PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN CRA (CONCRETE-REPRESENTATIONAL-ABSTRACT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP.

(1)

Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

(

Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII di salah satu SMP Negeri Bandung

)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh : Ade Rahmawati

0905834

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pendekatan CRA

(Concrete-Representational-Abstract) untuk Meningkatkan Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP

Oleh Ade Rahmawati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Ade Rahmawati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP


(4)

i

Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Ade Rahmawati (0905834). Penerapan Pembelajaran Matematika melalui Pendekatan CRA (Concrete-Representational-Abstract) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkannya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan CRA (Concrete-Representational-Abstract) lebih baik dari siswa yang menggunakan pembelajaran ekspositori, juga untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika melalui pendekatan CRA (Concrete-Representational-Abstract). Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kuasi eksperimen dan desain kelompok kontrol pretes-postes. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII dengan sampel dua kelas dipilih secara acak sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis dan instrumen non tes berupa lembar observasi dan angket skala sikap siswa. Hasil penelitian ini adalah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen tidak lebih baik dari kelas kontrol. Penerapan pembelajaran matematika dengan pendekatan CRA (Concrete-Representational-Abstract) mendapatkan respon yang positif dari siswa.

Kata kunci: Pendekatan Pembelajaran CRA (Concrete-Representational-Abstract), Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis.


(5)

ii

Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Ade Rahmawati (0905834).Application of Mathematics Learning Approach with CRA (Concrete-Representational-Abstract) to Improve Mathematical Problem Solving Ability in Junior High School Students.

This research is motivated by low ability junior high school students' mathematical problem solving that is necessary to increase it. The purpose of this study was to determine whether the increase in mathematical problem-solving ability of students learning approach CRA (Concrete-Representational-Abstract) better than students using expository learning, as well as to study the response of students towards mathematics learning approach with the CRA (Concrete-representational-Abstract). This research was conducted using quasi-experimental methods and design of the control group pretest-posttest. The population in this study were all students of SMP Negeri 10 Bandung Class VIII with samples of the two classes were randomly selected as the experimental class and the control class. The instrument used in this study consisted of test instruments and mathematical problem-solving ability in the form of non-test instruments observation sheets and student attitude scale questionnaire. The result is an improvement in students' mathematical problem solving ability experimental class is no better than the control class. Application of mathematics learning approach CRA (Concrete-Representational-Abstract) get a positive response from students

Keywords: Learning Approach CRA (Concrete-Representational-Abstract), Mathematical Problem Solving Ability.


(6)

iv

Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Definisi Operasional ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 8

B. Pendekatan CRA (Concrete-Representational-Abstract) ... 9

C. Hasil Penelitian yang Relevan ... 11

D. Hipotesis Penelitian ... 12

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 13


(7)

v

Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 14

C. Perangkat Pembelajaran ... 14

D. Instrumen Penelitian ... 15

E. Prosedur Penelitian ... 22

F. Teknik Pengolahan Data ... 23

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 29

1. Analisis Data Hasil Pretest ... 29

2. Analisis Data Indeks Gain ... 31

3. Analisis Data Hasil Angket ... 34

4. Analisis Data Hasil Lembar Observasi ... 36

B. Pembahasan ... 37

1. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis . 37 2. Respon Siswa terhadap Pendekatan CRA ... 39

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 40

B. Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

LAMPIRAN ... 43


(8)

Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Adapun pengembangan potensi diri tersebut yaitu untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua Warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Adapun fungsi pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Muslich, 2009).

Pendidikan di Indonesia ditempuh melalui pendidikan formal di sekolah. Tujuan pendidikan yang telah dipaparkan dapat tercapai secara optimal jika proses pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan kondisi zaman dan peserta didik itu sendiri. Hal ini terjadi karena semakin kompleksnya masalah yang terjadi dalam kehidupan dan siswa diharapkan dapat memecahkan masalah-masalah yang terjadi. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa kemampuan siswa yang satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan. Dewasa ini, masalah yang dihadapi dalam kehidupan berkembang semakin kompleks. Hal ini menuntut siswa agar bisa memecahkan berbagai masalah kompleks dalam kehidupan. Untuk itu, sudah


(9)

Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

seharusnya siswa menguasai pembelajaran di sekolah, salah satunya yaitu pembelajaran matematika.

Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Tujuan pembelajaran matematika tercantum dalam Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (BNSP, 2006) yaitu bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Menurut Suherman (2010), kompetensi matematika siswa yang harus dimiliki selama proses dan sesudah proses pembelajaran adalah kemampuan kognitif yang diantaranya adalah kompetensi pemahaman, kompetensi penalaran, kompetensi koneksi, kompetensi investigasi, kompetensi komunikasi, kompetensi observasi, kompetensi eksplorasi, kompetensi inkuiri, kompetensi konjektur, kompetensi hipotesis, kompetensi generalisasi, kompetensi kreativitas, dan kompetensi pemecahan masalah.


(10)

Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pentingnya kemampuan pemecahan masalah ditegaskan pula oleh Branca (Firdaus, 2009):

1. Kemampuan menyelesaikan masalah merupakan tujuan umum pengajaran matematika.

2. Penyelesaian masalah yang meliputi metode, prosedur dan strategi merupakan proses inti dan utama dalam kurikulum matematika.

3. Penyelesaian masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar matematika.

Kompetensi pemecahan masalah matematis merupakan salah satu kompetensi yang penting bagi siswa. Dengan kemampuan pemecahan masalah diharapkan siswa mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka mampu menghadapi tantangan zaman yang semakin hari berkembang semakin kompleks. Namun dalam kenyataan di lapangan, kemampuan pemecahan masalah matematis ini belum dimiliki oleh seluruh siswa, hanya siswa-siswa tertentu saja yang mampu mengembangkan kemampuan ini.

Dengan pembelajaran yang biasa dilakukan, biasanya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kurang berkembang. Hal ini dikarenakan siswa biasanya selalu terpaku pada apa yang dicontohkan oleh guru sehingga pertanyaan dan pendapat yang diajukan cenderung monoton. Ketika diberikan soal yang sebelumnya tidak pernah diberikan, siswa biasanya terlihat kebingungan dan minta diberi contoh cara menyelesaikannya.

Berdasarkan permasalahan di atas maka perlu adanya perbaikan atau inovasi dalam proses pembelajaran matematika di sekolah. Salah satu inovasi untuk memperbaiki pembelajaran matematika yang ada adalah dengan menggunakan pendekatan CRA (Concrete Representation Abstract).

Pendekatan CRA mengajarkan siswa melalui tiga tahap belajar, yaitu: (1) konkret, (2) representasi, dan (3) abstrak. Pengajaran dengan CRA adalah tiga tahap proses pembelajaran dimana siswa memecahkan masalah matematika melalui manipulasi fisik benda konkret, diikuti dengan pembelajaran melalui


(11)

Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

representasi bergambar dari manipulasi benda konkret, dan diakhiri dengan pemecahan masalah matematika melalui notasi abstrak (Witzel, 2005).

Salah satu keuntungan dari pendekatan CRA disebutkan oleh NCTM (National Council of Teachers of Mathematics). Menurut NCTM (2007), keuntungan dari pendekatan ini terletak pada intensitas dan kekonkretan yang membantu siswa mempertahankan kerangka kerja dalam memori kerja mereka untuk menyelesaikan masalah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuliawaty (2011) bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CRA mampu meningkatkan kemampuan matematis siswa.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP dalam pembelajaran

matematika melalui pendekatan CRA yang dituangkan dalam judul “Penerapan

Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concrete-Representational-Abstract) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan CRA (Concrete-Representation-Abstract) lebih baik dari siswa yang menggunakan pembelajaran ekspositori? 2. Bagaimanakah respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan

pendekatan CRA (Concrete-Representation-Abstract)?

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya permasalahan, maka masalah dibatasi sebagai berikut:


(12)

Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Bandung tahun ajaran 2013/2014

2. Pokok bahasan pada penelitian ini adalah teorema Pythagoras.

3. Indikator kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diteliti yaitu mengidentifikasi kecukupan data untuk pemecahan masalah, membuat model matematik dari suatu situasi atau masalah sehari-hari dan menyelesaikannya, memilih dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah matematika dan atau di luar matematika, dan menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal, serta memeriksa kebenaran hasil atau jawaban. D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan CRA (Concrete-Representational-Abstract) lebih baik dari siswa yang menggunakan pembelajaran ekspositori.

2. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika melalui pendekatan CRA (Concrete-Representational-Abstract)

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan dan hasil penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagi siswa

 Memberikan kemudahan bagi siswa untuk dapat memahami materi palajaran matematika di sekolah.

 Memberikan motivasi kepada siswa agar dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis yang harus dimilikinya.

2. Bagi guru

 Memberikan referensi pengembangan desain pembelajaran matematika di sekolah.


(13)

Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

 Diharapkan mampu meningkatkan kemampuan guru dalam mendesain proses pembelajaran yang efektif di sekolah.

 Diharapkan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran matematika di sekolah.

3. Bagi sekolah

 Hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran yang ada di sekolah tersebut.

 Mampu meningkatkan kompetensi guru-guru yang ada di sekolah ini dalam mendesain dan menggunakan pendekatan pembelajaran yang inovatif.

4. Bagi Peneliti

 Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi pengetahuan dan pengalaman baru bagi peneliti.

 Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut untuk kepentingan pendidikan.

 Sebagai bahan rujukan atau referensi dalam penyusunan bahan ajar dengan pendekatan CRA (Concrete-Represetational-Abstract) untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP.

F. Definisi Operasional

1. Pembelajaran melalui Pendekatan CRA (Concrete-Represetational-Abstract) Pembelajaran melalui pendekatan CRA adalah suatu pembelajaran yang melalui tiga tahap proses pembelajaran dimana siswa memecahkan masalah matematika melalui manipulasi fisik benda konkret, diikuti dengan pembelajaran melalui representasi bergambar dari manipulasi benda konkret, dan diakhiri dengan pemecahan masalah matematika melalui notasi abstrak. 2. Kemampuan Pemecahan Masalah


(14)

Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan untuk menyelesaikan soal-soal yang tidak rutin yang belum diketahui bagaimana langkah untuk menyelesaikannya dengan indikator sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi kecukupan data untuk pemecahan masalah.

b. Membuat model matematik dari suatu situasi atau masalah sehari-hari dan menyelesaikannya.

c. Memilih dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah matematika dan atau di luar matematika.

d. Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal, serta memeriksa kebenaran hasil atau jawaban.

e. Menggunakan matematika secara bermakna.

3. Pembelajaran Ekspositori

Pembelajaran ekspositori yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika yang umumnya dilakukan di sekolah yang dilakukan melalui ceramah dan tanya jawab. Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan induktif yaitu diawali dengan contoh kemudian dibuat kesimpulan.


(15)

Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat sebab akibat yang dilakukan terhadap variabel bebas dalam hal ini Pendekatan CRA (Concrete Representational Abstract) dan akan dilihat hasilnya pada variabel terikat dalam hal ini kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Seharusnya, penelitian seperti ini disebut penelitian eksperimen, tetapi pengambilan sampel pada penelitian ini tidak secara acak siswa, melainkan acak kelas. Peneliti harus menerima kondisi dua kelas yang diperoleh secara acak tersebut. Sehingga, berdasarkan metodenya, menurut Ruseffendi (2010: 31) penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen.

Desain penelitian yang akan digunakan yaitu pretest-posttest control group design atau desain kelompok kontrol pretes-postes. Penelitian ini melibatkan dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol yang masing-masing pemilihannya dilakukan secara acak. Siswa pada kelompok eksperimen memperoleh Pendekatan CRA (Concrete Representational Abstract) sedangkan siswa pada kelas kontrol memperoleh pendekatan pembelajaran konvensional. Adapun gambar desain penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

O X1 O O X2 O

Keterangan:

X1 : Perlakuan terhadap kelompok eksperimen (Pendekatan CRA (Concrete Representational Abstract))

X2 : Perlakuan terhadap kelompok kontrol (Pembelajaran Konvensional)


(16)

Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

O : Pemberian Pretes dan Postes

Pada desain ini, terlihat bahwa kedua kelompok masing-masing diberi pretes, dan setelah mendapatkan pembelajaran diukur dengan postes.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Bandung. Pertimbangan yang diambil yaitu berdasarkan keefektifan proses pembelajaran dan kesesuaian materi dengan pendekatan yang dipilih. Pendekatan CRA lebih tepat jika digunakan pada materi geometri sehingga populasi yang dipilih adalah kelas yang pada semester 1 memperoleh materi geometri yaitu kelas VIII dan kelas IX. Jika populasi kelas IX, mereka dihadapkan pada ujian akhir. Oleh karena itu populasi yang diambil adalah kelas VIII.

Pengambilan sampel dilakukan secara acak kelas, yaitu dengan mengambil dua kelas dari kelas VIII. Dari dua kelas dipilih kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pada kelas eksperimen dilaksanakan pembelajaran dengan pendekatan CRA (Concrete-Representational-Abstract), sedangkan pada kelas kontrol dilaksanakan Pembelajaran konvensional.

C. Perangkat Pembelajaran

Materi yang diajarkan pada penelitian ini adalah teorema Pythagoras. Adapun bahan ajar yang digunakan antara lain.

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun pada penelitian ini ada dua, diantaranya rencana pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan CRA (Concrete-Representational-Abstract) dan rencana pelaksanaan pembelajaran pada kelas kontrol yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran matematika menggunakan model


(17)

Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

konvensional. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat pada kelas eksperimen dan kontrol terdiri dari empat pertemuan.

2. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kerja siswa yang dibuat pada penelitian ini ada satu, yaitu lembar kerja siswa pada kelas eksperimen. Lembar kerja siswa pada kelas eksperimen yaitu dengan pendekatan CRA (Concrete-Representational-Abstract) berisi langkah-langkah agar siswa dapat mengkonstruksi sendiri pemahaman materi yang dipelajari dengan beberapa permasalahan.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa instrumen data kuantitatif, sedangkan instrumen non-tes berupa instrumen data kualitatif. Data-data tersebut diperlukan untuk menguji hipotesis dan menarik kesimpulan. Oleh sebab itu dibuatlah seperangkat instrumen yang terdiri dari instrumen data kuantitatif dan instrumen data kualitatif.

1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Tes kemampuan pemecahan masalah matematis terdiri dari pretest dan posttest. Tes ini dikembangkan berdasarkan pada indikator kemampuan pemecahan masalah matematis. Tes yang digunakan adalah tes tertulis berbentuk uraian (subjektif).

Pretest dan posttest dilakukan untuk mengamati perbedaan hasil belajar yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dilangsungkan pada kelas eksperimen yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan CRA (Concrete-Representational-Abstract) dan kelas kontrol yang mendapat perlakuan pembelajaran secara konvensional (metode ekspositori). Pretest dilakukan pada awal pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberi perlakuan. Sedangkan posttest


(18)

Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilakukan di akhir pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa setelah diberi perlakuan.

Sebelum instumen tes diberikan kepada siswa dalam proses penelitian, instrumen tes terlebih dahulu dikonsultasikan kepada dosen pembimbing kemudian diujicobakan kepada siswa di luar sampel. Instrumen tes diujicobakan kepada siswa yang telah mempelajarai materi Teorema Pythagoras. Setelah data hasil uji coba diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya pembedanya dari soal-soal tersebut yaitu butir demi butir untuk diteliti kualitasnya. Perhitungan yang dilakukan menggunakan bantuan program Anates Versi 4.0.

a. Validitas

Suherman dan Kusumah (1990:135) mengemukakan bahwa suatu alat evaluasi disebut valid (absah atau sahih) apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Oleh karena itu keabsahannya tergantung pada sejauh mana ketepatan alat evaluasi itu dalam melaksanakan fungsinya.

Menurut Ruseffendi (2006:125) validitas suatu tes ialah ketetapan tes itu mengukur apa yang semestinya diukur. Besarnya tingkat ketetapan (koefisien) validitas ini berkisar antara -0,1 dan +0,1. Untuk mendapatkan validitas butir soal bisa digunakan rumus Product Moment Pearson (Suherman dan Kusumah, 1990:154), yaitu:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

: Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y.

: Skor siswa pada tiap butir soal. : Skor total tiap siswa.


(19)

Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil perhitungan koefisien korelasi diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria pengklasifikasian dari Guilford (Suherman dan Kusumah, 1990:147), seperti terlihat pada Tabel 3.1.

Dengan menggunakan AnatesV4 maka validitas tiap butir soal tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.1

Klasifikasi Koefisien Korelasi

Besarnya rxy Interpretasi

Validitas sangat tingggi (sangat baik)

Validitas tinggi (baik)

Validitas sedang (cukup)

Validitas rendah (kurang)

Validitas sangat rendah

Tidak valid

Tabel 3.2

Hasil Uji Validitas Butir soal

No Soal Validitas Interpretasi

1 Validitas tinggi

2 Validitas tinggi

3 Validitas tinggi

4 Validitas sangat tinggi


(20)

Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan Tabel 3.2, diketahui bahwa validitas soal nomor 1, 2, 3, dan 5 memiliki interpretasi validitas tinggi, dan nomor 4 memiliki kriteria validitas sangat tinggi.

b. Reliabilitas

Reliabilitas suatu alat ukur dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten, ajeg), hasil pengukuran itu harus tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada subyek yang sama meskipun dilakukan oleh orang, waktu dan tempat yang berbeda, tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi dan kondisi (Suherman dan Kusumah, 1990:167). Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas bentuk uraian dikenal dengan rumus Alpha (Suherman dan Kusumah, 1990:194), yaitu:

Keterangan:

r11 : Koefisien reliabilitas. n : Banyak butir soal (item). : Jumlah varians skor tiap item.

: Varians skor total.

Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat digunakan tolak ukur yang dibuat oleh Guilford (Suherman dan Kusumah, 1990:177) yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.3

Klasifikasi Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas ( ) Interpretasi

Derajat reliabilitas sangat rendah

Derajat reliabilitas rendah

Derajat reliabilitas sedang


(21)

Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Derajat reliabilitas sangat tinggi

Dengan menggunakan AnatesV4 maka reliabilitas butir soal yang diperoleh adalah 0,91 dengan interpretasi reliabilitas sangat tinggi.

c. Indeks Kesukaran

Suherman dan Kusumah (1990:212) mengungkapkan bahwa derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut Indeks Kesukaran. Bilangan tersebut adalah bilangan real pada interval (kontinum) 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran mendekati 0,00 berarti butir soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya soal dengan indeks kesukaran 1,00 berarti soal tersebu terlalu mudah.

Rumus untuk menentukan indeks kesukaran menurut Suherman (Sari, 2012:61) adalah sebagai berikut:

̅ Keterangan:

IK : Indeks Kesukaran.

̅ : Rata-rata yang menjawab benar. SMI : Skor Maksimal Ideal.

Klasifikasi indeks kesukaran yang paling banyak digunakan menurut Suherman dan Kusumah (1990:213) adalah:

Tabel 3.4

Klasifikasi Indeks Kesukaran Indeks Kesukaran (IK) Klasifikasi

IK = 0,00 Soal terlalu sukar

0,00 < IK ≤ 0,30 Soal sukar

0,30 < IK ≤ 0,70 Soal sedang

0,70 < IK ≤ 1,00 Soal mudah


(22)

Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dengan menggunakan AnatesV4 maka indeks kesukaran tiap butir soal yang diperoleh adalah sebagai berikut

Tabel 3.5

Hasil Uji Indeks Kesukaran Butir soal

No Soal IK Interpretasi

1 Sedang

2 Sedang

3 Sedang

4 Sukar

5 Sukar

Berdasarkan Tabel 3.5 maka diketahui bahwa soal nomor 1, 2 dan 3 memiliki interpretasi sedang, sedangkan soal nomor 4 dan 5 memiliki interpretasi sukar.

d. Daya Pembeda

Menurut Suherman dan Kusumah (1990:199-200) daya pembeda dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara siswa yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan siswa yang tidak dapat menjawab soal tersebut atau siswa yang menjawab salah. Dengan kata lain, daya pembeda suatu butir soal adalah kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.

Rumus untuk menentukan daya pembeda tiap butir soal adalah sebagai berikut:

Keterangan:

DP : Daya Pembeda.

SA : Jumlah skor pada kelompok atas pada butir soal yang diolah. SB : Jumlah skor pada kelompok bawah pada butir soal yang diolah.


(23)

Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

IA : Jumlah skor ideal salah satu kelompok pada butir soal yang dipilih.

Klasifikasi untuk daya pembeda yang banyak digunakan menurut Suherman dan Kusumah (1990:202) adalah:

Tabel 3.6

Klasifikasi Daya Pembeda

Daya Pembeda (DP) Klasifikasi

DP ≤ 0,00 Sangat jelek

0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik

Dengan menggunakan AnatesV4 maka daya pembeda tiap butir soal yang diperoleh adalah sebagai berikut.

Tabel 3.7

Hasil Uji Daya Pembeda Butir soal

No Soal DP Interpretasi

1 Cukup

2 Baik

3 Baik

4 Cukup

5 Cukup

Berdasarkan Tabel 3.7 diatas maka diketahui bahwa daya pembeda soal nomor 1, 4, dan 5 memiliki interpretasi cukup dan soal nomor 2 dan 3 memiliki kriteria interpretasi baik.

Karena setelah hasil ujicoba instrumen, validitas, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya pembeda tergolong baik. Maka instrumen ini selanjutnya akan dipakai pada penelitian.


(24)

Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Instrumen non tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket dan lembar observasi

a. Angket

Angket adalah sebuah daftar pertanyaan atau pernyataan yang digunakan untuk mengukur respon siswa terhadap pembelajaran dengan Pendekatan CRA (Concrete-Representational-Abstract). Pengisian angket tersebut diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan dilakukan pada akhir penelitian yaitu setelah siswa melakukan posttest. Skala yang digunakan dalam angket tersebut ialah skala Likert, yang terdiri dari empat pilihan yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, serta sangat tidak setuju. Pada skala ini tidak menggunakan opsi netral seperti kurang setuju, agar respon dari siswa tidak ada yang menyatakan ragu-ragu.

b. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan suatu lembaran pengamatan instrumen yang menyatakan data tentang sikap guru dalam kegiatan belajar dan mengajar yang bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran dengan Pendekatan CRA (Concrete-Representational-Abstract) yang sedang berlangsung. Observer dalam penelitian ini adalah rekan sesama mahasiswa. Hasil dari observasi tersebut menjadi bahan evaluasi dan bahan masukan bagi peneliti agar pertemuan-pertemuan berikutnya menjadi lebih baik.

E. Prosedur Penelitian

Secara garis besar, penelitian ini dilakukan dalam empat tahap yaitu: 1. Tahap Persiapan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi permasalahan mengenai bahan ajar, merencanakan


(25)

Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Melakukan observasi ke tempat penelitian sekaligus melakukan perizinan tempat untuk penelitian.

c. Membuat instrumen penelitian.

d. Melakukan proses bimbingan dengan dosen pembimbing.

e. Melaksanakan uji coba instrumen penelitian kepada siswa di luar sampel penelitian.

f. Menganalisis kualitas instrumen.

g. Merevisi instrumen penelitian (jika diperlukan).

h. Pemilihan sampel penelitian dari populasi yang telah ditentukan. i. Menghubungi kembali pihak sekolah untuk teknis pelaksanaan

penelitian.

j. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan bahan ajar dalam bentuk LKS.

2. Tahap Pelaksanaan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut: a. Memberikan pretest terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol. b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran terhadap kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Untuk kelas eksperimen, pembelajaran dilakukan dengan Pendekatan CRA (Concrete-Representational-Abstract). Sedangkan untuk kelas kontrol, pembelajaran dilakukan dengan pembelajaran secara konvensional.

c. Melakukan observasi yang dibantu atau rekan mahasiswa.

d. Memberikan angket pada pertemuan akhir kepada siswa kelas eksperimen.

e. Memberikan posttest terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol. 3. Tahap Analisis Data

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:


(26)

Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Mengolah dan menganalisis hasil data kuantitatif berupa pretest dan posttest.

c. Mengolah dan menganalisis data kualitatif berupa hasil angket dan lembar observasi.

d. Mengonsultasikan hasil pengolahan dengan dosen pembimbing. 4. Tahap Penulisan Laporan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini dalah:

a. Membuat kesimpulan hasil penelitian berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan.

b. Menyusun laporan hasil penelitian.

c. Merevisi laporan setelah melakukan bimbingan.

F. Teknis Analisis Data

Pengumpulan data dilakukan pada setiap kegiatan siswa dan situasi yang berkaitan dengan penelitian menggunakan instrumen berupa tes, angket dan lembar observasi. Tes yang diberikan berupa pretest dan posttest yang diberikan pada dua kelas eksperimen. Angket hanya diberikan kepada kelas eksperimen untuk melihat respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan Pendekatan CRA (Concrete-Representational-Abstract). Untuk menunjang kebenaran dari jawaban siswa terhadap pengisian angket, maka dilengkapi dengan lembar observasi yang diisi oleh observer.

Setelah data terkumpul, kemudian data dikategorikan ke dalam jenis data kuntitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil pretest dan posttest, sedangkan data kualitatif meliputi data hasil pengisian angket dan lembar observasi. Selanjutnya data kuantitatif dan kualitatif tersebut dianalisis atau diolah melalui langkah-langkah sebagai berikut.

1. Analisis Data Kuantitatif a. Analisis Data Pretest


(27)

Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pretes dilakukan untuk melihat kemampuan awal dari kedua kelas apakah sama atau berbeda. Hal ini dapat dilihat melalui uji perbedaan dua rata-rata terhadap data hasil pretest kedua kelas. Uji ini dilakukan dengan bantuan software IBM SPSS Statistics 17 for windows, yaitu dengan menggunakan Independent Sample T-Test, jika hasil pengujian menunjukkan hasil yang signifikan, artinya tidak ada perbedaan rata-rata yang berarti dari kedua kelas, maka dapat dikatakan bahwa kemampuan awal kelas eksperimen dan kelas kontrol sama.

Asumsi yang harus dipenuhi sebelum dilakukan uji-t adalah normalitas dan homogenitas data. Oleh karena itu, sebelum pengujian Independent Sample T-Test terhadap data pretes dilakukan maka terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas dengan menggunakan uji Saphiro Wilk. Langkah-langkah yang akan dilakukan adalah :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data dari kedua kelas berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Saphiro Wilk dengan taraf signifikansi 5%. Hipotesis dalam pengujian normalitas data pretes sebagai berikut:

H0 : Data pretest berasal dari sampel yang berdistribusi normal. H1 : Data pretest berasal dari sampel yang tidak berdistribusi normal,

Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya adalah :

a. Jika nilai signifikansi (Sig) ≥ 0,05 maka H0 diterima.

b. Jika nilai signifikansi (Sig) < 0,05 maka H0 ditolak. 2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui data dari kedua kelas tersebut mempunyai varians yang homogen atau tidak. Untuk melakukan pengujian homogenitas data pretes digunakan uji Lavene dengan perumusan hipotesis sebagai berikut :


(28)

Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

H0 : Data pretest bervarians homogen. H1 : Data pretest bervarians tidak homogen.

Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya adalah :

a. Jika nilai signifikansi (Sig) ≥ 0,05 maka H0 diterima.

b. Jika nilai signifikansi (Sig) < 0,05 maka H0 ditolak. 3. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata bertujuan untuk mengetahui perbedaan dua rata-rata dari data pretest yang diperoleh. Pengolahan data dilakukan dengan ketentuan:

H0 : Tidak terdapat perbedaaan rata-rata kemampuan awal yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

H1 : Terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

a. Jika kedua data berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji t. Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya adalah :

1. Jika t-hitung < t-tabel maka H0 diterima. 2. Jika t-hitung ≥ t-tabel maka H0 ditolak.

b. Jika kedua data berdistribusi normal tetapi tidak homogen, maka dilakukan uji-t’. Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya adalah :

1. Jika t-hitung < t-tabel maka H0 diterima. 2. Jika t-hitung ≥ t-tabel maka H0 ditolak.

c. Jika salah satu atau kedua data tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji Mann-Whitney. Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya adalah :

1. Jika nilai signifikansi (Sig) ≥ 0,05 maka H0 diterima.


(29)

Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Analisis Data Posttest

Postes dilakukan untuk melihat perbedaan kemampuan pada kedua kelas setelah diberikan perlakuan. Analisis posttest dilakukan seperti analisis pada data pretes. Apabila kemampuan awal (pretest) siswa di kelas eksperimen dan di kelas kontrol tidak berbeda secara signifikan, maka analisis dicukupkan pada data postes saja atau boleh juga dengan data gain saja. Sedangkan jika kemampuan awal (pretest) kedua kelas tersebut berbeda, maka analisis perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa menggunakan data gain sangat diperlukan. Pengolahan indeks gain ini dihitung dengan rumus

Analisis data gain sama dengan analisis data pretest, dengan asumsi yang harus dipenuhi sebelum uji perbedaan dua rata-rata, adalah normalitas dan homogenitas data gain.

Untuk melihat peningkatan yang terjadi pada kedua kelas dapat menggunakan rumus gain ternormalisasi, dan ditaksir menggunakan kriteria indeks gain menurut Hake (1999:1) yang ada pada tabel berikut.

Tabel 3.8 Kriterian Gain (g)

Besar Gain (g) Interpretasi

g ≥ 0,700 Tinggi

0,300 ≤ g < 0,700 Sedang

g < 0,300 Rendah

2. Analisis Data Kualitatif

Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data kualitatif yang diperoleh sebagai berikut:


(30)

Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Suherman dan Kusumah (1990:235) dalam menganalisis hasil angket, skala kualitatif ditransfer ke dalam skala kuantitatif. Untuk pernyataan yang bersifat positif (favorable) kategori SS diberi skor tertinggi, makin menuju ke STS skor yang diberikan berangsur-angsur menurun. Sebaliknya untuk pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable) untuk kategori SS diberi skor terendah, makin menuju ke STS skor yang diberikan berangsur-angsur makin tinggi.

Setiap jawaban siswa pada angket tersebut diberi bobot, dan pembobotan yang dipakai menurut Suherman dan Kusumah (1990:236) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.9

Kategori Jawaban Angket

Jenis Pernyataan Skor

SS S TS STS

Favorable 5 4 2 1

Unfavorable 1 2 4 5

Setelah pengskoran, kemudian dilakukan pengolahan dengan cara menentuka rata-rata skor siswa. Jika rata-rata skor siswa terhadap pernyataan lebih besar dari 3, maka siswa memiliki sikap positif. Jika rata-rata siswa kurang dari 3, maka siswa memiliki sikap negatif. Setelah siswa ditentukan memiliki sikap positif atau negatif, maka langkah selanjutnya adalah menentukan persentase banyaknya siswa yang mendapatkan respon positif dengan banyaknya siswa secara keseluruhan yang menjadi sampel penelitian. Persentase dalam angket dihitung dengan cara sebagai berikut (Wahyudi, 2012:30):

P nf 100%

Keterangan:


(31)

Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

f : Frekuensi jawaban.

n : Banyaknya siswa (responden)

Persentase yang dihasilkan diinterpretasikan atau diklasifikasikan menggunakan panduan berikut (Wahyudi, 2012:30).

Tabel 3.10

Klasifikasi Kategori Angket

Besar Presentase Interpretasi

P = 0% Tak seorang pun

0% < P < 25% Sebagian kecil

25% ≤ P < 50% Hampir setengahnya

P = 50% Setengahnya

50% < P < 75% Sebagian besar

75% ≤ P < 100% Hampir seluruhnya

P = 100% Seluruhnya

b. Lembar Observasi

Data hasil observasi dianalisis dan diinterpretasikan berdasarkan hasil pengamatan selama pembelajaran matematika dengan pendekatan CRA (Concrete-Representational-Abtract). Pengolahan atau penganalisisan lembar observasi dilakukan dengan membuat uraian secara deskriptif dari hasil pengamatan observer.


(32)

40

Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan CRA (Concrete-Representation-Abstract) tidak lebih baik dari siswa yang menggunakan pembelajaran ekspositori.

2. Penerapan pembelajaran matematika dengan pendekatan CRA (Concrete-Representational-Abstract) mendapatkan respon yang positif dari siswa.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh, maka penulis merekomendasikan hal-hal berikut:

1. Pembelajaran matematika dengan pendekatan CRA dapat dijadikan alternatif pendekatan pembelajaran bagi guru di jenjang pendidikan SMP dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

2. Hasil penelitian menunjukkan respon siswa yang positif dengan adanya pembelajaran matematika dengan pendekatan CRA.

3. Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pendekatan CRA menuntut guru agar mampu mengelola kelas dengan sebaik-baiknya agar setiap siswa dapat terpantau selama proses pembelajaran berlangsung.

4. Guru harus benar-benar memantau berjalannya kegiatan diskusi siswa jangan sampai hanya siswa-siswa yang berkemampuan tinggi saja yang mengerjakan lembar kegiatan siswa (LKS).


(33)

41

Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan

Dasar dan Menengah. [Online]. Tesedia:

http://litbang.kemdikbud.go.id/content/Buku%20Standar%20Isi%20SMP( 1).pdf. [15 Mei 2012]

Firdaus, Ahmad. 2009. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. [Online]. Tersedia: http://madfirdaus.wordpress.com/category/kompetensi-matematika. [19 Februari 2012]

Hake, R. (1999). Analyzing Change / Gain Score. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf. [17 April 2013]

Izzati. (2010). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematika pada Tingkat Koneksi dan Analitis Siswa MTs Negeri melalui Pembelajaran Kolaboratif MURDER. Tesis PPS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Muslich, Masnur. 2008. Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: PT Bumi Aksara.

NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Drive, Reston, VA: The NCTM.

Ruseffendi, E.T. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Ruseffendi. (2010). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non-eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito Bandung.

Suherman, Erman. 2010. Handout Belajar dan Pembelajaran Matematika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Suherman dan Sukjaya. 1990. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.


(34)

41

Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sumarmo, Utari. 2010. Berfikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. [Online]. Tersedia: http://www.scribd.com/doc/76353753/Berfikir-Dan-Disposisi-Matematik-Utari.[23 Mei 2012]

Wahyudi, E. (2012). Penerapan Pembelajaran Matematika melalui Strategi REACT untuk Meningkatkan Kompetensi Strategis Siswa Kelas X. Skripsi pada FPMIPA UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Witzel, B. S. (2005). “Using CRA to teach Algebra to Students with Math Difficulties in Inclusive Settings”. Learning Disabilities: A Contemporary Journal, 3(2), 49-60.

Yuliawaty, Lia. 2011. Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan CRA (Concrete-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP. Tesis UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.


(1)

27

Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Analisis Data Posttest

Postes dilakukan untuk melihat perbedaan kemampuan pada kedua kelas setelah diberikan perlakuan. Analisis posttest dilakukan seperti analisis pada data pretes. Apabila kemampuan awal (pretest) siswa di kelas eksperimen dan di kelas kontrol tidak berbeda secara signifikan, maka analisis dicukupkan pada data postes saja atau boleh juga dengan data gain saja. Sedangkan jika kemampuan awal (pretest) kedua kelas tersebut berbeda, maka analisis perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa menggunakan data gain sangat diperlukan. Pengolahan indeks gain ini dihitung dengan rumus

Analisis data gain sama dengan analisis data pretest, dengan asumsi yang harus dipenuhi sebelum uji perbedaan dua rata-rata, adalah normalitas dan homogenitas data gain.

Untuk melihat peningkatan yang terjadi pada kedua kelas dapat menggunakan rumus gain ternormalisasi, dan ditaksir menggunakan kriteria indeks gain menurut Hake (1999:1) yang ada pada tabel berikut.

Tabel 3.8 Kriterian Gain (g)

Besar Gain (g) Interpretasi

g ≥ 0,700 Tinggi

0,300 ≤ g < 0,700 Sedang

g < 0,300 Rendah

2. Analisis Data Kualitatif

Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data kualitatif yang diperoleh sebagai berikut:


(2)

Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Suherman dan Kusumah (1990:235) dalam menganalisis hasil angket, skala kualitatif ditransfer ke dalam skala kuantitatif. Untuk pernyataan yang bersifat positif (favorable) kategori SS diberi skor tertinggi, makin menuju ke STS skor yang diberikan berangsur-angsur menurun. Sebaliknya untuk pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable) untuk kategori SS diberi skor terendah, makin menuju ke STS skor yang diberikan berangsur-angsur makin tinggi.

Setiap jawaban siswa pada angket tersebut diberi bobot, dan pembobotan yang dipakai menurut Suherman dan Kusumah (1990:236) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.9

Kategori Jawaban Angket

Jenis Pernyataan Skor

SS S TS STS

Favorable 5 4 2 1

Unfavorable 1 2 4 5

Setelah pengskoran, kemudian dilakukan pengolahan dengan cara menentuka rata-rata skor siswa. Jika rata-rata skor siswa terhadap pernyataan lebih besar dari 3, maka siswa memiliki sikap positif. Jika rata-rata siswa kurang dari 3, maka siswa memiliki sikap negatif. Setelah siswa ditentukan memiliki sikap positif atau negatif, maka langkah selanjutnya adalah menentukan persentase banyaknya siswa yang mendapatkan respon positif dengan banyaknya siswa secara keseluruhan yang menjadi sampel penelitian. Persentase dalam angket dihitung dengan cara sebagai berikut (Wahyudi, 2012:30):

P nf 100%

Keterangan:


(3)

29

Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

f : Frekuensi jawaban.

n : Banyaknya siswa (responden)

Persentase yang dihasilkan diinterpretasikan atau diklasifikasikan menggunakan panduan berikut (Wahyudi, 2012:30).

Tabel 3.10

Klasifikasi Kategori Angket

Besar Presentase Interpretasi

P = 0% Tak seorang pun

0% < P < 25% Sebagian kecil

25% ≤ P < 50% Hampir setengahnya

P = 50% Setengahnya

50% < P < 75% Sebagian besar

75% ≤ P < 100% Hampir seluruhnya

P = 100% Seluruhnya

b. Lembar Observasi

Data hasil observasi dianalisis dan diinterpretasikan berdasarkan hasil pengamatan selama pembelajaran matematika dengan pendekatan CRA (Concrete-Representational-Abtract). Pengolahan atau penganalisisan lembar observasi dilakukan dengan membuat uraian secara deskriptif dari hasil pengamatan observer.


(4)

40 Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan CRA (Concrete-Representation-Abstract) tidak lebih baik dari siswa yang menggunakan pembelajaran ekspositori.

2. Penerapan pembelajaran matematika dengan pendekatan CRA (Concrete-Representational-Abstract) mendapatkan respon yang positif dari siswa.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh, maka penulis merekomendasikan hal-hal berikut:

1. Pembelajaran matematika dengan pendekatan CRA dapat dijadikan alternatif pendekatan pembelajaran bagi guru di jenjang pendidikan SMP dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

2. Hasil penelitian menunjukkan respon siswa yang positif dengan adanya pembelajaran matematika dengan pendekatan CRA.

3. Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pendekatan CRA menuntut guru agar mampu mengelola kelas dengan sebaik-baiknya agar setiap siswa dapat terpantau selama proses pembelajaran berlangsung.

4. Guru harus benar-benar memantau berjalannya kegiatan diskusi siswa jangan sampai hanya siswa-siswa yang berkemampuan tinggi saja yang mengerjakan lembar kegiatan siswa (LKS).


(5)

42

41 Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan

Dasar dan Menengah. [Online]. Tesedia:

http://litbang.kemdikbud.go.id/content/Buku%20Standar%20Isi%20SMP( 1).pdf. [15 Mei 2012]

Firdaus, Ahmad. 2009. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. [Online]. Tersedia: http://madfirdaus.wordpress.com/category/kompetensi-matematika. [19 Februari 2012]

Hake, R. (1999). Analyzing Change / Gain Score. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf. [17 April 2013]

Izzati. (2010). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematika pada Tingkat Koneksi dan Analitis Siswa MTs Negeri melalui Pembelajaran Kolaboratif MURDER. Tesis PPS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Muslich, Masnur. 2008. Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: PT Bumi Aksara.

NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Drive, Reston, VA: The NCTM.

Ruseffendi, E.T. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Ruseffendi. (2010). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non-eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito Bandung.

Suherman, Erman. 2010. Handout Belajar dan Pembelajaran Matematika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Suherman dan Sukjaya. 1990. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.


(6)

41 Ade Rahmawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CRA (Concret-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sumarmo, Utari. 2010. Berfikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. [Online]. Tersedia: http://www.scribd.com/doc/76353753/Berfikir-Dan-Disposisi-Matematik-Utari.[23 Mei 2012]

Wahyudi, E. (2012). Penerapan Pembelajaran Matematika melalui Strategi REACT untuk Meningkatkan Kompetensi Strategis Siswa Kelas X. Skripsi pada FPMIPA UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Witzel, B. S. (2005). “Using CRA to teach Algebra to Students with Math Difficulties in Inclusive Settings”. Learning Disabilities: A Contemporary Journal, 3(2), 49-60.

Yuliawaty, Lia. 2011. Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan CRA (Concrete-Representational-Abstract) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP. Tesis UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendekatan Concrete - Representasional - Abstract (CRA) terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

3 28 130

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMP MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL.

0 1 20

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK BERBANTUAN GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP.

0 1 44

PENERAPAN PENDEKATAN COLLABORATIVE PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP.

2 5 54

PENERAPAN PENDEKATAN CONCRETE-REPRESENTATIONAL-ABSTRACT (CRA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ABSTRAKSI MATEMATIS SISWA SMP DALAM BELAJAR GEOMETRI.

18 59 52

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN CRA (CONCRETE-REPRESENTATIONAL-ABSTRACT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA SMP.

0 0 43

PENERAPAN PENDEKATAN CONCRETE-REPRESENTATIONAL-ABSTRACT (CRA) BERBASIS INTUISI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALOGI DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMP - repository UPI T MTK 1302836 Title

0 0 3

PENERAPAN PENDEKATAN CONCRETE-REPRESENTATIONAL- ABSTRACT (CRA) BERBASIS INTUISI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

0 1 5

Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

0 1 8

1 PENERAPAN PENDEKATAN CONCRETE REPRESENTATIONAL ABSTRACT (CRA) UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PENGUKURAN PADA SISWA KELAS IV SDN 1 JERUKAGUNG TAHUN AJARAN 20162017

0 2 7