  Qur’an dan tanpa kewenangan pengadilan agama maupun yang ada dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI).

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...........................................................................................

  E.

  11 3. Lokasi Penelitian..................................................................

  9 2. Kehadiran Peneliti................................................................

  9 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian............................................

  8 G. MetodePenelitian........................................................................

  8

  7

  6

  Tinjauan Pustaka.........................................................................

  F.

  Penegasan Istilah.........................................................................

  Kegunaan Penelitian....................................................................

  HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN....................................................

  D.

  6 C. Tujuan Penelitian.........................................................................

  1 B. RumusanMasalah......................................................................

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian...........................................................

  X DAFTAR ISI....................................................................................................... Xi

  Vii

  ABSTRAK...........................................................................................................

  V Vi KATA PENGANTAR.........................................................................................

  Iv HALAMAN MOTO............................................................................................

  Iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN......................................

  I Ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................

  11 4. Sumber Data Penelitian......................................................... 11

  5.

  12 Prosedur Pengumpulan Data................................................

  6.

  14 Analisis Data........................................................................

  7.

  15 Pengecekan Keabsahan Data................................................

  8.

  16 Tahap-Tahap penelitian........................................................

  H.

  17 Sistematika Penulisan................................................................

  BAB II LANDASAN TEORI A.

  18 PengertianWaris.......................................................................... SebabTidakMenerimaWaris.....................................................

  C.

  35 SebabMenerimaWaris................................................................

  D.

  38 Macam-macamAhliWaris.........................................................

  BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A.

  48 GambaranUmumDusunJengglong............................................

  B.

  51 PermasalahanPembagianHartaWaris di DusunJengglong.......

  BAB IV ANALISIS A. PolaPembagianHartaWaris di DusunJengglong, KelurahanKadipaten, KecamatanAndong,

  61 KabupatenBoyolali..............

  B.

  PolaPembagianHartaWaris di DusunJengglong, KelurahanKadipaten, KecamatanAndong,

  64 KabupatenBoyolaliMenurutHukum

  BAB V

  67 Islam………….............................................................

  PENUTUP

  69 A. Kesimpulan………………………………………………..........

  B.

  Saran…………………………………………………………… DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW

  merupakan sebuah aturan yang lengkap dan sempurna, karena agama Islam mengatur segala aspek kehidupan untuk keselamatan dunia dan akhirat.

  Dalam perjalanan kehidupan di dunia ini, manusia mengalami peristiwa-peristiwa yang amatlah penting. Peristiwa tersebut ialah kelahiran, pernikahan, dan kematian. Manusia yang lahir di dunia kemudian tumbuh berkembang menjadi besar, memiliki akal dan pikiran. Oleh sebab itu manusia diberi kewajiban dan hak dalam kehidupan bermasyarakat. Serta menjaga kehidupanya dan keluarganya dan mengurus orang yang telah meninggal, baik dari pengurusan jenazah, utang piutang, hingga harta warisan.

  Salah satu contoh yang diatur dalam ajaran Islam adalah tentang hukum waris, yakni pemindahan harta warisan kepada ahli waris yang berhak menerimanya. Warisan yaitu segala jenis harta benda atau kepemilikan yang ditinggalkan pewaris, baik berupa uang, tanah dan sebagainya.

  Menurut Ash Shabuni (1995:33) Waris dalam bahasa Arab adalah bentuk masdar (infinitif) dari kata waritsa - yaritsu - irtsan - miiraatsan.

  Maknanya dalam bahasa ialah berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang lain, atau dari suatu kaum kepada kaum lain.

  Sedangkan menurut Hasbiyallah (2007:1) waris adalah isim fa'il dari kata waritsa, yaritsu, irtsan, fahuwa waritsun yang bermakna orang yang menerima waris. Kata-kata itu berasal dari kata waritsa yang bermakna perpindahan harta milik atau perpindahan pusaka.

  Menurut Muhammad Ali Ash-Shabuni (1995:39) rukun waris ada tiga yaitu pewaris, ahli waris, dan harta waris. Pengertian pewaris adalah orang yang meninggal dunia, dan ahli warisnya berhak untuk mewarisi harta peninggalanya. Dan ahli waris adalah mereka yang berhak untuk menguasai atau menerima harta peninggalan pewaris dikarenakan adanya ikatan kekerabatan (nasab) atau ikatan pernikahan. Sedangkan harta waris adalah segala jenis benda atau kepemilikan yang ditinggalkan pewaris, baik berupa uang, tanah dan sebagainya.

  Selain tiga rukun tadi Muhhamad Ali Ash-Shabuni (1995:39) juga menyebutkan bahwa rukun waris juga ada tiga, yang pertama meninggalnya seseorang (pewaris) baik secara hakiki maupun secara hukum. Yang kedua adanya ahli waris yang hidup secara hakiki pada waktu peristiwa meninggal dunia. Yang ketiga seluruh ahli waris diketahui secara pasti, termasuk jumlah bagian masing-masing.

  Hukum waris menurut Kompilasi Hukum Islam pada Pasal 171 (a) adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak kepemilikan harta peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagiannya masing-masing.

  Sedangkan menurut Mr. A. Pitlo yang dikutip oleh Ali Afandi (1997: 7), Hukum Waris adalah suatu rangkaian ketentuan-ketentuan dimana berhubungan dengan meninggalnya seseorang, akibat-akibatnya di dalam bidang kebendaan, yaitu: akibat beralihnya harta peninggalan dari seseorang yang meninggal, kepada ahli waris, baik di dalam hubunganya antara mereka sendiri, maupun dengan pihak ketiga.

  Menurut Basyir (2005:34) ahli waris dapat digolongkan menjadi beberapa golongan ditinjau dari segi kelaminnya dan dari segi haknya atas harta warisan. Dari segi jenis kelaminnya, ahli waris dibagi menjadi dua golongan, yaitu ahli waris laki-laki dan ahli waris perempuan. Dan dilihat dari segi haknya atas harta warisan, ahli waris dibagi menjadi tiga golongan, yaitu: dzawil furudl , 'ashabah, dan dzawil arhaam.

  Dalam syariat Islam telah ditetapkan bahwa bagian ahli waris laki- laki lebih banyak dari pada bagian perempuan, yakni ahli waris laki-laki dua kali bagian ahli waris perempuan.

  Menurut Ali (1995:46) jumlah bagian yang telah ditentukan dalam Al-Qur'an ada enam macam, yaitu setengah, seperempat, seperdelapan, dua per delapan, sepertiga, dan seperenam. Yang berhak mendapatkan setengah dari harta waris peninggalan pewaris ada lima, yaitu: satu dari golongan laki- laki dan empat dari perempuan. Kelima ahli waris tersebut ialah suami, anak perempuan, cucu perempuan keturunan anak laki-laki, saudara kandung perempuan, dan saudara perempuan seayah.

  Sedangkan ahli waris yang berhak mendapatlan seperempat adapun kerabat pewaris yang berhak mendapatkan seperempat dari harta peninggalan hanya ada dua, yaitu suami dan istri. Dari beberapa yang berhak memperoleh bagian seperdelapan yaitu istri saja.

  Sedangkan yang berhak mendapatkan bagian dua pertiga dari harta peninggalan pewaris ada empat, yaitu dua anak perempuan, dua cucu permpuan keturunan anak laki-laki atau lebih, dua orang saudara kandung perempuan atau lebih, dua orang saudara perempuan seayah atau lebih.

  Sedangkan yang berhak mendapatkan sepertiga hanyalah dua, yaitu ibu dan dua saudara (baik laki-laki ataupun perempuan) yang seibu.

  Dan yang berhak mendapatkan bagian seperenam ada tujuh, yaitu ayah, kakek asli (bapak dark ayah), ibu, cucu perempuan keturunan anak laki- laki, saudara perempuan seayah, nenek asli, saudara laki-laki dan perempuan seibu.

  Bagi umat Islam melaksanakan ketentuan yang berkenaan dengan hukum kewarisan merupakan suatu kewajiban yang harus dijalankan, karena itu merupakan bentuk manifestasi keimanan dan ketakwaan kepada Allah dan Rasul-Nya. Pada masyarakat muslim di Dusun Jengglong, Kelurahan Kadipaten, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali. Dalam pembagian harta warisnya, sebagian masyarakat menggunakan bagi rata melalui musyawarah, tetapi ada juga pembagian warisnya menunggu pewarisnya untuk wasiat kepada ahli waris.

  Pada suatu keluarga Mbah Yasir pembagian hartanya ada salah satu anak tidak mendapatkan harta warisan, tetapi harta warisanya diberikan kepada cucu Mbah Yasir tidak kepada anaknya.

  Pada keluarga Mbah H. Hamzah harta peninggalanya diberikan sebagian besar kepada anak angkatnya, padahal Mbah Hamzah masih memiliki saudara kandung. Dan lagi contoh kasus yaitu pada keluarga Mbah Harso beliau tidak memiliki keturunan ataupun saudara, harta peninggalanya sepenuhnya diberikan kepada anak angkatnya.

  Oleh karena itu pemateri tertarik untuk meneliti sistem pembagian harta waris di Desa Jengglong Kadipaten Andong Boyolali serta ingin tahu bagaimana pola pembagian harta waris tersebut, dan penulis juga ingin tahu bagaimana cara memcapai kesepakatan dari pembagian tersebut, padahal sudah dijelaskan dalam undang-undang No. 7 Tahun 1989 dan diganti dengan undang-undang No. 3 tahun 2006 yang isinya adalah kewenangan Peradilan Agama yang semula bertugas dan berwenang memeriksa, memutuskan, dan menyelesaikan perkara-perkara tingkat pertama antara orang-orang,yang beragama Islam dibidang : a. perkawinan, b. kewarisan, wasiat dan hibah, c. wakaf dan shodakoh. Oleh karena itu penulis ingin tahu bagaimana sistem pembagian yang ada di Dusun Jengglong Kadipaten Andong Boyolali.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas dapat diangkat pokok permasalahan yang dapat dijadikan pembahasan, yaitu:

1. Bagaimana pola pembagian harta waris di Dusun Jengglong Keluran

  Kadipaten, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali? 2. Bagaimanakah pola pembagian harta waris di Dusun Jengglong,

  Kelurahan Kadipaten, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali menurut Hukum Islam?

C. Tujuan Penelitian

  Dengan dilakukan penelitian terhadap pembagian waris di Dusun Jengglong Kadipaten Andong Boyolali diharapkan dapat : 1.

  Untuk mengetahui bagaimana pola pembagian harta waris di Dusun Jengglong Kelurahan Kadipaten, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali.

2. Untuk mengetahui pola pembagian harta waris di Dusun Jengglong,

  Kelurahan Kadipaten, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali menurut Hukum Islam.

D. Kegunaan Penelitian 1.

  Sebagai sumbangan pemikiran dalam menambah wawasan pembagian waris.

  2. Sebagai masukan masyarakat di Dusun Jengglong Desa Kadipaten Kelurahan Andong Kabupaten Boyolali untuk pelaksanaan pembagian harta waris.

  3. Memberikan masukan kepada masyarakat di Dusun Jengglong Keluran Kadipaten, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali untuk meningkatkan pembagian harta waris sesuai dengan syariat Islam.

E. Penegasan Istilah 1.

  Hukum Islam Hukum Islam berarti ketentuan-ketentuan yang menjadi batas antara yang baik dan yang benar menurut Islam (Ash-Shiddieqy, 1994:32).

2. Harta warisan atau peninggalan

  Harta warisan atau harta peninggalan adalah harta yang ditinggalkan oleh pewaris baik yang berupa harta benda yang menjadi milikinya maupun hak-haknya (Anshary, 2013:10).

F. Tinjauan Pustaka

  Setelah penulis melakukan observasi ke Dusun Jengglong Keluran Kadipaten, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan masyarakat di Dusun Jengglong Keluran Kadipaten, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali bahwa masalah yang akan penulis bahas ternyata belum ada yang melakukan penelitian. Namun Penulis menemukan penelitian yang terkait dengan pembagian harta waris yaitu :

  1. Pembagian Harta Waris Terhadap Ahli Waris Yang Sudah Punah oleh Hanif Adityassari Mahasiswa IAIN Salatiga Jurusan Syariah Progdi Ahwal Al-Syakhsiyyah. Penulis menerangkan bagaimana pola pembagian harta apabila tidak mempunyai ahli waris. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada tempat lokasi dan kasus yang di teliti.

2. Kewajiban Ahli Waris Terhadap Hutang Pewaris oleh Rina

  Nurliawati Mahasiswa IAIN Salatiga Jurusan Syariah Program Studi

  Ahwal Al-Syakhsiyyah . Penulis menerangkan kewajiban keluarga

  yang ditinggal pewaris. Perbedaanya dengan penulisan ini adalah penulisan ini terfokus kepada pola pembagian harta yang berada di Dusun Jengglong.

G. Metode Penelitian 1.

  Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode merupakan hal yang sangat penting untuk menentukan berhasil atau tidaknya suatu Penelitian. Terutama dalam hal pengumpulan data, karena data yang diperoleh dalam suatu Penelitian merupakan gambaran dari objek penelitian.

  Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah Pendekatan Analisis Yuridis. Pendekatan Analisis Yuridis yaitu strategi penelitian yang lebih banyak melihat fakta-fakta fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, kemudian diambil dan dihubungkan dengan hukum Islam yang menjadi sumber keberadaan pembagian harta waris.

  Jenis penelitian yang digunakan adalah field research (penelitian lapangan) yaitu penelitian yang dilakukan di dalam masyarakat itu sendiri atau dalam instansi yang bersangkutan. Pengertian lain dari dikancah atau di medan terjadinya gejala-gejala (Hadi, 2000: 10).

  Yaitu bagaimana pelaksanaan pembagian harta waris di Dusun Jengglong, Kelurahan Kadipaten, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali. Selain itu penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, karena dalam penelitian ini bertujuan untuk mengungkap fakta secara menyeluruh melalui pengumpulan data di lapangan dan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci.

  Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain- lain secara holistic, dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2009: 6). Selain itu laporan penelitian kualitatif harus memiliki fokus yang jelas.

  Fokus dapat berupa masalah, objek evaluasi, atau pilihan kebijakan (STAIN, 2008: 26).

  Alasan penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif adalah Metode ini fleksibel sehingga bisa menyesuaikan dengan masalah yang sedang terjadi.

  2. Kehadiran peneliti Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan lapangan. Sedangkan instrumen yang lain adalah dokumen-dokumen yang, menunjang keabsahan hasil penelitian serta, alat bantu lainya yag mendukung terlaksananya penelitian ini. Oleh karena itu kehadiran peneliti di lokasi sangatlah menunjang keberhasilan suatu penelitian.

  3. Lokasi penelitian Lokasi penelitian adalah tempat dimana lokasi penelitian akan dilakukan. Penelitian tentang pembagian harta waris berlokasi di Dusun Jengglong Kelurahan Kadipaten Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.

  4. Kebutuhan dan sumber data Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2002: 107). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a.

  Data primer yaitu: data yang diperoleh secara langsung dari pihak pertama (Subagyo, 1991: 87). Sumber data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama yakni ahli waris dari objek penelitian tersebut dan perangkat Desa serta tokoh Agama setempat.

  b.

  Data sekunder yaitu: data yang diperoleh atau berasal dari bahan kepustakaan yang digunakan untuk melengkapi data primer (Subagyo, 1991: 89). Sumber data sekunder yaitu mencakup buku harian dan sebagainnya.

5. Prosedur Pengumpulan Data

  Pengumpulan data merupakan hasil yang sangat penting dalam suatu penelitian, oleh karena itu peneliti harus pandai dalam mengumpulkan data, sehingga data yang diperoleh valid. Pengumpulan data merupakan prosedur yang standar dan sistematis dalam memperoleh data yang diperoleh.

  a.

  Observasi Penulis melihat langsung dengan mata tanpa alat bantu, sehingga penulis bisa mengetahui secara langsung apa yang dilakukan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari terutama saat pembagian harta waris. Tujuan penulisan ini ialah untuk mencatat perilaku dan aktifitas yang dilakukam oleh masyarakat.

  b.

  Wawancara

  Interview/ wawancara, yaitu suatu percakapan tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih yang duduk berhadapan secara fisik dan diarahkan pada suatu masalah tertentu (Kartono, 1996: 187). Atau mendapatkan informasi dengan cara tanya jawab langsung kepada pemuka agama, tokoh masyarakat setempat dan pejabat yang berkompeten, yang merupakan bagian penting dari cara pengumpulan data dalam penelitian lapangan. Tujuan untuk mendapatkan data yang konkrit mengenai kebiasaan dalam pembagian harta waris yang dilakukan masyarakat.

  Dalam penelitian ini penulis akan mewancarai para tokoh-tokoh Desa dan para ahli waris yang sudah menerima harta waris yang ada di Dusun Jengglong Keluran Kadipaten, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali.

  c.

  Dokumentasi Untuk mendapatkan data yang jelas dan konkrit, maka penulis juga menggunakan metode dokumentasi berupa, bacaan- bacaan yang memuat tentang masalah yang akan diteliti. Selain itu peneliti juga akan mendokumentasi kegiatan penelitian lapangan yang akan dilakukan.

6. Analisis Data

  Karena banyaknya jenis data yang diperoleh maka penulis perlu mengelompokan data-data yang diperoleh. Mulai dari catatan lapangan, foto-foto, hasil wawancara, hasil pengamatan, hasil diskusi serta telaah pustaka.

  Setelah semua data terkumpul maka penulis akan menganalisis semua data dengan menggunakan metode deskripsi kualitatif, yaitu teknik menggambarkan seluruh aspek penelitian yang ada, sehingga bisa mendapatkan gambaran yang terjadi.

  Dengan cara tersebut, penulis dapat mengetahui kenapa, alasan apa dan bagaimana terjadinya peristiwa tersebut. Maka peneliti tidak akan memandang bahwa sesuatu itu memang sedang sedemikian keadaannya (Meloeng, 2008:9).

7. Pengecekan Keabsahan Data

  Amalia (2013:11) mengutip dari Tjuju Sundari bahwa kriteria keabsahan data penelitian ada empat macam yaitu, credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reabilitas) dan confirmability (objektivitas). Dalam Penelitian kualitatif penegecekan keabsahan ada tiga yaitu, credibility,

  transferbility dan confirmability.

  a.

  Credibility ( kepercayaan) untuk membuktikan bahwa data yang diperoleh sama dengan obyek yang ada di lapangan. Apa bila laporan dengan obyek yang dilaporkan sama dengan di lapangan maka data tersebut valid, apabila berbeda dengan di lapangan maka tidak valid. b.

  Dependability ( kebergantungan) kreteria ini dilakukan untuk menjaga kehati-hatian dalam mengumpulkan data sehingga bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

  c.

  Confirmability (kepastian) kriteria ini digunakan untuk mengcek data dan informasi serta gambaran hasil penelitian.setelah dilakukan pengecekan sebelumnya.

  8. Tahap-Tahap penelitian sebagai berikut: a.

  Tahap sebelum lapangan, yaitu hal-hal yang dilakukan sebelum melakukan penelitian seperti pembuatan proposal penelitian, mengajukan Surat ijin penelitian, menetapkan fokus penelitian dan sebagai yang harus dipenuh sebelum melakukan penelitian.

  b.

  Tahap pekerjaan lapangan, yaitu mengumpulkan data melalui pengamatan pada pelaku pembagian harta waris, melakukan wawancara dengan masyarakat yang terlibat dalam pembagian harta waris.

  c.

  Tahap analisa data, apabila semua data telah terkumpul dan dirasa cukup maka tahap selanjitnya adalah menganalisa data- data tersebut dan menggambarkan hasil penelitian sehingga bisa memberi arti pada obyek yang diteliti.

  d.

  Tahap penulisan laporan, yaitu jika semua data telah terkumpul dan telah dianalisa serta dikonsultasikan kepada pembimbing maka yang dilakukan penelitian selanjutnya adalah menulis hasil penelitian tersebut sesuai dengan pedoman penulisan yang telah ditentukan (Moleong, 2008: 127-148) H.

   Sistematika Penulisan

  Sesuai dengan pedoman penulisan skripsi, penulis akan membagi skripsi ini menjadi lima bab. Masing-masing bab disusun secara sistematis dan logis. Dan dalam setiap bab terdapat sub bab yang akan ini adalah sebagai berikut: Bab pertama membahas Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Tinjauan Pustaka dan Metodologi Penelitian.

  Bab kedua diuraikan tentang teori-teori mengenai Waris yaitu pengertian waris, sebab ahli waris tidak menerima waris, sebab-sebab mendapatkan waris, dan macam-macam ahli waris. Bab ketiga dijelaskan tentang problem pembagian harta waris yang ada di Dusun Jengglong, Keluran Kadipaten, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali.

  Bab keempat merupakan analisa terhadap pelaksanaan pembagian harta waris di Dusun Jengglong, Keluran Kadipaten, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali.

  Bab kelima berisi kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian dan berisi saran-saran yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti.

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian waris Waris pada dasarnya melekat kepada umat Islam dimana

  saja di dunia ini. Corak suatu negara Islam dan kehidupan masyarakat di negara atau daerah tersebut memberi pengaruh atas hukum kewarisan di daerah itu. Pengaruh itu adalah pengaruh terbatas yang tidak dapat melampaui garis pokok dari ketentuan hukum waris Islam. Namun pengaruh tadi dapat terjadi pada bagian bagian yang berasal dari ijtihad atau pendapat ahli-ahli hukum Islam.

  Salah satu pemindahan hak milik dalam Islam adalah waris. Salah satu penyebab waris adalah kematian. Setiap manusia pasti mengalami kematian dan setiap manusia pasti saling waris mewarisi. Oleh karena itu, ilmu waris harus diketahui oleh setiap manusia terutama umat Islam, karena Islam telah menjelaskan secara rinci tentang ilmu waris.

  Tata cara pembagian harta warisan dalam Islam telah diatur dengan sebaik-baiknya. Al- Qur’an menjelaskan dan merinci secara detail hukum-hukum yang berkaitan dengan hak kewarisan tanpa mengabaikan hak seorang pun. Pembagian masing-masing ahli waris baik itu laki-laki maupun perempuan telah ada ketentuannya dalam Al-

  Qur’an surat An- Nisa ayat 7. Yang berbunyi:

                      Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, dan bagi wanita ada hak bagian (pula) dari harta

peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut

bagian yang telah ditetapkan.

  Bukhari dan Muslim meriwayatkan sebuah ayat yang menjadi sebab turunya ayat waris yaitu: “ Telah datang seorang hamba

  yatu istri Saad bin Rabi’ datang membawa kedua anak perempuana

kepada Rasulullah SAW. Kemudian ia berkata: ya Rasulullah! Ini adalah

kedua putri Saad bin Rabi’. Ayah mereka mati syahid di uhud dalam pasukanmu. Pamanya telah mengambil semua hartanya dan tidak meninggalkan harta untuk mereka kedua.Padahal kedua anak ini tidak

bisa dinikahkan kecuali dengan harta”. Maka Rosulullah SAW bersabda

  : Allah akan memutuskan hal itu. Kemudian turunlah Q.S. An-Nisa 04 ayat 11-12 :

                             

  

               

             

  

              

             

              

             

               

               

             

              

          

  “Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-

anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua

orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari

dua, Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika

anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan

untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta

yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang

yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya

(saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam.

  

(Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia

buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan

anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih

  dekat (banyak) manfaatnya bagimu.ini adalah ketetapan dari Allah.Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri- isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, Maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta

mempunyai anak, Maka Para isteri memperoleh seperdelapan dari harta

yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan)

sesudah dibayar hutang-hutangmu.jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), Maka bagi masing-

masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. tetapi jika saudara-

saudara seibu itu lebih dari seorang, Maka mereka bersekutu dalam yang

sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah

dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris).

(Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari'at yang benar-benar

dari Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Penyantun”.

  Menurut pengertian syariat, yang dimaksut waris adalah berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada seseorang atau dari suatu kelompok kepada kelompok lainya (Ash-ssabuni, 1995:33).

  Waris adalah bentuk isim fa’il dari kata waritsa, yaritsu,

  irtsan, fahua faritsun yang bermakna orang yang menerima waris

  (Hasbiyallah, 2007:1). Sedangkan harta warisan adalah ujud kekayaan yang ditinggalkan yang sekali beralih kepada ahli waris itu, menimbulkan persoalan, bagaimana dan sampai dimana ujud kekayaan yang beralih itu, dipengaruhi sifat lingkungan kekeluargaan, dimana si peninggal warisan dan ahli waris bersama-sama berada ( Ramulyo, 1994:106).

  Pewaris adalah orang yang pada saat meninggalnya atau yang dinyatakan meninggal berdasarkan putusan pengadilan beragama Islam, meninggalkan ahli waris dan harta peninggalan. Sedangkan pengertian ahli waris adalah orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah atau hubunganperkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris (Anshary, 2013:43).

  Ahli waris adalah orang yang berhak mendapatkan bagian dari harta peninggalan (Thalib, 1987:72). Waris merupakan bagian dari syariat Islam, oleh karenaya Islam mengatur secara sempurna masalah- masalah yang berkaitan dengan waris. Al-

  Qur’an juga menegaskan secara terperinci tentang ketentuan bagian ahli waris yang disebut dengan

  

furudual-muqoddaroh (bagian yang ditentukan), atau bagian ashobah serta

orang-orang yang tidak termasuk ahli waris.

  Sebab seseorang mendapatkan harta warisan dalam kajian fiqh Islam, ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang dengan orang lain saling waris mewasisi, yaitu (Lubis dan Simanjutak, 2007:55): 1.

  Karena hubungan perkawinan Seseorang dapat memperoleh harta warisan disebabkan adanya hubungan perkawinan antara si mayit dengan seseorang tersebut, yang termasuk dalam klasifikasi tersebut ialah suami atau istri dari si mayit.

  2. Karena adanya hubungan darah Seseorang dapat memperoleh harta warisan disebabkan adanya hubungan nasab atau hubungan darah / kekeluargaan dengan si mayit, yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah ibu, bapak, kakek, nenek, anak, cucu, cicit, saudara, anak saudara, dan lainya.

  3. Karena memerdekakan si mayit Seseorang dapat memeperoleh harta warisan dari si mayit disebabkan seseorang itu memerdekakan si mayit dari perbudakan, dalam hal ini dapat saja seseorang laki-laki atau seseorang perempuan.

  4. Karena sesama Islam Seseorang muslim yang meninggal dunia, dan ia tidak meninggalkan ahli waris sama sekali (punah), maka harta warisanya diserahkan kepada Baitul Mal, dan lebih lanjut akan dipergunakan untuk kepentingan kaum muslimin.

  Sebelum harta peninggalan dibagi-bagikan hendaknya terlebih dahulu sebagai yang utama dari harta peninggalan harus diambil hak-hak atau kepentingan-kepentingan sebagai berikut : 1.

  Tajhis atau biaya penyelenggaran jenazah, tahzis ialah segala yang diperlukan oleh seseorang yang telah meninggal dunia dari mulai wafatnya sampai penguburanya.

  2. Melunasi utang, uang merupakan suatu yang harus dibayar oleh tanggungan belum dibayar ketika masih hidup di dunianya, baik yang berkaitan dengan sesama manusia maupun kepada Allah yang wajib diambilkan dari harta peninggalanya setelah diambil keperluan

  tajhis.

  3. Melaksanakan atau membayar wasiat, wasiat adalah pesan seseorang untuk memberikan sesuatu kepada seseorang setelah ia meninggal dunia (Muhibbin,Wahid, 2009:51-55).

  Menurut Sayyid Sabiq (1987:256) hak-hak seseorang yang berhubungan dengan peninggalan ada empat. Empat ini tidak sama kedudukannya, sehingga ada yang lebih kuat dari yang lain sehingga ia didahulukan atas yang lain untuk dikeluarkan dari peninggalan itu. Hak- hak tersebut adalah: 1.

  Hak Pertama Dimulai pengambilan dari peninggalan si mayit untuk biaya mengkafani dan melengkapi keperluan penyelenggaraan jenazah.

  2. Hak Kedua Melunasi hutang, baik hutang kepada Allah seperti zakat dan kifarat maupun hutang kepada manusia.

  3. Hak Ketiga Melaksanakan wasiat dari sepertiga sisa harta semuanya sesudah hutang dibayar.

  4. Hak Keempat Dari uraian di atas terlihat bahwa dalam waris terlibat dua pihak yaitu pewaris dan penerima waris. Oleh karena itu, dikatakan waris apabila memenuhi rukun dan syarat dalam waris Islam . Rukun-rukun waris meliputi pewari, ahli waris dan harta waris.

  Menurut H. Hasbiyallah (2001:21) rukun waris harus memenuhi tiga rukun waris yaitu:

  1. Al-Muarritsatau pewaris adalah seseorang yang pada saad meninggalnya atau dinyatakan meninggal berdasarkan putusan pengadilan beragama Islam, meninggalkan ahli waris dan harta peninggalanya.

  Pewaris benar-benar telah meninggal, atau dengan keputusan hakim dinyatakan telah meninggal; misalnya, orang yang tertawan dalam peperangan dan orang hilang (mafqud) yang telah lama meninggalkan tempat tanpa diketahui hal ihwalnya.

  2. Al-Warits atau ahli waris adalah orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam yang tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris.

Dokumen yang terkait

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 26

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 16

ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TEBASAN DI DESA SUROJOYO KECAMATAN CANDIMULYO KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 89

SISTEM PENGELOLAAN DANA TANGGUNG RENTENG KELOMPOK SEJAHTERA BUMI JAYA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM (STUDI KASUS DI KARANGSALAM KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Eko

0 0 102

POLA PEMBINAAN PRA PERNIKAHAN DALAM PENURUNAN ANGKA PERCERAIAN DI KUA KECAMATAN KANDANGAN KABUPATEN TEMANGGUNG) 2014-2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Islam

0 0 102

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 102

SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI DESA KALONGAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 88

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL SAWAH TAHUNAN (STUDI KASUS DI DESA PURWOREJO KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 90

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN GRIYA BANK SYARIAH MANDIRI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 119

ANALISIS PENETAPAN WALI ADHOL DI PENGADILAN AGAMA SEMARANG TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 91