PENERAPAN MODEL INKUIRI ABDUKTIF DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN LITERASI SAINS SISWA SMA PADA MATERI FLUIDA STATIS.

(1)

PENERAPAN MODEL INKUIRI ABDUKTIF DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN LITERASI SAINS SISWA SMA PADA MATERI

FLUIDA STATIS

Nurria Latifatul Ulum NIM.1100902

Pembimbing I : Drs. Taufik Ramlan Ramalis, M.Si. Pembimbing II : Drs. Iyon Suyana, M.Si. Departemen Pendidikan Fisika FPMIPA UPI

ABSTRAK

Literasi sains merupakan kemampuan siswa menggunakan pengetahuan sains untuk dapat menghargai dan memaknai alam. Literasi sains yang dimiliki siswa bergantung pada penguasaan konsep siswa. Upaya untuk meningkatkan penguasaan konsep dan literasi sains siswa diantaranya dengan menerapkan model inkuri abduktif. Penelitian bertujuan untuk mengetahui penerapan model inkuiri abduktif dalam meningkatkan penguasaan konsep dan literasi sains siswa SMA pada materi fluida statis. Metode penelitian ini adalah Quasy experiment dengan design penelitian Pretest-Postetst Control Grop Design. Model ini diterapkan pada dua kelas siswa kelas X di salah satu SMA Negeri di Kota Cimahi dengan jumlah sampel 39 dan 37 orang siswa. Tes penguasaan konsep berupa soal pilihan ganda sesuai dengan sistem kognitif Marzano sedangkan literasi sains berupa tes pilihan ganda mengadaptasi TOSLS.Skor N-Gain penguasaan konsep yang lebih besar pada kelas eksperimen yaitu 0,69. Kelas kontrol, perolehan skor N-gain penguasaan konsep sebesar 0,50. Skor N-Gain literasi sains 0,86 yang lebih besar pada kelas eksperimen yaitu 0,69. Kelas kontrol, perolehan skor N-gain penguasaan konsep sebesar 0,56. Selanjutnya dilakukan uji Mann Whitney dengan perolehan skor z hitung 0,00 sehingga skor z > 0,05 artinya pembelajaran menggunakan model inkuiri abduktif lebih baik dalam meningkatkan penguasaan konsep dan literasi sains dibandingkan pembelajaran pada kelas kontrol.


(2)

IN STATIC FLUID

Nurria Latifatul Ulum NIM.1100902

Promotor : Drs. Taufik Ramlan Ramalis, M.Si. Co Promotor : Drs. Iyon Suyana, M.Si. Department Education Of Physics FPMIPA UPI

ABSTRACT

Students' scientific literacy is the ability to use scientific knowledge to be able to appreciate and interpret nature. Scientific literacy of the students rely on student mastery of concepts. Efforts to improve the mastery of concepts and scientific literacy among students by implementing abductive inquiry models. The study aims to determine the application of abductive inquiry model to improve the mastery of concepts and scientific literacy of high school students on a static fluid material. This research method is Quasy experiment with research design pretest-Post tetst Control Group Design. The model is applied to two classes of first grade in one of the seniorhigh schools in Cimahi with sample number 39 and 37 students. Tests mastery of concepts in the form of multiple choice questions in accordance with the cognitive system Marzano whereas scientific literacy in the form of a multiple choice test adapts TOSLS. Scores N-Gain greater mastery of concepts in the experimental class is 0.69. Grade control, the acquisition of scores N-gain mastery of concepts of 0.50. Score N-Gain scientific literacy of 0.86 greater the experimental class is 0.69. Grade control, the acquisition of scores N-gain mastery of concepts of 0.56. Mann Whitney test is then performed with the acquisition of 0.00 to calculate the z score z score> 0.05 means learning using abductive inquiry model is better in improving mastery of concepts and scientific literacy learning than the control class.


(3)

Nurria Latifatul Ulum

DAFTAR ISI

ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii v vii viii x BAB I PENDAHULUAN...

A.Latar Belakang... B. Rumusan Masalah... C.Tujuan Penelitian... D.Batasan Masalah... E. Manfaat Penelitian... F. Variabel Penelitian... G.Struktur Organisasi Proposal...

1 1 6 7 7 8 8 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA...

A.Abduktif... B. Model Inkuiri Abduktif... C.Model Inkuiri... D.Penguasaan Konsep... E. Literasi sains... F. Hubungan Model Pembelajaran Inkuiri Abduktif dengan Penguasaan

Konsep dan Literasi Sains... G.Penelitian yang Relevan...

H.Hipotesis Penelitian... 10 10 13 17 18 24 27 31 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN...

A.Metode dan Desain Penelitian... 33 33


(4)

D.Prosedur Penelitian... E. Instrumen Penelitian... F. Uji Coba Instrumen... G.Hasil Uji Coba Instrumen... H.Teknik Pengumpulan Data... I. Teknik Pengolahan Data...

36 38 40 44 49 49 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...

A.Pemaparan Hasil Pretest... B. Keterlaksanaan Model Inkuiri Abduktif... C.Keterlaksanaan Model Inkuiri... D.Peningkatan Penguasaan Konsep... E. Peningkatan Literasi Sains... F. Sebaran Penguasaan Konsep dan Literasi Sains... G.Pemaparan Hasil Posttest...

55 55 56 60 63 72 82 85 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...

A.Kesimpulan... B. Saran...

87 87 88 DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN-LAMPIRAN...

89 93


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pola Penalaran

Abduktif...

Tabel 2.2 Hubungan Tahapan dalam Model Inkuiri Abduktif dengan Tahapan 5M... Tabel 2.3 Tahapan Model Inkuiri Abduktif dalam Melatihkan Penguasaan Pengetahuan... Tabel 2.4 Tahapan Model Inkuiri Abduktif dalam Melatihkan Literasi Sains... Tabel 3.1 Pretest-Posttest Control Group Desain... Tabel 3.2 Interpretasi Validitas... Tabel 3.3 Interpretasi Reliabilitas... Tabel 3.4 Interpretasi Tingkat Kesukaran... Tabel 3.5 Interpretasi Daya Pembeda... Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen Penguasaan Konsep... Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen Literasi Sains... Tabel 3.8 Interpretasi Skor Gain Ternormalisasi... Tabel 3.9 Interpretasi Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran... Tabel 4.1 Hubungan Tahapan dalam Model Inkuiri Abduktif dengan Tahapan 5M... Tabel 4.2 Rekapilatulasi Skor Penguasaan Konsep Keseluruhan

Kelas Eksperimen... Tabel 4.3 Rekapitulasi Skor Penguasaan Konsep Tiap Aspek Kelas Eksperimen... Tabel 4.4 Rekapilatulasi Skor Penguasaan Konsep Keseluruhan Kelas Kontrol... Tabel 4.5 Rekapitulasi Skor Penguasaan Konsep Tiap Aspek Kelas Kontrol

Tabel 4.6 Rekapilatulasi Skor Literasi Sains Keseluruhan Kelas Eksperimen

Tabel 4.7 Rekapitulasi Skor Literasi sains Tiap Aspek Kelas 12 27 28 28 33 41 42 43 44 45 47 50 53 56 62 63 64 65 71 73 74 75


(6)

Tabel 4.9 Rekapitulasi Skor Literasi sains Tiap Aspek Kelas Eksperimen...

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pola Abduksi... Gambar 2.2 Tahapan Model Inkuiri Abduktif...

Gambar 2.3 Taksomoni Baru Yang Memetakan

Pengetahuan...

Gambar 3.1 Desain Penelitian... Gambar 3.2 Tahapan Penelitian... Gambar 3.3 Sebaran Validitas Point Biserial dan Tingkat Kesukaran Instrumen Penguasaan Konsep... Gambar 3.4 Sebaran Validitas Point Biserial dan Tingkat Kesukaran Instrumen Literasi Sains... Gambar 4.1 Keterlaksanaan Model Inkuiri Abduktif... Gambar 4.2 Keterlaksanaan Model Inkuiri Abduktif berdasarkan Kegiatan Guru... Gambar 4.3 Keterlaksanaan Model Inkuiri Abduktif berdasarkan Kegiatan Siswa... Gambar 4.4 Keterlaksanaan Model Inkuiri... Gambar 4.5 Grafik Peningkatan Penguasaan Konsep Tiap Aspek Kelas Eksperimen... Gambar 4.6 Grafik Peningkatan Penguasaan Konsep Tiap Aspek Kelas Kontrol... Gambar 4.7 Grafik Peningkatan N-gain Penguasaan Konsep antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... Gambar 4.8 Grafik Peningkatan N-gain Penguasaan Konsep Tiap Aspek

antara Kelas Eksperimen dan Kelas

11 16 21 34 38

46

48 56

57

57 60

63

66

67

68 73


(7)

Gambar 4.9 Grafik Peningkatan Literasi sains Tiap Aspek Kelas Eksperimen

Gambar 4.10 Grafik Peningkatan Literasi sains Tiap Aspek Kelas Kontrol...

Gambar 4.11 Grafik Peningkatan N-gain Literasi sains antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... Gambar 4.12 Grafik Peningkatan N-gain Literasi sains Tiap Aspek antara

Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol...

Gambar 4.13 Sebaran Skor Penguasaan Konsep dan Literasi Sains pada Nilai Pretest Kelas Eksperimen... Gambar 4.14 Sebaran Skor Penguasaan Konsep dan Literasi Sains pada Nilai Posttest Kelas Eksperimen... Gambar 4.15 Sebaran Skor Penguasaan Konsep dan Literasi Sains pada Nilai Pretest Kelas Kontrol... Gambar 4.16 Sebaran Skor Penguasaan Konsep dan Literasi Sains pada Nilai Posttest Kelas Kontrol...

77

78

81

82

83


(8)

Lampiran A Studi Pendahuluan... Lampiran A. 1 Hasil Wawancara Dengan Guru Fisika... Lampiran A. 2 Hasil Angket Respon Siswa Terhadap Mata Pelajaran Fisika...

93 93

99 Lampiran B. Perangkat Pembelajaran...

Lampiran B. 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan I Kelas Eksperimen... Lampiran B. 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan II Kelas Eksperimen... Lampiran B. 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan III Kelas Eksperimen... Lampiran B. 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan I Kelas Kontrol... Lampiran B. 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan II Kelas Kontrol... Lampiran B. 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan III Kelas Kontrol...

101

101

112

124

137

148

160

Lampiran C. Instrumen Penelitian………..

Lampiran C. 1 Lembar Judgement Tes Penguasaan

Konsep………....

Lampiran C. 2 Lembar Judgement Tes Literasi Sains………... 173 173 201

Lampiran C. 3 Rekapitulasi Uji Coba Instrumen………. 226

Lampiran D. Analisis Hasil Penelitian……….

Lampiran D. 1. a Hasil Observasi Keterlaksaan Model Pembelajaran

Inkuri Abduktif………...

Lampiran D. 1. b Hasil Observasi Keterlaksaan Model Pembelajaran Inkuri... Lampiran D. 2. a Rekapitulasi Skor Pretest dan Posttest Penguasaan

228

228


(9)

Lampiran D. 2. b Rekapilatulasi Skor Pretest dan Posttest Setiap Aspek

Penguasaan Konsep……….

Lampiran D. 3 Uji Normalitas dan Uji Mann Whitney Pretest Penguasaan

Konsep………

Lampiran D. 4. a Rekapitulasi Skor Pretest dan Posttest Literasi Sains…...

Lampiran D. 4. b Rekapilatulasi Skor Pretest dan Posttest Setiap Aspek

Literasi Sains………...

Lampiran D. 5 Uji Normalitas, dan Uji Mann Whitney Posttest Literasi Sains…...

232

238 241

243

246

Lampiran E. Administrasi Penelitian………..

Lampiran E. 1 SK Pembimbing………..

Lampiran E. 2 Surat Penelitian……….

Lampiran E. 3 Lembar Kesediaan Judgement………

249 249 251 252


(10)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah quasy experiment. Alasan penggunaan metode ini karena sulit dilakukan pengontrolan variabel sehingga sulit dilakukan eksperimen murni (Sukmadinata, 2009, hlm. 207).

Desain penelitian yang digunakan adalah Pretest-Posttest Control Group Design. Kelompok eksperimen dan kontrol memiliki karakteristik yang sama karena diambil atau dibentuk dari populasi yang homogen pula (Sukmadinata, 2009, hlm. 204). Penelitian dilakukan di dalam dua kelas, dengan adanya lima kali pertemuan. Pada pertemuan pertama siswa diberikan pretest mengenai materi fluida statis, pertemuan kedua, ketiga dan keempat siswa diberi model pembelajaran inkuiri abduktif pada materi fluida statis, kemudian pada pertemuan kelima siswa diberi posttest berbasis penguasaan konsep dan literasi sains pada materi fluida statis.

Tabel 3.1

Pretest-Posttest Control Group Design

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O1 X1 O2

Kontrol O1 X2 O2

Sumber : Sukmadinata (2009, hlm. 204)

Keterangan: O1 adalah tes sebelum pembelajaran dan O2 adalah tes setelah pembelajaran. X1 adalah perlakuan yang berupa model pembelajaran inkuiri abduktif. X2 adalah perlakuan yang berupa model pembelajaran inkuiri pada kelas kotrol.

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian yang dilakukan secara bertahap. Desain Penelitian dapat dilihat berdasarkan gambar berikut:


(11)

34

Gambar 3. 1 Desain Penelitian

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini akan mengambil populasi, yaitu kelas X di salah satu SMA Negeri di Kota Cimahi. Sampel penelitian adalah siswa kelas X dengan jumlah 39 orang dan 37 orang. Sampel ditentukan dengan teknik simple nonsampling dengan anggapan bahwa seluruh individu yang menjadi anggota populasi memiliki peluang yang sama dan bebas dipilih sebagai anggota sampel (Sukmadinata, 2012, hlm. 255).

C. Definisi Operasional 1. Model Inkuiri Abduktif

Model inkuiri abduktif merupakan model pembelajaran yang terdiri dari empat elemen (Oh, 2013): exploration (eksplorasi), examination (pemeriksaan), selection (seleksi), dan explanation (penjelasan). Dalam setiap tahapan pembelajaran inkuiri abduktif siswa dituntun untuk membuat hipotesis berdasarkan fenomena yang diberikan hingga diperoleh penjelasan terbaik berdasarkan fenomena yang diberikan. Model inkuiri abduktif diobservasi keterlaksanaannya menggunakan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran yang diisi oleh observer yang berlatar belakang pendidikan minimal mahasiswa jurusan Potensi

Masalah

Studi Literatur

Pembuatan Instrumen

Judgement Instrumen

Pre Test Penguasaan Konsep

dan Literasi Sains Uji Coba Instrumen

Model Pembelajaran Inkuiri Abduktif Post Test Penguasaan Konsep

dan Literasi Sains

Peningkatan Penguasaan Konsep dan Literasi Sains Siswa SMA


(12)

kependidikan. Lembar observasi keterlaksanaan tersebut, dapat diukur keterlaksanaan setiap tahapan dalam model inkuiri abduktif.

2. Peningkatan Penguasaan Konsep

Penguasaan konsep merupakan kemampuan siswa menguasai materi pelajaran yang diberikan. Penguasaan konsep merupakan dasar dari penguasaan prinsip-prinsip teori artinya untuk dapat menguasai prinsip dan teori harus dikuasai terlebih dahulu konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan. Penguasaan konsep pada penelitian ini mencakup 4 aspek sistwm kognitif menurut Marzano dan Kendall (2008, hlm. 16), meliputi penarikan kembali, pemahaman, analisis dan penggunaan pengetahuan. Peningkatan penguasaan konsep siswa dianalisis berdasarkan tes pilihan ganda yang diberikan sebelum dan setelah dilakukan pembelajaran pada materi fluida statis. Kemudian membandingkan skor N-gain yang ternormalisasi dari dua kelas yang diberikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran yang berbeda.

3. PeningkatanLiterasi Sains

Literasi Sains adalah kapasitas seseorang untuk menggunakan pengetahuan sains untuk mengidentifikasi pertanyaan dan untuk menggambarkan fakta untuk menghasilkan suatu kesimpulan sehingga dapat mengerti serta dapat membantu dalam membuat keputusan tentang kehidupan kita di alam dan merubah itu untuk peningkatan aktifitas manusia (Programme for International Student Assesment (PISA), Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) dalam Gormally 2012, hlm. 364). Gormally (2012, hlm. 367) mengukur literasi sains siswa berdasarkan tes pilihan ganda. Pada penelitian ini, tes pilihan ganda diujikan sebelum dan setelah dilakukan pembelajaran pada materi fluida statis. Kemudian membandingkan skor N-gain yang ternormalisasi dari dua kelas yang diberikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran yang berbeda.


(13)

36

D. Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan dengan prosedur yang terdiri dari 3 tahap utama, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pelaporan.

1. Tahap Persiapan

a. Memperoleh permasalahan yang berkaitan dengan dunia pendidikan, meliputi, model pembelajaran, penguasaan konsep siswa dan literasi sains siswa.

b. Menyusun proposal penelitian. c. Melaksanakan seminar penelitian.

d. Mengurus surat izin penelitian dan menghubungi pihak sekolah untuk dapat melakukan penelitian di salah satu sekolah menengah atas di Kota Cimahi.

e. Melakukan studi pendahuluan, meliputi hasil belajar siswa berupa nilai, soal ulangan harian, observasi keterlaksanaan pembelajaran, wawancara dengan siswa dan guru Mata Pelajaran Fisika.

f. Merumuskan masalah penelitian berdasarkan kondisi yang terjadi di lapangan, berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilaksanakan. g. Studi literatur terhadap jurnal, buku, artikel, dan laporan penelitian

mengenai abduktif, model inkuiri abduktif, penguasaan konsep dan literasi sains.

h. Menelaah kurikulum Fisika SMA mengenai pokok bahasan yang akan dijadikan fokus dalam penelitian, meliputi cakupan materi, waktu pemberian materi, dan banyaknya jam tatap muka dengan siswa.

i. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan model inkuiri abduktif.

j. Menyusun instrumen penelitian berupa soal penguasaan konsep dan soal literasi sains sesuai dengan materi yang telah ditentukan sebelumnya.

k. Melakukan judgement instrumen (tes) kepada dua orang dosen untuk soal penguasaan konsep dan dua orang dosen untuk soal literasi sains.


(14)

l. Memperbaiki instrumen setelah dikoreksi oleh judgement tes.

m. Melakukan uji coba instrumen kepada siswa yang telah memperoleh pembelajaran mengenai materi yang telah ditentukan.

n. Menganalisis secara statistik hasil uji coba instrumen yang meliputi validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas sehingga dapat diketahui kelayakan instrumen tersebut.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melaksanakan pretest penguasaan konsep dan literasi sains pada materi fluida statis pada kedua kelas.

b. Melaksanakan pembelajaran menggunakan model inkuiri abduktif pada kelas eksperimen dan pembelajaran menggunakan model inkuiri pada kelas kontrol.

c. Melaksanakan posttest penguasaan konsep dan literasi sains pada materi fluida statis pada kedua kelas.

d. Mengolah data hasil pretest dan posttest, kemudian membandingkan skor pretest dan posttest sehingga diperoleh gambaran peningkatan kemampuan penguasaan konsep dan literasi sains siswa pada materi fluida statis berupa skor N-gain.

e. Menganalisis perolehan skor N-Gain antara kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan teori yang relevan.

3. Tahap Pelaporan

a. Menarik kesimpulan berdasarkan data dan analisis yang dilakukan. b. Menyusun laporan penelitian.


(15)

38

Gambar 3. 2 Tahapan Penelitian

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan antara lain adalah lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model inkuri abduktif dan model inkuiri, tes penguasaan konsep dan tes literasi sains. Tes penguasaan konsep dan literasi sains disusun dalam bentuk pilihan ganda. Penguasaan Konsep diukur berdasarkan 4 aspek menurut Marzano. Literasi sains diukur menggunakan adaptasi dari Test Of Scientific Literacy Skills (TOSLS) menurut Gormally. Berikut merupakan rincian instrumen yang digunakan dalam penelitian.

1. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan lembar yang digunakan peneliti untuk dapat menilai aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran yang berlangsung. Lembar observasi ini menunjukkan persentase keterlaksanaan

Tahap Persiapan •Memperoleh permasalahan •Penyusunan proposal penelitian •Studi Pendahuluan •Merumuskan

permasalahan penelitian

•Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) •Menyusun Instrumen •Melakukan Judgement Instrumen

•Uji Coba Instrumen •Analisis Butir Soal

Tahap Pelaksanaan

•Pretest Penguasaan Konsep dan Literasi Sains pada Materi Fluida Statis •Melakukan

pembelajaran menggunakan model inkuiri abduktif pada kelas eksperimen dan pembelajaran menggunakan model inkuiri pda kelas kontrol •Posttest Penguasaan

Konsep dan Literasi Sains pada Materi Fluida Statis •Pengolahan Data

Hasil Pretest dan Posttest

•Analisis data

Tahap Pelaporan

•Penarikan Kesimpulan •Menyusun laporan


(16)

tahapan kegiatan guru dan siswa yang berlangsung sesuai dengan penyusunan RPP yang dilakukan sebelumnya sehingga keterlaksanaan tahapan pembelajaran menggunakan model inkuiri abduktif dan model inkuiri dapat digambarkan.

Bentuk lembar observasi merupakan lembaran isian ceklis sehingga observer hanya membubuhkan tanda ceklis (v) untuk setiap pernyataan pada format observasi yang diberikan berkaitan dengan kegiatan guru dan kegiatan siswa pada setiap tahapan pembelajaran model inkuiri abduktif dan model inkuiri.

2. Tes Pengetahuan Konsep

Tes Penguasaan Konsep merupakan test yang disusun berdasarkan 4 aspek penguasaan konsep menurut Marzano yang meliputi penarikan kembali, pemahaman, analisis dan penggunaan pengetahuan. Tes penguasaan konsep diberikan dalam bentuk tes pilihan ganda.

Tes diberikan dua kali berupa pretest dan posttest. Soal-soal yang digunakan pada pretest dan posttest adalah soal yang sama, agar tidak memberikan pengaruh yang signifikan yang diakibatkan perbedaan kualitas instrumen terhadap perubahan penguasaan konsep yang terjadi. Dengan soal yang sama pula dapat memudahkan analisis peningkatan kemampuan penguasaan konsep siswa.

Penentuan skor tes literasi sains menggunakan Right Skor Only artinya jika benar diberi nilai 1 dan jika salah diberi nilai 0.

3. Test Literasi Sains

Test Of Scientific Literacy Skills (TOSLS) merupakan tes pilihan ganda untuk dapat mengukur literasi sains siswa yang disusun oleh Gormally. Tes literasi sains pada penelitian ini mengadopsi TOSLS menurut Gormally (2012, hlm. 367) dengan mengukur literasi sains sebagai berikut. (1) Identifikasi argumen ilmiah yang valid, (2) Evaluasi validitas sumber, (3) Evaluasi penggunaan dan penyalahgunaan informasi ilmiah, (4)


(17)

40

temuan/kesimpulan, (5) Membuat representasi grafik dari data, (6) Membaca dan menafsirkan data yang disajikan dalam bentuk grafik, (7) Menyelesaikan masalah menggunakan keterampilan kuantitatif, termasuk statistik dan probabilitas, (8) Memahami dan menginterpretasikan dasar statistik, dan (9) Membenarkan inferensi, prediksi, dan kesimpulan berdasarkan data kuantitatif.

Tes diberikan dua kali berupa pretest dan posttest. Soal-soal yang digunakan pada pretest dan posttest adalah soal yang sama, agar tidak memberikan pengaruh yang signifikan yang diakibatkan perbedaan kualitas instrumen terhadap perubahan skor yang terjadi. Dengan soal yang sama pula dapat memudahkan analisis peningkatan literasi sains siswa.

Penentuan skor tes literasi sains menggunakan Right Skor Only artinya jika benar diberi nilai 1 dan jika salah diberi nilai 0.

F. Uji Coba Instrumen

Sebelum diujikan pada siswa, soal tes melewati proses judgement, setelah melalui proses judgement soal diuji cobakan pada siswa yang telah memperoleh pembelajaran mengenai fluida statis. Uji coba instrumen dilakukan pada siswa yang memiliki karakteristik yang sama dengan siswa yang akan dijadikan sampel penelitian. Data hasil uji coba instrumen dianalisis secara statistik yang meliputi uji validitas butir soal, uji reliabilitas tes, uji daya pembeda butir soal, dan uji tingkat kesulitan butir soal.

1. Validitas Butir Soal

Validitas adalah nilai yang menunjukkan tingkat valid atau sahih dari instrumen, mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2012, hlm. 80). Jika suatu instrumen dapat mengukur objek yang ingin diukur serta dapat mengungkapkan data sesuai dengan kebutuhan penelitian maka intrumen tersebut dikatakan valid. Nilai validitas instrumen menunjukkan menyimpang atau tidaknya data yang telah terkumpul sebagai gambaran dari tingkat validitas instrument.

Nilai validitas ditentukan dengan mencari nilai point biserial dalam Persamaan 3.1.


(18)

= ̅ − ̅ √ … .

Sumber: Wikipedia

Keterangan:

= koefisien korelasi point biserial

̅ = skor tiap butir soal untuk setiap siswa uji coba

̅ = skor total tiap siswa uji coba p = jawaban benar

q = jawaban salah Sn = standar deviasi.

Nilai yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan validitas butir soal dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Interpretasi Validitas

Koefisien Korelasi Kriteria Validitas

, < , Sangat Tinggi

, < , Tinggi

, < , Cukup

, < , Rendah

, < , Sangat Rendah

Sumber: Arikunto (2012, hlm.89)

2. Reliabilitas Tes

Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan tes dengan kata lain tingkat konsistensi tes, artinya tingkatan yang menunjukkan tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/konsisten (tidak berubah-ubah) ketika dilakukan tes pada situasi yang berbeda-beda (Munaf, 2001, hlm. 59). Reliabilitas tes


(19)

42

20, instrumen yang digunakan berupa soal pilihan ganda. Persamaan K – R 20 tersebut pada Persamaan 3.2.

= � −∑ ...(3.2)

Sumber: Arikunto (2012, hlm.115) Keterangan :

= realibilitas instrumen

p = proporsi siswa yang menjawab item dengan benar q = proporsi siswa yang menjawab item dengan salah S = standar deviasi dari tes

n = banyaknya item

Nilai yang diperoleh diinterpretasikan dalam menentukan reliabilitas instrumen dengan kriteria apabila > rtabel maka instrumen tersebut reliabel , kriteria terdapat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3

Interpretasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas

, < , Sangat Tinggi

, < , Tinggi

, < , Cukup

, < , Rendah

, < , Sangat Rendah

Sumber: Arikunto (2009, hlm.75)

3. Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tingkat kesukaran butir soal merupakan nilai yang diperoleh dari perbandingan keseluruhan siswa yang menjawab benar pada butir soal dalam instrumen. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah menyebabkan siswa tidak terangsang


(20)

untuk mempertinggi usaha agar dapat memecahkan persoalan yang ada. Sebaliknya soal yang terlalu sukar menyebabkan siswa menjadi putus asa sehingga berkurang semangat untuk mencoba memecahkan persoalan yang berada di luar jangkauan (Arikunto, 2012, hlm. 222). Nilai yang menunjukkan tingkat kesukaran dari suatu soal disebut indeks kesukaran. Indeks kesukaran berada di dalam rentang nilai antara 0,00 hingga 1,00. Besarnya indeks kesukaran dapat di peroleh dengan menggunakan Persamaan 3.3.

=��.... (3.3)

Sumber: Arikunto (2012, hlm.223)

Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = Banyak siswa menjawab betul JS = Jumlah siswa.

Nilai P yang diperoleh diinterpretasikan dalam menentukan tingkat kesukaran butir soal dengan kriteria Tabel 3.4.

Tabel 3.4

Interpretasi Tingkat Kesukaran

Indeks Tingkat Kesukaran

0,00-0,30 Sukar

0,30-0,70 Sedang

0,70-1,00 Mudah

Sumber: Arikunto (2012, hlm.225)

4. Daya Pembeda Butir Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah) (Arikunto, 2012, hlm. 226). Persamaan yang digunakan untuk menunjukkan daya pembeda adalah Persamaan 3.4.


(21)

44

� = � −� = − … . . .

Sumber: Arikunto (2012, hlm.228)

Keterangan:

J = jumlah peserta tes

= banyaknya peserta kelompok atas = banyaknya peserta kelompok bawah

� = jumlah kelompok atas yang menjawab benar

� = jumlah kelompok bawah yang menjawab benar

Nilai D yang diperoleh diinterpretasikan dalam menentukan daya pembeda butir soal dengan kriteria Tabel 3.5.

Tabel 3.5

Interpretasi Daya Pembeda

Indeks Tingkat Daya Pembeda

0,00-0,20 Negatif

0,20-0,40 Cukup

0,40-0,70 Baik

0,70-1,00 Baik Sekali

Negatif Semuanya tidak baik

Sumber: Arikunto (2012, hlm.226)

G. Hasil Uji Coba

Setelah dilakukan judgement tes oleh ahli, Soal Penguasaan Konsep dan Literasi Sains diujikan kepada siswa kelas XI pada salah satu SMA Negeri di Kota Cimahi yang telah mendapatkan pembelajaran materi fluida statis. Soal Penguasaan Konsep yang disusun terdiri dari 18 soal yang meliputi 2 soal aspek penarikan pengetahuan, 8 soal aspek pemahaman, 3 soal aspek analisis 5 soal penggunaan pengetahuan. 4 aspek tersebut merupakan 4 aspek sistem kognitif


(22)

menurut Marzano dan Kendall (2008, hlm. 16). Kemudian dilakukan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda seperti pada Tabel 3.6.

Tabel. 3.6 Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen Penguasaan Konsep

No. Soal

Validitas Konstruks Reliabilitas Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran Ket

Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori

1 0,46 Cukup

0,55 Cukup

0,58 Baik 0,56 Sedang Digunakan

2 0,55 Cukup 0,58 Baik 0,58 Sedang Digunakan

3 0,65 Tinggi 0,58 Baik 0,19 Sukar Digunakan

4 0,62 Tinggi 0,67 Baik 0,33 Sedang Digunakan

5 0,49 Cukup 0,25 Cukup 0,14 Sukar Tidak

Digunakan

6 0,57 Cukup 0,50 Baik 0,28 Sukar Digunakan

7 0,60 Cukup 0,50 Baik 0,28 Sukar Digunakan

8 0,62 Tinggi 0,50 Baik 0,22 Sukar Digunakan

9 0,42 Cukup 0,58 Baik 0,58 Sedang Digunakan

10 0,61 Tinggi 0,33 Cukup 0,11 Sukar Digunakan

11 0,43 Cukup 0,33 Cukup 0,17 Sukar Digunakan

12 0,54 Cukup 0,33 Cukup 0,25 Sukar Digunakan

13 0,43 Cukup 0,50 Baik 0,67 Sedang Tidak

Digunakan

14 0,42 Cukup 0,42 Baik 0,44 Sedang Digunakan

15 0,33 Rendah 0,58 Baik 0,44 Sedang Digunakan

16 0,19 Sangat

Rendah 0,33 Cukup 0,31 Sedang

Tidak Digunakan

17 0,75 Tinggi 0,42 Baik 0,17 Sukar Digunakan

18 0,50 Cukup 0,42 Baik 0,50 Sedang Digunakan

Berdasarkan Tabel 3.6, dari 18 butir soal penguasaan konsep yang telah melalui proses judgement dan uji coba, terdapat tiga butir soal yang tidak digunakan karena indikator tersebut masih terwakili oleh nomor soal lainnya. Sehingga butir soal penguasaan konsep yang akan diujikan sebanyak 15 butir soal. Kemudian dianalisis sebaran instrumen penguasaan konsep dilihat dari


(23)

46

Sukar Sedang

Gambar 3. 3 Sebaran Validitas Point Biserial dan Tingkat Kesukaran Instrumen Penguasaan Konsep

Berdasarkan Gambar 3.3, sebaran validitas dan tingkat kesukaran diperoleh nilai uji validitas item butir soal sebesar 5,56% berkategori sangat rendah, 5,56% berkategori rendah, 73,33% berkategori cukup, dan 27,78% berkategori tinggi. Uji reliabilitas yang bernilai 0,55 berkategori sedang. Uji tingkat kesukaran butir soal sebesar 50,00% berkategori sedang dan 50,00% berkategori sukar.

Soal penguasaan konsep yang digunakan untuk penelitian sebanyak 15 soal dengan membuang nomor 5, 13 dan 16 karena indikator soal sudah terwakili oleh soal yang lain. Kemudian ada satu soal yang validitasnya rendah yaitu soal nomor 15 masih digunakan karena berdasarkan analisis statistik validitas konstruk empirik yang berdasarkan uji coba tes dan mempertimbangkan hasil validitas isi yang dilakukan oleh judgment tes, soal tersebut dapat mewakili penguasaan konsep siswa karena tidak ada indikator soal lain yang dapat mewakili soal tersebut sehingga soal tersebut digunakan dalam penelitian.

Soal Literasi Sains yang disusun terdiri dari 13 soal. Soal tersebut disusun berdasarkan indikator literasi sains menurut Gormally (2012 , hlm. 367) pada penelitian ini digunakan 8 indikator penelitian diantaranya sebagai

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7

Valid

itas

Tingkat Kesukaran

Tinggi

Cukup

Rendah

Sangat Rendah


(24)

berikut: 1) Mengetahui suatu informasi dan analisis menggunakan metode inkuiri sehingga dapat membangun pengetahuan sainstifik, meliputi a) mengidentifikasi kebenaran dari suatu argumen sains sebanyak 2 soal, b) mengevaluasi kebenaran sumber sebanyak 2 soal, c) mengevaluasi penggunaan sebanyak 2 soal ; 2) Mengorganisasi, menganalisis, dan menginterpretasi data kuantitatif dan informasi sains, meliputi a) membuat grafik yang dapat merepresentasikan data sebanyak 2 soal, b) membaca dan menginterpretasikan data sebanyak 1 soal, c) menyelesaikan masalah menggunakan kemampuan kuantitatif termasuk probabilitas dan statistik sebanyak 1 soal, d) mengerti dan menginterpretasikan dasar statistik sebanyak 2 soal, e) menganalisis interferensi, prediksi dan kesimpulan berdasarkan data kuantitatif sebanyak 1 soal. Kemudian dilakukan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda seperti pada Tabel 3.7.

Tabel. 3.7 Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen Literasi Sains

No. Soal

Validitas Konstruks Reliabilitas Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran Ket

Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori

19 0,62 Tinggi

0,59 Cukup

0,67 Baik 0,47 Sedang Digunakan

20 0,57 Cukup 0,58 Baik 0,72 Mudah Digunakan

21 0,65 Tinggi 0,58 Baik 0,50 Sedang Digunakan

22 0,40 Rendah 0,50 Baik 0,39 Sedang Tidak

Digunakan

23 0,61 Tinggi 0,58 Baik 0,25 Sukar Digunakan

24 0,44 Cukup 0,67 Baik 0,47 Sedang Tidak

Digunakan

25 0,57 Cukup 0,50 Baik 0,33 Sedang Digunakan

26 0,69 Tinggi 0,83 Baik 0,42 Sedang Digunakan

27 0,26 Rendah 0,17 Rendah 0,14 Sukar Digunakan

28 0,42 Cukup 0,42 Baik 0,22 Sukar Digunakan

29 0,52 Cukup 0,58 Baik 0,30 Sukar Digunakan

30 0,54 Cukup 0,67 Baik 0,39 Sukar Tidak


(25)

48

Berdasarkan Tabel 3.7, dari 13 butir soal literasi sains yang telah melalui proses judgement dan uji coba, terdapat tiga butir soal yang tidak digunakan karena indikator tersebut masih terwakili oleh nomor soal lainnya. Sehingga butir soal literasi sains yang akan diujikan sebanyak 10 butir soal. Kemudian dianalisis sebaran instrumen literasi sains dilihat dari validitas point biserial dan tingkat kesukaran pada Gambar 3.4.

Sukar Sedang Mudah

Gambar 3. 4 Sebaran Validitas Point Biserial dan Tingkat Kesukaran Instrumen Literasi Sains

Berdasarkan Gambar 3.4, sebaran validitas dan tingkat kesukaran diperoleh nilai uji validitas item butir soal sebesar 15,38% berkategori rendah, 53,84% berkategori cukup, dan 30,76% berkategori tinggi. Uji reliabilitas yang bernilai 0,59 berkategori sedang. Uji tingkat kesukaran butir soal sebesar 7,69% berkategori mudah, 53,84% berkategori sedang dan 38,46% berkategori sukar. Berdasarkan tabel dan sebaran tersebut, maka soal literasi sains yang digunakan untuk penelitian sebanyak 10 soal dengan membuang soal nomor 22, 24 dan 30 karena indikator soal sudah terwakili oleh soal yang lain. Kemudian ada satu soal yang validitasnya rendah yaitu soal nomor 27 masih digunakan karena berdasarkan analisis statistik validitas konstruk empirik yang

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8

Valid

itas

Tingkat Kesukaran

Tinggi

Cukup

Rendah

Sangat Rendah


(26)

berdasarkan uji coba tes dan mempertimbangkan hasil validitas isi yang dilakukan oleh judgment tes, soal tersebut dapat mewakili literasi sains siswa karena tidak ada indikator soal lain yang dapat mewakili soal tersebut sehingga soal tersebut digunakan dalam penelitian.

H. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh terdiri dari dua jenis data yaitu data kuantitatif dan data kualitatif.

1. Data Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh melalui pretest dan posttest adalah nilai penguasaan konsep dan literasi sains yang sebelum dan setelah dilakukan pembelajaran menggunakan model inkuiri abduktif, sehingga dapat menggambarkan peningkatan penguasaan konsep dan literasi sains siswa dengan adanya skor N-gain. Bentuk tes yang digunakan yaitu tes pilihan ganda pada materi fluida statis.

2. Data Kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian diperoleh format observasi. Format observasi diperlukan untuk mengetahui keterlaksanaan dari tahapan pembelajaran. Data diperoleh berdasarkan observasi menggunakan alat pengumpul data berupa lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri abduktif. Observasi dilakukan oleh observer yang berlatar belakang pendidikan minimal mahasiswa jurusan kependidikan.

I. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Prosedur analisis dari tiap data sebagai berikut.

1. Pengolahan Data Kuantitatif

a. Pemberian skor untuk pretest dan posttest.

Penskoran yang dilakukan adalah penskoran Rights Only, yaitu pemberian skor 1 untuk jawaban benar dan pemberian skor 0 untuk jawaban salah. Pemberian skor dihitung menggunakan Persamaan 3.5.


(27)

50

b. Menghitung skor gain ternormalisasi (N-gain)

Skor N-gain merupakan skor yang digunakan untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep dan literasi sains siswa berdasarkan skor pretest dan posttest yang diperolehnya. Sehingga pengaruh penggunaan perlakuan dapat diketahui. Skor gain ternormalisasi diperoleh menggunakan persaman 3.6.

= � −� �

� −� �....(3.6)

Keterangan :

Spost = skor tes akhir Spre = skor tes awal Smaks = skor maksimum

Nilai yang diperoleh diinterpretasikan dalam menentukan skor gain ternormalisasi dengan kriteria seperti pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8

Interpretasi Skor Gain Ternormalisasi

Kriteria

0,70 Tinggi

0,30 <0,70 Sedang

< 0,30 Rendah

Sumber: Hake (1999, hlm. 1)

c. Uji normalitas.

Uji normalitas merupakan pengujian terhadap data yang sehingga diketahui normalitas distribusi data yang diperoleh berdasarkan penelitian. Data berdistribusi normal digunakan dalam statistik parametrik. Uji


(28)

normalitas diperoleh menggunakan Persamaan 3.7 (Sudjana, 2005, hlm. 273).

ᵡ = ∑ − ℎ

ℎ . . . . .

Persamaan diatas merupakan distribusi χ² (chi-kuadrat) dengan derajat kebebasan (k-1). Adapun langkah-langkah untuk melakukan uji normalitas sebagai berikut.

1) Menghitung nilai rata-rata (Mean = M)

2) Menghitung nilai standardeviasi (sd)/membuat frekuensi observasi (Fo) dan Frekuensi harapan (Fh) dengan menentukan:

a) Rentang skor: r = skor tertinggi - skor terendah b) Banyak kelas: k = 1 + 3,3 log n

c) Panjang kelas: p = r/k d) Tabel distribusi

Kelas (k)

Frekuensi (Oi)

Batas Kelas (bk)

z-score l1-l2 L (l2-l1) Ei χ²

Dengan = −�

e) Menentukan derajat kebebasan: υ=k-1 f) Menentukan nilai χ² pada tabel chi kuadrat g) Penentuan normalitas

Sumber : Pangabean (2001)

Berdasarkan tabel chi-kuadrat dengan � = 0,05 dan derajat kebebasan (k-1), akan diperoleh nilai χ²total tertentu. Selanjutnya dengan menggunakan

perhitungan akan dihasilkan χ²hitung tertentu juga. Jika χ²total lebih besar χ²hitung maka sampel berdistribusi normal.


(29)

52

Jika data berdistribusi normal, maka pengolahan data dilanjutkan dengan uji homogenitas. Tetapi, jika salah satu dari data tersebut tidak berdistribusi normal pengolahan dilanjutkan kepada uji hipotesis, yaitu Uji Mann Whitney. d. Uji homogenitas.

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui homogen atau tidaknya data yang diperoleh. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji homogenitas varians data N-gain dua kelompok dengan Persamaan 3.8 (Sudjana, 2005, hlm. 219).

� =� �

� � � ....(3.8)

Jika � � � � ,� nilai diperoleh dari daftar distribusi F dengan peluang 1/2� dan derajat kebebasan v1 dan v2 masing-masing sesuai dengan dk pembilang dan penyebut dalam persamaan tersebut maka tolak H0 dan terima H1.

e. Uji hipotesis.

Uji hipotesis digunakan agar untuk menentukan hipotesis tersebut dapat diterima atau ditolak (Sudjana, 2005, hlm. 219). Hipotesis penelitian ini yaitu penerapan model Inkuiri Abduktif lebih baik dalam meningkatkan penguasaan konsep dan literasi sains siswa dibandingkan kelas kontrol. Pengujian hipotesis tersebut dengan Uji Mann Whitney. Uji hipotesis bertujuan untuk memperoleh perbedaan yang signifikan antara peningkatan N-gain pada kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen jika zhitung berada di daerah penolakan H0. Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan Persamaan 3.9.

Z = �− .

√ . . + + ....(3.9)

Keterangan :

= Statistik Uji U1 = Statistik Uji U2 = jumlah rank sampel 1 = jumlah rank sampel 2


(30)

� = banyaknya anggota sampel 2

2. Pengolahan Data Kualitatif

Data hasil observasi diperoleh dari lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Lembar observasi ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanakan dari fase-fase pembelajaran yang digunakan. Dalam lembar observasi ini disediakan kolom kritik dan saran berupa keterangan. Hal ini dilakukan agar kekurangan serta kelemahan yang terjadi selama pembelajaran dapat diketahui sehingga diharapkan pembelajaran selanjutnya bisa lebih baik. Adapun presentase data lembar observasi tersebut dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 3.10.

% = ∑ �� �� �� �� �� � ���× % … .

Setelah data dari lembar observasi tersebut diolah, kemudian diinterpretasikan dengan mengadopsi kriteria presentase angket seperti Tabel 3.9.

Tabel 3.9

Interpretasi Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran

KT (%) Kriteria

= Tak satu pun kegiatan terlaksana

< Sebagian kecil bagian terlaksana

< < Hampir setengah kegiatan terlaksana

= Setengah kegiatan terlaksana

< Sebagian besar kegiatan terlaksana

< < Hampir seluruh kegiatan terlaksana


(31)

54

Keterangan:


(32)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian mengenai penerapan model inkuiri abduktif dalam meningkatkan penguasaan konsep dan literasi sains siswa SMA pada materi fluida statis, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa SMA

Setelah penerapan model pembelajaran inkuiri abduktif terjadi peningkatan penguasaan konsep pada kelas eksperimen. Kelas eksperimen memperoleh skor N-gain penguasaan konsep yang lebih besar yaitu 0,69. Sedangkan pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki skor N-gain penguasaan konsep sebesar 0,50. Berdasarkan skor N-Gain tersebut, maka kelas yang menggunakan model inkuiri abduktif dalam pembelajaran memiliki peningkatan penguasaan konsep yang lebih baik dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan model inkuiri.

2. Peningkatan Literasi Sains Siswa SMA

Setelah penerapan model pembelajaran inkuiri abduktif terjadi peningkatan literasi sains pada kelas eksperimen. Kelas eksperimen menggunakan model inkuri abduktif, memperoleh skor N-gain literasi sains yang lebih besar yaitu 0,86. Pada kelas kontrol, memperolehan skor N-gain literasi sains sebesar 0,56. Berdasarkan skor N-Gain tersebut, maka kelas yang menggunakan model inkuiri abduktif dalam pembelajaran memiliki peningkatan literasi sains yang lebih baik dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan model inkuiri.

3. Sebaran Penguasaan Konsep dan Literas Sains Siswa SMA

Sebaran skor Penguasaan Konsep dan skor Literasi Sains dapat menggambarkan peningkatan penguasaan konsep yang tinggi berdampak pula pada


(33)

87

B. Rekomendasi

Rekomendasi untuk pengembangan penelitian selanjutnya diantaranya sebagai berikut.

1. Model inkuiri abduktif diterapkan pada materi lain yang sesuai dengan kurikulum.

2. Perlu dilakukan analisis lebih lanjut mengenai peningkatan penguasaan konsep dan peningkatan literasi sains yang terjadi.


(34)

REFERENSI

Aliseda, A. (2006). Abductive reasoning. Dordrecht: Springer.

Anderson, L.W., Krathwohl, D.R., et al. (2010). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Assesment (Edisi Terjemahan, Cetakan 1). Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Anita. 2007. Model Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) pada Topik Larutan Penyangga untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa. Tesis Magister PPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: (Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara.

Brickman, P., et al. (2009). “ Effect of Inquiry-based learning on Students’ Science Literacy Skills and Con fidence.” International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning. Vol 3 (2),1-22. [Online]. Tersedia: http://academics.georgiasouthern.edu/ijsotl/v3n2/articles/PDFs/Article_Bri ckman.pdf [16 Maret 2015]

Carin and Sund. 1990. Teaching Science Through Discovery. New York: Merrill Publishing Company.

Chisholm, R. M. (1966). Theory of knowledge. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall [3rd ed. 1988].

Dahar, Ratna Wilis. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dahar, Ratna Wilis. (1988). Teori-teori Belajar. Jakarta: Departemen P dan K Direktorat Jendral Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tanaga Kependidikan.

Dahlan, MD. (1984). Model-model Mengajar. Bandung: CV Diponegoro. Depdiknas. (2003).


(35)

89

Ekohariadi. (2009).Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Literasi Sains Siswa Indonesia berusia 15 tahun. Jurnal Pendidikan Dasar. Vol 10 No 1, Maret 2009. 28-41.

Fumerton, R. A. (1980). Induction and reasoning to the best explanation. Philosophy of Science, 47, 589–600.

Gormally et al. (2012). Developing a Test of Scientific Literacy Skills (TOSLS): Measuring Undergraduates’ Evaluation of Scientific Information and Arguments. DOI: 10.1187/cbe.12-03-0026.

Gulo, W. (2002). Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Grasindo.

Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Score. Tersedia: www.list.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855 [20 April 2015].

Hardiansyah, Deni. (2010). Penerapan Model Pembelajaran LEARNING CYCLE 7E Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep Siswa SMA. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Hintikka, J. (1998). What is abduction? The fundamental problem of

contemporary epistemology. Transactions of the Charles Sanders Peirce Society, 34, 503–533.

Holbrook Jack. (2009). “ The Meaning of Scientific Literacy”. International

Journal of Environmental & Science Educational, 4 (3), 144-150

______. (2012). Point Biserial Correlation Coefficient. Diakses melalui: http://en.wikipedia.org/wiki/Point-biserial-correlation-coefficient.

Josephson, John R and Josephson, Susan G., 1996, Abductive inference computation, phylosophy, technology, chapther 1 conceptual analysis of abduction. Cambridge University Press.

Magnani, L. (2001). Abduction, reason, and science. Dordrecht: Kluwer.

Marzano, R. J. (2000). Designing a new taxonomy of educational objectives. Thousand Oaks, CA: Corwin Press.

Marzano, Robert J. & Kendall, John S. (2008). Designing and Assesing Educational Objectives. United States of America : Corwin Press.


(36)

Mulyani, Dessy. (2013). Penggunaan Strategi Predict-Observe-Explain untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa SMP pada Materi Tekanan. Skripsi: Pendidikan Fisika UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Bandung.

Nugroho, Yohanes. (2011). It’s Easy Olah Data Dengan SPSS. Yogyakarta: Skripta Media Creative.

Nurjanah. (2005). Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP pada Pembelajaran Fisika. Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

OECD. (2006). Assessing Scientific literacy, reading and mathematical literacy: A framework for PISA 2006.

Oh, Phil Seok. (2010). “How Can Teachers Help Students Formulate Scientific Hypotheses? Some Strategies Found in Abductive Inquiry Activities of Earth Science.” International Journal of Science Education. Vol. 32, No. 4, pp.541-560. DOI: 10.1080/09500690903104457

Panggabean, P.L. (2001). Statistika Dasar. Bandung : Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

Peirce, C. S. (1878). Deduction, induction, and hypothesis. In Peirce (CP) 2.619– 2.644.

Peirce, C. S. (1903). Lectures on pragmatism. In Peirce (CP) 5.14–5.212.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN KEBUDAYAAN STANDAR

PROSES 2013 Nomor 65 Tahun 2013

Program For International Student Assesment. (2003). The PISA 2003 assessment framework. Organisation for economic Co Operation And Development Purwadaminta. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Rustaman, et al. (2008). Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah Dalam Pendidikan

Sains Dan Assesmentnya. [Online].

Tersedia://http:www.scrib.com/doc/9291549/Kemampuan-penalaran- [21 April 2015].


(37)

91

Saepuzaman, Duden. (2008). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Pembelajaran Materi Rangkaian Listrik Arus Searah Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Sagala. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses. Jakarta: Kencana Pradana.

Schurz, G. (2008). Patterns of abduction. Dordrecht: Springer, 164:201–234. Silberman, M. (2009). Active Learning: 101 Startegi Pembelajaran Aktif.

Yogyakarka: Pustaka Insan Madani.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Subhan. (2009). Penggunaan Multimedia Interaktif Berbasis Literasi Sains dan Teknologi Pada Pembelajaran IPA Terpadu Dengan Tema Pengaruh Zat Adiktif dan Psikotropika. Tesis Universitas Pendidikan Indonesai: Tidak diterbitkan.

Subhan. (2009). Penggunaan Multimedia Interaktif Berbasis Literasi Sains dan Teknologi Pada Pembelajaran IPA Terpadu Dengan Tema Pengaruh Zat Adiktif dan Psikotropika. Tesis Universitas Pendidikan Indonesai: Tidak diterbitkan

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kulitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda Karya. Sukmadinata. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda Karya. Toharudin, U, et al. (2011). Membangun literasi sains peserta didik. Bandung:

Humaniora

Oh, Jung Young. (2013). Understanding Natural Science Based on Abductive


(1)

Nurria Latifatul Ulum, 2015

PENERAPAN MODEL INKUIRI ABDUKTIF DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN LITERASI SAINS SISWA SMA PADA MATERI FLUIDA STATIS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian mengenai penerapan model inkuiri abduktif dalam meningkatkan penguasaan konsep dan literasi sains siswa SMA pada materi fluida statis, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa SMA

Setelah penerapan model pembelajaran inkuiri abduktif terjadi peningkatan penguasaan konsep pada kelas eksperimen. Kelas eksperimen memperoleh skor N-gain penguasaan konsep yang lebih besar yaitu 0,69. Sedangkan pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki skor N-gain penguasaan konsep sebesar 0,50. Berdasarkan skor N-Gain tersebut, maka kelas yang menggunakan model inkuiri abduktif dalam pembelajaran memiliki peningkatan penguasaan konsep yang lebih baik dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan model inkuiri.

2. Peningkatan Literasi Sains Siswa SMA

Setelah penerapan model pembelajaran inkuiri abduktif terjadi peningkatan literasi sains pada kelas eksperimen. Kelas eksperimen menggunakan model inkuri abduktif, memperoleh skor N-gain literasi sains yang lebih besar yaitu 0,86. Pada kelas kontrol, memperolehan skor N-gain literasi sains sebesar 0,56. Berdasarkan skor N-Gain tersebut, maka kelas yang menggunakan model inkuiri abduktif dalam pembelajaran memiliki peningkatan literasi sains yang lebih baik dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan model inkuiri.

3. Sebaran Penguasaan Konsep dan Literas Sains Siswa SMA

Sebaran skor Penguasaan Konsep dan skor Literasi Sains dapat menggambarkan peningkatan penguasaan konsep yang tinggi berdampak pula pada peningkatan literasi sains siswa SMA pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.


(2)

B. Rekomendasi

Rekomendasi untuk pengembangan penelitian selanjutnya diantaranya sebagai berikut.

1. Model inkuiri abduktif diterapkan pada materi lain yang sesuai dengan kurikulum.

2. Perlu dilakukan analisis lebih lanjut mengenai peningkatan penguasaan konsep dan peningkatan literasi sains yang terjadi.


(3)

Nurria Latifatul Ulum, 2015

PENERAPAN MODEL INKUIRI ABDUKTIF DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN LITERASI SAINS SISWA SMA PADA MATERI FLUIDA STATIS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu REFERENSI

Aliseda, A. (2006). Abductive reasoning. Dordrecht: Springer.

Anderson, L.W., Krathwohl, D.R., et al. (2010). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Assesment (Edisi Terjemahan, Cetakan 1). Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Anita. 2007. Model Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) pada Topik Larutan Penyangga untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa. Tesis Magister PPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: (Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara.

Brickman, P., et al. (2009). “ Effect of Inquiry-based learning on Students’ Science Literacy Skills and Con fidence.” International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning. Vol 3 (2),1-22. [Online]. Tersedia:

http://academics.georgiasouthern.edu/ijsotl/v3n2/articles/PDFs/Article_Bri ckman.pdf [16 Maret 2015]

Carin and Sund. 1990. Teaching Science Through Discovery. New York: Merrill Publishing Company.

Chisholm, R. M. (1966). Theory of knowledge. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall [3rd ed. 1988].

Dahar, Ratna Wilis. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dahar, Ratna Wilis. (1988). Teori-teori Belajar. Jakarta: Departemen P dan K Direktorat Jendral Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tanaga Kependidikan.

Dahlan, MD. (1984). Model-model Mengajar. Bandung: CV Diponegoro. Depdiknas. (2003).

Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.


(4)

Ekohariadi. (2009).Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Literasi Sains Siswa Indonesia berusia 15 tahun. Jurnal Pendidikan Dasar. Vol 10 No 1, Maret 2009. 28-41.

Fumerton, R. A. (1980). Induction and reasoning to the best explanation. Philosophy of Science, 47, 589–600.

Gormally et al. (2012). Developing a Test of Scientific Literacy Skills (TOSLS): Measuring Undergraduates’ Evaluation of Scientific Information and Arguments. DOI: 10.1187/cbe.12-03-0026.

Gulo, W. (2002). Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Grasindo.

Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Score. Tersedia: www.list.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855 [20 April 2015].

Hardiansyah, Deni. (2010). Penerapan Model Pembelajaran LEARNING CYCLE 7E Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep Siswa SMA. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Hintikka, J. (1998). What is abduction? The fundamental problem of contemporary epistemology. Transactions of the Charles Sanders Peirce Society, 34, 503–533.

Holbrook Jack. (2009). “ The Meaning of Scientific Literacy”. International Journal of Environmental & Science Educational, 4 (3), 144-150

______. (2012). Point Biserial Correlation Coefficient. Diakses melalui:

http://en.wikipedia.org/wiki/Point-biserial-correlation-coefficient.

Josephson, John R and Josephson, Susan G., 1996, Abductive inference computation, phylosophy, technology, chapther 1 conceptual analysis of abduction. Cambridge University Press.

Magnani, L. (2001). Abduction, reason, and science. Dordrecht: Kluwer.

Marzano, R. J. (2000). Designing a new taxonomy of educational objectives. Thousand Oaks, CA: Corwin Press.

Marzano, Robert J. & Kendall, John S. (2008). Designing and Assesing Educational Objectives. United States of America : Corwin Press.


(5)

Nurria Latifatul Ulum, 2015

PENERAPAN MODEL INKUIRI ABDUKTIF DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN LITERASI SAINS SISWA SMA PADA MATERI FLUIDA STATIS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mulyani, Dessy. (2013). Penggunaan Strategi Predict-Observe-Explain untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa SMP pada Materi Tekanan. Skripsi: Pendidikan Fisika UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Bandung.

Nugroho, Yohanes. (2011). It’s Easy Olah Data Dengan SPSS. Yogyakarta: Skripta Media Creative.

Nurjanah. (2005). Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP pada Pembelajaran Fisika. Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

OECD. (2006). Assessing Scientific literacy, reading and mathematical literacy: A framework for PISA 2006.

Oh, Phil Seok. (2010). “How Can Teachers Help Students Formulate Scientific Hypotheses? Some Strategies Found in Abductive Inquiry Activities of Earth Science.” International Journal of Science Education. Vol. 32, No. 4, pp.541-560. DOI: 10.1080/09500690903104457

Panggabean, P.L. (2001). Statistika Dasar. Bandung : Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

Peirce, C. S. (1878). Deduction, induction, and hypothesis. In Peirce (CP) 2.619– 2.644.

Peirce, C. S. (1903). Lectures on pragmatism. In Peirce (CP) 5.14–5.212.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN KEBUDAYAAN STANDAR

PROSES 2013 Nomor 65 Tahun 2013

Program For International Student Assesment. (2003). The PISA 2003 assessment framework. Organisation for economic Co Operation And Development Purwadaminta. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Rustaman, et al. (2008). Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah Dalam Pendidikan

Sains Dan Assesmentnya. [Online].

Tersedia://http:www.scrib.com/doc/9291549/Kemampuan-penalaran- [21 April 2015].

Rustaman, N. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang.


(6)

Saepuzaman, Duden. (2008). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Pembelajaran Materi Rangkaian Listrik Arus Searah Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Sagala. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses. Jakarta: Kencana Pradana.

Schurz, G. (2008). Patterns of abduction. Dordrecht: Springer, 164:201–234. Silberman, M. (2009). Active Learning: 101 Startegi Pembelajaran Aktif.

Yogyakarka: Pustaka Insan Madani.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Subhan. (2009). Penggunaan Multimedia Interaktif Berbasis Literasi Sains dan Teknologi Pada Pembelajaran IPA Terpadu Dengan Tema Pengaruh Zat Adiktif dan Psikotropika. Tesis Universitas Pendidikan Indonesai: Tidak diterbitkan.

Subhan. (2009). Penggunaan Multimedia Interaktif Berbasis Literasi Sains dan Teknologi Pada Pembelajaran IPA Terpadu Dengan Tema Pengaruh Zat Adiktif dan Psikotropika. Tesis Universitas Pendidikan Indonesai: Tidak diterbitkan

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kulitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda Karya. Sukmadinata. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda Karya. Toharudin, U, et al. (2011). Membangun literasi sains peserta didik. Bandung:

Humaniora

Oh, Jung Young. (2013). Understanding Natural Science Based on Abductive Inference: Continental Drift. Dordrecht: Springer.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL INKUIRI ABDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA KONSEP USAHA DAN ENERGI.

0 0 21

PENERAPAN MODEL INKUIRI ABDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN LITERASI SAINS SISWA SMA PADA MATERI HUKUM NEWTON.

3 8 35

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI ABDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA MATERI DINAMIKA.

0 4 36

PENERAPAN MODEL KONTEKSTUAL BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN LITERASI SAINS SISWA PADA MATERI FLUIDA DI SMA KELAS XI IPA.

0 1 41

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN LITERASI SAINS SISWA PADA MATERI FLUIDA DI SMA KELAS XI IPA.

0 3 44

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BEBAS YANG DIMODIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FLUIDA STATIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA.

18 67 43

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI ABDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA MATERI DINAMIKA - repository UPI S FIS 1102059 Title

0 0 4

PENERAPAN MODEL INKUIRI ABDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN LITERASI SAINS SISWA SMA PADA MATERI HUKUM NEWTON - repository UPI S FIS 1103023 Title

0 0 4

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY (LOI) UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMA PADA MATERI FLUIDA STATIS - repository UPI T FIS 1201496 Title

0 1 3

Efektivitas Blended Learning Berbasis LMS dengan Model Pembelajaran Inkuiri pada Materi Fluida Statis terhadap Penguasaan Konsep Siswa

2 4 9