ARAHAN KEBIJAKAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA KOTA SOLOK

  

ARAHAN KEBIJAKAN &

RENCANA STRATEGIS

  

INFRASTRUKTUR BIDANG

CIPTA KARYA KOTA SOLOK

3.1. ARAHAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

3.1.1 ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DALAM RPJMN

  rahan Pembangunan Bidang Cipta Karya, berisikan arahan pembangunan berdasarkan Perpres 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 dan Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019.

  1. Membuat Pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya;

  2. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan;

  3. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya;

  4. Meningkatkan kualitas hidup manusia;

  5. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional;

  6. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik;

  7. Melakukan revolusi karakter bangsa

  8. Memperteguh ke-bhinneka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia; Secara sederhana ketrkaitan Amanat RPJMN 3 (2015-2019 ) dan Nawacita dapat dilihat pada ilustrasi gambar berikut Dari ilustrasi gambar tersebut dapat dilihat sasaran Sasaran Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya Dalam RPJMN 2015 - 2019

  1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0% melalui penanganan kawasan permukiman kumuh seluas 38.431 hektar dan peningkatan keswadayaan masyarakat di 7.683 kelurahan.

  2. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap lingkungan melalui (i) pembinaan dan pengawasan khususnya BGN; (ii) penyusunan NSPK dan penerapan penyelenggaraan bangunan hijau; dan (iii) menciptakan building codes.

  3. Tercapainya akses air minum yang aman menjadi 100% melalui penanganan tingkat regional, kabupaten/kota, kawasan dan lingkungan, baik di perkotaan maupun di perdesaan.

  4. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 % pada tingkat kebutuhan dasar melalui penanganan tingkat regional, kabupaten/kota, kawasan dan lingkungan, baik di perkotaan maupun di perdesaan.

  A. “Visi dan Misi RPJMN 2015-2019”

  Kerangka Visi Indonesia 2019 adalah:

  

“Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong

Royong”

  Visi ini diwujudkan melalui 7 (tujuh) MISI PEMBANGUNAN yaitu:

  1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

  2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan negara hukum.

  3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

  4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.

  5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

  6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.

  7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan. Dengan penjelasan sebagai berikut:

  

Indonesia yang Berdaulat. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat, melalui

  pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan budaya bangsa. Tujuan penting ini dikelola melalui kemajuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

  

Mandiri. Terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang demokratis, berbudaya,

  bermartabat dan menjunjung tinggi kebebasan yang bertanggung jawab serta hak asasi manusia.

  Berkepribadian berlandaskan Gotong

  • – royong . Terwujudnya pembangunan yang adil

  dan merata, yang dilakukan oleh seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia.

3.1.2 ARAHAN PENATAAN RUANG

  

3.1.2.1 Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

(MP3EI)

  Sesuai dengan Perpres No.32 Tahun 2011, dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005

  • – 2025 dan untuk melengkapi dokumen perencanaan guna meningkatkan daya saing perekonomian nasional yang lebih solid, diperlukan adanya suatu masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia yang memiliki arah yang jelas, strategi yang tepat, fokus dan terukur maka perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025. MP3EI merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005
  • – 2025 dan melengkapi dokumen perencanaan Penjelasan umum koridor ekonomi : 1.

  Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Sumatera dengan tema “Sentra Produksi dan pengolahan Hasil Bumi dan Lumbung Energi Nasional” adalah kelapa sawit, batu bara, karet, dan besi baja. Selain itu ada tambahan satu kegiatan, yaitu pengembangan kawasan strategis nasional yaitu pembangunan jembatan selat sunda.

  2. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Jawa dengan tema “Pendorong Industri dan Jasa Nasional” adalah industri makanan dan minuman, tekstil, peralatan transportasi, perkapalan, alutista, telematika, migas, pariwisata, besi baja, dan sektor lain.

  3. Koridor Ekonomi Kalimantan adalah sebagai Pusat Produksi dan Pengolahan Hasl Tambang dan Lumbung Energi Nasional.

  4. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Bali-Nusa Tenggara dengan tema “Pintu

  Gerbang Pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional” adalah: pariwisata, peternakan, dan perikanan.

  5. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Sulawesi dengan tema “Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Perikanan, Migas, dan Pertambangan Nasional” adalah pariwisata, perikanan, dan peternakan.

  6. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Maluku- Papua dengan tema “Pusat Pengembangan Pangan, Perikanan, Energi, dan pertambangan Nasional” adalah pertanian tanaman pangan, tembaga, nikel, migas, dan perikanan.

  

3.1.2.2 Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia

(MP3KI)

  Dalam upaya menekan angka kemiskinan, pemerintah sejak 2009 mendesain program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan di Indonesia (MP3KI). Program ini langsung menyasar masyarakat bawah yang mengalami kemiskinan ekstrim di Indonesia. Sebagai program andalan, MP3KI ini juga bertujuan untuk mengimbangi rencana besar pembangunan ekonomi yang terintegrasi dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

  MP3EI digulirkan guna menjaga stabilitas makro-ekonomi, mendorong percepatan pertumbuhan sektor riil, memperbaiki iklim investasi, mempercepat dan memperluas pembangunan infrastruktur, menguatkan skema kerja sama pembiayaan investasi dengan swasta, ketahanan energi, ketahanan pangan, reformasi birokrasi dan tata kelola, meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dan inovasi teknologi. Fokus kerja MP3KI tertuang dalam sejumlah program, pertama, penanggulangan kemiskinan eksisting Klaster I, berupa bantuan dan jaminan/perlindungan sosial. Lalu di

  

Klaster II adalah pemberdayaan masyarakat, Klaster III tentang Koperasi, Usaha Mikro,

  Kecil, dan Menengah (KUMKM), dan Klaster IV adalah program prorakyat. Kedua, transformasi perlindungan dan bantuan sosial. Ketiga, pengembangan livelihood, pemberdayaan, akses berusaha & kredit, dan pengembangan kawasan berbasis potensi lokal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram dibawah ini:

  Tahapan pelaksanaan MP3KI menjadi 3 (tiga) tahapan yaitu:

  TAHAP 1 (Periode 2013-2014)

   Percepatan pengurangan kemiskinan untuk mencapai target 8% -10% pada tahun 2014;

   Tidak ada program baru kemiskinan. Perbaikan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan yang berjalan sela ma ini, melalui cara “KEROYOKAN” DI KANTONG-KANTONG KEMISKINAN, SINERGI LOKASI DAN WAKTU, SERTA PERBAIKAN SASARAN (seperti : Program Gerbang Kampung di Menko Kesra);

   Sustainable livelihood sebagai penguatan kegiatan usaha masyarakat miskin, termasuk membangun keterkaitan dengan MP3EI;  Terbentuknya BPJS kesehatan pada tahun 2014 .

  TAHAP 2 (Periode 2015 –2019)

   Transformasi program-program pengurangan kemiskinan;  Peningkatan cakupan, terutama untuk Sistem Jaminan Sosial menuju universal coverage;  Terbentuknya BPJS Tenaga Kerja;  Penguatan sustainable livelihood.

  TAHAP 3 (Periode 2020-2025)

   Pemantapan system penanggulangan kemiskinan secara terpadu;

   Sistem jaminan sosial mencapai universal coverage.

3.1.2.3 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

  Kawasan Ekonomi Khusus, yang selanjutnya disebut KEK, adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. Kawasan Ekonomi Khusus dikembangkan untuk mempercepat pengembangan ekonomi di wilayah tertentu yang bersifat strategis bagi pengembangan ekonomi nasional dan untuk menjaga keseimbangan kemajuan suatu daerah dalam kesatuan ekonomi nasional.

  Dalam rangka mempercepat pencapaian pembangunan ekonomi nasional, diperlukan peningkatan penanaman modal melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategis. Kawasan tersebut dipersiapkan untuk memaksimalkan kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Pengembangan KEK bertujuan untuk mempercepat perkembangan daerah dan sebagai model terobosan pengembangan kawasan untuk pertumbuhan ekonomi, antara lain industri, pariwisata, dan perdagangan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan.

  Sesuai Undang-undang No. 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus, fungsi KEK adalah untuk melakukan dan mengembangkan usaha di bidang perdagangan, jasa, industri, pertambangan dan energi, transportasi, maritim dan perikanan, pos dan telekomunikasi, pariwisata, dan bidang lain. Sesuai dengan hal tersebut, KEK terdiri atas satu atau beberapa Zona, antara lain Zona pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata, dan energi yang kegiatannya dapat ditujukan untuk ekspor dan untuk dalam negeri.

  Kriteria yang harus dipenuhi agar suatu daerah dapat ditetapkan sebagai KEK adalah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung, adanya dukungan dari pemerintah provinsi/kabupaten/kota dalam pengelolaan KEK, terletak pada posisi yang strategis atau mempunyai potensi sumber daya unggulan di bidang kelautan dan perikanan, perkebunan, pertambangan, dan pariwisata, serta mempunyai batas yang jelas, baik batas alam maupun batas buatan. Untuk menyelenggarakan KEK, dibentuk lembaga penyelenggara KEK yang terdiri atas Dewan Nasional di tingkat pusat dan Dewan Kawasan di tingkat provinsi. Dewan Kawasan membentuk Administrator KEK di setiap KEK untuk melaksanakan pelayanan, pengawasan, dan pengendalian operasionalisasi KEK. Kegiatan usaha di KEK dilakukan oleh Badan Usaha dan Pelaku Usaha. Fasilitas yang diberikan pada KEK ditujukan untuk meningkatkan daya saing agar lebih diminati oleh penanam modal. Fasilitas tersebut terdiri atas fasilitas fiskal, yang berupa perpajakan, kepabeanan dan cukai, pajak daerah dan retribusi daerah, dan fasilitas nonfiskal, yang berupa fasilitas pertanahan, perizinan, keimigrasian, investasi, dan ketenagakerjaan, serta fasilitas dan kemudahan lain yang dapat diberikan pada Zona di dalam KEK, yang akan diatur oleh instansi berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3.1.2.4 Direktif Presiden

  Melalui Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2010 Tentang Program Pembangunan Yang Berkeadilan, seluruh Badan/Lembaga negara, Gubernur dan Kepala Daerah (Bupati/Walikota) untuk dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing, dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan yang berkeadilan sebagaimana termuat dalam Lampiran Instruksi Presiden ini, yang meliputi program :

  1. Pro rakyat;

  2. Keadilan untuk semua (justice for all);

3. Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals - MDG’s).

  Dalam rangka pelaksanaan program-program sebagaimana dimaksud diatas:

  1. Untuk program pro rakyat, memfokuskan pada:

  a. Program penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga;

  b. Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat;

  c. Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha mikro dan kecil;

  2. Untuk program keadilan untuk semua, memfokuskan pada:

  a. Program keadilan bagi anak;

  b. Program keadilan bagi perempuan;

  c. Program keadilan di bidang ketenagakerjaan;

  d. Program keadilan di bidang bantuan hukum;

  e. Program keadilan di bidang reformasi hukum dan peradilan; f. Program keadilan bagi kelompok miskin dan terpinggirkan.

  3. Untuk program pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium, memfokuskan pada:

  a. Program pemberantasan kemiskinan dan kelaparan;

  b. Program pencapaian pendidikan dasar untuk semua;

  c. Program pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan;

  d. Program penurunan angka kematian anak;

  e. Program kesehatan ibu;

  f. Program pengendalian HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya;

  g. Program penjaminan kelestarian lingkungan hidup; Program pendukung percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium.

  Arahan spasial untuk Bidang Cipta Karya berdasarkan RTRW Provinsi dan RTRW Kota dapat disimpulkan bahwa Kota Solok tidak merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN),

3.1.3 ARAHAN WILAYAH PENGEMBANGAN STRATEGIS

  Dalam arahan wilayah pengembangan strategis, untuk Sumatera Barat berada di kota Padang , Lubuk Alung (Kab Padang pariaman) dan Kota Pariaman atau PALAPA. Namun dalam RTRW Kota Solok Arahan pengembangan Wilayah Kota Solok dapat dilihat pada uraian berikut.

3.1.3.1 Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah

  Tujuan penataan ruang Kota Solok adalah :

  

“Mewujudkan Kota Solok sebagai Kota Perdagangan, Jasa dan Pendidikan berbasis

Agribisnis Melalui Optimasi Penyediaan Prasarana dan Sarana Perkotaan dengan Tetap

Memperhatikan Daya Dukung Lingkungan

  Adapun penjabaran dari tujuan penataan ruang Kota Solok tersebut adalah: 1) Menyediakan ruang yang berkualitas sebagai kota perdagangan dan jasa yang modern; 2) Menyediakan ruang yang berkualitas sebagai kota pendidikan; 3) Mewujudkan pengembangan sektor perdagangan dan jasa yang berbasis pertanian; 4) Mewujudkan optimasi penyediaan prasarana dan sarana perkotaan yang serasi dan seimbang, sesuai dengan kebutuhan pembangunan dan kemampuan daya dukung wilayah;

  5) Mewujudkan penataan ruang wilayah Kota Solok yang mampu mengakomodir kebutuhan pengembangan wilayah sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di Provinsi Sumatera Barat.

  Kebijakan pengembangan Struktur Ruang di Kota Solok, meliputi : 1) Peningkatan pelayanan pusat kegiatan kawasan yang merata dan berhirarki, dengan strategi sebagai berikut : a) Mengoptimalkan fungsi pusat pelayanan kota untuk mendukung pusat pengembangan perdagangan dan jasa yang modern; b) Mengoptimalkan fungsi sub pusat pelayanan pada kawasan Simpang Rumbio; c) Mengembangkan sub pusat pelayanan pada kawasan Laing dan kawasan Tanah Garam sesuai daya dukung lahannya;

  d) Meningkatkan keterkaitan antara pusat pelayanan dengan sub pusat pelayanan dan pusat lingkungan; 2) Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan transportasi,

  telekomunikasi, energi/listrik, sumber daya air, serta prasarana dan sarana perkotaan yang terpadu dan merata di seluruh wilayah kota, dengan strategi

  sebagai berikut :

  a) Meningkatkan kualitas dan kuantitas jaringan transportasi dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi regional dan lokal serta keterpaduan antar moda;

  b) Mengoptimalkan jaringan telekomunikasi telepon jaringan kabel dan memfasilitasi pengembangan infrastruktur telekomunikasi nirkabel c) Meningkatkan jaringan listrik dan mengembangkan alternatif sumber pembangkit listrik lainnya d) Meningkatkan kualitas prasarana dan mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air e) Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana perkotaan yang meliputi air minum, air limbah, drainase, persampahan, jalur pejalan kaki

  (pedestrian) dan jalur evakuasi bencana. 3) Pengembangan dan peningkatan kualitas pusat-pusat kegiatan perdagangan dan

  jasa. Strategi yang akan dikembangkan adalah:

  a) meningkatkan dan memantapkan kualitas pusat-pusat perdagangan dan jasa yang sudah ada; b) mengembangkan pusat-pusat kegiatan perdagangan dan jasa terutama yang dapat mendukung kegiatan agribisnis meliputi distribusi serta pemasaran hasil produksi pertanian wilayah Kota Solok dan wilayah sekitarnya; dan

  c) mendorong pengembangan prasarana dan sarana pendukung bagi pengembangan kegiatan perdagangan, dan jasa. 4) Peningkatan dan pengembangan prasarana dan sarana pendidikan. Strategi yang akan dikembangkan adalah: a) Meningkatkan kualitas pusat-pusat pendidikan yang sudah ada;

  b) Mengembangkan pusat-pusat kegiatan pendidikan; dan c) Mewujudkan pengembangan pendidikan terpadu dan sekolah berasrama (boarding school). Kebijakan pengembangan Pola Ruang di Kota Solok, meliputi :

  A. Kebijakan Pengembangan Kawasan Lindung :

  1) Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi kawasan lindung, dengan strategi sebagai berikut : a) Menetapkan kawasan lindung dan kawasan penyangga (buffer zone) pada hutan lindung sesuai ketentuan yang berlaku; b) Mempertahankan kawasan berfungsi lindung sesuai dengan kondisi ekosistemnya; c) Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun kualitasnya. 2) Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan

  kerusakan kawasan lindung, dengan strategi sebagai berikut :

  a) Mencegah tindakan yang secara langsung dapat mengakibatkan terganggunya fungsi kawasan lindung; d) Mengembangkan kegiatan budidaya yang dapat memberi nilai tambah bagi masyarakat tanpa mengurangi fungsi kawasan lindung.

  B. Kebijakan Pengembangan Kawasan Budidaya :

  1) Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan

  budi daya, dengan strategi sebagai berikut :

  a) Mengembangkan kawasan budidaya yang mendukung kegiatan sektor perdagangan dan jasa, pariwisata serta industri dalam rangka mendorong pengembangan perekonomian kota

  b) Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan prasarana dan sarana perkotaan untuk mendukung fungsi Kota Solok sebagai Pusat Kegiatan Wilayah di Provinsi Sumatera Barat. 2) Perwujudan kawasan permukiman yang berbasis mitigasi bencana, dengan strategi sebagai berikut : a) Menetapkan pengaturan untuk pengembangan pembangunan fisik pada kawasan rawan gempa sehingga dapat meminimalkan potensi kerugian akibat bencana.

  b) Mengarahkan pengembangan kawasan perumahan dengan Prasarana Sarana dan Utilitas (PSU) yang memadai serta antisipatif terhadap gempa.

  3) Perwujudan kawasan perdagangan dan jasa yang berdaya saing global, dengan strategi sebagai berikut : a) Mewujudkan kawasan perdagangan dan jasa yang mempunyai aksesibilitas tinggi; b) Mewujudkan kawasan perdagangan dan jasa yang mendukung pengembangan kawasan agribisnis; c) Menyediakan ruang, prasarana dan sarana untuk sektor informal dalam mendukung usaha kecil dan menengah (UKM); d) Mengembangkan prasarana dan sarana pendukung kawasan perdagangan dan jasa. 4) Perwujudan kawasan pertanian yang dapat mendukung pengembangan

  agribisnis di Kota Solok, dengan strategi sebagai berikut :

  a) Mempertahankan kawasan pertanian lahan basah yang mempunyai ketersediaan air terjamin; b) Mengembangkan usaha tani di lahan kering dengan memperhatikan potensi komoditi dan lahan; c) Mengembangkan prasarana dan sarana pendukung kawasan pertanian. 5) Perwujudan kawasan pariwisata di Kota Solok, dengan strategi sebagai berikut: a) mengembangkan dan meningkatkan potensi wisata alam dan sejarah/budaya b) mengembangkan prasarana dan sarana pendukung kegiatan pariwisata yang ada di Kota Solok dan sekitarnya. 6) Pengembangan kawasan budidaya yang berbasis lingkungan, dengan strategi sebagai berikut : a) mengembangkan kawasan budidaya yang berbasis lingkungan;

  b) mengendalikan pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya melalui mekanisme perizinan dan mekanisme insentif dan disinsentif. 7) Penetapan kawasan strategis kota dari sudut kepentingan ekonomi dan daya

  dukung lingkungan, dengan strategi sebagai berikut:

  a) Menetapkan kawasan pusat kota sebagai kawasan strategis perdagangan dan jasa; b) Menetapkan dan melestarikan Kawasan Suaka Alam (KSA) di Kelurahan

  Tanah Garam sebagai kawasan strategis kota; c) Mendorong pengembangan kawasan wisata Pulau Belibis sebagai salah satu pusat kegiatan di alam terbuka (outbond) di Provinsi Sumatera Barat. 8) Peningkatan fungsi kawasan untuk Pertahanan dan Keamanan Negara dengan strategi sebagai berikut : a) mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan; b) turut serta memelihara dan menjaga aset-aset Pertahanan/ Tentara Nasional Indonesia (TNI).

3.1.3.2. Rencana Struktur Ruang (Sistem Jaringan Prasarana Cipta Karya) Rencana sistem pusat pelayanan

  Rencana sistem pusat pelayanan Kota Solok adalah sebagai berikut : 1) Pusat Pelayanan Kota, yaitu : Kawasan Pusat Kota Solok yang berlokasi di

  Kelurahan Pasar Pandan Air Mati, Kelurahan Koto Panjang dan Kelurahan Kampung Jawa dengan skala pelayanan regional dan kota yang memiliki fungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa.

  2) Sub Pusat Pelayanan Kota, bertujuan untuk meningkatkan pelayanan internal yang tersebar di 3 (tiga) kawasan, yaitu : a. Kawasan Laing yang berlokasi di Kelurahan Laing dengan skala pelayanan regional dan kota yang memiliki fungsi sebagai pusat perkantoran pemerintah.

  b. Kawasan Simpang Rumbio yang berlokasi di Kelurahan Simpang Rumbio dengan skala pelayanan regional dan kota yang memiliki fungsi sebagai pusat transportasi regional

  c. Kawasan Tanah Garam yang berlokasi di Kelurahan Tanah Garam dengan skala pelayanan regional dan kota yang memiliki fungsi pertanian. 3) Pusat Lingkungan, bertujuan untuk meningkatkan pelayanan lingkungan yang tersebar pada 6 (enam) kelurahan yaitu Kelurahan Kampung Jawa, Tanjung Paku,

  Aro IV Korong, IX Korong, KTK dan VI Suku yang memiliki fungsi perumahan.

  ok ol Kota S ang u tur R k ru St ta e ar P amb G

  k Solo Kota ang Ru a ol na P a c n e R ta e ar P amb G Secara lebih jelas mengenai rencana pusat-pusat pelayanan di Kota Solok dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 : Rencana Sistem Pusat Pelayanan Kota Solok No. Pusat Pelayanan Fungsi Arahan Pengembangan Wilayah Cakupan Skala Pelayanan

  2. Kawasan Simpang Rumbio Transportasi Regional

  Garam Kel. VI Suku Kel. Sinapa Piliang Kel. IX Korong Kota

  Kepadatan Rendah Perdagangan dan Jasa Kel. Tanah

  3. Kawasan Tanah Garam Pertanian Pertanian Perumahan

  Kota

  Simpang Rumbio Kel. Aro IV Korong Kel. KTK Regional dan

  Transportasi Regional Perdagangan dan Jasa Perkantoran swasta Kesehatan Perumahan Kepadatan Sedang dan Tinggi Pertanian Industri Kel.

  Regional dan Kota

  A. Pusat Pelayanan Kota

  Kel. Laing Kel. Nan Balimo Kel. Tanjung Paku Kel. Kampung Jawa

  1. Kawasan Laing Perkantoran Pemerintah Pendidikan Tinggi Pariwisata Pertanian Perumahan Kepadatan Rendah hingga Sedang Perdagangan dan Jasa Transportasi Prasarana Olah Raga

  B. Sub Pusat Pelayanan Kota

  Kota

  Seluruh Wilayah Kota Regional dan

  Pertokoan Modern Bank, Perkantoran Swasta dan Jasa Lain; Perumahan Kepadatan Tinggi;

  1. Kawasan Pasar Pandan Air Mati Perdagangan dan Jasa

  C. Pusat Lingkungan

  Wilayah Skala No. Pusat Pelayanan Fungsi Arahan Pengembangan Cakupan Pelayanan

  1. Kampung Jawa Perumahan Prasarana sosial dan Lingkungan ekonomi Toko dan Jasa Lain

  2. Tanjung Paku Perumahan Prasarana sosial dan Lingkungan ekonomi Toko dan Jasa Lain

  3. Aro IV Korong Perumahan Prasarana sosial dan Lingkungan ekonomi Toko dan Jasa Lain

  4. IX Korong Perumahan Prasarana sosial dan Lingkungan ekonomi Toko dan Jasa Lain

  3. Kampai Tabu Perumahan Prasarana sosial dan Lingkungan Karambia ekonomi Toko dan Jasa Lain

  6. VI Suku Perumahan Prasarana sosial dan Lingkungan ekonomi Warung dan Jasa Lain

  Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2011 Rencana Sistem Infrastruktur Perkotaan Sistem Penyediaan Air Minum

  Sistem penyediaan air minum yang selanjutnya disebut sebagai SPAM bertujuan untuk menjamin kuantitas, kualitas dan kontinuitas penyediaan air minum bagi penduduk dan kegiatan ekonomi serta meningkatkan efisiensi dan cakupan pelayanan. Sistem penyediaan air minum yang dikembangkan di Kota Solok adalah melalui dua sistem pelayanan yaitu Sistem Perpipaan dengan kontribusi pelayanan sebesar 70% dan Sistem non perpipaan berupa sumur air tanah dengan kontribusi pelayanan sebesar 30% Berdasarkan standar pelayanan minimal (KepMenkimpraswil No.534/2001), maka kebutuhan air bersih untuk Wilayah Kota Solok sampai akhir tahun perencanaan (tahun 2031) adalah 3.792.914 ltr/hari. Secara lebih jelas mengenai Rencana Kebutuhan Air Bersih di Kota Solok pada tahun 2031 dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini :

Tabel 3.2 : Rencana Kebutuhan Air Bersih di Kota Solok Sampai Tahun 2031

  Pelayanan No Pelanggan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2021 2026 2031 Proy Penduduk 60.661 61.953 63.273 64.621 63.997 67.403 74.893 83.217 92.465

1 Domestik

  1.819.830 1.858.590 1.898.190 1.938.630 1.979.910 2.022.090 2.246.790 2.496.510 2.773.950 (100lt/jw/hr) dan

  1 SR/kk 3.640 3.717 3.796 3.877 3.960 4.044 4.494 4.993 3.548

  2 Non Domestik (10%) 1.213 1.239 1.265 1.292 1.320 1.348 1.498 1.664 1.849 dari Domestik

  3 Hidran Umum /Kran umum (30lt/jw/hr) 543.949 557.577 569.457 581.589 593.973 606.627 674.037 748.953 832.185 dan

1 HU/50 org 121.322 123.906 126.546 129.242 131.994 134.806 149.786 166.434 184.930

  Total 2.488.314 2.541.312 2.593.458 2.650.753 2.707.197 2.764.871 3.072.111 3.413.561 3.792.914 Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2011

  Rencana Pengembangan Pelayanan air bersih dengan sistem perpipaan di Kota Solok dapat diuraikan sebagai berikut : a. peningkatan kapasitas produksi sumber mata air Pincuran Gadang dengan kapasitas debit air 8,01 liter perdetik; b. peningkatan kapasitas produksi sumber mata air Tabek Puyuh dengan kapasitas debit air 25,22 liter perdetik; c. peningkatan kapasitas produksi sumber air Tabit dengan kapasitas debit air

  18,27 liter perdetik;

  d. peningkatan kapasitas unit produksi IPA KTK dengan kapasitas debit air 80 liter perdetik; e. peningkatan kapasitas produksi sumber air Sungai Guntung dengan kapasitas debit air 36,27 liter perdetik; f. peningkatan kapasitas produksi sumber air Batang Sumani dengan kapasitas debit air 100 liter per detik; g. peningkatan kapasitas produksi sumber air Batang Lembang dengan kapasitas debit air 200 liter per detik; h. peningkatan kapasitas produksi sumber air Payo dengan kapasitas debit air 50 liter per detik i. pengembangan Jaringan pipa primer berlokasi pada pinggiran jalan Arteri dan Kolektor yang berhubungan langsung dengan sumber air bersih. j. Pengembangan jaringan pipa sekunder berlokasi pada sepanjang pinggiran jalan Kolektor sekunder dan jalan lokal. k. Selain itu dalam menjaga kuantitas dan kualitas sumber air bersih maka perlu dilakukan pengamanan dan pengawasan serta penindakan terhadap kegiatan yang merusak sumber air bersih

  Sistem Pengelolaan Air Limbah

  Sistem Pengelolaan Air limbah bertujuan di Kota Solok bertujuan untuk pengurangan, pemanfaatan kembali, dan pengolahan bagi limbah dari kegiatan permukiman, perkantoran dan kegiatan ekonomi dengan memperhatikan baku mutu limbah yang berlaku. Rencana pengembangan sistem pengelolaan air limbah di Kota Solok, meliputi : a.

  Sistem pengelolaan air limbah terpusat (off-site system) dilakukan pada kawasan perumahan kepadatan tinggi di Kelurahan Koto Panjang; kawasan perdagangan dan jasa di Kelurahan PPA, dan kawasan industri di Kelurahan Simpang Rumbio dan Kelurahan Tanah Garam; b. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang terletak di Kelurahan Kampung Jawa c. sistem pengelolaan air limbah setempat (on-site system) dilakukan secara individual melalui pengolahan dan pembuangan air limbah setempat pada kawasan-kawasan yang belum memiliki sistem terpusat; dan d. lokasi instalasi pengolahan air limbah harus memperhatikan aspek teknis, lingkungan, sosial budaya masyarakat setempat, serta dilengkapi dengan zona penyangga, berlokasi di Kelurahan Kampung Jawa. Fasilitas penyedotan dan pengangkutan lumpur tinja berupa truk tinja yang diolah di Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang berlokasi di Kampung Jawa bersebelahan dengan TPA eksisting.

  Sistem Persampahan

  Sistem persampahan di Kota Solok bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Sistem persampahan yang dikembangkan di Kota Solok, meliputi : a.

  Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem lahan urug saniter (Sanitary Landfill) berlokasi di Kelurahan Kampung Jawa dengan luas lahan lebih kurang 8,50 Ha; b.

  Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) berlokasi pada kawasan di luar pusat kota; c.

  10

  

134,806 2,696 108

  11

  9

  3 6 2021 74,893

  

149,786 2,996 120

  12

  3 7 2026 83,217 166,434 3,329 133

  9

  13

  11

  3 8 2031 92,465 184,930 3,699 148

  15

  12

  4 Sumber : Hasil Analisis Tim, Tahun 2011 No Tahun Proy.Penduduk (jiwa) Rata-rata Timbulan Sampah (2lt/jw/hr) Kebutuhan Sarana Persampahan

  Rencana sistem persampahan di Kota Solok mengacu pada ketentuan-ketentuan sebagai berikut : 1) Rencana pengembangan jumlah dan kepadatan penduduk 2) Rencana Struktur Tata Ruang dan Jaringan Jalan 3) Potensi dan masalah pengembangan persampahan 4) Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah

  3 5 2016 67,403

  11

  Kontainer berlokasi pada kawasan pusat pelayanan kota dan sub pusat pelayanan kota; dan d.

  5

  Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) dengan konsep 3R (reduce, reuse,

  dan recycle) berlokasi pada koridor jalan-jalan utama yang padat kawasan terbangun.

  Hasil proyeksi dengan menggunakan Standar Pelayanan Minimal (Kepmenkimpraswil No. 534/2001), maka jumlah timbulan sampah di Kota Solok pada akhir tahun perencanaan (2031) adalah sebesar 184,93 m3/hari. Secara lebih jelas mengenai Prediksi timbulan sampah pada akhir tahun perencanaan (tahun 2031) dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

Tabel 3.3 Prediksi Timbulan Sampah dan Kebutuhan Prasarana Persampahan di Kota Solok Sampai Tahun 2031 Tong (40 lt/hr) Gerobak (1/1.000lt) TPS /Kontainer (1/10.000lt) Truk (per 12.000lt) Transfer Depo (per 20.000 jw)

  1 2012 61,953 123,906 1,239

  50

  4

  3 4 2015 65,997 131,994 2,640 106

  1 2 2013 63,273 126,546 1,898

  76

  8

  6

  2 3 2014 64,621 129,241 2,585 103

  10

  9

  Rencana pengembangan sistem persampahan di Kota Solok meliputi:

  1. Penyusunan rencana induk persampahan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana persampahan; 2. peningkatan pelayanan prasarana persampahan di area Non Komersial pada tahun 2031 meliputi : a. sebesar 50% sampah dari jumlah timbulan sampah akan diangkut langsung ke

  TPA; dan b. sebesar 50% sampah dari jumlah timbulan sampah dikelola melalui metode 3R.

  3. peningkatan sistem penanganan sampah berupa pengolahan sampah, daur ulang, penggunaan kembali (reuse) dan pemanfaatan lainnya; dan 4. pembentukan badan atau lembaga yang mengelola persampahan pada area komersial berupa kawasan perdagangan dan jasa, perkantoran serta kawasan strategis.

  Sistem Drainase

  Sistem jaringan drainase ditetapkan dalam rangka mengurangi banjir dan genangan air untuk kawasan permukiman, industri, perdagangan, perkantoran, persawahan dan jalan, yang terdiri dari jaringan drainase primer, jaringan drainase sekunder, dan jaringan drainase tersier. Pengembangan sistem jaringan drainase diatur lebih detail dan teknis dalam rencana induk sistem jaringan drainase. Sistem pembuangan air hujan (drainase) di Kota Solok pada dasarnya menggunakan sungai sebagai saluran alamiah. Dalam perencanaan dan pengelolaan saluran pembuangan air hujan, wilayah Kota Solok dibagi atas 4 sistem drainase atau sesuai dengan jumlah Daerah Aliran Sungai (DAS) eksisting. Pola penyaluran air hujan dilakukan dengan pola acak (random), dengan memanfaatkan saluran-saluran alamiah terdekat sebagai badan penerima. Sistem pengaliran menggunakan sistem gravitasi (tanpa pemompaan), sehingga zona pengalirannya terbagi-bagi sesuai dengan kondisi topografi wilayah. Rencana arahan pengembangan saluran pembuangan air hujan di Kota Solok ditentukan berdasarkan pertimbangan sebagai berikut :

  1) Sistem aliran limpasan merupakan sistem yang kontinyu dan mengikuti kontur permukaan wilayah; 2) Kontruksi teknis saluran pembuangan dirancang berdasarkan besarnya limpasan yang terkait dengan frekuensi dan intensitas rata-rata hujan tahunan. Pengembangan drainase diarahkan pada peningkatan dan perbaikan jaringan saluran untuk setiap Daerah Perencanaan Drainase (DPD) dan normalisasi aliran sungai / saluran makro untuk memperlancar aliran limpasan. Pembuatan saluran pembuangan baru diarahkan pada lokasi yang rawan genangan air hujan. Pemeliharaan kebersihan saluran diprioritaskan pada saluran pembuangan tertutup yang terdapat di bawah jalur pejalan kaki di kawasan komersial. Adanya sampah pada saluran mengakibatkan terjadinya genangan dan endapan lumpur pada saluran yang menghambat aliran. Dalam kondisi ekstrim, aliran yang terhambat dapat meluap menggenangi kawasan sekitarnya, sehingga mengganggu kebersihan, sanitasi dan estetika lingkungan. Khusus untuk saluran tertutup, perlu diperhatikan kelengkapan kontruksi pendukungnya, seperti street inlet dan manhole. Secara umum Rencana pengembangan saluran pembuangan air hujan (drainase) di Wilayah Kota Solok meliputi : 1) Rencana saluran Drainase Primer (Badan air penerima) berupa sungai Batang Lembang, Batang Gawan dan Batang Bingung. 2) Rencana saluran Drainase Sekunder mengikuti kondisi alam (kontur eksisting) dan sebagian mengikuti Pola Jaringan Jalan Arteri dan Kolektor. 3) Rencana saluran Drainase tersier yang berlokasi pada seluruh jaringan jalan yang akan ditetapkan secara lebih detail dalam rencana induk sistem drainase. Sesuai dengan rencana, potensi dan masalah eksisting drainase di Kota Solok, maka dalam jangka pendek perlu dilakukan tindaklanjut sebagai berikut :

  

  Penyusunan rencana induk sistem drainase Kota Solok;

  

  Peningkatan atau perbaikan saluran drainase Pada Jalan Arteri dan Kolektor menjadi saluran permanen;

  

  Peningkatan berupa perbaikan dan pembangunan saluran drainase baru pada Jalan lokal menjadi saluran permanen;

  

  Pembangunan saluran drainase pada kawasan perumahan yang berlokasi di pusat kota.

  Jalur Evakuasi Bencana

  Dalam rangka mengurangi korban jiwa dan dampak kerusakan dari gejala alam diperlukan sebuah kajian mitigasi bencana yang diwujudkan ke dalam pemetaan rawan bencana, rencana jalur penyelamatan/evakuasi (escape road), dan rencana lokasi penyelamatan darurat (shelter). Dengan demikian diharapkan dampak dari bencana tersebut paling tidak dapat diminimalisir sedini mungkin.

  Jalur evakuasi bencana bertujuan untuk menyediakan ruang yang dapat dipergunakan sebagai tempat keselamatan dan ruang untuk berlindung jika terjadi bencana. Terkait dengan penentuan jalur evakuasi bencana, maka terdapat beberapa kriteria dasar yang diperlukan dalam penentuan jalur evakuasi bencana di Kota Solok, yaitu : 1) Jalur evakuasi bencana adalah jalur penyelamatan menuju ke tempat lebih aman. 2) Jalur evakuasi merupakan jalur-jalur dirancang untuk memudahkan penduduk menuju lokasi-lokasi yang telah ditetapkan sebagai lokasi ruang evakuasi bencana. 3) Jalur evakuasi ini adalah terdiri dari jalan-jalan formal dengan rumija yang besar untuk mengantisipasi terjadinya pergerakan penduduk dalam jumlah yang besar. 4) Lebar jalur evakuasi harus cukup baik, mudah dilewati dan lebar, yaitu lebarnya dapat dilewati oleh 2 (dua) kendaraan atau lebih. 5) Jalur evakuasi harus menjauh dari sumber bencana dan dampak lanjutan dari bencana. Berdasarkan kriteria tersebut, maka jalur evakuasi bencana di Kota Solok meliputi rencana jalur penyelamatan atau evakuasi (escape road) dan rencana lokasi penyelamatan darurat (shelter) baik dalam skala kota, kawasan, maupun lingkungan. Rencana jalur evakuasi bencana di Kota Solok, dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1) Jalur evakuasi bencana gempa bumi diutamakan menggunakan jaringan jalan arteri dan kolektor di Kota Solok yang meliputi : a. ruas Jalan Imam Bonjol;

  b. ruas Jalan KH. Dewantoro;

  c. ruas Jalan A. Yani;

  d. ruas Jalan Diponegoro;

  e. ruas Jalan Lubuk Sikarah;

  f. ruas Jalan Proklamasi;

  g. ruas Jalan M. Hatta;

  h. ruas Jalan Ahmad Dahlan; dan i. ruas Jalan Nasir ST Pamuncak. 2) Jalur evakuasi bencana banjir diutamakan menggunakan ruas jalan Masjid Agung Aro dan jalan Bypass KTK. 3) Jalur evakuasi bencana longsor menggunakan jalur jalan Lingkar Utara dan jalan Tanah Garam-Payo.

3.1.3.3 Rencana Pola Ruang Wilayah

  Kawasan lindung di Kota Solok adalah sebagai berikut:

  1) Kawasan Hutan Lindung

  Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 304/Menhut-II/2011 mengenai status dan fungsi hutan, maka luas hutan lindung yang ada di Kota Solok adalah seluas + 343 Ha, kawasan hutan lindung ini tersebar di Kelurahan Tanah Garam seluas + 188 Ha dan di Kelurahan Laing seluas + 155 Ha.

  2) Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA)

  Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Pelestarian Alam bertujuan untuk menjaga kelestarian hutan, melindungi keanekaragaman hayati dan perlindungan keseimbangan tata guna air yang diintegrasikan dengan kegiatan wisata Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 304/Menhut-II/2011 mengenai status dan fungsi hutan, maka luas Kawasan Suaka Alam (KSA) di Kota Solok adalah 770 Ha. KSA ini berada di ujung bagian barat Kota Solok, yakni di Kelurahan Tanah Garam.

  3) Kawasan Perlindungan Setempat

  Kawasan perlindungan setempat berfungsi untuk memelihara kelestarian kawasan lindung itu sendiri, terdiri dari : a. Kawasan Sempadan Sungai

  Garis sempadan sungai adalah garis batas luar pengamanan sungai. Kawasan sempadan adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai termasuk sungai buatan, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Penetapan garis sempadan sungai dimaksudkan sebagai upaya agar kegiatan perlindungan, pengembangan, penggunaan dan pengendalian atas sumber daya yang ada pada sungai termasuk danau dan awaduk dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuannya. Penetapan garis sempadan sungai bertujuan :

   Agar fungsi sungai termasuk danau dan waduk tidak terganggu oleh aktifitas yang berkembang di sekitarnya;  Agar kegiatan pemanfaatan dan upaya peningkatan nilai manfaat sumber daya yang ada di sungai dapat memberikan hasil secara optimal sekaligus menjada fungsi sungai;  Agar daya rusak air terhadap sungai dan lingkungannya dapat dibatasi. Mengacu kepada Peraturan Menteri PU Nomor 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan dan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai, maka kriteria penetapan garis sempadan sungai di Kota Solok terdiri dari :  Sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan;  Sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan. Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan, ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul. Penetapan garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan didasarkan pada kriteria :

   Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

   Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter sampai dengan 20 (dua puluh) meter, garis sempadan ditetaplan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

   Sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 (dua puluh) meter, garis sempadan sungai sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

  Adapun total rencana luas kawasan sempadan sungai di Kota Solok adalah seluas ± 11,44 ha, yang berlokasi pada sungai-sungai sebagai berikut :

  • Sungai Batang Lembang;
  • Sungai Batang Bingung; dan
  • Sungai Batang Gawan;

  b. Kawasan Sempadan Mata Air yang berfungsi untuk menjaga kualitas dan kuantitas mata air dengan luas + 4 ha yang berlokasi pada 2 (dua) tempat, yaitu :

  • Sempadan Mata air Kawasan Pulau Belibis di Kelurahan Kampung Jawa; dan  Sempadan Mata air Telago Biruhun di Kelurahan Simpang Rumbio.
c. Kawasan Sempadan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) adalah 50 meter (kiri dan kanan) dari tengah jaringan SUTT. Kawasan sempadan SUTT terdapat di Kelurahan Kampung Jawa, VI Suku, dan Tanah Garam dengan total luas lahan ± 48,80 Ha.

  d. Kawasan Sempadan Rel Kereta Api adalah 11 (sebelas) meter dari tengah rel kereta api (Ketentuan UU No. 23/2007 tentang Perkeretaapian). Kawasan ini membentang dari arah utara menuju ke pusat Kota Solok selanjutnya ke arah timur menuju ke Sawahlunto, melalui Kelurahan Tanah Garam, VI Suku, Kampung Jawa, Nan Balimo, Tanjung paku, Pasar Pandan Air Mati dengan total luas lahan ± 13,15 Ha.

  4) Kawasan Rawan Bencana