STUDI ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB RISALATUL MU’AWANAH KARYA AL-HABIB ABDULLAH BIN ALWI BIN MUHAMMAD AL-HADDAD (1634 - 1720 H 1044 - 1132 H) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

  

STUDI ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN

AKHLAK DALAM KITAB RISALATUL MU’AWANAH

  

KARYA AL-HABIB ABDULLAH BIN ALWI BIN

MUHAMMAD AL-HADDAD

(1634 - 1720 H / 1044 - 1132 H)

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

ARIF HIDAYATULOH

  

NIM: 111 08 128

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

TAHUN 1436 H/ 2015 M

  

MOTTO

َّوقت اذإ ُينقي ى َّشلا خ ِص ِدوّطلاك َّشلا ِخما ُلزلزت لا ، ُكولّشلا ٌ ،

  لاو ُعزعزت ُمايولأا ٌ ُيرصيو ، ٌِيمع ّةَداًََش ُبِيَغِلَا ُعيطتسي لا و ، ىاطيشلا ّدلا َون ٌِيلإ ، ِنب ُّرفي ٌُهم ُقرفيو ِّمظ وم ُعهقيو ٌ ِةملاّسلاب .

  

Apabila keyakinan seseorang telah menjadi kuat bagaikan gunung yang

menjulang tinggi, maka segala keragu-raguan tidak akan mampu

menggoyahkannya, tidak diombang-ambingkan oleh segala prasangka,

dan hal-hal yang ghoib terlihat nyata baginya, serta syaitan pun tidak

mampu mendekatinya, bahkan mereka lari terbirit-birit dan menjauh

dari bayangannya, serta menerimanya dengan pasrah.

  )

دادلحا ىولع نب للهادبع للهاب فراعلا

(

  

PERSEMBAHAN

Skripsi yang sederhana ini penulis persembahkan kepada:

  • memberikan kasih sayang, semangat serta do’anya sehingga skripsi ini bisa penulis selesaikan.

  Bapak-ibuku tercinta yang senantiasa tak pernah berhenti

  • Semua umat manusia, yang selalu senang belajar dan berlatih

  untuk memahami makna hidup serta mencari ridlo dari Sang Penciptanya.

  • para penghuni surga.

  Semua instansi yang membutuhkan pengajaran tentang akhlak

  • memperdalam ilmu agama.

  Semua santri Al-Manar, yang sedang mempelajari dan

KATA PENGANTAR

  مميّرلا ن حمّرلا للها مسب

َرّصبو ،َينِقتملِل ِةداعّسلا َجهنم َلّهسو ،َينِبلاطلل َقيراطلا َحضوأ يِذّلا ِلله ُدملحا

َراونأو ِنايملإا َرارسأ مهَحنمو ،ِن يِّدلا في ِماكيلأاو ِمكلحا ِرئاسب َينِقدصلدا َرئاصب

ّلإ هلإ

  لآ ْنأ ُدهشأو ،ِينقملاو ِناسيلإا ،ُينبلدا قلحا َُللدا ُهل ََيرش ل َديو ُللها

ِهِب ُللها ِدِرُي ْن َم ُلئاقلا ،ُينملا ُدعولا ُقداّصلا هُلوسرو ُدبع اًدممح انَدّمس ّنأ ُدهشأو

َلَإ ٍناسيإب ملذ ،َينِعباّتلاو هِباحصأو هِلآ ىَلعو ِهملع ُللها ىّلص ،ِن ْيِّدلا ِفي ُهْه

  ِّقَفُ ي اًرْ مَخ .ِن يّدلا ِموي

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Sang Raja alam semesta (Allah „Azza wa Jalla). atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, meskipun dalam wujud yang sederhana dan jauh dari sempurna. Sholawat dan salam Allah SWT, semoga senantiasa terlimpahkan kepada Sang Pemimpin hidup manusia dan yang menjadi cakrawala rindu para umatnya (nabi Muhammad SAW).

  Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat diselesaika tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1.

  Bapak, Ibuku dan seluruh keluargaku yang telah mendo‟akan dan membantuku dalam menyelesaikan studi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.

2. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

3. Bapak Dr. Muh Saerozi, M.Ag. Selaku pembimbing yang telah membimbing dalam penulisan skripsi ini.

  

ABSTRAK

  Arif Hidayatuloh. 2015. Studi Analisis Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab

  Risalatul Mu’awanah Karya Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad. Skripsi. Jurusan

  Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Muh Saerozi, M.Ag. Kata kunci: Nilai-nilai Pendidikan Akhlak.

  Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad adalah seorang tokoh tasawuf yang terkenal. Salah satu kitabnya adalah

  Risalatul Mu’awanah,

  penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pendidikan akhlak menurut Al-Habib Abdullah Bin Alwi Bin Muhammad Al-Haddad dalam kitab Risalatul

  

Mu’awanah. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1)

  Bagaimana latar belakang sosial dari kitab Risalatul Mu’awanah, (2) Bagaimana pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab

  Risalatul Mu’awanah, dan (3)

  Bagaimana relevansi model pendidikan akhlak kitab

  Risalatul Mu’awanah dalam konteks kehidupan pelajar sekarang.

  Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library

  research ). Sumber data primer adalah kitab Risalatul Mu’awanah, sumber

  sekundernya adalah terjemahannya dan sumber tersiernya adalah kitab-kitab dan buku-buku lain yang bersangkutan dan relevan dengan penelitian.

  Adapun teknis analisis data menggunakan metode deskriptif analitis,

  

content analysis dan reflektif thinking. Temuan penelitian ini, menunjukkan

  bahwa nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada dalam kitab

  Risalatul Mu’awanah

  karya Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad sangat relevan dengan pendidikan sekarang, dan sangat dibutuhkan untuk merubah para pelajar yang saat ini masih berakhlak madhmumah (jelek), menjadi pribadi yang berakhlakul karimah (baik). Model pendidikan akhlak dalam kitab Risalatul

  

Mu’awanah bisa dibilang sangat praktis dan tetap berpegang teguh dengan Al-

  Qur‟an dan Hadis. Di setiap babnya terdapat uraian-uraian tentang kewajiban, kesunahan dan anjuran yang harus dilakukan oleh seseorang yang cinta bersikap menuju jalan akhirat, yang dari setiap uraiannya disertakan dasar-dasar (dalil- dalilnya). Dengan demikian, bagi siapa saja yang mempelajarinya pasti akan menjadi lebih yakin, mantap dan termotivasi untuk melaksanakannya.

  DAFTAR ISI 1. JUDUL .................................................................................................. i 2. LOGO IAIN ......................................................................................... ii 3. NOTA PEMBIMBING ....................................................................... iii 4. PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................... iv 5. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN........................................... v 6. MOTTO................................................................................................ vi 7. PERSEMBAHAN................................................................................ vii 8. KATA PENGANTAR......................................................................... viii 9. ABSTRAK ........................................................................................... x 10. DAFTAR ISI ....................................................................................... xi

  BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................ 5 C. Tujuan Penelilitian ........................................................... 5 D. Kegunaan Penelitian ........................................................ 5 E. Penegasan Istilah .............................................................. 6 F. Metode Penelitian ............................................................ 7 G. Sistematika Penulisan ....................................................... 9 BAB II. BIOGRAFI AL-HABIB ABDULLAH BIN ALWI BIN MUHAMMAD AL-HADDAD

  A.

  Riwayat Hidup Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad ................................................. 11 B. Pemerintahan Masa Kehidupan Al-Habib Abdullah bin

  Alwi bin Muhammad Al-Haddad ................................. 18 C. Madzhab Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-

  Haddad ………….............…………………..…...……. 19 D.

  Guru-guru Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al- Haddad …….....……...................................................... 20 E. Karya-karya Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad

  Al-Haddad ...................................................................... 24 F. Bidang Ilmu kitab Risalatul Mu’awanah .......…........... 30

  BAB III. DESKRIPSI PEMIKIRAN AL-HABIB ABDULLAH BIN ALWI BIN MUHAMMAD AL-HADDAD A. Pemikiran Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al- Haddad Tentang Nilai Pendidikan Akhlak dalam kitab Risalatul Mu’awanah ..................................................... 34 1. Akhlak kepada Allah SWT...................................... 35 2. Akhlak terhadap diri sendiri ................................... 37 3. Akhlak terhadap lingkungan ................................... 41 B. Pengertian Nilai-Nilai Pendidikan ................................. 45 C. Pengertian Pendidikan Akhlak ...................................... 49

  

BAB IV. ANALISIS RELEVANSI NILAI-NILAI PENDIDIKAN

AKHLAK KITAB RISALATUL MU’AWANAH DALAM PENDIDIKAN AKHLAK SEKARANG A. Latar Belakang Penulisan Kitab Risalatul Mu’awanah .. 54 B. Metode yang Digunakan dalam Pendidikan Akhlak ..... 57 C. Relevansi Pendidikan Akhlak Kitab Risalatul Mu’awanah

  dalam Konteks Kehidupan Pelajar Sekarang .................. 61 1.

  Akhlak kepada Allah SWT...................................... 61 2. Akhlak terhadap diri sendiri ................................... 66 3. Akhlak terhadap lingkungan ................................... 79

  BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................... 89 B. Saran .............................................................................. 91 C. Implikasi Penelitian ....................................................... 92 D. Kata Penutup .................................................................. 93 11. DAFTAR ISI 12. LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini lingkungan pergaulan sudah sangat mengkhawatirkan,

  karena sudah sangat banyak hal-hal yang buruk yang dilakukan oleh remaja. Lingkungan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam kehidupan, dan dapat membentuk suatu kebiasaan terhadap seseorang. (Al- Jaza

  ‟iri, tt: 223). Terlebih pada pertumbuhan anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah. Baik buruknya lingkungan sedikit banyak akan diikuti oleh mereka. Padahal semua orang telah menyaksikan bagaimana perilaku orang-orang yang berada di sekelilingnya sangat memprihatinkan.

  Kemerosotan akhlak pada anak-anak saat ini dapat dilihat dengan banyaknya tawuran, mabuk, membolos, berani dan durhaka kepada orang tua, bahkan sampai membunuh. (Jawa Pos, 2014: 1). Hal ini menjadi keprihatinan bersama. Apabila tidak ada cara untuk membentengi anak- anak (pelajar) dari terjangan lingkungan yang buruk, maka bisa dipastikan mereka akan terpengaruh oleh lingkungan yang buruk, dan bukan tidak mungkin mereka juga akan menjadi terbiasa untuk melakukan perbuatan yang buruk.

  Sesungguhnya manusia mereka yang masih janin, bayi, kanak- kanak, remaja dan lain-lain. Itu nantinya sudah tentu mereka akan menjadi dewasa, menjadi manusia besar yang akan merupakan generasi baru untuk menggantikan para orangtua sekarang yang sudah tua-tua. Orangtua pun secara pasti akan meninggalkan hidup mereka di alam fana ini, melanjudkan perjuangan dan pengkhidmatan pendahulunya terhadap bangsa, negara, juga agama. (Al-Ghalayaini, 2000: 313).

  Oleh karena itu, orangtua harus lebih memperhatikan anak-anaknya dalam soal pendidikan, terutama pendidikan tentang akhlak. Supaya mereka tidak mudah terpengaruh dengan keadaan lingkungan yang buruk seperti saat ini. Pada masa yang akan datang kelak, mereka akan menjadi pilar-pilar penerus perjuangan yang memiliki tingkah laku (akhlak) yang baik, menjadi penerus bangsa negara, dan juga agama.

  Pendidikan akhlak merupakan bagian besar dari isi pendidikan Islam, posisi ini terlihat dari kedudukan al- qur‟an sebagai referensi paling penting tentang akhlak bagi kaum muslimin: individu, keluarga, masyarakat, dan umat. Akhlak merupakan buah Islam yang bermanfaat bagi manusia dan kemanusiaan serta membuat hidup dan kehidupan menjadi baik. Akhlak merupakan alat kontrol psihis dan sosial bagi individu dan masyarakat. Tanpa akhlak, masyarakat manusia tidak akan berbeda dari kumpulan binatang. (Munzier, 2008: 89).

  Dengan bekal pendidikan akhlak, seseorang dapat mengetahui batas mana yang baik dan mana yang buruk. Juga dapat menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya. Orang yang berakhlak dapat memperoleh irsyad, taufik, dan hidayah sehingga dapat bahagia di dunia dan di akhirat. Kebahagian hidup oleh setiap orang selalu didambakan kehadirannya di dalam lubuk hati. Hidup bahagia merupakan hidup sejahtera dan mendapat ridha dari Allah SWT dan selalu disenangi oleh sesama makhluk. (FIP-UPI, 2007: 18).

  Salah seorang ulama‟ yang mengkaji dan memberikan pendidikan akhlak secara mendalam adalah Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad. Dia adalah seorang guru besar dalam bidang pendidikan akhlak, baik akhlak dhahir (lahir) maupun bathin (batin).

  Sejarah menyebutkan bahwa Al-Habib Abdullah Al-Haddad tidak tidur di waktu malam untuk beribadah kecuali sedikit saja. Yang demikian itu adalah untuk meneladani amalan Rasulullah SAW yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk tidak tidur di waktu malam kecuali sedikit saja.

  Firman Allah SWT :        

  Artinya: “Hai orang yang berselimut (Muhammad)!, bangunlah (untuk sholat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya)”. (Q.S. Al-Muzammil: 1-2). (http//www.al-quran-digital.com).

  Allah SWT juga telah memuji mereka yang menghidupkan malam dengan ibadah kepadaNya. Firman Allah SWT :       

  Artinya: “Adalah mereka itu sedikit tidur pada malam hari. Dan ketika waktu sahur mereka meminta ampun”. (Q.S. Adz-Dzariyat: 17). (http//www.al-quran-digital.com).

  Al-Habib Abdullah Al-Haddad berkata: "Kami telah melaksanakan segala sunnah Nabi SAW, dan tiada satu sunnah yang kami tinggalkan”.

  Sebagai membenarkan akan ucapannya itu, Al-Habib Abdullah Al-Haddad pada akhir umurnya memanjangkan rambutnya hingga bahunya, karena rambut Rasulullah SAW adalah demikian.

  

  Selain dikenal sebagai seorang yang ahli dalam mendidik akhlak, Al-Habib Abdullah Al-Haddad juga dikenal sebagai seorang yang produktif dalam karya tulis. (Musthofa, 1994: 163). Karya-karyanya banyak sekali, salah satu karyanya yang ada di Indonesia, yang banyak dikaji oleh majlis-majlis pengkajian ilmu adalah kitab Risalatul

  

Mu’awanah. Kitab ini tergolong praktis, di dalamnya terdapat berbagai

  ulasan-ulasan yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan akhlak beserta dalil-dalilnya (dasar-dasarnya), yang bisa dijadikan acuan untuk mempengaruhi dan memformulasikan nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kehidupan sehari-hari para siswa (pelajar).

  Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk menggali nilai- nilai pendidikan Akhlak yang terdapat dalam kitab

  Risalatul Mu’awanah,

  yang memuat ulasan-ulasan pemikiran dari Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad tentang tata cara dan langkah-langkah seseorang menempuh jalan kehidupan menuju kebahagiaan dunia akhirat. Untuk itu, maka dalam penelitian ini penulis memberi judul: STUDI ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB

  

RISALATUL MU’AWANAH KARYA AL-HABIB ABDULLAH BIN

  ALWI BIN MUHAMMAD AL-HADDAD. Penulis akan berusaha mengulas nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada dalam kitab Risalatul

  Mu’awanah. Diharapkan nantinya dapat dijadikan referensi dalam pembimbingan akhlak para pelajar dan juga masyarakat umum.

B. Rumusan Masalah

  Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.

  Bagaimana latar belakang sosial dari kitab Risalatul Mu’awanah? 2. Bagaimanakah model Pendidikan Akhlak yang terdapat dalam kitab

  Risalatul Mu’awanah? 3.

  Bagaimanakah relevansi model Pendidikan Akhlak kitab Risalatul

  Mu’awanah dalam konteks kehidupan pelajar sekarang? C.

   Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1.

  Mengetahui latar belakang sosial dari kitab Risalatul Mu’awanah.

  2. Mengetahui bagaimanakah model Pendidikan Akhlak yang terdapat dalam kitab

  Risalatul Mu’awanah.

3. Mengetahui relevansi model Pendidikan Akhlak kitab Risalatul Mu’awanah dalam konteks kehidupan pelajar sekarang.

D. Kegunaan Penelitian

  Kegunaan dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua bagian, yaitu:

1. Kegunaan Teoritis

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoritis bagi dunia pendidikan akhlak.

2. Kegunaan Praktis

  Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas lembaga pendidikan terutama pendidikan Islam. Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk diterapkan dalam dunia pendidikan pada lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Indonesia.

E. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari penafsiran dan kesalah pahaman, maka penulis kemukakan pengertian dan penegasan judul skripsi ini sebagai berikut:

1. Nilai Pendidikan Akhlak

  Nilai adalah sesuatu yang dianggap baik, disukai, dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga prefrensinya tercermin dalam perilaku, sikap dan perbuatan- perbuatannya. (Ensiklopedia Pendidikan, 2009: 106).

  Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan, bagi peranannya di masa yang akan datang. (Hamalik, 2010: 14).

  Akhlak adalah suatu bentuk yang kuat di dalam jiwa sebagai sumber perbuatan otomatis dengan suka rela, baik atau buruk, indah atau jelek, sesuai pembawaanya, ia menerima pengaruh pendidikan kepadanya, baik maupun jelek kepadanya. (Al-

  Jaza‟iri, tt: 223). Dengan demikian Nilai Pendidikan Akhlak adalah adalah sesuatu yang dianggap baik untuk diusahakan dalam membimbing dan mengarahkan seseorang supaya mencapai suatu tingkah laku (akhlak) yang terpuji, serta menjadikannya sebagai suatu kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Risalatul Mu’awanah

  Ini adalah kitab yang ditulis oleh Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad pada abad ke-12 Hijriyah. Ketika ia masih berumur 26 tahun. Arti kitab ini mempunyai pengertian ringkasan pertolongan bagi orang-orang mukmin yang cinta bersikap menuju jalan akhirat. Sebagaimana judulnya, kitab ini membahas penjelasan berbagai

  mau’idloh (nasehat) tentang tata cara dan langkah-langkah

  yang harus ditempuh oleh setiap orang mukmin yang mengharapkan kebahagian di dunia dan akhirat. Kitab ini terdiri 38 bab pembahasan, dimulai dari pengenalan terhadap pengarang (

  ta’rif al-muallif),

  kemudian khutbah kitab dilanjutkan dengan bab satu, dua, tiga sampai

  38. Pada bagian akhir ditulis beberapa wasiat al-rohaniah (wasiat yang bersifat kerohaniahan) dari Allah SWT. Yang diturunkan melalui beberapa hadis qudsi dengan periwayatan yang shahih, yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW, dan fahrasat (daftar isi).

F. Metode Penelitian 1.

  Pendekatan Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif

  Literer . Yaitu pendekatan yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan

  angka secara langsung. Dalam hal ini hendak diuraikan nilai-nilai pendidikan akhlak dalam Kitab

  Risalatul Mu’awanah dan relevansinya dengan kehidupan kontemporer.

  2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode library research

  (penelitian kepustakaan). Maka peneliti menggunakan teknik yang diperoleh dari perpustakaan dan dikumpulkan dari kitab-kitab dan buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian. Yang terdiri dari tiga sumber: a.

  Sumber Primer, adalah sumber yang langsung berkaitan dengan permasalahan yang didapat yaitu: kitab

  Risalatul Mu’awanah.

  b.

  Sumber Skunder, adalah data yang diperoleh dari sumber pendukung untuk memperjelas data primer. Yaitu terjemahan kitab Risalatul Mu’awanah.

  c.

  Sumber Tersier, dalam penelitian ini, data tersiernya penulis ambil dari kitab-kitab, buku-buku, dan media elektronik seperti internet, yang mendunkung objek penelitian.

  3. Teknik Analisis Data Dalam menganalisis data yang ada, penulis menggunakan dua metode yaitu: a.

  Metode Content Analysis Metode Content Analysis (analisis isi) menurut Weber sebagaimana dikutip oleh Soejono dalam bukunya yang berjudul:

  Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan, adalah: “metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen”. (Soejono, 2005: 13). Dengan teknik analisis ini penulis akan menganalisis terhadap makna atau pun isi yang terkandung dalam ulasan-ulsan kitab

  Risalatul Mu’awanah dan kaiatanya dengan nilai-nilai pendidikan akhlak.

  b.

  Metode Reflektif Thinking Metode Reflektif thinking yaitu berfikir yang prosesnya mondar-mandir antara yang emperi dengan yang abstrak. Emperi yang khusus dapat saja menstimulasi berkembangnya yang abstrak yang luas, dan menjadikan mampu melihat relevansi emperi pertama dengan emperi-emperi yang lain yang termuat dalam abstrak baru yang dibangunnya. (Muhadjir, 1991: 66-67).

  Metode ini digunakan untuk melihat relevansi antara kitab

  Risalatul Mu’awanah dan nilai-nilai pendidikan akhlak kontemporer.

G. Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan yang penulis maksud di sini adalah sistematika penyusunan skripsi dari bab ke bab. Sehingga skripsi ini menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Hal ini bertujuan agar tidak ada pemahaman yang menyimpang dari maksud penulisan skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut: Bab Pertama. Pendahuluan, menguraikan tentang : Latar Belakang

  Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Metode Penelitian, Penegasan Istilah, dan sistematika Penulisan sebagai gambaran awal dalam memahami skripsi ini.

  Bab Kedua. Biografi dan pemikiran Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad, menguraikan tentang: Biografi Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad, yang meliputi riwayat kelahiran, kehidupan intelektual, dan perjalanan karirnya. Selain itu dalam

  bab ini juga membahas perkembangan intelektual dan karya-karyanya. Bab Ketiga. Deskripsi pemikiran Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad. Bab Keempat. Pembahasan, menguraikan signifikansi pemikiran, relevansi pemikiran, dan implikasi. Bab Lima. Penutup, menguraikan kesimpulan, saran, implikasi penelitian, dan kata penutup.

BAB II BIOGRAFI AL-HABIB ABDULLAH BIN ALWI BIN MUHAMMAD AL- HADDAD A. Riwayat Hidup Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al- Haddad 1. Kelahiran, Keturunan dan Tempat Tinggal Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad

  dilahirkan pada malam senin tanggal 5 Shafar tahun 1044 H/ 30 Juli tahun 1634 M. di Subair (sebuah perkampungan di pinggiran kota Tarim, Hadlramaut, Yaman). Al-Habib Abdullah Al-Haddad adalah Keturunan dari Sayyid Alwi bin Muhammad Al-Haddad, yang dikenal sebagai seorang yang shaleh, serta diyakini sudah mencapai derajad

  Al-Arifin

  (ma‟rifat) dan Syarifah Salma binti Idrus bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsyi, yang juga dikenal sebagai wanita yang shalehah. (Al-Badawi, 1994: 39-40).

  Nasab Al-Habib Abdullah Al-Haddad bersambung kepada kekasih Allah SWT, Nabi Muhammad SAW melalui jalur Sayyiduna Al-Husein RA, putra dari Amirul Mukminin Sayyiduna Ali bin Abi Thalib RA, dan Sayyidatuna Fathimah Az-Zahro RA, putri dari Rasulullah SAW.

  Urutan nasab Al-Habib Abdullah Al-Haddad sampai Nabi Muhammad SAW dapat dilihat pada bagan sebagai berikut: Sayyiduna Muhammad SAW

  Sayyidatuna Khatijah Al- Kubro RA

  Sayyidatuna Fathimah Az-Zahro RA Sayyiduna Ali bin Abi Tholib RA

  Al-Imam Al-Husein Ali Zainal „Abidin

  Ja‟far As-Shodiq Muhammad Al-Baqir

  Ali Al-Uraydhi Muhammad An-Naqib Ahmad Al-Muhajir Isa Ar-Rumiy

  Ubaidillah Alwi Ba‟lawi Shohib Saml

  Alwi Muhammad Ali Kholi‟ Qosam

  Muhammad Sohib Mirbath Abdurrahman Alwi Al-Faqih Al-Muqaddam

  Ahmad Al-Faqih Abdullah Ahmad Muhammad

  Abu Bakar Ahmad Al-Haddad Muhammad Alwi

  Abdullah Ahmad Sayyid Alwi Muhammad Al-Haddad

  Syarifah Salma binti Idrus Al-Imam Al-

  „Alamaah, Al-Habib Abdullah Al-Haddad, Al- Hadlromiy, Asy- Syafi‟i, Al-Asy‟ari. Demikianlah runtunan nasab Al-Habib Abdullah Al-Haddad yang sampai pada baginda Nabi Muhammad SAW melalui jalur Sayyiduna Al-Husain RA. .

  Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad tinggal disebuah tempat bernama Al-Hawi. Al-Hawi adalah sebuah kawasan yang berdekatan dengan Tarim, ia menetap disana (Al-Hawi) pada tahun 1099 H. Sayyid Muhammad bin Ahmad Al-Syathiri (Sejarawan dari Hadl ramaut) berkata: ”Sesungguhnya Al-Habib Abdullah Al-Haddad mendirikan Al-Hawi semata-mata untuk mempunyai tapak yang berdiri sendiri untuknya dan ahli keluarganya serta para pengikutnya, dan tidak tertakluk kepada pentadbiran (pemikiran) Qadli Tarim pada masa itu. Ia merupakan tempat yang strategi untuk mendapatkan segala yang baik daripada Tarim, dan kawasan yang terlindung dari segala fitnah dan kejahatan dari tempat itu”. Dengan demikian Al-Hawi menjadi kawasan yang selamat lagi dihormati.

  Al-Habib Abdullah Al-Haddad membangun rumahnya di Al- Hawi pada tahun 1074 H, lalu berpindah dari Subair kesana pada tahun 1099 H. Ia membangun masjidnya berhampiran dengan rumahnya, dan mengajar di sana selepas salat asar setiap hari, dan pagi hari kamis dan senin, serta hadlrah (rebana) pada setiap malam Jum‟at selepas salat isya‟. Maka dengan berbagai aktivititas, Al-Hawi menjadi tumpuan kepada para ulama‟, dan orang-orang shaleh, serta tempat perlindungan bagi kaum fakir miskin, dan merupakan zona selamat, aman, dan tenteram.

2. Ketekunan Ibadahnya

  Pada tahun 1079 H, Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad telah berangkat untuk menunaikan ibadah haji. Setelah sampai di Makkah, ramai penduduk Makkah yang menyambut kedatangannya, dan di sana ia tinggal di rumah Sheikh Husain Ba Fadal. Al-Habib Abdullah Al-Haddad menceritakan keberadaannya dirumah Sheikh Husain Ba Fadlal, Al-Habib Abdullah berkata:

  “Sesungguhnya Sheikh Husain berkata: Aku mempunyai dua lautan di mana aku mengambil dari keduanya, yang pertama: adalah lautan dzahir, yaitu Sheikh Ahmad Al-Qusyasyi, yang kedua: lautan batin, yaitu Sayyid Muhammad bin Alwi As-Seggaf, dan Allah SWT telah mengumpulkan kedua lautan itu padamu untukku”. (http://darulmurtadza.com/imam-abdullah-bin-alwi-al-haddad/).

  Pada ta hun itu, wuquf di Arafah jatuh pada hari jum‟at, ramai penduduk Makkah pada ketika itu yang datang kepadanya. Ketika Al- Habib Abdullah Al-

  Haddad sedang duduk di sebelah Hijir Isma‟il, ia didatangi oleh Syarif Barakaat bin Muhammad, lalu meminta do‟a kepadanya agar permintaanya di kabulkan oleh Allah SWT (tanpa memberitahu apakah hajatnya itu), maka Al-Habib Abdullah Al- Haddad mendo‟akan untuknya. Ketika Syarif Barakaat pergi, Al- Habib Abdullah Al-Haddad bertanya: Siapakah dia itu? ia diberitahu kalau dia adalah salah seorang yang besar di Makkah. Lalu Al-Habib Abdullah berkata: “Dia meminta untuk menjadi raja di Makkah, dan Allah SWT telah mengabulkan permintaanya”. Syarif Barakaat di lantik menjadi pemimpin di Hijaz pada tahun 1082 H.

  (http://darulmurtadza.com/imam-abdullah-bin-alwi-al-haddad/).

  Pada hari Jum‟at 1 Muharram 1080 H, bertepatan dengan masuknya waktu salat fajar, Al-Habib Abdullah Al-Haddad telah di pelawa untuk menjadi imam pada salat subuh di Masjidil Haram di Makkah. Ia membaca surah As-Sajdah dan surah Al-Insan.

  Al-Habib Abdullah Al-Haddad melangsungkan perjalanannya menuju kota Madinah Al-Munawwarah. Telah diceritakan bahwa, ia tidak tidur dalam perjalanannya menuju kota Madinah kecuali sedikit sekali, di sebabkan kerinduan yang mendalam di dalam hatinya. Dia mengungkapkan akan kerinduannya itu dalam syairnya:

  ِّبُْلحا صِلاَخ ْن ِم َحاَوْرلأا َطلاَخ الد * ىَرَكلا انل ّذلي َل ْنأ َانَل ّذلَي

  Artinya:”Sungguh kami merasakan kenikmatan dimana kami tidak meraza nikmat dengan tidur, Ketika kemurnian cinta telah menyatu dengan ruh”.

  Ketika Al-Habib Abdullah Al-Haddad menghampiri kota Madinah, ia dapat mencium bau wangi serta merasakan adanya cahaya yang bersinar. Ia mengungkapkan dalam syairnya:

  ِبنعلا فرعب يرزي ىذش انمشم * ا هعو برو ًةب مط ان غلب املف ِرباقلدا ّلك يرخ ن م انسلا حلو * ب ناج ّلك ن م ُراونلأا ْتقرشأو

  رفاس ِةداعّسلاب انملع ٍحابص * ن م باط ةنيدلدا انمفاو انلصو رجفلا عم

  Artinya:”Ketika kami sampai di Thaibah (Madinah), kami mencium bau sangat wangi, mengalahkan wangian-wangian anbar. Cahaya menyinari segala penjuru, cahaya itu bersinar melalui kubur sebaik- baik manusia. Bersamaan dengan waktu fajar, kami sampai ke Madinah, sungguh indah pagi itu bagi kami dengan kebahagiaan”.

  Sejarah menyebutkan bahwa Al-Habib Abdullah Al-Haddad tidak tidur di waktu malam untuk beribadah kecuali sedikit saja. Yang demikian itu adalah untuk meneladani amalan Rasulullah SAW yang di perintahkan oleh Allah SWT untuk tidak tidur di waktu malam kecuali sedikit saja. Firman Allah SWT:

          Artinya: “Hai orang yang berselimut (Muhammad)!, bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya)”. (Q.S. Al- Muzammil: 1-2). (http//www.al-quran-digital.com).

  Allah SWT juga telah memuji mereka yang menghidupkan malam dengan ibadah kepadaNya. Firman Allah SWT:       

  Artinya: “Adalah mereka itu sedikit tidur pada malam hari. Dan ketika waktu sahur mereka meminta ampun (kepada Allah).” (Q.S. Adz- Dzariyat: 17). (http//www.al-quran-digital.com).

  Al-Habib Abdullah Al-Haddad berkata: "Kami telah melaksanakan segala sunah Nabi SAW, dan tiada satu sunah yang kami tinggalkan”. Sebagai membenarkan akan ucapannya itu, beliau pada akhir umurnya memanjangkan rambutnya sehingga bahunya, Karena rambut Rasulullah SAW adalah demikian.

  

3. Peristiwa Wafatnya

  Al-Habib Abdullah Al-Haddad menghabiskan umurnya untuk menuntut ilmu dan mengajar, berdakwah dan mencontohkannya dalam kehidupan. Hari kamis 27 Ramadhan 1132 H, dia sakit tidak ikut salat asar berjama‟ah di masjid dan pengajian rutin sore. Ia memerintahkan orang-orang untuk tetap melangsungkan pengajian seperti biasa dan ikut mendengarkan dari dalam rumah. Malam harinya, ia salat isa‟ berjama‟ah dan tarawih. Keesokan harinya ia tidak bisa menghadiri salat jum'at. Sejak hari itu, penyakitnya semakin parah. Ia sakit selama 40 hari sampai akhirnya pada malam selasa, 7 Dzul- qo‟dah 1132 H / 10 September 1712 M, ia kembali menghadap Yang Kuasa di Al-Hawi, disaksikan anaknya, Hasan. Ia wafat dalam usia 89 tahun. Ia meninggalkan banyak murid, karya dan nama harum di dunia. Di kota tarim, di pemakaman Zanbal ia dimakamkan. (Al- Badawi, 1994: 171-172).

  Putranya yang bernama Hasan yang merawatnya ketika sakit. Habib Hasan menceritakan bahwa: Sesungguhnya Al-Habib Abdullah Al-Haddad dalam sakitnya banyak mengulangi hadis yang terakhir dalam Shahih Al-Bukhari, yaitu:

  اَُهُ ،ِن َْحمَّرلا َلَِإ ِناَتَبمِبَي ،ِناَزمِمْلا ِفي ِناَتَلمِقَث ،ِناَسِّللا ىَلَع ِناَتَفمِفَخ ِناَتَمِلَك .ِممِظَعْلا ِهَّللا َناَحْبُس ،ِ ِدْمَِبَِو ِهَّللا َناَحْبُس

  Artinya: Dua kalimat ringan dilisan, berat di timbangan, di senangi oleh Yang maha Pengasih yaitu:

  ِممِظَعْلا ِهَّللا َناَحْبُس ,ِ ِدْمَِبَِو ِهَّللا َناَحْبُس.

  Al-Habib Abdullah Al-Haddad meninggal dunia pada 1/3 malam yang pertama, tak seorang pun yang mengetahui berita kewafatannya kecuali di waktu pagi. Keadaan menjadi sangat memilukan ramai pengikutnya. Berduyun-duyun manusia datang untuk menghadiri pemakamannya.

  Al-Habib Hasan (putranya) dan Al-Habib Umar bin Hamid adalah orang yang menangani pemandiannya. Shalat jenazah diimamkan oleh Al-Habib Alwi (putranya), dan di hadiri oleh lebih kurang dua puluh ribu (20.000) orang. Al-Habib Abdullah Al-Haddad di makamkan bersamaan dengan terbenamnya matahari, oleh karena terlalu ramai manusia yang mengahdiri jenazahnya. (Al-Badawi, 1994: 173).

  B.

  

Pemerintahan Masa Kehidupan Al-Habib Abdullah bin Alwi bin

Muhammad Al-Haddad (1044-1132 H/ 1634-1720 M)

  Al-Habib Abdullah Al-Haddad lahir pada masa Dinasti Turki Usmani, yang dipimpin oleh Sultan Murad IV (1623-1640 M). Yaman yang pada waktu itu di bawah kekuasaan Turki Usmani. Al-Habib Abdullah Al-Haddad melewati tujuh periode kepemimpinan kerajaan, mereka adalah:

  1. Sultan Murad IV (1623-1640 M).

  2. Sultan Ibrahim (1640-1648 M).

  3. Sultan Muhammad IV (1648-1678 M).

  4. Sultan Sulaiman II (1678-1691 M).

  5. Sultan Ahmad II (1691-1695 M).

  6. Sultan Musthofa II (1695-1703 M).

  7. Sultan Ahmad III (1703-1730 M).

  Pergantian pemimpin yang cepat dalam beberapa periode ini, menunjukkan bahwa pada masa itu Islam sedang dalam periode kemunduran, keperkasaan pasukan Islam waktu itu sedang mengalami masa stagnan. Pada masanya, Inggris sudah terbiasa berdagang di Yaman, sedang Portugis telah menguasai pulau Socotra, 350 km lepas pantai. Ekspansi Islam pun sudah berhenti. Selain itu, kawasan Hadramaut mengalami periode kehancuran. Ketika Al-Habib Abdullah Al-Haddad berusia 25 tahun, Hadramaut ditaklukkan oleh kelompok Qasimi Zaydiyah dari Yaman Utara. Kaum Hadrami mendapatkan kembali kemerdekaannya pada tahun 1715 Hijriyyah, saat Al-Habib Abdullah berusia 81 tahun.

  C.

  

Madzhab Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad

  Al-Habib Abdullah Al-Haddad dalam sejarah Islam, ia dikenal sebagai salah satu mursyid tarekat (toriqoh ba‟lawi), ia adalah penganut aqidah Sunni Asy‟ariyah, dan pengikut madzhab Syafi‟i. Al-Habib Abdullah sangat memahami kitab- kitab madzhab Imam Syafi‟i. Sampai- sampai yang dahulu adalah gurunya, kemudian menjadi muridnya. Salah satunya yaitu Sheikh Bajubair, dimana Al-Habib Abdullah Al-Haddad dulunya telah berguru kepada Sheikh Bajubair dalam ilmu Fiqh, dan ia telah belajar kitab Al Minhaj (kitab Fiqh madzhab Imam Syafi‟i) dari Sheikh Bajubair.

  Sheikh Bajubair merantau ke negeri India, setelah beberapa lama berada di sana, lalu kemudian ia kembali ke Hadlramaut. Setelah di Hadlramaut ia belajar kitab

  Ihya ‘Ulumuddin Karya Imam Al-Ghozali

  kepada Al-Habib Abdullah Al-Haddad. Hal ini menunjukkan akan keluasan ilmu Al-Habib Abdullah yang di berikan oleh Allah SWT kepadanya.

  D.

  

Guru-guru Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad

  Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad tumbuh besar dalam lingkungan keluarga yang baik, ia mendapat didikan awal dari ayahandanya Al-Habib Alwi bin Muhammad al-Haddad dan ibundanya Syarifah Salma binti Idrus bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsyi. Di masa kecilnya, ia menyibukkan diri untuk menghafal Al-

  Qur‟an, dan bermujahadah untuk mencari ilmu, sehingga berjaya mendahului rekan- rekannya.

  Al-Habib Abdullah Al-Haddad sangat gemar menuntut ilmu. Kegemarannya ini membuatnya seringkali melakukan perjalanan berkeliling ke berbagai kota di Hadlromaut, menjumpai kaum sholihin (orang-orang yang saleh) untuk menuntut ilmu dan mengambil berkah dari mereka. Telah dicatatkan bahwa, jumlah bilangan guru-guru Al-Habib Abdullah melebihi 140 guru, ia telah mengambil ilmu dan berkah dari para guru-gurunya itu. Di antara guru-guru dari Al Habib Abdullah Al-Haddad adalah sebagai berikut:

  1. Al-Quthb Anfas Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-„Athos bin „Aqil bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman Asseqaf (wafat: 1072 H),

  2. Al-„Allamah Al-Habib Abdurrahman bin Syekh Maula „Aidid Ba'Alawy (wafat: 1068 H),

  3. Al-„Allamah Al-Habib Sahl bin Ahmad BaHasan Al-Hudaily Ba'Alawy,

  4. Al-„Allamah Al-Habib „Aqil bin Abdurrahman bin Muhammad bin Ali bin „Aqil bin Syaikh Ahmad bin Abu Bakar bin Syaikh bin Abdurrahman Asseqaf,

  5. Al-Mukarromah Al-Habib Muhammad bin Alwi bin Abu Bakar bin Ahmad bin Abu Bakar bin Abdurrahman Asseqaf yang tinggal di Mekkah (1002 –1071 H).

  6. Syaikh Al-Habib Abu Bakar bin Imam Abdurrahman bin Ali bin Abu Bakar bin Syaikh Abdurrahman Asseqaf,

  7. Sayyid Syaikhon bin Imam Husein bin Syaikh Abu Bakar bin Salim,

  8. Al-Habib Syihabuddin Ahmad bin Syaikh Nashir bin Ahmad bin Syaikh Abu Bakar bin Salim,

  9. Sayyidi Syaikh Al-Habib Jamaluddin Muhammad bin Abdurrahman bin Muhammad bin Syaikh Al- ‟Arif Billah Ahmad bin Quthbil

  Aqthob Husein bin Syaikh Al-Quthb Al-Robbani Abu Bakar bin Abdullah Al-Idrus (1035-1112 H),

  10. Syaikh Al-Faqih Al-Sufi Abdullah bin Ahmad Ba Alawy Al- Asqo,

  11. Sayyidi Syaikh Al-Imam Ahmad bin Muhammad Al-Qusyasyi (wafat 1071 H).

  12. Al-„Arif billah Syaikh Muhammad bin „Alawi as-Saqqaf al-Makki Dari guru-gurunya itulah Al-Habib Abdullah Al-Haddad menerima banyak ilmu hingga menekuni tasawwuf, dan dari guru-gurunya tersebut dengan kajiannya yang mendalam di berbagai ilmu keislaman menjadikannya benar-benar menjadi orang yang `alim, menguasai seluk- beluk syari`at dan hakikat, memiliki tingkat spiritualitas yang tinggi dalam bidang tasawwuf, sampai ia menyusun sebuah Ratib (wirid-wirid perisai diri, keluarga dan harta) yang kini dikenal di seluruh penjuru dunia. Hingga diakhiri memperoleh tingkat Al-Qutub Al-Ghauts (Wali tertinggi yang bisa menjadi wasilah pertolongan). (http://darulmurtadza.com/imam- abdullah-bin-alwi-al-haddad/).

  Sanad keilmuan Al-Habib Abdullah Al-Haddad dengan guru- gurunya di atas, bersambung sampai Rasulullah SAW, dan Rasul sendiri menerimanya dari Allah SWT. Di sini penulis akan menerakan salah satu mata rantai keilmuan Al-Habib Abdullah yang hingga sampai kepada Allah SWT. Penulis akan menerakan urutan keilmuannya, yang melalui Al-Quthb Anfas Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-

  „Athos. Mata rantai keilmuannya adalah sebagai berikut:

  

Allah ‘Azza wa Jalla

  Sayyiduna Muhammad SAW Sayyiduna Ali bin Abi Tholib RA

  Al-Imam Al-Husein Ali Zainal „Abidin

  Ja‟far As-Shodiq Muhammad Al-Baqir

  Ali Al-Uraydhi Muhammad An-Naqib Ahmad Al-Muhajir Isa Ar-Rumiy

  Ubaidillah Alwi Shohib Saml Alwi Muhammad

  Ali Kholi‟ Qosam Muhammad Sohib Mirbath

  Muhammad al Faqih al Muqaddam Ali Alwi al Ghoyur Ali

  Syeikh Abdurrahman As-Seggaf Muhammad Maulah Dawilah Abdullah Abdurrahman

  Salim Ubaidullah Aqil Abdurrahman

  Al-Quthb Anfas Al-Habib Umar Al- „Athos

  Al-Imam Al- „Alamaah, Al-Habib Abdullah Al-Haddad, Al-

  Hadlromiy Asy- Syafi‟i Al-Asy‟ari Al-Habib Abdullah Al- Haddad adalah seorang da‟i yang menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan sangat mengesankan dan sebagai seorang penulis yang produktif, yang karya-karyanya tetap dipelajari orang sampai saat ini. Banyak dari para penuntut ilmu yang datang untuk berguru kepadanya. Keaktifannya dalam berdakwah menjadikannya digelari Quthbid Dakwah wal Irsyad ( Wali Tertinggi yang memimpin dakwah).

  Berkat ketekunan dan akhlakul karimah yang Al-Habib Abdullah Al-Haddad miliki pada saat usia yang sangat dini, ia dinobatkan oleh Allah SWT dan guru- gurunya sebagai da‟i, yang menjadikan namanya harum di seluruh penjuru wilayah Hadlramaut dan mengundang datangnya para murid yang berminat besar dalam mencari ilmu. Mereka ini tidak datang hanya dari Hadlramaut tetapi juga datang dari luar Hadlramaut. Mereka datang dengan tujuan menimba ilmu, mendengar nasihat dan wejangan serta tabarrukan (mencari berkah), memohon do‟a darinya. (http://darulmurtadza.com/imam-abdullah-bin-alwi-al-haddad/).

  E.

  

Karya-karya Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-

Haddad

Dokumen yang terkait

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 16

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB UQUUDUL JUMAAN DAN TANBIH KARYA SYEKH ABDULLAH MUBARROK BIN NUR MUHAMMAD

1 2 15

PENDIDIKAN SEKS DALAM KITAB UQUDULUJAIN KARYA SYEKH MUHAMMAD BIN UMAR NAWAWI SKRIPSI

0 0 74

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM BUKU “TUHAN, MAAF KAMI SEDANG SIBUK” KARYA AHMAD RIFA’I RIF’AN SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

0 3 126

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar

0 1 126

PESAN GURUTTA PADA NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE MENURUT PERSPEKTIF PENDIDIKAN AKHLAK SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 2 153

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI BOYONGAN RUMAH DI DESA NGENDEN KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 4 119

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI SEDEKAH DESA DI KEDUNGRINGIN KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 99

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI YA QOWIYYU DI DESA JATINOM KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 127

KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK IMAM AL GHAZALI (Studi Analisis Kitab Ihya’ Ulumuddin) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

1 1 90