Implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Pemberdayaan Dan Kesejahteraan Keluarga Ditinjau Dari Prespektif Hukum Administrasi Negara (Studi Di Kabupaten Kutai Timur)

(1)

IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DITINJAU DARI

PRESPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (STUDI DI KABUPATEN KUTAI TIMUR)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH:

YEGAR SAHADUTHA NIM: 110200055

DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DITINJAU DARI

PRESPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (STUDI DI KABUPATEN KUTAI TIMUR)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH:

YEGAR SAHADUTHA NIM: 110200055

DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA Disetujui/Diketehui Oleh:

KETUA DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Suria Ningsih, S.H., M.Hum NIP. 196002141987032002

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Suria Ningsih, S.H., M.Hum Boy Laksamana, SH., M.Hum NIP. 196002141987032002 NIP. 197503202009121002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang dengan rahmat dan berkat-Nya, memberikan kesehatan, kesabaran, maupun kelapangan pikiran kepada penulis sehingga skripsi ini telah selesai di kerjakan.

Skripsi ini berjudul : Implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Ditinjau dari Prespektif Hukum Administrasi Negara ( Studi di Kabupaten Kutai Timur ). Skripsi ini membahas tentang kendala dan upaya Kementerian Dalam Negeri melalui Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga dalam mendukung pemerintah mempercepat terwujudnya kesejahteraan keluarga dan masyarakat, melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan partisipasi masyarakat. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan dalam rangka mencapai gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Departemen Hukum Administrasi Negara.

Dalam proses penulisan Skripsi ini, Penulis telah mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum Selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, S.H, M.H, DFM Selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. OK Saidin, S.H., M.Hum DFM Selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(4)

5. Ibu Suria Ningsih, S.H., M.Hum Selaku Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara juga selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama proses penulisan skripsi.

6. Bapak Boy Laksamana, S.H., M.Hum Selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan Penulis selama proses Penulisan skripsi.

7. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar di Fakultas Hukum Universitsas Sumatera Utara yang telah mengajar dan membimbing penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

8. Seluruh Staf Tata Usaha dan Staf Administrasi Perpustakaan serta para pegawai di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

9. Ibu Hj. Nor Baiti Isran, A.Md , Ketua Pengurus Tim Penggerak Pemberdayaan Dan Kesejahteraan Keluarga Kabupaten Kutai Timur, Terima kasih telah menjadi narasumber untuk melengkapi data-data skripsi.

10.Ibu Ir. Hj. Siti Robi’ah , Wakil Ketua Pengurus Tim Penggerak Pemberdayaan Dan Kesejahteraan Keluarga Kabupaten Kutai Timur, Terima kasih telah menjadi narasumber untuk melengkapi data-data skripsi.

11.Bapak Moh. Hatta, SE , Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Bapemas dan Pemdes, Terima kasih telah menjadi narasumber untuk melengkapi data-data skripsi.

12.Ibu Dra. Hj. Rini Indarti D.H, Ketua TP PKK Kecamatan Sangatta Utara, Kabupaten Kutai Timur yang telah menjadi Narasumber dan memberikan Laporan kegiatan TP PKK Kecamatan untuk melengkapi data skripsi.

13.Anggota TP PKK Kabupaten Kutai Timur, khususnya Ibu Septianti ( Skretariat ) yang memeberikan dukungan laporan kerja dan kegiatan TP PKK Kabupaten Kutai Timur sehingga penulis dapat menganalisa dan memperoleh data yang sangat akurat sebagai bahan tulisan di Skripsi ini.


(5)

14.Kepada kedua orang tua saya Papa Ajuan Simatupang dan Ibunda Tatiyana Ester Panjaitan yang membesarkan saya dan selalu memberikan dukungan moral dan materiil serta doa dan kasih sayang sedari saya kecil. Tanpa cinta, dukungan dan doanya sangat sulit bagi Penulis untuk mencapai cita-citanya. Skripsi ini Penulis persembahkan buat Papa dan Ibunda.

15.Kepada adik saya, Atalaya Nethaniah yang sangat peduli serta memberikan perhatian dan semangat agar saya dapat terus bisa bergerak maju dan menyelesaikan dengan serius Skripsi ini. Terimakasih atas doa dan dukungannya selama ini.

16.Kepada teman yang spesial Metalia terima kasih telah memberi dukungan, semangat dan mendoakanku, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

17.Kepada sahabat-sahabat yang penulis sayangi : Calvin Benyamin Panjaitan, Merico Sitorus, Patuan Arif Sihombing, Tyan Puspita Dewi, Boy Christian Tobing, Tondi Maratua Harahap. Terimakasih atas doa, dukungan dan bantuannya selama ini.

18.Kepada seluruh teman-teman Grup A dan stambuk 2011 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Demikianlah Penulis Sampaikan, Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan.

Medan, Oktober 2015 Hormat Penulis

Yegar Sahadutha NIM : 110200055


(6)

ABSTRAK Yegar Sahadutha* Suria Ningsih, SH.M.Hum** Boy Laksamana, SH.M.Hum***

Hakekat pembangunan Nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Kesejahteraan keluarga dan masyarakat dapat dilaksanakan dengan baik antara lain, apabila Pemerintah secara efektif memperhatikan kebutuhan dan keperluan masyarakatnya secara terperinci dan bertanggungjawab dalam pelaksanaan program dilapangan, juga Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)yang mendukung pemerintah maka di bentuknya mitra kerja pemerintah melalui gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga. Kegiatan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang merupakan bagian dari pembangunan Nasional yang terus menerus selaras dengan dinamika pembangunan. Kegiatan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di daerah merupakan bagian integral dari kegiatan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) secara nasional, yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu di setiap Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan Sampai kelompok-kelompok Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan Dasawisma. Adapun dalam pelaksanaan program dan Kegiatan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) secara terpadu dilaksanakan oleh kelompok kerja (Pokja) yang terbagi menjadi 4 , dengan berpedoman pada 10 Program Pokok Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang di tuangkan dalam Permendagri No. 1 Tahun 2013 Pasal 5 Ayat 2.

Adapun metode penelitian dilakukan dengan pengambilan data, dan penelitian ini menggunakan kepustakaan, yaitu penelitian terhadap data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan studi dokumen atau bahan pustaka.

Hasil dalam skripsi ini, bahwa dalam mendukung program dan kegiatan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) sebagai mitra kerja pemerintah harus berpedoman terhadap Permendagri No. 1 Tahun 2013 , sehingga adanya sinergi pada , Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan Sampai kelompok-kelompok Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan Dasawisma. Dalam skripsi ini juga akan mendiskripsikan bagaimana kerja sama antara Pemerintah Kabupaten Kutai Timur dengan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kabupaten Kutai timur yang memliki tujuan yang sama dalam mensejahterakan masyarakatnya.

Kata Kunci : Implementasi, Pokok Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Pemerintah, Kesejahteraan

____________________

* Mahasiswa, Departemen Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum USU

** Dosen Pembimbing I, Departemen Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum USU *** Dosen Pembimbing II, Departemen Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum USU


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iii

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan... 10

D. Keaslian Penelitan... 12

E. Tinjauan Kepustakaan... 13

F. Metode Penelitian... 19

G. Sistematika Penulisan... 21

BAB II : BAGAIMANA PERANAN PEMERINTAH DI DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI GERAKAN DAN PEMBERDAYAAN KESEJAHTERAAN KELUARGA………. 24

A. Peranan Pemerintah di dalam pemberdayaan masyarakat melalui gerakan dan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga berdasarkan Undang Undang Dasar 1945 ... 24

B. Peranan Pemerintah di dalam Pemberdayaan Masyarkat melalui Gerakan dan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga berdasarkan Undang-Undang 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga... 31


(8)

C. Peranan Pemerintah Daerah di dalam Pemberdayaan Masyarakat melalui Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah ... 35 D. Peranan Desa dan Kelurahan di dalam Pemberdayaan Masyarakat Melalui

Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa dan Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan... 38 E. Peranan Kementerian Dalam Negeri di Dalam Pemberdayaan Masyarakat

melalui Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 Tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan... 42 BAB III : IMPLEMENTASI PERMENDAGRI NOMOR 1 TAHUN 2013 DALAM

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DI TP PKK KABUPATEN KUTAI TIMUR ... 51

A. Legalitaas Susunan Pengurus Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Kabupaten Kutai Timur ... 51

B. Pelaksanaan Program Pokok Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga di TP-PKK Kabupaten Kutai Timur ... 56 1. Dasar Pemikiran Pelaksanaan Program Pokok Gerakan Pemberdayaan


(9)

2. Penerapan 10 Program Pokok Pemberdayaan dan Kesejahteraan

Keluarga... 58

3. Aktualisasi Kegiatan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kabupaten Kutai Timur pada Periode 2013-2014... 88

C. Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Gerakan Pemberdayaan Masyarakat melalui gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluargadi TP-PKK Kabupaten Kutai Timur... 104

D. Pendanaan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Kabupaten Kutai Timur guna mendukung Program Kerja... 107

BAB IV : HAMBATAN DALAM PENYELENGGARAAN GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DI TP PKK KABUPATEN KUTAI TIMUR... 110

A. Legalitas Susunan Pengurus Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Kecamatan Sangatta Utara, Kabupaten Kutai Timur ... 110

1. Analisis Hukum Mengenai Legalitas Susunan Pengurus Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga di Kecamatan Kabupetn Kutai Timur... 117

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN... 119

A. Kesimpulan... 119

B. Saran... 121 DAFTAR PUSTAKA


(10)

ABSTRAK Yegar Sahadutha* Suria Ningsih, SH.M.Hum** Boy Laksamana, SH.M.Hum***

Hakekat pembangunan Nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Kesejahteraan keluarga dan masyarakat dapat dilaksanakan dengan baik antara lain, apabila Pemerintah secara efektif memperhatikan kebutuhan dan keperluan masyarakatnya secara terperinci dan bertanggungjawab dalam pelaksanaan program dilapangan, juga Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)yang mendukung pemerintah maka di bentuknya mitra kerja pemerintah melalui gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga. Kegiatan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang merupakan bagian dari pembangunan Nasional yang terus menerus selaras dengan dinamika pembangunan. Kegiatan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di daerah merupakan bagian integral dari kegiatan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) secara nasional, yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu di setiap Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan Sampai kelompok-kelompok Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan Dasawisma. Adapun dalam pelaksanaan program dan Kegiatan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) secara terpadu dilaksanakan oleh kelompok kerja (Pokja) yang terbagi menjadi 4 , dengan berpedoman pada 10 Program Pokok Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang di tuangkan dalam Permendagri No. 1 Tahun 2013 Pasal 5 Ayat 2.

Adapun metode penelitian dilakukan dengan pengambilan data, dan penelitian ini menggunakan kepustakaan, yaitu penelitian terhadap data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan studi dokumen atau bahan pustaka.

Hasil dalam skripsi ini, bahwa dalam mendukung program dan kegiatan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) sebagai mitra kerja pemerintah harus berpedoman terhadap Permendagri No. 1 Tahun 2013 , sehingga adanya sinergi pada , Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan Sampai kelompok-kelompok Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan Dasawisma. Dalam skripsi ini juga akan mendiskripsikan bagaimana kerja sama antara Pemerintah Kabupaten Kutai Timur dengan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kabupaten Kutai timur yang memliki tujuan yang sama dalam mensejahterakan masyarakatnya.

Kata Kunci : Implementasi, Pokok Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Pemerintah, Kesejahteraan

____________________

* Mahasiswa, Departemen Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum USU

** Dosen Pembimbing I, Departemen Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum USU *** Dosen Pembimbing II, Departemen Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum USU


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, merata, materil, spiritual, melalui peningkatan taraf hidup masyarakat, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat. Pembangunan tersebut diharapkan dapat di laksanakan secara merata bagi seluruh rakyat yaitu sesuai dengan asas keadilan sosial.1 Masalah dalam Pembangunan Nasional merupakan hal yang sangat vital dan mendasar sebagai amanat Pembukaan UUD 1945 dalam paragraf ke dua, “Dan perjuangan pergerakan

kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.”2

Oleh karena itu, sebagai mitra kerja pemerintah, Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) berfungsi sebagai fasilitator, perencanaan, pelaksanaan, pengendali dan penggerak pada masing-masing tingkatan untuk terlaksananya program kerja Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK), maka di harapkan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Pusat, Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-(TP-PKK) Provinsi, Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kabupaten, Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kecamatan dapat menyesuaikan dan mengembangkan lebih lanjut dengan muatan lokasi situasi, kondisi dan kebutuhan yang nyata di daerah masing-masing dengan mendayagunakan serta mengembangkan potensi Sumber Daya Daerah secara optimal.

2


(12)

Mengingat Indonesia sebagai Negara dengan wilayah yang luas yang terdiri dari ribaun pulau dengan budaya, sosial, dan kondisi perekonomian yang berbeda antar masing-masing daerah membutuhkan suatu sistem pembangunan daerah yang lebih efektif. Menghadapi kondisi yang demikian maka pemerintah memberikan otonomi pada pemerintah daerah yang dimaksudkan agar daerah tersebut mengatur serta mengurus rumah tangganya sendiri. Prinsip pemberian otonomi kepada pemerintah daerah pada dasarnya adalah untuk membantu pemerintah pusat dalam menjalankan pemerintah daerah agar dapat membiayai pembangunan di daerah.

Suatu daerah di bentuk berdasarkan pertimbangan kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah. Seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu : “ Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.”

Guna mendukung Pemerintahan Daerah dalam menjalankan fungsinya membangun dan mensejahterakan daerahnya dalam berbagai bidang, Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) selaku mitra kerja pemerintah bergerak berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 53 Tahun 2000 , lalu dalam perkembangannya di ubah melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 , menerima mandat yang sangat luhur yang di tuangkan dalam pasal 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 yaitu “ Memandirikan masyarakat dan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan menuju terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehat sejahtera, maju dan mandiri, kesataraan dan keadilan gender


(13)

serta kesadaran hukum dan lingkungan”. Ruang lingkup kewenangan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) bisa di bilang cukup luas seperti yang tertuang dalam pasal 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 yaitu “ Sasaran Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) adalah keluarga di perdesaan yang perlu di tingkatkan dan di kembangkan kemampuan mental, spiritual, fisik, dan material.” , yang lalu di dukung dalam pasal 6, 7, 8 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 dimana menjabarkan susunan dan tata cara pembentukan struktur Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) dalam lingkup Nasional, Provinsi, Kabupaten, Kecamatan, Kelurahan, maupun Desa. Sehingga dapat di simpulkan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) dalam kapasitasnya sebagai mitra kerja pemerintah berperan dalam berbagai ruang lingkup pemerintahan daerah dari yang kecil seperti desa hingga provinsi. Maka dari itu ada beberapa alasan mengapa penting untuk mengkaji lebih dalam tentang Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK).

Pertama, dalam susunan struktur keanggotaannya, yang bersifat organisasi Kerucut.3

1. Nasional

Dimana diatur di dalam Pasal 6 hingga pasal 13 daripada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013, dapat di lihat kewenangan daripada Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga secara hierarkis dari tingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten, Kota, Kecamatan, Kelurahan hingga desa.

a. Menteri Dalam Negeri dalam menyelenggarakan Pemberdayaan Masyarakat melalui Gerakan PKK sebagaimana dimaksud membentuk TP PKK di Pusat. b. Struktur keanggotaan TP PKK Pusat sebagaimana dimaksud, terdiri dari:

3

http%3A%2F%2Flista.staff.gunadarma.ac.id%2FDownloads%2Ffiles%2F22301%2FP%2B5%25266 %2Borganisasi.pdf&usg=AFQjCNHEywpyNQWUfzaHSssVgsdEcO5FFg, diakses pada 4 april 2015


(14)

a. Ketua Umum : Isteri Menteri Dalam Negeri

b. Ketua, Sekretaris Umum, Sekretaris, Bendahara, Anggota

: laki-laki atau perempuan bersifat sukarela yang mampu dan peduli terhadap upaya kesejahteraan keluarga dan tidak mewakili suatu organisasi, lembaga, dan Partai Politik.

c. Susunan Keanggotan TP PKK Pusat ditetapkan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri.

2. Provinsi

a. Gubernur dalam menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan PKK membentuk Tim Penggerak PKK di Provinsi.

b. Struktur keanggotaan TP PKK Provinsi sebagaimana dimaksud, terdiri dari

a. Ketua : Isteri Gubernur

b. Wakil Ketua I : Isteri wakil Gubenur

c. Wakil Ketua II, III dan IV, Sekretaris, Bendahara,

Anggota

: laki-laki atau perempuan bersifat sukarela yang mampu dan peduli terhadap upaya kesejahteraan keluarga dan tidak mewakili suatu organisasi, lembaga, dan Partai Politik.


(15)

3. Kabupaten/Kota

a. Bupati/Walikota dalam menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan PKK sebagaimana dimaksud membentuk Tim Penggerak PKK di Kabupaten/Kota.

b. Struktur keanggotaan TP PKK di Kabupaten/Kota , terdiri dari:

c. Ketua : Isteri Bupati/Walikota

d. Wakil Ketua I

: isteri Wakil Bupati/ Wakil Walikota

e. Wakil

Ketua II, III dan IV, Sekretaris, Bendahara, Anggota

: laki-laki atau perempuan bersifat sukarela yang mampu dan peduli terhadap upaya kesejahteraan keluarga dan tidak mewakili suatu organisasi, lembaga, dan Partai Politik.

c. Susunan Keanggotan TP PKK Kabupaten/Kota, ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota.

4. Kecamatan

a. Bupati/Walikota dalam menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan PKK sebagaimana dimaksud membentuk Tim Penggerak PKK di Kecamatan.

b. Struktur keanggotaan TP PKK Kecamatan sebagaimana dimaksud, terdiri dari


(16)

b. Wakil Ketua I, II, III dan IV, Sekretaris, Bendahara, Anggota

: laki-laki atau perempuan bersifat sukarela yang mampu dan peduli terhadap upaya kesejahteraan keluarga dan tidak mewakili suatu organisasi, lembaga, dan Partai Politik.

c. Susunan Keanggotan TP PKK kecamatan, ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota

5. Kelurahan

a. Bupati/Walikota dalam menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan PKK sebagaimana dimaksud membentuk Tim Penggerak PKK di Kelurahan.

b. Struktur keanggotaan TP PKK di Kelurahan , terdiri dari: a. Ketua : Isteri Lurah

b. Wakil Ketua I, II, III dan IV,Sekretaris, Bendahara, Anggota

: laki-laki atau perempuan bersifat sukarela yang mampu dan peduli terhadap upaya kesejahteraan keluarga dan tidak mewakili suatu organisasi, lembaga, dan Partai Politik.

c. Susunan Keanggotan TP PKK kelurahan, ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota

6. Desa

a. Dalam penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan PKK di Desa dibentuk TP PKK Desa.


(17)

a. Ketua : Isteri Kepala Desa

b. Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara, Anggota

: laki-laki atau perempuan bersifat sukarela yang mampu dan peduli terhadap upaya kesejahteraan keluarga dan tidak mewakili suatu organisasi, lembaga, dan Partai Politik.

c. Susunan Keanggotan TP PKK Desa ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. Dari Strukutur Organisasi TP PKK dalam tingkat nasional, Provinsi, hingga desa dapat mudah dilihat hubungan kemitraan antara Pemerintah dengan TP PKK dimana, dalam berbagai tingkatan TP PKK kecenderungan yang menjadi ketua daripada TP PKK tersebut adalah istri daripada Kepala Daerah maupun pejabat yang memimpin daripada suatu ruang lingkup kekuasaan. Dan menarik dari sistem organisasi kerucut ini di harapkan akan ada sinergi dan pelimpahan wewenang yang baik dalam TP PKK masing-masing berdasarkan wilayah teritori Pemerintahannya masing-masing.

Kedua, dalam perkembangannya Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) sering berhadapan dengan stigma negatif dari masyarakat tidak heran dalam komentarnya dalam halaman berita online Kompas, Ny. Veronica Tan, S.T. Selaku Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) DKI Jakarta tidak ingin anggota Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) di pandang sebagai “Perempuan Kurang-Kerjaan”. Sehingga tentu saja secara rinci menarik Untuk di telaah secara terperinci sektor-sektor yang menjadi lingkup kerja dari pada Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) yang dimana menonjolkan peran daripada Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) sebagai mitra kerja daripada Pemerintah.


(18)

Ketiga, dalam pelaksanaan program kerja pada Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) membutuhkan anggaran yang akan digunakan untuk menjalankan program kerja yang sudah di rencanakan selama periode tertentu, dalam skripsi ini juga akan di ulas bagaimana Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) mendapatkan anggarannya yang akan di tinjau dari aspek yuridisnya sebagaimana di tuangkan dalam Pasal 18 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 dan berbagi peraturan maupun ketetapan hukum lainnya yang terkait.

Menurut Gomes, anggaran merupakan dokumen yang berusaha untuk mendamaikan prioritas-prioritas program dengan sumber-sumber pendapatan yang diproyeksikan. Anggaran menggabungkan suatu pengumuman dari aktivitas organisasi atau tujuan untuk suatu jangka waktu yang ditentukan dengan informasi mengenai dana yang dibutuhkan untuk aktivitas tersebut atau untuk mencapai tujuan tersebut.4

Menurut Supriyono, Anggaran merupakan suatu rencana jangka pendek yang disusun berdasarkan rencana kegiatan jangka panjang yang telah ditetapkan dalam proses penyusunan program. Dimana anggaran disusun oleh manajemen untuk jangka waktu satu tahun, yang nantinya akan membawa perusahaan kepada kondisi tertentu yang diinginkan dengan sumber daya yang ditentukan.5

Dengan kata lain adalah suatu aspek penting dalam suatu organisasi maupun badan hukum yang memiliki suatu program kerja yang memerlukan pendanaan, dalam pelaksanaannya, ibarat jantung dalam tubuh manusia demikian pula pentingnya anggaran dalam suatu organisasi maupun badan hukum, karena seperti jantung bukan hanya penting dimiliki manusia, tetapi penting juga untuk di rawat dengan baik agar bisa mensuport anggota tubuh secara keseluruhan dan berkerja dengan optimal, begitu pula anggaran dalam Tim

4

Faustino Cordoso Gomes, Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit Andi. Yogyakarta, 1995, hlm 67.

5

R. A., Supriyono, Akuntansi Manajemen, Edisi pertama, Cetakan pertama, Penerbit BPFE. Yogyakarta, 2001, hlm 89


(19)

Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) bukan saja perlu di miliki, tetapi juga perlu di rawat layaknya jantung, dalam hal ini dikenal penganggaran yang baik.

Penganggaran adalah suatu suatu sistematika tertulis yang di susun secara teliti pada awal suatu perencanaan program kerja Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK), sehingga di tuntut ketelitian mensinergikan suatu program dengan nilai mata uang yang di butuhkan untuk menjalankan program tersebut, agar dalam periode kerja berjalan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) dapat dengan baik dan lancar menjalankannya.

Suatu anggaran perlu pengawasan agar tujuannya dapat berlangsung dengan baik, karena sebaik apapun suatu anggaran dalam perancangannya akan menuai hasil yang sia-sia tanpa suatu pelaksanaan yang berjalan dengan baik, agar pelaksanaan dapat dengan baik terjadi perlu ada suatu pengawasan oleh pihak yang memiliki itikad baik

Menurut Harold Koonz, yang dikutip oleh John Salinderho mengatakan bahwa pengawasan adalah ,Pengukuran dan pembetulan terhadap kegiatan para bawahan untuk menjamin bahwa apa yang terlaksana itu cocok dengan rencana. Jadi pngawasan itu mengukur pelaksanaan dibandingkan dengan cita-cita dan rencana, memperlihatkan dimana ada penyimpangan yang negatif dan dengan menggerakkan tindakan-tindakan untuk memperbaiki penyimpangan-penyimpangan, membantu menjamin tercapainya rencana-rencana.6

Pengawasan terhadap anggaran yang akan digunakan untuk menunjang program kerja Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK), perlu di kaji secara hukum administrasi pihak mana yang secara sah menurut hukum memiliki wewenang untuk mmenjalankan fungsinya dalam pengawasan sehingga suatu tujuan baik yang di inginkan

6


(20)

akan tercapai, nantinya hal ini akan di bahas dalam skripsi ini dengan mengaitkan suatu hukum tertulis dalam Pasal 16 dan 17 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013.

Pada dasarnya masalah ini dapat diangkat ke dalam suatu kajian hukum administrasi negara , dalam teori administrasi pembangunan masalah pemerintahan daerah sering pula dilihat dari segi apakah pemerintah daerah dapat berfungsi secara konsisten dalam usaha pembangunan didaerahnya dengan memasukkan ke dalam kerangka hukum, maka persoalannya ialah bagaimana hukum administrasi itu berfungsi efektif untuk menunjang kegiatan pemerintah dan juga lembaga yang mendukung kegiatan pemerintah dimana dalam skripsi ini kita akan membahas tentang Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK).

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan menuangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul “Implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Ditinjau dari Prespektif Hukum Administrasi Negara ( Studi di Kabupaten Kutai Timur )”.

B. Rumusan Masalah

Sebelum diuraikan permasalahan yang akan di bahas dalam skripsi ini, terlebih dahulu saya ingin menguraikan pengertian dari masalah dan permasalahan. Masalah adalah hasil dari kesadaran bahwa kondisi yang sekarang terjadi belumlah sempurna dan muncul keyakinan bahwa masa depan bisa dibuat jadi lebih baik. Keyakinan bahwa harapan bisa tercapai akan membuat seseorang memiliki sasaran untuk masa depan yang lebih baik. Harapan membuat diri sendiri merasa tertantang dan tantangan semacam ini juga layak disebut sebagai masalah. Sedangkan Permasalahan adalah merupakan suatu rangkaian hasil dari masalah yang menjadi


(21)

persoalan yang mengarah kepada suatu kajian yang lebih spesifik dan kongkret terhadap suatu hal tertentu.

Dengan demikian dalam skripsi ini yang berjudul Implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Ditinjau dari Prespektif Hukum Administrasi Negara ( Studi di Kabupaten Kutai Timur ) , adalah :

1. Bagaimana Peranan Pemerintah di Dalam Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan dan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga ?

2. Bagaimana Implementasi Permendagri Nomor 1 Tahun 2013 Dalam Pembinaan dan Pengawasan penyelenggaraan gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga di TP PKK Kabupaten Kutai Timur ?

3. Apakah Hambatan dalam Penyelenggaraan Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga di TP PKK Kabupaten Kutai Timur ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penulis dalam membahas skripsi ini adalah untuk mencari kepastian yang objektif terhadap suatu masalah dan sekaligus untuk mencari jalan pemecahannya , sehingga ditemukan suatu hasil yang baik dan dapat percaya serta bermanfaat bagi penulis maupun Pemerintah daerah Kabupaten Kutai timur dan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kutai timur serta masyarakat pada umumnya.

a. Untuk mengetahui peran pemerintah di dalam pemberdayaan masyarakat melalui gerakan dan pemberdayaan kesejahteraan keluarga


(22)

b. Untuk mengetahui dan menganalisa bagaimana pelaksanaan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga c. Untuk mengetahui dan menganalisa hambatan dalam pelaksanaan Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga, sekaligus untuk mengetahui upaya apa yang di lakukan pemerintah dan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) dalam mengatasi hambatan yang terjadi.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini di gunakan untuk mengaktualisasikan ilmu yang di dapat di bangku kuliah dan kenyataan di masyarakat. Untuk mengembangkan teori-teori tentang Hukum Administrasi Negara, serta dapat di jadikan dasar dan bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut bagi mahasiswa.

b. Manfaat Praktis 1) Bagi Penulis

Untuk mengetahui lebih spesifik berjalannya pelaksanaan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga dalam menjalankan tujuan dan maksud Peraturan Menteri dalam negeri tersebut secara aktual.

2) Bagi Pemerintah Daerah dan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK)


(23)

Setidaknya dapat dijadikan referensi informasi untuk dapat lebih meningkatkan kebijakan-kebijakan terbaik yang telah di keluarkan dalam usaha meningkatkan pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga demi tercapainya tujuan bangsa dalam mensejahterakan masyarakat Indonesia. 3) Bagi Peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi tambahan bagi penelitian selanjutnya karena bagaimanapun hasil penelitian ini masih jauh dari kesan baik dan sempurna

D. Keaslian Penelitian

Penulisan skripsi ini adalah berdasarkan hasil dari penelitian yang akurat dari sumber yang dapat dipercaya yaitu TP-PKK Kabupaten Kutai Timur, skripsi ini belum pernah ada yang membuatnya, jikalau memang ada penulis yakin sudut pembahasannya pasti berbeda. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) dan juga dari berbagai sumber langsung yang merupakan pengurus Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) di kabupaten Kutai Timur berserta peraturan-peraturan yang terkait dan ditinjau dari segi hukum administrasi negara. Ide atau gagasan penulis diwujudkan untuk skripsi yang merupakan karya ilmiah untuk meraih gelar sarjana Hukum dengan judul “IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DITINJAU DARI PRESPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA ( STUDI DI KABUPATEN KUTAI TIMUR ).


(24)

Penulis melakukan penelusuran di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara dan Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, juga Bagian Hukum Pemerintah Kabupaten Kutai Timurjuga. Penulis telah mendapatkan kepastian dari petugas perpustakaan bahwa tidak ada judul dan isi yang sama.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tulisan ini adalah asli. Karena itu keaslian dalam penulisan ini terjamin adanya, walaupun ada pendapat atau kutipan dalam penulisan ini semata-mata dijadikan pendukung dan pelengkap dalam penulisan yang memang sangat dibutuhkan dalam menyempurnakan skripsi ini. Dengan demikian keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

E. Tinjauan Kepustakaan

Tinjauan Pustakaan merupakan bentuk tulisan terencana dan terperinci, mengenai pandangan tentang suatu penelitian yang telah dilakukan terhadap penelitian lain yang sedang atau akan dilakukan. Umumnya isi dari tinjauan pustaka bersifat bersifat kritis terhadap tema yang diangkat.

F.P.C.L. Tonner dalam Ridwan HR berpendapat “Overheidsbevoegdheid wordt

in dit verband opgevad als het vermogen om positief recht vast te srellen en Aldus rechtsbetrekkingen tussen burgers onderling en tussen overhead en te scheppen” yang

berarti “kewenangan pemerintah dalam kaitan ini dianggap sebagai kemampuan untuk melaksanakan hukum positif, dan dengan begitu dapat diciptakan hubungan hukum antara pemerintahan dengan waga negara.”7

7

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara,(Jakarta: Rajawali Pers, 2006, hlm. 100.

Berdasarkan teori tersebut di dalam skripsi ini juga akan membahas bagaimana pemerintah menggunakan kewenangannya untuk bekerja sama dengan TP PKK yang merupakan organisasi bentukan daripada Kementerian Dalam Negeri yang bersama-sama memiliki tujuan yang sama dengan


(25)

pemerintah yaitu dalam menjalankan hukum positif yang di rancang untuk mensejahterakan masyarakat.

Dalam skripsi ini penulis membahas tentang Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) dimana Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) itu adalah organisasi kemasyarakatan yang memberdayakan wanita untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan Indonesia, maka penulis akan menguraikan tentang pengertian yang mencangkup didalam skripsi ini.

Gerakan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga menurut Permendagri Nomor 1 Tahun 2013 adalah gerakan Nasional dalam pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah yang pengelolaannya dari, oleh dan untuk masyarakat, menuju terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehat sejahtera, maju dan mandiri, kesetaraan dan keadilan gender serta kesadaran hukum dan lingkungan.

Sedangkan Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga menurut Permendagri Nomor 1 Tahun 2013 adalah fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali dan penggerak pada masing-masing tingkat pemerintahan untuk terlaksananya program PKK yang merupakan mitra kerja pemerintah, dan organisasi kemasyarakatan/lembaga kemasyarakatan lainnya.

Dan Program Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga menurut Permendagri Nomor 1 Tahun 2013 adalah 10 program pokok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga yang merupakan upaya pemenuhan kebutuhan dasar untuk terwujudnya pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga, yaitu adalah Gotong Royong, Pangan, Sandang,Perumahan


(26)

Pengembangan Kehidupan Berkoperasi, Kelestarian Lingkungan Hidup, dan Perencanaan Sehat

Dari definisi tersebut di atas, dapat dismpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga adalah :

1. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga adalah suatu organisasi kemasyarakatan yang memberdayakan wanita dan bergerak di bidang sosial 2. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga adalah suatu lembaga yang

digerakkan dan di bawah arahan atau pengawasan Kementrian Dalam Negeri.

3. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga bergerak di bawah komando Kementrian Dalam Negeri berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013

4. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga memiliki program kerja yang langsung bersentuhan kepada pemenuhan kebutuhan dasar daripada kebutuhan keluarga.

5. Dalam memenuhi misinya untuk menjalankan program kerja Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga langsung bersentuhan kepada masyarakat, Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga di bentuk berdasarkan hierarki pemerintahan yaitu, dari pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan, hingga desa.

F. Metode Penelitian

Untuk mendapatkan data atau bahan dalam skripsi ini, penulis mempergunakan beberapa tehnik pengumpulan data yang lazim dipakai dalam penelitan ilmiah yakni :


(27)

Metode pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif yaitu suatu penelitian yang secara deduktif dimulai analisa terhadap pasal-pasal dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur terhadap permasalahan diatas. Penelitian hukum secara yuridis maksudnya penelitian yang mengacu pada studi kepustakaan yang ada ataupun terhadap data sekunder yang digunakan. Sedangkan bersifat normatif maksudnya penelitian hukum yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan normatif tentang hubungan antara satu peraturan dengan peraturan lain dan penerapan dalam prakteknya. Dalam penelitian hukum normatif maka yang diteliti pada awalnya data sekunder untuk kemudian dilanjutkan dengan penelitian tehadap data primer dilapangan atau terhadap prakteknya.8

2. Sumber Data

Data yang dipergunakan dalam penelitan ini adalah data primer dan data sekunder. Dimana data primer adalah data yang diperoleh secara langsung daripada pihak yang terlibat atau terkait ( tangan pertama ), sementara data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang sudah ada.

3. Teknik pengumpulan data

Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif, oleh karena dikategorikan sebagai penelitian kepustakaan, yaitu penelitian terhadap data sekunder.9

Teknik analisa data

Setelah data diperoleh atau terkumpul, kemudian diproses untuk diolah dan dianalisa. Dalam penelitan ini, teknik yang dipergunakan adalah teknik analisis kualitatif dengan cara deskriptif analisis. Penelitian ini

8

tanggal 13 Maret 2015.

9


(28)

bermaksud menggambarkan data yang diperoleh dan memberi penjelasan terhadap data yang ada sehingga dapat memberikan argumentasi tentang implementasi Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga di tinjau berdasarkan Hukum Administrasi Negara

G. Sistematika Penulisan

Sebagai gambaran untuk mempermudah pemahaman materi skripsi ini secara garis besar isi skripsi ini dapat dilihat dari sistematika yang bertujuan untuk menghindarkan terjadinya kesimpang siuran dalam penguraian lebih lanjut, dalam penulisan skripsi ini penulis membagi dalam lima Bab dan masing-masing Bab terdiri dari sub Bab :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan dan Manfaat Penelitian, yang kemudian diikuti dengan keaslian penelitan, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : BAGAIMANA PERANAN PEMERINTAH DI DALAM

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI GERAKAN DAN PEMBERDAYAAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang bagaimana Peranan pemerintah yang bertujuan untuk memberdayakan dan mensejahterakan masyarakatnya, melalui hukum positif berlandaskan peraturan perundang-undangan sebagai sarana yang disediakan pemerintah untuk berandil dan


(29)

berperan serta dalam memberdayakan dan mensejahterakan masyarakatnya dengan memberikan pendelegasian kepada apartur pemerintahan secara hierarkis untuk menjalankan perannya guna mendukung pembedayaan dan mensejahterakan masyarakat.

Bab III : BAGAIMANA IMPLEMENTASI PERMENDAGRI NOMOR 1 TAHUN 2013 DALAM PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DI TP PKK KABUPATEN KUTAI TIMUR

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang bagaimana Permendagri Nomor 1 Tahun 2013 di implementasikan untuk membina dan mengawasi upaya penyelenggaraan Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga di TP PKK Kabupaten Kutai Timur

Bab IV :APAKAH HAMBATAN DALAM PENYELENGGARAAN GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DI TP PKK KABUPATEN KUTAI TIMUR

Dalam bab ini penulis akan mengulas tentang segala hambatan dan kesulitan yang timbul dalam upaya memberdayakan dan mensejahterakan keluarga di TP PKK Kabupaten Kutai Timur sehingga dari ulasan yang nanti akan di jabarkan dapat di rangkum solusi yang bisa digunakan untuk mengatasinya.


(30)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab penutup dalam skripsi ini, disini akan disimpulkan hasil riset yang merupakan jawaban dari permasalahan dan selanjutnya diberikan beberapa saran yang merupakan alternatif pemikiran untuk mencari jalan keluar dari permasalahan yang muncul dalam mekanisme pelaksanaan daripada Permendagri Nomor 1 Tahun 2013 kepada kinerja Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga


(31)

BAB II

BAGAIMANA PERANAN PEMERINTAH DI DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI GERAKAN DAN PEMBERDAYAAN

KESEJAHTERAAN KELUARGA

A. Peranan Pemerintah di dalam pemberdayaan Masyarakat melalui Gerakan dan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945

Sebelum membahas bagaimana peranan Pemerintah di dalam pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga melalui Undang-Undang Dasar 1945, ada baiknya terlebih dahulu penulis menjabarkan apa sebenarnya tugas dan fungsi dasar daripada Pemerintah, menurut Moh Kusnardi, “ Pemerintahan sebagai urusan-urusan yang dilakukan oleh suatu negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyat atau warganya dan kepentingan rakyatnya serta menjalankan dan melaksanakan tugas eksekutif, legislatif dan yudikatif.”10 Sedangkan menurut C. F. Strong, “Pemerintahan dalam arti luas sebagai aktivitas badan-badan publik yang terdiri dari kegiatan-kegiatan eksekutif, legislatif dan yuridis dalam upaya mencapai tujuan sebuah negara. Dalam arti yang sempit, beliau mengungkapkan bahwa pemerintahan merupakan segala bentuk kegiatan badan publik dan hanya terdiri dari badan eksekutif.”11

10

Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, 1983,”Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia”, Sinar Bakti, Jakarta, hlm 69

Dari kedua definisi di atas tentang Pemerintah dan fungsi pokoknya dalam suatu Pemerintahan, penulis melihat ada beberapa tugas dan fungsi dasar daripada Pemerintah, yaitu mencapai tujuan untuk mensejahterakan masyarakatnya, dan untuk mencapai tujuan tersebut peranan penting yang hanya dapat dilakukan pemerintah adalah dengan membuat

11


(32)

lembaga-lembaga pemerintahan yang memiliki kegiatan eksekutif, legislatif, dan yuridis. Sehingga Dapat di Simpulkan Pemerintah adalah pembuat regulasi dasar untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan bersama dalam suatu pemerintahan.

Secara Normatif, prinsip bahwa setiap tindakan pemerintah harus berdasarkan peraturan perundang-undangan atau berdasarkan pada kewenangan ini memang dianut di setiap negara hukum, namun dalam praktiknya penerapan prinsip ini berbeda-beda antara satu negara dengan negara lain. Ada negara yang begitu ketat berpegang pada prinsip ini, namun ada pula negara yang tidak begitu ketat menerapkannya. Artinya untuk hal-hal atau tindakan-tindakan pemerintah yang tidak begitu fundamental, penerapan prinsip tersebut dapat diabaikan.12

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 di Pasal 28C ayat 1, dan ayat 2 Perubahan Kedua, mengatakan :

Hal ini di namakan dengan asas legalitas, maka dengan demikian pada Bab II ini penulis akan membahas bagaimana hierarki perundang-undangan dari Undang-Undang Dasar 1945 hingga lahirnya Permendagri Nomor 1 Tahun 2013, guna menegakan peranan pemerintah dalam memberdayakan dan mensejahterakan masyarakat melalui Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga.

1. Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,

berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.

2. Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalammemperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangunmasyarakat, bangsa, dan negaranya13

12

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara,(Jakarta: Rajawali Pers, 2006, hlm. 93

13


(33)

Dari Pasal 28C ayat 1 dan ayat 2 ini, penulis berpendapat bahwasanya Undang-Undang Dasar 1945 mendukung hak asasi manusia yang dalam hal ini adalah masyarakat daripada Warga Negara Indonesia, tentu saja Pemerintah Pusat dalam kewenangannya yang sudah kita bahas sebelumnya sebagai pembuat regulasi, atau peranan legislatifnya. Perlu memberikan atribusi tugas dan wewenangnya dalam bidang Pemberdayaan dan Kesejahteraan keluarga, dimana hal ini bisa disebut delegated legislator.14 Seperti Presiden yang berdasarkan pada suatu ketentuan Undang-Undang mengeluarkan Peraturan Pemerintah guna menciptakan wewenang-wewenang Pemerintahan Kepada Badan atau Jabatan Tata Usaha Negara Tertentu.15

Dalam Bab V daripada Undang-Undang Dasar 1945 tentang Kementerian Negara, pada pasal 17 mengemukakan seperti ini :

Hal ini akan lebih rinci penulis bahas dalam sub bab berikutnya dimana penulis akan mencoba untuk menganalisa Undang-Undang serta Peraturan Pemerintah terkait dengan Pemberdayaan dan Kesejahatraan Keluarga, sehingga dapat dengan mudah dilihat atribusi wewenang bagaimana yang muncul dari peranan Pemerintah ini.

1. Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.

2. Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.

3. Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. (Perubahan Pertama)

4. Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur dalam undang-undang. (Perubahan ketiga)16

Dari Pasal 17 ayat 1 dan ayat 2 penulis melihat wewenang yang di miliki oleh Presiden untuk menggunakan, mengangkat, sekaligus memberhentikan Menteri Negara.

14

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara,(Jakarta: Rajawali Pers, 2006, hlm. 101

15

Ridwan HR. Ibid.

16


(34)

Sedangkan dalam ayat 3 kementrian membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan, dan dalam ayat 4 segala pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur dalam undang-undang. Dari pasal ini penulis menyimpulkan Pemerintah menggunakan Kementerian-Kementerian yang dipilih langsung oleh Presiden selaku kepala Negara guna membantu Pemerintah dalam menjalankan Peranan dan memenuhi maksud tujuan daripada Pemerintah terhadap masyarakatnya, tentu saja hal ini termasuk di dalamnya adalah dalam Pemberdayaan Masyarakat melalui Gerakan dan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga.

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan dimana memiliki luas total 1.904.569 km2 , terdiri dari 13.466 pulau, dan memiliki perkiraan penduduk pada 2015 adalah 255.461.700 jiwa.17

Pasal 18

Tentu saja dari data yang dikemukakan ini sulit kita bayangkan bagaimana apabila pemerintah pusat sendiri bekerja untuk mengurus kepentingannya guna menjalankan peran dan fungsi pemerintahannya, termasuk di dalamnya peranan pemerintah dalam memberdayakan masyarakat tentu akan menjadi mustahil. Maka berdasarkan Bab VI Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18, 18A, 18B tentang Pemerintahan Daerah, yang berisi sebagai berikut :

1. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang. (perubahan kedua)

2. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.(Perubahan kedua)

17


(35)

3. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. (Perubahan kedua)

4. Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis.(Perubahan Kedua)

5. Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluasluasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat. (Perbuhan Kedua)

6. Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.(Perubahan Kedua)

7. Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang. (Perubahan kedua)

Pasal 18A

1. Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota, atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah.(perubahan Kedua)

2. Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur

dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan


(36)

Pasal 18B

1. Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang.(Perubahan kedua)

2. Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik18

Dalam Pasal 18, 18A, dan 18B membahas secara rinci bagaimana peranan Pemerintahan Daerah secara hierarkis guna mendukung Pemerintah Pusat dalam menjalankan Peranan, Tugas, dan Fungsinya termasuk tentang Pemberdayaan Masyarakat. Dalam Pasal 18 ayat 1,2 dan 5 Pemerintah Daerah menerima atribusi kewenangan untuk mengurus kepentingan daerahnya sendiri baik secara otonomi maupun tugas perbantuan daripada Pemerintah Pusat, dan Hal ini diatur dalam berdasarkan peraturan PerUndang-Undangan, hal ini akan penulis bahas lebih rinci dalam sub bab berikutnya. Di Pasal 18A ayat 1 pembagian wewenang antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dimana hal ini mempertimbangkan keragaman dan kekhususan daripada daerah-daerah, dan hal ini diatur dalam Undang-Undang yang terkait, dan akan penulis bahas dalam sub bab berikutnya. Maka dari uraian diatas, Penulis merasa bahwasanya guna memenuhi Peranan Pemerintah di dalam Pemberdayaan Masyarakat melalui Gerakan dan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga perlu peran serta daripada Pemerintahan Daerah, sehingga maksud tujuan Pemerintah Pusat dalam memberdayakan masyarakat akan tersebar ke daerah-daerah dimana ruang lingkup kekuasan Negara Republik Indonesia.

Dari uraian diatas, penulis menyimpulkan peranan Pemerintah dalam Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan dan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga seperti tertuang di

18


(37)

dalam Undang-Undang Dasar 1945 dapat dilihat atribusi kewenangannya yang akan di limpahkan kepada Kementerian yang di atur dalam Pasal 17 Undang-Undang Dasar 1945, serta kepada Pemerintahan Daerah yang di atur dalam pasal 18, 18A, dan 18B Undang-Undang Dasar 1945. Karena dalam Pemberdayaan Masyarakat tentu mustahil apabila Pemerintah Pusat sendiri yang berkerja didalamnya, sehingga dengan melibatkan Kementerian terkait, serta Pemerintahan Daerah hal ini akan terwujud secara merata, dan di harapkan dapat mengenai sasasaran kebagian daripada pelosok-pelosok Indonesia.

B. Peranan Pemerintah di dalam pemberdayaan Masyarakat melalui Gerakan dan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga berdasarkan Undang-Undang 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.

Dalam sub bab sebelumnya penulis membahas tentang hakikat dasar pembangunan sesuai dengan amanat daripada Undang-Undang Dasar 1945, dimana pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Dalam Ketentuan Umum daripada Undang-Undang 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga yang tertuang dalam Pasal 1 ayat 3,4,5,7,11, dan 12 yang berisi sebagai berikut :

3. Perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga adalah upaya terencana untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan mengembangkan kualitas penduduk pada seluruh dimensi penduduk.

4. Perkembangan kependudukan adalah kondisi yang berhubungan dengan perubahan keadaan kependudukan yang dapat berpengaruh dan dipengaruhi oleh keberhasilan pembangunan berkelanjutan.


(38)

5. Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan nonfisik yang meliputi derajat kesehatan, pendidikan, pekerjaan, produktivitas, tingkat sosial, ketahanan, kemandirian, kecerdasan, sebagai ukuran dasar untuk mengembangkan kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusia yang bertakwa, berbudaya, berkepribadian, berkebangsaan dan hidup layak.

7. Pembangunan keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat.

11. Ketahanan dan kesejahteraan keluarga adalah kondisi keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisikmateril guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan kebahagiaan lahir dan batin.

12. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan terencana di segala bidang untuk menciptakan perbandingan ideal antara perkembangan kependudukan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa harus mengurangi kemampuan dan kebutuhan generasi mendatang, sehingga menunjang kehidupan bangsa.19

Dari ayat-ayat di atas seperti di tunjukkan di ayat 3, bahwa pembangunan keluarga adalah suatu upaya yang terencana, menarik di ayat 5 menerangkan aspek-aspek mana saja yang menjadi tolak ukur meningkatnya kualitas kependudukan, dan poin-poin di ayat ini sejalan dengan 10 Program Pokok PKK, yaitu :

a. Penghayatan dan Pengamalan Pancasila b. Gotong Royong

c. Pangan d. Sandang

19


(39)

e. Perumahan dan Tatalaksana Rumah Tangga f. Pendidikan dan Ketrampilan

g. Kesehatan

h. Pengembangan Kehidupan Berkoperasi i. Kelestarian Lingkungan Hidup

j. Perencanaan Sehat20

10 Program pokok PKK ini juga bisa sinergis apabila di hubungkan dengan pasal 7,11, dan 12 dimana dari uraian ayat-ayat tersebut mengharapkan lingkungan keluarga yang sehat, sejahtera, dan terutama mampu mandiri sehingga generasi berikutny dapat mendapatkan dampak yang positif dari hal tersebut. Dari uraian di atas penulis melihat keselarasan maksud tujuan daripada kesejahteraan keluarga yang dituangkan oleh pemerintah dalam Undang-Undang 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.

Dalam Undang-Undang 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga juga menerangkan tentang hak dan kewajiban dari pada penduduk atau Warga Negara Indonesia, yang dimana salah satunya tertuang di pasal 5 ayat h dan pasal 6 ayat d, yaitu :

Pasal 5

Dalam penyelenggaraan perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga, setiap penduduk mempunyai hak:

h. mendapatkan perlindungan, untuk mempertahankan keutuhan, ketahanan, dan kesejahteraan keluarga.

Pasal 6

20

Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Hasil Rapat Kerja Nasional VII PKK Tahun 2010, Penerbit Tim Penggerak Pusat PKK, hlm 10.


(40)

Setiap penduduk wajib:

d. mengembangkan kualitas diri melalui peningkatan kesehatan, pendidikan, ketahanan dan kesejahteraan keluarga21

Dari Uraian Pasal diatas penulis menyimpulkan bahwa hak dan kewajiban penduduk atau Warga Negara Indonesia dalam bidang Kesejahteraan di cakupan terkecil dalam unit terkecil dalam bermasyarakat yaitu keluarga di jamin dan di hargai oleh Negara Kedaulatan Republik Indonesia melalui Undang-Undang 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, tinggal kita lihat bagaimana implementasi daripada Undang-Undang 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga ini dalam peran sertanya langsung yang bersentuhan kepada Masyarakat Indonesia.

Dalam Undang-Undang 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga di bab VII tentang Pembangunan Keluarga di pasal 47 menerangkan sebagai berikut :

Pasal 47

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah menetapkan kebijakan pembangunan keluarga melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.

(2) Kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untuk mendukung keluarga agar dapat melaksanakan fungsi keluarga secara optimal.22

Dari uraian pasal 47 ini penulis melihat keseriusan dimana dapat dengan mudah dilihat ada suatu tanggung jawab yang muncul bagi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah setelah lahirnya Undang-Undang 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga ini yaitu bahwa Pemerintah menetapkan kebijakan yang nantinya langsung akan terkait implementasinya dalam menjalankan Undang-Undang ini guna

21

Republik Indonesia, 2009. Undang-Undang Nomor 52. Sekretariat Negara. Jakarta

22


(41)

mendukung Keluarga agar dapat melaksanakan fungsinya secara optimal. Maka dari itu menarik di sub bab berikutnya penulis akan membahas bagaimana kewenangan yang dimiliki pemerintah daerah guna mendukung pemerintah pusat dalam peran sertanya dalam memberdayakan masyarakat.

C. Peranan Pemerintah Daerah di dalam pemberdayaan Masyarakat melalui Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah

Sebelum membahas Peran Serta Pemerintah Daerah dalam Pemberdayaan Masyarakat melalui Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga tentu ada poin-poin mendasar yang menarik penulis uraikan berdasarkan Ketentuan Umum daripada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah ini, dalam Pasal 1 ayat 2 dan 3 mendefinisikan tentang Pemerintah Daerah, yaitu :

2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.23

Dari ayat ini penulis mengambil kesimpulan bahwasanya Pemerintahan Daerah adalah unsur penyelenggara Pemerintahan yang mnegurus urusan pemerintahan di daerah dimana mengacu

23


(42)

pada daerah otonom dan asas otonomi, dimana daerah otonom dan asas otonomi juga di jabarkan di ayat 6 dan 7 dalam Pasal yang sama dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah ini, yaitu :

6. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

7. Asas Otonomi adalah prinsip dasar penyelenggaraan Pemerintahan Daerah berdasarkan Otonomi Daerah.24

Dari ayat ini bisa dilihat bahwa dengan otonomi daerah dan asas otonomi Pemerintah Daerah memiliki hak, wewenang dan kewajiban khusus untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya demi kepentingan masyarakat setempat. Dalam Ketentuan Umum ini juga menjelaskan Kementerian yang berwenang mengurus kepentingan Pemerintah Daerah, sebagaimana di uraikan ayat 44 dan 45, sebagai berikut :

44. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri.

45. Kementerian adalah kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri.25

Dari Uraian ayat ini dapat dengan jelas dilihat Peran Kementerian Dalam Negeri dalam fungsinya pada Pemerintahan Daerah, dimana dalam Undang-Undang ini banyak menjabarkan bagaimana pertanggung jawaban daerah kepada Kementerian Dalam Negeri sebagai wakil langsung daripada Presiden yaitu pemimpin Pemerintah Pusat. Sehingga menarik dalam Skripsi ini penulis akan menguraikan bagaimana peran serta Pemerintah Daerah guna Mendukung Program Kementerian Dalam Negeri yaitu Gerakan Pemberdayaan

24

Republik Indonesia, 2014. Undang-Undang Nomor 23. Sekretariat Negara. Jakarta

25


(43)

Masyarakat melalui Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga sebagaimana di atur legalitasnya dalam Permendagri Nomor 1 Tahun 2013.

Dalam Undang-Undang ini juga mengatur pembagian urusan pemerintahan konkuren antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang di sebagaimana tertuang dalam lampiran Undang-Undang ini, dan bidang-bidang yang terkait termasuk di dalamnya pendidikan, kesehatan, kawasan pemukiman, pemberdayaan sosial, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, pangan, pemberdayaan masyarakat dan desa, pengendalian penduduk dan keluarga berencana, koperasi, usaha kecil dan menengah, dan kebudayaan yang mana nanti akan kita lihat keterkaitannya dan sejalannya program-program ini dengan program kerja PKK yang di bentuk langsung oleh kementerian Dalam Negeri.

D. Peranan Desa dan Kelurahan di dalam pemberdayaan Masyarakat melalui Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa dan Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan

Negara Kedaulatan Republik Indonesia berdasarkan data yang di himpun Badan Pusat Statistik pada Tahun 2012 memiliki 6.793 Kecamatan dan 79.075 Kelurahan/Desa26

Pasal 89

Tentu saja dengan jumlah sebanyak ini terdapat pula banyak keluarga yang perlu di berdayakan dan dikembangkan berbagai aspek-aspek kehidupannya agar terwujudnya kemerataan pembangunan Nasional. Dalam pasal 89 hingga 97 dari Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa di atur bagaimana pentingnya pembentukan Lembaga Kemasyarakatan, penulis akan mengutip pasal 89, 90 dan 93 seperti sebagai berikut :


(44)

(1) Di desa dapat dibentuk lembaga kemasyarakatan.

(2) Pembentukan lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Desa.

Pasal 90

Lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 ayat (1) mempunyai tugas membantu Pemerintah Desa dan merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat desa.

Pasal 93

Kegiatan lembaga kemasyarakatan ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui :

a. peningkatan pelayanan masyarakat;

b. peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan;

c. pengembangan kemitraan;

d. pemberdayaan masyarakat; dan

e. pengembangan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat.27

Dari Pasal 89 Peraturan pemerintah Nomor 72 tentang Desa dapat dilihat dibentukanya lembaga kemasyarakatan ditetapkan dengan Peraturan Desa, sehingga dapat dilihat legalitas dan unsur resmi daripada lembaga kemasyarakatan ini. Sedangkan Pada Pasal 90 tugas dari lembaga kemasyarakatan adalah membantu Pemerintah Desa dan merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat Desa, hal ini sejalan dengan tujuan dibentuknya PKK untuk memberdayakan masyarakat dari lingkup terkecil yaitu keluarga. Dan di pasal 93 juga dengan rinci menerangkan bagaimana peran lembaga kemasyarakatan yang di bentuk di desa dalam

27


(45)

terwujudnya kesejahteraan masyarakat termasuk di dalamnya dengan memberdayakan masyarakat.

Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan menarik dilihat bahwa sama seperti Perartuan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa di atur juga bagaimana tentang pembentukan lembaga kemasyarakatan, pasal-pasal tentang lembaga kemasyarakatan di Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan dapat di lihat di pasal 10 hsingga 22, penulis melihat di antara pasal ini ada pasal dan ayat tertentu yang secara langsung menerangkan bahwa dengan Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang kelurahan ini, kelurahan sangat mendukung untuk memberdayakan masyarakat guna menghasilkan masyarakat yang sejahtera, hal ini dapat di lihat di pasal 11, 12(h), dan 21, seperti yang di kutip di bawah ini :

Pasal 11

Lembaga Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 mempunyai tugas membantu lurah dalam pelaksanaan urusan pemerintahan, pembangunan, sosial kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat.

Pasal 12

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 lembaga kemasyarakatan mempunyai fungsi:

h. pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga;

7Pasal 21

(1) Departemen, Lembaga Non Departemen, Dinas, Badan, Lembaga Teknis Daerah dan Kantor yang mempunyai kegiatan dibidang pemberdayaan masyarakat di kelurahan dapat menggunakan lembaga kemasyarakatan.


(46)

(2) Pelaksanaan kegiatan dibidang pemberdayaan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui sistem manajemen pembangunan kelurahan.28

Dalam Pasal 11 menerangkan tugas daripada lembaga kemasyarakatan yang dibentuk adalah bertujuan untuk membantu lurah dalam melaksanakan urusan pemrintahan, pembangunan, sosial kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat, tentu hal ini menunjukkan bahwa melalui Peraturan Pemerinah ini Lembaga Kemasyarakatan yang di bentuk di kelurahan harus memiliki tujuan untuk memberdayakan masyarakat guna mencapai kesejahteraan masyarakat kelurahan, hal ini di dukung lebih kuat di pasal 12 ayat h yang mengatakan lembaga kemasyarakatan memiliki fungsi untuk memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Lebih lanjut di pasal 21 mengatur bagaimana apabila ada Departemen, Lembaga Non Departemen, Dinas, Badan, Lembaga Teknis Daerah dan Kantor yang memiliki kegiatan di bidang pemberdayaan masyarakat dapat menggunakan lembaga kemasyarakatan. Tentu hal yang di uraikan di atas menunjukkan bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan menunjukkan sikap yang baik guna mendukung pemberdayaan masyarakat guna mencapai kesejahtraan masyarakat.

Dari kedua Peraturan pemerintah di atas yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan, Dalam pembahasan berikutnya penulis akan membahas bagaimana Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan di atur guna mendukung pasal-pasal tentang lembaga kemasyarakatan yang tertuang di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan, dan kaitannya dengan Gerakan Pemberdayaan Masyarakat melalui Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga.

28


(47)

E. Peranan Kementerian Dalam Negeri di dalam pemberdayaan Masyarakat melalui Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 Tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan

Setelah membahas bagaimana Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan mengatur tentang lembaga kemasyarakatan yang salah satu tujuannya adalah memberdayakan masyarakat melalui lembaga kemasyarakatan, tentu ada baiknya kita membahas bagaimana Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyrakatan mengatur lembaga kemasyarakatan yang seperti apa hendaknya dimiliki oleh perangkat desa dan kelurahan, dan kaitannya dengan Tim penggerak Pemberdayaan Dan Kesejahteraan Keluarga hal ini secara khusus dapat dilihat dari pasal 1 ayat 11 dan 12, pasal 7 ayat c, pasal 12, dan pasal 13 daripada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyrakatan, pasal-pasal ini berbunyi sebagai berikut :

Pasal 1

11. Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Desa/Kelurahan, untuk selanjutnya disebut TP PKK Desa/Kelurahan adalah lembaga kemasyarakatan sebagai mitra kerja pemerintah dan organisasi kemasyarakatan lainnya, yang berfungsi sebagai fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali dan penggerak pada masing-masing jenjang pemerintahan untuk terlaksananya program PKK.

12. Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga, untuk selanjutnya disingkat Gerakan PKK, adalah Gerakan Nasional dalam pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah yang pengelolaannya dari, oleh dan untuk


(48)

masyarakat menuju terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia dan berbudi luhur, sehat sejahtera, maju dan mandiri, kesetaraan dan keadilan gender serta kesadaran hukum dan lingkungan.

Pasal 7

Jenis Lembaga Kemasyarakatan terdiri dari: c. Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan;

Pasal 12

(1) Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c mempunyai tugas membantu Pemerintah Desa/Lurah dan merupakan mitra dalam pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga.

(2) Tugas Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a. menyusun rencana kerja PKK Desa/Kelurahan, sesuai dengan basil Rakerda Kabupaten/Kota;

b. melaksanakan kegiatan sesuai jadwal yang disepakati;

c. menyuluh dan menggerakkan kelompok-kelompok PKK Dusun/Lingkungan, RW, RT dan dasa wisma agar dapat mewujudkan kegiatan-kegiatan yang telah disusun dan disepakati;


(49)

d. menggali, menggerakan dan mengembangkan potensi masyarakat, khususnya keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan;

e. melaksanakan kegiatan penyuluhan kepada keluarga-keluarga yang mencakup kegiatan bimbingan dan motivasi dalam upaya mencapai keluarga sejahtera; f. mengadakan pembinaan dan bimbingan mengenai pelaksanaan program kerja; g. berpartisipasi dalam pelaksanaan program instansi yang berkaitan dengan kesejahteraan keluarga di desa/kelurahan;

h. membuat laporan basil kegiatan kepada Tim Penggerak PKK Kecamatan dengan tembusan kepada Ketua Dewan Penyantun Tim Penggerak PKK setempat; i. melaksanakan tertib administrasi; dan

j. mengadakan konsultasi dengan Ketua Dewan Penyantun Tim Penggerak PKK setempat.

Pasal 13

Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 mempunyai fungsi:

a. penyuluh, motivator dan penggerak masyarakat agar mau dan mampu melaksanakan program PKK; dan

b. fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali, pembina dan pembimbing Gerakan PKK. 29

Dalam Ketentuan umum pasal 1 ayat 11 dan 12 dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyrakatan langsung mendefinisikan

29


(50)

tentang Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga desa atau kelurahan, dan juga mengenai Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga. Sedangkan dalam pasal 7 ayat c langsung menerangkan salah satu jenis lembaga kemasyarakatan yang di akui dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyrakatan iniadalah Tim Penggerak PKK Desa atau kelurahan.

Dari Pasal 12 dan 13 dapat dilihat apa tugas Tim Penggerak PKK yaitu membantu Pemerintah Desa atau Lurah sebagai mitra, untuk membantu dalam hal pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga, secara rinci tugas-tugas dari Tim Penggerak PKK Desa dan Kelurahan di uraikan dalam Pasal 12 ayat 2, sedangkan pada pasal 13 menerangkan fungsi dari pelaksanaan tugas Tim Penggerak PKK di desa dan Kelurahan. Sehingga dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa Tim Penggerak PKK yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dari lingkup kecil yaitu keluarga. Diatur dan didukung juga secara baik dan rapi dari tingkat pusat hingga daerah, melalui segala jenis peraturan perundang-undangan yang terkait juga dari apartur negara yang terkait, dimana Presiden yang memimpin Pemerintah Pusat, menggerakkan Kementerian Dalam Negeri guna memberi arahan yang jelas hingga Pemerintahan Desa atau Kelurahan untuk menjalankan amanat Pembangunan Nasional Negara Kedaulatan Republik Indonesia, sebagaimana tertuang dalam amanat Undang-Undang Dasar 1945 dalam Alinea Pembukaan Paragraf kedua.

F. Peranan Kementerian Dalam Negeri di dalam pemberdayaan Masyarakat Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013

Payung Hukum yang dimilki oleh Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan keluarga sudah berubah sebanyak dua kali diawali dari Keputusan Menteri Dalam Negeri


(51)

Nomor 28 Tahun 1984 yang sebagai cikal bakal daripada lahirnya TP PKK secara nasional, kemudian diteruskan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2000, terakhir muncul Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 sebagai dasar hukum daripada Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga secara nasional. Penulis menilai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 sangat bermanfaat menggantikan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2000, karena penulis menilai payung hukum yang baru ini akan semakin memperkuat Tim Penggerak pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga dalam menjalankan visi misinya untuk memberdayakan dan mensejahterakan masyarakat. Seperti misalnya tentang kewenangan yang dapat di lihat di pasal 4 dan 16 daripada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013, yang lebih jelas dan tegas memberikan peran serta daripada Pemerintah untuk mendukung Gerakan Pemberdayaan Masyarakat ini, di banding yang diatur di dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2000, kewenangan tersebut berbunyi sebagai berikut :

Pasal 4

(1) Menteri Dalam Negeri melalui Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan PKK secara nasional. (2) Gubernur melalui Kepala SKPD yang membidangi urusan pemberdayaan masyarakat

di Provinsi menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan PKK di Provinsi dan Kabupaten/Kota di wilayahnya.

(3) Bupati/Walikota melalui Kepala SKPD yang membidangi urusan pemberdayaan

masyarakat di Kabupaten/Kota menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan PKK di Kabupaten/Kota.


(52)

Pasal 16

(1) Menteri Dalam Negeri melalui Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan PKK secara nasional.

(2) Gubernur melalui Kepala SKPD yang membidangi urusan pemberdayaan masyarakat di Provinsi melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan PKK di Provinsi dan Kabupaten/Kota di wilayahnya.

(3) Bupati/Walikota melalui Kepala SKPD yang membidangi urusan pemberdayaan

masyarakat di Kabupaten/Kota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan PKK di Kabupaten/Kota. 30

Pasal 4 dan 16 dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 ini dengan jelas memberikan kewenangan kepada Pemerintah untuk ikut campur dalam berperan serta dalam menyelenggarakan dan mengawasi jalannya gerakan pemberdayaan masyarakat ini sehingga tujuan awal yang ingin di capai bisa sama-sama terwujud. Dimana hal ini tidak diatur secara tegas dan rinci pada Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2000 yang telah digantikan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 ini.

Pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 penulis melihat celah yang baik bagi Tim Penggerak Pemberdayaan dan kesejahteraan Keluarga untuk membesarkan dan mengembangkan 10 program pokok mereka, hal ini dapat dilihat di pasal 5 ayat 3, yang berbunyi :

Pasal 5

30


(1)

Pelantikan Pengurus Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Kecamatan Sangatta Utara.

Mengingat maladmnisitrasi hukum yang terjadi ini, hendaknya menjadi koreksi bagi Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Kabupaten Kutai Timur agar tanggap terhadap aturan-aturan hukum yang baru dan berlaku secara aktual bagi organisasi dimana mereka bergabung, sehingga tercapainya tujuan organisasi yang baik dan selaras dengan peraturan yang berlaku, dan meminimalisir masalah yang dapat timbul apabila terjadi maladministrasi hukum yang dapat mengakibatkan seperti pengalaman di Tim Penggerak Pemebrdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Kecamatan Sangatta Utara, tidak jelasnya anggaran mereka yang dapat menghambat Tim Penggerak pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Kecamatan Sangatta Utara dalam menjalankan Program Kerja mereka untung memberdayakan Masyarakat dalam ruang lingkup kerja mereka.


(2)

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai peranan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga dalam melaksanakan Permendagri No. 1 Tahun 2013 dapat di ambil simpulan sebagai berikut :

1. Program kerja Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga yang bertujuan untuk memberdayakan dan membantu mensejahterakan masyarakat sudah berjalan dengan baik. Tepat sasaran dan mampu membantu masyarakat khususnya yang berada di daerah pedalaman yang notabenenya kurang tanggap terhadap perkembangan zaman yang sifatnya positif. Dalam menjalankan program kerjanya Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga bertindak sebagai mitra kerja pemerintah yaitu SKPD ( Satuan Kerja Perangkat Daerah ) yang terkait sebagai wakil daripada Kepala Daerah, dan menggunakan APBD sebagai sumber dana dalam menjalankan program kerjanya, dengan kerjasama yang terpadu ini, Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga dapat membantu pemerintah daerah juga dalam mengetahui perkembangan daripada masyarakatnya, dan bisa menjadi pertimbangan sektor mana saja yang perlu ditingkatkan dalam tujuan pembangunan daerah yang dapat di programkan oleh pemerintah daerah.

2. Hambatan yang dapat timbul adalah dalam segi administratif dimana masih ada ditemukan surat pelantikan yang tidak tepat syarat-syarat hukumnya. Yang bisa mengakibatkan sulitnya Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga mendapatkan anggaran guna menunjang program kerja yang akan mereka lakukan selama masa periode tugas kadernya, sehingga perlu ditingkatkannya kesadaran


(3)

hukum dan sosialisasi yang merata kepada Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga yang skalanya lebih kecil, seperti Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga di kecamatan, Kelurahan maupun desa, karena kinerja mereka sangat penting guna menunjang tujuan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga untuk membantu memberdayakan dan mensejahterakan masyarakat, khususnya terlebih lagi kepada masyarakat yang masih hidup di bawah garis kemiskinan, Permendagri Nomor 1 Tahun 2013 di buat guna melaksanakan administratif hukum yang lebih baik dalam Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga di banding Kepmendagri Nomor 53 Tahun 2000, sehingga Permendagri Nomor 1 Tahun 2013 hendaknya dilaksanakan dengan baik dan seluruhnya.

3. Dalam Mengatasi hambatan yang terjadi di dalam Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga, Pemerintah dan Ditjen Pemberdayaan Masyarakat dan Desa perlu maksimal dalam memberikan pengarahan, pengawasan, dan sosialisasi kepada Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga, sehingga Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga bisa lebih efektif dan efisien dalam menjalankan tugasnya untuk memberdayakan dan membantu mensejahterakan masyarakat.

B. Saran

1. Kemendagri dalam membuat Peraturan Menteri Dalam Negeri perlu melakukan sosialisasi yang sifatnya menyeluruh dan lebih ditegaskan lagi, sehingga semua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga yang terkait baik dalam tingkat provinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan maupun desa dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan benar sesuai dengan maksud daripada pembentukan Peraturan Menteri Dalam Negeri tersebut.


(4)

2. Guna meningkatkan kinerja Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga di Kabupaten Kutai Timur, Hendaknya Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga proaktif dalam menjalankan program kerjanya dan juga tanggap terhadap kondisi Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga di bawahnya baik di Kecamatan, Kelurahan maupun Desa sehingga dapat dengan efektif dan efisien dalam menjalankan program kerja yang diamanatkan dalam Permendagri Nomor 1 Tahun 2013

3. Dalam mengatasi hambatan yang dapat timbul pada pelaksanaan program kerja Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga, Pemerintah dan Kemendagri melalui Ditjen Pemberdayaan Masyarakat dan Desa perlu meningkatkan pengawasan serta sosialisasi dan juga sarana-sarana lainnya untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan yang merupakan sarana implementasi kebijakan publik.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

I. Buku

Faustino Cordoso Gomes, Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit Andi. Yogyakarta, 1995, hlm 67.

R. A., Supriyono, Akuntansi Manajemen, Edisi pertama, Cetakan pertama, Penerbit BPFE. Yogyakarta, 2001, hlm 89

Jhon Salindeho, Tata Laksana Dalam Manajemen, Sinar Grafika, Jakarta, 1998, hal. 39 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Sinar Grafika, 2010, hlm 19

Schermerhorn, J.R.Jr., Manajemen Buku I, Edisi Bahasa Indonesia Management 5e, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2003

Bernard Chester, Kebijakan Kinerja Karyawan, Cambrigde Mass, Harvard University Press 1999

H. Abdul Latief, Hukum dan Peraturan Kebijaksanaan (Beleidsregel) pada Pemerintahan Daerah, UII Press, Yogyakarta, 2005

Mahendra Putra Kurnia, Pedoman Naskah Akademik PERDA Partisipatif, Kreasi Total Media, Yogyakarta, 2007

II. Makalah, Majalah dan Jurnal

Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Hasil Rapat Kerja Nasional VII PKK Tahun 2010, Penerbit Tim Penggerak Pusat PKK

Laporan Kegiatan Tim Penggerak PKK Kabupaten III Undang-Undang dan Peraturan

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa

Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 Tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga

Keputusan Bupati Kutai Timur Nomor 260/K.685/2011 Tahun 2011 Tentang Penatapan keanggotaan Pengurus Tim Penggerak Pemberdayaan dan kesejahteraan Keluarga Kabupaten Kutai Timur Masa Bhakti 2011-2016

Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah Tahun 2014 Surat Keputusan Nomor 06/SKEP/KEC.SGT.U/I/2015 Tahun 2015 Tentang Pelantikan


(6)

Surat Keputusan Nomor 31/SKEP/PKK KEC.SGT.U/V/2013 Tahun 2013 Tentang Pelantikan Ketua Tim Penggerak PKK Kelurahan Teluk Lingga

Surat Ketetapan Rencana Nomor 189/SKR/PKK.PROV/IX/2014 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Orientasi dan RAKON PKK Prov. Kaltim

Surat Tugas Nomor 107/ST/PKK.KAB/X/2014 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Orientasi dan RAKON PKK Prov. Kaltim

Surat Keputusan Nomor 124/SKEP/PKK.KAB/XII/2014 Tahun 2014 Tentang Pelantikan Ketua Tim Penggerak PKK Kecamatan Sangatta Selatan, Muara Bengkal, Kongbeng, Bengalon, Kaliorang, Kaubun, Sangkulirang, Karangan, dan Sandaran Surat Keputusan Nomor 125/SKEP/PKK.KAB/XI/2014 Tahun 2014 Tentang

Pembentukan Panitia Pelantikan Ketua Tim Penggerak PKK Kecamatan Sanggatta selatan, Muara Bengkal, Kongbeng, Bengalon, Kaliorang, Kaubun, Sangkulirang, Karangan, dan Sandaran

IV Internet

diakses pada tanggal 13 Maret 2015

diakses pada tanggal 20 Maret 2015

2015.

diakses pada anggal

1 April 2015

April 2015.