GAMBARAN KUALITAS TIDUR DAN KEMAMPUAN KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Kebutuhan dasar pada manusia merupakan unsur - unsur yang dibutuhkan dalam menjaga keseimbangan agar tubuh dapat berfungsi secara normal. Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan manusia yang paling mendasar untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan akan makanan, minuman, tempat tinggal, seks, udara, istirahat dan tidur, kebutuhan rasa aman dan perlindungan, kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki, serta kebutuhan aktualisasi diri (Potter dan Perry, 2010).

  Tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang. Setiap orang memerlukan kebutuhan tidur yang cukup agar tubuh dapat berfungsi secara normal. Pada kondisi tidur, tubuh melakukan proses pemulihan untuk mengembalikan stamina tubuh hingga berada dalam kondisi yang optimal. Tidur adalah salah satu kebutuhan fisiologis yang memiliki pengaruh terhadap kualitas dan keseimbangan hidup. Seseorang yang mengalami gangguan dalam siklus tidur, maka fungsi fisiologis tubuh yang lain juga dapat terganggu atau berubah. Kegagalan untuk mempertahankan siklus tidur – bangun individual yang normal dapat mempengaruhi kesehatan seseorang (Potter dan Perry, 2010).

  Kualitas tidur dikatakan baik jika tidak menunjukkan tanda - tanda nantinya biasa menimbulkan efek, seperti berkurangnya konsentrasi belajar dan gangguan kesehatan (Hidayat, 2006).

  Kebutuhan tidur setiap individu berbeda - beda, tergantung usia setiap individu tersebut, dan setiap individu harus memenuhi kebutuhan tidurnya agar dapat menjalankan aktifitas dengan baik. Pola tidur yang buruk dapat berakibat kepada gangguan keseimbangan fisiologi dan psikologi. Dampak fisiologi meliputi penurunan aktifitas sehari - hari, rasa lelah, lemah, penurunan daya tahan tubuh dan ketidakstabilan tanda – tanda vital (Potter & Perry, 2010). Kurangnya kebutuhan tidur akan berdampak pada menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan dan berpartisipasi dalam aktifitas harian dan meningkatkan iritabilitas. Kebutuhan istirahat dan tidur, sama pentingnya dengan kebutuhan lain seperti nutrisi, olahraga, kesehatan fisik, dan emosi, dimana hal tersebut tergantung pada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia (Potter dan Perry, 2010).

  Menurut Hakam (2006), pada dewasa muda yang mengalami hambatan pada proses belajar dikelas karena dewasa muda sudah mulai mengantuk dan lelah akibat kurang tidur, sehingga hal tersebut akan mengurangi kemampuan kosentrasi belajar bahkan membuat akan cepat lupa dan sulit menangkap pelajaran. Hal ini, perlu mendapatkan perhatian yang cukup serius karena gangguan tidur (sleep deprivation) diduga dapat berdampak secara tidak langsung pada gangguan proses belajar dan berdampak secara langsung pada gangguan memori dan kesehatan emosi. perhatiannya kepada hal lain dan dilakukan secara sadar oleh individu (Rahmawati, 2014). Keberhasilan belajar ditentukan oleh dua faktor diantaranya faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan factor yang berasal dari individu itu sendiri seperti kesehatan jasmani dan rohani, kecerdasan, daya ingat, kemampuan, dan bakat. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu seperti keadaan lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat (Hakim, 2011).

  Konsentrasi belajar dapat dilakukan dengan baik jika seseorang menjalankan perannya sebagai pelajar atau mahasiswa secara optimal, selain itu mereka akan belajar sebaik mungkin apabila ada dorongan semangat yang terus menerus (Nursalam, 2008). Gangguan konsentrasi dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri sendiri berupa minat belajar yang rendah atau kondisi kesehatan yang sedang buruk. Sedangkan faktor eksternal berasal dari luar yaitu keadaan lingkungan seperti keadaan ruangan, peralatan pendukung pembelajaran, dan suasana yang kondusif (Olivia, 2010).

  Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan melakukan wawancara kepada 6 orang mahasiswa fakultas kedokteran 3 orang mengatakan bahwa mereka mengalami kesulitan tidur karena mereka sementara melakukan praktek dokter (Koas) di rumah sakit. Mereka mengatakan selain mengikuti jadwa praktek juga harus mengerjakan tugas sehingga waktu tidur semakin kurang karena aktivitas kampus dan aktivitas di luar kampus bersama teman- teman.

  Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Kualitas Tidur dan Kemampuan Konsentrasi Belajar Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih“.

  1.2 Rumusan masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ingin mengetahui “Gambaran Kualitas Tidur dan kemampuan Konsentrasi Belajar pada mahasiswa FakultasA kedokteran Universitas Cenderawasih”

  1.3 Tujuan penelitian

  1.3.1 Tujuan Umum

  Mengetahui gambaran Kualitas tidur dan kemampuan konsentrasi belajar mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Cenderawasih.

  1.3.2 Tujuan Khusus

  1.3.2.1 Mengidentifikasi karakteristik mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih.

  1.3.2.2 Mengidentifikasi Kualitas tidur mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih.

  1.3.2.3 Mengidentifikasi kemampuan konsentrasi belajar mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Cnderawasih.

  1.3.2.4 Mengetahui Gambaran kualitas tidur dengan kemampuan

1.4 Manfaat penelitian

  1.4.1 Bagi Mahasiswa

  Hasil penelitian dapat menambah data mahasiswa agar mampu mengatur jam istirahat sehinga kualitas tidur dapat diperoleh oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih tentang manfaat dan pentingnya kualitas tidur bagi mahasiswa untuk menjaga konsentrasi pada saat belajar.

  1.4.2 Bagi Peneliti

  Menambah ilmu, pengalaman dan wawasan peneliti tentang kualitas tidur dengan kemampuan konsentrasi belajar pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih.

  1.4.3 Bagi pendidik

  Memberikan data bagi lembaga pendidikan mengenai aspek tingkat pengetahuan tentang Kualitas tidur dan Konsentrasi belajar mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Tidur

2.1.1 Pengertian Tidur

  Kualitas tidur adalah ukuran dimana seseorang itu dapat kemudahan dalam memulai tidur dan untuk mempertahankan tidur, kualitas tidur seseorang dapat digambarkan dengan lama waktu tidur, dan keluhan-keluhan yang dirasakan saat tidur ataupunsehabis bangun tidur. Kebutuhan tidur yang cukup ditentukan selain oleh faktor jumlah jam tidur (kuantitas tidur), juga oleh faktor kedalaman tidur (kualitas tidur). Beberapa faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur yaitu, faktor fisiologis, faktor psikologis, lingkungan dan gayahidup.

  Dari faktor fisiologis berdampak dengan penurunan aktivitas sehari – hari, rasa lemah, lelah, daya tahan tubuh menurun, dan ketidak stabilan tanda tanda vital, sedangkan dari faktor psikologis berdampak depresi, cemas, dan sulit untuk konsentrasi (Potter dan Perry, 2010).

  Tidur merupakan sebuah proses biologis yang umum pada semua orang dimana individu akan mengalami perubahan status kesadaran yang didalamnya persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungannya (Kozier et al, 2010). Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan

  Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk (Laorensia, 2013).

2.1.2 Fisiologi Tidur

  Fisiologis tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur yang melibatkan hubungan mekanisme serebral secara bergantian agar mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk dapat tidur dan bangun (Potter & Perry, 2010).

  Pengaturan mekanisme tidur dan bangun tersebut dipengaruhi oleh sistem aktivasi retikuler yang selanjutnya disingkat SAR. Sistem Aktivasi Retikuler (SAR) berlokasi di batang otak teratas, dipercayai terdiri dari sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan terjaga.

  Bila aktivasi SAR meningkat, oraang tersebut dalam keadaan sadar. Bila aktivasi SAR menurun, orang tersebut dalam kedaan tidur. Aktivitas SAR sangat dipengaruhi oleh aktifitas neurotransmiter. Aktivitas SAR juga dipengaruhi oleh beberapa hormon seperti ACTH, TSH, dan LH (Triyono dalam Rodiyati, 2011).

  Mekanisme serebral secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tertidur dan bangun. Aktivasi tidur pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Selain itu,

  reticular activating system (RAS) dapat memberikan rangsangan visual,

  pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir.

  Reticular activating sistem (RAS) di bagian batang otak

  mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran serta memberikan stimulus visual, auditori, nyeri, dan sensorik raba. Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron-neuron dalam RAS melepaskan katekolamin, misalnya norepinefrin untuk tetap siaga, mencoba untuk tidur menutup mata dan berusaha dalam posisi rileks dengan ruangan gelap dan tenang aktivitas RAS menurun, pada saat itu bulbar synchronizing regional (BSR) mengeluarkan serum serotonin (Tarwoto dan Wartonah, 2010).

2.1.3 Faktor –faktor yang mempengaruhi kualitas tidur

  Menurut Agustin, (2012). Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas tidur diantaranya: a. Penyakit.

  Sakit yang menyebabkan nyeri dapat menimbulkan masalah tidur. Seseorang yang sedang sakit membutuhkan waktu tidur lebih lama dari pada keadaan normal. Sering sekali pada orang sakit pola tidurnya juga akan terganggu karena penyakitnya seperti rasa nyeri yang ditimbulkan oleh luka, tumor atau kanker pada stadium lanjut. b. Lingkungan.

  Lingkungan dapat mendukung atau menghambat tidur, temperatur, ventilasi penerangan ruangan, dan kondisi kebisingan sangat berpengaruh terhadap tidur seseorang.

  c. Kelelahan.

  Kelelahan akan berpengaruh terhadap pola tidur seseorang. Semakin lelah seseorang akan semakin pendek tidur REMnya.

  d. Gaya hidup.

  Orang yang bekerja shift dan sering berubah shiftnya harus mengatur kegiatannya agar dapat tidur pada waktu yang tepat.

  Keadaan rileks sebelum istirahat merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan seseorang untuk dapat bisa tidur.

  e. Stres emosi.

  Depresi dan kecemasan seringkali mengganggu tidur. Seseorang yang dipenuhi dengan masalah mungkin tidak bisa rileks untuk bisa tidur. Kecemasan akan meningkatkan kadar norepinephrin dalam darah yang akan merangsang sistem saraf simpatetik. Perubahan ini menyebabkan berkurangnya tahap IV NREM dan tidur REM.

  f. Obat-obatan dan alkohol.

  Beberapa obat-obatan berpengaruh terhadap kualitas tidur. Obat-obatan yang mengandung diuretic menyebabkan insomnia, anti

2.1.4 Tahapan Tidur

  Tidur dibagi menjadi dua fase yaitu pergerakan mata yang cepat atau Rapid Eye Movement (REM) dan pergerakan mata yang tidak cepat atau Non Rapid Eye Movement (NREM). Tidur diawali dengan fase NREM yang terdiri dari empat stadium, yaitu tidur stadium satu, tidur stadium dua, tidur stadium tiga dan tidur stadium empat, lalu di ikuti 8 oleh fase REM (Saryono & Widianti, 2011). Fase NREM dan REM terjadi secara bergantian sekitar 4 - 6 siklus dalam semalam (Saputra, 2013).

  a. NREM tahap 1 Merupakan tingkatan yang paling dangkal dari tidur. Tahapan ini berakhir beberapa menit sehingga orang mudah terbangun karena suara. Kualitas tidur tahap ini sangat ringan, seseorang dapat mudah terbangun karena stimulasi sensori seperti suara (Potter & Perry, 2003). Terjadi pengurangan aktivitas fisiologis seperti pengurangan tanda-tanda vital dan metabolisme. Merasa telah melamun setelah bangun (Saryono & Widianti, 2011).

  b. NREM tahap 2 Merupakan tidur dengan bersuara. Terjadi relaksasi sehingga untuk bangun pun merasa sulit. Fungsi tubuh menjadi lambat

  (Saryono & Widianti, 2011). Pada tahap ini, otot mulai relaksasi, mata pada umumnya menetap dan proses-proses di dalam tubuh frekuensi napas, suhu tubuh dan metabolisme. Tahap ini berakhir 10- 20 menit dan merupakan 50-55% dari total tidur (Saputra, 2013).

  c. NREM tahap 3 Merupakan tahap awal tidur yang dalam. Otot-otot mulai menjadi relaks penuh sehinggga sulit untuk dibangunkan dan jarang bergerak. Tanda-tanda vital menurun namun teratur (Saryono & Widianti, 2011). Penurunan tanda-tanda vital tersebut disebabkan oleh dominasi sistem saraf parasimpatik. Tahap ini berlangsung selama 15-30 menit dan merupakan 10% dari total tidur (Saputra, 2013).

  d. NREM tahap 4 Pada tahap ini, individu tidur semakin dalam atau delta sleep.

  Pada NREM tahap 4 dapat ditandai dengan perubahan fisiologis yaitu gelombang EEG otak melemah serta penurunan denyut jantung, tekanan darah, tonus otot, metabolisme dan suhu tubuh. Pada tahap ini, individu jarang bergerak dan sulit untuk dibangunkan (Saputra, 2013). Pada tahap ini juga dapat terjadi tidur sambil berjalan dan eneuresis. Tahap ini berlangsung selama 15-30 menit (Saryono & Widianti, 2011).

  e. REM Tidur REM disebut juga tidur paradoks. Tahapan ini biasanya terjadi rata- rata setiap 90 menit dan berlangsung selama 5-20 menit. respon pergerakan mata, fluktuasi jantung, kecepatan respirasi, peningkatan tekanan darah, penurunan tonus otot skeletal dan peningkatan sekresi lambung (Saryono & Widianti, 2011). Tidur REM penting untuk keseimbangan mental dan emosi. Selain itu, tahapan tidur ini juga berperan dalam proses belajar, memori dan adaptasi (Saputra, 2013).

2.1.5 Siklus Tidur

  Selama tidur, individu mengalami siklus tidur yang di dalamnya terdapat pergantian antara tahap tidur NREM dan REM secara berulang.

  Menurut Saputra (2013) siklus tidur pada individu dapat dijelaskan sebagi berikut: a. Pergeseran dari tidur NREM tahap satu sampai tahap tiga selama 30 menit.

  b. Pergeseran dari tidur NREM tahap tiga ke tahap empat berlangsung selama 20 menit.

  c. Individu kembali mengalami tidur NREM tahap tiga dan tahap dua yang berlangsung selama 20 menit.

  d. Pergeseran dari NREM tahap dua ke REM berlangsung selama 10 menit.

  e. Pergeseran dari tidur REM ke tidur NREM tahap dua.

  f. Siklus tidurpun dimulai, tidur NREM terjadi bergantian dengan tidur REM. Siklus ini normalnya berlangsung selama 1,5 jam dan setiap

  Siklus tidur normal dapat dilihat pada sekema berikut: Tahap pratidur

  NREM I NREM II NREM IV NREM III REM NREM IV NREM III

Gambar 2.1. Tahapan Tidur (Potter & Perry, 2010)

  Siklus ini merupakan salah satu dari irama sirkadian yang merupakan siklus dari 24 jam kehidupan manusia. Keteraturan irama sirkadianinijugamerupakanketeraturantidur seseorang. Jika terganggu, maka fungsi fisiologis dan psikologis dapat terganggu (Potter & Perry, 2010).

2.1.6 Gangguan tidur

  Gangguan tidur ialah merupakan suatu keadaan seseorang dengan kualitas tidur yang kurang (Hidaayah & Alif, 2016).

  a. Insomnia Insomnia adalah kesulitan untuk tidur atau kesulitan untuk tetap tidur, atau gangguan tidur yang membuat penderita merasa belum cukup tidur pada saat terbangun. Gejala fisik: Muka pucat, mata sembab, badan lemas dan daya tahan menurun sehingga b. Hipersomnia Hipersomnia adalah gangguan jumlah tidur yang berlebihan dan selalu mengantuk di siang hari. Gangguan ini dikenal sebagai

  narkolepsi yaitu pasien tidak dapat menghindari untuk tidur. Dapat

  terjadi pada setiap usia, tapi paling sering pada awal remaja atau dewasa muda. Gejala fisik: mengantuk yang hebat, gugup, depresi, harga diri rendah, hilangnya tonus otot dipicu oleh emosi mengakibatkan immobilisasi,tidak mampu bergerak waktu mula- mula bangun. Gejala psikis: halusinasi visual atau audio (pendengaran).

  c. Parasomnia Parasomnia adalah gangguan tidur yang tidak umum dan tidak diinginkan, yang tampak secara tiba-tiba selama tidur atau terjadi pada ambang terja dan tidur.Sering muncul dalam bentuk mimpi buruk ditandai mimpi lama dan menakutkan. Gejala fisik: jalan watu tidur, kadang-kadang berbicara waktu tidur, mendadak duduk ditempat tidur dan matanya tampak membelalak liar. Gejala psikis: penderita jarang memngingat kejadiannya.

2.1.7 Kualitas Tidur

  Kualitas tidur merupakan fenomena yang sangat kompleks yang melibatkan berbagai domain, antara lain, penilaian terhadap lama waktu tidur, gangguan tidur, masa laten tidur, disfungsi tidur pada siang hari, terjadinya penurunan kualitas tidur (Buysee 1989 dalam Indarwati, 2012).

  Pada penilaian terhadap lama waktu tidur yang dinilai adalah waktu dari tidur yang sebenarnya yang dialami seseorang pada malam hari. Penilaian ini dibedakan dengan waktu yang dihabiskan di ranjang. Pada penilaian terhadap gangguan tidur dinilai apakah seseorang terbangun tidur pada tengah malam atau bangun pagi terlalu cepat, bangun untuk pergi ke kamar mandi, sulit bernafas secara nyaman, batuk atau mendengkur keras, merasa kedinginan, merasa kepanasan, mengalami mimpi buruk, merasa sakit, dan alasan lain yang mengganggu tidur (Buysee 1989 dalam Angkat, 2012).

  Kualitas tidur adalah kemampuan setiap orang untuk mempertahankan keadaan tidur dan untuk mendapatkan tahap tidur REM dan NREM yang sesuai. Kualitas tidur merupakan suatu keadaan yang dijalani individu untuk mendapatkan kesegaran dan kebugaran saat terbangun dari tidurnya. Kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya (Khasanah, 2012).

2.1.8 Pengukuran Kualitas Tidur

  PQSI merupakan instrument efektif yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur dan pola tidur. Instrumen PQSI dibuat berdasarkan pengukuran pola tidur responden dengan rentang tidur satu membedakan antara tidur yang baik dan tidur yang buruk, menyediakan indeks yang mudah dipakai oleh subjek dan interpetasi oleh peneliti, dan digunakan sebagai ringkasan dalam pengkajian gangguan tidur yang bias berdampak pada kualitas tidur (Busyee, Reynolds, Monk, et al., 1989: 194).

2.2 Konsep Konsentrasi Belajar

  2.2.1 Pengertian konsentrasi

  Konsentrasi merupakan pemusatan daya pikir dan perbuatan pada suatu objek yang di pelajari dengan menghalau atau menyisihkan segala hal yang tidak ada hubungannya dengan objek yang dipelajari (Surya, 2010). Konsentrasi adalah kemampuan untuk memfokuskan pikiran dan segenap panca-indra ke satu objek di dalam satu aktivitas tertentu dengan tidak memperdulikan objek lain yang tidak ada hubungannya (Surya, 2009). Konsentrasi dapat disimpulkan sebagai kegiatan berupapemusatan pikiran pada suatu objek tanpa memperdulikan hallain yang tidak ada hubunganya dan konsentrasi dilakukan secara sadar oleh individu.

  2.2.2 Faktor –faktor yang mempengaruhi konsentrasi

  Gangguan konsentrasi dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri sendiri berupa minat belajar yang rendah peralatan pendukung pembelajaran, dan suasana yang kondusif (Olivia, 2010). Penyebab sulitnya konsentrasi belajar juga disebabkan oleh lemahnya minat dan montivasi, timbulnya rasa gelisah, suasana lingkungan (Soedarso, 2009). konsentrasi dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi kelelahan fisik dan mental, bosan atau hal yang sedang mengganggu fikiran. Sedangkan faktor eksternal meliputi suasana lingkungan sekitar seperti suara musik yang keras, suara bising, orang yang berlalu-lalang, kondisi ruang belajar yang sempit, ramai, panas dan kurang pencahayaan yang dapat menimbulkan ketidak nyamanan (Ratnadan Achmad, 2015).

2.2.3 Cara meningkatkan konsentrasi

  Menurut Flanagan (dalam Setiyo Purwanto, 2010), ada beberapa cara untuk meningkatkan konsentrasi belajar seperti: memberikan kerangka waktu yang jelas,mencegah siswa agar tidak terlalu cepat berganti dari tugas satu ke tugas lain, mengurangi jumlah gangguan dalam ruang kelas, memberikan umpan balik dengan segera, merencanakan tugas yang lebih sedikit dari pada memberikan satu sesi yang banyak dan menetapkan tujuan dengan menawarkan hadiah untuk memotivasi agar terus bekerja (Deddy, 2014). Konsentrasi juga dapat ditingkatkan melalui relaksasi atensi untuk meningkatkan kepekaan indra visual. Relaksasi atensi merupakan teknik pereduksian kecemasan, stress, dan tegangan oleh individu sehingga dapat

2.2.4 Pengukuran Konsentrasi Belajar

  Ada beberapa indikator konsentrasi belajar. Konsentrasi sebagai pekerjaan batiniah bukan berarti tidak dapat dilihat. Hal ini dapat diamati melalui berbagai tindakan rekayasa di kelas seperti perhatian mahasiswa, antusias mahasiswa, kemampuan menjawab pertanyaan yang diberikan dosen, bertanya atau keaktifan dalam kelompok bekerja.

  Berikut adalah indikator atau alat mengukur konsentrasi dalam belajar yang dikemukakan oleh Super dan Crities, yang dikutip oleh Kuntoro (1986) dalam Rachman (2010) bahwa: a. Memperhatikan setiap materi pelajaran yang disampaikan dosen.

  b. Dapat merespon dan memahami setiap materi pelajaran yang diberikan.

  c. Selalu bersikap aktif dengan bertanya dan memberikan argumentasi mengenai materi pelajaran yang disampaikan dosen.

  d. Menjawab dengan baik dan benar setiap pertanyaan yang diberikan dosen.

  e. Kondisi kelas tenang dan tidak gaduh saat menerima materi pelajaran.

  Untuk mengukur tingkat konsentrasi belajar mahasiswa, yang terpenting adalah mengetahui seberapa jauh individu tersebut menerima, menolak atau menghindari setiap pelaksanaan pembelajaran yang menjadi kecenderungannya.

  2.2.5 Pengertian Belajar

  Belajar merupakan suatu proses perubahan keperibadian didalam diri manusia. Perubahan tersebut terlihat dari peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, dan daya piker. Belajar harus berorientasi pada tujuan yang jelas, dengan begitu orang dapat menentukan arah dan tahapan belajar guna mencapai tujuan belajar.Keberhasilan belajar seseorang dapat dilihat dari sejauh mana mereka mencapai tujuan belajar tersebut.Selain tujuan yang jelas, kemauan yang kuat untuk belajar juga diperlukan agar tujuan belajar dapat tercapai (Hakim, 2011).

  Belajar merupakan proses interaksi individu dengan objek yang akan dipelajari sehingga menghasilkan perubahan yang positif (Linasari, 2015). Untuk memperoleh suatu tujuan didalam kehidupan membutuhkan usaha salah satunya dengan belajar. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang meliputi perubahan tingkah laku baru dimana sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Salmeto, 2013).

  2.2.6 Faktor faktor yang mempengaruhi konsentrasi

  a. Faktor internal Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam tubuh, terdiri dari :

  Faktor jasmaniah adalah sesuatu yang mempengaruhi fisik. Faktor jasmaniah terbagi menjadi dua, yaitu faktor kesehatan dan cacat tubuh. Faktor kesehatan sangat berpengaruh dalam konsentrasi belajar. Apabila kesehatan seseorang terganggu maka proses belajar dan mengjar akan ikut terganggu (olivia, 2010). Menjaga kesehatan badan merupakan salah satu cara untuk mempertahankan konsentrasi belajar yaitu dengan istirahat, tidur, makan, ibadah dan rekreasi. Cacat tubuh seperti buta, tuli, patah tangan dan patah kaki akan menganggu pada saat proses belajar dan mengajar (Slameto, 2013). 2) Inteligensi

  Inteligensi adalah kemampuan yang ada dalam diri seseorang untuk tertarik dan mengerjakan suatu hal (Sukadiyanto, 2012). Inteligensi besar pengaruhnya terhadap konsentrasi belajar. Pada saat proses belajar dan mengajar mahasiswa dengan inteligensi yang tinggi akan berhasil mengikuti proses belajar dari pada mahasiswa yang inteligensinya rendah (Slameto,2013)

  3) Perhatian Mahasiswa diharuskan mempunyai perhatian terhadap objek yang akan diperlajari. Jika objek yang akan diperlajari tidak menjadi perhatian maka akan mengakibatkan kebosanan, yang menyebabkan mahasiswa tidak konsentrasi lagi pada saat belajar

  4) Minat Minat adalah dorongan dari dalam diri untuk memperhatikan suatu objek tertentu, seperti pelajaran dan pekerjaan. Minat akan menambah semangat untuk belajar dan memudahkan dalam belajar ( Jahja, 2011).

  5) Bakat Bakat merupakan hal terpenting untuk menempatkan mahasiswa pada saat belajar sesuai dengan bakatnya. Apabila objek yang akan dipelajar sesuai bakat, maka hasil konsentrasinya akan baik jika mahasiswa senang sehingga akan lebih giat dalam belajar (Slameto, 2013). 6) Kesiapan

  Kesiapan merupakan kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Pentingnnya kesiapan pada saat proses belajar akan menimbulkan konsentrasi yang baik pada saat menerima informasi baru (Slameto, 2013)

  7) Kelelahan Kelelahan terdiri dari dua jenis yaitu kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani adalah respon objektif yang di alami oleh tubuh manusia, bisa dilihat dari lemahnya tubuh dikarenakan darah kurang lancar pada bagian tertentu sehingga menyebabkan kurang konsentrasi pada saat proses belajar dan kebosanan, sehingga menurunkan minat dan konsentrasi belajar (Slameto,2013).

  8) Motivasi belajar Motivasi belajar merupakan dorongan yang berasal dari dalam diri mahasiswa yang akan memberikan arahan untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi dijadikan sebagai penggerak dalam diri untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

  Motivasi yang tinggi akan menghasilkan semangat yang optimal untuk belajar (Sunadi, 2013).

  9) Insomnia Insomnia adalah salah satu gangguan tidur dimana seseorang merasa sulit untuk memulai tidur (Hidaayah &Alif,

  2016). Hasil penelitian Munir (2015), menjelaskan bahwa dampak dari insomnia berupa kelelahan, sulit untuk berkonsentrasi, mengantuk saat beraktivitas disiang hari, penurunan motivasi dan performa sosial yang buruk.

  b. Faktor Eksternal Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar tubuh, terdiri dari :

  1) Keluarga Keluarga merupakan media pendidikan paling utama.

  Orang tua sering sekali menginginkan anaknya mencapai prestasi tersebut menimbulkan ketakutan terhadap objek yang akan dipelajari (Hidaayah &Alif, 2016).

  2) Sarana dan Prasarana Kelengkapan sarana dan prasarana sebagai penunjang proses belajar dan mengajar. Apabila sarana dan prasarana di suatu instansi memadai akan menciptakan konsentrasi yang baik pada saat belajar (Olivia, 2010). Instansi pendidikan wajib memiliki sarana dan prasarana yang meliputi peralatan pendidikan, media pembelajaran, buku dan sumber belajar lainnya untuk mendukung proses belajar mengajar. Sarana dan prasarana yang baik akan meningkatkan kualitas pembelajaran dan menciptakan komunikasi yang baik antara pengajar dan mahasiswa (Fadhilah, 2014).

  3) Lingkungan Kondisi lingkungan dapat mempertahankan konsentrasi mahasiswa pada saat proses belajar dan mengajar (Olivia, 2010).

  Lingkungan yang baik sangat mempengaruhi semangat seseorang dalam belajar sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat dicapai. Lingkungan yang kurang baik seperti suasana kelas yang terlalu ramai akan mengganggu konsentrasi dan ketidaknyamanan dalam belajar (Ariwibowo, 2012)

  4) Media pembelajaran sehingga memudahkan tujuan yang ingin dicapai mahasiswa. Media pembelajaran terdiri dari buku, foto, televisi, komputer, film dan slide. Penggunaan media belajar sangat membantu dalam menjelaskan materi yang tidak dapat dijelaskan dengan lisan, sehingga pemahaman mahasiswa terhadap materi yang sudah dijelaskan dapat meningkat (Rohmawati, Sukanti, 2012). 5) Metode mengajar yang kurang tepat

  Metode mengajar yang kurang tepat akan mempengaruhi keaktifan mahasiswa dalam proses belajar dan mengajar. Selain itu penggunaan metode belajar yang kurang tepat akan menyebabkan mahasiswa mengantuk, cepat merasa bosan dan lebih memilih berbincang dengan temannya (Aviana & Hidayah, 2015).

BAB III METODE PENELITIAN

  3.1 Kerangka konsep

  Variabel Tunggal

  Kualitas tidur:

  • Status kesehatan
  • Lingkungan - Stres psikologis Karakteristik mahasiswa:
  • - Diet

    Usia -
  • Gaya hidup
  • Jenis kelamin
  • Obat-obatan

   Baik - Semester  Kurang Suku - Konsentrasi belajar:

  • Faktor Internal - Faktor Eksternal

Gambar 3.1 Kerangka konsep

  Variabel tunggal adalah variable yang bersifat tunggal, tidak memiliki variable lain. Variabel tunggal sering digunakan dalam metode penelitian deskriptif (Donsu, 2016).

  3.2 Definisi Operasional

  Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci definisi operasional. Dapat diamati artinya memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi oleh orang lain (Nursalam, 2012).

  Penelitian Operasional Ukur Ukur Kualitas tidur Kualitas tidur Kuesioner Kategori Ordinal adalah ukuran

  PQSI

  dimana

  mengunakan Sangat Baik

  seseorang itu

  checklist 75%-100%

  dapat kemudahan

  Baik 50%-75%

  dalam memulai tidur dan untuk

  Cukup

  mempertahanka

  25%-50%

  n tidur, kualitas tidur seseorang

  Kurang

  dapat digambarkan 0%-25% dengan lama waktu tidur, dan keluhan-keluhan yang dirasakan saat tidur ataupun sehabis bangun tidur. Kosentrasi Konsentrasi Kuesioner Kategori Ordinal belajar belajar berarti Konsentrasi memusatkan belajar

  Sangat Baik

  segenapkekuatan mengunakan perhatian pada checklist 75%-100% suatu situasi belajar

  Baik 50%-75%

  (Sadirman, 2007).

  Cukup 25%-50% Kurang 0%-25%

3.3 Desain Penelitian

  Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif dengan metode penelitian bersifat deskripsi untuk menggambarkan variable yang akan diteliti tentang gambaran kualitas tidur dan konsentrasi belajar mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih. Desain penelitian data melalui pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner untuk menilai kualitas tidur mahasiswa dan kemampuan konsentrasi mahasiswa.

3.4 Tempat dan Waktu penelitian

  3.4.1 Tempat

  Adapun tempat penelitian ini akan dilaksanakan di kampus Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih dan kampus Program studi ilmu keperawatan Universitas Cenderawasih.

  3.4.2 Waktu

  Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2018

3.5 Populasi dan Sampel

  3.5.1 Populasi

  Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2013).

  Adapun populasi dalam penelitian ini adalah 80 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih.

  3.5.2 Sampel

  Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek pengamatan/penelitian. Sampel diambil untuk mewakili keseluruhan populasi (Arikunto,2010). Besar sampel menggunakan total sampling, sehingga jumlah sampel sebanyak 80 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih. Yang terdiri dari 40 mahasiswa ilmu keperawatan dan 40 mahasiswa imu kedokteran.

  3.5.2.1 Kriteria inklusi Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012) yaitu: Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

  a) Mahasiswa aktif Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih Ilmu Kedokteran dan Ilmu Keperawatan.

  b) Mahasiswa yang sehat jasmani dan rohani

  c) Mahasiswa yang bersedia menjadi respoden

  3.5.2.2 Kriteria eksklusian Kriteria eksklusi merupakan kriterial dimana subjek peneliti tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (Notoatmodjo,2012).

  Kriteria eksklusi penelitian ini adalah Mahasiswa yang tidak aktif (sakit ijin, dll) Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih Ilmu Kedokteran dan Ilmu Keperawatan.

3.6 Alat Pekumpulan Data

3.6.1 Sumber Data

  Data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer yang diambil secara langsung pada saat penelitian tentang Gambaran kualitas tidur dan kemampuan konsentrasi belajar mahasiswa fakultas kedokteran universitas cenderawasih.

3.6.2 Instrumen Penelitian

  Instrumen penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa angket atau kuisioner yang dibuat sendiri oleh peneliti.

  Sugiyono (2014) menyatakan bahwa “Instrumen penelitian adalah suatu alat pengumpul data yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”. Dengan demikian, penggunaan instrument penelitian yaitu untuk mencari informasi yang lengkap mengenai Gambaran kualitas tidur dan kemampuan konsentrasi belajar mahasiswa fakultas kedokteran universitas cenderawasih.

  Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menghasilkan data yang akurat yaitu dengan menggunakan skala

  

Likert. (Sugiyono, 2014) menyatakan bahwa “Skala Likert digunakan

  untuk mengukur suatu kualitas tidur dengan kemampuan konsentrasi belajar mahasiswa fakultas kedokteran universitas cenderawasih”.

  Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis instrument angket atau kuesioner dengan pemberian skor sebagai berikut: a. Kualitas tidur menggunakan Kuesioner PQSI dengan kategori sebagai berikut:

  Sangat Baik 70%-100% Baik 50%-75% Cukup 25%-50% Kurang 0%-25%

  Sangat Baik 70%-100% Baik 50%-75% Cukup 25%-50% Kurang 0%-25%

3.7 Prosedur Pengumpulan Data

  Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2016) peneliti menggunakan beberapa langkah untuk mengumpulkan data sebagai berikut :

  3.7.1 Tahap Persiapan

  a. Melakukan studi pendahuluan

  b. Menyusun proposal penelitian

  c. Peneliti meminta surat ijin melakukan penelitian di Kampus Fakultas Kedoktera Universitas Cenderawasih.

  3.7.2 Tahap Pelaksanaan

  a. Peneliti membawa surat ijin kepada pihak yang bersangkutan untuk mendapatkan ijin melakukan penelitian.

  b. Peneliti memilih partisipan sesuai sampel yang telah ditentukan.

  c. Peneliti menyiapkan kuisioner dan lembar persetujuan.

  d. Peneliti menjelaskan di dalam kuisioner maksud dan tujuan dari peneliti kemudian membagi kuisioner.

  e. Peneliti akan menjamin kerahasiaan jawaban yang telah diberikan f. Peneliti melakukan analisa data setelah data yang dikumpulkan lengkap, selanjutnya membuat pembahasan.

3.8 Pengelolahan Data

  Menurut Hidayat( 2007) Pengolahan data meliputi:

  3.8.1 Editing ( Pemeriksaan Data)

  Kegiatan dalam penyuntingan ini adalah memeriksa seluruh daftar pertanyaan yang telah dikembalikan respoden, dengan memperhatikan beberapa hal dalam pemeriksaan yaitu:

  a. Kesesuaian jawaban respondent dengan pertanyaan yang diajukan b. Kelengkapan pengisian daftar pertanyaan.

  c. Mengecek macam isian data.

  3.8.2 Coding ( Penyuntingan)

  Setelah penyutingan selesai, kegiatan selanjutnya pemberian kode tertentu melelui pengelompokan keperuan untuk memudah kan data.

  3.8.3 Skoring

  Hal ini dilakukan untuk mempermudah menganalisis data dengan memberikan nilai, dengan nilai tertinggi sampai nilai terendah dari kuesioner yang diajukan.

  3.8.4 Tabulating ( Tabulasi )

  Data hasil pengkodean disusun dan dihitung untuk kemudian disajikan dalam bentuk table atau narasi.

  Dalam melakukan analis, Khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistic terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis.

  3.9 Rencana Analisa Data

  Analisa data yang dilakukan mengunakan beberapa ujian alias antara lain sebagai berikut: a. Analisa Univariat ( Analisa Deskriptif)

  Analisa univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakte ristik masing-masing.Variabel yang di teliti. Analisa univariat dalam penelitian ini menggambarkan frekuensi dari seluruh variabel yang di teliti yaitu karakteristik responden.Variabel independen (Faktor yang mempengkaruhi kualitas tidur) serta variabel dependen (Konsentrasi belajar). Rumus yang digunakan :

  f P= x 100 % n

  Keterangan : P : Presentase f : frekuensi jawaban n : jumlah sampel

  3.10 Etika penelitian

  3.10.1 Lembar Persetujuan Penelitian (informed Content) Lembar persetujuan diberikan kepada sampel penelitian yang setuju berpartisipasi dalam penelitian ini untuk ditandatangani. Sebelum peneliti memberikan informasi kepada sampel penelitian tentang tujuan dan sifat sukarela dan dalam pengisihan kuesioner ini dilakukan dengan keadaan sadar, kemudian peneliti memberikan lembar persetujuan kepada respoden untuk ditandatangani.

  3.10.2 Tanpa nama (Anonymity) Untuk menjaga kerahasiaan informasi dari responden pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberikan nomor kode pada masing-masing lembar tersebut.

  3.10.3 Kerahasiaandan Privancy (Confidentiality and Privacy) Peneliti menjaga kerahasiaan identitas penelitian dengan tidak mencantumkan nama (Cukup dengan kode responden) pada setiap kuesioner. Peneliti juga menjaga kerahasian data penelitian dengan menyimpan pada file pribadi yang tidak memungkinkan diakses orang lain.

  3.10.3 Menghormati harkat dan marbat manusia Peneliti perlu mempertibangkan hak-hak subjek penelitian untuk mendapat informasi tentang tujuan penelitian melakukan penelitian tersebut. Di samping itu juga peneliti memberikan kebebasan kepada subjek untuk memberikan informasi (berpatisipasi). Sebagai ungkapan penelitian menghormati harkat dan marbat subjek penelitian.

  3.10.4 Keadilan dan Keterbukaan (Justice and inclusiveness) kondisikan sehingga menemui prinsip keterbukaan, yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian.

  3.10.5 Manfaat (Harms) Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek dan kususnya bagi peneliti.

  3.10.6 Keseimbangan dan Ketertiban (Balancing and Benefits) Peneliti hendaknya meminimalis dampak yang merugikan bagi subjek. Oleh sebab itu pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah atau paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stress maupun kematian subjek penelitian.