Penerapan standar pelayanan kefarmasian pada pasien asma oleh apoteker pada sepuluh apotek di kota Yogyakarta - USD Repository

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN
ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK DI KOTA
YOGYAKARTA

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi

Oleh :
Suhartati Mentari Rurubua’
NIM : 108114139

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN
ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK DI KOTA
YOGYAKARTA

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi


Oleh :
Suhartati Mentari Rurubua’
NIM : 108114139

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014

i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ii


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Ketika dunia berkata “Menyerahlah”,
Harapan berkata “Cobalah Sekali Lagi”.
.


Roma 4 : 1-25, Markus 11 : 24, bahwa hiduplah dalam Iman,
Percaya dan Pengharapan
Karya sederhana yang kupersembahkan :
Kepada Bapa disurga, Tuhan Yesus sang Juruslamatku atas
semua berkat dan pernyertaannya dan Bunda Maria
Alm. Papa Zeth yang pernah hadir menjadi Ayah yang luar
biasa dalam hidupku
Bapak dan Mama atas kasih sayang, dukungan, dan Doanya
Adek Anne, Tri, Lin, Alex tersayang
Orang yang aku sayangi, Sahabat-sahabatku,
Almamater kebanggaanku…

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

vi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PRAKATA

Puji syukur dan berlimpah terima kasih kehadirat Tuhan Yesus Kristus
atas berkat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian pada Pasien Asma oleh
Apoteker pada Sepuluh Apotek di Kota Yogyakarta”. Skripsi ini disusun
untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Farmasi
(S. Farm), pada Program Studi Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas
Sanata Dharma.
Pada awal proses penelitian dan penyusunan skripsi hingga selesainya,
penulis telah banyak memperoleh bantuan berupa dukungan, bimbingan, arahan,
hingga bantuan sarana dan prasarana dari berbagai pihak. Atas segala bantuan
yang diberikan, penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada :
1. Orangtua yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang, yang telah
bekerja keras demi membiayai kuliah saya, mendoakan dan selalu
mendukung saya
2. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
3. Adek – Adek (Anne, Tri, Lin, Alex) atas segala doa, kasih sayang,
dukungan, pengertian yang telah diberikan
4. Aris Widayati, M.Si., Ph. D., Apt. selaku pembimbing yang dengan
kesabaran telah memberikan bagitu banyak dukungan, bimbingan, ilmu,
saran dan kritik sehingga skripsi ini dapat selesai

5. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan
bimbingan, saran dan kritik

vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah
memberikan bimbingan, saran dan kritik
7. Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dan Dinas Perizinan Kota Yogyakarta
yang telah memberikan izin dan membantu dalam menyediakan data dan
informasi yang dibutuhkan untuk penelitian
8. Bapak/ Ibu apoteker di apotek-apotek di Kota Yogyakarta yang telah
berkenan untuk menjadi responden dalam penelitian ini
9. Mas Narto yang selalu membantu dalam membuat surat pengantar dari

kampus untuk kebutuhan pelaksanaan penelitian
10. Ariben yang telah memberikan dukungan, kasih sayang, dan pengertian
11. Tere, Mirsha, Dika yang telah bersama-sama saling mendukung dan
berjuang demi menyelesaikan skripsi
12. Teman-teman FKK B 2010 yang telah berdinamika bersama, belajar
bersama selama proses perkuliahan. Terima kasih untuk kenangan manis
yang kita buat bersama
13. Kak Sandi yang telah memberi semangat dan selalu mendoakan, serta
teman-teman Sang-Torayan di Yogyakarta yang selalu memberi dukungan
dan telah berjuang bersama untuk study di Yogyakarta.
14. Teman-teman Kost Difa untuk segala dukungan, doa, dan semangat yang
diberikan.

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI

TERPUJI

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.....................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...........................................

ii


HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................

v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .........................................

vi

PRAKATA ...................................................................................................

vii


DAFTAR ISI.................................................................................................

x

DAFTAR TABEL.........................................................................................

xv

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................

xvii

INTISARI......................................................................................................

xviii

ABSTRACT....................................................................................................

xix

BAB I PENGANTAR ...................................................................................

1

A. Latar Belakang ........................................................................................

1

1. Permasalahan.....................................................................................

4

2. Keaslian penelitian ............................................................................

5

3. Manfaat penelitian.............................................................................

6

B. Tujuan Penelitian ....................................................................................

8

1. Tujuan umum ....................................................................................

8

2. Tujuan khusus ...................................................................................

8

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA............................................................

9

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

A. Gambaran Umum Asma..........................................................................

9

1. Pengenalan asma ...............................................................................

9

2. Epidemiologi asma............................................................................

10

B. Perkembangan Profesi Kefarmasian .......................................................

12

1. Periode tradisional (sebelum tahun 1940-an)....................................

12

2. Periode transisional (tahun 1960-1970) ............................................

12

3. Periode masa kini (dimulai tahun 1970) ...........................................

13

C. Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical care)......................................

13

D. Peran Apoteker dalam Pelayanan Kefarmasian
(Pharmaceutical care) ............................................................................

15

1. Pengkajian (assessment)....................................................................

15

2. Penyusunan rencana pelayanan (care plan development).................

15

3. Tindak lanjut evaluasi (follow-up evaluation) ..................................

16

E. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.............................................

16

1. Aspek sumber daya ...........................................................................

17

2. Aspek pelayanan ...............................................................................

19

F. Keterangan Empiris.................................................................................

36

BAB III METODE PENELITIAN................................................................

37

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ..............................................................

37

B. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian .........................................

37

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................

38

D. Subjek Penelitian.....................................................................................

39

E. Besar Sampel dan Teknik Sampling .......................................................

40

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

F. Metode Pengambilan Data ......................................................................

41

G. Instrumen Penelitian................................................................................

41

1. Perumusan pertanyaan-pertanyaan....................................................

42

2. Pengujian panduan wawancara dan proses wawancara ....................

42

H. Tata Cara Penelitian dan Analisis Data...................................................

43

1. Menentukan jadwal wawancara ........................................................

44

2. Melaksanakan wawancara.................................................................

44

3. Melakukan analisis data ....................................................................

44

I. Kesulitan dan Keterbatasan Penelitian....................................................

46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................

48

A. Karakteristik Demografi Responden.......................................................

48

B. Profil Pelaksanaan Pelayanan Resep pada Pasien Asma oleh
Apoteker pada Sepuluh Apotek di Kota Yogyakarta..............................

50

1. Skrining administratif .......................................................................

51

2. Skrining kesesuaian farmasetik.........................................................

54

3. Skrining pengkajian klinis ................................................................

56

4. Proses penyiapan obat .......................................................................

58

C. Profil Pelaksanaan Pelayanan Informasi Obat (PIO) pada Pasien
Asma oleh Apoteker pada Sepuluh Apotek di Kota Yogyakarta............

61

1. Bentuk kegiatan pelayanan informasi obat .......................................

61

2. Penyampaian informasi obat .............................................................

65

3. Bentuk persiapan sebelum melakukan informasi dan edukasi..........

69

xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

D. Profil Pelaksanaan Konseling pada Pasien Asma oleh Apoteker
pada Sepuluh Apotek di Kota Yogyakarta..............................................

75

1. Kegiatan konseling............................................................................

75

2. Materi konseling................................................................................

78

3. Prosedur tetap dalam pelaksanaan konseling....................................

79

4. Bentuk pertanyaan terkait harapan pasien terhadap
pengobatan yang telah dijelaskan dokter ..........................................

84

5. Bentuk pertanyaan untuk memastikan pengetahuan pasien
dan keluarganya ................................................................................

85

6. Informasi penanganan awal asma mandiri (self care) ......................

87

E. Profil Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi pada Pasien Asma
oleh Apoteker pada Sepuluh Apotek di Kota Yogyakarta ......................

93

1. Bentuk pelaksanaan monitoring dan evaluasi untuk
meningkatkan keberhasilan terapi pasien asma ................................

93

2. Kegiatan pemantauan dan pelaporan efek samping obat
(ESO) ................................................................................................

94

F. Profil Pelaksanaan Edukasi dan Promosi pada Pasien Asma oleh
Apoteker pada Sepuluh Apotek di Kota Yogyakarta..............................

96

1. Bentuk edukasi dan upaya pemberdayaan kepada pasien asma
dan keluarganya (promosi)................................................................

96

G. Profil Pelaksanaan Pelayanan Residensial (Home Care) pada
Pasien Asma oleh Apoteker pada Sepuluh Apotek di Kota
Yogyakarta ..............................................................................................

xiii

98

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

1. Pelayanan residensial (home care)....................................................

98

2. Langkah-langkah pelaksanaan pelayanan residensial
(home care) .......................................................................................

99

H. Ringkasan Pembahasan...........................................................................

101

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................

107

A. Kesimpulan .............................................................................................

107

B. Saran........................................................................................................

108

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

110

LAMPIRAN..................................................................................................

115

BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................

147

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I.

Karakteristik demografi responden .......................................

49

Tabel II.

Bentuk skrining administratif................................................

51

Tabel III.

Alasan responden tidak melakukan skrining
administratif secara lengkap..................................................

53

Tabel IV.

Ketentuan skrining kesesuaian farmasetik ............................

54

Tabel V.

Alasan responden tidak melakukan skrining
kesesuaian farmasetik secara lengkap...................................

55

Tabel VI.

Kegiatan skrining pengkajian klinis......................................

56

Tabel VII.

Kegiatan proses penyiapan obat............................................

59

Tabel VIII.

Alasan responden tidak melakukan proses penyiapan
obat secara lengkap ...............................................................

60

Tabel IX.

Kegiatan pelayanan informasi obat.......................................

62

Tabel X.

Alasan responden tidak melakukan penelusuran
literature................................................................................

64

Tabel XI.

Jenis informasi obat...............................................................

66

Tabel XII.

Informasi tambahan untuk pasien asma ................................

67

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Tabel XIII.

Persiapan sebelum memberikan informasi dan edukasi........

69

Tabel XIV.

Sasaran pemberian konseling................................................

76

Tabel XV.

Materi konseling....................................................................

78

Tabel XVI.

Prosedur tetap pelaksanaan konseling...................................

80

Tabel XVII.

Bentuk pertanyaan terkait harapan pasien.............................

85

Tabel XVIII. Bentuk pertanyaan “Tunjukkan dan Katakan”......................

86

Tabel XIX.

Informasi penanganan awal asma mandiri (self care) ..........

87

Tabel XX.

Frekuensi pelaksanaan konseling yang dilaksanakan
oleh responden ......................................................................

89

Tabel XXI.

Bentuk monitoring dan evaluasi............................................

93

Tabel XXII.

Bentuk kegiatan pemantauan dan pelaporan ESO ................

94

Tabel XXIII. Bentuk edukasi dan upaya pemberdayaan ............................

96

Tabel XXIV. Kriteria pelayanan residensial bagi pasien asma...................

98

Tabel XXV.

Langkah-langkah dalam pelaksanaan pelayanan
residensial..............................................................................

xvi

100

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.

Surat Permohonan Izin Penelitian dan Pengambilan
Data kepada Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta ..................

Lampiran 2.

Surat Keputusan Izin Penelitian dari Dinas Perizinan
Kota Yogyakarta ...................................................................

Lampiran 3.

116

Surat Keputusan Izin Penelitian dari Dinas
Kesehatan Kota Yogyakarta..................................................

Lampiran 4.

115

117

Surat Permohonan Izin Penelitian dan Pengambilan
Data (Wawancara) kepada Apoteker Pengelola
Apotek di Apotek-Apotek Tempat Meneliti di Kota
Yogyakarta ............................................................................

118

Lampiran 5.

Daftar Sampel 10 Apotek di Kota Yogyakarta .....................

119

Lampiran 6.

Panduan Wawancara Terstruktur ..........................................

120

Lampiran 7.

Matriks Pertanyaan Wawancara Terstruktur.........................

141

xvii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

INTISARI
Penyakit asma merupakan masalah kesehatan yang serius. Penderita asma
diperkirakan 25,9 juta dan terus meningkat serta menduduki urutan ke tiga
penyebab kunjungan pasien ke rumah sakit di Yogyakarta. Salah satu penyebab
kekambuhan adalah ketidakpatuhan pengobatan pasien. Apoteker wajib
melaksanakan pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical care) untuk pasien
meliputi pelayanan resep, pelayanan informasi obat, konseling, monitoring dan
evaluasi, edukasi dan promosi, serta pelayanan residensial yang berpengaruh pada
kepatuhan pengobatan pasien. Tujuan penelitian adalah mengetahui gambaran
kesesuian penerapan Pharmaceutical care pada pasien asma oleh apoteker pada
sepuluh apotek di Kota Yogyakarta dengan mengacu pada standar Kepmenkes RI
Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004.
Jenis penelitian adalah observasional dengan mengambil data selama
periode Februari 2014 - Maret 2014 melalui wawancara terstruktur terkait
penerapan Pharmaceutical care kepada apoteker. Data dianalisis dengan
pendekatan kualitatif secara thematic dan content analysis dengan melihat acuan
standar yang ditetapkan. Pemaparan hasil ditampilkan dalam bentuk tabel.
Hasil penelitian dari 12 responden diketahui bahwa penerapan
Pharmaceutical care untuk pasien asma di sepuluh apotek belum dilakukan secara
optimal dan belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian dalam Kepmenkes
RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004. Oleh karena itu perlu upaya untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian oleh apoteker dengan
melaksanakan standar yang berlaku.
Kata kunci : Pelayanan kefarmasian, kualitatif, apoteker, pasien asma,
apotek

xviii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT
Asthma is a serious health problem. An estimated 25.9 million people with
asthma and continues to increase also ranks the third leading cause of patient
visits to the hospital in Yogyakarta. One cause of relapse is noncompliance
treatment of patient. Pharmacist are required to implementing pharmaceutical care
for patient include prescriptions, drug information services, counseling,
monitoring and evaluation, education and promotion, also home care that affect
patient treatment compliance. The purpose of the study was to determine the
suitability overview of the application of pharmaceutical care to patient with
asthma by pharmacists in ten pharmacies at Yogyakarta City with reference of the
standard Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004.
This research was observational type with taken the data during the period
February 2014 - March 2014 through a structured interview related to the
implementation of Pharmaceutical care to pharmacist. The data was analized with
qualitative approach thematically and content analysis by referring to the
established standarts. Exposure results displayed in tabular form.
The results of the study from 12 respondents found that the application of
pharmaceutical care for patient with asthma in ten pharmacies was not performed
optimally and not meet the standard of pharmaceutical care in Kepmenkes RI
Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004 yet. Therefore necessary efforts to
improve the quality of pharmaceutical services by pharmacist with implement the
applicable standard.
Keywords: Pharmaceutical care, qualitative, pharmacist, patient with
asthma, pharmacies

xix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Asma saat ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Data
National Health Interview Survey (NHIS) memperkirakan 25,9 juta orang
menderita asma dimana 7,1 juta adalah anak-anak (NHIS, 2011). Hasil prediksi
Departemen Kesehatan RI, kasus pasien dengan penyakit asma di Indonesia pada
tahun 1996 adalah 5% meningkat mencapai 15% pada tahun 2005
(Suryaningnorma, 2009). Khusus daerah Yogyakarta prevalensi penyakit asma
sebesar 3,46% (Oemiati, 2010).
Beberapa penelitian mengemukakan bahwa peningkatan kejadian serangan
kekambuhan pada penderita asma khususnya anak-anak menyebabkan mereka
harus absen sekolah. Di Asia anak-anak tersebut kehilangan 16% hari sekolah,
43% hari sekolah untuk anak-anak di Eropa, dan 40% hari sekolah untuk anakanak di Amerika Serikat (Health,2005). Penderita asma dengan derajat
kekambuhan sedang hingga besar untuk orang dewasa yang berprofesi sebagai
pekerja harus melakukan absen kerja lebih dari 6 hari per tahun sebesar 19,2%,
dan pada penderita asma dengan derajat kekambuhan ringan sebesar 4,4%
(Sundaru,2007).
Tahun 1998 di Amerika serikat menyebutkan bahwa serangan asma
merupakan penyebab rawat inap jangka pendek terbesar. Hal ini dikarenakan pada
tahun tersebut sebanyak 166.000 pasien asma menjalani rawat inap. Tahun 1995,
biaya pengobatan asma mencapai 250 juta dollar AS dan 1,2 milyar dollar AS

1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2

biaya yang keluar akibat hilangnya hari sekolah anak-anak yang terserang asma,
aktifitas atau biaya lain yang berkaitan (ISAAC, 1998).
Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Yogyakarta juga menyatakan
bahwa asma menduduki peringkat ke-3 penyebab peningkatan kunjungan pasien
ke rumah sakit, bahkan sempat menduduki peringkat pertama pada tahun 2010.
Selain itu, survey yang dilakukan oleh Kesehatan Rumah Tangga tahun 2005
menyatakan sebanyak 225.000 orang meninggal dikarenakan asma dan dari
jumlah tersebut sebanyak 16,4% kejadiannya terjadi di Kota Yogyakarta (Dinkes
D.I Yogyakarta, 2012).
Angka kejadian kekambuhan asma pada dasarnya dapat dicegah dan
diminimalisir (Lahdensuo, 1999). Pencengahan tersebut dilakukan dengan
menerapkan manajemen asma sehingga dapat membantu memperbaiki kualitas
hidup dan menurunkan kunjungan ke Unit Gawat Darurat (UGD), mengurangi
biaya perawatan secara lebih efektif dan mengurangi kekambuhan asma.
(Lahdensuo, 1996). Pengobatan Asma dibagi dalam 2 metode yaitu Long-term
controller (Pengontrol jangka panjang) dan Quick Reliever (Pereda Jangka
Pendek). Dua metode tersebut mutlak memerlukan kepatuhan pengobatan pasien
asma (Dipiro, 2005).
Pengobatan yang efektif akan tercapai jika terapi dan pengunaan obat
dilakukan secara tepat. Namun, menurut survei ditemukan hampir 50% pasien
tidak bereaksi secara tepat terhadap kekambuhan asma dan tidak menaati
pengobatan asma (Lahdensuo, 1999). Terkait hal tersebut, tenaga kesehatan
memiliki peran dalam membantu proses pengobatan pasien asma dengan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3

mengetahui hubungan terapi yang baik, keefektifan terapetik dan faktor-faktor
yang berhubungan dengan kepatuhan pasien (Depkes RI, 2007). Salah satu tenaga
kesehatan yang berperan adalah tenaga kefarmasian terutama apoteker sebagai
tenaga profesional yang bertugas untuk memberikan pelayanan kefarmasian
(Pharmaceutical care).
Pharmaceutical

care

merupakan

bentuk

pelayanan

yang

lebih

menekankan pada patient oriented dimana apoteker memegang peran penting dan
bertanggung jawab untuk mewujudkan tercapainya penggunaan obat yang
rasional, aman dan efisien sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.
Hal ini dapat terselenggara dengan memberikan edukasi, mengarahkan pasien
terkait pemeriksaan diri, memberikan motivasi kepada pasien agar patuh dalam
pengobatan, memberikan informasi, memantau penggunaan obat, memberikan
konseling dan membantu pencatatan untuk pelaporan yang tentunya harus disertai
dengan bekal pengetahuan yang memadai dan sesuai dengan standar pelayanan
Apoteker (Depkes RI, 2007).
Mengingat pentingnya pemberian pelayanan kefarmasian yang memiliki
pengaruh terhadap kepatuhan dan peningkatan kualitas hidup pasien, maka
ditetapkan standar pelaksanaan kefarmasian di apotek dalam Kepmenkes RI
Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004 sebagai salah satu pedoman bagi tenaga
kefarmasian dalam melaksakan pelayanan kepada pasien (Depkes RI, 2009).
Melalui standar yang ditetapkan ini diharapkan apoteker dapat
mengaplikasikannya dalam praktek pelayanan kefarmasian yang berjalan di
apotek. Terkait hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4

mengenai “Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian pada Pasien Asma oleh
Apoteker pada Sepuluh Apotek di Kota Yogyakarta” dengan mengacu pada
standar yang ditetapkan dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/
2004 .
1.

Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa tingkat kekambuhan penyakit

asma masih menjadi masalah serius di dunia termasuk Indonesia seperti di Kota
Yogyakarta. Faktor penyebab tingginya kekambuhan penyakit asma dapat
disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya adalah ketidakpatuhan pasien asma
terhadap pengobatan. Apoteker memiliki peran penting untuk meningkatkan
pemahaman dan kepatuhan pasien dengan memberikan pelayanan kefarmasian
yang sesuai. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah melihat
kesesuaian penerapan standar pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical care) pada
pasien asma oleh apoteker pada sepuluh apotek di Kota Yogyakarta dengan
mengunakan standar yang ditetapkan dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/
MENKES/ SK/ IX/ 2004. Terkait hal tersebut, beberapa hal penting yang akan
diidentifikasi adalah :
a. Seperti apa pelayanan resep pada pasien asma yang dilakukan oleh
apoteker pada sepuluh apotek di Kota Yogyakarta ?
b. Seperti apa pelayanan informasi obat pada pasien asma yang dilakukan
oleh apoteker pada sepuluh apotek di Kota Yogyakarta ?
c. Seperti apa pelayanan konseling pada pasien asma yang dilakukan oleh
apoteker pada sepuluh apotek di Kota Yogyakarta ?

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5

d. Seperti apa monitoring dan evaluasi pada pasien asma yang dilakukan
oleh apoteker pada sepuluh apotek di Kota Yogyakarta ?
e. Seperti apa edukasi dan promosi pada pasien asma yang dilakukan
oleh apoteker pada sepuluh apotek di Kota Yogyakarta ?
f. Seperti apa pelayanan residensial (home care) pada pasien asma yang
dilakukan oleh apoteker pada sepuluh apotek di Kota Yogyakarta ?
2.

Keaslian penelitian
Penelitian yang lain oleh Sukmajati (2008) yang berjudul “Pelaksanaan

Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor
1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004 di Kota Yogyakarta”. Sukmajati (2008)
melakukan penelitian pada semua aspek yang terdapat dalam standar Kepmenkes
RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004 di Kota Yogyakarta, sedangkan pada
penelitian ini lebih ditekankan kesesuaian penerapan Pharmaceutical care pada
pasien asma berdasarkan aspek pelayanan menurut standar Kepmenkes RI Nomor
1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004 oleh apoteker pada sepuluh apotek di Kota
Yogyakarta.
Pernah dilakukan penelitian mengenai “Penerapan Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek di Kota Medan Tahun 2008” oleh Ginting (2009).
Perbedaan dengan penelitian ini ialah pada penelitian Ginting (2009) dilakukan
penelitian yang menekankan pada penerapan standar pelayanan kefarmasian di
apotek secara umum dan menyeluruh berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1027/
MENKES/ SK/ IX/ 2004, sedangkan pada penelitian ini lebih ditekankan
kesesuaian penerapan Pharmaceutical care oleh apoteker pada pasien asma

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6

dengan menggunakan standar yang ditetapkan dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/
MENKES/ SK/ IX/ 2004. Selain itu lokasi tempat penelitian berbeda, dimana
pada penelitian Ginting (2009) dilakukan di kota Medan sedangkan pada
penelitian ini dilakukan sepuluh apotek Kota Yogyakarta.
Pernah dilakukan penelitian mengenai “Analisis Aplikasi Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kota Yogyakarta” oleh Atmini, Gandjar, dan
Purnomo (2011). Perbedaan dengan penelitian ini ialah pada penelitian Atmini
dkk. (2011) ingin melihat gambaran pelaksanaan standar pelayanan farmasi secara
umum dengan responden apoteker, karyawan dan pasien, sedangkan pada
penelitian ini ingin melihat penerapan Pharmaceutical care pada pasien asma
oleh apoteker pada sepuluh apotek di Kota Yogyakarta dengan mengacu pada
standar yang ditetapkan dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/
2004.
3.

Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis. Memberikan gambaran terkait kesesuian maupun hal
yang tidak sesuai dalam “Penerapan Pharmaceutical care pada Pasien
Asma oleh Apoteker pada Sepuluh Apotek di Kota Yogyakarta”
menurut standar yang ditetapkan dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/
MENKES/ SK/ IX/ 2004.
b. Manfaat praktis. Hasil penelitian yang diperoleh dapat digunakan
sebagai:
1) Bahan evaluasi bagi pihak-pihak yang terkait, berkenaan dengan
pelaksanaan Pharmaceutical care pada pasien asma oleh apoteker

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7

yang dapat dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi atau Dinas
Kesehatan Kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
2) Memberikan gambaran bagi mahasiswa farmasi atau calon
apoteker yang tertarik dalam pelayanan di apotek terkait penerapan
Pharmaceutical care pada pasien asma yang dilakukan oleh
apoteker dengan mengacu pada standar yang ditetapkan dalam
Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004.
3) Sebagai bahan kajian bagi apotek-apotek dalam rangka upaya
evaluasi untuk pembinaan kedepan demi peningkatan mutu,
efisiensi pelayanan terhadap pasien asma oleh apoteker maupun
tenaga kefarmasian lainnya yang bekerja di apotek sehingga
dengan demikian diharapkan akan berpengaruh pada tingkat
pemahaman dan kepatuhan pasien pasien asma, menurunkan
tingkat keparahan serangan asma dan meningkatkan kualitas hidup
penderita asma.
4) Sebagai bahan kajian untuk memberikan gambaran terkait
penerapan Pharmaceutical care pada pasien asma oleh apoteker di
apotek yang baru, mengingat standar yang digunakan adalah
Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004 yang
merupakan standar pelayanan kefarmasian di apotek.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8

B. Tujuan Penelitian
1.

Tujuan umum
Mengetahui gambaran penerapan Pharmaceutical care pada pasien asma

oleh apoteker pada sepuluh apotek di Kota Yogyakarta dengan mengacu pada
standar yang ditetapkan dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/
2004.
2.

Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi pelayanan resep yang dilakukan pada pasien asma
oleh apoteker pada sepuluh apotek di Kota Yogyakarta.
b. Mengidentifikasi pelayanan informasi obat yang diberikan pada pasien
asma oleh apoteker pada sepuluh apotek di Kota Yogyakarta.
c. Mengidentifikasi pelayanan konseling yang dilakukan pada pasien
asma oleh apoteker pada sepuluh apotek di Kota Yogyakarta.
d. Mengidentifikasi monitoring dan evaluasi yang dilakukan pada pasien
asma oleh apoteker pada sepuluh apotek di Kota Yogyakarta.
e. Mengidentifikasi edukasi dan promosi yang dilakukan pada pasien
asma oleh apoteker pada sepuluh apotek di Kota Yogyakarta.
f. Mengidentifikasi pelayanan residensial (Home care) yang dilakukan
pada pasien asma oleh apoteker pada sepuluh apotek di Kota
Yogyakarta.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Asma
1.

Pengenalan asma
a. Pengertian. Asma adalah salah satu penyakit inflamasi kronis pada
saluran napas dengan banyak sel yang berperan, khususnya sel mast,
eosinofil, dan limfosit T.

Penyakit ini ditandai dengan terjadinya

mengi episodik, batuk, dan sesak yang terasa di dada disebabkan
karena terjadinya penyumbatan saluran napas (GINA,2007 dan
Bernstein, 2003).
Menurut Nelson (1996), asma didefinisikan sebagai tanda dan
gejala Wheezing atau mengi dan atau batuk yang memiliki
karakteristik seperti ; timbul secara episodik dan atau kronik,
cenderung terjadi pada malam hari atau dini hari (nocturnal), bersifat
musiman, adanya aktivitas fisik sebagai faktor pencetus yang
reversibel baik secara spontan maupun karena terjadinya penyumbatan,
faktor pencetus lain yaitu adanya riwayat asma atau atopi lain pada
pasien atau keluarganya
b. Faktor penyebab asma. Faktor yang mempengaruhi terjadinya asma
dibagi menjadi 2 faktor yaitu : faktor genetik dan faktor lingkungan.
Faktor pemicu antara lain : alergen seperti binatang berbulu (anjing,
kucing, tikus), jamur, kapang, atau pajanan asap rokok. Faktor pemacu

9

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10

antara lain adalah : ozon, rinovirus, dan pemakaian β2-agonis (Depkes
RI, 2009).
c. Tanda dan gejala asma. Pada penderita asma, tanda awal yang bisa
dikenali untuk indikasi pasien tersebut mendapat serangan asma adalah
pasien akan mengalami perubahan pola pernapasan, mengalami bersinbersin, hidung mampat, tengggorokan terasa gatal, mengalami susah
tidur, tidak dapat melakukan olahraga yang berat seperti orang sehat
normal lainnya, batuk, terjadi penurunan prestasi dalam penggunaan
Peak Flow Meter, dan mudah merasa lelah (Depkes RI, 2007).
2.

Epidemiologi asma
Penyakit asma diketahui memiliki prevalensi yang tinggi serta tergolong

dalam penyakit kronik. Di Negara maju maupun di Negara berkembang,
ditemukan sebagian besar penyakit asma diderita oleh anak dan orang dewasa.
Penderita asma didunia tercatat mencapai 300 juta manusia yang disertai dengan
kejadian kekambuhan pada penderita tersebut dan angka ini diperkirakan akan
terus mengalami peningkatan pada tahun 2025 hingga mencapai 400 juta manusia
(Masoli, 2004).
Menurut penelitian, di Indonesia mengalami peningkatan kasus penyakit
asma. Penelitian lain menyebutkan, setiap tahunnya hampir separuh dari pasien
asma pernah dirawat di rumah sakit dan masuk ke bagian gawat darurat. Penyebab
dari hal tersebut adalah manajemen dan pengobatan asma yang masih jauh dari
pedoman yang seharusnya (GINA, 2007 dan Bernstein, 2003).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11

Penelitian yang pernah dilakukan di Australia pada tahun 1982 diketahui
sebesar 12,9% masyarakatnya menderita asma pada usia 8-11 tahun, kemudian
terjadi peningkatan pada tahun 1992 sebesar 29,7%. Hasil yang bervariasi
ditunjukkan di Indonesia, di beberapa Kota besar seperti Yogyakarta prevalensi
penderita asma ditemukan sebesar 4,8%, 7,99% di Menado, 8,08% di Palembang,
dan 17% di Ujung Pandang (Naning,1991).
Menurut survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2005 mengemukakan
bahwa tercatat sebanyak 225.000 orang meninggal karena asma dari jumlah
tersebut sebanyak 16,4 % kejadiannya terjadi di Kota Yogyakarta. Penelitian oleh
Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Yogyakarta menyatakan bahwa asma
selalu menduduki peringkat 3 besar penyebab peningkatan kunjungan pasien,
bahkan pada tahun 2010 asma bergeser menduduki urutan peringkat pertama
(Dinkes D.I Yogyakarta, 2012).
Penelitian lain menemukan bahwa akibat terjadinya kekambuhan asma,
anak-anak yang bersekolah harus kehilangan 16% hari sekolah, di Eropa
kehilangan 43% hari sekolah, di Amerika Serikat 40% kehilangan hari sekolah
(Health, 2005). Untuk orang dewasa yang berprofesi sebagai pekerja
kehilangan19,2% hari kerja untuk kasus derajat kekambuhan sedang hingga besar
dan 4,4% untuk orang dewasa dengan derajat kekambuhan tergolong ringan
(Sundaru, 2007).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12

B. Perkembangan Profesi Kefarmasian
Sebelum tahun 1940-an profesi kefarmasian terus mengalami perubahan.
Dalam perkembangan sejarahnya profesi kefarmasian mengalami beberapa tahap
perubahan periode.
1.

Periode tradisional (sebelum tahun 1940-an)
Pada periode ini pekerjaan seorang farmasi masih berorientasi pada

penyediaan, pembuatan/peracikan, dan pendistribusian produk yang berkhasiat
sebagai obat. Setelah terjadi perkembangan dalam perindustrian, banyak
perusahaan-perusahaan yang memproduksi obat dalam skala besar yang
menyebabkan profesi farmasis menjadi menyempit dikarenakan peracikan obat
menjadi semakin jarang (Ikawati, 2010).
2.

Periode transisional (tahun 1960-1970)
Pada periode ini adalah masa dimana terjadi perkembangan penemuan-

penemuan obat-obat baru. Seiring penemuan obat-obat baru tersebut, jumlah
produksi obat pun menjadi semakin besar. Namun demikian, hal ini ternyata
menimbulkan masalah baru dimana terjadi peningkatan permasalahan kesehatan
di masyarakat terkait penggunaan obat, diantaranya adalah terjadinya efek
samping obat, interaksi antar obat, adanya teratogenesis, dll. Pada akhirnya,
tuntutan masyarakat terkait mutu pelayanan medis menjadi meningkat yang
berdampak pada harapan adanya tenaga profesional yang memiliki pengetahuan
mengenai pengobatan terutama pengetahuan terkait masalah-masalah kesehatan
yang muncul pada saat itu. Dalam hal ini, tenaga yang dimaksud tidak lain adalah
tenaga farmasis (apoteker) sehingga dikenal istilah farmasi klinik (Ikawati, 2010).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13

3.

Periode masa kini (dimulai tahun 1970)
Pada periode ini terjadi perubahan dalam praktek kefarmasian dikarenakan

adanya tuntutan pelayanan farmasi yang tidak lagi berorientasi hanya pada produk
saja namun bergeser lebih pada pelayanan terhadap pasien. Periode ini juga
dikenal dengan periode Pharmaceutical care (Pradipta, 2011).
Pelayanan

kefarmasian

(Pharmaceutical

care)

merupakan

upaya

peningkatan kesehatan yang diberikan dalam bentuk pelayanan kepada
masyarakat dimana pelayanan tersebut merupakan bentuk tanggung jawab dan
pekerjaan kefarmasian terutama dalam profesinya sebagai Apoteker (Kepmenkes
RI, 2008).

C. Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical care)
Pharmaceutical care adalah rancangan dasar dalam pekerjaan kefarmasian
yang menyiratkan suatu tanggung jawab sebagai tenaga kesehatan dalam
pemberian obat pada pasien. Bentuk tanggung jawab itu sendiri antara lain adalah
dalam bentuk pelayanan. Pharmaceutical care dapat dijadikan penuntun bagi
tenaga kefarmasian untuk menerapkan suatu pelayan terhadap pasien (IAI DIY,
2010). Dalam pekerjaan kefarmasian seseorang dengan profesi apoteker memiliki
tanggung jawab dalam bentuk pelayanan demi meningkatkan kualitas hidup
pasien, hal ini disebut dengan asuhan kefarmasian (Pharmaceutical care) (Depkes
RI, 2009).
Tujuan akhir dalam Pharmaceutical care adalah pencapaian hasil terapi
yang optimal baik dari segi penyakit yang sembuh, gejala penyakit yang hilang,

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14

memperlambat proses penyakit, ataupun pencegahan terhadap suatu penyakit
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien (Trisna, 2007). Pelayanan
yang diberikan haruslah dapat dipertanggung jawabkan dan memenuhi aturan
yang berlaku, sehingga ditetapkanlah suatu Undang-Undang yang mengatur
tentang pelayanan kefarmasian baik itu di Rumah Sakit maupun di apotek. Salah
satu keputusan yang dirancang oleh Departemen Kesehatan RI adalah SK Nomor
1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
(Kepmenkes RI, 2008).
Dalam Pharmaceutical care terdapat 2 hal yang sangat ditekankan, yaitu :
1.

Pelaksanaan pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh apoteker sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan pasien

2.

Membuat komitmen untuk dapat meneruskan pelayanan setelah dimulai
secara terus-menerus (Lukmanto, 2007).
Menurut Hepler and Strand (1990) dalam Pharmaceutical care memiliki 3

fungsi utama yaitu :
1.

Mengidentifikasi secara aktual dan potensial terkait masalah yang
berkaitan dengan obat

2.

Menangani masalah yang berhubungan dengan kejadian Drug Related
Problem (DRP)

3.

Menghindari kemungkinan terjadinya masalah yang erat kaitannya dengan
obat .

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15

D. Peran Apoteker dalam Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical care)
Pada penerapan Pharmaceutical care, apoteker memiliki peranan penting
untuk mendidik pasien yang berdampak pada sikap atau perilaku positif pasien
dalam berkontribusi untuk mendukung pencapaian terapi pengobatan yang
dijalaninya (ASHP, 1993).
Terdapat standar perawatan yang ditetapkan bagi apoteker yang berperan
sebagai praktisi. Standar yang ditetapkan ini merupakan sekumpulan harapan
yang diharapkan dari kinerja seorang praktisi dari segi individual (Cipolle, Strand,
and Morley, 2003).
1.

Pengkajian ( assessment )
a. Pada kategori ini, praktisi wajib untuk mengumpulkan informasi yang
relevan untuk digunakan dalam mengambil keputusan terkait terapi
obat yang diberikan kepada pasien.
b. Praktisi wajib untuk menganalisis pengkajian data untuk melihat
apakah kebutuhan pengobatan pasien telah terpenuhi, sudah tepat,
sudah paling efektif, paling aman, dan pasien mampu serta bersedia
untuk mengambil obat yang diberikan.
c. Praktisi

melakukan

analisis

terhadap

pengkajian

data

untuk

menentukan apakah terdapat masalah terkait terapi pengobatan yang
dijalani pasien (Cipolle et al, 2003).
2.

Penyusunan rencana pelayanan ( care plan development )
Praktisi melakukan identifikasi tujuan terapi yang diberikan kepada

pasien, selanjutnya praktisi dapat mengembangkan rencana perawatan yang

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16

berguna untuk menyelesaikan masalah terapi pengobatan, mencapai tujuan terapi
dan mencegah terjadinya masalah dalam pengobatan, dilanjutkan penentuan
jadwal sebagai bentuk tindak lanjut dan evaluasi untuk melihat efektifitas
pengobatan dan menilai kejadian efek samping obat yang mungkin dialamin oleh
pasien (Cipolle et al, 2003).
3.

Tindak lanjut evaluasi ( follow-up evaluation )
Praktisi wajib melakukan evaluasi hasil nyata yang dialami pasien dan

menetapkan sejauh mana kemajuan pasien terhadap pencapaian terapi,
menentukan jika ada masalah terhadap keamanan atau kepatuhan pasien, dan
menilai apakah ada masalah baru yang muncul dari pengobatan pasien (Cipolle et
al, 2003).

E. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Apotek adalah suatu tempat dilaksanakannya kegiatan dan tugas terkait
kefarmasian, penditribusian sediaan farmasi dan pemberian edukasi kepada
masyarakat. Apotek berguna sebagai tempat bagi apoteker untuk mengabdikan
diri sesuai perannya, memfasilitasi pelaksanaan compounding, pencampuran, dan
penyaluran obat maupun sarana perbekalan farmasi kepada masyarakat yang
memerlukan tanpa terkecuali (Kepmenkes RI, 2008).
Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat
yang dikepalai oleh seorang apoteker. Apoteker sebagai pengelola tentunya harus
memenuhi standar pelayanan yang berlaku sebagai pedoman dalam melaksanakan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17

praktek kefarmasian khususnya praktek sebagai apoteker yang berorientasi
terhadap pasien atau masyarakat yang membutuhkan (Kemenkes RI, 2008).
Tujuan dari penetapan standar pelayanan kefarmasian yaitu sebagai
panduan bagi apoteker dalam melaksanakan praktek kerja sesuai dengan
profesinya sehingga dapat sekaligus melindungi masyarakat / pasien dari
pelayanan yang tidak profesional dan juga sebagai perlindungan bagi profesi
dalam rangka menjalankan praktek kerjanya (Kepmenkes RI, 2008).
1.

Aspek sumber daya
a. Sumber daya manusia. Dari segi sumber daya manusia, pengelolahan
apotek yang baik apabila memiliki tenaga apoteker yang handal dan
profesional dalam menjalankan pelayanan

kefamasian. Apoteker

adalah lulusan yang menimbah ilmu dibidang perguruan tinggi
Farmasi, telah lulus sarjana, menempuh pendidikan lanjutan untuk
gelar profesi apoteker dan telah mengucapkan sumpah profesi apoteker
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, tersertifikasi
keprofesiannya yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk
melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker
(Anonim, 2004).
b. Sarana dan prasarana. Sumber daya manusia yang memadai untuk
melakukan aktifitas pelayanan kesehatan di apotek tidak dapat berjalan
apabila tidak didukung dengan fasilitas sarana dan prasarana yang
memadai, sehingga rancangan

sarana dan prasarana juga menjadi

pendukung berjalannya pelayanan kesehatan yang efektif. Sarana dan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18

prasarana yang diadakan haruslah sesuai dengan kebutuhan apotek dan
dapat membantu keefektifan kinerja pelayanan oleh apoteker ataupun
tenaga kesehatan lain yang bekerja di apotek serta membantu
menfasilitasi

kebutuhan

pasien

atau

masyarakat.

Kebersihan,

kenyamanan, kelengkapan perabotan, susunan dena ruang berdasarkan
kepentingan

masing-

masing

khususnya

untuk

pelayanan,

penyimpanan produk kefarmasian menjadi hal yang perlu diperhatikan
demi mendukung pelaksanaan pelayanan kefarmasian di Apotek
(Anonim, 2004).
c. Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan. Pengelolaan
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan merupakan suatu kegiatan
terstruktur. Kegiatan tersebut berupa perencanaan untuk menentukan
sediaan ataupun perbekalan kesehatan yang dibutuhkan di apotek,
pengadaan untuk menyediakan sediaan ataupun perbekalan farmasi
yang telah ditetapkan yang dilakukan melalui prosedur resmi sesuai
aturan

perundang-undangan,

penyimpanan

sebagai

upaya

pemeliharaan sediaan dan perbekalan farmasi dengan tujuan agar
kualitas dan keamaannya pun dapat terjaga dengan baik dan
penyerahan

sediaan

atau

perbekalan

kesehatan

kepada

yang

kegiatan

yang

membutuhkan (Anonim, 2004).
d. Administrasi.

Kegiatan

administrasi

meliputi

berhubungan dengan dokumentasi. Kegiatan yang dilakukan berupa
pencatatan, pengarsipan seperti pengarsipan untuk catatan pengobatan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19

pasien dan pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat yang
merupakan bagian dari administrasi pelayanan, serta pelaporan
narkotika dan psikotropika (Anonim, 2004).
2.

Aspek Pelayanan
Pemberian pelayanan yang berkualitas kepada pasien khususnya di apotek

merupakan tanggung jawab yang sangat penting untuk dipegang dan dilaksanakan
oleh seorang apoteker. Segala bentuk kegiatan dan tanggung jawab yang wajib
dilaksanakan oleh apoteker dalam rangka pelayanan kefarmasian di apotek
dituangkan dalam peraturan Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/
2004. (Anonim, 2004). Khusus dalam hal pelayanan, dipaparkan bahwa hal
penting yang perlu untuk dilaksanakan yaitu terkait pelayanan resep, penyiapan
obat, promosi dan edukasi dan pelayan residensial
a. Pelayanan resep
1) Skrining resep
a) Kegiatan

skrining

resep

meliputi

penyidikan

terhadap

kelengkapan administrasi resep yang meliputi data dokter yaitu
: nama dokter yang memberikan resep, nomor ijin praktek,
alamat, tanggal penulisan resep, tanda tangan/paraf dokter
bersangkutan. Data pasien yaitu : nama, alamat, umur, jenis
kelamin, dan berat badan pasien. Data obat yaitu : nama obat,
potensi, dosis, jumlah yang diminta, cara penggunaan obat
yang jelas (Kepmenkes, 2008).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20

b) Kesesuaian
memeriksa

farmasetik
bentuk

juga

perlu

sediaan,

dosis,

diperhatikan
potensi,

dengan
stabilitas,

inkompatibilitas, cara dan lama penggunaan obat (Anonim,
2004).
c) Aspek klinis yang penting untuk disidik yaitu melihat ada
tidaknya alergi, kemungkinan efek samping obat, interaksi,
kesesuaian dosis, durasi, jumlah obat yang ditulis dalam resep.
Apabila terdapat ketidaksesuaian dalam pengkajian aspek
klinis, maka apoteker dapat melakukan konsultasi dan
memberikan rekomendasi obat lain sebagai alternatif yang
sekiranya mendapat persetujuan dari dokter yang menuliskan
resep (Kepmenkes RI, 2008).
2) Penyiapan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan. Pada proses
penyiapan

sediaan

farmasi

dan

perbekalan

kesehatan,

penyiapannya haruslah sesuai dengan permintaan resep yang
datang. Dari resep yang diterima, kemudian dilakukan perhitungan
dosis untuk memastikan ketepatan dan kesesuaiannya agar tidak
melebihi dosis maksimum.
a) Pada kegiatan peracikan, beberapa langkah-langkah yang perlu
dilakukan meliputi penyiapan, penimbangan, pencampuran,
pengemasan dan pemberian etiket pada wadah. Hal yang perlu
diperhatikan yaitu me

Dokumen yang terkait

Perbandingan hasil wawancara kegiatan pelayanan informasi obat terhadap apoteker pengelola apotek pada dua apotek swasta di Yogyakarta.

0 0 2

Pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek berdasarkan Kepmenkes RI nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 di Kabupaten Sleman periode Oktober-Desember 2006.

0 8 127

Gambaran pelayanan informasi obat oleh apoteker di-25 apotek di Kota Yogyakarta periode Juli-September 2004.

0 0 92

Pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 di Kota Yogyakarta.

0 0 133

Pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 di Kota Yogyakarta - USD Repository

0 0 131

Kerjasama apotek di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek jaringan dalam rangka peningkatan pelayanan kefarmasian - USD Repository

0 0 111

Gambaran pelayanan informasi obat oleh apoteker di-25 apotek di Kota Yogyakarta periode Juli-September 2004 - USD Repository

0 0 90

Persepsi apoteker pengelola apotek di Kota Yogyakarta terhadap perannya dalam pelayanan resep selama di apotek - USD Repository

0 0 137

Pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek berdasarkan Kepmenkes RI nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 di Kabupaten Sleman periode Oktober-Desember 2006 - USD Repository

0 0 125

Kajian pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian berdasarkan Kepmenkes RI nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 di apotek-apotek Kabupaten Bantul - USD Repository

0 0 157