TINDAKAN HUKUM YANG DAPAT DIAMBIL AHLI WARIS KORBAN KECELAKAAN SUKHOI SUPERJET 100 DIHUBUNGKAN DENGAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG ACARA GUGATAN PERWAKILAN KELOMPOK.
ABSTRAK
Pertanggungjawaban para pihak yang terlibat dalam jatuhnya
pesawat Sukhoi Superjet 100 serta mekanisme gugatan terhadap
pendistribusian ganti kerugian yang dapat dimohonkan oleh ahli waris
dalam menuntut ganti rugi terhadap pihak-pihak yang bertanggung jawab
atas jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100, dilakukan menurut ketentuan
Permen No. 77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkutan Udara.
Permasalahan Hukum di dalam Legal Memorandum ini adalah bagaimana
tanggung jawab hukum pengangkut atas kecelakaan pesawat Sukhoi
dalam perspektif Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan (Undang-Undang Penerbangan) Jo. Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab
Pengangkut Angkutan Udara (Permen No. 77 Tahun 2011) dan Buku III
KUH Perdata serta tindakan hukum apa yang dapat dilakukan oleh ahli
waris dalam menuntut ganti kerugian terhadap para pihak yang
bertanggungjawab atas jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100.
Penulisan memorandum hukum ini dikaji dengan metode yuridis
normatif, yaitu penelitian yang menekankan pada ilmu hukum sehingga
data yang digunakan selalu berpegang pada segi yuridis yaitu melalui
studi pustaka dan berbagai literatur yang berkaitan dengan mempelajari
konsep-konsep, teori-teori serta ketentuan-ketentuan yang menyangkut
hukum acara gugatan perwakilan kelompok (class action) terhadap ganti
rugi pada kecelakaan Sukhoi Superjet 100 baik dari segi penerapan
maupun penegakan hukum.
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa Tanggung jawab
hukum pengangkut atas kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 dalam
perspektif Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
Jo. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 tentang
Tanggung Jawab Pengangkutan Udara terkait konsep, bentuk, dan
pendistribusian ganti kerugian oleh Sukhoi, PT. Trimarga Rekatama, dan
PT. Angkasa Pura II adalah tidak dapat diterapkan secara langsung
karena pertanggungjawaban hukum secara langsung terhadap Sukhoi
berlaku yurisdiksi kompetensi mengadili yang berbeda dengan PT.
Trimarga Rekatama dan PT. Angkasa Pura yang dibebankan tanggung
jawab hukum beradasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
di Indonesia. Tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh ahli waris dalam
menuntut ganti kerugian terhadap para pihak yang bertanggung jawab
atas jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 adalah mengajukan gugatan
secara kelompok (class action) kepada Mahkamah Agung untuk menguji
keabsahan penerapan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Jo. Permen
No. 77 Tahun 2011 karena para ahli waris memiliki hak prosedural yang
diberikan oleh peraturan perundang-undangan dalam upaya menghindari
kerugian di kemudian hari sebagai bentuk perwujudan penerbangan
nasional yang digariskan oleh Undang-Undang Penerbangan.
v
Pertanggungjawaban para pihak yang terlibat dalam jatuhnya
pesawat Sukhoi Superjet 100 serta mekanisme gugatan terhadap
pendistribusian ganti kerugian yang dapat dimohonkan oleh ahli waris
dalam menuntut ganti rugi terhadap pihak-pihak yang bertanggung jawab
atas jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100, dilakukan menurut ketentuan
Permen No. 77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkutan Udara.
Permasalahan Hukum di dalam Legal Memorandum ini adalah bagaimana
tanggung jawab hukum pengangkut atas kecelakaan pesawat Sukhoi
dalam perspektif Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan (Undang-Undang Penerbangan) Jo. Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab
Pengangkut Angkutan Udara (Permen No. 77 Tahun 2011) dan Buku III
KUH Perdata serta tindakan hukum apa yang dapat dilakukan oleh ahli
waris dalam menuntut ganti kerugian terhadap para pihak yang
bertanggungjawab atas jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100.
Penulisan memorandum hukum ini dikaji dengan metode yuridis
normatif, yaitu penelitian yang menekankan pada ilmu hukum sehingga
data yang digunakan selalu berpegang pada segi yuridis yaitu melalui
studi pustaka dan berbagai literatur yang berkaitan dengan mempelajari
konsep-konsep, teori-teori serta ketentuan-ketentuan yang menyangkut
hukum acara gugatan perwakilan kelompok (class action) terhadap ganti
rugi pada kecelakaan Sukhoi Superjet 100 baik dari segi penerapan
maupun penegakan hukum.
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa Tanggung jawab
hukum pengangkut atas kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 dalam
perspektif Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
Jo. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 tentang
Tanggung Jawab Pengangkutan Udara terkait konsep, bentuk, dan
pendistribusian ganti kerugian oleh Sukhoi, PT. Trimarga Rekatama, dan
PT. Angkasa Pura II adalah tidak dapat diterapkan secara langsung
karena pertanggungjawaban hukum secara langsung terhadap Sukhoi
berlaku yurisdiksi kompetensi mengadili yang berbeda dengan PT.
Trimarga Rekatama dan PT. Angkasa Pura yang dibebankan tanggung
jawab hukum beradasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
di Indonesia. Tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh ahli waris dalam
menuntut ganti kerugian terhadap para pihak yang bertanggung jawab
atas jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 adalah mengajukan gugatan
secara kelompok (class action) kepada Mahkamah Agung untuk menguji
keabsahan penerapan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Jo. Permen
No. 77 Tahun 2011 karena para ahli waris memiliki hak prosedural yang
diberikan oleh peraturan perundang-undangan dalam upaya menghindari
kerugian di kemudian hari sebagai bentuk perwujudan penerbangan
nasional yang digariskan oleh Undang-Undang Penerbangan.
v