DOCRPIJM dcfba489f0 BAB III0 BAB 3 ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA KARYA

RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(RPI2JM)

Kab. Tapanuli Tengah 2016 - 2020

BAB. III
ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA KARYA

3.1.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL
Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan
sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hirarkis memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan
ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan
peruntukan ruang untuk fungsi budidaya sebagaimana yang telah ditetapkan pada PP No. 26
Tahun 2008. Pembangunan Bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan struktur dan
pola ruang yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak
huni dan berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan
ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan

dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan
sumber daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif
terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

3.1.1. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
Beberapan kriteria penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) adalah:
i.

Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan
ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional,

ii.

Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri
dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau

iii.

Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi
skala nasional atau melayani beberapa provinsi.


Posisi geografis kabupaten Tapanuli Tengah pada Koridor Wilayah Pengembangan Strategis
(WPS) (koridor Sibolga - Padang - Bengkulu) telah menimbulkan dampak positif terhadap
percepatan pembangunan fisik, sosial dan ekonomi, khususnya pada kawasan Pinangsori Kab.
Tapanuli Tengah. Pengembangan Infrastruktur Bandar Udara Ferdinand Lumban Tobing
(Pinangsori) yang merupakan koridor WPS Sibolga - Padang - Bengkulu.

Arahan Strategis Nasional Bidang Cipta Karya III. 1

RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(RPI2JM)

Kab. Tapanuli Tengah 2016 - 2020

3.1.2. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Beberapan kriteria Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah:
i.

Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan

ekspor-impor yang mendukung PKN,

ii.

Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri
dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau

iii.

Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang
melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

Kabupaten Tapanuli Tengah sendiri memiliki kawasan strategis provinsi. Dimana Provinsi
Sumatera Utara telah merencanakan dan menetapkan kawasan strategis Labuhan Angin –
Sibolga sebagai kawasan strategis provinsi. Dimana kawasan strategis Labuhan Angin –
Sibolga merupakan satu kesatuan dari pengembangan kawasan ekonomi cepat tumbuh, yang
mencakup Kecamatan Tapian Nauli, Sarudik dan Kota Sibolga.

3.1.3. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (PKSN)
Penetapan Kawasan Strategis Nasional dilakukan berdasarkan kriteria:

1.

Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara
tetangga,

2.

Pusat perkotaan yang

berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang

menghubungkan dengan negara tetangga,
3.

Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan
wilayah sekitarnya, dan/atau

4.

Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat

mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

Penetapan Kawasan Strategis Nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:
1.

Pertahanan dan keamanan;

2.

Pertumbuhan ekonomi;

3.

Sosial dan budaya;

4.

Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi; dan/atau

5.


Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Keberadaan Bandar Udara Ferdinand Lumban Tobing di Pinangsori dan Kawasan Labuhan
Angin menjadikan Kabupaten Tapanuli Tengah sebagai kawasan strategis dari sudut
kepentingan

pertahanan

dan

keamanan,

pertumbuhan

ekonomi,

sosial,

budaya,


pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, serta fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup.

Arahan Strategis Nasional Bidang Cipta Karya III. 2

RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(RPI2JM)

Kab. Tapanuli Tengah 2016 - 2020

3.2.

ARAHAN RENCANA TATA RUANG (RTR) PULAU

3.2.1. Rencana Struktur Ruang dan Rencana Pola Ruang Pulau Sumatera
i. Rencana Struktur Ruang dan Rencana Pola Ruang Pulau Sumatera merupakan perangkat
operasional RTRWN di Pulau Sumatera yang berupa strategi operasionalisasi perwujudan
struktur ruang dan pola ruang.

ii. Rencana dalam peta dengan skala struktur ruang digambarkan 1:500.000 sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Presiden ini.
iii. Rencana pola ruang digambarkan dalam peta dengan skala 1:500.000 sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Presiden ini.
iv. Peta sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) merupakan gambaran sebaran
indikatif lokasi pemanfaatan ruang untuk rencana struktur ruang dan rencana pola ruang
Nasional di Pulau Sumatera.

3.2.2. Kawasan Lindung Nasional
Strategi operasionalisasi perwujudan Kawasan Lindung Nasional sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 ayat (2) huruf a terdiri atas strategi operasionalisasi perwujudan:
a.

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;

b.

Kawasan perlindungan setempat;


c.

Kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, dan cagar budaya;

d.

Kawasan rawan bencana alam;

e.

Kawasan lindung geologi; dan

f.

Kawasan lindung lainnya.

(1) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 42 huruf a terdiri atas:
a. Kawasan hutan lindung;

b. Kawasan bergambut; dan
c. Kawasan resapan air.
(2) Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap
kawasan bawahannya meliputi:
a. Mengembangkan pengelolaan, meningkatkan fungsi, dan mengendalikan perubahan
peruntukan dan/atau fungsi kawasan hutan lindung yang bervegetasi hutan tetap;
b. Merehabilitasi kawasan hutan lindung yang terdegradasi;
c. Melestarikan kawasan bergambut untuk menjaga sistem tata air alami dan ekosistem
kawasan;
d. Melestarikan kawasan hutan lindung dan kawasan bergambut yang bernilai

Arahan Strategis Nasional Bidang Cipta Karya III. 3

RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(RPI2JM)

Kab. Tapanuli Tengah 2016 - 2020

konservasi tinggi;

e. Merehabilitasi kawasan resapan air yang terdegradasi, serta mempertahankan fungsi
lahan dan mengendalikan alih fungsi lahan kawasan resapan air.
(3) Pengembangan pengelolaan, peningkatan fungsi, dan pengendalian perubahan
peruntukan dan/atau fungsi kawasan hutan lindung yang bervegetasi hutan tetap serta
rehabilitasi kawasan hutan lindung yang terdegradasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a dan huruf b.
(4) Pelestarian kawasan bergambut untuk menjaga sistem tata air alami dan ekosistem
kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c.
(5) Pelestarian kawasan hutan lindung dan kawasan bergambut yang bernilai konservasi
tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d.
(6) Rehabilitasi kawasan resapan air yang terdegradasi, serta pemertahanan fungsi lahan
dan pengendalian alih fungsi lahan kawasan resapan air sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf e dilakukan pada kawasan resapan air di daerah imbuhan air tanah.
Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf b terdiri atas:
a.

Sempadan pantai;

b.

Sempadan sungai; dan

c.

Kawasan sekitar danau atau waduk.

Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan yang memberikan perlindungan setempat
meliputi:
a.

Mengendalikan pemanfaatan ruang pada sempadan pantai, sempadan sungai, dan
kawasan sekitar danau atau waduk yang berpotensi mengganggu dan/atau merusak
fungsi sempadan pantai, sempadan sungai, dan kawasan sekitar danau atau waduk; dan

b.

Mengembangkan struktur alami berupa jenis dan kerapatan tanaman dan/atau struktur
buatan di sempadan pantai, sempadan sungai, dan kawasan sekitar danau atau waduk
untuk mencegah daya rusak air.

Pengendalian pemanfaatan ruang pada sempadan pantai, sempadan sungai, dan kawasan
sekitar danau atau waduk yang berpotensi mengganggu dan/atau merusak fungsi sempadan
pantai, sempadan sungai, dan kawasan sekitar danau atau waduk serta pengembangan
struktur alami berupa jenis dan kerapatan tanaman dan/atau struktur buatan di sempadan
pantai, sempadan sungai, dan kawasan sekitar danau atau waduk untuk mencegah daya
rusak air sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan b.
Kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, dan cagar budaya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 42 huruf c, antar lain:
a.

Suaka margasatwa;

b.

Cagar alam dan cagar alam laut;

c.

Kawasan pantai berhutan bakau;

d.

Taman Nasional dan Taman Nasional Laut;

Arahan Strategis Nasional Bidang Cipta Karya III. 4

RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(RPI2JM)

Kab. Tapanuli Tengah 2016 - 2020

e.

Taman hutan raya;

f.

Taman wisata alam dan taman wisata alam laut; dan

g.

Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, dan
cagar budaya meliputi:
a.

Merehabilitasi dan memantapkan fungsi cagar alam, cagar alam laut, taman nasional,
taman wisata alam, dan taman wisata alam laut yang terdegradasi;

b.

Mengembangkan pengelolaan dan mempertahankan fungsi suaka margasatwa, cagar
alam, taman nasional laut, taman hutan raya, taman wisata alam, dan taman wisata alam
laut (taman wisata perairan);

c.

Merehabilitasi dan memantapkan fungsi kawasan pantai berhutan bakau untuk
perlindungan pantai dari abrasi dan kelestarian biota laut;

d.

Mempertahankan fungsi dan pelestarian kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian
alam yang bernilai konservasi tinggi; dan

e.

Melestarikan

fungsi

dan

mengembangkan

kawasan

cagar

budaya

dan

ilmu

pengetahuan.

Rehabilitasi dan pemantapan fungsi cagar alam, cagar alam laut, taman nasional, taman
wisata alam, dan taman wisata alam laut yang telah terdegradasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a.
Pengembangan pengelolaan dan pemertahanan fungsi suaka margasatwa, cagar alam,
taman nasional laut, taman hutan raya, taman wisata alam, dan taman wisata alam laut
(taman wisata perairan) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b.
Rehabilitasi dan pemantapan fungsi kawasan pantai berhutan bakau untuk perlindungan
pantai dari abrasi dan pelestarian biota laut sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c.
Pemertahanan fungsi dan pelestarian kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam
yang bernilai konservasi tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d.
Pelestarian fungsi dan pengembangan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e.
Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf d terdiri atas:
a.

Kawasan rawan tanah longsor;

b.

Kawasan rawan gelombang pasang; dan

c.

Kawasan rawan banjir.

Arahan Strategis Nasional Bidang Cipta Karya III. 5

RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(RPI2JM)

Kab. Tapanuli Tengah 2016 - 2020

Strategi operasionalisasi perwujudan pengendalian kawasan rawan bencana alam meliputi:
a.

Menetapkan zona-zona rawan bencana alam beserta ketentuan mengenai standar
bangunan gedung yang sesuai dengan karateristik, jenis, dan ancaman bencana;

b.

Mengendalikan perkembangan kawasan budi daya terbangun di kawasan rawan
bencana alam; dan

c.

Menyelenggarakan upaya mitigasi dan adaptasi bencana melalui penetapan lokasi dan
jalur evakuasi bencana serta pembangunan sarana pemantauan bencana.

Mengenai standar bangunan gedung yang sesuai dengan karateristik, jenis, dan ancaman
bencana, pengendalian perkembangan kawasan budi daya terbangun di kawasan rawan
bencana alam, dan penyelenggaraan upaya mitigasi dan adaptasi bencana melalui
penetapan lokasi dan jalur evakuasi bencana serta pembangunan sarana pemantauan
bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf b.
Kawasan rawan gelombang pasang di kawasan sepanjang pesisir pantai Pulau Sumatera dan
pulau-pulau kecil di sekitar Pulau Sumatera; dan kawasan rawan banjir.
Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf e terdiri atas:
a.

Kawasan cagar alam geologi;

b.

Kawasan rawan bencana alam geologi; dan

c.

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah.

Kawasan cagar alam geologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a.

Kawasan keunikan batuan dan fosil;

b.

Kawasan keunikan bentang alam; dan

c.

Kawasan keunikan proses geologi.

Kawasan rawan bencana alam geologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri
atas:
a.

Kawasan rawan letusan gunung berapi;

b.

Kawasan rawan gempa bumi;

c.

Kawasan rawan gerakan tanah;

d.

Kawasan rawan tsunami; dan

e.

Kawasan rawan abrasi.

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c berupa kawasan imbuhan air tanah.
Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan lindung geologi berupa cagar alam geologi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a.

Mengembangkan pengelolaan guna melestarikan kawasan keunikan batuan dan fosil,
kawasan keunikan bentang alam, dan kawasan keunikan proses geologi;

b.

Merehabilitasi kawasan keunikan batuan dan fosil, kawasan keunikan bentang alam, dan

Arahan Strategis Nasional Bidang Cipta Karya III. 6

RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(RPI2JM)

Kab. Tapanuli Tengah 2016 - 2020

kawasan keunikan proses geologi yang terdegradasi; dan
c.

Mengendalikan perkembangan kawasan budi daya terbangun di sekitar kawasan
keunikan batuan dan fosil, kawasan keunikan bentang alam, dan kawasan keunikan
proses geologi.

Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan lindung geologi berupa pengendalian
kawasan rawan bencana alam geologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a.

Menetapkan zona-zona rawan bencana alam geologi beserta ketentuan mengenai
standar bangunan gedung yang sesuai dengan karateristik, jenis, dan ancaman bencana
alam geologi;

b.

Mengendalikan perkembangan kawasan budi daya terbangun di kawasan rawan
bencana alam geologi; dan

c.

Menyelenggarakan upaya mitigasi dan adaptasi bencana alam geologi melalui
penetapan lokasi dan jalur evakuasi bencana alam geologi serta pembangunan sarana
pemantauan bencana alam geologi.

Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan lindung geologi berupa kawasan yang
memberikan perlindungan terhadap air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
dilakukan dengan mengendalikan perkembangan kegiatan budi daya terbangun pada
kawasan imbuhan air tanah.
Pengembangan pengelolaan guna melestarikan kawasan keunikan batuan dan fosil, kawasan
keunikan bentang alam, dan kawasan keunikan proses geologi, rehabilitasi kawasan keunikan
batuan dan fosil, kawasan keunikan bentang alam, dan kawasan keunikan proses geologi
yang terdegradasi, serta pengendalian perkembangan kawasan budi daya terbangun di
sekitar kawasan keunikan batuan dan fosil, kawasan keunikan bentang alam, dan kawasan
keunikan proses geologi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf a, b, dan c.
Penetapan zona-zona rawan bencana alam beserta ketentuan mengenai standar bangunan
gedung yang sesuai dengan karateristik, jenis, dan ancaman bencana, pengendalian
perkembangan kawasan budi daya terbangun di kawasan rawan bencana alam geologi, dan
penyelenggaraan upaya mitigasi dan adaptasi bencana melalui penetapan lokasi dan jalur
evakuasi bencana serta pembangunan sarana pemantauan bencana sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) huruf a, huruf b, dan huruf c.
Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya terbangun pada kawasan imbuhan air
tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilakukan pada kawasan imbuhan air tanah.
Kawasan lindung lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf f terdiri atas:
a.

Cagar biosfer;

b.

Ramsar;

c.

Taman buru;

d.

Terumbu karang; dan

e.

Koridor ekosistem.

Arahan Strategis Nasional Bidang Cipta Karya III. 7

RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(RPI2JM)

Kab. Tapanuli Tengah 2016 - 2020

Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan lindung lainnya sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a.
b.

Mempertahankan, melestarikan, dan mengembangkan cagar biosfer;
Mempertahankan dan melestarikan sistem tata air dan ekosistem alamiah pada kawasan
ramsar;

c.

Mempertahankan, melestarikan, dan mengembangkan pengelolaan kawasan taman
buru;

d.

Mempertahankan, melestarikan, dan mengembangkan kawasan laut yang memiliki
ekosistem terumbu karang; dan

e.

Mempertahankan, melestarikan, dan meningkatan fungsi koridor ekosistem.

3.2.3. Kawasan Budi Daya yang Memiliki Nilai Strategis Nasional
Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis
nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf b terdiri atas strategi
operasionalisasi perwujudan:
a.

kawasan peruntukan hutan;

b.

kawasan peruntukan pertanian;

c.

kawasan peruntukan perikanan;

d.

kawasan peruntukan pertambangan;

e.

kawasan peruntukan industri;

f.

kawasan peruntukan pariwisata; dan

g.

kawasan peruntukan permukiman.
Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan peruntukan hutan sebagaimana dimaksud
dalam a meliputi:

a.

mengendalikan perubahan peruntukan dan/atau fungsi kawasan hutan sebagai upaya
untuk mewujudkan kawasan berfungsi lindung yang bervegetasi hutan tetap paling
sedikit 40% (empat puluh persen) dari luas Pulau Sumatera sesuai dengan ekosistemnya;

b.

mengembangkan

pengelolaan

kawasan

peruntukan

hutan

dengan

prinsip

berkelanjutan; dan
c.

rehabilitasi kawasan peruntukan hutan yang mengalami deforestasi dan degradasi.

Pengendalian perubahan peruntukan dan/atau fungsi kawasan hutan sebagai upaya untuk
mewujudkan kawasan berfungsi lindung yang bervegetasi hutan tetap paling sedikit 40%
(empat puluh persen) dari luas Pulau Sumatera sesuai dengan ekosistemnya.
Pengembangan pengelolaan kawasan peruntukan hutan dengan prinsip berkelanjutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan pada kawasan peruntukan hutan.
Rehabilitasi kawasan peruntukan hutan yang mengalami deforestasi dan degradasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan pada kawasan peruntukan hutan.

Arahan Strategis Nasional Bidang Cipta Karya III. 8

RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(RPI2JM)

Kab. Tapanuli Tengah 2016 - 2020

Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud
dalam b meliputi:
a.

Mempertahankan luasan kawasan peruntukan pertanian pangan beririgasi, rawa pasang
surut dan lebak, serta sawah non irigasi, termasuk yang merupakan lahan pertanian
pangan berkelanjutan;

b.

Mengembangkan kawasan peruntukan pertanian pangan sesuai kesesuaian lahan serta
kelayakan rawa dan lahan kering/tadah hujan;

c.

Mengendalikan alih fungsi lahan kawasan pertanian pangan sawah beririgasi menjadi
non sawah;

d.

Mengendalikan pengembangan kegiatan budi daya di kawasan peruntukan pertanian
pangan berkelanjutan;

e.

Mengembangkan kawasan agropolitan sebagai pusat pelayanan dan pusat koleksidistribusi produksi pertanian;

f.

Melindungi luas lahan hortikultura dan mengendalikan alih fungsi peruntukan lahan
hortikultura;

g.

Mengembangkan kawasan peruntukan pertanian untuk kegiatan perkebunan kelapa
sawit, karet, kopi, dan tembakau yang didukung dengan industri pengolahan dan
industri jasa hasil perkebunan yang ramah lingkungan dan bernilai ekonomi tinggi.

Pemertahanan luasan kawasan peruntukan pertanian pangan beririgasi, rawa pasang surut
dan lebak, serta sawah non irigasi, termasuk yang merupakan lahan pertanian pangan
berkelanjutan

serta pengembangan kawasan peruntukan pertanian pangan sesuai

kesesuaian lahan serta pengembangan kawasan peruntukan pertanian pangan sesuai
kesesuaian lahan serta kelayakan rawa dan lahan kering/tadah hujan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a dan b.
Pengendalian alih fungsi lahan kawasan pertanian pangan sawah beririgasi menjadi non
sawah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c. Pengendalian pengembangan kegiatan
budi daya di kawasan peruntukan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d. Pengembangan kawasan agropolitan sebagai pusat pelayanan dan
pusat koleksi-distribusi produksi pertanian dimaksud pada ayat (1) huruf e. Perlindungan luas
lahan

hortikultura

dan

mengendalikan

alih

fungsi

peruntukan

lahan

hortikultura

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f. Pengembangan kawasan peruntukan pertanian
untuk kegiatan perkebunan kelapa sawit, karet, kopi, dan tembakau yang didukung dengan
industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan yang ramah lingkungan dan bernilai
ekonomi tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g.

Arahan Strategis Nasional Bidang Cipta Karya III. 9

RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(RPI2JM)

Kab. Tapanuli Tengah 2016 - 2020

Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 50 huruf c meliputi:
a.

Mengembangkan kegiatan perikanan budi daya dengan memperhatikan daya dukung
dan daya tampung lingkungan hidup;

b.

Mengembangkan kawasan minapolitan berbasis masyarakat;

c.

Mengembangkan kawasan peruntukan perikanan tangkap sesuai potensi lestari;

d.

Mengendalikan kegiatan perikanan tangkap pada kawasan peruntukan perikanan yang
memiliki terumbu karang; dan

e.

Merehabilitasi kawasan peruntukan perikanan budi daya sesuai ekosistem sekitarnya.

3.2.4. Arahan Pemanfaatan Ruang Pulau Sumatera
Arahan pemanfaatan ruang Pulau Sumatera merupakan acuan untuk mewujudkan struktur
ruang dan pola ruang Pulau Sumatera sebagai perangkat operasional RTRWN di Pulau
Sumatera. Arahan pemanfaatan ruang Pulau Sumatera terdiri atas:
a.

Indikasi program utama;

b.

Sumber pendanaan;

c.

Instansi pelaksana; dan

d.

Waktu pelaksanaan.
Indikasi program utama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri atas:

a.

Indikasi program utama perwujudan struktur ruang; dan

b.

Indikasi program utama perwujudan pola ruang.
Sumber pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD), dan/atau sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Instansi pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c terdiri atas
Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan
masyarakat. Waktu pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d terdiri
atas 4 (empat) tahapan, sebagai dasar bagi pelaksana kegiatan dalam menetapkan
prioritas pembangunan di Pulau Sumatera, meliputi:

a.

Tahap pertama pada periode tahun 2011-2014;

b.

Tahap kedua pada periode tahun 2015-2019;

c.

Tahap ketiga pada periode tahun 2020-2024; dan

d.

Tahap keempat pada periode tahun 2025-2027.

Arahan Strategis Nasional Bidang Cipta Karya III. 10

RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(RPI2JM)

Kab. Tapanuli Tengah 2016 - 2020

3.3.

RTRW PROVINSI SUMATERA UTARA

3.3.1. Tujuan Penataan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara
Tujuan penataan ruang Provinsi Sumatera Utara adalah :
” Mewujudkan Wilayah Provinsi Sumatera Utara yang sejahtera, merata, berdayasaing
dan berwawasan lingkungan ”
3.3.2. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara
Berdasarkan tujuan penataan ruang yang ingin dicapai, maka kebijakan penataan ruang
Provinsi Sumatera Utara beserta strategi penataan ruang yang mendukung kebijakan
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1.

Kebijakan 1: Mengurangi kesenjangan pengembangan wilayah timur dan barat
Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut:
a. Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan baru di wilayah barat sesuai dengan potensi
dan daya dukung; dan
b. Membangun dan meningkatkan jaringan jalan lintas timur dan barat.

2.

Kebijakan 2: Mengembangkan sektor ekonomi unggulan melalui peningkatan daya
saing dan diversifikasi produk.
Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut:
a. Mendorong kegiatan pengolahan komoditi unggulan di pusat produksi komoditi
unggulan;
b. Meningkatkan prasarana perhubungan dari pusat produksi komoditi unggulan menuju
pusat pemasaran;
c. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung produksi untuk menjamin kestabilan
produksi komoditi unggulan;
d. Mengembangkan pusat-pusat agropolitan dan agromarinepolitan untuk meningkatkan
daya saing;
e. Meningkatkan kapasitas pembangkit listrik dengan memanfaatkan sumber energi yang
tersedia dan terbaharukan serta memperluas jaringan transmisi dan distribusi tenaga
listrik guna mendukung produksi komoditas unggulan;
f. Mengembangkan kawasan yang berpotensi memacu pertumbuhan ekonomi kawasan dan
wilayah di sekitarnya serta mendorong pemerataan perkembangan wilayah.

3.

Kebijakan 3: Mewujudkan ketahanan pangan melalui intensifikasi kegiatan yang ada
dan ekstensifikasi lahan pertanian pada lahan non-produktif.
Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut:
a.

Mempertahankan luasan lahan pertanian;

b.

Meningkatkan produktivitas pertanian;

c.

Melindungi lahan pertanian pangan berkelanjutan; dan

Arahan Strategis Nasional Bidang Cipta Karya III. 11

RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(RPI2JM)

Kab. Tapanuli Tengah 2016 - 2020

d.

Mencetak kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan baru untuk memenuhi
swasembada pangan.

4.

Kebijakan 4: Menjaga kelestarian lingkungan dan mengembalikan keseimbangan
ekosistem.
Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut:

5.

a.

Mempertahankan luasan kawasan lindung;

b.

Meningkatkan kualitas kawasan lindung; dan

c.

Mengembalikan ekosistem kawasan lindung.

Kebijakan 5: Mengoptimalkan pemanfaatan ruang budidaya sebagai antisipasi
perkembangan wilayah.
Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut:
a.

Mengendalikan perkembangan fisik permukiman;

b.

Mendorong intensifikasi pemanfaatan ruang di kawasan permukiman perdesaan dan
perkotaan.

6.

Kebijakan 6: Meningkatkan aksessibilitas dan memeratakan pelayanan sosial ekonomi
ke seluruh wilayah provinsi.
Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut:
a.

Membangun dan meningkatkan kualitas jaringan transportasi keseluruh bagian wilayah
provinsi;

b.

Menyediakan dan memeratakan fasilitas pelayanan sosial ekonomi (kesehatan,
pendidikan, air bersih, pemerintahan dan lain-lain).

3.3.3. Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara
Rencana struktur ruang wilayah Provinsi Sumatera Utara merupakan rencana susunan pusatpusat permukiman/kegiatan dan sistem jaringan prasarana serta sarana (terutama sistem
jaringan transportasi) yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang secara hierarki memiliki hubungan fungsional. Pusat permukiman tersebut
mempunyai fungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi komoditas/jasa dan tumbuh secara
berjenjang/berhierarki

sesuai

dengan

fungsi

dan

perannya,

baik

sebagai

pusat

pengembangan maupun pusat kegiatan. Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Sumatera
Utara Meliputi: sistem perkotaan, sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi, sistem
jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, dan sistem jaringan prasarana
lingkungan.
Permasalahan yang ada dalam pengembangan struktur ruang yang lebih seimbang di
Provinsi Sumatera Utara adalah adanya perbedaan karakterisitik ruang wilayah timur, tengah,
dan barat. Pertimbangan utama bagi penetapan struktur ruang wilayah Provinsi Sumatera
Utara adalah memperkuat sistem struktur ruang mikro (skala kecil) pada satuan ruang
khususnya wilayah tengah dan barat yang secara geografis lebih sulit untuk dikembangkan

Arahan Strategis Nasional Bidang Cipta Karya III. 12

RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(RPI2JM)

Kab. Tapanuli Tengah 2016 - 2020

karena berbagai keterbatasan. Penguatan ditujukan membuka akses dari sentra-sentra
penghasil sumberdaya primer menuju simpul-simpul pusat pelayan lokal, wilayah/regional
dan nasional.

3.3.3.1. Rencana Sistem Perkotaan Provinsi Sumatera Utara
Rencana Sistem Perkotaan Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat dalam tabel 3.1
Tabel. 3.1. Rencana Sistem Perkotaan Provinsi Sumatera Utara
No
1.
2.

Hierarki
PKL
PKL

Kota
Pandan, Kab.
Tap. Tengah
Barus, Kab.
Tap. Tengah

Status Kota

Strategi
Pengembangan
baru
Pengembangan
baru







Fungsi yang Diarahkan
Permukiman perkotaan
Perdagangan dan Jasa
Perikanan tangkap
Perkebunan
Jasa

Sumber: RTRW Provinsi Sumut

3.3.3.2. Rencana Pengembangan Sistem Pengolaan Air Minum
Pengembangan sistem jaringan prasarana air minum, meliputi:
1.

Peningkatan sistem penyediaan air minum (SPAM) yang telah ada;

2.

Pengembangan

SPAM

dengan

sistem

jaringan

perpipaan

melayani

kawasan

permukiman perkotaan dan pedesaan, kawasan pariwisata dan kawasan industri dan
kawasan kegiatan budidaya lainnya;
3.

Pengembangan SPAM bukan jaringan pada kawasan terpencil, pesisir dan pulau kecil
terluar;

4.

Konservasi terhadap kualitas dan kontinuitas air baku melalui keterpaduan pengaturan
pengembangan SPAM dan prasarana sarana sumber daya air dan sanitasi; dan

5.

Pengembangan kelembagaan badan layanan umum (BLU) SPAM;

3.3.3.3. Rencana Pengembangan sistem jaringan drainase dan pengendalian banjir meliputi:
1.

Sistem jaringan drainase makro diarahkan untuk melayani suatu kawasan perkotaan
yang terintegrasi dengan jaringan sumber daya air dan jaringan drainase mikro
diarahkan untuk melayani kawasan permukiman bagian dari kawasan perkotaan;

2.

Sistem jaringan drainase dikembangkan dengan prinsip menahan sebanyak mungkin
resapan air hujan ke dalam tanah secara alami dan/atau buatan di seluruh
kabupaten/kota; dan

3.

Penyediaan sumur-sumur resapan dan kolam retensi ditetapkan pada kawasan
perkotaan dengan ruang terbuka hijau kurang dari 30% (tiga puluh persen).

4.

Sistem drainase dan pengendalian banjir dengan normalisasi, penguatan tebing,
pembuatan kolam retensi, dan pembuatan tanggul yang telah ada;

Arahan Strategis Nasional Bidang Cipta Karya III. 13

RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(RPI2JM)

Kab. Tapanuli Tengah 2016 - 2020

5.

Sistem penanganan erosi dan longsor di aliran sungai; dan

6.

Sistem pengamanan abrasi pantai meliputi: Pantai Barus di Kabupaten Tapanuli Tengah,
Pantai Natal di Kabupaten Mandailing Natal, Pantai Cermin di Kabupaten Serdang
Bedagai, Pantai Kepulauan Nias, Pantai Kawasan Danau Toba, serta pantai-pantai di
pesisir timur Sumatera Utara.

3.3.3.4. Rencana Sistem Tempat Pemrosesan Akhir Sampah
Rencana Sistem Jaringan Persampahan serta pengelolaannya di Provinsi sumatera Utara
dimaksudkan untuk melayani jenis sampah rumah tangga, sampah sejenis rumah tangga dan
sampah spesifik mencakup dari Tempat Penampungan Sementara (TPS), Tempat Pengolahan
Sampah Terpadu (TPST) dan Tempat Pengolahan Akhir (TPA).
Dalam pengelolaan sistem jaringan persampahan, pada TPA masih menggunakan sistem
open dumping atau controlled dumping diarahkan pada sistem sanitary landfill yang
dilengkapi dengan sarana pengomposan dan pemanfaatan sampah menjadi bahan baku
daur ulang. Sisa sampah yang tidak dapat didaur ulang ataupun dibuat menjadi kompos
kemudian dibakar dan disimpan dalam kolam sanitary landfill. Proses ini dapat dinamakan
Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu (IPST).Tujuan pengembangan pengelolaan jaringan
persampahan dimaksudkan untuk:
a.

Meningkatkan dan mempertahankan kualitas lingkungan permukiman perkotaan
maupun pedesaan yang dapat berpengaruh langsung untuk memperbaiki dan
meningkatkan kesehatan masyarakat.

b.

Meningkatkan dan pengembangan pengelolaan lingkungan serta sumber daya alam
terutama air dari kerusakan dan penurunan kualitasnya yang disebabkan oleh
pencemaran dan menjadikan sampah sebagai sumber daya.

Arahan pengembangan sistem tempat pemrosesan akhir sampah di Provinsi Sumatera Utara,
meliputi:
Pengembangan tempat pemrosesan akhir sampah yang tersebar melayani di seluruh
kabupaten/kota.

3.3.3.5. Rencana Sistem Pengelolaan Air Limbah
Tujuan pengembangan dan pengelolaan Rencana Sistem Jaringan Air Limbah yaitu air
limbah domestik dan limbah industri dimaksudkan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, perlindungan air baku dan mencegah serta menanggulangi pencemaran
lingkungan dengan melakukan pemanfaatan kembali dan pengolahan limbah dari kegiatan
permukiman dan kegiatan industri dengan memperhatikan baku mutu limbah yang berlaku.
Sementara untuk limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) ditujukan untuk meminimalkan
pencemaran udara, pencemaran tanah dan pencemaran sumber daya air serta meningkatkan
kualitas lingkungan.

Arahan Strategis Nasional Bidang Cipta Karya III. 14

RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(RPI2JM)

Kab. Tapanuli Tengah 2016 - 2020

Sistem jaringan air limbah baik domestik maupun industri dan B3 meliputi sistem jaringan
setempat dan sistem jaringan terpusat yang satu dengan lainnya yang saling terpisah. Sistem
pengelolaan air limbah setempat dilengkapi dengan IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah).
Penyelenggaraan sistem pengelolaan air limbah di Provinsi Sumatera Utara, dilakukan
dengan:
a.

Sistem pembuangan air limbah perpipaan terpusat dilakukan secara kolektif melalui
jaringan pengumpul dan diolah serta dibuang secara terpusat pada kawasan perkotaan
yang padat kegiatan, kawasan industri;

b.

Sistem pembuangan air limbah skala kecil dan/atau setempat pada kawasan
permukiman perkotaan dikelola dalam bentuk Sistem Sanitasi Masyarakat (Sanimas);
dan

c.

Sistem pembuangan limbah bahan beracun dan berbahaya atau limbah B3.

Rencana sistem Jaringan Air Limbah di Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut:
a.

Kegiatan industri yang berada di dalam kawasan industri, sistem pembuangan air
limbah dilakukan dengan sistem terpusat, pengumpulannya dilakukan secara kolektif
melalui jaringan pengumpul dan diolah secara terpusat. Sedangkan untuk industri yang
berada di luar Kawasan Industri, maka pengolahan limbah dapat dilakukan dengan
sistem setempat.

b.

Lokasi instalasi pengolahan air limbah harus memperhatikan aspek teknis, lingkungan,
sosial budaya masyarakat setempat, serta dilengkapi dengan zona penyangga.

c.

Pengelolaan dan pengolahan limbah domestik dan industri serta limbah B3 harus
memperhatikan sarana dan prasarana

d.

air limbah yang sudah ada dan dilakukan berdasarkan kriteria teknis sebagaimana diatur
dalam peraturan perundang-undangan.

e.

Pengelolaan dan pengolahan air limbah dan limbah B3 dilakukan melalui kerja sama
antar daerah, partisipasi masyarakat dan dunia usaha.

3.3.4. Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara
Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara merupakan arahan untuk pemanfaatan
ruang di wilayah Provinsi Sumatera Utara yang didasari pada prinsip pemanfaatan
sumberdaya

alam

berasaskan

kelestarian

lingkungan

menuju

pembangunan

yang

berkelanjutan. Arahan ini diharapkan dapat menciptakan pertumbuhan dan perkembangan
antar bagian wilayah Provinsi Sumatera Utara yang lebih berimbang secara proporsional,
tanpa mengganggu kelestarian lingkungannya.
Prinsip dasar perencanaan pemanfaatan ruang adalah penetapan kawasan lindung dan
kawasan budidaya sebagaimana ditetapkan dalam UU Nomor 26 Tahun 2007, PP Nomor 26
Tahun 2008, dan Keppres Nomor 32 Tahun 1990, dengan batasan sebagai berikut :


Kawasan lindung adalah kawasan yang berfungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumber daya buatan yang

Arahan Strategis Nasional Bidang Cipta Karya III. 15

RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(RPI2JM)

Kab. Tapanuli Tengah 2016 - 2020

terdiri dari kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya,
kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar
budaya, kawasan rawan bencana alam, kawasan lindung geologi dan kawasan lindung
lainnya.


Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya binaan,
dan sumberdaya manusia yang terdiri dari kawasan peruntukan hutan produksi, hutan
tanaman rakyat, pertanian, perkebunan, perikanan, pertambangan, industri, pariwisata,
permukiman dan peruntukan budidaya lainnya.

Untuk menuju pembangunan yang berkelanjutan, maka tahap pertama yang dilakukan
adalah penetapan kawasan lindung sebesar minimal 30% dari luas wilayah daerah aliran
sungai (DAS) meliputi kawasan yang berfungsi lindung baik di dalam maupun luar kawasan
hutan termasuk kawasan konservasi, kawasan rawan bencana alam dan kawasan lindung
geologi.
Tahap berikutnya adalah mempertahankan kawasan resapan air atau kawasan yang berfungsi
hidrologis untuk menjamin ketersediaan sumber daya air yang diikuti tahap pengendalian
pemanfaatan ruang di luar kawasan hutan sehingga tetap berfungsi lindung. Selanjutnya
pemanfaatan ruang untuk peruntukan budidaya diarahkan berdasarkan sifat-sifat kegiatan
yang akan ditampung, potensi pengembangan, dan kesesuaian lahan.

3.3.5. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman
Kawasan peruntukan permukiman terdiri dari kawasan permukiman perkotaan dan non
perkotaan atau pedesaan di dataran rendah dan dataran tinggi, kawasan pesisir pantai dan
pulau kecil. Sebagaimana peruntukannya, kawasan permukiman memiliki fungsi antara lain
pusat pelayanan dalam skala yang dilayaninya, sebagai tempat tinggal bermukim dan pusat
kegiatan kehidupan dan penghidupan masyarakat dalam interaksi sosialnya
Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan bagi kawasan permukiman antara lain yaitu :
a.

Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0 - 25%);

b.

Tersedia sumber air, baik air tanah maupun air yang diolah oleh penyelenggara dengan
jumlah yang memadai. Untuk penyediaan air bersih, memiliki suplai air antara 60 - 100
liter/org/hari;

c.

Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi);

d.

Memiliki jaringan drainase baik sampai sedang;

e.

Tidak berada pada wilayah sempadan sungai, pantai, waduk, danau, mata air, saluran
pengairan, rel kereta api dan daerah aman jalur penerbangan;

f.

Tidak berada pada kawasan lindung;

g.

Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/penyangga;

h.

Menghindari sawah irigasi teknis.

Arahan Strategis Nasional Bidang Cipta Karya III. 16

RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(RPI2JM)

Kab. Tapanuli Tengah 2016 - 2020

3.3.5.1. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan
Kawasan perkotaan (urban) adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan
ekonomi. Kawasan perkotaan merupakan daerah permukiman yang meliputi kota induk dan
wilayah pengaruh di luar batas administratifnya, yaitu kawasan pinggiran kota (suburban).
Kegiatan yang ditampung di kawasan perkotaan merupakan kegiatan dengan intensitas
tinggi, yaitu meliputi kegiatan-kegiatan permukiman perkotaan, industri, jasa dan
perdagangan, serta kegiatan pelayanan lainnya.
Pertumbuhan ekonomi sektor sekunder dan tersier serta pertumbuhan jumlah penduduk di
Provinsi Sumatera Utara telah mendorong berkembangnya kawasan perkotaan dan
meningkatkan kebutuhan penyediaan prasarana dan sarana perkotaan.

Penyediaan

prasarana dan sarana perkotaan di Provinsi Sumatera Utara harus diarahkan pada
pemerataan untuk mendukung pengembangan struktur ruang wilayah Provinsi Sumatera
Utara yang dituju.
Arahan pengembangan kawasan perkotaan adalah sebagai berikut :
a.

Pengembangan sistem perkotaan diarahkan mengikuti hirarki fungsional yang
ditetapkan dalam rencana struktur ruang dan pusat pelayanan wilayah Provinsi
Sumatera Utara.

b.

Kawasan perkotaan Mebidangro dikembangkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional
dengan wilayah pelayanan Provinsi Sumatera Utara, Sumatera bagian Utara, Provinsi lain
dan internasional. Kawasan ini dikembangkan dengan intensitas tertinggi sebagai pusat
pelayanan distribusi dan koleksi barang dan jasa regional.

Aktifitas utama yang

diprioritaskan untuk dikembangkan adalah aktifitas sektor tersier dengan jenis kegiatan
yang relatif fleksibel, namun tetap diupayakan mendukung pengembangan sektor
primer dan sekunder yang ada. Sektor sekunder dengan intensitas tinggi yang ada
tetap dikembangkan terutama untuk mendukung sektor tersier dan mendorong
pertumbuhan ekonomi wilayah. Pengembangan kawasan perkotaan Mebidangro juga
diarahkan untuk menampung perkembangan sektor sekunder dan tersier berskala
nasional/internasional dalam jangka panjang. Hal ini diperlukan dalam rangka
mempertahankan peran dan fungsi Provinsi Sumatera Utara dalam konstelasi nasional
dan regional, terutama dalam rangka pemupukan sumber dana pembangunan bagi
Provinsi Sumatera Utara.
c.

Kota-kota PKW/PKW(p) dikembangkan dengan intensitas tinggi untuk mendukung
kegiatan sekunder dan tersier yang melayani beberapa wilayah. Pengembangan
PKW/PKW(p) ditekankan pada penguatan hubungan antara PKW/PKW(p) dengan PKL
dan PKW/PKW(p) dengan PKW/PKW(p) dalam radius pelayanannya.

d.

Kota-kota PKL dikembangkan dengan intensitas sedang. Pusat koleksi/distribusi
sekunder dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan wilayah sekitarnya. Prioritas
kegiatan yang dikembangkan meliputi kegiatan perimer dan sekunder seperti sektor
pertanian dan perdagangan serta jasa dengan skala pelayanan lokal dan tidak tertutup

Arahan Strategis Nasional Bidang Cipta Karya III. 17

RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(RPI2JM)

Kab. Tapanuli Tengah 2016 - 2020

kemungkinan untuk pengembangan aktifitas sekunder dan tersier dengan skala
pelayanan regional.
e.

Pusat koleksi/distribusi tersier dikembangkan sebagai pusat pengumpul dan pengolah
hasil pertanian rakyat di wilayah sekitarnya dengan dukungan feeder-road dari pusat
pengumpul ke sentra-sentra penghasil sumberdaya alam, serta akses menuju jaringan
yang menghubungkan kota-kota sekunder dan primer. Prioritas pengembangan kotakota tersier adalah aktifitas sektor sekunder atau pengolahan berskala lokal yang
mendukung pengembangan sektor primer di wilayah hinterlandnya.

f.

Penyediaan prasarana dan sarana perkotaan ditujukan untuk mendukung berbagai
kegiatan penduduk di wilayah tersebut dan disesuaikan dengan skala pelayanannya.

3.3.5.2. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Pedesaan
Kawasan permukiman pedesaan adalah kawasan permukiman skala kecil yang ditujukan
sebagai pusat kegiatan dalam suatu wilayah pertanian tertentu. Kawasan ini berfungsi
sebagai pusat koleksi pertama dalam rantai produksi pertanian. Oleh karena itu kawasan
permukiman pedesaan berfungsi sebagai pusat kegiatan pertanian skala lokal.
Pengembangan

kawasan

permukiman pedesaan

dimaksudkan untuk

meningkatkan

kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan produktifitas hasil pertanian. Pengembangan
ini juga dimaksudkan untuk menurunkan tingkat urbanisasi. Oleh karena itu pada kawasan ini
perlu didukung dengan sarana dan prasarana dasar pemenuhan kebutuhan hidup berupa
fasilitas sosial dan ekonomi dengan skala pelayanan lokal. Disamping itu diperlukan fasilitas
yang mendukung perkembangan teknologi dan kelembagaan pertanian perikanan yang
mampu mendukung daya saing komoditas pertanian.
Dalam pelaksanaannya, pengembangan kawasan permukiman pedesaan dapat dipusatkan
pada kawasan perkotaan yang menjadi pusat keramaian dalam satu kecamatan yang tidak
ditunjuk sebagai Pusat Kegiatan Lokal.

3.3.5.3. Rencana Pengembangan Kawasan Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil
Provinsi Sumatera Utara memiliki perairan laut dan danau yang potensial dan luas, yang
terdiri dari perairan laut pantai timur, pantai Barat, perairan Danau Toba dan kepulauan.
Berbagai kegiatan yang telah berkembang di wilayah pesisir dan kelautan Sumatera Utara
meliputi kegiatan perikanan laut, permukiman nelayan, pariwisata, perhubungan, dan
industri. Agar potensi kelautan tetap terjaga kelestariannya, maka perlu dikelola secara serasi
antara pemanfaatan sumber daya laut dan pesisir dengan lingkungannya.
Pengembangan kawasan pesisir dan kelautan diarahkan pada :
1.

Mempertahankan kawasan fungsi lindung di sekitar pantai di Asahan, Langkat, Labuhan
Batu, Tapanuli Tengah, Mandailing Natal dan Nias.

2.

Mengembangkan kawasan mangrove untuk mendorong daya dukung perikanan laut.

Arahan Strategis Nasional Bidang Cipta Karya III. 18

RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(RPI2JM)

Kab. Tapanuli Tengah 2016 - 2020

3.

Pengembangan dan meningkatkan produksi perikanan tangkap laut di pantai Timur,
pantai Barat serta Pulau Nias dan pulau lainnya terutama pada Zona Ekonomi Ekslusif di
Indonesia.

4.

Pengembangan kegiatan pertambakan dan pertambakan rakyat yang berwawasan
lingkungan di pantai barat dan di pantai timur.

5.

Pengembangan kawasan wisata bahari termasuk pengembangan promosi pariwisata di
Pulau Nias, Medan, Deli Serdang, Tapanuli Tengah dan Sibolga.

6.

Mengembangkan sarana dan prasarana bagi peningkatan kegiatan perikanan meliputi
pelabuhan perikanan, prasarana transportasi dari lokasi sumberdaya laut ke lokasi
koleksi dan distribusi, sarana transportasi laut, jaringan irigasi tambak, alat penangkapan
ikan, pakan, pupuk, pengelolaan pembibitan ikan terpadu, tempat pelelangan ikan di
kawasan pantai Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Medan, Asahan, Tanjung Balai,
Labuhan Batu, Sibolga, Tapanuli Tengah, Mandailing Natal, dan Nias dan Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) yang tersebar di Pantai Timur maupun Pantai Barat Sumatera
Utara, diantaranya adalah di Kabupaten Langkat: PPI Pangkalan Susu, PPI Pangkalan
Berandan, PPI Kuala Gebang; di Kota Medan : PPI Kampung Nelayan, PPI Bagan Deli; di
Kabupaten Deli Serdang : PPI Percut Sei Tuan, PPI Hamparan Perak, PPI Pantai Labuh; di
Kabupaten Serdang Bedagai: PPI Tanjung Beringin, PPI Sialang Buah, PPI Bandar
Khalipah; di Kabupaten Batu Bara : PPI Pangkalan Dodek, PPI Tanjung Tiram; di Kota
Tanjung Balai : PPI Pacak Kerang; di Kabupaten Asahan : PPI Rantau Panjang, PPI Sei
Kepayang; di Kabupaten Labuhan Batu : PPI Sei Berombang; di Kabupaten Tapanuli
Tengah: PPI Sorkam, PPI Barus; di Kota Sibolga: PPI Sarudik; di Kota Mandailing Natal:
PPI Batahan, PPI Natal, PPI Sikara-Kara; Kota Gunung Sitoli : PPI Gunung Sitoli;
Kabupaten Nias Selatan : PPI Teluk Dalam, PPI Pulau Telo.

7.

Pengembangan industri pengolahan hasil perikanan di sentra-sentra perikanan melalui
melalui pengembangan teknologi penangkapan ikan dan pengolahan hasil tangkapan
ikan yang lebih baik tanpa mengganggu atau merusak ekosistem laut.

8.

Meningkatkan prasarana dan sarana bagi permukiman nelayan.

9.

Meningkatkan penyediaan prasarana dan sarana pelabuhan ekspor impor di Belawan.

10. Meningkatkan pengamanan kawasan laut dari pencurian ikan serta pengawasan dan
pengendalian pemanfaatan sumber daya pesisir laut dan pulau – pulau kecil.

3.3.5.4. Rencana Pengembangan Kawasan Rawan Bencana
Kawasan rawan bencana adalah kawasan yang berpotensi tinggi mengalami bencana alam
yang disebabkan oleh peristiwa geologi, non geologi dan faktor manusia. Kawasan rawan
bencana yang ada di Provinsi Sumatera Utara adalah :

Arahan Strategis Nasional Bidang Cipta Karya III. 19

RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(RPI2JM)

Kab. Tapanuli Tengah 2016 - 2020

1.

Kawasan rawan massa gerakan tanah/tanah longsor
Kawasan ini terletak pada sebagian besar wilayah Sumatera Utara di sekitar Bukit Barisan
membujur arah Utara - Selatan pada dasarnya potensial terhadap gerakan tanah,
rayapan, longsoran, gelombang pasang dan banjir bandang.
Termasuk dalam kawasan ini Kabupaten Tapanuli Utara pada Kecamatan Muara,
Sipoholon, Dolok Sanggul, Lintong Nihuta, Baki, Raja, Siborong-borong, Pagaran, Onan
Ganjang, Tarutung, Adian Koting, Pahae Julu, Pahae Jae; Kabupaten Samosir pada
Kecamatan Simanindo, Pangururan, Sianjur Mula-Mula, Harian Boho, Palipi, Onan
Runggu, Kabupaten Toba Samosir pada Kecamatan Laguboti, Porsea, Habinsaran;
Kabupaten Tapanuli Tengah pada Kecamatan Barus, Kolang, Tapian Nauli, Lumut,
Sibabangun; Kabupaten Mandailing Natal pada Kecamatan Siabu, Panyabungan, Batang
Natal, Kotanopan; Kabupaten Pakpak Bharat pada Kecamatan Sitelu Taliutang Jahe,
Sitelu Taliutang Julu, Taliutang Salak, Taliutang PGGS, Kerajaan; Kabupaten Dairi pada
Kecamatan Tigalingga, Siempat Nempu, Silima Pungga-Pungga, Pegagan, Sumbul,
Sidikalang, Parbuluan; Kabupaten Simalungun pada Kecamatan Dolok Silau, Silimakuta,
Dolok Pardamean, Sidamanik, Dolok Panribuan, Girsang Sipangan Bolon; Kabupaten
Deli Serdang pada Kecamatan Namorambe, STM Hilir, Biru-biru, Sibolangit, STM Hulu,
Bangun Purba, Kabupaten Karo pada Kecamatan Mardinding, Kutabuluh, Lau Baleng,
Tiga Binanga, Simpang Empat, Kabanjahe, Barusjahe, Merek; Kabupaten Langkat pada
Kecamatan Padang Tualang, Bahorok, Salapian, Kwala, Sei Bingai; Termasuk Pulau Nias
bagian Selatan dan bagian Tengah yaitu: Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias pada
Kecamatan Hiliduho; Kabupaten Nias Barat pada Kecamatan Mandrehe serta Kota
Gunung Sitoli pada Kecamatan Gunung Sitoli.

2.

Kawasan rawan zona patahan aktif;
Posisi wilayah Sumatera Utara terhadap Pulau Sumatera yang terletak diantara Lempeng
Asia dan Lempeng Australia mengakibatkan terdapatnya kawasan rawan pada zona
tumbukan lempeng di wilayah pantai barat, wilayah daratan Sumatera Utara dan wilayah