¬KETERAMPILAN GERAK DIVEROLL DITINJAU DARI MOTOR EDUCABILITY DAN TINGKAT PERCAYA DIRI.

(1)

Ahdan 2014

KETERAMPILAN GERAK DIVEROLL DITINJAU DARI MOTOR EDUCABILITY DAN TINGKAT PERCAYA DIRI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KETERAMPILAN GERAK DIVEROLL DITINJAU DARI MOTOR

EDUCABILITY DAN TINGKAT PERCAYA DIRI

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 52 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Oleh: Ahdan NIM 1005748

JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Ahdan 2014

KETERAMPILAN GERAK DIVEROLL DITINJAU DARI MOTOR EDUCABILITY DAN TINGKAT PERCAYA DIRI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KETERAMPILAN GERAK DIVEROLL DITINJAU DARI MOTOR

EDUCABILITY DAN TINGKAT PPERCAYA DIRI

(Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 52 Bandung)

Oleh, Ahdan

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga di Fakultas Pendidikan


(3)

Ahdan 2014

KETERAMPILAN GERAK DIVEROLL DITINJAU DARI MOTOR EDUCABILITY DAN TINGKAT PERCAYA DIRI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

© Ahdan 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2014

AHDAN

KETERAMPILAN GERAK DIVEROLL DITINJAU DARI MOTOR

EDUCABILITY DAN TINGKAT PERCAYA DIRI

(Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 52 Bandung)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Dr. Nina Sutresna, M.Pd. NIP. 196412151989012001

Pembimbing II

Sagitarius, S.Pd, M.Pd. NIP. 196911132001121001


(4)

Ahdan 2014

KETERAMPILAN GERAK DIVEROLL DITINJAU DARI MOTOR EDUCABILITY DAN TINGKAT PERCAYA DIRI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Dr. Boyke Mulyana, M.Pd. NIP. 196210231989031001


(5)

Ahdan 2014

KETERAMPILAN GERAK DIVEROLL DITINJAU DARI MOTOR EDUCABILITY DAN TINGKAT PERCAYA DIRI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

KETERAMPILAN GERAK DIVEROLL DITINJAU DARI MOTOR EDUCABILITY DAN TINGKAT PERCAYA DIRI

(Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 52 Bandung)

Dosen pembimbing: 1. Dr. Nina Sutresna, M.Pd 2. Sagitarius, S.Pd, M.Pd

Ahdan*

Senam artistik merupakan cabang olahraga yang memiliki kompleksitas gerak tinggi, gerakan diveroll merupakan gerakan yang dianggap penting dalam cabang olahraga senam artistik, gerakan diveroll sudah diperkenalkan sejak Sekolah Dasar, bahkan sampai Perguruan Tinggi, akan tetapi terdapat banyak peserta didik yang tidak bisa melakukan gerakan ini. Motor educability dan tingkat percaya diri merupakan faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan anak dalam meraih prestasi olahraga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji korelasi motor educability dan tingkat percaya diri dengan keterampilan gerak diveroll dalam cabang olahraga senam artistik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan sampel penelitian yaitu siswa kelas VII SMPN 52 Bandung berjumlah 14 orang dengan teknik penentuan sampel adalah total sampling. Instrumen penelitian adalah barrow test untuk mengukur tingkat motor educability dan tingkat percaya diri dengan menggunakan angket tertutup. Hasil penelitian: 1) terdapat korelasi antara motor educability dengan keterampilan gerak diveroll yaitu sebesar 28.6% dan 71.4% dipengaruhi oleh faktor lain, 2) terdapat korelasi antara tingkat percaya diri dengan keterampilan gerak diveroll yaitu sebesar 63.3% dan 36.7% dipengaruhi oleh faktor lain, 3) terdapat korelasi antara motor educability dan tingkat percaya diri secara bersama-sama terhadap keterampilan gerak diveroll yaitu sebesar 65.2% dan 34.8% dipengaruhi oleh faktor lain. Kesimpulan terdapat korelasi antara motor educability dan tingkat percaya diri terhadap keterampilan gerak diveroll.


(6)

Ahdan 2014

KETERAMPILAN GERAK DIVEROLL DITINJAU DARI MOTOR EDUCABILITY DAN TINGKAT PERCAYA DIRI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

THE ABILITY OF DIVEROLL CONSIDERED FROM MOTOR EDUCABILITY AND SELF-CONFIDENCE

(Descriptive Study at the Seventh Grade Students of SMPN 52 Bandung)

Supervisor 1 : Dr. Nina Sutresna, M.Pd Supervisor 2 : Sagitarius, S.Pd, M.Pd

Ahdan*

Artistic gymnastics is a branch of sports which has high complexity movement. Diveroll movement is a movement which is considered as an important movement in artistic gymnastics. It is introduced to the students since Elementary School until university. However, there are many students who could not perform this movement well. Motor educability and self-confidence are the factors which can influence the students to reach an achievement in Sport subject. The purpose of this research is to find out the correlation between motor educability and self-confidence towards diveroll movement in artistic gymnastics. The research methodology conducted in this research is descriptive analysis. The sample of this research is the seventh grade students of SMPN 52 Bandung, it consists of 14 students. The technique of determining sample is total sampling. The instruments of this research are barrow test used to measure the motor educability and closed questionnaires used

to measure students’ self-confidence. The findings of this research are, 1) There is a correlation between motor educability and the ability of diveroll, it is around 28, 6% and 71,4% is influenced by the other factors. 2) There is a correlation between self-confidence and the ability of diveroll, it is around 63,3% and 36,7% is influenced by the other factors. 3) There is a correlation between motor educability and self-confidence in the same time towards the ability of diveroll movement, it is around 65,2% and 34% is influenced by the other factors. The conclusion of this research is there is a correlation between motor educability and self-confidence towards the ability of diveroll movement.


(7)

Ahdan 2014

KETERAMPILAN GERAK DIVEROLL DITINJAU DARI MOTOR EDUCABILITY DAN TINGKAT PERCAYA DIRI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(8)

Ahdan 2014

KETERAMPILAN GERAK DIVEROLL DITINJAU DARI MOTOR EDUCABILITY DAN TINGKAT PERCAYA DIRI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR BAGAN ... ix

DAFTAR DIAGRAM ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Penelitian ... 1

B.Identifikasi Masalah Penelitian ... 4

C.Rumusan Masalah Penelitian ... 5

D.Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A.Hakikat Senam Artistik ... 8

B.Hakikat Keterampilan Gerak Diveroll ... 9

1. Teknik Dasar Gerakan Diveroll ... 10

2. Gerakan Pembentukan Gerak Diveroll ... 11

3. Kesalahan Umum dalam Gerakan Diveroll ... 12

C.Hakikat Motor Educability ... 13

1. Komponen Tes Motor Educability ... 15

2. Motor Educability dan Keterampilan ... 17

D.Hakikat Percaya Diri ... 18

1. Manfaat Percaya Diri ... 20


(9)

Ahdan 2014

KETERAMPILAN GERAK DIVEROLL DITINJAU DARI MOTOR EDUCABILITY DAN TINGKAT PERCAYA DIRI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Kerangka Pemikiran ... 23

F. Hipotesis ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A.Lokasi, Populasi, dan Sampel . ... 26

1. Lokasi Penelitian . ... 26

2. Populasi Penelitian ... 26

3. Sampel Penelitian . ... 27

B.Desain Penelitian . ... 27

C.Metode Penelitian . ... 30

D.Definisi Operasional . ... 31

E. Instrumen Penelitian . ... 32

1. Tes Keterampilan Gerak Diveroll ... 33

2. Tes Motor Educability (Lowa-brace Test) . ... 36

3. Angket ... 41

a. Melakukan Spesifikasi Data . ... 41

b. Penyusunan Angket . ... 42

c. Uji Coba Anget . ... 45

d. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 46

1) Uji Validitas Instrumen ... 46

2) Uji Reliabilitas Instrumen ... 48

3) Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Angket ... 50

F. Teknik Pengumpulan Data . ... 54

G.Analisis Data . ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56

A.Hasil Penelitian . ... 56

1. Deskripsi Data . ... 56

2. Uji Normalitas Data . ... 57

3. Uji Korelasi . ... 58


(10)

Ahdan 2014

KETERAMPILAN GERAK DIVEROLL DITINJAU DARI MOTOR EDUCABILITY DAN TINGKAT PERCAYA DIRI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B.Pembahasan . ... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

A.Kesimpulan ... 65

B.Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 68


(11)

Ahdan 2014

KETERAMPILAN GERAK DIVEROLL DITINJAU DARI MOTOR EDUCABILITY DAN TINGKAT PERCAYA DIRI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Senam merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah dikenal banyak orang sejak dulu. Jika melihat sejarah perkembangan senam ternyata belum diketahui sejak kapan senam itu berada namun sebagai patokan menurut Hidayat dalam Atmaja (2008:17) mengatakan “senam dalam arti yang sebenarnya baru berkembang pada abad ke-18, akan tetapi unsur-unsur senam dalam bentuk latihan akrobatik, latihan pernapasan dan latihan penyembuhan sudah ada sejak zaman kebudayaan kuno”. Dengan pernyataan ini jelas sudah senam ini memang sudah dikenal sejak lama diperkirakan sejak abad ke-18 atau bahkan lebih awal lagi. Di era modern sekarang, cabang olahraga ini sudah menjadi salah satu bagian penting dalam dunia pendidikan, pembelajaran senam sudah diberikan dari mulai sekolah tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi, ini membuktikan bahwa senam merupakan salah satu cabang olahraga yang baik untuk menunjang kebugaran anak didik dan dunia pendidikan.

Senam adalah salah satu cabang olahraga yang di dalamnya terdapat berbagai aktivitas gerakan fisik yang ditampilkan mulai dari gerakan yang sederhana hingga gerakan kompleks, serta disusun dan dipilih dengan sedemikian rupa sehingga membentuk gerakan yang artistik dan indah untuk ditonton.

Dalam cabang olahraga senam khususnya senam artistik terdapat beragam gerakan mulai dari gerakan yang ringan hingga gerakan yang sangat sulit seperti salto, double salto dan banyak lagi gerakan-gerakan sulit lainnya tentunya dengan kompleksitas yang tinggi dan resiko mencederai atletnya juga tinggi. Diveroll merupakan salah satu gerakan pada senam artistik dengan kompleksitas tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah. Gerakan ini merupakan tahapan latihan untuk persiapan menuju gerakan salto ke depan dan kadang diveroll juga sebagai gerakan lanjutan dari beberapa rangkaian seperti rangkaian guling ke


(12)

depan-Ahdan 2014

KETERAMPILAN GERAK DIVEROLL DITINJAU DARI MOTOR EDUCABILITY DAN TINGKAT PERCAYA DIRI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diveroll-twist-sikap layang dan masih banyak lagi rangkaian gerakan yang di


(13)

adalah gerakan lanjutan dari roll ke depan, gerakan ini bisa dilakukan dari diam

atau dari lompat. Bisa juga digabung dengan roll ke depan”. Gerakan diveroll merupakan gerakan yang dianggap penting dalam cabang olahraga senam, sebagaimana dipaparkan sebelumnya baik untuk mengawali ataupun mengakhiri gerakan pada senam artistik, dalam pembelajaran di sekolah gerakan diveroll sudah diperkenalkan sejak Sekolah Dasar, bahkan sampai Perguruan Tinggi khususnya jurusan olahraga gerakan senam ini dipelajari, akan tetapi terdapat banyak peserta didik yang tidak bisa melakukan gerakan ini. Banyak faktor yang dapat menyebabkan peserta didik tidak mampu menguasai gerakan ini dengan baik, salah satunya bisa faktor mental, peserta didik merasa takut dan tidak percaya diri untuk mampu melakukan gerakan tersebut sehingga tidak bisa melakukan gerakan tersebut. Hidayat (1996:69) mengatakan ada tujuh sebab anak tidak berhasil dalam melakukan gerakan senam yaitu: “1) Tidak cukup pengalaman gerak, 2) gerakan masih asing, 3) murid merasa takut, 4) tidak

mengenal alat, 5) keadaan fisik, 6) umur, 7) bakat”.

Diantara ketujuh faktor penyebab anak tidak berhasil dalam melakukan gerakan pada senam, tidak cukup pengalaman ini memberikan arti bahwa tuntutan pada kemampuan anak dalam mengamati dan mempelajari gerakan-gerakan baru sangatlah penting untuk kesuksesan anak dalam menampilkan gerakan baru pada olahraga senam. Setiap anak dengan beragam kemampuan yang dimilikinya pasti berbeda pula kemampuan untuk mempelajari gerakan baru meskipun pada dasarnya manusia sebagai mahluk yang diciptakan untuk mampu melakukan berbagai gerakan sederhana tentunya sudah memiliki kemampuan dasar untuk bergerak dalam kesehariannya. Kemampuan dasar gerakan itu ternyata dapat dikembangkan menjadi sebuah kemampuan gerak yang lebih kompleks. Untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan dasar tersebut diperlukan kemampuan mempelajari gerakan atau yang disebut motor educability. Tinggi rendahnya kemampuan seseorang untuk mempelajari suatu gerakan itu bisa diketahui dengan menggunakan tes motoreducability.

Motor educability merupakan kemampuan seseorang dalam mempelajari


(14)

yang mendefinisikan dari motor educability itu sendiri diantaranya Nurhasan (2007:142) mengatakan bahwa, “motor educability adalah kemampuan seseorang untuk mempelajari gerakan yang baru (new motor skill)”. Kemampuan ini merupakan kemampuan potensial yang menunjukan cepat tidaknya atau mudah tidaknya seseorang menguasai suatu keterampilan gerak yang baru. Dengan kata lain dapat dinyatakan, kian tinggi tingkat motoreducability seseorang maka kian mudah dan cepat orang tersebut menguasai suatu keterampilan. Selain pengalaman seperti yang dijelaskan di atas peserta didik merasa takut untuk melakukan gerakan senam ini memberikan makna bahwa anak kurang memiliki rasa percaya diri, keyakinan anak bahwa dia mampu melakukan gerakan yang baru ini merupakan salah satu faktor yang harus dimiliki oleh anak, karena untuk memperoleh sebuah prestasi yang tinggi tidak cukup hanya dengan kemampuan fisik, teknik atau bakat saja tapi rasa percaya diri yang dimiliki anak atau siswa juga sangatlah berperan penting.

Percaya diri adalah rasa kepercayaan diri yang timbul dalam diri individu untuk bisa melakukan suatu perbuatan dengan baik, sebagaimana dijelaskan oleh Weinberg (1995) yang dikutip Ibrahim dan Komarudin (2010:81) bahwa percaya

diri “confidence as the belief that you can successfully perform a desaired

behavior” yang esensinya percaya diri adalah kepercayaan bahwa diri anda bisa

menampilkan keberhasilan sesuai dengan prilaku yang diinginkan. Definisi di atas jelas bahwa rasa percaya diri merupakan salah satu faktor seseorang untuk bisa melakukan sebuah perbuatan atau tindakan. Orang yang memiliki rasa percaya diri rendah maka kemungkinan tingkat keberhasilan dalam melakukan suatu tindakan juga rendah namun orang yang memiliki tingkat percaya diri tinggi kemungkinan untuk berhasil melakukan suatu tindakan juga tinggi ini sebagaimana dijelaskan oleh Ibrahim (2010:83) “apabila percaya diri rendah prestasi rendah, apabila percaya diri mencapai titik optimal penampilan akan

bagus, apabila percaya diri melebihi titik optimal maka penampilan akan turun”.

Asumsi dan teori yang disampaikan di atas menjadi latar belakang kuat bagi penulis untuk meneliti bagaimana hubungan dari keterampilan gerak diveroll,


(15)

motor educability dan tingkat percaya diri pada siswa, khususnya siswa SMP kelas VII.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan penjelasan yang disampaikan pada latar belakang maka penulis mengidentifikasi beberapa masalah terkait dengan hal-hal yang dapat mempengaruhi keterampilan gerak diveroll. Diveroll merupakan salah satu gerakan dalam cabang olahraga senam yang memiliki kompleksitas gerak cukup tinggi, berbagai kesulitan yang muncul dalam pembelajaran gerak tersebut diantaranya disebabkan anak kurang mempunyai mental yang bagus dan kurangnya kemampuan mempelajari gerakan dalam olahraga senam, oleh sebab itu penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Keterkaitan antara motor educability dengan keterampilan gerakan diveroll. 2. Keterkaitan antara tingkat kepercayaan diri dengan keterampilan gerakan

diveroll.

Kemudian untuk menghindari terlalu luasnya cakupan pembahasan penulispun membatasi ruang lingkup penyusunan karya ilmiah ini. Adapun ruang lingkup karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas (X1) dalam penelitian ini adalah motor educability dan (X2) adalah tingkat percaya diri. Sedangkanvariabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah penguasaan keterampilan gerakan diveroll pada cabang olahraga senam artistik.

2. Istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini meliputi istilah motor

educability, tingkat percaya diri penguasaan gerakan diveroll, korelasi dan

linieritas regresi antara dua variabel penelitian.

3. Penelitian ini terbatas pada lingkup siswa SMPN 52 Bandung.

4. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif korelasional. 5. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa putera kelas VII


(16)

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengajukan perumusan masalah penelitian, yaitu:

1. Apakah terdapat hubungan antara motor educability dengan keterampilan gerakan diveroll ?

2. Apakah terdapat hubungan antara tingkat percaya diri dengan keterampilan gerakan diveroll ?

3. Apakah terdapat hubungan antara motor educability dan tingkat percaya diri secara bersama-sama dengan keterampilan gerakan diveroll ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan jawaban yang telah dirumuskan mengacu pada latar belakang dan rumusan masalah yang peneliti ajukan, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Ingin mengetahui hubungan antara motor educability dan tingkat percaya diri dengan penguasaan gerakan diveroll pada cabang olahraga senam artistik 2. Ingin mengetahui signifikasi hubungan antara motor educability dan tingkat

percaya diri dengan penguasaan gerak diveroll pada cabang olahraga senam artistik.

3. Ingin mengetahui bagaimana hubungan motor educability dan tingkat percaya diri secara bersama-sama terhadap keterampilan gerak diveroll.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pihak lainnya. Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian, maka manfaat yang diharapkan oleh penulis melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

a) Sebagai sumber informasi bagi para pelatih senam artistik dan guru olahraga mengenai hubungan antara keterampilan gerak diveroll, motor educability, dan tingkat percaya diri.


(17)

b) Dapat dijadikan sebagai referensi ilmiah, pengembangan ilmu pengetahuan dan kepustakaan guna mengembangkan konsep pemahaman terhadap motor

educability, tingkat percaya diri, dan keterampilan gerakan diveroll pada

cabang olahraga senam artistik. 2. Manfaat praktis

a) Dapat memberikan masukan yang berarti bagi club-club senam yang pada akhirnya dapat digunakan dalam menyusun program latihan dan pengembangan program latihan.

b) Dapat dijadikan acuan bagi para pelatih senam dan guru pendidikan jasmani dalam memilih siswa sebagai dasar pembentukan atlet senam masa depan.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Dalam penyusunan sebuah karya ilmiah untuk mempermudah pembahasan dan penyusunan maka sudah sepantasnya terdapat sebuah struktur kerangka penulisan, adapun rencana kerangka penulisan dalam karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:

Bab I pendahuluan: meliputi latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, definisi operasional, dan struktur organisasi skripsi. Bab II kajian pustaka, kerangka berpikir, dan hipotesis pemikiran: dalam kajian pustaka berisi teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu tentang hakikat senam artistik, hakikat keterampilan gerak diveroll: teknik dasar gerakan diveroll, gerakan pembentukan gerak diveroll (forming), kesalahan umum dalam gerakan diveroll. Hakikat motor educability: komponen tes motor

educability, motor educability, dan keterampilan. Hakikat kepercayaan diri:

manfaat percaya diri, cara meningkatkan percaya diri. Dalam kerangka berfikir berisi tentang hubungan antara motor educability dengan keterampilan gerakan

diveroll, hubungan antara tingkat percaya diri dengan keterampilan gerakan

diveroll. Hipotesis penelitian berisi tentang jawaban sementara tentang penelitian

yang akan diteliti. Bab III metode penelitian: membahas tentang lokasi, populasi dan sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional,


(18)

instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data. Bab IV hasil penelitian dan pembahasan: berisi tentang, pengelolaan data atau analisis data, dan pembahasan atau analisis temuan. Bab V kesimpulan dan saran: membahas tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang akan diberikan.


(19)

Ahdan 2014

KETERAMPILAN GERAK DIVEROLL DITINJAU DARI MOTOR EDUCABILITY DAN TINGKAT PERCAYA DIRI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi, dan Sampel 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di kelas dan lapangan sekolah SMPN 52 Bandung Jl. Bukit Raya Ciumbuleuit Bandung.

2. Populasi Penelitian

Populasi dalam suatu penelitian merupakan bagian yang sangat penting untuk diperhatikan, populasi menjadi salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam sebuah penelitian, keberagaman populasi ini menuntut peneliti untuk lebih cermat dalam penetuannya karena populasi yang ditentukan harus sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Populasi adalah sekumpulan individu atau objek yang memberikan gambaran umum dari target yang akan diteliti. Populasi bisa dikatakan sebagai keseluruhan objek yang akan dijadikan untuk penelitian, hal tersebut sesuai dengan penjelasan Arikunto (2010:173)

“populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Pendapat lain yaitu menurut Sukardi (2003:53) mengatakan bahwa “populasi yaitu semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam suatu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian.

Berdasarkan kutipan di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan populasi adalah sekumpulan unsur yang akan diteliti, seperti sekumpulan individu, sekumpulan keluarga, sekumpulan kelompok binatang, sekumpulan peristiwa, dan sekumpulan yang lainnya. Sekumpulan unsur tersebut terutama yang akan diteliti oleh penulis diharapkan akan memberikan informasi yang dapat memecahkan masalah penelitian. Adapun


(20)

Ahdan 2014

KETERAMPILAN GERAK DIVEROLL DITINJAU DARI MOTOR EDUCABILITY DAN TINGKAT PERCAYA DIRI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 52 Bandung yang berjumlah 14 orang.


(21)

3. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat mewakili populasi itu sendiri, Sugiyono (2013:91) menjelaskan “sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakter yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Kemudian untuk mengetahui seberapa besar jumlah pengambilan sampel maka penulis harus mempertimbangkan beberapa faktor dintaranya: waktu penelitian, keuangan, wilayah, dan situasi peneliti. Untuk lebih jelasnya mengenai hal ini Arikunto (2013:177) menjelaskan mengenai berapa besar sampel yang diambil maka perlu mempertimbangkan hal sebagai berikut: ”a) Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana, b) sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini banyak sedikitnya data, c) besar kecilnya resiko yang

ditanggung oleh peneliti”.

Berdasarkan penjelasan di atas maka metode pengambilan sampel yang dilakukan peneliti dengan mempertimbangkan berbagai faktor hambatan yang dialami oleh peneliti maka teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling atau sampel jenuh, sampel jenuh adalah sampel yang dalam proses pengambilannya adalah semua jumlah populasi dijadikan sampel, untuk lebih jelas mengenai sampel jenuh Sugiyono (2013:96) mengatakan “sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel”. Harapan peneliti dengan sampel tersebut dapat mengungkap tujuan dari penelitian tersebut yaitu ingin mengungkap seberapa jauh pengaruh

motor educability dan tingkat percaya diri terhadap keterampilan gerakan diveroll

ditingkat Sekolah Menengah Pertama, khususnya di SMPN 52 Bandung, adapun total sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 14 siswa dari SMPN 52 Bandung.

B.Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu rencana untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menyimpulkan data agar dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan penelitian. Nazir dalam Darsono (2011:56) mengatakan desain penelitian


(22)

penelitian” dalam arti sempit desain penelitian dapat dikatakan hanyalah pengumpulan dan analisis data saja.

Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian ini penulis menggunakan desain yaitu desain penelitian paradigma ganda dengan dua variabel indevenden. Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas peneliti adalah motor educability dan percaya diri, sedangkan variabel terikat adalah keterampilan gerak diveroll. Sebagai gambaran desain penelitian dapat dilihat dalam Bagan desain penelitian 3.1.

Bagan 3.1. Desain Penelitian (Sugiyono, 2013:68) Keterangan:

X1 : Motor Educability

X2 : Percaya Diri

Y : Keterampilan Gerak Diveroll

Kemudian dalam langkah-langkah penelitian penulis menggunakan alur penelitian dengan cara melihat dari latar belakang penelitian kemudian merumuskan masalah-masalah penelitian, menentukan populasi dan sampel yang akan diteliti guna mengetahui seberapa besar pengaruh dari tingkat motor

educability dan rasa percaya diri terhadap gerakan diveroll pada cabang olahraga

senam artistik, kemudian setelah diperoleh data, penulis melakukan pengolahan data sehingga diperoleh hasil dari analisis kemudian dapat diperoleh kesimpulan akhir. Untuk lebih jelas alur penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Bagan 3.2.


(23)

Bagan 3.2.

Langkah-langkah Penelitian (Arikunto, 2010:63)

Dari bagan di atas maka penulis dapat menjelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Langkah pertama menentukan populasi yaitu diambil dari siswa putra SMPN 52 Bandung kelas VII.

2. Kemudian menentukan sampel sebanyak 14 orang.

3. Kemudian melakukan tes pengukuran dengan menggunakan angket. 4. Kemudian melakukan tes pengukuran dengan tes motor educability pada

siswa tersebut.

5. Kemudian setelah kedua tes tersebut dilaksanakan, dilanjutkan dengan tes gerakan diveroll.


(24)

6. Setelah diperoleh hasil dari ketiga tes tersebut, langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan dan menganalisis data.

7. Langkah terakhir menentukan kesimpulan yang didasarkan dari hasil pengolahan dan analisis tersebut.

C.Metode Penelitian

Penelitian merupakan salah satu alat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan hal ini sebagaimana dijelaskan Sukmadinata (2012:5) “penelitian merupakan upaya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, mengembangkan,

dan menguji teori”. Penelitian bisa dijadikan salah satu alternatif untuk memperoleh sebuah kebenaran dengan menggunakan pendekatan-pendekatan metode ilmiah. Metode ilmiah adalah suatu cara pengkajian yang berisi proses dengan langkah-langkah tertentu, dalam artian bahwa metode ilmiah adalah sebuah metode dalam penelitian yang didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, adapun ciri-ciri keilmuan itu sendiri adalah “rasional, empiris, dan sistematis”. Berkaitan dengan hal tersebut Sugiyono (2013:3) menjelaskan “rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal”. rasional dalam arti lain tidak mengada-ada. Empiris bermakna cara yang dilakukan dalam penelitian tersebut didasarkan pada kenyataan-kenyataan yang diperoleh dengan menggunaan metode penelitian yang sistematik bukan berdasarkan pendapat atau kekuasaan. Sistematis berarti dalam penelitian tersebut mempunyai langkah-langkah yang dilakukan secara bertahap, tidak dilakukan dengan acak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Data yang diperoleh di lapangan diambil dengan menggunakan angket dan tes pada sampel yaitu siswa kelas VII SMPN 52 Bandung. Hal ini sejalan dengan penjelasan mengenai metode deskriptif, seperti yang disampaikan Surakhmad (1995:145) sebagai berikut:

Penyelidikan tertentu pada permasalahan yang ada masa sekarang metode penyelidikan deskriptif lebih kepada istilah umum yang mencangkup teknik deskriptif. Diantaranya ialah penyelidikan yang menuturkan, menganalisa, dan mengklarifikasikan penyelidikan dengan teknik survey, dengan teknik interview, angket, observasi atau dengan tes.


(25)

Selanjutnya Arikunto (2013:312) menyatakan bahwa “penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan dengan senjata menurut apa adanya pada saat dilakukan”.

Pendapat para ahli tersebut memberikan makna bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian dengan tujuan untuk menggambarkan suatu peristiwa pada saat sekarang yang nampak dalam suatu situasi. Merujuk pada pendapat Surakhmad, maka dalam penelitian ini metode yang digunakan penulis adalah metode deskriptif, data yang diperoleh dikumpulkan, disusun, dijelaskan, lalu dianalisis dengan tujuan untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh dari

motor educability dan percaya diri terhadap keterampilan gerak diveroll pada

cabang olahraga senam artistik.

D.Definisi Operasional

Penafsiran seseorang terhadap suatu istilah sering berbeda-beda. Agar tidak terjadi perbedaan, maka perlu penulis jelaskan istilah-istilah yang ada dalam penelitian ini dengan mengacu kepada pendapat para ahli. Adapun istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Gerakan Diveroll menurut Atmaja (2008:84) adalah gerakan lanjutan dari roll

ke depan, gerakan ini bisa dilakukan dari diam atau dari lompat. Bisa juga digabung dengan roll ke depan.

2. Motor educabilitymenurut Donald (1963:150) adalah “The easy with which a

person learn new skill is referred to as motor educability”. (Kemampuan

seseorang untuk mempelajari keterampilan gerak baru). Dengan kata lain, semakin siswa menunjukkan kemudahan ketika mempelajari suatu gerakan, maka hal tersebut menunjukkan semakin tinggi derajat motor

educability yang dimilikinya, sehingga kemungkinan untuk menguasai teknik

dasar diveroll semakin tinggi.

3. Tingkat percaya diri adalah rasa kepercayaan diri yang timbul dalam diri individu untuk bisa melakukan suatu perbuatan dengan baik, sebagaimana dijelaskan oleh Weinberg (1995) dalam Ibrahim dan Komarudin (2010:81)


(26)

bahwa percaya diri “confidence as the belief that you can successfully

perform a desaired behavior” yang esensinya percaya diri adalah

kepercayaan bahwa diri sendiri bisa menampilkan keberhasilan sesuai dengan prilaku yang diinginkan.

E.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data, mengenai hal ini Arikunto (2010:203) mengatakan bahwa

“instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data” dalam suatu penelitian instrumen penelitian merupakan suatu faktor yang sangat penting dan menentukan keberhasilan suatu penelitian. Dengan adanya instrumen penelitian maka peneliti dapat mengambil data dan mencari kesimpulan seberapa jauh perkembangan dari apa yang ditelitinya. Keutamaan instrumen ini menjadi suatu titik tolak untuk menentukan alat ukur yang digunakan untuk melakukan sebuah penelitian hal ini sebagaimana dikatakan Nurhasan (2000:3) bahwa “dalam proses pengukuran membutuhkan

alat ukur” alat ukur adalah suatu alat (baik itu berupa bentuk tes atau berupa benda seperti stopwatch, meteran dan lain sebagainya) yang dapat memperoleh data yang akan diolah oleh peneliti untuk memperoleh hasil akhir yang diinginkan peneliti, dengan adanya instrumen ini maka peneliti akan memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian tersebut.

Dalam memilih suatu alat ukur tes yang digunakan peneliti untuk memperoleh data haruslah berpedoman ahli pada beberapa macam kriteria yang sudah disetujui dan disepakati oleh para karena dengan adanya kriteria ini maka peneliti dapat memperoleh informasi dan petunjuk untuk menentukan alat tes yang akan digunakan. Arikunto (2010:193) menjelaskan “tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok”. Selanjutnya Nurhasan (2007:1) menjelaskan mengenai tes dan pengukuran yaitu ”suatu alat yang digunakan dalam memperoleh data dari


(27)

suatu objek yang akan diukur, sedangkan pengukuran merupakan suatu proses

untuk memperoleh data”.

Adapun beberapa kriteria untuk memilih tes yang baik yaitu: 1) alat tersebut memiliki validitas, 2) memiliki reliabilitas, 3) memiliki objektifitas, 4) mudah dilaksanakan, 5) ekonomis dan norma. Namun dari kelima kriteria tersebut yang paling penting untuk dimiliki sebuah alat tes adalah validitas, reliabilitas dan objektifitas yang merupakan kriteria teknis. Instrumen ini bisa dianggap cocok apabila memiliki kriteria atau standarisasi penghitungan koefisien korelasi sebagaimana dikatakan Mathews yang dikutip Nurhasan (2007:48) yaitu “r : 0,90

– 0,99 berarti sempurna, r : 0,80 – 0,89 berarti cukup, r : 0,70 – 0,79 berarti sedang, r : 0,60 – 0,69 berarti kurang, r : dibawah 0,59 berarti kurang sekali”.

Berdasarkan penjelasan dari Mathews dalam rangka memperoleh data yang akurat dalam penelitian ini maka peneliti melakukan beberapa tes untuk mengetahui seberapa besar pengaruh motor educability, tingkat percaya diri terhadap gerakan diveroll pada senam artistik. Untuk mengukur kemampuan anak dalam mempelajari gerakan baru (motor educability) digunakan tes Lowa-Brace yang dikutip dari Nurhasan (2007:142), untuk mengetahui tingkat percaya diri anak yang dites gerakan diveroll maka penulis menggunakan angket, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari motor educability dan percaya diri dilakukan tes gerakan diveroll. Secara rinci uraian tes tersebut di atas adalah sebagai berikut:

1. Tes Keterampilan Gerak Diveroll

a. Tujuan tes ini adalah untuk mengukur tinggi rendahnya kemampuan siswa dalam keterampilan gerak diveroll.

b. Penentuan tingkat keberhasilan gerakan diveroll.

Dalam menentukan keberhasilan keterampilan gerakan diveroll maka penulis berpedoman pada kriteria penilaian keberhasilan gerakkan diveroll dari

Australian Gymnastic Federation INC (1992:16). Untuk lebih jelasnya dapat


(28)

Tabel 3.1. Rating Scale

(Australian Gymnastic Federation INC, 1992:16)

Score Characteristics

5 Performed with complete assurance and control. Exellent technique and form. fluid movement

4 Verygood. Minor errors of form and position. No deviation from tex. Good control

3 Good. Essential features demonstrated, performance looked safe, eventhough mminor error of form were present

2 Uncontrolled. Poor form and technique. Deviation from the requirements of the written text

1 Not recognizable due too poor execution or mission. Unsafe

Maksud dari Tabel 3.1. dapat penulis terjemahkan sebagai berikut :

5: Penampilan dengan kepastian dan kontrol yang sempurna. Teknik dan bentuk baik sekali. Gerakan mengalir atau lancar.

4: Sangat baik. Kesalahan-kesalahan kecil pada bentuk dan posisi. Tidak ada pelanggaran dari ketentuan. Kontrol baik.

3: Baik. Hal-hal pokok tertampilkan. Penampilan terlihat safe, sekalipun ada kesalahan-kesalahan kecil dari bentuk.

2: Tidak terkontrol. Bentuk dan teknik jelek. Banyak penyimpangan dari ketentuan yang tertulis.

1: Tidak dikenali karena pelaksanaannya salah atau penghilangan. Tidak safe. Aplikasi kriteria penilaian Australian Gymnastic Federation INC (1992:16) terhadap gerakan diveroll adalah sebagai berikut:

1) Skor 5 diberikan kepada sampel apabila koordinasi gerakan mulai dari posisi awalan, pada saat melayang dan mendarat dilakukan dengan sempurna.


(29)

2) Skor 4 diberikan kepada sampel bila penampilan gerakan benar, yaitu posisi awalan benar, tetapi pada saat melayang benar, tetapi pada saat mendarat kaki sedikit melangkah.

3) Skor 3 diberikan kepada sampel apabila penampilan teknik gerakan awalan benar tetapi pada saat melayang lutut sedikit bengkok dan kaki sedikit melangkah pada saat mendarat.

4) Skor 2 diberikan kepada sampel apabila penampilan teknik gerakan mulai dari awalan, pada saat melayang kaki terbuka, lutut bengkok, leher tidak ditekuk dan pada saat mendarat kaki terlalu banyak melangkah.

5) Skor 1 diberikan kepada sampel apabila dalam melakukan diveroll, teknik gerakan dan bentuk gerakan mulai dari posisi awalan sampai mendarat dilakukan dengan tidak sempurna.

c. Format penilaian

Untuk memudahkan tester dalam proses penilaian penampilan siswa pada saat melakukan gerakan diveroll maka dibuatkan format penilaian seperti digambarkan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2.

Format Penilaian Gerakan Diveroll (Code of Point Gymnastic 2013:40)

No Nama Score

Guru 1 Guru 2 Guru 3 Total Score

Keterangan cara dalam pengisian format penilaian adalah sebagai berikut:

1) Tulis nomor dan nama siswa atau sampel yang akan melakukan gerakan diveroll.

2) Sampel melakukan gerakan diveroll di depan tester.

3) Setelah sampel melakukan tes kemudian tester memberikan penilaian dan skor yang diberikan oleh tester ditulis di kolom yang telah disediakan. 4) Selanjutnya menjumlahkan nilai dari ketiga juri tersebut untuk menjadi nilai


(30)

Pemberian skor dan format penilaian yang penulis buat ini sebagai perbandingan dari pemberian penilaian yang berpedoman pada Australian

Gymnastic Federation INC menurut Code Of Point Gymnastic (2013:40).

d. Alat tes yang digunakan 1) Lapangan

2) Matras 3) Alat tulis 4) Peluit e. Pelaksanaan

1) Testee dibariskan menjadi empat baris, tester memberikan penjelasan mengenai tes yang akan dilakukan, testee mendengarkan penjelasan tester dengan serius.

2) Tester memberikan penjelasan untuk gerakan diveroll. Tester menjelaskan dan mendemonstrasikan gerakan diveroll. Tester juga harus memberi tahu kepada testee tentang gerakan yang nilai gerakannya rendah sampai yang nilai gerakannya tinggi. Selanjutnya testee melakukan tes sesuai aba-aba dari tester.

3) Setiap testee melakukan gerakan diveroll secara bergantian di depan tester. Testee diberikan kesempatan 3 kali kesempatan untuk melakukan tes gerakan diveroll.

4) Tidak seorangpun dari testee diberi izin untuk mencoba tes yang diberikan, sekali mencoba langsung dinilai.

2. Tes Motor Educability (Lowa-brace Test)

a. Tujuan tes ini adalah untuk mengukur tinggi rendahnya kemampuan siswa mempelajari keterampilan gerak baru.

b. Tingkat validitas dan reliabilitas tes ini penulis berpedoman pada pendapat Jonsonn yang menguji tingkat validitas tes motor educability tersebut, dan terdapat nilai validitas sebesar 0,69 dan reliabilitas 0,88. Nurhasan (2007)


(31)

c. Alat tes yang digunakan 1) Lapangan

2) Matras 3) Alat tulis 4) Peluit d. Pelaksanaan

1) Testee dibariskan menjadi 2 barisan, tester memberikan penjelasan mengenai tes yang akan dilakukan, testee mendengarkan penjelasan tester dengan serius. Barisan pertama bertugas sebagai testee dan barisan kedua bertugas sebagai pengawas.

2) Tester memberikan penjelasan untuk lima item tes pertama dari 10 tes yang ada. Tester menjelaskan dan mendemonstrasikan gerakan satu persatu. Tester juga harus memberi tahu kepada testee tentang gerakan yang salah, tidak sah, atau gagal. Selanjutnya testee melakukan tes sesuai aba-aba dari tester dengan diawasi oleh pengawas. Setelah selesai lima tes pertama, pengawas memberi tahukan kepada tester untuk dicatat. Selanjutnya grup kedua atau pengawas bertukar menjadi testee dan melakukan gerakan pertma lalu dilanjutkan lima tes berikutnya. Grup pertama berdiri dan melakukan lima tes yang tersisa sampai 10 item tes selesai.

3) Setiap testee diberikan kesempatan dua kali untuk setiap tes, dengan kriteria penilaian pada kesempatan pertama testee berhasil melakukan tes, maka diberi poin 2 namun jika gagal testee diberi kesempatan kedua, jika kesempatan kedua berhasil, testee diberi poin 1, sedangkan bila gagal dalam kesempatan pertama dan kedua, maka testee tidak mendapat nilai. Jadi nilai maksimal untuk 10 item tes yang dilakukan adalah 20 poin.

4) Tidak seorangpun dari testee diberi izin untuk mencoba tes yang diberikan, sekali mencoba langsung dinilai.


(32)

Tabel 3.3.

Hasil Tes Motor Educability

No Nama Usia Tes Motor Educability Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 2 Dst.

Tabel 3.4.

10 Jenis Tes Motor Educability

Bagian I Bagian II

Tes One Foot-Touch Head Three dips

Half – Turn Jum – Left Foot The Top

Double Heel Click

Side Learning Rest Graspevine

Full squat – Arm Circles Kneell, Jump To Feet Rusian Dance

Adapun rincian proses pelaksanaan 10 jenis tes motor educability yang digunakan pada siswa kelas VII di SMPN 52 Bandung adalah sebagai berikut: 1) Tes One Foot-Touch Head

Berdiri pada kaki kiri. Membungkuk ke depan dan letakkan kedua tangan pada lantai. Angkatlah kaki kanan lurus ke belakang. Sentuhkan kepala pada lantai dan akhirnya kembali berdiri dengan tanpa kehilangan keseimbangan.

Gagal apabila:

a) Kepala tidak menyentuh lantai. b) Kehilangan keseimbangan. c) Kaki kanan menyentuh lantai. 2) Three Dips

Ambil sikap tidur ke depan (posisi push-up) tekukkan kedua tangan, sentuhkan dada ke lantai dan push-up lagi sampai tangan benar-benar lurus, lakukan tiga kali jangan sentuh lantai dengan tungkai atau perut.


(33)

Gagal apabila:

a) Dada tidak mengenai lantai. b) Perut dan tungkai mengenai lantai.

c) Tidak mampu melakukan sebanyak 3 kali. 3) Half – Turn Jum – Left Foot

Berdiri pada kaki kiri, kemudian melompat dan berputar ke kiri180º. Gagal apabila:

a) Kehilangan keseimbangan.

b) Gagal usahanya dalam membuat putaran 180º ke kiri. c) Kaki kanan menyentuh lantai.

4) The Top

Duduk bersila, kedua tangan melingkar ke lutut, tangan kanan memegang pergelangan kaki kiri dan sebaliknya, kemudian berguling ke kanan sampai duduk kembali dengan arah yang berlawanan.

Gagal apabila:

a) Pegangan pada pergelangan kaki terlepas.

b) Putaran tidak dilakukan dengan lengan sempurna. 5) Double Heel Click

Melompat ke atas dan selama di udara menepukkan kedua kaki sebanyak dua kali, kemudian turun dan berdiri kembali.

Gagal apabila:

a) Kedua kaki tidak bertepuk dua kali.

b) Waktu jatuh kedua kaki saling bersentuhan. 6) Side Learning Rest

Duduk berlunjur, kedua kaki rapat, letakan tangan kanan pada lantai di belakang tubuh. Kemudian miringlah ke kanan sehingga tubuh terangkat dan bertumpu pada tangan dan kaki kanan. Angkatlah kaki dan tangan kiri, pertahankan sikap demikian sampai lima hitungan.

Gagal apabila:

a) Tidak bersikap sebagaimana seharusnya.


(34)

7) Graspevine

Berdiri dengan kedua tumit rapat, membongkokan ke depan, masukkan kedua lengan diantara kedua kaki dari depan ke belakang kemudian tautkan atau kaitkan jari-jari tangan di depan pergelangan kaki. Pertahankan sikap ini sampai lima hitungan.

Gagal apabila:

a) Kehilangan keseimbangan.

b) Kedua tangan tidak melingkari kedua pergelangan kaki dan jari-jari tidak saling berkaitan di depan pergelangan kaki (tidak sampai).

c) Tidak dilakukan dalam jangka waktu lima hitungan atau detik. 8) Full squat – Arm Circles

Sikap jongkok, kedua tangan ke samping setinggi bahu, kedua lengan diputar-putar membuat lingkaran dengan diameter kurang lebih 30 cm. Kemudian sambil memutarkan lengan tubuh dinaikturunkan. Lakukan sampai 10 hitungan. Gagal apabila:

a) Memindahkan kaki.

b) Kehilangan keseimbangan dan jatuh. 9) Kneell, Jump To Feet

Berlutut dengan kedua kaki, punggung kaki menyentuh lantai, kemudian ayunkan kedua lengan dan langsung melompat ke atas tanpa merubah posisi kaki sampai berdiri tegak.

Gagal apabila:

a) Mengubah sikap ujung-ujung jari kaki.

b) Tidak nyata-nyata bahwa melompat dan berdiri dengan tidak stabil. 10) Rusian Dance

Jongkok, luruskan kaki sebelah ke depan. Kemudian melompat-lompat sambil berganti kaki, tumit kaki yang ke depan menyentuh lantai, dan tumit kaki jongkok menyentuh pantat, tiap kaki mendapat giliran dua kali.

Gagal apabila:

a) Kehilangan keseimbangan.


(35)

3. Angket (Kuesioner)

Angket merupakan alat tes yang terdiri dari pernyataan-pernyataan yang ditujukan pada sampel penelitian untuk memperoleh data dan informasi yang diinginkan peneliti, hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Arikunto (2010:194) mengatakan bahwa angket atau kuesioner adalah “sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”. Angket yang dibuat oleh penulis bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepercayaan diri pada siswa kelas VII yang rata-rata usianya berkisar antara 12-13 tahun. Adapun alasan penulis menggunakan angket sebagai alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut:

a. Angket merupakan alat pengumpul data yang relatif efisien, kalau ditinjau dari segi waktu, biaya, maupun tenaga.

b. Angket bisa digunakan untuk memperoleh data dari jumlah responden yang dijadikan sampel.

c. Informasi atau data terkumpul lebih mudah.

d. Responden diharapkan bisa menjawab lebih leluasa dalam pengisian angket karena tanpa dipengaruhi oleh sesuatu yang mengikat, sehingga jawabannya sesuai dengan harapan penulis.

Dalam penelitian tingkat kepercayaan diri ini penulis menggunakan jenis angket tertutup. Angket tertutup yaitu angket yang pernyataan-pernyataannya telah tersusun atas pernyataan yang tegas, konkret, teratur, lengkap, dan tidak menuntut jawaban, hanya seseuai dengan alternatif jawaban. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Arikunto (2010:195) angket tertutup atau kuesioner adalah

“sejumlah pertanyaan tertulis yang sudah disediakan jawabannya sehingga

responden tinggal memilih”. Untuk memperoleh data melalui angket ini maka

penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Melakukan Spesifikasi Data

Spesifikasi data maksudnya dalam penyusunan angket penulis terlebih dahulu membuat spesifikasi data secara terukur dan terperinci dalam bentuk


(36)

kisi-kisi angket mencakup masalah yang akan diteliti, dengan tujuan untuk memudahkan dalam pembuatan angket penelitian.

b. Penyusunan Angket

Kemudian indikator-indikator yang telah dirumuskan dalam bentu kisi-kisi di atas, selanjutnya dijadikan bahan penyusunan butir-butir pertanyaan pada angket. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dibuat dalam bentuk pernyataan-pernyataan dengan kemungkinan jawaban yang tersedia. Mengenai alternatif jawaban dalam angket, penulis menggunakan model skala likert. Skala likert adalah skala yang dibuat dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden. Untuk lebih jelasnya mengenai skala ini dijelaskan oleh Sudjana dan Ibrahim dalam Sopandi (2007:48) sebagai berikut:

Skala likert dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolak, melalui rentang nilai pernyataan positif dan pernyataan negatif. Salah satu skala sikap yang sering digunakan dalam penelitian pendidikan adalah sekala likert. Dalam sekala likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan baik pernyataan positif maupun negatif dinilai subyek sangat setuju, tidak punya pilihan, tidak setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

Berdasarkan pernyataan di atas maka penulis mengklasifikaskan kategori pemberian skor dalam jawaban angket sebagai berikut.

Untuk butir soal positif: Sangat setuju = 5, setuju = 4, ragu-ragu = 3, tidak setuju = 2, sangat tidak setuju = 1. Untuk butir soal negatif: sangat setuju = 1, setuju = 2, ragu-ragu = 3, tidak setuju = 4, sangat tidak setuju = 5.

Untuk lebih jelas mengenai pemberian skala skor pada setiap kategori pernyataan tes, dapat dilihat pada Tabel 3.5.


(37)

Tabel 3.5.

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban (Nurhasan, 2007:350)

Alternatif Jawaban Skor alternatif jawaban

Positif Negatif

SS (sangat setuju) S (setuju) R (ragu-ragu) TS (tidak setuju) STS (sangat tidak setuju)

5 4 3 2 1

1 2 3 4 5

Kemudian dalam pembuatan soal, butir-butir soal pernyataan-pernyataan yang diberikan kepada responden tidak terlepas dari permasalahan yang ingin dipecahkan yaitu bagaimana pengaruh dari tinggi rendahnya kepercayaan diri siswa terhadap keterampilan gerakan diveroll, dan bentuk pengumpulan datanya menggunakan skala likert bentuk checklis sebagai contoh dapat dilihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6.

Skala Likert Bentuk Checklist N

o Pernyataan-pernyataan

Alternatif jawaban

SS S RR TS STS

1

Dalam penyusunan butir-butir pernyataan angket yang akan diberikan kepada responden, terlebih dahulu penulis membuat kisi-kisi tentang instrumen penelitian, yakni kisi-kisi persepsi percaya diri. Kisi-kisi tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.7.


(38)

Tabel 3.7.

Kisi-kisi Angket Tingkat Percaya Diri Siswa (Ghufron dan Risnawita 2010:35) Definisi

Konseptual Sub Variabel Indikator

Jumlah Soal Nomor Pernyataan + - Lautser dalam Ghufron dan Risnawita (2010:35) mengatakan ciri-ciri orang yang memiliki rasa percaya diri

adalah sebagai berikut: ”memiliki keyakinan pada kemampuan sendiri, memiliki optimisme yang tinggi, bersikap objektif dalam berbagai hal, bertanggungjaw

ab, rasional dan

realistis”. 1. Memiliki keyakinan pada kemampuan diri sendiri

a. Dalam menghadapi tantangan

b. Dalam menghadapi kehidupan 8 1, 3 5, 7 2, 4 6, 8 2. Optimis

a. Optimis dalam menjalankan tugas b. Optimis dalam kehidupan sehari-hari 8 9, 11 13, 15 10, 12 14, 16 3. Bertanggung jawab a. Bertanggungjawab terhadap diri sendiri b. Bertanggung jawab terhadap tugas

9

17, 19, 21

23, 25 18, 20 22, 24 4. Bersifat objektif dalam berbagai hal

a. Mampu menilai diri sendiri

b. Mampu menilai orang lain 8 27, 29 31, 33 26, 28 30, 32 5. Rasional dan Realistis

a. Rasional ketika menghadapi permasalahan dalam bertindak

b. Rasional dalam mengambil keputusan c. Realistis mengambil keputusan

d. Realistis dalam bertindak

18

35, 37, 39

41, 43

45, 47 49, 51

34, 36

38, 40

42, 44 46, 48, 50

Jumlah Soal 51

Setelah penulis membuat kisi-kisi dan indikator-indikator angket maka selanjutnya penulis menyusun item soal tes dalam bentuk angket sesuai dengan spesifikasi data. Item soal tes tersebut disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia agar responden dapat menjawab. Adapun dalam penyusunan dan penjelasan pertanyaan–pernyataan penulis berpedoman pada pendapat yang dijelaskan Surakhmad (1990:184) sebagai berikut:


(39)

1) Rumuskan setiap pernyataan sejelas-jelasnya dan seringkas-ringkasnya, 2) mengajukan pernyataan-pernyataan yang memang dapat dijawab oleh responden, pernyataan mana yang tidak menimbulkan kesan negatif, 3) sifat pernyataan dan harus netral dan objektif, 4) mengajukan hanya pernyataan yang jawabannya tidak dapat diperoleh dari sumber lain, 5) keseluruhan pernyataan dalam angket harus sanggup mengumpulkan kebulatan jawaban untuk masalah yang dihadapi.

Selain daripada pendapat yang dijelaskan Surakhmad, Sudrajat dalam Darsono (2011:67) menjelaskan tentang perumusan pernyataan-pernyataan dalam penyusunan item pernyataan tersebut harus:

1) Pertanyaan yang dibuat harus jelas dan tidak meragukan, 2) hindari pertanyaan ganda, 3) responden harus mampu menjawab, 4) pertanyaan atau pernyataan harus relevan, 5) pertanyaan atau pernyataan yang pendek adalah yang terbaik, 6) hindari istilah yang kias.

Dari kedua pendapat di atas maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam membuat angket harus bersifat jelas, ringkas, dan relevan.

c. Uji Coba Angket

Untuk mengetahui tinggi rendahnya validitas dan reliabilitas dari setiap butir-butir pernyataan angket maka diperlukan terlebih dahulu uji coba angket. Setelah uji coba angket dilakukan, akan diperoleh sebuah angket yang memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai pengumpul data dalam penelitian ini. Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam sebuah penelitian maka diperlukan sebuah alat ukur yang baik, dalam artian alat ukur tersebut memiliki validitas dan reliabilitas yang baik. Surakhmad dalam Darsono (2011:67) mengatakan ciri-ciri setiap alat ukur yang baik adalah sebagai berikut:

Setiap alat ukur yang baik memiliki sifat-sifat tertentu yang sama untuk setiap jenis tujuan dari situasi penyelidikan, baik alat itu untuk mengukur cuaca, tekanan darah, kemampuan belajar, kuat arus, kecepatan peluru maupun pengukuran sikap. Angket tersebut harus diujicobakan untuk mengukur tingkat validitas dan reliabilitas dari setiap pernyataan-pernyataan. Dari uji coba angket, minat kecenderungan, bakat khusus, dan validitas pengukuran, tidak adanya satu dari sifat ini menjadikan alat itu tidak memenuhi kriteria sebagai alat yang baik.

Penjelasan di atas memaparkan bahwa uji coba instrumen bertujuan untuk menentukan kevalidan dari suatu instrumen atau alat tes berupa angket dan apakah


(40)

instrumen angket tersebut sudah cocok atau belum untuk digunakan dalam penelitian mengetahui tingkat percaya diri dari siswa.

d. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Dalam memperoleh kesahihan dan keterandalan dari suatu soal, maka penulis terlebih dahulu melakukan uji validitas dan reliabilitas sebuah instrumen, uji validitas instrumen yang digunakan adalah uji internal butir soal instrumen dengan mengkorelasikan antara skor tiap butir soal yang didapat dengan skor responden. Sedangkan dalam menguji reliabilitas angket penulis menggunakan teknik belah dua dengan rumus product moment dan spearman brown.

1) Uji Validitas Instrumen

Ketepatan alat ukur dalam mengukur suatu konsep yang diukur ini merupakan faktor yang sangat penting maka dengan ini uji instrumen sangat diperlukan. Berkenaan dengan validitas instrumen Arikunto (2010:211) menjelaskan “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”. Kemudian dalam menentukan

validitas angket penulis berpedoman pada Sugiyono (2003:97) sebagai berikut: 1) Mengumpulkan data dan memberikan skor pada tiap butir pernyataan sesuai dengan jawaban responden, 2) menghitung skor total masing-masing item. Kemudian mencari mean, 3) mencari simpangan baku (s) setiap butir pernyataan, 4) mencari variansi (S2) untuk tiap butir pernyataan, 5) mencari nilai r untuk tiap butir pernyataan, 6) membandingkan nilai r hitung yang telah dicari dengan r tabel dalam taraf N=15 atau dengan tingkat kepercayaan 44.

Untuk menentukan valid atau tidaknya butir angket, maka penulis membandingkan nilai hasil korelasi t-hitung dengan t-tabel, jika t-hitung lebih besar dari t-tabel maka pernyataan tersebut dinyatakan valid dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data. Dan jika t-hitung lebih kecil dari t-tabel maka angket tersebut tidak valid dan tidak dapat digunakan untuk mengumpulkan data. Uji validitas dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut sudah dapat mengukur aspek yang diukur, dan butir-butir pernyataan yang disusun sudah mewakili aspek-aspek yang akan diukur atau belum.


(41)

Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk mengetahui validitas instrumen adalah sebagai berikut:

a) Data yang diperoleh dari hasil uji coba dikumpulkan, dipisahkan antara skor tertinggi dan terendah.

b) Menentukan 50% responden yang memperoleh skor tinggi dan 50% yang memperoleh skor rendah.

c) Kelompok yang terdiri dari responden yang memperoleh skor tinggi disebut kelompok atas. Sedangkan kelompok yang terdiri dari responden yang memperoleh skor rendah disebut kelompok bawah.

d) Mencari nilai rata-rata (x) setiap butir pernyataan kelompok atas dan nilai rata-rata (x) setiap butir kelompok bawah dengan rumus:

=

Keterangan:

: Nilai rata-rata yang dicari : Jumlah skor

: Jumlah responden

e) Mencari simpangan baku (S) setiap butir pernyataan kelompok atas dan kelompok bawah dengan rumus sebagai berikut:

S =

Keterangan:

S : Simpangan baku yang dicari

∑ (X- )2 : Jumlah hasil penguadratan nilai skor dikurangi rata-rata 1 : Jumlah sampel dikurangi 1

f) Mencari variasi gabungan ( ) untuk setiap butir pernyataan kelompok atas dan kelompok bawah dengan rumus sebagai berikut:


(42)

=

Keterangan

: Variansi gabungan

: Simpangan baku kelompok satu : Simpangan baku kelompok dua : Jumlah sampel

g) Mencari t-hitung untuk setiap butir pernyataan dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

: Nilai t yang dicari

: Rata-rata suatu kelompok : Simpangan baku gabungan : Jumlah sampel

h) Selanjutnya membandingkan t-hitung dengan t-tabel dalam taraf nyata 0,05 atau dengan tingkat kepercayaan 95%. Nilai t-tabel menunjukan harga 1,70.

2) Uji Reliabilitas Instrumen

Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen penulis melakukan tahapan sebagai berikut:

a) Membagi butir pernyataan menjadi dua bagian yaitu pernyataan yang bernomor genap dan bernomor ganjil.

b) Skor dari butir pernyataan yang bernomor genap dikelompokkan menjadi variabel X dan skor dari butir-butir pernyataan yang bernomor ganjil dijadikan variabel Y.


(43)

c) Mengkorelasikan antara skor butir-butir pernyataan yang bernomor genap dengan butir-butir pernyataan yang bernomor ganjil dengan menggunakan rumus korelasi person product moment sebagai berikut:

Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi yang dicari XY : Jumlah perkalian skor x dan skor y

∑x : Jumlah skor x

∑y : Jumlah skor y n : Jumlah sampel

d) Mencari reliabilitas seluruh perangkat butir dengan menggunakan rumus Spearman Brown dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

rii : Koefisien yang dicari 2.r : Dua kali koefisien korelasi 1+ r : Satu tambah koefisien korelasi

e) Menguji signifikansi korelasi, yaitu dengan rumus yang dikembangkan oleh Sudjana (2001) sebagai berikut:

Keterangan:

t : Nilai t-hitung yang dicari r : Koefisien seluruh tes

n-2 : Jumlah soal atau pernyataan dikurangi dua

Selanjutnya, hasil penghitungan teknik korelasi person product moment dimasukkan ke dalam rumus Spearman Brown, kemudian untuk menentukan nilai


(44)

t-hitung, nilai r seluruh item tes yang dihasilkan dimasukkan ke dalam rumus yang dikembangkan oleh Sudjana.

3) Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Angket a) Uji Validitas Angket

Sebuah butir tes dikatakan valid apabila setelah dilakukan pendekatan signifikansi yaitu jika t-hitung lebih besar dari atau sama dengan t-tabel, maka butir pernyataan tersebut dapat digunakan sebagai tes dalam pengumpulan data. Tetapi jika sebaliknya t-hitung lebih kecil dari t-tabel, maka butir pernyataan tersebut tidak dapat digunakan kembali dalam pengambilan data karena tidak signifikansi pada tingkat kepercayaan tertentu.

Berdasarkan hasil penghitungan analisis validitas instrument dari setiap butir pernyataan yang berjumlah 51 butir pernyataan, diperoleh 32 butir yang valid, dan 19 butir soal yang tidak valid, artinya butir pernyataan yang valid dapat digunakan sebagai alat pengumpul data, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8.

Hasil Uji Validitas Angket

Keterangan

1 2,4 2,1 Valid

2 2,3 2,1 Valid

3 2,2 2,1 Valid

4 2,3 2,1 Valid

5 2,2 2,1 Valid

6 1,3 2,1 Tidak Valid

7 2,2 2,1 Valid

8 2,2 2,1 Valid

9 2,2 2,1 Valid


(45)

11 0,1 2,1 Tidak Valid

12 2,4 2,1 Valid

13 0,2 2,1 Tida Valid

14 -0,4 2,1 Tidak Valid

15 2,3 2,1 Valid

16 2,3 2,1 Valid

17 2,3 2,1 Valid

18 2,2 2,1 Valid

19 0,2 2,1 Tidak Valid

20 2,2 2,1 Valid

21 2,3 2,1 Valid

22 2,3 2,1 Valid

23 1,1 2,1 Tidak Valid

24 2,4 2,1 Valid

25 2,2 2,1 Valid

26 0,0 2,1 Tidak Valid

27 1,0 2,1 Tidak Valid

28 2,4 2,1 Valid

29 0,9 2,1 Tidak Valid

30 0,2 2,1 Tidak Valid

31 2,2 2,1 Valid

32 0,2 2,1 Tidak Valid

33 0,4 2,1 Tidak Valid

34 2,2 2,1 Valid

35 0,4 2,1 Tidak Valid

36 0,4 2,1 Tidak Valid

37 2,2 2,1 Valid

38 2,2 2,1 Valid

39 2,6 2,1 Valid


(46)

41 2,2 2,1 Valid

42 2,2 2,1 Valid

43 2,2 2,1 Valid

44 2,3 2,1 Valid

45 2,2 2,1 Valid

46 2,2 2,1 Valid

47 0,4 2,1 Tidak Valid

48 0,3 2,1 Tidak Valid

49 0,7 2,1 Tidak Valid

50 2,6 2,1 Valid

51 2,2 2,1 Valid

b) Uji Reliabilitas Angket

Hasil pengolahan data setelah melakukan uji coba dapat diketahui pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9.

Hasil Uji Reliabilitas Angket Tingkat Percaya Diri No.

Sampel

Skor Ganjil (X)

Skor Genap

(Y) X² Y² X.Y

1 119 113 14161 12769 13447

2 84 84 7056 7056 7056

3 121 108 14641 11664 13068

4 113 110 12769 12100 12430

5 78 78 6084 6084 6084

6 84 74 7056 5476 6216

7 82 78 6724 6084 6396

8 76 89 5776 7921 6764

9 71 74 5041 5476 5254

10 122 118 14884 13924 14369

11 116 109 13456 11881 12644

12 76 744 5776 5476 5624

13 122 113 14884 12769 13786

14 109 113 11881 12769 12317


(47)

Pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

rxy =

} ) ( }{ ) ( { ) )( ( ) ( 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n           = } ) 1335 ( ) 131449 ( 14 }{ ) 1373 ( ) 140189 ( 14 { ) 1335 )( 1373 ( ) 135482 ( 14 2 2   

= 0,975

Mencari reliabilitas koefisien seluruh perangkat item tes dengan menggunakan rumus Spearman Brown.

rii =

xy xy r r  1 ) ( 2 Keterangan:

rii : Reliabilitas instrumen

rxy : Koefisien korelasi

rii =

xy xy r r  1 ) ( 2 = 0,975 1 ) 975 , 0 ( 2 

= 0,987

Dari hasil penghitungan diperoleh r-hitung = 0,975 sedangkan r-tabel dengan n = 14 adalah 0,532. Ternyata nilai t-hitung (0,987) ≥ t-tabel (0,532). Dengan demikian instrumen penelitian memiliki tingkat reliabilitas yang signifikan.


(48)

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam sebuah penelitian proses pengumpulan data sangat penting dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hasil akhir dari sebuah penelitian, terdapat banyak teknik dalam pengumpulan data yang dapat dilakukan peneliti namun harus sesuai dengan masalah penelitiannya. Dalam penelitian ini penulis melakukan pengumpulan data dengan menggunakan teknik pengumpulan data dengan tes dan penyebaran angket.

Tes terstandar menjadi acuan untuk penulis karena tes terstandar menurut

Arikunto (2010:267) “di dalam setiap tes yang terstandar sudah dicantumkan: petunjuk pelaksanaan, waktu yang dibutuhkan, bahan yang tercakup dan hal-hal lain, misalnya validitas dan reliabilitas”. Lebih jelasnya penulis menggunakan teknik tes, yang dimaksud tes disini adalah dengan melakukan tes praktik dalam pengumpulan data kepada sampel yang akan diteliti serta penyebaran angket kepada sampel yang melakukan tes keterampilan tersebut. Teknik pengumpulan data ini sangat cocok untuk digunakan peneliti karena sesuai dengan permasalahan yang sedang diteliti. Tes dalam teknik pengambilan data ini adalah dengan melakukan tes motor educability terhadap sampel lalu dilanjutkan dengan tes keterampilan gerak diveroll dan terakhir dengan penyebaran angket kepada sampel yang melakukan kedua tes tersebut.

Sebelum peneliti melakukan pengumpulan data dari sampel terlebih dahulu penulis melakukan beberapa tahapan diantaranya yaitu:

1. Membuat proposal penelitian. 2. Menyiapkan instrumen penelitian.

3. Membuat surat perizinan dari lembaga yang ditujukan kepada sekolah SMPN 52 Bandung.

4. Setelah mendapat perizinan dari kepala sekolah yang bersangkutan, selanjutnya penulis menemui guru olahraga untuk berkonsultasi dan meminta izin dalam mengambil data.


(49)

G. Analisis Data

Dalam menganalis data, data yang diperoleh dari hasil tes dan penyebaran angket merupakan skor yang mentah, agar dapat melakukan penarikan kesimpulan dengan benar maka data tersebut harus diolah menggunakan rumus-rumus statistika dan dalam pengolahan data penulis menggunakan SPSS sebagai langkah dalam pengolahan data.

Setelah data yang diperlukan dalam penelitian terkumpul, langkah selanjutnya adalah data-data tersebut diolah dan dianalisis dengan menggunakan rumus secermat mungkin, sehingga akhirnya diterima atau ditolaknya hipotesis sesuai taraf yang diajukan yaitu 5% atau 0,05. Untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan ke-3 variabel tersebut, maka penulis melakukan langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data tentang aspek tingkat percaya diri, motor educability, dan keterampilan gerak diveroll dari sampel.

2. Menyusun dan memasukan data ke microsoft office excel. 3. Menginput data keSPSS.

4. Mengolah data yang diperoleh dengan menghitungnya menggunakan rumus-rumus statistika.

5. Menganalisis dan menentukan seberapa besar persentase dari motor

educability, tingkat percaya diri, dan keterampilan gerak diveroll sampel.

6. Menginterpretasikan nilai persentase. 7. Menyimpulkan hasil penelitian.


(50)

Ahdan 2014

KETERAMPILAN GERAK DIVEROLL DITINJAU DARI MOTOR EDUCABILITY DAN TINGKAT PERCAYA DIRI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kepercayaan diri terhadap keterampilan gerak diveroll.

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara motor educability dengan keterampilan gerak diveroll.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara motor educability dan tingkat percaya diri secara bersama-sama dengan keterampilan gerakan diveroll.

B.Saran

1. Motor educability dan tingkat percaya diri alangkah lebih baik jika kedua

aspek tersebut dijadikan sebagai salah satu titik tolak bagi pengembangan dan pencarian atlet-atlet berbakat.

2. Dalam mencetak atlet-atlet profesional maka para pelatih olahraga harus memperhatikan motor educability dan tingkat kepercayaan diri karena kedua aspek tersebut memiliki peranan yang cukup penting.

3. Untuk memudahkan dalam proses pelatihan maka pelatih dapat mengelompokkan atletnya dilihat dari tingkat percaya diri dan motor educability.

4. Untuk sekolah-sekolah olahraga dalam menerima siswa atau mahasiswa baru maka disarankan tidak meninggalkan tes motor educability sebagai salah satu titik tolak dalam proses penerimaan mahasiswa atau siswanya.


(51)

Ahdan 2014

KETERAMPILAN GERAK DIVEROLL DITINJAU DARI MOTOR EDUCABILITY DAN TINGKAT PERCAYA DIRI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Anisa, Irmelina F. (2012). Korelasi Motor Educability dengan Penguasaan Teknik

Jump Service Pada Atlet UKM Bola Voli UPI (Putri). Skripsi: Universitas

Pendidikan Indonesia.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendektan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendektan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Atmaja, Supardi U. (2008). Modul Kecabangan Olahraga Senam. Bandung: FPOKUniversitas Pendidikan Indonesia.

Darsono. (2011). Perbedaan Tingkat Kepercayaan Diri Siswa yang Mengikuti Unit Kegiatan Taekwondo, Bulutangkis, dan Bola Basket Di SMP 5

Bandung. Skripsi: Universitas Pendidikan Indonesia.

Ghufron dan Risnawita. (2010). Teoro-teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-ruzz media

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Tenaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (P2LTK).

Hidayat, Imam. (1996). Senam. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.

Husdarta. (2010). Psikologi Olahraga. Bandung: Alfabeta.

Ibrahim, R dan Komarudin. (2010). Psikologi Kepelatihan. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Iindonesia.

Komarudin dan Yusuf H. (2013). Psikologi Olahraga. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(52)

Lutan, Rusli. (1988). Belajar Keterampilan Motorik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal...


(53)

Mahendra, A. (2007). Teori Belajar Mengajar Motorik. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia

Misastra, Uham dkk. (2010). Didaktik Metodik Pembelajaran Senam. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.

Mustika, Hary. (2009). Korelasi Antara Motor Educability dengan Penguasaan

Keterampilan Sepak Bola. Skripsi: Universitas Pendidikan Indonesia.

Nurhasan dan Cholil. (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Iindonesia.

Pemprov DKI Jakarta, Tim Penyusun. (2004). Petunjuk Olahraga Senam. Jakarta: Jaya Raya.

Sopandi, Dodi. (2007). Hubungan Antara Motivasi Siswa Mengikuti

Ekstrakurikuler Olahraga Dengan Sosial Interpersonal. Skripsi:

Universitas Pendidikan Iindonesia.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Sugiyono. (2013). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sukardi (2003). Metode Penelitian Pendidikan.Yogyakarta: PT Bumi Aksara. Sukmadinata, Nana S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Surakhmad, Winarno. (1990). Metode Penelitian. Bandung: Tarsito. Surakhmad, Winarno. (1995). Metode penelitian.Bandung: Tarsito.

Trihendradi, C. (2010). Step By Step Spss 18 Analisis Data Statistik. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Virgiana, Septia. (2011). Perbandingan Motor Educability pada Siswa yang Mengikuti Ekstra Kurikuler Soft Ball di SMAN 2 dan SMAN 6 Bandung. Skripsi: Universitas Pendidikan Indonesia.


(1)

54

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam sebuah penelitian proses pengumpulan data sangat penting dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hasil akhir dari sebuah penelitian, terdapat banyak teknik dalam pengumpulan data yang dapat dilakukan peneliti namun harus sesuai dengan masalah penelitiannya. Dalam penelitian ini penulis melakukan pengumpulan data dengan menggunakan teknik pengumpulan data dengan tes dan penyebaran angket.

Tes terstandar menjadi acuan untuk penulis karena tes terstandar menurut Arikunto (2010:267) “di dalam setiap tes yang terstandar sudah dicantumkan: petunjuk pelaksanaan, waktu yang dibutuhkan, bahan yang tercakup dan hal-hal lain, misalnya validitas dan reliabilitas”. Lebih jelasnya penulis menggunakan teknik tes, yang dimaksud tes disini adalah dengan melakukan tes praktik dalam pengumpulan data kepada sampel yang akan diteliti serta penyebaran angket kepada sampel yang melakukan tes keterampilan tersebut. Teknik pengumpulan data ini sangat cocok untuk digunakan peneliti karena sesuai dengan permasalahan yang sedang diteliti. Tes dalam teknik pengambilan data ini adalah dengan melakukan tes motor educability terhadap sampel lalu dilanjutkan dengan tes keterampilan gerak diveroll dan terakhir dengan penyebaran angket kepada sampel yang melakukan kedua tes tersebut.

Sebelum peneliti melakukan pengumpulan data dari sampel terlebih dahulu penulis melakukan beberapa tahapan diantaranya yaitu:

1. Membuat proposal penelitian. 2. Menyiapkan instrumen penelitian.

3. Membuat surat perizinan dari lembaga yang ditujukan kepada sekolah SMPN 52 Bandung.

4. Setelah mendapat perizinan dari kepala sekolah yang bersangkutan, selanjutnya penulis menemui guru olahraga untuk berkonsultasi dan meminta izin dalam mengambil data.


(2)

55

G. Analisis Data

Dalam menganalis data, data yang diperoleh dari hasil tes dan penyebaran angket merupakan skor yang mentah, agar dapat melakukan penarikan kesimpulan dengan benar maka data tersebut harus diolah menggunakan rumus-rumus statistika dan dalam pengolahan data penulis menggunakan SPSS sebagai langkah dalam pengolahan data.

Setelah data yang diperlukan dalam penelitian terkumpul, langkah selanjutnya adalah data-data tersebut diolah dan dianalisis dengan menggunakan rumus secermat mungkin, sehingga akhirnya diterima atau ditolaknya hipotesis sesuai taraf yang diajukan yaitu 5% atau 0,05. Untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan ke-3 variabel tersebut, maka penulis melakukan langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data tentang aspek tingkat percaya diri, motor educability, dan keterampilan gerak diveroll dari sampel.

2. Menyusun dan memasukan data ke microsoft office excel. 3. Menginput data ke SPSS.

4. Mengolah data yang diperoleh dengan menghitungnya menggunakan rumus-rumus statistika.

5. Menganalisis dan menentukan seberapa besar persentase dari motor educability, tingkat percaya diri, dan keterampilan gerak diveroll sampel.

6. Menginterpretasikan nilai persentase. 7. Menyimpulkan hasil penelitian.


(3)

Ahdan 2014

KETERAMPILAN GERAK DIVEROLL DITINJAU DARI MOTOR EDUCABILITY DAN TINGKAT PERCAYA DIRI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kepercayaan diri terhadap keterampilan gerak diveroll.

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara motor educability dengan keterampilan gerak diveroll.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara motor educability dan tingkat percaya diri secara bersama-sama dengan keterampilan gerakan diveroll.

B.Saran

1. Motor educability dan tingkat percaya diri alangkah lebih baik jika kedua aspek tersebut dijadikan sebagai salah satu titik tolak bagi pengembangan dan pencarian atlet-atlet berbakat.

2. Dalam mencetak atlet-atlet profesional maka para pelatih olahraga harus memperhatikan motor educability dan tingkat kepercayaan diri karena kedua aspek tersebut memiliki peranan yang cukup penting.

3. Untuk memudahkan dalam proses pelatihan maka pelatih dapat mengelompokkan atletnya dilihat dari tingkat percaya diri dan motor educability.

4. Untuk sekolah-sekolah olahraga dalam menerima siswa atau mahasiswa baru maka disarankan tidak meninggalkan tes motor educability sebagai salah satu titik tolak dalam proses penerimaan mahasiswa atau siswanya.


(4)

Ahdan 2014

KETERAMPILAN GERAK DIVEROLL DITINJAU DARI MOTOR EDUCABILITY DAN TINGKAT PERCAYA DIRI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Anisa, Irmelina F. (2012). Korelasi Motor Educability dengan Penguasaan Teknik Jump Service Pada Atlet UKM Bola Voli UPI (Putri). Skripsi: Universitas Pendidikan Indonesia.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendektan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendektan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Atmaja, Supardi U. (2008). Modul Kecabangan Olahraga Senam. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.

Darsono. (2011). Perbedaan Tingkat Kepercayaan Diri Siswa yang Mengikuti Unit Kegiatan Taekwondo, Bulutangkis, dan Bola Basket Di SMP 5 Bandung. Skripsi: Universitas Pendidikan Indonesia.

Ghufron dan Risnawita. (2010). Teoro-teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-ruzz media

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Tenaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (P2LTK).

Hidayat, Imam. (1996). Senam. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.

Husdarta. (2010). Psikologi Olahraga. Bandung: Alfabeta.

Ibrahim, R dan Komarudin. (2010). Psikologi Kepelatihan. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Iindonesia.

Komarudin dan Yusuf H. (2013). Psikologi Olahraga. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(5)

Lutan, Rusli. (1988). Belajar Keterampilan Motorik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal...


(6)

67

Mahendra, A. (2007). Teori Belajar Mengajar Motorik. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia

Misastra, Uham dkk. (2010). Didaktik Metodik Pembelajaran Senam. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.

Mustika, Hary. (2009). Korelasi Antara Motor Educability dengan Penguasaan Keterampilan Sepak Bola. Skripsi: Universitas Pendidikan Indonesia. Nurhasan dan Cholil. (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung:

FPOK Universitas Pendidikan Iindonesia.

Pemprov DKI Jakarta, Tim Penyusun. (2004). Petunjuk Olahraga Senam. Jakarta: Jaya Raya.

Sopandi, Dodi. (2007). Hubungan Antara Motivasi Siswa Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Dengan Sosial Interpersonal. Skripsi: Universitas Pendidikan Iindonesia.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Sugiyono. (2013). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sukardi (2003). Metode Penelitian Pendidikan.Yogyakarta: PT Bumi Aksara. Sukmadinata, Nana S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Surakhmad, Winarno. (1990). Metode Penelitian. Bandung: Tarsito. Surakhmad, Winarno. (1995). Metode penelitian.Bandung: Tarsito.

Trihendradi, C. (2010). Step By Step Spss 18 Analisis Data Statistik. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Virgiana, Septia. (2011). Perbandingan Motor Educability pada Siswa yang Mengikuti Ekstra Kurikuler Soft Ball di SMAN 2 dan SMAN 6 Bandung. Skripsi: Universitas Pendidikan Indonesia.