PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KEMAMPUAN METAKOGNITIF MATERI ALAT OPTIK SISWA SMA.

(1)

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KEMAMPUAN METAKOGNITIF MATERI ALAT OPTIK SISWA SMA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan IPA Konsentrasi Pendidikan Fisika Sekolah Lanjutan

Oleh

Lucinda Patricia Mandobar 1004742

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KEMAMPUAN METAKOGNITIF MATERI ALAT OPTIK SISWA SMA

Oleh:

Lucinda Patricia Mandobar

S.Pd, Universitas Cendrawasih 2004

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Alam Konsentrasi Fisika Sekolah Lanjutan

© Lucinda Patricia Mandobar 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,


(3)

Halaman Pengesahan Tesis

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KEMAMPUAN METAKOGNITIF MATERI ALAT OPTIK SISWA SMA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I,

Dr. Enjang Akhmad Juanda, M. Pd, MT NIP. 195508261981011001

Pembimbing II,

Dr. Didi Teguh Chandra, M.Si NIP. 195910131984031

Ketua Program Studi Pendidikan IPA

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Prof. Dr. Anna Permanasari, M.Si NIP. 195807121983032002


(4)

(5)

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KEMAMPUAN

METAKOGNITIF MATERI ALAT OPTIK SISWA SMA

(Lucinda P Mandobar, 1004742) Abstrak

Telah dilakukan penelitian eksperimen semu tentang penerapan model quantum teaching untuk meningkatkan hasil belajar ranah kognitif dan kemampuan metakognitif materi alat optik siswa SMA. Sampel penelitian ini siswa kelas X di salah satu SMA di Manokwari tahun pelajaran 2012/2013,dengan desain penelitian Nonequivalent Control Group Design. Instrumen yang digunakan meliputi tes hasil belajar ranah kognitif yang mencakup aspek mengigat (C1), memahami (C2), (C3) menerapkan dan menganalisis (C4), skala sikap kemampuan metakognitif, lembar keterlaksanaan pembelajaran dan skala sikap tanggapan guru dan siswa. Kelompok eksperimen mendapatkan pembelajaran dengan model quantum teaching sedangkan kelompok kontrol mendapatkan pembelajaran dengan model konvensional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar ranah kognitif meningkat dengan kategori tinggi dengan rata-rata gain yang dinormalisasi 0,74 untuk kelas eksperimen sedangkan kelas kontrol dengan kategori peningkatan sedang dengan rata-rata gain yang dinormalisasi 0,52. Peningkatan kemampuan metakognitif pada kelas eksperimen ditunjukan dengan gain yang dinornalisasi 0,34 pada kategori sedang sedangkan pada kelas kontrol pada kategori kurang dengan gain yang dinormalisasi 0,24. Hasil uji statistik (uji Mann-Whitney) menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran model quantum teaching dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif dan kemampuan metakognitif secara signifikan dibandingkan dengan pembelajaran model konvensional. Terdapat hubungan positif antara hasil belajar ranah kognitif dengan kemampuan metakognitif siswa. Guru dan siswa memberikan persetujuan terhadap penerapan model quantum teaching masing-masing (70%) dan(79,5 %). Kata kunci: model quantum teaching, hasil belajar ranah kognitif, kemampuan


(6)

Abstract: Has been conducted research experiment illusions about the application of

quantum model teaching to improve the results of study the domain of cognitive and ability metakognitif matter an optical instrument that high school students. A sample of this research was a student x in one smas in Manokwari year 2012 / 2013, a lesson with a design research randomized control group pretest-posttest design. An instrument used covering study result of the test the domain of cognitive which includes the aspect of remember (C1 ), understand ( C2 ), ( C3 ) apply and analyze (C4 ), charges of attitude metakognitif, the ability of the scale sheets sustainability programs of learning and the scale of the attitude of the responses of teachers and students. A group of experiments get learning to a model quantum teaching while the control group get learning with the conventional one. The result showed that the domain of cognitive study result of the increases with the category of high with an average of normalized 0,74 gain for the class experiment while class of control by category with the average increase was gain normalized 0,52. Increased capacity metakognitif to that class of the experiment can be seen from gain dinornalisasi 0.34 in the prologue and being while to that class of control in the prologue and less by the gain normalized at 0.24. The results of the test of statistics ( Mann-Whitney ) indicating that the application of quantum teaching learning model can improve study result of the domain cognitive and ability metakognitif significantly compared with learning the conventional one. There is a positive connection between study result of the domain cognitive to the ability of metakognitif students. Teachers and students giving assent against the implementation of quantum model teaching each ( 70 % ) and (79,5 %).

Keywords: quantum model teaching, teaching the cognitive domain, learning


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN COVER ... i

HALAMAN HAK CIPTA ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

UCAPAN TERIMAKASIH ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C.Batasan Masalah ... 7

D.Definisi Operasional ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II. LANDASAN TEORI A. Makna Belajar dan Mengajar ... 10

B. Makna Pembelajaran IPA... 11

C. Model Pembelajaran...12

D.Model Quantum Teaching ... 13

E. Peta Pikiran ... 19

1. Pengertian Peta Pikiran. ... 19

2. Peta Pikiran dalam Pembelajaran ... 21

F. Hasil Belajar Ranah Kognitif... 22

G.Kemampuan Metakognitif ... 24

1.Pengertian Metakognitif ... 24

2.Perkembangan Metakognitif Anak ... 28

3. Kemampuan Metakognitif dalam Pembelajaran ...29

H.Alat Optik ... 31

I. Kerangka Berpikir...44


(8)

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... 47

B. Desain Penelitian ... 47

C. Subyek Penelitian ... 48

D. Prosedur Penelitian ... 50

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 51

F. Teknik Pengolahan Data ... 51

BAB IV. TEMUAN A.Deskripsi Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 61

B. Kemampuan Metakognitif ... 66

C. Hubungan hasil Belajar Ranah Kognitif dengan Kemampuan Metakognitif ... ... 71

D.Tanggapan guru dan siswa terhadap pembelajaran model Quantum Teaching... 73

BAB V PEMBAHASAN ... 75

A.Deskripsi Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 75

B. Kemampuan Metakognitif ... 77

C. Hubungan hasil Belajar Ranah Kognitif dengan Kemampuan Metakognitif ... ... 81

D.Tanggapan guru dan siswa terhadap pembelajaran model Quantum Teaching... 83

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...84

B. Saran... 84


(9)

DAFTAR TABEL Halaman

Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 47

Tabel 3.2Kategori Koefisien Reliabilitas Soal... 52

Tabel 3.3KategoriTingkat Kesukaran (TK) Butir Soal ... 53

Tabel 3.4Kategori Daya Pembeda(DP) Butir Soal ... 53

Tabel 3.5Hasil Analisis Uji Coba instrumen Tiap Butir Soal ... 55

Tabel 3.6Interpretasi Nilai Gain Dinormalisasi ... 57

Tabel 4.1 Skor Tes Awal, Tes Akhir dan N-gain Hasil Belajar... 61

Tabel 4.2Hasil uji normalitas N-gain Hasil belajar ranah kognitif ... 64

Tabel 4.3 Hasil uji homogenitas N-gain Hasil belajar ranah kognitif ... 64

Tabel 4.4Hasil uji Mann – Whitney Hasil belajar ranah kognitif... 65

Tabel 4.5Perbandingan n-gain kemampuan metakognitif kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 66

Tabel 4.6Hasil uji normalitas N-gain Kemampuan metakognitif ... 68

Tabel 4.7Hasil uji homogenitas N-gain Kemampuan metakognitif... 70

Tabel 4.8Hasil uji Mann – Whitney Kemampuan metakognitif...….. 70

Tabel 4.9 Hubungan Kemampuan Metakognitif dengan Hasil Belajar Ranah kognitif... 71

Tabel 4.10 Hasil Analisis skala Sikap Guru terhadap Pembelajaran Quantum Teaching... 72

Tabel 4.11 Hasil Analisis Skala Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Quantum Teaching... 73

Tabel 4.12 Hasil analisis skala sikap siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran model Quantum Teaching ... 74


(10)

DAFTAR GAMBAR Halaman

Gambar 2.1Mata dan bagian-bagiannya ... ... 32

Gambar 2.2 Jatuhnya cahaya di depan retina... 33

Gambar 2.3 Jatuhnya cahaya di belakang retina ... 33

Gambar 2.4Lup ... 34

Gambar 2.5 Pengamatan lup dengan mata tidak berakomodasi ... 35

Gambar 2.6 Pengamatan lup dengan mata berakomodasi maksimum ... 36

Gambar2.7 Pembentukan bayangan pada mikroskop... 37

Gambar 2.8 Teropong bintang... 39

Gambar 2.9 Teropong bumi... 41

Gambar2.10 Pembentukan bayangan pada teropong... 41

Gambar 2.11 Teropong prisma... 42

Gambar 2.12 Pembentukan bayangan pada teropong dengan pengamatan Dengan mata tidak berakomodasi... 43

Gambar 2.13 Bagan Kerangka Berpikir... 45

Gambar 3.1 Alur Penelitian... 50

Gambar 4.1 Perbandingan skor tes awal,tes akhir dan n-gain pada hasil belajar ranah kognitif kelas eksperimen dan kontrol ... 62

Gambar 4.2 Persentase rerata n-gain pada masing-masing aspek hasil belajar ranah kognitif... 63

Gambar 4.3 Persentase perbandingan pencapaian kemampuan metakognitif awal dan akhir... 67

Gambar 4.4 Persentase perbandingan pencapaian kemampuan metakognitif awal dan akhir tiap aspek pada kelas eksperimen... 69


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

A. Perangkat Pembelajaran... 89

A.1Silabus... 89

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kontrol... .. 91

A.3. Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol...109

A.4. Rublik Penilaian Proyek...128

B. Instrumen Penelitian ...134

B.1 Kisi Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif ...134

B.2 Soal Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif...142

B.3 Kisi-kisi Kemampuan Metakognitif...148

B.4 Skala Sikap kemampuan Metakognitif...149

B.5 Kisi-Kisi Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran... 152

B.6 Lembar Observasi Aktivitas Guru...156

B.7 Lembar Observasi Aktivitas Siswa...160

C. Analisis Tes Uji Coba dan Analisis Data... 162

C.1. Analisis Hasil Uji Coba Tes hasil Belajar Ranah Kognitif ... ....162

D. Lembar Judgment...177

E. Hasil Penelitian...178

E.1 N-Gain Hasil Belajar Ranah Kognitif kelas Eksperimen...178

E.2 N-Gain Hasil Belajar Ranah Kognitif kelas Kontrol... 179

E.3 N-Gain Kemampuan Metakognitif Kelas Eksperimen...180

E.4 N-Gain Kemampuan Metakognitif Kelas Kontrol...182

E.5 Uji statistik Hasil Belajar Ranah Kognif dan Kemampuan metakognitif ...184

E.7 Uji statistik Hubungan Kemampuan Metakognitif dengan Hasil Belajar Ranah Kognitif...204

E.8 Hasil Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran Model Quantum Teaching...208

E.9 Hasil Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran Model Konvensional...209

E.10 Hasil Analisis Tanggapan Guru terhadap Pembelajaran Model Quantum Teaching...210

E.11 Hasil Analisis Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Model konvensional...211


(12)

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pemerintah selalu memperbaharui kurikulum dengan tujuan memperbaiki kualitas pendidikan dan pembelajaran di Indonesia. Pembaharuan yang telah dilakukan, di antaranya penyempurnaan Kurikulum Sekolah Menengah Atas Tahun 2004 (Depdiknas, 2003). Kurikulum 2004 disempurnakan untuk mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam kurikulum operasional tingkat satuan pendidikan, disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan disingkat KTSP (Mulyana, 2006). Pembelajaran yang diharapkan sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah ”Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.

Sumber belajar adalah segala bentuk yang dapat memberikan informasi belajar kepada siswa, contohnya perpustakaan, laboratorium, audio visual, dll. Sedangkan lingkungan belajar mencakup tujuan pembelajaran, peserta didik, guru, kurikulum, strategi pembelajaran, media pembelajaran, dan penilaian pembelajaran unsur-unsur ini dikenal sebagai komponen-komponen pembelajaran.

Adapun tujuan pembelajaran fisika di sekolah khususnya di SMA, dijelaskan secara rinci sebagai berikut: (Depdiknas, 2003) (1) Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa (2) Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain (3) Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis (4) Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa


(14)

2

alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif (5) Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Penguasaan konsep dan kemampuan berpikir menjadi sebagian dari tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran fisika. Penguasaan konsep ditunjukkan dengan hasil belajar kognitif yang dicapai siswa. Proses pembelajaran yang berkualitas terkait dengan kemampuan berpikir, membelajarkan siswa memiliki kemampuan berpikir untuk menyadari apa yang telah dipelajari, menyadarkan siswa berpikir kreatif dan antusias serta termotivasi untuk mengetahui objek belajarnya melalui pelibatan aktif belajar, baik memecahkan masalah nyata dalam kehidupannya, maupun merangsang siswa untuk selalu tanggap terhadap permasalahan yang ada di lingkungan sekitarnya (Winarno, Susilo, dan Soebagio, 2000).

Pembelajaran di sekolah saat ini lebih berfokus pada pencapaian kurikulum dan tuntutan Ujian Akhir Nasional (UAN). Pembelajaran yang terjadi didomonasi sebagai kegiatan transfer informasi dari guru ke siswa. Lozanoz (dalam DePoter 2010: 32), proses belajar mengajar merupakan fenomena yang kompleks, segala sesuatu yang dilakukan guru berarti seperti kata-kata, pikiran, tindakan, dan sejauh mana guru mengubah lingkungan, prestasi dan rancangan pembelajaran, sejauh itu pula proses belajar berlangsung. Dengan demikian proses pembelajaran tidak sebatas transfer informasi dari guru ke siswa tetapi sebagai proses yang kompleks, siswa belajar dari segala sesuatu yang terjadi dalam pembelajaran. Masalahnya pembelajaran saat ini belum memberikan akses kepada siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan melatihkan kemampuan berpikir sehingga siswa mampu merencanakan, memantau dan mengevaluasi belajarnya.

Pemerintah daerah provinsi Papua Barat melalui dinas pendidikan kabupaten Manokwari juga telah melakukan langkah untuk memperbaiki kemampuan siswa yang berhubungan dengan ranah kognitif, afektif, psikomotor maupun pengembangkan kreativitas. Perbaikan kemampuan siswa dilakukan


(15)

3

dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas guru, penyiapan bahan ajar, dan mengembangkan pemanfaatan lembar kerja siswa dengan tujuan agar pendidikan di Manokwari semakin baik.

Sejauh ini pelajaran fisika masih dianggap sulit, menakutkan oleh siswa yang memiliki hasil belajar tidak memuaskan (Naim, 2009:3). Studi pendahuluan di salah satu SMA di Manokwari pada konsep pemantulan dan pembiasan cahaya menunjukkan bahwa siswa yang menguasai konsep (PK) sebanyak 25,25 %, miskonsepsi (MK) sebanyak 31,75% dan tidak menguasai konsep (TK) sebanyak 43%. Selain itu hasil observasi pada salah satu SMA X di kabupaten manokwari menunjukan bahwa hasil belajar ranah kognitif siswa rata-rata di bawah KKM yang ingin di capai yaitu 75 tetapi dalam 3 tahun pelajaran yaitu 2009-2012 rata-rata siswa hanya mencapai nilai 70.

Wawancara dengan siswa menyatakan bahwa siswa kurang berminat belajar fisika karena fisika hanya mampu dikuasai oleh anak-anak dengan kemampuan matematika yang baik. Siswa juga menyatakan akan senang belajar fisika, jika mereka dapat menguasai konsep yang di sampaikan guru. Siswa menyadari pelajaran fisika penting untuk dipelajari, pada saat diberi pertanyaan mengapa mengambil jurusan IPA dan harus mempelajari fisika, siswa menjawab agar dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sesuai dengan cita-citanya. Studi pendahuluan ini memperlihatkan rendahnya penguasaan konsep dan kemampuan siswa mengenal kemampuannya dirinya.

Pembelajaran yang diterima belum banyak melatihkan kemampuan berpikir tentang potensi yang dimiliki. Siswa telah menyadari pentingnya belajar fisika dan ketidakmampuannya menguasai matematika tetapi belum mengunakan pengetahuannya untuk berpikir bagaimana mengatasi masalah yang dihadapinya. Kemampuan berpikir tentang apa yang diketahui dan tidak diketahui, bagaimana mengunakan strategi dalam belajar dan dapat mengevaluasi hasil yang akan dicapai merupakan kemampuan metakognitif. Brown (1987:66) menyatakan bahwa metakognif mengacu pada kognisi dan sistem pengontrolannya. Sedangkan Eggen dan Kauchak (1996) menyatakan bahwa metakognitif merupakan berpikir tingkat tinggi termasuk berpikir kreatif dan berpikir kritis, yang mencakup


(16)

4

kombinasi antara pemahaman mendalam terhadap topik-topik khusus, kecakapan menggunakan proses kognitif dasar secara efektif, pemahaman dan kontrol terhadap proses kognitif dasar (metakognisi), maupun sikap dan pembawaan.

Kemampuan metakognitif dikembangkan melalui pembelajaran dengan

pemberian motivasi agar siswa mampu mengenal keandalan dirinya (self-efficacy), keyakinan untuk melaksanakan tujuan dan tugas belajar serta

keyakinan akan nilai dan minat, hal ini akan membantu siswa untuk memiliki kesadaran tentang apa yang ia ketahui dan tidak diketahui, menerapkan strategi untuk mencapai tujuan belajar, memonitor cara belajar, dan dapat mengevaluasi hasil belajar yang dicapai. Disamping itu kemampuan metakognif sangat penting untuk kegiatan belajar yang berhasil karena memungkinkan individu untuk lebih baik mengelola keterampilan kognitif mereka dan menentukan kelemahan yang dapat diperbaiki dengan membangun keterampilan kognitif baru (Imel: 2002:1). Berdasarkan berbagai pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa kemampuan metakognitif penting dimiliki siswa karena kemampuan ini menunjang hasil belajar yang akan dicapai saat ini bahkan di masa yang akan datang.

Quantum teaching adalah pengubahan belajar yang meriah, dengan segala suasananya dan menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar (Depoter, 2010:32). Diciptakan berdasarkan teori-teori pendidikan seperti Accelerated Learning (Lozanov), Multipel Intellegences (Gadner), Neuro-Linguistik Programming (Grinder dan Bandler), Experiential Learning (Hahn), Socratic Inquiry, Cooperative (Johnson dan Johnson), dan Elements of Effective Instruction (Hunter). Quantum Teaching merangkaikan dengan yang paling baik dari yang terbaik menjadi sebuah paket multisensori, dan kompatibel dengan otak, yang akhirnya akan melejitkan kemampuan guru untuk mengilhami kemampuan siswa untuk berprestasi. Sebuah pendekatan belajar yang segar, mengalir, praktis, dan mudah diterapkan, quantum teaching menawarkan suatu sinesis dari hal-hal yang anda cari: cara-cara baru memaksimalkan dampak usaha pengajaran anda melalui perkembangan hubungan, penggubahan belajar dan penyampaian kurikulum (DePoter, 2010: 33).


(17)

5

Quantum teaching dimulai di SuperCamp, mengaitkan sebuah program percepatan Quantum Learning sebuah program yang ditawarkan Learning Forum, yaitu sebuah perusahaan pendidikan Internasional yang menekankan

perkembangan keterampilan akademis dan kerampilan pribadi (DePoter, 2010:23). Hasilnya menunjukan bahwa murid-murid yang mengikuti

SuperCamp mendapat nilai lebih baik, lebih banyak berpartisipasi dan merasa lebih bangga akan diri mereka sendiri (Vos-Groenendal, 1991 dalam DePoter 2010: 23). Dalam program ini siswa diberi kiat untuk menguasai berbagai kiat dalam mencatat, menghafal, membaca cepat, menulis, berkreatifitas, berkomunikasi, mengingat dan membina hubungan dengan orang lain. Dilaporkan program ini dapat meningkatkan 73% hasil belajar, 68 % motivasi belajar, 81% rasa percaya diri, 84% harga diri dan 98% keterampilan siswa. Zuhdi, dkk (2007:6) dalam penelitiannya dengan judul Peningkatan Motivasi Belajar Fisika melalui Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching dengan Pendekatan Multi Kecerdasan di SMA Negeri I Kampar. Dilaporkan penelitian ini dapat meningkatkan motivasi belajar pada kategori sedang pada konsep gerak lurus sebesar 16,2%, meningkatkkan daya serap siswa tergolong baik sebesar 79,05%, ketuntasan klasikal sebesar 86,49%, tahapan pencapaian ketuntasan kompetensi secara klasikal sebesar 77,78% dan motivasi belajar fisika siswa pada taraf kepercayaan 99%.

Kusno dan Purwanto (2011:87) dalam penelitiannya yang berjudul Efektifitas of Quantum Learning for Teaching Linear Program At The Muhammadiah Senior High School of Purwokerto in Central Java, menunjukan penerapan model pembelajaran Quantum teaching efektif meningkatkan hasil belajar topik program linier dibandingkan dengan pengunaan pembelajaran konvensional. Penelitian ini melaporkan bahwa hasil belajar siswa meningkat menjadi 85% dari hasil belajar yang diperoleh pada saat tes awal sebelum pembelajaran 23,69% dan respon positif siswa terhadap pembelajaran sebesar 97%.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa proses belajar yang berkualitas adalah proses yang memberi peluang kepada siswa


(18)

6

menjadi pembelajar yang aktif dan mampu melatih kemampuan berpikir. Proses transfer informasi yang kompleks dari guru ke siswa, segala sesuatu yang terjadi saat kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa dapat mempengaruhi hasil yang akan dicapai, oleh karena itu guru hendaknya menerapkan metode yang tepat sehingga dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif dan kemampuan metakognitif siswa. Demikian juga kemampuan-kemampuan lainnya maka dari uraian tersebut penulis tertarik untuk melakukan studi yang berfokus pada penerapan model pembelajaran yang diduga dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif dan kemampuan metakognitif siswa SMA dengan judul “Penerapan Model Quantum Teaching untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ranah Kognitif dan Kemampuan Metakognitif pada Materi Alat Optik Siswa SMA”.

B.Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan utama dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa yang mendapatkan pembelajaran model quantum teaching dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran model konvensional?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan metakognitif siswa yang mendapatkan pembelajaran model quantum teaching dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran model konvensional?

3. Bagaimana hubungan antara kemampuan metakognitif dengan hasil belajar ranah kognitif siswa yang mendapatkan pembelajaran model quantum teaching?

4. Bagaimana tanggapan siswa dan guru terhadap penerapan pembelajaran dengan model quantum teaching?


(19)

7

Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini dibatasi agar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, yaitu:

1. Model quantum teaching menurut Bobbi Depoter (2010) adalah penggubahan belajar yang meriah, dengan segala nuasanya dan menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar.

2. Hasil belajar ranah kognitif yang dimaksud adalah hasil belajar ranah kognitif menurut Anderson & Krathwohl (2010) meliputi: 4 aspek yaitu: mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), dan menganalisis (C4).

3. Kemampuan Metakognitif yang ingin diketahui dalam penelitian ini menurut Flavel, (1979) yaitu pengetahuan kognisi dan regulasi kognisi.

4. Pembelajaran model quantum teaching dalam penelitian ini diterapkan pada pembelajaran fisika di SMA materi alat optik meliputi mata, lup, mikroskop dan teropong.

C.Definisi Operasional

1. Qantum teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar dengan tahapan pembelajaran yang dikenal dengan tandur (tumbuhkan, alami, namai, demonstrasi, ulangi dan rayakan). Peta pikiran terintegrasi dalam tahapan pembelajaran model quantum teaching merupakan salah satu kiat mencacat. Metode ini sesuai dengan cara kerja otak, membuat informasi lebih mudah dimengerti dan diingat kembali, dan memaksimalkan momen belajar. Tahapan pembelajaran dalam penelitian ini diamati dengan menggunakan lembar keterlaksanaan pembelajaran.

2. Hasil belajar ranah kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Hasil belajar ranah kognitif yang digunakan dalam penelitian ini menurut Andreson & Krahtwolh (2010), yaitu dimensi proses kognisi mencakup 6 aspek yaitu: mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Hasil belajar ranah kognitif diukur dengan menggunakan test tertulis berbentuk pilihan ganda sebanyak 20 soal Peningkatannya hasil belajar ranah kognitif dihitung menggunakan N-Gain menurut Hake (1998).


(20)

8

3. Kemampuan metakognitif Flavel (1979) adalah kesadaran seseorang tentang bagaimana ia belajar, kemampuan untuk menilai kesukaran sesuatu masalah, kemampuan untuk mengamati tingkat pemahaman dirinya, kemampuan menggunakan berbagai informasi untuk mencapai tujuan, dan kemampuan menilai kemajuan belajar sendiri. Kemampuan metakognitif pada penelitian ini diukur mengunakan skala sikap, yang diberikan kepada siswa sebanyak dua kali yaitu pada awal pembelajaran dan akhir pembelajaran. Skala sikap yang digunakan dikembangkan berdasarkan Assessing metacognitive awareness (MAI) Schraw, G. & Dennison, R.S, ( Imel Susan, 2004:1).

4. Tanggapan guru dan siswa merupakan pendapat atau penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan model quantum teaching. Respon diukur dengan menggunakan skala sikap, yang diisi setelah KBM berlangsung untuk menjaring tanggapan siswa dan guru tentang baik tidaknya model pembelajaran yang digunakan.

D.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui gambaran tentang peningkatan hasil belajar ranah kognitif materi alat optik pada siswa yang mendapatkan pembelajaran model quantum teaching dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran model konvensional.

2. Mengetahui gambaran tentang peningkatan kemampuan metakognitif materi alat optik pada siswa yang mendapatkan pembelajaran model quantum teaching dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran model konvensional.

3. Mengetahui gambaran hubungan antara kemampuan metakognitif dengan hasil belajar ranah kognitif siswa setelah mendapat pembelajaran model quantum teaching.

4. Mengetahui gambaran tentang tanggapan guru dan siswa terhadap pembelajaran model quantum teaching.


(21)

9

E.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bukti empiris tentang efektivitas pembelajaran model quantum teaching dalam meningkatkan hasil belajar ranah kognitif dan kemampuan metakognitif siswa. Disamping itu hasil penelitian ini dapat juga digunakan oleh pihak yang terkait atau yang berkepentingan.


(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (Quasi Experiment Design), yaitu penelitian yang secara khas meneliti mengenai keadaan praktis yang di dalamnya tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel yang relevan (Sugiyono, 2011:116).

Metode eksperimen semu digunakan untuk mengetahui perbandingan peningkatan hasil belajar ranah kognitif dan kemampuan metakognitif antara siswa yang diterapkan pembelajaran model quantum teaching dan siswa yang diterapkan pembelajaran model konvensional.

B.Desain Penelitian

Desain yang digunakan adalah “Nonequivalent control group design” (Sugiyono, 2011:118). Subyek penelitian dibagi dalam dua kelompok, satu kelompok sebagai kelompok eksperimen dan satu kelompok lagi sebagai kelompok kontrol, dimana penentuannya dilakukan secara acak perkelas. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang mendapatkan pembelajaran dengan model Quantum Teaching, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang mendapatkan model pembelajaran konvensional, dinyatakan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Eksperimen O1 dan O2 X1 O1 dan O2

Kelompok kontrol O1 dan O2 X2 O1 dan O2

Keterangan:

O1 : Pretest-posttest untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif siswa O2 : Pretest-posttest untuk mengukur kemampuan metakognitif siswa X1 : Perlakuan berupa model pembelajaran Quantum Teaching


(23)

48

X2 : Perlakuan berupa pembelajaran konvensional C. Subyek Penelitian

Penelitian dilaksanakan salah satu SMA di Manokwari. Subyek penelitian diambil dua kelas secara random masing-masing kelas eksperimen maupun kelas kontrol berjumlah 25 siswa sehingga jumlah subyek penelitian sebanyak siswa 50 siswa.

D. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:

1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi:

a. Studi literatur, dilakukan untuk memperoleh teori yang sesuai dengan permasalahan yang akan dikaji.

b. Telaah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dilakukan untuk mengetahui kompetensi dasar yang harus dicapai siswa setelah pembelajaran.

c. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian.

d. Menghubungi pihak sekolah dan melakukan konsultasi dengan guru pengajar fisika yang mengajar di tempat penelitian.

e. Melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui keadaan siswa yang akan dijadikan sampel dalam penelitian serta sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan penelitian.

f. Menentukan sampel penelitian.

g. Menyusun dua jenis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan skenario pembelajaran dengan materi yang sama untuk tiga pertemuan. Satu jenis RPP menerapkan model quantum teaching pada pembelajaran alat optik dan RPP jenis lainnya menerapkan model konvensional.

h. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk melaksanakan demonstrasi.


(24)

49

i. Menyusun instrumen penelitian (tes awal dan soal tas akhir). 2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan meliputi:

a. Memberikan tes awal untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif alat optik dan kemampuan metakognitif siswa sebelum diberikan perlakuan pada kedua kelas.

b. Memberikan perlakuan pada kedua kelas dengan menerapkan dua jenis model pembelajaran yaitu kelas eksperimen diterapkan pembelajaran model quantum teaching dan kelas kontrol diterapkan model konvensional Pada saat bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran dilakukan observasi keterlaksanaan pembelajaran model quantun teaching dan model pembelajaran konvensional yang dilakukan oleh dua orang guru sebagai observer.

c. Memberikan tes akhir pada kedua untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif alat optik dan kemampuan metakognitif siswa setelah diberi perlakuan.

3. Tahap Akhir

Pada tahapan ini kegiatan yang akan dilakukan antara lain:

a. Mengolah data hasil tes awal dan tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol baik tes hasil belajar ranah kognitif maupun angket kemampuan metakognitif.

b. Membandingkan hasil analisis data tes kelas eksperimen dan kelas kontrol antara sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan untuk mengetahui efektivitas masing-masing pendekatan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

c. Mengklasifikasikan pernyataan skala sikap kemampuan metakognitif siswa pada tes awal dan tes akhir pada kedua kelas dan mendeskripsikan serta peningkatan yang terjadi pada kedua kelas.

d. Menentukan model pembelajaran yang lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar ranah kognitif fisika dan kemampuan metakognitif siswa dengan menggunakan perhitungan statistik.


(25)

50

Adapun alur penelitian in dapat dilihat pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Studi literatur : Analisis kurikulum dan materi fisika SMA, Analisis jurnal, buku mengenai pembelajaran dengan model quantum

teaching

Penentuan materi Identifikasi Masalah

Mendesain dan membuat RPP dan LKS

Pembuatan perangkat pembelajaran.

Pembuatan instrumen

Judgement

Ujicoba instrumen

Analisis data dan pembahasan temuan penelitian

Kesimpulan Lembar observasi

Pembelajaran dengan model quantum teaching Tes awal

Tes Akhir LKS


(26)

51

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan guna menjawab rumusan masalah penelitian. Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam sebuah penelitian. Pentingnya instrumen dalam sebuah penelitian menentukan keberhasilan suatu penelitian.

Dalam penelitian ini penulis mengunakan instrumen berupa (1) tes tertulis yang digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar ranah kognitif kelas eksperimen dan kontrol dengan memperhatikan nilai N-Gain yang dicapai pada kedua kelas. (2) Skala sikap untuk mengukur kemampuan metakognitif siswa, (3) Tes skala sikap berupa kuisioner untuk mengetahui bagaimana tanggapan siswa dan guru terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan model quantum teaching, (4) Lembar pengamatan keterlaksanan model quantum teaching, lembar pengamatan ini bertujuan untuk mengamati keterlaksanaan model quantum teaching sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran dan langkah-langkah dalam lembar kerja siswa.

F. Teknik Pengolahan Data a. Validitas tes

Validitas merupakan ketepatan alat ukur yang digunakan didalam penelitian. Validitas tes berkaitan dengan tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes dalam mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas yang dilakukan adalah validitas isi, yaitu meminta pertimbangan (judgment) dari para ahli tentang ketepatan suatu instrumen untuk mengukur kemampuan yang hendak dicapai. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang sudah dibuat dengan beberapa pertimbangan: instrumen dapat digunakan tanpa ada perbaikan, ada perbaikan atau instrumen diperbaiki total.

Validitas instrumen penelitian ini dilakukan dengan meminta kesedian tiga orang dosen dalam bidang pendidikan fisika. Tujuan validitas untuk melihat kesesuaian antara instrumen dengan materi pelajaran dan indikator yang ingin dicapai. Hasilnya dari tiga orang ahli terhadap validitas isi instrumen ini


(27)

52

memerlukan revisi dalam redaksi, dan setelah diperbaiki oleh peneliti maka instrumen ini sudah bisa dan layak untuk digunakan berjumlah 28 soal dan digunakan dalam penelitian sebanyak 20 butir soal untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif.

Validitas skala sikap kemampuan metakognitif dilakukan dengan meminta kesediaan 3 orang ahli untuk memvalidasi kesesuaian indikator skala sikap dan pernyataan yang akan digunakan sebanyak 52 item pernyataan. Secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran D.

G.Reliabilitas Instrumen

Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan secara internal consistenssi, dilakukan dengan cara mencobakan sekali saja, data yang diperoleh di analisis dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split half). Koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut dinyatakan sudah reliabel (Sugiyono, 2011). Kategorisasi yang berkenaan dengan reliabilitas butir soal dalam penelitian ini dinyatakan dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kategori Koefisien Reliabilitas Soal

Batasan Kategori

0,80 < rxy≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik) 0,60 < rxy≤ 0,80 tinggi (baik)

0,40 < rxy≤ 0,60 Cukup (sedang) 0,20 < rxy≤ 0,40 rendah (kurang)

xy

r ≤ 0,20 sangat rendah (sangat kurang)

Perhitungan besarnya reliabilitas dihitung dengan bantuan program Anates versi 4.0.7. Diperoleh reliabilitas butir soal sebesar 0,81 dengan kategori sangat baik. Rangkuman hasil perhitungan tingkat reliabilitas instrumen tes hasil belajar ranah kognitif dapat dilihat pada Lampiran D.


(28)

53

H. Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Setelah dilakukan analisis terhadap hasil tes uji coba, maka diperoleh nilai tingkat kesukaran item soal tes. Nilai ini kemudian dikategorikan sesuai dengan kriteria pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kategori Tingkat Kesukaran

Batasan Kategori

P < 0,30 soal sukar

0,30 ≤ P < 0,70 soal sedang

0,70 ≤ P < 1,00 soal mudah

Adapun analisis tingkat kesukaran butir soal terhadap hasil uji coba instrumen ditunjukkan pada Tabel 3.6. Berdasarkan Tabel 3.6, diperoleh bahwa tingkat kesukaran butir soal dari instrumen tes yang diujicobakan ternyata cukup beragam. Analisis kesukaran butir soal menunjukkan bahwa 7 soal (35 %) termasuk kategori mudah, 9 soal (33 %) termasuk kategori sedang, 8 soal (28%) termasuk kategori sukar dan 4 soal (14%) termasuk kategori sangat sukar. Perhitungan besarnya tingkat kesukaran soal uji coba dilakukan dengan bantuan program Anates versi 4.0.7. Rangkuman hasil perhitungan tingkat kesukaran

instrumen tes hasil belajar ranah kognitif dapat dilihat pada Lampiran D. I. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Soal tes yang sudah dianalisis dengan menggunakan program Anates versi 4.0.7 sehingga diperoleh nilai daya pembeda tiap item soal dalam bentuk angka, kemudian dikategorikan sesuai dengan Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Kategori Daya Pembeda

Batasan Kategori

D ≤ 0,20 Jelek

0,20 < D ≤ 0,40 Cukup

0,40 < D ≤ 0,70 Baik


(29)

54

Adapun hasil analisis daya pembeda butir soal terhadap hasil uji coba instrumen ditunjukkan pada Tabel 3.6. Dari Tabel 3.6, diperoleh informasi bahwa 4 soal (14 %) harus dibuang, 3 soal (10 %) , 11 soal (39 %) memiliki daya pembeda yang cukup, 4 soal (14 %) memiliki daya pembeda yang baik dan 2 soal (8 %) memiliki daya pembeda yang baik sekali. Perhitungan besarnya tingkat kesukaran soal uji coba dilakukan dengan bantuan program Anates versi 4.0.7. Rangkuman hasil perhitungan tingkat kesukaran instrumen tes hasil belajar ranah kognitif dapat dilihat pada Lampiran D. Analisis tingkat kesukaran dan daya pembeda butir soal dapat dilihat pada Tabel 3.6.


(30)

55

Tabel 3.5. Analisis Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Butir Soal No

soal

Tingkat kesukaran Daya Pembeda

Ket Nilai Kategori Nilai Kategori

1 0,76 Mudah 0,37 Cukup

2 0,10 SangatSukar 0,12 Kurang Dibuang

3 0,83 Mudah 0,50 Baik

4 0,80 Mudah 0,50 Baik

5 0,50 Sedang 0,75 Baik Sekali

6 0,16 Sukar 0,25 Cukup

7 0,63 Sedang 0,50 Baik

8 0,76 Mudah 0,25 Cukup

9 0,10 Sangat Sukar 0,37 Cukup

10 0,50 Sedang 0,87 Baik Sekali

11 0,43 Sedang 0,62 Baik

12 0,76 Mudah 0,62 Baik

13 0,70 Sedang 0,62 Baik

14 0,13 Sangat Sukar 0,12 Kurang Dibuang

15 0,30 Sukar 0,25 Cukup

16 0,73 Mudah 0,25 Cukup

17 0,16 Mudah 0,25 Cukup

18 0,36 Sedang 0,25 Cukup

19 0,26 Sukar 0,50 Baik

20 0,6 Sangat Sukar 0,12 Kurang Dibuang

21 0,16 Sukar 0,12 Kurang

22 0,20 Sukar 0,25 Cukup

23 0,70 Sukar 0,37 Cukup

24 0,73 Sukar 0,50 Baik

25 0,56 Sedang 0,50 Baik

26 0,23 Sukar 0,50 Baik

27 0,16 Sukar 0,25 Cukup

28 0,66 Sedang 0,62 Baik

A.Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang dianalisis adalah hasil tes kemampuan awal dan kemampuan akhir serta gain yang dinormalisasi dari hasil belajar ranah kognitif. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan Microsoft Office Excel 2007.


(31)

56

1. Pengolahan Data Hasil Belajar Ranah Kognitif dan Kemampuan Metakognitif Dalam melakukan pengolahan data hasil tes hasil belajar ranah kognitif dan kemampuan metakognitif siswa. Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan analisis deskriptif yang bertujuan untuk melihat gambaran umum pencapaian siswa yang terdiri dari rerata dan simpangan baku. Kemudian dilakukan analisis inferensial untuk melihat perbedaan dua rerata gain, interaksi beberapa faktor yang mempengaruhi pada kelas eksperimen sehingga hasil dari penelitian dapat digeneralisasikan.

Sebelum data hasil penelitian diolah, terlebih dahulu dipersiapkan beberapa hal, antara lain:

a) Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan alternatif jawaban dan pedoman penskoran yang digunakan.

b) Membuat tabel skor tes siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. c) Perhitungan Gain yang dinormalisasi

d) Menetapkan tingkat kesalahan atau tingkat signifikansi yaitu 5% ( ). Pengolahan data secara garis besar dilakukan dengan menggunakan bantuan pendekatan secara hierarkhi statistik. Data primer hasil tes siswa sebelum dan sesudah perlakuan, dianalisis dengan cara membandingkan skor tes awal dan tes akhir. Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus faktor gain < g > yang dikembangkan oleh Hake (1998) dengan rumus:

(3.1)

Keterangan :

Spost = skor tes akhir Spre = skor tes awal

Smaks = skor maksimum ideal


(32)

57

Kriteria:

Tabel 3.6. Kriteria Gain Normalisasi

<g> Kriteria <g> ≥ 0,7 Tinggi 0,3  <g> < 0,7 Sedang <g> < 0,3 Rendah

Pengolahan data rata-rata skor gain dinormalisasi dianalisis secara statistik dengan menggunakan software Microsoft Office Excel 2007. Sebelum dilakukan uji hipotesis, perlu dilakukan uji normalitas distribusi data dan uji homogenitas variansi data. Uraian uji normalitas distribusi data dan uji homogenitas variansi data sebagai berikut.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data yang menjadi syarat untuk menentukan jenis statistik yang digunakan dalam analisis selanjutnya. Sampel pada penelitian berjumlah 25 pada kelas eksperimen dan 25 pada kelas kontrol, maka Uji normalitas ini menggunakan Kormogorov-Smirnov. Pengujian Kormogorov-Smirnov menggunakan kecocokan kumulatif sampel X dengan distribusi normal. Distribusi probabilitas pada variabel tertentu di kumulasikan dan dibandingkan dengan kumulasi sampel. Selisih dari setiap bagian adalah selisih kumulasi dan selisih yang terbesar dijadikan patokan pada pengujian hipotesis. Rumusannya sebagai berikut:

Ho : Distribusi probabilitas X adalah distribusi probabilitas normal. H1 : Distribusi probabilitas X adalah bukan distribusi probabilitas normal.

Kriteria pengujian:

Tolak Ho jika amaks > atabel dan Terima Ho jika amaks < atabel

Keputusan pada taraf signifikansi 0,05 terima Ho berarti populasi berdistribusi normal.


(33)

58

2. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas antara dua kelas data dilakukan untuk mengetahui apakah varians kedua kelas homogen atau tidak homogen dengan rumus:

F=

(3.2)

Uji homogenitas ini menggunakan statistik uji Varians dengan kriteria pengujian: Ho diterima jika F(1-α)(n1-1) < F < F 1/2α (n1 -1)(n2-1)

H1 ditolak jika ≥ F F 1/2α (v1, v2)

Dengan dk pembilang = n dan dk penyebut = n

(Susetyo, B: 2010) 3. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan statistik non parametrik Uji Mann-Whitney atau U-tes digunakan untuk menguji dua kelompok independen atau saling bebas yang ditarik dari suatu populasi. Tes ini digunakan karena skala pengukuran lebih rendah dari skala interval dan asumsi distribusi normalitas sampel dan homogenitas tidak terpenuhi.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk pengujian U-tes sebagai berikut:

a. Menggabungkan data kelompok kelompok 1 dan kelompok 2, kemudian memberi rangking pada data terkecil hingga data terbesar atau sebaliknya. b. Menghitung jumlah rangking pada masing-masing kelompok data

c. Jumlah rangking yang terkecil diambil atau U dijadikan dasar untuk pengujian hipotesis dengan melakukan perbandingan dengan tabel yang dibuat khusus untuk uji Mann-Whitney.

Rumus yang digunakan untuk menghitung U untuk sampel kecil adalah:

U = n1n2 + (3.3)


(34)

59

Ekivalen dengan

U = n1n2 + (3.4) Dimana:

R1 = jumlah rangking dengan ukuran sampel n1 R2 = jumlah rangking dengan ukuran sampel n2

Untuk pengujian dengan sampel kelompok 1 (n1) dan kelompok 2 (n2) lebih besar dari 20 distribusi sampling U mendekati distribusi normal dengan:

Rata-rata (μu) = (3.5)

Simpangan Baku ( σ u) = √ (3.6)

Taraf nyata atau taraf signifikasi α = 0,05. Tabel distribusi normal baku yang digunakan karena n1 dan n2 > 20.

Kriteria penolakan satu sisi, Ho ditolak jika harga Zhitung > Ztabel, dan Ho diterima jika Zhitung < Z.

(Susetyo, B :2010)

2. Keterlaksanaan Model Pembelajaran

Data aktivitas guru dalam proses pembelajaran model quantum taeching diukur dengan mengunakan lembar observasi dan dianalisis menggunakan persentase keterlaksanaan pembelajaran. Lembar hasil observasi diinterpretasikan dengan cara jika aspek terlaksana mendapat skor 1, dan tidak terlaksana mendapat skor 0. Pengolahan data diambil dari banyaknya skor yang diperoleh dari setiap point keterlaksanaan aktivitas, persentase keterlaksanaan aktivitas pembelajaran secara keseluruhan dengan menggunakan perhitungan dibawah ini.

% 100 x SkorTotal

bservasi SkorHasilO

tas naanAktivi Keterlaksa

Persentase


(35)

60

3. Menghitung Persentase Skala Sikap Guru dan Siswa terhadap Pembelajaran dengan Metode Quantum Teaching

Tes Skala sikap guru dan siswa dihitung dengan mengunakan skala Likert. Setiap guru dan siswa diminta untuk menjawab suantu pernyataan dengan pilihan jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Untuk pernyataan positif dikaitkan dengan nilai SS = 4,S= 3, TS = 2 dan STS= 1 dan sebaliknya (Sujana, 2011:137). Persentase siswa dan guru terhadap pelaksanaan pembelajaran model quantum teaching mengunakan perhitungan dibawah ini:

% Persetujuan:

=

x 100% (3.13)

Penyajian data secara lengkap tentang keterlaksanaan pembelajaran, tanggapan guru dan siswa terhadap pembelajaran dapat dilihat pada Lampiran D.


(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan:

1. Pembelajaran Model Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

2. Pembelajaran Model Quantum Teaching dapat meningkatkan kemampuan metakognitif siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

3. Terdapat hubungan positif antara kemampuan metakognitif dan hasil belajar ranah kognitif. Semakin meningkat kemampuan metakognitif seorang siswa maka hasil belajarnya juga akan meningkat dan sebaliknya jika hasil belajar yang tinggi menunjukankan bahwa siswa mempunyai kemampuan metakognitif yang tinggi.

4. Guru dan siswa memberikan persetujuan terhadap penerapan model quantum teaching.

B. Saran

Selama pelaksanaan penelitian ini terdapat beberapa kelemahan diantaranya yaitu:

1. Penerapan Pembelajaran model quantum teaching pada penelitian ini, hanya sebatas ingin mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar ranah kognitif dan kemampuan metakognitif. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan mengembangkan indikatorkor-indikator kemampuan metakognitif yang terintegrasi dalam tahapan pembelajaran quantum teaching dengan penekanan pada pemecahan masalah.

2. Skala sikap yang digunakan untuk mengukur kemampuan metakognitif, hendaknya dilakukan ujicoba terlebih dahulu untuk mengukur keterbacaannya. Skala sikap yang dibuat dengan mengunakan pernyataan yang mudah dipahami dan tidak bermakna ganda untuk memudahkan siswa


(37)

85

pada saat menjawab, guru membimbing siswa dalam memberikan jawaban terhadap pernyataan skala sikap karena terdapat 52 item pernyataan.Skala sikap yang digunakan untuk mengukur kemampuan metakognitif sebaiknya jumlah item untuk setiap indikator yang akan diukur berjumlah sama.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (1999). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Andreson & Krathwohl (2010). Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asasment (revisi Taksonomi Bloom) cetakan I, Jogjakarta: Pustaka belajar.

Arends, R. I. (1997). Classroom Instruction and Management. New York: McGraw Hill Companies, Inc.

--- (1998). Learning to Teach. New York: Mc Grow Hill. Inc

Arikunto, S. (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi VI). Jakarta: Bumi Aksara

--- (2009). Prosedur Penelitian Edisi Revisi, Cetakan ke IX. Jakarta: Rieka Cipta

Basith,A. (2010). Hubungan keterampilan metakognitif dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD dengan strategi pembelajaran jigsaw dan think share (TPS). Skripsi Universitas Negeri Malang: Tidak diterbitkan

Buzan, T. (1989). Use Both Sides of Yoru Brain, 3rd ed. New York: Penguin Books

.

Corebima, A. D. 2006a. Metakognisi: Suatu Ringkasan Kajian. Makalah disajikan dalam Pelatihan Strategi Metakognitif pada Pembelajaran Biologi untuk Guru-guru Biologi SMA, Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat (LPKM) UNPAR, Palangkaraya, 23 Agustus.

Costa, A. L. (1985). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development.


(39)

85

Crow, L.W. (1989). The Nature of Critical Thinking. Journal of College Science Teaching, November: 114-116.

Dahar, R.W. (1988). Teori-teori Belajar. Jakarta: Depdikbud. P2LPTK.

Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 SMA: Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Fisika. Jakarta: Depdiknas.

DePoter, B, dkk (2001). Quantum Teaching: Mempraktekkan Quantum Learning Di Ruang- Ruang Kelas. Bandung: Kaifa

DePorter, B. & Mike H.(1999). Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Penerbit KAIFA.

--- (2000). Quantum Business: Membiasakan Bisnis secara Etis dan Sehat. Bandung: Penerbit KAIFA.

Dirkes, M. A. 1998. Selfdirected Thingking In Curriculum Roeper Review, 11 (2), 92-94.

Djiwandono, S. E. W., 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.

Eggen, P.D dan D.P. Kauchak.( 1996). Strategies for Teachers. Boston: Allyn and Bacon

Flavell, J. H. (1979). Metacognition and cognitive monitoring: A new area of cognitive-developmental inquiry. American Psychologist, 34, 906-911.

... (1999).Cognitive development: childrens knowledge about themind,

Annual review of psychology (online)

Available:http:/www.findarticles.com/ cf_dls/ m0961/ 1999_Annual/ 54442292/ p1/article.html (diakses 23 Februari 2013)


(40)

86

Gardner, H. (1985). Frame of Mind: The Theory of Multiple Ilntelligences. New York: Basic Bools.

Goleman, D. (2007). Emotional Intelligence: Mengapa EI Lebih Penting dari pada IQ. Terjemahan oleh Hermaya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Hamalik, O (2003). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara

Hake, R.R (1998). Interactive-Engagement Versus TradisionalMethods: A six Thousand-student Survey of mechanics Tes Data For Introductory Physics Cuourse, Am.J.Phys. 66 (1) 64-74

Hollingworth, R. W., & Mcloughlin, C. 2001. Developing Science Student’s Metacognitive Problem Solving Skills. Journal of Educational Technology. Australian, 17(1),

Howard, J. B. (2004). Metacognitive Inquiry. School of Education Elon University, (Online), diakses 30 januari 2013.

Imel, S. (2002). Metacognitive Skills for Adult Learning. Trends and Issues Alert no. 39. (online), http://www.cete.org/acve/docs/tia00107.pdf diakses 4 Maret 2013

... (2004). Metacognitien: background Brief from the OLRC. News.,(online),(http://www.google.co.id/search?q=metacognition+backgrou nd+brief&hl=id&start=10&sa=N, diakses tanggal, diakses 4 Maret 2013)

Jonassen, D.(2000). Toward a Design Theory of Problem Solving To Appear in Educational Technologi : Research and Depelopement. [online] http://www.coe.missouri.edu/~jonassen/PSPaper%20 final.pdf diases 4 Maret 2013


(41)

87

Kuswana, S. W (2011). Taksonomi Berpikir. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Iin Yustina, dkk (2012). Korelasi Antara Keterampilan Metakognitif Dengan

Hasil Belajar Siswa di SMAN 1 Mojokerto.Unesa Journal of Chemical Education Vol.. 1, No. 2, pp. 78-83 September 2012 ISSN: 2252-9454

Longman, W. (2001). A Taxonomi and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomi of educational Objectives; A bridged Edition, Inc

Ma’aruf, S. & Susanti (2007). “Peningkatan motivasi belajar melalui penerapan model Pembelajaran Quantum Teaching dengan Pendekatan Multi Kecerdasan di SMA Negeri I Kampar”.Jurnal Geliga Sains. 1 (1), 1-8 Matlin.M.W. (1994). Cognition, By Holt, Rinehart and Winston, Inc., United

States of America.

Miranda,Y. (2010). “Dampak Pembelajaran Metakognitif dengan Strategi Kooperatif terhadap kemampuan Metakognitif Siswa dalam Mata Pelajaran Biologi di SMA Negeri Palangka Raya”. Jurnal Penelitian Kependidikan, TH 20, NO 2, 187-201

Meier, D.(2000). The Accelerated Learning Handbook. New York: McGraw- Hill.

Muhibbinsyah. (2002). Psikologi Pendidikan Dalam Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

.

Mulyana, E (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Naim, M (2009). Penerapan Metode Quantum Learning dengan Teknik Peta pikiran (Mind Mapping) Dalam Pembelajaran Fisika. Jurnal ilmiah Kretif Vol VI.


(42)

88

Olivia, F. (2010). Visual Mapping.Memaksimalkan Otak Kiri dan Kanan melalui Pemetaan Visual. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Kompas Gramedia.

Panaoura, A & Philippou, G. Tanpa tahun. The Measurement of Young Pupil’s Metacognitive Ability in Mathematics: The case of Self-Representation and Self Evaluation. (on line), (diakses tanggal 20 Februari 2013).

Peters, M. (2000). Does Constructivist Epistemology Have a Place in Nurse Education. Journal of Nursing Education 39, no. 4: 166-170.

Phillips, J. A., Tanpa Tahun. Metakognisi. Malaysia: Faculty of Education, Arts & Social Sciences Open University Malaysia, (Online), (e-mail: johnarul@oum.edu.my . website: http://www.oum.edu.my , diakses 28 januari 2013).

Pressley, M., Tanpa tahun. Metacognition in Literacy Learning: Then, Now, and in the Future. Michigan State University,(Online), (http://www.msularc.org/IsraelBlockChapter.pdf, diakses 28 Januari 2013). Riduan, S. (2010). Pengantar Statistika Untuk Penelitian.cetakan ketiga.

Bandung: Alfabeta

Riduan (2010). Belajar Mudah Penelitian.cetakan keenam. Bandung: Alfabeta Rustaman, N. Y (2008). Kebiasaan Berpikir Dalam Pembelajaran Sains dan

Asesmennya.FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung 17-19 November 2008.


(43)

89

Schraw, G. & Dennison, R.S. (1994). Assessing Metacognitive Awareness. Contemporary Educational Psychology, 19, 460-475.

Slameto (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Silberman, M. L.(1996). Active Learning: 101 Step to Teach Any Subject. Massachusetts: A Simon and Schuster Company.

Slavin, R.E.(2000). Educational Psycology. Boston: Allyn and Bacon

Sugiyono.(2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed methods). Bandung: Alfabeta.

Susetyo, B (2010). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Refika Aditama

Sudjana, N. (1989). Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset

---(2001). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito

Sudjono, A. (2008). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada

Susilo, H. (2007). Pengembangan Kemampuan Berpikir dan Assessmen dalam Strategi Kooperatif. Makalah disajikan dalam Pelatihan Pengembangan Asesmen Autentik dan Kemampuan Berpikir serta Implementasinya dalam Pembelajaran Kooperatif. Universitas Muhammadiyah. Malang. 29 Januari. Sukmadinata & As’ari.(2006).Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi di

PT. Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Universitas Pendidikan Indonesia (2010). Pedoman Penulisan Karya Imiah. Bandung: UPI


(44)

90

Winarno, R., Susilo, H., Soebagio. 2000. Draft Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Sains dengan Pendekatan STM. Jakarta: Kantor Menristek dan Dewan Riset Nasional LIPI.

Winarso (2003). Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Hipotetik Deduktif dan Penguasaan Konsep Kalor Siswa Kelas II SLTP. Bandung: Tesis SPS UPI. Tidak Diterbitkan

Winn, W. & Snyder D. (1996). Cognitive perspectives in pyschology. In D.H. Jonassen, ed. Handbook of research for educational communications and technology, 112-142. New York: Simon & Schuster Macmillan [ON LINE} Tersedia:http://coe.sdsu.edu/eet/Articles/metacognition/start.htm (akses 20 Februari2013)


(1)

Crow, L.W. (1989). The Nature of Critical Thinking. Journal of College Science Teaching, November: 114-116.

Dahar, R.W. (1988). Teori-teori Belajar. Jakarta: Depdikbud. P2LPTK.

Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 SMA: Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Fisika. Jakarta: Depdiknas.

DePoter, B, dkk (2001). Quantum Teaching: Mempraktekkan Quantum Learning Di Ruang- Ruang Kelas. Bandung: Kaifa

DePorter, B. & Mike H.(1999). Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Penerbit KAIFA.

--- (2000). Quantum Business: Membiasakan Bisnis secara Etis dan Sehat. Bandung: Penerbit KAIFA.

Dirkes, M. A. 1998. Selfdirected Thingking In Curriculum Roeper Review, 11 (2), 92-94.

Djiwandono, S. E. W., 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.

Eggen, P.D dan D.P. Kauchak.( 1996). Strategies for Teachers. Boston: Allyn and Bacon

Flavell, J. H. (1979). Metacognition and cognitive monitoring: A new area of cognitive-developmental inquiry. American Psychologist, 34, 906-911.

... (1999).Cognitive development: childrens knowledge about themind,

Annual review of psychology (online)

Available:http:/www.findarticles.com/ cf_dls/ m0961/ 1999_Annual/ 54442292/ p1/article.html (diakses 23 Februari 2013)


(2)

Gardner, H. (1985). Frame of Mind: The Theory of Multiple Ilntelligences. New York: Basic Bools.

Goleman, D. (2007). Emotional Intelligence: Mengapa EI Lebih Penting dari pada IQ. Terjemahan oleh Hermaya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Hamalik, O (2003). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara

Hake, R.R (1998). Interactive-Engagement Versus TradisionalMethods: A six Thousand-student Survey of mechanics Tes Data For Introductory Physics Cuourse, Am.J.Phys. 66 (1) 64-74

Hollingworth, R. W., & Mcloughlin, C. 2001. Developing Science Student’s

Metacognitive Problem Solving Skills. Journal of Educational Technology. Australian, 17(1),

Howard, J. B. (2004). Metacognitive Inquiry. School of Education Elon University, (Online), diakses 30 januari 2013.

Imel, S. (2002). Metacognitive Skills for Adult Learning. Trends and Issues Alert no. 39. (online), http://www.cete.org/acve/docs/tia00107.pdf diakses 4 Maret 2013

... (2004). Metacognitien: background Brief from the OLRC.

News.,(online),(http://www.google.co.id/search?q=metacognition+backgrou nd+brief&hl=id&start=10&sa=N, diakses tanggal, diakses 4 Maret 2013)

Jonassen, D.(2000). Toward a Design Theory of Problem Solving To Appear in Educational Technologi : Research and Depelopement. [online] http://www.coe.missouri.edu/~jonassen/PSPaper%20 final.pdf diases 4 Maret 2013


(3)

Kuswana, S. W (2011). Taksonomi Berpikir. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Iin Yustina, dkk (2012). Korelasi Antara Keterampilan Metakognitif Dengan

Hasil Belajar Siswa di SMAN 1 Mojokerto.Unesa Journal of Chemical Education Vol.. 1, No. 2, pp. 78-83 September 2012 ISSN: 2252-9454

Longman, W. (2001). A Taxonomi and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomi of educational Objectives; A bridged Edition, Inc

Ma’aruf, S. & Susanti (2007). “Peningkatan motivasi belajar melalui penerapan

model Pembelajaran Quantum Teaching dengan Pendekatan Multi

Kecerdasan di SMA Negeri I Kampar”.Jurnal Geliga Sains. 1 (1), 1-8 Matlin.M.W. (1994). Cognition, By Holt, Rinehart and Winston, Inc., United

States of America.

Miranda,Y. (2010). “Dampak Pembelajaran Metakognitif dengan Strategi

Kooperatif terhadap kemampuan Metakognitif Siswa dalam Mata Pelajaran Biologi di SMA Negeri Palangka Raya”. Jurnal Penelitian Kependidikan, TH 20, NO 2, 187-201

Meier, D.(2000). The Accelerated Learning Handbook. New York: McGraw- Hill.

Muhibbinsyah. (2002). Psikologi Pendidikan Dalam Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

.

Mulyana, E (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Naim, M (2009). Penerapan Metode Quantum Learning dengan Teknik Peta pikiran (Mind Mapping) Dalam Pembelajaran Fisika. Jurnal ilmiah Kretif Vol VI.


(4)

Olivia, F. (2010). Visual Mapping.Memaksimalkan Otak Kiri dan Kanan melalui Pemetaan Visual. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Kompas Gramedia.

Panaoura, A & Philippou, G. Tanpa tahun. The Measurement of Young Pupil’s

Metacognitive Ability in Mathematics: The case of Self-Representation and Self Evaluation. (on line), (diakses tanggal 20 Februari 2013).

Peters, M. (2000). Does Constructivist Epistemology Have a Place in Nurse Education. Journal of Nursing Education 39, no. 4: 166-170.

Phillips, J. A., Tanpa Tahun. Metakognisi. Malaysia: Faculty of Education, Arts & Social Sciences Open University Malaysia, (Online), (e-mail: johnarul@oum.edu.my . website: http://www.oum.edu.my , diakses 28 januari 2013).

Pressley, M., Tanpa tahun. Metacognition in Literacy Learning: Then, Now, and in the Future. Michigan State University,(Online), (http://www.msularc.org/IsraelBlockChapter.pdf, diakses 28 Januari 2013).

Riduan, S. (2010). Pengantar Statistika Untuk Penelitian.cetakan ketiga. Bandung: Alfabeta

Riduan (2010). Belajar Mudah Penelitian.cetakan keenam. Bandung: Alfabeta

Rustaman, N. Y (2008). Kebiasaan Berpikir Dalam Pembelajaran Sains dan Asesmennya.FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung 17-19 November 2008.


(5)

Schraw, G. & Dennison, R.S. (1994). Assessing Metacognitive Awareness.

Contemporary Educational Psychology, 19, 460-475.

Slameto (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Silberman, M. L.(1996). Active Learning: 101 Step to Teach Any Subject.

Massachusetts: A Simon and Schuster Company.

Slavin, R.E.(2000). Educational Psycology. Boston: Allyn and Bacon

Sugiyono.(2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi

(Mixed methods). Bandung: Alfabeta.

Susetyo, B (2010). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Refika Aditama

Sudjana, N. (1989). Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset

---(2001). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito

Sudjono, A. (2008). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada

Susilo, H. (2007). Pengembangan Kemampuan Berpikir dan Assessmen dalam Strategi Kooperatif. Makalah disajikan dalam Pelatihan Pengembangan Asesmen Autentik dan Kemampuan Berpikir serta Implementasinya dalam Pembelajaran Kooperatif. Universitas Muhammadiyah. Malang. 29 Januari.

Sukmadinata & As’ari.(2006).Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi di

PT. Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Universitas Pendidikan Indonesia (2010). Pedoman Penulisan Karya Imiah. Bandung: UPI


(6)

Winarno, R., Susilo, H., Soebagio. 2000. Draft Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Sains dengan Pendekatan STM. Jakarta: Kantor Menristek dan Dewan Riset Nasional LIPI.

Winarso (2003). Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Hipotetik Deduktif dan Penguasaan Konsep Kalor Siswa Kelas II SLTP. Bandung: Tesis SPS UPI. Tidak Diterbitkan

Winn, W. & Snyder D. (1996). Cognitive perspectives in pyschology. In D.H. Jonassen, ed. Handbook of research for educational communications and technology, 112-142. New York: Simon & Schuster Macmillan [ON LINE} Tersedia:http://coe.sdsu.edu/eet/Articles/metacognition/start.htm (akses 20 Februari2013)