Pengaruh Kurs Dollar Harga Daging Sapi Australia Dan Produk Domestik Bruto Sektor Peternakan Terhadap Impor Sapi Australia Ke Indonesia Tahun 2010-2014.

(1)

PENGARUH KURS DOLLAR AMERIKA SERIKAT, HARGA DAGING SAPI AUSTRALIA, DAN PRODUK DOMESTIK BRUTO SEKTOR

PETERNAKAN TERHADAP IMPOR SAPI AUSTRALIA KE INDONESIA TAHUN 2010-2014

SKRIPSI

Oleh:

I MADE DONA AGUS NIM. 0915151064

PROGRAM EKSTENSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016


(2)

PENGARUH KURS DOLLAR AMERIKA SERIKAT, HARGA DAGING SAPI AUSTRALIA, DAN PRODUK DOMESTIK BRUTO SEKTOR

PETERNAKAN TERHADAP IMPOR SAPI AUSTRALIA KE INDONESIA TAHUN 2010-2014

SKRIPSI

Oleh:

I MADE DONA AGUS NIM. 0915151064

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana Denpasar


(3)

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal : 13 Mei 2016

Tim Penguji: Tanda tangan

1. Ketua : Prof. Dr. Made Sukarsa, SE, MS ………...

2. Sekretaris : AA Ketut Ayuningsasi, SE, MSi …...

3. Anggota : Drs. I Made Jember, MSi ………...

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Pembimbing

Dr. Ida Ayu Nyoman Saskara, SE., M.Si. A.A. Ketut Ayuningsasi, SE., M.Si NIP. 19580219 198601 2 001 NIP. 19810809 200801 2 014


(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 13 Mei 2016 Mahasiswa,

I Made Dona Agus NIM. 0915151064


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Pengaruh Kurs Dollar Amerika Serikat, Harga Daging Sapi Australia, dan Produk Domestik Bruto Sektor Peternakan Terhadap Impor Sapi Australia Ke Indonesia Tahun 2010-2014” dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., MSi., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.Si., Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Dr. Ida Ayu Nyoman Saskara, SE., M.Si., dan Dr. Made Henny Urmila Dewi, SE., M.Si, masing-masing selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 4. Bapak Drs. Ketut Suardhika Natha, MSi., selaku Ketua, Drs. Made Jember,

M.Si selaku Sekretaris dan Drs. Sudarsana Arka, M.P. selaku Koordinator Jurusan Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana serta sebagai Pembahas Akademik.

5. I Wayan Wita Kesumajaya, SE, M.Si. sebagai pembimbing akademik.

6. A.A. Ketut Ayuningsasi, SE., M.Si, dosen pembimbing atas waktu, bimbingan, masukan serta motivasinya selama penyelesaian skripsi ini. 7. Keluarga tercinta Bapak I Ketut Jiwa, Ibu Ni Wayan Sukerti, kakak I Wayan

Joni Parta, adik I Nyoman Doni Anggara, istri Ni Wayan Widiyani dan anak I Putu Widyana Putra atas dukungan dan doanya yang tulus dan tiada hentinya selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

8. Semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberi dukungan dan motivasi.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap bertanggung jawab terhadap semua isi skripsi. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Denpasar, 13 Mei 2016


(6)

Judul : Pengaruh Kurs Dollar Amerika Serikat, Harga Daging Sapi Australia, dan Produk Domestik Bruto Sektor Peternakan Terhadap Impor Sapi Australia Ke Indonesia Tahun 2010-2014

Nama : I Made Dona Agus NIM : 0915151064

ABSTRAK

Perdagangan internasional merupakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara. Terjadinya perekonomian dalam negeri dan luar negeri akan menciptakan suatu hubungan yang saling mempengaruhi antara satu negara dengan negara lainnya, salah satunya adalah berupa pertukaran barang dan jasa antar negara.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kurs dollar Amerika Serikat, harga daging sapi Australia, dan PDB sektor peternakan secara serempak dan parsial terhadap impor sapi Australia ke Indonesia tahun 2010-2014.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang berbentuk asosiatif. Obyek penelitian ini adalah Kurs dollar Amerika Serikat, harga daging sapi Australia, dan produk domestik bruto sektor peternakan tahun 2010-2014, serta perkembangan impor sapi Australia ke Indonesia tahun 2010-2014. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa Kurs dollar Amerika Serikat secara parsial berpengaruh negatif dan secara parsial signifikan terhadap impor sapi Australia periode 2010-2014, harga daging sapi Australia secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap impor sapi Australia periode 2010-2014, dan PDB sektor peternakan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap impor sapi Australia periode 2010-2014.

Kata kunci: Kurs Dollar Amerika Serikat, Harga Daging Sapi Australia, Produk Domestik Bruto Sektor Peternakan, Impor Sapi Australia


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTARTABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 14

1.3 Tujuan Penelitian ... 14

1.4 Kegunaan Penelitian... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 16

2.1 Landasan Teori dan Konsep ... 16

2.1.1 Tinjauan tentang Impor ... 16

2.1.2 Tinjauan tentang Faktor/Variabel yang Mempengaruhi Impor... 18

2.1.3 Tinjauan tentang Hubungan Impor dengan Variabel yang Mempengaruhi ... 24

2.2 Rumusan Hipotesis Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

3.1 Desain Penelitian ... 30

3.2 Lokasi dan Obyek Penelitian ... 31

3.3 Identifikasi Variabel ... 31

3.4 Definisi Operasional Variabel ... 31

3.5 Jenis dan Sumber Data ... 32

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 33

3.7 Teknik Analisis Data ... 33

3.7.1 Uji Asumsi Klasik ... 34

3.7.2 Analisis Regresi Linier Berganda ... 38


(8)

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 45

4.1 Statistik Deskriptif ... 45

4.2 Analisis Regresi Linear Berganda ... 46

4.3 Uji Asumsi Klasik ... 47

4.3.1 Uji Normalitas ... 47

4.3.2 Uji Heterokesdastisitas ... 48

4.3.3 Uji Multikolinearitas ... 48

4.3.4 Uji Autokorelasi ... 49

4.4 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 51

4.5 Pengujian secara simultan (Uji F) ... 52

4.6 Pengujian secara parsial (Uji t) ... 56

4.7 Pembahasan Hasil Penelitian ... 57

4.7.1 Pengaruh Kurs Valuta Asing Terhadap Impor Sapi Australia ... 57

4.7.2 Pengaruh Harga Daging Sapi Terhadap Impor Sapi Australia ... 58

4.7.3 Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB) Sektor Peternakan Terhadap Impor Sapi Australia ... 59

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 61

5.1 Simpulan ... 61

5.2 Saran ... 61

DAFTAR RUJUKAN ... 63


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

1.1 Perkembangan Impor Sapi Australia ke Indonesia Tahun 2010 –

2014 ... 7

1.2 Perkembangan Harga Daging Sapi Australia Tahun 2010 – 2014 .. 10

1.3 Perkembangan PDB Sektor Peternakan dan Hasil-Hasilnya Tahun 2010 – 2014 ... 11

1.4 Perkembangan Kurs Dollar Amerika Serikat Terhadap Rupiah Tahun 2010 – 2014 ... 13

4.1 Statistik Deskriptif ... 45

4.2 Analisis Regresi Linear Berganda ... 46

4.3 Uji Normalitas ... 47

4.4 Uji Heteroskedastisitas ... 48

4.5 Uji Multikolinearitas ... 49

4.6 Uji Autokorelasi... 50

4.7 Koefisien Determinasi (R²) ... 51


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

3.1 Desain Penelitian ... 30

3.2 Daerah Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson... 37

3.3 Daerah Pengujian Penerimaan dan Penolakan H0 dengan Uji F ... 41

3.4 Daerah Pengujian Penerimaan dan Penolakan H0 dengan Uji t untuk variabel X2 ... 42

3.5 Daerah Pengujian Penerimaan dan Penolakan Ho dengan Uji t ... 44

4.1 Kurva Uji Autokorelasi... 50


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1 Statistik Deskriptif ... 69 2 Uji Asumsi Klasik ... 70 3 Regresi Linear Berganda ... 71


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Adanya perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin dan tercipta suatu hubungan ekonomi yang saling mempengaruhi suatu negara dengan negara lain serta lalu lintas barang dan jasa akan membentuk perdagangan antar bangsa. Perdagangan internasional merupakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara. Terjadinya perekonomian dalam negeri dan luar negeri akan menciptakan suatu hubungan yang saling mempengaruhi antara satu negara dengan negara lainnya, salah satunya adalah berupa pertukaran barang dan jasa antar negara. Dalam keterbatasan faktor-faktor produksi dalam kegiatan perekonomian, memaksa pemerintah Indonesia mengambil beberapa pilihan, salah satunya adalah perdagangan internasional yaitu impor.

Kurs atau nilai tukar adalah harga dari mata uang luar negeri (Dornbusch,et.al, 2008 : 46). Kenaikan nilai tukar (kurs) mata uang dalam negeri disebut apresiasi atas mata uang (mata uang asing lebih murah, hal ini berarti nilai mata uang asing dalam negeri meningkat). Penurunan nilai tukar (kurs) disebut depresiasi mata uang dalam negeri (mata uang asing menjadi lebih mahal, yang berarti mata uang dalam negeri menjadi merosot).


(13)

Perdagangan diartikan sebagai proses tukar menukar yang didasarkan kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Masing-masing pihak harus mempunyai kebebasan untuk menentukan untung rugi pertukaran tersebut dari sudut kepentingan masing-masing dan kemudian menentukan apakah bersedia melakukan pertukaran atau tidak (Boediono, 1993). Perdagangan internasional juga dipengaruhi oleh nilai tukar yang secara tidak langsung akan mempengaruhi permintaan dan penawaran terhadap mata uang asing (See Mekenzie, 1998 dalam Muhammadina et. al: 2011). Kurs dollar Amerika Serikat digunakan sebagai mata uang standar internasional dikarenakan stabilitas nilai mata uangnya yang tinggi serta dapat dengan mudah diperdagangkan dan juga dapat diterima oleh siapapun sebagai alat pembayaran (Latief, 2001:15).

Harga merupakan salah satu faktor pendukung dalam permintaan suatu barang. Sesuai bunyi hukum permintaan, semakin rendah harga suatu barang maka permintaan akan barang tersebut semakin tinggi, demikian sebaliknya jika semakin tinggi harga suatu barang, maka permintaan akan barang tersebut semakin rendah, dengan asumsi cateris paribus. Kaitannya dengan harga, kecenderungan untuk mengimpor akan terjadi apabila barang dan jasa produksi luar negeri lebih baik mutunya serta harganya lebih murah dibandingkan di dalam negeri (Herlambang, dkk, 2001:267).

Perdagangan internasional secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu ekspor dan impor. Ekspor yaitu penjualan barang dan jasa luar suatu negara yang mengalir masuk ke negara lainnya, sedangkan impor yaitu barang dan jasa luar suatu negara yang mengalir masuk ke negara tersebut. Impor dapat


(14)

mempunyai peranan yang positif terhadap perkembangan teknologi dalam negeri khususnya dan terhadap perkembangan ekonomi pada umumnya. Impor sangat tergantung pada PDB ( Produk Domestik Bruto ), karena PDB adalah satu sumber pembiayaan impor. Pertumbuhan PDB sangatlah penting bagi perkembangan perekonomian suatu negara, karena menunjukan kemampuan suatu negara dalam melakukan perdagangan Internasional (Adlin, 2008). PDB merupakan salah satu indikator ekonomi yang penting dalam menjelaskan perkembangan tersebut. Selain itu ekspor, impor, dan lain-lain dapat pula melengkapi gambaran umum kinerja perekonomian suatu negara. Penentu impor yang utama adalah pendapatan masyarakat suatu negara (Sukirno, 2006). Jika pendapatan negara berubah maka dengan sendirinya impor akan berubah, yaitu semakin tinggi pendapatan suatu negara maka semakin tinggi pula permintan impor yang akan dilakukan begitu juga sebaliknya semakin rendah pendapatan suatu Negara maka semakin rendah pula permintaan impor yang akan dilakukan.

Menurut Amir, M.S. (2004:139) kegiatan impor adalah memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang-barang dengan cara mendatangkan barang yang belum tersedia di dalam negeri dari luar negeri. Impor merupakan salah satu variabel kebocoran (leakages) dalam perekonomian suatu negara, artinya jika impor suatu negara meningkat maka pendapatan nasional negara tersebut akan menurun. Hal ini disebabkan adanya proses multiplier dalam perekonomian tersebut (Chalid, 2011:1). Tetapi untuk memenuhi kebutuhan akan barang dan jasa yang dikonsumsi oleh penduduk Indonesia yang dimana produksi dalam negerinya belum bisa memenuhi permintaan dari seluruh penduduk Indonesia,


(15)

maka pemerintah harus mengimpor barang-barang tersebut dari luar negeri agar tercipta kestabilan dalam kegiatan ekonomi, baik produksi, konsumsi, maupun distribusi.

Krugman (1999) menjelaskan ada beberapa faktor-faktor yang mendorong dilakukannya impor antara lain adalah keterbatasan kualitas sumber daya manusia dan teknologi yang dimiliki, untuk mengolah sumber daya alam yang tersedia agar tercapai efektifitas dan efisiensi yang optimal dalam kegiatan produksi dalam negeri; adanya barang-jasa yang belum/tidak dapat diproduksi di dalam negeri; dan adanya jumlah atau kuantitas barang di dalam negeri yang belum mencukupi. Impor juga akan menimbulkan biaya-biaya dalam kegiatan impor seperti biaya pabean, biaya pelayaran, biaya pelabuhan dan biaya operasional.

Produk daging sapi merupakan komoditas kedua setelah unggas (ayam potong). Kontribusi daging sapi terhadap kebutuhan daging nasional sebesar 23 persen dan diperkirakan akan terus mengalami peningkatan (Direktorat Jenderal Peternakan, 2009). Berdasarkan laju peningkatan konsumsi daging sapi yang mencapai 4 persen, dibandingkan dengan laju peningkatan produksi sapi potong sebesar 2 persen, maka dalam jangka panjang diperkirakan terjadi kekurangan produksi akibat adanya pengurangan ternak sapi yang berlebihan walaupun ditunjang oleh daging unggas. Secara umum kebutuhan daging sapi masih


(16)

Harga daging sapi yang diproduksi secara lokal menjadi lebih mahal, karena pemeliharaan sapi tidak diarahkan untuk tujuan pasar. Hal ini yang menyebabkan harga daging sapi lokal lebih mahal daripada daging sapi impor sehingga jumlah impor daging sapi meningkat seiring dengan tingginya permintaan masyarakat mengkonsumsi daging sapi namun tidak diimbangi

Alisa (2011), dalam penelitiannya mengatakan bahwa produk daging sapi merupakan komoditas kedua setelah unggas (ayam potong). Kontribusi daging sapi terhadap kebutuhan daging nasional sebesar 23 persen dan diperkirakan akan terus mengalami peningkatan. Secara umum kebutuhan daging sapi masih

disupply oleh impor daging maupun sapi bakalan. Pengertian bakalan Bakalan

adalah anak sapi berumur 1-2 tahun yang tidak layak bibit yang memenuhi persyaratan tertentu baik jantan maupun betina untuk tujuan produksi atau hewan bukan bibit yang mempunyai sifat unggul untuk dipelihara guna tujuan produksi kata tidak layak bibit dimaksudkan bahwa sapi tersebut tidak layak dikembangbiakkan yang artinya tidak baik untuk menghasilkan anak, namun dapat ditingkatkan produktivitasnya untuk menghasilkan daging baik kualitas maupun kuantitasnya. Dalam Keputusan tersebut dijelaskan bahwa pemilihan bibit/bakalan bisa berasal dari sapi lokal atau impor, tergantung jenis sapi dan bebas dari penyakit menular. Dalam pemilihan sapi bakalan usaha penggemukan harus memenuhi kriteria berumur 1 (satu) sampai 2 (dua) tahun dengan berat 250 350 kg. Penyediaan bakalan dilakukan dengan mengutamakan produksi dalam negeri dan kemampuan ekonomi kerakyatan. Pengeluaran bakalan dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) keluar negeri dapat dilakukan


(17)

apabila kebutuhan dalam negeri telah terpenuhi dan kelestarian ternak lokal terjamin. Fenomena semakin meningkatnya permintaan daging sapi dari tahun ke tahun, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya pendapatan perkapita dan didorong oleh adanya pola konsumsi dan selera masyarakat, maka dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, sebagian besar kebutuhan konsumsi daging sapi akan dipenuhi dari produksi dalam negeri dan sisanya diperoleh melalui impor. Impor daging sapi tidak dapat dihindari, karena adanya ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran daging sapi nasional.

Dapat dilihat pada Tabel 1.1 perkembangan nilai impor sapi Australia ke Indonesia periode 2010-2014 memiliki rata-rata sebesar 104.392.000 USD atau mengalami peningkatan sebesar 7,64 persen tiap triwulannya. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2013 sebesar 125,71 persen triwulan kedua diduga disebabkan adanya penambahan kuota impor sapi yang berlaku mulai Juni tahun 2013, pasca pertemuan Menteri Pertanian Wilayah Utara Australia dengan Menteri Pertanian Indonesia yang sebelumnya sempat terganggu dengan pembatasan kuota impor yang diterapkan Indonesia seiring dengan masterplan

swasembada pangan Indonesia (John McVeigh, Tempo Bisnis, 2013). Perkembangan impor sapi Australia ke Indonesia tahun 2010 – 2014 dapat dilihat pada Tabel 1.1.


(18)

Tabel 1.1 Perkembangan Impor Sapi Australia ke Indonesia Tahun 2010 – 2014

Tahun Triwulan Impor Sapi Australia (1.000 USD)

Perkembangan (%)

2010 1 140.441 -

2 122.343 -12,89

3 98.782 -19,26

4 88.548 -10,36

2011 1 83.404 -5,81

2 79.708 -4,43

3 63.370 -20,50

4 101.819 60,67

2012 1 87.332 -14,23

2 78.653 -9,94

3 59.670 -24,14

4 60.256 0,98

2013 1 38.022 -36,90

2 85.819 125,71

3 77.075 -10,19

4 140.507 82,30

2014 1 149.403 6,33

2 170.654 14,22

3 159.891 -6,31

4 202.149 26,43

Rata-rata 104.392 7,64

Sumber : International Trade Centre, 2010-2014

Indonesia merupakan negara tetangga yang penting bagi Australia. Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan salah satu negara yang berperan penting dalam ASEAN sehingga dengan posisinya yang dekat dengan Australia secara geografis dapat menjembatani perdagangan Australia dengan negara-negara ASEAN. Selain itu, Indonesia merupakan negara kepulauan yang besar dengan jumlah populasi yang besar pula sehingga dapat menjadi pangsa pasar yang besar bagi Australia. Menurut T.M. Hamzah Thayeb (2008), hubungan kenegaraan Australia dengan Indonesia diawali menjelang kemerdekaan Indonesia 1945. Dukungan Pemerintah Australia terhadap kemerdekaan Indonesia yang telah


(19)

dijajah selama 350 tahun oleh Belanda paling dirasakan antara 1942-1950. Federasi Pekerja Pasisir Australia World Wide Fund for Nature (WWF) mencegah keberangkatan kapal Belanda yang penuh dengan pasukan, persenjataan, dan perlengkapan lainnya dari pelabuhan Australia. Di tengah dinamika hubungan bilateral Indonesia Australia, kerjasama dalam berbagai bidang telah banyak disepakati oleh kedua negara (Ikrar Nusa Bakti :2008).

Menurut Richard Chauvel. dkk (2005), hubungan negara bertetangga Indonesia dan Australia mengalami pasang surut. Hal ini dipicu oleh berbagai masalah seperti masalah Timor Timur pada 1999, peristiwa Bom Bali pada tanggal 12 Oktober 2002 dan penyadapan yang dilakukan oleh Australia terhadap beberapa pejabat tinggi Indonesia yang membuat hubungan bilateral Indonesia-Australia terganggu. Di sisi lain, berbagai bentuk kerja sama ekonomi, keamanan, pariwisata dan sebagainya menguatkan hubungan bilateral kedua negara. Pada dasarnya Indonesia merupakan negara yang penting bagi Australia, sebab secara geografis kedua negara tersebut berdekatan. Selain itu, Indonesia merupakan salah satu negara yang berperan penting dalam ASEAN sehingga dapat menjembatani hubungan perdagangan Australia dengan negara-negara Anggota ASEAN.

Menurut Nini Salwa Istiqamah (2014), dewasa ini permasalahan yang dihadapi oleh negara semakin kompleks. Mulai dari masalah ekonomi, politik, keamanan, kesehatan, lingkungan dan sebagainya. Di antara isu-isu yang dihadapi oleh negara-negara di dunia tersebut, isu ekonomi merupakan salah satu hal yang sangat penting, sebab, masalah ekonomi tidak terbatas pada pertukaran barang dan jasa akan tetapi menyangkut transaksi ekonomi antara satu negara dengan negara


(20)

lainnya. Semakin kompleksnya kebutuhan suatu negara menyebabkan hampir tidak satu pun negara mampu memenuhi sendiri kebutuhannya, sehingga hal terjalin kerjasama antar Negara, baik dengan negara tetangga, negara dalam satu kawasan maupun negara yang ada di kawasan lainnya. Misalnya kerjasama antara Indonesia dan Australia dalam berbagai bidang. Hal ini dilakukan untuk memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak.

Kemajuan zaman menyebabkan harga-harga bahan pokok seperti hasil industri mengalami peningkatan. Impor menjadi pilihan yang layak bagi pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (Reyes, 2009). Dapat dilihat pada Tabel 1.2, perkembangan harga sapi Australia periode 2010-2014 memiliki rata-rata harga sapi sebesar 186,25 USD/Pound atau mengalami peningkatan sebesar 3,41 tiap triwulannya. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2014 sebesar 29,34 persen yang menurut Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Indonesia, Partogi Pangaribuan mengatakan bahwa harga daging impor dari Australia naik sebesar 20-30 persen pada September 2014. Kenaikan harga daging dipicu oleh melonjaknya permintaan daging Amerika Serikat dan Cina. Menurut Partogi Pangaribuan, hal ini mengakibatkan terjadinya persaingan harga di antara sesama importer. (Tempo Bisnis, 2014). Perkembangan harga sapi Australia tahun 2010 – 2014 dapat dilihat pada Tabel 1.2.


(21)

Tabel 1.2 Perkembangan Harga Daging Sapi Australia Tahun 2010 – 2014

Sumber : Index Mundi, 2010-2014 (data diolah)

Harga merupakan salah satu faktor pendukung dalam permintaan suatu barang, sesuai bunyi hukum permintaan, semakin rendah harga suatu barang maka permintaan akan barang tersebut semakin tinggi, demikian sebaliknya jika semakin tinggi harga suatu barang, maka permintaan akan barang tersebut semakin rendah, dengan asumsi cateris paribus. Kaitannya dengan harga, kecenderungan untuk mengimpor akan terjadi apabila barang dan jasa produksi luar negeri lebih baik mutunya serta harganya lebih murah dibandingkan di dalam negeri (Herlambang, dkk 2001:267).

Tahun Triwulan Harga Sapi Australia (USD/Pound)

Perkembangan (%)

2010 1 142,58 -

2 155,77 9,25

3 150,13 -3,62

4 161,43 7,53

2011 1 185,69 15,03

2 185,16 -0,29

3 178,18 -3,77

4 183,68 3,09

2012 1 193,13 5,14

2 187,67 -2,83

3 181,25 -3,42

4 189,73 4,68

2013 1 193,82 2,16

2 181,84 -6,18

3 176,25 -3,07

4 182,44 3,51

2014 1 191,82 5,14

2 195,52 1,93

3 252,89 29,34

4 256,01 1,23


(22)

Harga daging sapi yang diproduksi secara lokal menjadi lebih mahal, karena pemeliharaan sapi tidak diarahkan untuk tujuan pasar. Hal ini yang menyebabkan harga daging sapi lokal lebih mahal daripada daging sapi impor, sehingga jumlah impor daging sapi meningkat seiring dengan tingginya permintaan masyarakat mengkonsumsi daging sapi namun tidak diimbangi dengan jumlah produksi daging sapi secara nasional (Dwi Priyatno, 2011). Perkembangan PDB Sektor Peternakan Tahun 2010 – 2014 dapat dilihat pada Tabel 1.3.

Tabel 1.3 Perkembangan PDB Sektor Peternakan Tahun 2010 - 2014

Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia, 2010-2014 (data diolah) Tahun Triwulan PDB Sektor Peternakan

(Milliar Rupiah)

Perkembangan (%)

2010 1 28.168,90 -

2 28.713,40 1,93

3 30.428,50 5,97

4 32.060,90 5,36

2011 1 30.794,70 -3,95

2 30.908,10 0,37

3 32.738,60 5,92

4 34.856,30 6,47

2012 1 34.766,00 -0,26

2 35.432,80 1,92

3 37.007,40 4,44

4 38.513,80 4,07

2013 1 38.352,00 -0,42

2 39.295,60 2,46

3 42.697,10 8,66

4 44.818,20 4,97

2014 1 43.263,80 -3,47

2 44.114,80 1,97

3 47.266,70 7,14

4 49.601,20 4,94


(23)

Tabel 1.3 menjelaskan perkembangan PDB Indonesia selama periode 20 triwulan (2010-2014). Tabel 1.3 menunjukkan bahwa perkembangan PDB Peternakan dari tahun 2010-2014 mengalami fluktuasi. Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) periode 2010-2014 memiliki rata-rata sebesar 37.189,94 rupiah atau mengalami peningkatan sebesar 3,08 persen tiap triwulannya. Perkembangan PDB Peternakan di Indonesia tertinggi terjadi pada tahun 2013 triwulan ketiga yaitu sebesar 8,66 persen dan terendah terjadi pada tahun 2011 triwulan pertama yaitu sebesar minus 3,95 persen.

Menurut Boediono (2005: 97), kurs valuta asing yang dalam hal ini adalah Kurs Dollar Amerika Serikat, yang memberi pengaruh terhadap perkembangan perdagangan. Dollar Amerika Serikat merupakan mata uang internasional atau mata uang cadangan sejalan dengan menanjaknya posisi Amerika Serikat di dalam perekonomian dunia, terutama setelah Perang Dunia I. Dollar Amerika Serikat diterima oleh siapapun sebagai pembayaran bagi transaksinya.

Kondisi harga daging impor relatif lebih rendah dengan kualitas yang lebih bagus disebabkan oleh manajemen produksi yang lebih efisien, disamping adanya

dumping price policy oleh negara pengekspor. Harga daging di Indonesia relatif

mahal, sebagai akibat inefisiensi usaha peternakan domestik yang ditunjukkan oleh tingginya biaya produksi usaha termasuk inefisiensi dalam jalur tata niaga perdagangan dari daerah sentra produksi (industri hulu) sampai ke konsumen (industri hilir). Kondisi demikian berdampak terhambatnya perkembangan usaha peternakan domestik, baik usaha yang dilakukan pihak feedloter maupun usaha peternakan rakyat yang sifatnya tradisional.

Data pada Tabel 1.4 menunjukkan perkembangan nilai kurs dollar Amerika Serikat yang relatif mengalami fluktuasi. Rata-rata kurs dollar Amerika


(24)

Serikat dari tahun 2010-2014 adalah sebesar 9,915 atau mengalami peningkatan sebesar 1,53. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2013 yang peningkatannya mencapai 9,61 persen pada triwulan keempat. Menurut ekonom Lana Soeliastianingsih (Viva News, 2013), pelemahan rupiah yang terjadi disebabkan oleh faktor eksternal yang menyebabkan spekulasi menjadi liar dan pasar melakukan antisipasi. Perkembangan Kurs Dollar Amerika Serikat terhadap rupiah di Indonesia dari tahun 2010 - 2014 dapat dilihat pada Tabel 1.4.

Tabel 1.4 Perkembangan Kurs Dollar Amerika Serikat Terhadap Rupiah Tahun 2010 – 2014

Tahun Triwulan Kurs Dollar Amerika

(Rp/1 USD) Perkembangan (%)

2010 1 9.265,80 -

2 9.119,63 -1,58

3 8.998,24 -1,33

4 8.962,97 -0,39

2011 1 8.903,81 -0,66

2 8.590,37 -3,52

3 8.610,25 0,23

4 8.999,63 4,52

2012 1 9.100,08 1,12

2 9.305,63 2,26

3 9.507,59 2,17

4 9.623,66 1,22

2013 1 9.694,47 0,74

2 9.788,83 0,97

3 10.664,04 8,94

4 11.689,03 9,61

2014 1 11.847,27 1,35

2 11.618,10 -1,93

3 11.762,17 1,24

4 12.247,15 4,12

Rata-rata 9.915,00 1,53


(25)

1.2. Rumusan Masalah Penelitian

Dari latar belakang tersebut maka yang jadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1) Apakah kurs dollar Amerika Serikat, harga daging sapi Australia, dan PDB sektor peternakan secara serempak berpengaruh terhadap impor sapi Australia ke Indonesia tahun 2010-2014?

2) Bagaimanakah pengaruh kurs dollar Amerika Serikat, harga daging sapi Australia, dan PDB sektor peternakan secara parsial terhadap impor sapi Australia ke Indonesia tahun 2010-2014?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui pengaruh kurs dollar Amerika Serikat, harga daging sapi Australia, dan PDB sektor peternakan secara serempak terhadap impor sapi Australia ke Indonesia tahun 2010-2014.

2) Untuk mengetahui pengaruh kurs dollar Amerika Serikat, harga daging sapi Australia, dan PDB sektor peternakan secara parsial terhadap impor sapi Australia ke Indonesia tahun 2010-2014.

1.4. Kegunaan penelitian

1) Bagi Khasanah Ilmu Pengetahuan

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan suatu tambahan informasi dan wawasan yang dapat menambah referensi di


(26)

lingkungan akademis sehingga nantinya dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

2) Bagi Perguruan Tinggi

Penelitian ini diharapkan nantinya dapat sebagai wadah untuk mengaplikasikan teori-teori dalam perdagangan ekonomi khususnya internasional yang selama menempuh kuliah dengan mengaitkan kepada fakta khususnya mengenai kondisi impor sapi Australia ke Indonesia. 3) Bagi Penyelesaian Operasional dan Perumusan Kebijakan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan sebagai sarana pemerintah dalam mengambil upaya atau langkah-langkah kebijakan dalam bidang perdagangan antar negara khususnya di bidang impor.


(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS P ENELITIAN

2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.2.1 Tinjauan tentang Impor

Menurut Tambunan (2001:1), perdagangan internasional diartikan sebagai perdagangan antar atau lintas negara yang meliputi kegiatan ekspor dan impor. Perdagangan internasional dibagi menjadi dua kategori, yakni perdagangan barang (fisik) dan perdagangan jasa antara lain terdiri dari biaya transportasi, perjalanan

(travel), asuransi dan fee atau royalty teknologi (lisensi). Perdagangan antar

negara akan timbul karena adanya perbedaan permintaan dan penawaran. Perbedaan permintaan tersebut disebabkan oleh jumlah dan jenis kebutuhan, jumlah pendapatan, selera, kebudayaan, dan sebagainya. Dari segi penawaran, disebabkan oleh perbedaan faktor produk baik kuantitas, kualitas maupun dalam hal komposisi faktor-faktor produksi tersebut. Perbedaan faktor produksi akan membedakan tingkat produktivitas tiap negara. Faktor harga juga menentukan adanya perbedaan harga komparatif antar negara menyebabkan timbulnya arus persaingan perdagangan internasional (Nopirin, 2000:206).

Impor adalah perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar negeri ke dalam negeri ke dalam wilayah pabean suatu negara dengan memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku (Hutabarat, 1995:43). Christianto (2013:39) juga menyatakan bahwa impor adalah arus masuk dari sejumlah barang dan jasa ke dalam pasar sebuah negara baik untuk keperluan konsumsi ataupun sebagai


(28)

bahan modal atau sebagai bahan baku produksi dalam negeri. Impor akan menimbulkan aliran pengeluaran untuk membeli barang yang diimpor dari negara-negara lain yang merupakan bocoran pada aliran pendapatan. Impor akan menurunkan pendapatan nasional pada keseimbangan dan merumitkan masalah-masalah ekonomi yang dihadapi negara (Sukirno, 2006:377). Menurut Rizky (2013:249) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ekspor, impor, dan ekspor neto suatu negara, meliputi :

a. Selera konsumen terhadap barang-barang produksi dalam dan luar negeri. b. Harga-harga barang di dalam dan luar negeri.

c. Kurs yang menentukan jumlah mata uang domestik yang dibutuhkan untuk membeli mata uang asing.

d. Pendapatan konsumen di dalam dan luar negeri. e. Ongkos angkutan barang antar negara.

f. Kebijakan pemerintah dalam perdagangan internasional.

Besarnya impor yang dilakukan suatu negara, antara lain ditentukan oleh sampai dimana kesanggupan barang yang diproduksi di negara-negara lain untuk bersaing dengan barang-barang yang dihasilkan di negara itu. Impor juga dipengaruhi oleh pendapatan nasional. Apabila barang dari luar negeri mutunya lebih baik atau harganya lebih murah daripada barang-barang yang sama yang dihasilkan di dalam negeri, maka akan terjadi kecenderungan negara tersebut akan mengimpor lebih banyak dari luar negeri. Kegiatan impor juga terus meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi domestik dan volume ekspor. Fenomena ini merupakan karatristik dari suatu negara berkembang yang


(29)

cukup tinggi ketergantungannya terhadap fluktuasi ekonomi eksternal (Yuliadi, 2008:89).

2.1.2 Tinjauan tentang Faktor/Variabel yang Mempengaruhi Impor (1) Harga

Definisi harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya. Suatu barang masuk di pasar sangat dipengaruhi oleh faktor harga. Hal ini karena variabel harga terkait dengan permintaan dan penawaran terhadap suatu barang. Menurut Tjiptono (2008 : 151-152) dari sudut pandang pemasaran merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (barang dan jasa) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa. Harga juga merupakan unsur dari bauran pemasaran yang bersifat fleksibel artinya dapat berubah secara tepat (Doni, 2013:70). Harga adalah segala bentuk biaya moneter yang dikorbankan oleh konsumen untuk memperoleh, memiliki, memanfaatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanan dari suatu produk (Sarini, 2013;1251). Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli yaitu peranan alokasi dan peranan informasi. Penentuan harga dipengaruhi oleh unsur permintaan dan penawaran. Berdasarkan teori, teori permintaan mengacu pada permintaan pembeli terhadap suatu barang, sedangkan teori penawaran menyatakan sifat para penjual di dalam menawarkan suatu barang yang akan dijualnya. Penggabungan permintaan pembeli dan penawaran penjual tersebut yang dapat menetapkan harga keseimbangan atau harga pasar dan jumlah barang yang diperjual belikan (Sukirno, 2002:78).


(30)

Sesuai dengan hukum permintaan semakin tinggi harga, maka diperkirakan permintaan barang tersebut oleh konsumen semakin menurun dan sebaliknya semakin rendah harga barang tersebut permintaan konsumen akan semakin meningkat (Udiyana, 2009). Para penjual menawarkan barangnya, pada berbagai tingkat harga :

1. Harga barang itu sendiri, 2. Harga barang-barang lain, 3. Ongkos produksi,

4. Tujuan perusahaan, 5. Tingkat teknologi.

(2) Produk Domestik Bruto

Menurut McEachern (2000:146), Produk Domestik Bruto atau Gross

Domestic Product (GDP) artinya mengukur nilai pasar dari barang dan jasa akhir

yang diproduksi oleh sumber daya yang berada dalam suatu negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. Dalam N. Gregory Mankiw (2005;10), PDB adalah pendapatan total yang dihasilkan oleh penduduk tetap suatu negara. Produk Domestik Bruto (PDB) juga dapat diartikan sebagai nilai barang‐barang dan jasa‐jasa yang diproduksikan oleh faktor‐faktor produksi milik warga negara tersebut dan negara asing dalam satu tahun tertentu (Suramaya, 2012:60). Menurut Sharifuddin (2011:131) Produk Domestik Bruto adalah nilai seluruh barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu periode tertentu. Dalam suatu perekonomian negara, barang dan jasa yang diproduksi bukan hanya diproduksi oleh penduduk negara tersebut tetapi juga diproduksi dari negara lain.


(31)

Sukirno (2008) menyatakan bahwa di negara-negara berkembang yang sering juga dinamakan sebagai “Dunia Ketiga” konsep Produk Domestik Bruto adalah konsep yang paling penting kalau dibandingkan dengan konsep pendapatan nasional lainnya. Produk Domestik Bruto (PDB) yaitu seluruh produk yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi baik milik warga negara maupun orang asing dalam suatu negara pada suatu tahun tertentu.

Perusahaan multinasional beroperasi di berbagai negara dan perusahaan multinasional tersebut menyediakan modal, teknologi dan tenaga ahli kepada negara dimana perusahaan itu beroperasi. Operasinya membantu menambah barang dan jasa yang diproduksikan di dalam negara, menambah penggunaan tenaga kerja dan pendapatan dan sering sekali juga membantu menambah ekspor. Operasi mereka merupakan bagian yang cukup penting dalam kegiatan ekonomi suatu negara dan nilai produksi yang disumbangkannya perlu dihitung dalam pendapatan nasional. Dengan demikian, produk domestik bruto atau dalam istilah bahasa Inggrisnya Gross Domestic Product (GDP), adalah nilai barang dan jasa dalam suatu yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut dan negara asing. Analisa Mekanisme (kinerja) Ekonomi Nasional berdasar PDB melalui tiga pendekatan yaitu (Badan Pusat Statistik, 2015;2):

(a) Pendekatan Produksi

Pendekatan produksi diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai tambah

(value added) dari semua sektor produksi, besarnya nilai produksi

(angka-angka PDB) diperoleh dari nilai tambah (value added) dari berbagai jenis barang dan jasa yaitu sesuai dengan ISIC (International Standard


(32)

Industrial Classification) sektor industri dapat diklasifikasikan menjadi 11 sektor industri, yg biasanya terbagi menjadi 3 kelompok besar yaitu Sektor Primer, Sektor Sekunder, Sektor Tersier.

(b) Pendekatan Pengeluaran/Pembelanjaan

Perhitungan dilakukan dengan cara menjumlahkan permintaan akhir dari unit/komponen-komponen ekonomi, yaitu:

a. Konsumsi Rumah Tangga (RT) = C

b. Perusahaan, berupa investasi/pembentukan modal bruto = I c. Pengeluaran Pemerintah (konsumsi/belanja pemerintah) = G d. Expor – Impor = ( X – M )

Dalam keseimbangan perekonomian nasional, sering diformulasikan dalam persamaan sebagai berikut:

PDB = C + I + G + ( X – M) ...………(2.1) (c) Pendekatan Pendapatan

Diperoleh dengan cara menghitung jumlah balas jasa bruto (belum dipotong pajak) / hasil dari faktor produksi yang digunakan:

PDB = sewa + upah + bunga + laba ………...………(2.2) Sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti tanah, upah

untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha. Secara teori, PDB dengan pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus menghasilkan angka yang sama. Namun karena dalam praktek menghitung PDB dengan pendekatan pendapatan sulit dilakukan, maka yang sering digunakan adalah dengan pendekatan pengeluaran.


(33)

(3) Kurs Valuta Asing

Valuta asing atau foreign exchange adalah mata uang negara lain dari suatu perekonomian (Pratama dan Manurung, 2008:91). Kurs dapat dijadikan alat untuk mengukur kondisi perekonomian suatu negara (Zainul, 2015:76). Menurut Adek (2013:149) kurs merupakan salah satu harga yang lebih penting dalam perekonomian terbuka, karena ditentukan oleh adanya keseimbangan antara permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar, mengingat pengaruhnya yang besar bagi neraca berjalan maupun bagi variabel-variabel makroekonomi lainnya. Menurut Suramaya (2012:54) kurs juga merupakan variabel makroekonomi yang turut mempengaruhi volatilitas harga saham. Valuta asing yang dipergunakan mempunyai nilai tertentu dalam mata uang negara lain. Nilai tersebut menakar berapa banyak suatu mata uang harus ditukarkan untuk memperoleh satu unit mata uang lain. Perbandingan pertukaran tersebut disebut dengan kurs valuta asing (foreign exchange rate).

Kuncoro dalam Triyono (2008) menjabarkan lima jenis sistem kurs utama yang berlaku, yaitu sistem kurs mengambang (floating exchange rate), kurs tertambat (pegged exchange rate), kurs tertambat merangkak (crawling pegs), sekeranjang mata uang (basket of currencies), dan kurs tetap (fixed exchange rate). Kelima sistem kurs tersebut diuraikan sebagai berikut.

a. Kurs Mengambang

Sistem kurs mengambang atau floating exchange rate menggunakan mekanisme pasar dalam menentukan nilai tukar mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing. Jika dalam suatu negara terdapat campur tangan pemerintah


(34)

dalam menjaga kestabilan nilai kursnya, maka sistem tersebut merupakan sistem kurs mengambang terkendali atau managed floating exchange rate.

b. Kurs Tertambat

Sistem kurs tertambat atau pegged exchange rate menggunakan suatu atau sekelompok mata uang lain untuk dijadikan sebagai tempat menambatkan nilai mata uang dalam negeri. Satu atau sekolompok mata uang negara lain yang digunakan merupakan negara yang menjadi mitra dagang utama dari negara yang menambatkan nilai mata uangnya.

c. Kurs Tertambat Merangkak

Sistem kurs tertambat merangkak atau crawling pegs adalah sistem dimana negara mengubah nilai mata uangnya secara berkala dengan tujuan ke arah suatu nilai tertentu dalam jangka waktu tertentu.

d. Sekeranjang Mata Uang

Pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang (basket of

currencies). Mata uang-mata uang yang dimasukkan ke dalam keranjang mata

uang ditentukan oleh perannya dalam perdagangan. e. Kurs Tetap

Negara menentukan nilai mata uangnya terhadap mata uang negara lain dan menjaganya agar terus berada pada nilai yang telah ditentukan dengan membeli atau menjual valuta asing. Dalam sistem kurs yang penentuannya berdasarkan mekanisme pasar, kurs akan berubah-ubah. Perubahan kurs valuta asing dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran valuta asing tersebut. Menurut


(35)

Nopirin (2011:148) permintaan dan penawaran valuta asing dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:

1) Pendapatan

Apabila pendapatan meningkat relatif dengan negara lain maka makin besar kemungkinan impor yang berarti makin besar permintaan akan valuta asing. Kurs valuta asing akan meningkat sedangkan harga mata uang sendiri menurun. 2) Harga

Kenaikan harga barang-barang secara umum atau inflasi akan menyebabkan impor meningkat dan ekspor menurun, sehingga permintaan valuta asing meningkat.

3) Tingkat Suku Bunga

Kenaikan tingkat suku bunga akan cenderung menarik modal masuk dari luar negeri. Kurs valuta asing akan menurun dan nilai mata uang akan naik relatif terhadap valuta asing. Selain ketiga faktor ekonomi tersebut, perubahan kurs juga dipengaruhi oleh faktor-faktor non-ekonomi. Faktor-faktor tersebut adalah faktor politis dan psikologi. Disaat kondisi politik dalam negeri sedang memburuk maka dana akan mengalir ke luar negeri sehingga kurs valuta asing akan meningkat.

2.1.3 Tinjauan tentang Hubungan Impor dengan Variabel yang Mempengaruhi

(1) Hubungan Impor dengan Kurs Valuta Asing

Harga barang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penentu impor Sukirno, 2002:383). Nilai impor dipengaruhi oleh kurs karena di dalam melakukan perdagangan internasional tiap negara menggunakan mata uang yang


(36)

berbeda maka kurs bertindak sebagai fasilitator untuk membandingkan nilai mata uang antar negara (Dewayani, 2015). Impor negara Indonesia turun, dipengaruhi oleh perkembangan perdagangan ketika kurs dollar tinggi (Suryandanu, 2014). Harga barang impor sangat dipengaruhi oleh kurs yang berlaku. Semakin menguatnya nilai kurs Amerika Serikat terhadap rupiah yang dipakai sebagai alat pembayaran internasional maka harga barang-barang tersebut akan semakin meningkat mengikuti nilai kurs pada saat itu. Dengan meningkatnya harga barang maka kecenderungan untuk mengimpor barang akan menurun. Begitu pula sebaliknya, jika kurs Amerika Serikat melemah, maka kecenderungan harga barang impor akan meningkat. Dengan menurunnya harga barang impor maka kecenderungan untuk mengimpor barang akan semakin meningkat karena memperoleh harga dengan lebih murah. Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Radix (2010) yang menyimpulkan bahwa kurs dollar Amerika Serikat berpengaruh secara signifikan terhadap impor. Penelitian yang dilakukan oleh Syarifah (2007) menyimpulkan bahwa nilai tukar rupiah berkorelasi negatif terhadap impor. Hasil tersebut sama dengan hasil nelitian yang dilakukan oleh Elif dan Oksan (2014) yang menyatakan bahwa kurs dollar Amerika Serikat memiliki dampak yang sangat kecil yang hubungan negatif dan berpengaruh signifikan terhadap impor.

Teori permintaan menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara permintaan dengan harga. Pakpahan (2012:7) dalam penelitiannya mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor daging sapi ke Indonesia menyatakan bahwa dalam jangka panjang maupun jangka pendek nilai tukar


(37)

rupiah terhadap dollar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai impor. Oleh karena itu Indonesia harus mengimpor daging sapi dari negara lain. Impor daging sapi yang setiap tahunnya meningkat memberikan dampak pada ekonomi Indonesia. Meskipun tidak ada dampak jangka pendeknya, tetapi pengaruh nilai tukar riil terhadap impor dalam jangka panjang berpengaruh negatif dan signifikan dalam keadaan nilai tukar mengambang (Jiranyakul, 2013:1269). Menurut Wira Satya dan Suresmiathi (2014:179) kurs dollar berpengaruh signifikan terhadap impor.

(2) Hubungan Impor dengan Harga

Teori penawaran adalah suatu teori yang menyatakan suatu hubungan antara harga dan jumlah barang yang ditawarkan. Dalam teori penawaran dinyatakan bahwa semakin naik harga suatu barang, maka makin banyak jumlah barang yang ditawarkan. Sebaliknya semakin rendah harga suatu barang maka makin sedikit jumlah barang yang ditawarkan (Sukirno, 2006:86). Dalam perdagangan internasional, nilai impor menggambarkan jumlah barang yang ditawarkan. Semakin tinggi harga impor suatu barang, maka semakin sedikit nilai impor dari barang tersebut. Jadi, antara harga impor suatu barang dengan nilai impor barang tersebut terdapat suatu hubungan yang negatif. Harga mempengaruhi impor karena apabila harga diluar negeri lebih murah dari harga dalam negeri maka kemungkinan pemerintah akan mengambil kebijakan untuk mengimpor (Christianto, 2013). Perubahan harga akan mempengaruhi permintaan akan suatu komoditi (Chhapra, 2013). Produksi akan sangat mempengaruhi harga, faktor utama produksi beras adalah cuaca dan pasar, sebagai contoh apabila terjadi


(38)

banjir atau kekeringan yang berkelanjutan maka harga pasar akan mengalami fluktuasi (Supisra, 2012). Dampak dari harga pangan yang tinggi akan mempengaruhi fragmen masyarakat golongan rendah dan menengah (Scott dan Joseph, 2009), ditambah lagi semua proporsi pendapatan mereka digunakan hanya untuk membeli makanan (Christopher, 2011). Menurut Rita (2009:36) impor juga tergantung pada produksi dalam negeri dan harga dalam negeri. Penurunan produksi dalam negeri dan kenaikan tingkat harga suatu produk di dalam negeri akan menyebabkan kecenderungan untuk melakukan impor.

(3) Hubungan Impor dengan Produk Domestik Bruto (PDB)

Perubahan pada tingkat pendapatan suatu negara akan membawa perubahan pada tingkat impor, semakin bertambah pendapatan suatu negara akan membawa penambahan impor, dan penurunan pendapatan akan mengakibatkan penurunan impor. PDB memberikan pengaruh positif terhadap impor, yang dimana PDB (pendapatan nasional) sangat penting terhadap impor yang digunakan sebagai sumber pembiayaan. Ini berarti bahwa PDB berpengaruh positif dan signifikan terhadap impor (Ronitua, 2012:7). Menurut Mahmudul et al. (2009:135), PDB berpengaruh positif dan signifikan terhadap impor. Di dalam penelitian Wira Satya dan Suresmiathi (2014:179) juga menyatakan bahwa PDB berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai impor. Jika harga barang dan jasa di pasar internasional lebih murah dan memiliki kualitas yang lebih baik daripada barang dalam negeri maka negara tersebut akan cenderung mengimpor barang tersebut. Namun impor pun dapat terjadi dikarenakan pendapatan dalam


(39)

negeri meningkat sehingga kemampuan penduduk untuk membeli barang-barang impor pun meningkat (Sadono Sukirno, 2004).

Hubungan PDB dan impor dapat tercermin dalam persamaan :

PDB = C + I + G + ( X – M) ...(2.3) Pada rumus 2.3 terlihat bahwa impor merupakan variabel dari PDB, yang merupakan varibel kebocoran dari pendapatan nasional, jadi semakin besar impor akan mengurangi jumlah pendapatan nasional. PDB mencerminkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu negara, PDB yang meningkat menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat meningkat. Ketika pendapatan mengalami peningkatan berarti daya beli masyarakat meningkat, namun ketika pasar dalam negeri supply

barang lebih kecil daripada demand, maka untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri pemerintah akan mengekspor barang konsumsi maupun bahan baku untuk meningkatkan produksi dalam negeri. Biasanya kebutuhan impor barang konsumsi melalui kebijakan pemerintah sedangkan bahan produksi melalui mekanisme pasar.

2.2 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan dan tinjauan pustaka yang sudah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1) Kurs dollar Amerika Serikat, harga daging sapi Australia, dan PDB sektor Peternakan secara serempak berpengaruh signifikan terhadap impor sapi Australia ke Indonesia tahun 2010-2014.


(40)

2) Kurs dollar Amerika Serikat, dan harga daging sapi Australia secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap impor sapi Australia ke Indonesia, sedangkan PDB sektor Peternakan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai impor sapi Australia ke Indonesia tahun 2010-2014.


(1)

Nopirin (2011:148) permintaan dan penawaran valuta asing dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:

1) Pendapatan

Apabila pendapatan meningkat relatif dengan negara lain maka makin besar kemungkinan impor yang berarti makin besar permintaan akan valuta asing. Kurs valuta asing akan meningkat sedangkan harga mata uang sendiri menurun. 2) Harga

Kenaikan harga barang-barang secara umum atau inflasi akan menyebabkan impor meningkat dan ekspor menurun, sehingga permintaan valuta asing meningkat.

3) Tingkat Suku Bunga

Kenaikan tingkat suku bunga akan cenderung menarik modal masuk dari luar negeri. Kurs valuta asing akan menurun dan nilai mata uang akan naik relatif terhadap valuta asing. Selain ketiga faktor ekonomi tersebut, perubahan kurs juga dipengaruhi oleh faktor-faktor non-ekonomi. Faktor-faktor tersebut adalah faktor politis dan psikologi. Disaat kondisi politik dalam negeri sedang memburuk maka dana akan mengalir ke luar negeri sehingga kurs valuta asing akan meningkat.

2.1.3 Tinjauan tentang Hubungan Impor dengan Variabel yang Mempengaruhi

(1) Hubungan Impor dengan Kurs Valuta Asing

Harga barang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penentu impor Sukirno, 2002:383). Nilai impor dipengaruhi oleh kurs karena di dalam melakukan perdagangan internasional tiap negara menggunakan mata uang yang


(2)

berbeda maka kurs bertindak sebagai fasilitator untuk membandingkan nilai mata uang antar negara (Dewayani, 2015). Impor negara Indonesia turun, dipengaruhi oleh perkembangan perdagangan ketika kurs dollar tinggi (Suryandanu, 2014). Harga barang impor sangat dipengaruhi oleh kurs yang berlaku. Semakin menguatnya nilai kurs Amerika Serikat terhadap rupiah yang dipakai sebagai alat pembayaran internasional maka harga barang-barang tersebut akan semakin meningkat mengikuti nilai kurs pada saat itu. Dengan meningkatnya harga barang maka kecenderungan untuk mengimpor barang akan menurun. Begitu pula sebaliknya, jika kurs Amerika Serikat melemah, maka kecenderungan harga barang impor akan meningkat. Dengan menurunnya harga barang impor maka kecenderungan untuk mengimpor barang akan semakin meningkat karena memperoleh harga dengan lebih murah. Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Radix (2010) yang menyimpulkan bahwa kurs dollar Amerika Serikat berpengaruh secara signifikan terhadap impor. Penelitian yang dilakukan oleh Syarifah (2007) menyimpulkan bahwa nilai tukar rupiah berkorelasi negatif terhadap impor. Hasil tersebut sama dengan hasil nelitian yang dilakukan oleh Elif dan Oksan (2014) yang menyatakan bahwa kurs dollar Amerika Serikat memiliki dampak yang sangat kecil yang hubungan negatif dan berpengaruh signifikan terhadap impor.

Teori permintaan menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara permintaan dengan harga. Pakpahan (2012:7) dalam penelitiannya mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor daging sapi ke Indonesia menyatakan bahwa dalam jangka panjang maupun jangka pendek nilai tukar


(3)

rupiah terhadap dollar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai impor. Oleh karena itu Indonesia harus mengimpor daging sapi dari negara lain. Impor daging sapi yang setiap tahunnya meningkat memberikan dampak pada ekonomi Indonesia. Meskipun tidak ada dampak jangka pendeknya, tetapi pengaruh nilai tukar riil terhadap impor dalam jangka panjang berpengaruh negatif dan signifikan dalam keadaan nilai tukar mengambang (Jiranyakul, 2013:1269). Menurut Wira Satya dan Suresmiathi (2014:179) kurs dollar berpengaruh signifikan terhadap impor.

(2) Hubungan Impor dengan Harga

Teori penawaran adalah suatu teori yang menyatakan suatu hubungan antara harga dan jumlah barang yang ditawarkan. Dalam teori penawaran dinyatakan bahwa semakin naik harga suatu barang, maka makin banyak jumlah barang yang ditawarkan. Sebaliknya semakin rendah harga suatu barang maka makin sedikit jumlah barang yang ditawarkan (Sukirno, 2006:86). Dalam perdagangan internasional, nilai impor menggambarkan jumlah barang yang ditawarkan. Semakin tinggi harga impor suatu barang, maka semakin sedikit nilai impor dari barang tersebut. Jadi, antara harga impor suatu barang dengan nilai impor barang tersebut terdapat suatu hubungan yang negatif. Harga mempengaruhi impor karena apabila harga diluar negeri lebih murah dari harga dalam negeri maka kemungkinan pemerintah akan mengambil kebijakan untuk mengimpor (Christianto, 2013). Perubahan harga akan mempengaruhi permintaan akan suatu komoditi (Chhapra, 2013). Produksi akan sangat mempengaruhi harga, faktor utama produksi beras adalah cuaca dan pasar, sebagai contoh apabila terjadi


(4)

banjir atau kekeringan yang berkelanjutan maka harga pasar akan mengalami fluktuasi (Supisra, 2012). Dampak dari harga pangan yang tinggi akan mempengaruhi fragmen masyarakat golongan rendah dan menengah (Scott dan Joseph, 2009), ditambah lagi semua proporsi pendapatan mereka digunakan hanya untuk membeli makanan (Christopher, 2011). Menurut Rita (2009:36) impor juga tergantung pada produksi dalam negeri dan harga dalam negeri. Penurunan produksi dalam negeri dan kenaikan tingkat harga suatu produk di dalam negeri akan menyebabkan kecenderungan untuk melakukan impor.

(3) Hubungan Impor dengan Produk Domestik Bruto (PDB)

Perubahan pada tingkat pendapatan suatu negara akan membawa perubahan pada tingkat impor, semakin bertambah pendapatan suatu negara akan membawa penambahan impor, dan penurunan pendapatan akan mengakibatkan penurunan impor. PDB memberikan pengaruh positif terhadap impor, yang dimana PDB (pendapatan nasional) sangat penting terhadap impor yang digunakan sebagai sumber pembiayaan. Ini berarti bahwa PDB berpengaruh positif dan signifikan terhadap impor (Ronitua, 2012:7). Menurut Mahmudul et al. (2009:135), PDB berpengaruh positif dan signifikan terhadap impor. Di dalam penelitian Wira Satya dan Suresmiathi (2014:179) juga menyatakan bahwa PDB berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai impor. Jika harga barang dan jasa di pasar internasional lebih murah dan memiliki kualitas yang lebih baik daripada barang dalam negeri maka negara tersebut akan cenderung mengimpor barang tersebut. Namun impor pun dapat terjadi dikarenakan pendapatan dalam


(5)

negeri meningkat sehingga kemampuan penduduk untuk membeli barang-barang impor pun meningkat (Sadono Sukirno, 2004).

Hubungan PDB dan impor dapat tercermin dalam persamaan :

PDB = C + I + G + ( X – M) ...(2.3) Pada rumus 2.3 terlihat bahwa impor merupakan variabel dari PDB, yang merupakan varibel kebocoran dari pendapatan nasional, jadi semakin besar impor akan mengurangi jumlah pendapatan nasional. PDB mencerminkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu negara, PDB yang meningkat menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat meningkat. Ketika pendapatan mengalami peningkatan berarti daya beli masyarakat meningkat, namun ketika pasar dalam negeri supply barang lebih kecil daripada demand, maka untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri pemerintah akan mengekspor barang konsumsi maupun bahan baku untuk meningkatkan produksi dalam negeri. Biasanya kebutuhan impor barang konsumsi melalui kebijakan pemerintah sedangkan bahan produksi melalui mekanisme pasar.

2.2 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan dan tinjauan pustaka yang sudah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1) Kurs dollar Amerika Serikat, harga daging sapi Australia, dan PDB sektor Peternakan secara serempak berpengaruh signifikan terhadap impor sapi Australia ke Indonesia tahun 2010-2014.


(6)

2) Kurs dollar Amerika Serikat, dan harga daging sapi Australia secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap impor sapi Australia ke Indonesia, sedangkan PDB sektor Peternakan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai impor sapi Australia ke Indonesia tahun 2010-2014.