Peranan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) terhadap Keberatan atas Besarnya Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara, Bandung).

(1)

vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

State income tax is a source that has a very important role to finance state expenditure both of routine expenditure and development expenditure. Most of the funds needed in the development process in Indonesia comes from the tax sector, among others of land and building tax. However tax payers sometimes encountered resisteance to paying taxes and eventended to avoid to pay taxes for many reasons including a lack of understanding of the tax payer againts the tax charge and count objects in the tax object notification letter (SPOP). In this regard, the researchers tried to identify the variables that affect the calculation of the tax it. The variables used include group and classification of objects on land and building. In the writing of this issue is discussed by the authors regarding the role of the tax object notification letter (SPOP) to the objection to the amount of income tax due letter (SPPT) in KPP Bojonagara. The research method used in writing this essay is a descriptive analytical method is a method that attempts to collect, present, and analyze fact in order to obtain a fairly clear picture of the object under investigation and produce a conclusion. The result showed that the tax object notification letter (SPOP) affect the objection to the amount of income tax due (SPPT)


(2)

viii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Pajak merupakan sumber penghasilan negara yang memiliki peranan yang sangat penting untuk membiayai pengeluaran negara baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan. Sebagian besar dana yang dibutuhkan dalam proses pembangunan di Indonesia berasal dari sektor pajak, antara lain dari Pajak Bumi dan Bangunan. Namun, terkadang wajib pajak mengalami hambatan untuk membayar pajak bahkan cenderung menghindari untuk membayar pajak karena berbagai hal antara lain kurangnya pemahaman wajib pajak terhadap pengisian dan penghitungan objek pajak didalam Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP). Berkenaan dengan hal tersebut, maka peneliti mencoba untuk mengidentifikasi variabel yang mempengaruhi penghitungan Surat Pemberitahuan Objek Pajak tersebut. Adapun variabel yang digunakan meliputi kelompok dan klasifikasi dari suatu objek bumi dan bangunan. Dalam penulisan skripsi ini masalah yang dibahas oleh penulis adalah mengenai peranan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) terhadap keberatan atas besarnya Surat Pemberitahuan Pajak Terutang SPPT) di KPP Bojonagara. Metode penelitian yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah dengan metode deskriptif analitis yaitu metode yang berusaha mengumpulkan, menyajikan, serta menganalisa fakta sehingga diperoleh gambaran yang cukup jelas mengenai objek yang diteliti dan menghasilkan suatu kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) berpengaruh terhadap keberatan atas besarnya Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT).


(3)

ix Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Hasil Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Pajak ... 8

2.1.1 Fungsi Pajak ... 12

2.1.2 Syarat Asas Pemungutan Pajak ... 13


(4)

x Universitas Kristen Maranatha

2.1.4 Hukum Pajak Materiil dab Hukum Pajak Formil ... 15

2.1.5 Pengelompokkan Pajak ... 16

2.1.6 Tata Cara Pemungutan Pajak ... 17

2.1.7 Asas Pemungutan Pajak ... 18

2.1.8 Sistem Pemungutan Pajak ... 19

2.1.9 Timbul dan Hapusnya Utang Pajak ... 20

2.1.10 Hambatan Pemungutan Pajak ... 22

2.1.11 Tarif Pajak ... 23

2.2 Sistem Perpajakan ... 24

2.2.1 Pengertian Hukum Pajak ... 24

2.3 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) ... 25

2.3.1 Pengertian Dasar Pajak Bumi dan Bangunan ... 25

2.3.2 Pengertian Dasar Surat Pemberitahuan Objek Pajak ... 40

2.3.3 Pengertian Dasar Surat Pemberitahuan Pajak Terutang.. 42

2.3.4 Keberatan ... 44

2.4 Sosialisasi Pajak Bumi dan Bangunan... 48

2.5 Kerangka Berpikir ... 49

2.6 Hipotesis Penelitian ... 56

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 54

3.1.1 Sejarah Singkat KPP Bandung Bojonagara ... 54

3.1.2 Visi dan Misi KPP Pratama Bandung Bojonagara ... 56 3.1.3 Struktur Organisasi KPP Pratama Bandung Bojonagara


(5)

xi Universitas Kristen Maranatha

dan Uraian Tugas ... 57

3.2 Metode Penelitian ... 60

3.2.1 Jenis dan Sumber Data... 60

3.2.2 Langkah Penenlitian ... 61

3.2.3 Teknik Pengumpulan Data ... 62

3.2.4 Operasional Variabel ... 63

3.2.5 Penetapan Populasi dan Sampel ... 64

3.2.6 Analisis Data ... 65

3.2.7 Pengujian Hipotesis ... 68

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Penetapan Keberatan Atas Pajak Bumi dan Bangunan …..…… 70 4.2 Peranan Surat Pemberitahuan Objek Pajak terhadap Keberatan atas Besarnya Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang ... 71

4.2.1 Analisis Regresi ... 72

4.2.2 Analisis Korelasi ... 74

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 79

5.2 Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

LAMPIRAN ... 83


(6)

xii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1 Struktur Organisasi KPP Bandung Bojonagara ... 57


(7)

xiii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Tarif PPh WP OP ... 23

Tabel 2.2 Tarif PPh Badan ... 23

Tabel 2.3 Klasifikasi, Penggolongan Dan Ketentuan Nilai Jual Bumi Kelompok A ... 30

Tabel 2.4 Klasifikasi, Penggolongan Dan Ketentuan Nilai Jual Bumi Kelompok B ... 33

Tabel 2.5 Klasifikasi, Penggolongan Dan Ketentuan Nilai Jual Bangunan Kelompok A ... 35

Tabel 2.6 Klasifikasi, Penggolongan Dan Ketentuan Nilai Jual Bangunan Kelompok B ... 36

Tabel 3.1 Variabel Independen ... 64

Tabel 3.2 Variabel Dependen ... 64

Tabel 3.3 Kriteria Nilai Korelasi ... 67

Tabel 4.1Data Jumlah Nominal Atas Keberatan Besarnya Surat Pemberitahuan Pajak Terutang ... 71

Tabel 4.2 Hubungan Surat Pemberitahuan Objek Pajak atas Keberatan Besarnya Surat Pemberitahuan Pajak Terutang ... 73


(8)

xiv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 84


(9)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengembangan atau mengadakan perubahan – perubahan kearah keadaan yang lebih baik. Pembangunan yang ingin dicapai bangsa Indonesia adalah mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur yang merata baik materiil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945. Demi terciptanya pembangunan nasional, maka penyusunan program pembangunan tersebut mengikuti suatu pola atau tatanan yang telah ditentukan didalam pemerintah negara Indonesia. Dalam usaha mencapai tujuan pembangunan tersebut, pemerintah menciptakan tahap – tahap pelaksanaan pembangunan, baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembiayaan, pengawasan, dan evaluasi dalam berpartisipasi mensukseskan pembangunan nasional.

Untuk meningkatkan dan menetapkan penyelenggaraan pemerintahan dan melaksanakan pembangunan dibutuhkan dana dalam jumlah yang besar. Dana yang dibutuhkan untuk melaksanakan pembangunan diperoleh dari beberapa sumber. Dalam membiayai pembangunan salah satu upaya pemerintah adalah menyerap dari sektor pajak, meskipun tidak kalah pentingnya pemasukan dari berbagai sektor pendapatan yang lain. Di Indonesia, ada bermacam-macam jenis


(10)

BAB I Pendahuluan 2

Universitas Kristen Maranatha pengenaan pajak. Pajak yang diberlakukan oleh pemerintah antara lain Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Bumi dan Bangunan.

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap bumi dan atau bangunan, sedangkan Subjek Pajak dalam Pajak Bumi dan Bangunan adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi, dan atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan atau memiliki menguasai, dan atau memperoleh manfaat atas Bangunan. Sehingga Subjek Pajak tersebut menjadi Wajib Pajak Pajak Bumi dan Bangunan.

Dasar hukum pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tercantum didalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994, Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2002 tentang Penetapan Besarnya Persentase Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) untuk Pajak Bumi dan Bangunan, Keputusan Menteri Keuangan No. 201/KMK.04/2002 tentang Penyesuaian Besar Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) sebagai Dasar Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan, dan Keputusan Menteri Keuangan No. 552/KMK.04/2002 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Keuangan No. 82/KMK.04/2002 tentang Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan atau bangunan. Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) ditetapkan perwilayah berdasarkan


(11)

BAB I Pendahuluan 3

Universitas Kristen Maranatha Keputusan Menteri Keuangan dengan mendengar pertimbangan gubernur serta memperhatikan:

1. Harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar.

2. Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis yang letaknya berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya.

3. Nilai perolehan baru.

4. Penentuan Nilai Objek Pajak pengganti.

Dasar penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJKP), dimana besarnya Nilai Jual Objek Pajak adalah sebagai berikut:

1. Objek pajak perkebunan adalah 40% 2. Objek pajak kehutanan adalah 40% 3. Objek pajak pertambangan adalah 20%

4. Objek pajak lainnya (pedesaan dan perkotaan):

- apabila NJOP-nya > Rp. l .000.000.000,00 adalah 40%. - apabila NJOP-nya <Rp. l .000.000.000,00 adalah 20%.

Untuk memudahkan penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang terutang atas suatu objek pajak berupa tanah (bumi) dan atau bangunan perlu diketahui pengelompokan objek pajak menurut nilai jualnya, tarif, Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) dan Nilai Jual Kena Pajak (NJKP). Pengelompokan Objek Pajak menurut nilai jual tersebut lazim disebut dengan klasifikasi tanah (bumi) dan bangunan. Klasifikasi tanah (bumi) dibagi menjadi dua kelompok, yaitu


(12)

BAB I Pendahuluan 4

Universitas Kristen Maranatha Penggolongan dan Ketentuan Nilai Jual bumi (tanah) Kelompok A dan Kelompok B. Kelompok A telah ditentukan klasifikasinya terdiri atas 50 kelas bumi (tanah) dengan ketentuan Nilai Jual bumi (tanah) tertinggi Rp.3.100.000/m² dan terendah sebesar Rp.140/m², sedangkan Kelompok B terdiri dari 50 kelas dengan ketentuan Nilai Jual bumi (tanah) tertinggi Rp.68.545.000/ m² dan terendah sebesar Rp.3.375.000/ m². Untuk klasifikasi bangunan juga dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Penggolongan dan Ketentuan Nilai Jual Bangunan Kelompok A dan Kelompok B. Kelompok A terdiri atas 20 kelas dengan ketentuan Nilai Jual bangunan tertinggi sebesar Rp.1.200.000/m² dan terendah sebesar Rp.50.000/m², sedangkan Kelompok B terdiri atas 20 kelas dengan ketentuan Nilai Jual bangunan tertinggi sebesar Rp.15.250.000/m² dan terendah sebesar Rp.1.516.000/m². (Sumber: www.pajak.go.id). Dalam menentukan klasifikasi bumi (tanah) terdapat faktor-faktor yang harus diperhatikan, yaitu letak, peruntukan, pemanfaatan dan kondisi lingkungan sedangkan untuk menentukan klasifikasi bangunan faktor-faktor yang diperhatikan adalah bahan yang digunakan, rekayasa, letak, dan kondisi. (Sumber: www.pajak.go.id).

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan pajak dengan sistem official assessment, yaitu pihak fiskus yang lebih proaktif dan kooperatif melakukan penghitungan, penetapan pajak terutang dan mendistribusikan kepada pemerintah daerah melalui Dinas Pendapatan Daerah berdasarkan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yang diisi oleh Wajib Pajak atau verifikasi pihak fiskus di lapangan. Setelah mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dan menyerahkannya ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama, selanjutnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama akan


(13)

BAB I Pendahuluan 5

Universitas Kristen Maranatha menerbitkan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT). Pemerintah daerah melalui Kelurahan/Desa akan mendistribusikan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) sampai ke tangan Wajib Pajak. Setelah Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) sampai kepada wajib pajak maka Pemerintah Daerah melalui kelurahan/desa dan pihak-pihak lainnya akan menerima Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT). Penyetoran pajak terutang selain melalui petugas pemungut kelurahan/desa, juga dapat dilakukan di Bank /Kantor Pos yang telah ditunjuk dalam SPPT dan juga melalui e-payment, transaksi pembayaran melalui perangkat elektronik perbankan, yaitu melalui Anjungan Tunai Mandiri (ATM), Internet Banking ataupun Teller Bank yang online di seluruh Indonesia. Kebijakan-kebijakan diatas diberlakukan oleh pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak sebagai instansi yang berwenang mengurus masalah pajak dengan tujuan mempermudah Wajib Pajak PBB melaksanakan kewajibannya dibidang perpajakan sehingga kepatuhan dan kesadaran Wajib Pajak yang selama ini belum sepenuhnya berjalan dengan baik dapat diminimalisir dengan segala kemudahan yang diberikan. Sehingga target penerimaan negara yang berasal dari pajak, khususnya Pajak Bumi dan Bangunan tercapai dengan maksimal.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai kesesuaian antara Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dan besarnya jumlah pajak yang terutang yang tercantum didalam Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dengan menuangkan pada skripsi yang berjudul ”PERANAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK (SPOP) TERHADAP KEBERATAN ATAS BESARNYA SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERUTANG (SPPT) - (STUDI KASUS DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANDUNG )”.


(14)

BAB I Pendahuluan 6

Universitas Kristen Maranatha 1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian untuk membahas masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah fiskus menetapkan keberatan atas Objek Bumi dan Bangunan?

2. Sejauh mana peranan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) terhadap keberatan atas besarnya Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian adalah untuk mencari data-data yang akan dijadikan bahan penulisan skripsi. Secara garis besar tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana cara menetapkan kelompok dan klasifikasi suatu Objek Bumi dan Bangunan.

2. Untuk mengetahui sejauh mana peranan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP), kelompok dan klasifikasi Bumi dan Bangunan terhadap keberatan atas besarnya Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT).

1.4 Kegunaan Hasil Penelitian

Berdasarkan dari hasil penelitian yang diharapkan, maka penulis mengungkapkan beberapa kegunaan dari penelitian ini untuk beberapa pihak yang berkepentingan, sebagai berikut:


(15)

BAB I Pendahuluan 7

Universitas Kristen Maranatha 1. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan nantinya dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang baik mengenai masalah perpajakan sehubungan dengan peranan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) terhadap keberatan atas besarnya Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT).

2. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan untuk Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung dalam mengevaluasi efektivitas dan efisiensi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) terhadap keberatan atas besarnya Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT).

3. Bagi Pihak lain

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan dapat dijadikan referensi untuk mengkaji lebih banyak lagi masalah-masalah yang berkaitan dengan penelitian ini.


(16)

79 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di wilayah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung telah dijalankan secara memadai. Hal ini dapat ditinjau dari:

a. Terdapat struktur organisasi dan tugas yang jelas sehingga memberikan gambaran tentang pembagian kerja dan kegiatan dalam menyelenggarakan kebijakan teknis operasional pengembangan bidang pajak.

b. Jumlah wajib pajak yang mengajukan keberatan dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa pengisian dan penghitungan objek pajak sudah dilaksanakan secara memadai.

2. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) berpengaruh terhadap keberatan atas besarnya Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT). Hal tersebut telah terbukti pada hasil analisis regresi dan korelasi sebagai berikut:

a. Hasil analisis regresi yang ditunjukkan untuk menaksir hubungan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (variabel independen) terhadap keberatan atas besarnya Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (variabel dependen) menunjukkan bahwa nilai b yaitu 0,035423. Hal ini berarti


(17)

BAB V Simpulan dan Saran 80

Universitas Kristen Maranatha bahwa setiap perubahan yang terjadi pada variabel independen akan diikuti dengan perubahan pada nilai variabel dependen.

b. Hasil analisis korelasi yang ditunjukkan untuk mengetahui derajat keeratan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen menujukkan bahwa nilai koefisien korelasi atau nilai r adalah 0,24, ini mengandung arti bahwa diantara variabel independen dan variabel dependen terdapat hubungan yang sifatnya searah. Sedangkan besarnya koefisien determinasi yaitu sebesar 5,96% dan hal ini menunjukkan bahwa perubahan pada besarnya Surat Pemberitahuan Pajak Terutang dipengaruji oleh Surat Pemberitahuan Objek Pajak.

Pengujian hipotesis untuk peranan Surat Pemberitahuan Objek Pajak terhadap keberatan atas besarnya Surat Pemberitahuan Pajak Terutang menggunakan statistik uji “t” dengan tingkat signifikan 0,95 atau α = 0,05 menunjukkan nilai

t

hitung sebesar 1,46 dimana nilai ini lebih

besar bila dibandingkan dengan

t

tabel yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian maka keputusan statistiknya Ho ditolak atau dengan kata lain Hi diterima. Hal ini mengandung arti bahwa hipotesis yang diajukan oleh penulis“Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) berperan terhadap keberatan atas besarnya Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)” dapat diterima.


(18)

BAB V Simpulan dan Saran 81

Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis mengajukan saran yang mungkin dapat bermanfaat sebagai dasar pertimbangan dan masukan bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung (bidang Pajak Bumi dan Bangunan) untuk lebih meningkatkan sosialisasi kepada wajib pajak mengenai pentingnya pengetahuan dan pemahaman wajib pajak terhadap Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) bagi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan. Selain itu sebaiknya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung meningkatkan pengendalian dan pengawasan atas penghitungan jumlah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).


(19)

82 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Brotodihardjo, R. Santoso. (2007). Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Refika Aditama, Bandung.

Mardiasmo. 2007. Perpajakan, Edisi Revisi. Andi, Yogyakarta.

Soemitro, Rochmat dan Wirawan B. 2005. Perpajakan Indonesia. Salemba Empat, Jakarta.

Sugiyono. 2008. Metoda Penelitian Kuantitatif, Kumulatif dan R&D. Salemba Empat, Jakarta.

Rahayu ,Siti Kurnia. 2008. Perpajakan Indonesia, Salemba Empat, Jakarta.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.


(1)

BAB I Pendahuluan 6

Universitas Kristen Maranatha 1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian untuk membahas masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah fiskus menetapkan keberatan atas Objek Bumi dan Bangunan?

2. Sejauh mana peranan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) terhadap keberatan atas besarnya Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian adalah untuk mencari data-data yang akan dijadikan bahan penulisan skripsi. Secara garis besar tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana cara menetapkan kelompok dan klasifikasi suatu Objek Bumi dan Bangunan.

2. Untuk mengetahui sejauh mana peranan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP), kelompok dan klasifikasi Bumi dan Bangunan terhadap keberatan atas besarnya Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT).

1.4 Kegunaan Hasil Penelitian

Berdasarkan dari hasil penelitian yang diharapkan, maka penulis mengungkapkan beberapa kegunaan dari penelitian ini untuk beberapa pihak yang berkepentingan, sebagai berikut:


(2)

BAB I Pendahuluan 7

Universitas Kristen Maranatha

1. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan nantinya dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang baik mengenai masalah perpajakan sehubungan dengan peranan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) terhadap keberatan atas besarnya Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT).

2. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan untuk Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung dalam mengevaluasi efektivitas dan efisiensi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) terhadap keberatan atas besarnya Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT).

3. Bagi Pihak lain

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan dapat dijadikan referensi untuk mengkaji lebih banyak lagi masalah-masalah yang berkaitan dengan penelitian ini.


(3)

79 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di wilayah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung telah dijalankan secara memadai. Hal ini dapat ditinjau dari:

a. Terdapat struktur organisasi dan tugas yang jelas sehingga memberikan gambaran tentang pembagian kerja dan kegiatan dalam menyelenggarakan kebijakan teknis operasional pengembangan bidang pajak.

b. Jumlah wajib pajak yang mengajukan keberatan dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa pengisian dan penghitungan objek pajak sudah dilaksanakan secara memadai.

2. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) berpengaruh terhadap keberatan atas besarnya Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT). Hal tersebut telah terbukti pada hasil analisis regresi dan korelasi sebagai berikut:

a. Hasil analisis regresi yang ditunjukkan untuk menaksir hubungan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (variabel independen) terhadap keberatan atas besarnya Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (variabel dependen) menunjukkan bahwa nilai b yaitu 0,035423. Hal ini berarti


(4)

BAB V Simpulan dan Saran 80

Universitas Kristen Maranatha

bahwa setiap perubahan yang terjadi pada variabel independen akan diikuti dengan perubahan pada nilai variabel dependen.

b. Hasil analisis korelasi yang ditunjukkan untuk mengetahui derajat keeratan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen menujukkan bahwa nilai koefisien korelasi atau nilai r adalah 0,24, ini mengandung arti bahwa diantara variabel independen dan variabel dependen terdapat hubungan yang sifatnya searah. Sedangkan besarnya koefisien determinasi yaitu sebesar 5,96% dan hal ini menunjukkan bahwa perubahan pada besarnya Surat Pemberitahuan Pajak Terutang dipengaruji oleh Surat Pemberitahuan Objek Pajak.

Pengujian hipotesis untuk peranan Surat Pemberitahuan Objek Pajak terhadap keberatan atas besarnya Surat Pemberitahuan Pajak Terutang menggunakan statistik uji “t” dengan tingkat signifikan 0,95 atau α =

0,05 menunjukkan nilai

t

hitung sebesar 1,46 dimana nilai ini lebih

besar bila dibandingkan dengan

t

tabel yaitu sebesar 0,05. Dengan

demikian maka keputusan statistiknya Ho ditolak atau dengan kata lain Hi diterima. Hal ini mengandung arti bahwa hipotesis yang

diajukan oleh penulis“Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)

berperan terhadap keberatan atas besarnya Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)” dapat diterima.


(5)

BAB V Simpulan dan Saran 81

Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis mengajukan saran yang mungkin dapat bermanfaat sebagai dasar pertimbangan dan masukan bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung (bidang Pajak Bumi dan Bangunan) untuk lebih meningkatkan sosialisasi kepada wajib pajak mengenai pentingnya pengetahuan dan pemahaman wajib pajak terhadap Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) bagi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan. Selain itu sebaiknya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung meningkatkan pengendalian dan pengawasan atas penghitungan jumlah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).


(6)

82 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Brotodihardjo, R. Santoso. (2007). Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Refika Aditama, Bandung.

Mardiasmo. 2007. Perpajakan, Edisi Revisi. Andi, Yogyakarta.

Soemitro, Rochmat dan Wirawan B. 2005. Perpajakan Indonesia. Salemba Empat, Jakarta.

Sugiyono. 2008. Metoda Penelitian Kuantitatif, Kumulatif dan R&D. Salemba Empat, Jakarta.

Rahayu ,Siti Kurnia. 2008. Perpajakan Indonesia, Salemba Empat, Jakarta.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.


Dokumen yang terkait

Tingkat Kepatuhan Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

1 77 59

Tingkat Kepatuhan Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

1 94 65

Tata Cara Pengisian Dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Bumi Dan Bangunan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

26 327 61

Tatacara Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) Sanksi Administrasi Denda Terlambat Atau Tidak Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Penghasilan (PPH) Pasal 21 Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

9 116 58

Pelaksanaan Pengawasan Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

1 56 66

Mekanisme Pengisian Dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar

0 37 64

Pelaksanaan Pemeriksaan Surat Pemberitahuan (Spt) Tahunan Pada Seksi Pph Badan Di Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota

1 45 64

Proses Administrasi Penyampaian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

0 44 40

Pengaruh Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) terhadap Penetapan Pajak Bumi dan Bangunan Terutang (Studi Kasus pada Dinas Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan).

0 0 20

Pengaruh Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) terhadap Permohonan Pengurangan Pajak (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung-Tegalega).

0 0 22