PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN DIRECT INSTRUCTION TERHADAP PENGUASAAN TEKNIK DASAR BOLA BASKET DITINJAU DARI MOTOR EDUCABILITY.

(1)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Olahraga

Oleh :

Sri Anggara Restu Natalia 1302333

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN INKUIRI DAN DIRECT

INSTRUCTION TERHADAP PENGUASAAN TEKNIK DASAR BOLA

BASKET

DITINJAU DARI MOTOR EDUCABILITY

Oleh

Sri Anggara Restu Natalia

S.Pd FPOK Universitas Pendidikan Indonesia, 2012

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Magister Pendidikan (M.Pd) pada prodi Pendidikan Olahraga

© Sri Anggara Nestu Natalia 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,


(3)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN DIRECT

INSTRUCTION

TERHADAP PENGUASAAN TEKNIK DASAR BOLA BASKET DITINJAU DARI MOTOR EDUCABILITY

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing

Agus Rusdiana, M.Sc.,Ph.D. NIP. 197608122001121001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Olahraga

Dr. Yudy Hendrayana, M. Kes, AIFO NIP. 196207181988031004


(4)

ABSTRAK

Nama: Sri Anggara Restu Natalia,S.Pd. Judul: Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri dan Direct Instruction Terhadap Penguasaan Teknik Dasar Bolabasket Ditinjau Dari Motor

Educability. Pembimbing: Dr.Agus Rusdiana,M.Sc.,P.hD.

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba menerapan model pembelajaran Inkuiri dan Direct Intruction dengan variabel atributnya yaitu Motor Educability terhadap penguasaan teknik dasar Bolabasket. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan desain faktorial 2 X 2. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Lembang Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Populasinya adalah seluruh siswa laki-laki kelas tujuh (VII) SMP Negeri 3 Lembang kabupaten Bandung Barat. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simple random sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya 40 orang dari siswa laki-laki kelas VII SMP Negeri 3 Lembang yang berjumlah 192 siswa. Instrumen penelitian ini merupakan rangkaian gerak 20 butir Motor Educability dan teknik dasar bolabasket yaitu teknik menggiring, melempar dan memasukan bola kekeranjang basket. Teknik analisis statistik digunakan teknik analisis varians (ANOVA) dua arah pada taraf signifikansi α= 0,05. Hasil penelitiannya yaitu 1) Secara Keseluruhan, terdapat perbedaan antara pendekatan dengan model pembelajaran inkuiri dan pendekatan dengan model pembelajaran Direct Instruction terhadap hasil belajar keterampilan teknik dasar bolabasket, dalam penelitian ini, pendekatan dengan model pembelajaran inkuiri lebih baik daripada dengan model pembelajaran 2) Tidak Terdapat interaksi antara model pembelajaran Inkuiri dan model pembelajaran Direct Instruction terhadap hasil belajar dengan Motor Educability siswa.

Kata Kunci : Model Pembelajaran Inkuiri, Model Pembelajaran Direct Instruction, Motor Educability


(5)

ABSTRACT

Name: Sri Anggara Restu Natalia, S.Pd. Title: Effect of Inquiry Learning Model and Direct Instruction Basketball Basic Techniques Against Mastery Seen From Motor Educability.

Supervisor: Dr.Agus Rusdiana, M.Sc., P.Hd.

In this study, researchers tried to apply inquiry learning model and Direct Instruction with variable attributes, namely Motor Educability toward mastery of basic techniques Basketball. The method used in this study is the experimental method using a 2 X 2 factorial design study was conducted in SMP Negeri 3 Lembang, West Bandung regency, West Java Province. The population is all male students in grades seven (VII) SMP Negeri 3 Lembang, West Bandung regency. The sampling technique used in this study is a simple random sampling technique. The sample used in this study only 40 people of the male students of class VII SMP Negeri 3 Lembang, amounting to 192 students. The instrument of this research is a series of 20 grains Motor Educability movement and basic techniques, namely basketball herding techniques, throwing and put the ball in the basket. Statistical analysis techniques used technique analysis of variance (ANOVA) two

directions at significance level α = 0.05. Research results: 1) In

Overall, there is a difference between the approach of the inquiry learning model and approach to the learning model of Direct Instruction on learning outcomes basketball basic enginering skills, in this study, the approach to inquiry learning model is better than learning model 2) Not There the interaction between learning model Inquiry and Direct Instruction learning model for learning outcomes with Motor Educability students.

Key words: Inquiry Learning Model, Direct Instruction Learning Model, Motor Educability


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 7

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 11

F. Struktur Organisasi Tesis ... 11

BAB II LANDASAN TEORETIS, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS A. Landasan Teoritis ... 13

1. Model Pembelajaran Inkuiri ... 13

2. Model Pembelajaran Direct Instruction ... 24

3. Konsep Dasar Bola Basket... 29

4. Hasil Belajar... 37

5. Motor Educability ... 48

6. Penelitian Yang Relevan ... 51

B. Kerangka Berfikir... 54

C. Hipotesis ... 60

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian ...`61


(7)

B. Lokasi, Populasi, Sampling, dan Sampel Penelitian

1. Lokasi penelitian ... 63

2. Populasi Penelitian ... 63

3. Sampel Penelitian ... 64

C. Bagan Alur Penelitian ... 66

D. Rancangan Perlakuan ... 67

E. Instrumen Penelitian ... 68

F. Teknik Pengumpulan Data ... 86

G. Analisis Data 1. Uji Validitas ... 87

2. Uji Reliabilitas ... 89

H. Hipotesis statistika ... 97

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 100

B. Pembahasan ... 117

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 123

B. Rekomendasi ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 125 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(8)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Model pembelajaran yang diterapkan oleh guru, merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan bagi keberhasilan siswa dalam mencpai tujuan pembelajaran. Lebih jelas lagi mengenai faktor-fakor tersebut, Lutan (1988, hlm. 322) menerangkan bahwa :”Faktor-faktor internal adalah faktor-faktor yang ada pada diri anak itu sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang ada di luar diri anak yang dapat dimanipulasi guna memperkembangkan anak tersebut dalam segala potensi internalnya.” Dari penjelasan tersebut jelas bahwa, model pembelajaran merupakan faktor eksternal yang dapat dimanipulasi dengan tujuan menciptakan pembelajaran yang efektif dan kaya akan gerak yang bermakna bagi siswa, selain itu model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam pembelajaran penjas harus dapat memfasilitasi siswa untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya, baik potensi kognitif, afektif maupun psikomotor. Dengan model pembelajaran yang sesuai maka tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai dengan baik. Peran penting model pembelajaran akan berpengaruh pada perwujudan pembelajaran penjas yang dinilai efektif, yaitu dengan pembelajaran yang secara aktif. Model pembelajaran yang pilih dan diterapkan guru dapat menentukan pencapaian tujuan yang diinginkan. Sejalan dengan hal tersebut Metzler (2000: hlm.14) menjelaskan “models for planning implementing, and assessing instruction will provide us with the most effective ways to reach our balanced aims for learning within the great diversity of content now in school physical education program.” Maksudnya adalah bahwa model pembelajaran akan menjadi jalan yang efektif dalam mencapai tujuan belajar dalam keanekaragaman isi dari program pendidikan jasmani saat ini.


(9)

Pendidikan jasmani yang telah berkembang di sekolah biasanya memiliki karakteristik dalam penggunaan model pembelajarannya. Pendidikan jasmani selama ini pembelajaran yang dilakukan masih bersifat teori, dimana selalu menggunakan metode tanya jawab, ceramah, moduler dan lainnya. Pendidikan jasmani selama ini juga pada proses pembelajarannya dapat dikatakan pembelajaran yang selalu berpedoman pada sumber buku dan menekankan pemberian informasi lalu memperagakan melalui suatu gerakan. Model yang telah lama digunakan dalam proses pembelajaran penjas itu dikenal dengan nama model pembelajaran langsung atau direct instruction. Metzler (2000, hlm. 162) Karakteristik dari intuksi langsung adalah guru pusat penentuan keputusan dan guru langsung memberi contoh unit pembelajaran.

Pada proses pembelajaran dengan model direct instruction siswa menjadi bosan dan menjadi pasif, sehingga siswa tidak dapat mengembangkan bakat dan kemampuan motorik yang dimiliki karena pada proses pembelajarannya semua berpusat pada guru. Pengaruh seperti ini akan menimbulkan rasa malas, dan kurangnya motivasi pada siswa dalam mengikuti proses pembelajaran penjas dengan demikian siswa tidak dapat mengembangkan bakat dan kemampuan motorik yang dimiliki secara optimal, sedangkan cirri pembelajaran pada pendidikan jasmani sendiri yaitu pembelajaran melalui gerak dan keterampilan gerak. Seperti yang diungkapkan Daur dan Pangrazi (1979) diungkapkan bahwa sebagai pendidikan gerak “learning to move and

moving to learn”. Model pembelajaran direct instruction yang diterapkan selama, selain ini kurang memberikan kesempatan gerak yang luas bagi siswa, juga kurang menfasilitasi siswa untuk mengembangkan kreatifitas dalam dirinya karena semua yang dilakukan dalam belajar telah dirancang oleh guru, tanpa siswa dapat mengekplorasi sendiri kemampuan dalam dirinya.

Melihat fakta yang terjadi di lapangan selama ini, model pembelajaran


(10)

3

dijelaskan oleh Suherman (2009, hlm. 25) “dalam penelitian tentang pengajaran, metode-metode tersebut sudah lama ditinggalkan mengingat metode-metode tersebut kurang reliable dan kurang valid untuk dijadikan parameter kemampuan mengajar.” Dengan demikian untuk menanggulangi kekurangan yang terdapat pada model pembelajaran direct instruction, maka guru harus menggunakan berbagai model pembelajaran lain yang lebih efektif.

Model pembelajaran yang efektif mengharuskan guru untuk menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif sehingga para siswa atau peserta didik dapat belajar dengan intensif dan terlibat aktif selama pembelajaran. Model pembelajaran alternatif yang dapat diterapkan oleh guru dalam pembelajaran penjas yaitu model pembelajaran inkuiri. Ellis (1977, hlm. 74) dalam Juliantine, dkk (2011, hlm. 80) menyatakan bahwa inkuiri adalah:

“the process of selecting, gathering, and processing data related to a particular problem in order to make inferences from those data.” Maksud dari penjelasan tersebut adalah bahwa inkuiri merupakan suatu proses menyeleksi, mengumpulkan dan memproses data yang berhubungan dengan suatu masalah tertentu untuk menarik kesimpulan berdasarkan data-data tersebut.

Dalam hal belajar keterampilan gerak dapat disebut suatu pembelajaran yang merupakan suatu kegiatan kognitif. Metzler (2000:316) memaparkan bahwa “Learner must have a basic cognitive abblilities in order to compherend and cary out the demand of nearly of movement task. We must think consciusly or unconsciously befor we move”. Contoh, guru mencoba untuk membuat siswa lebih aktif dengan membuat siswa memecahkan masalah geraknya melalui eksplorasi yang dilakukan siswa kemudian mendemontrasikan keterampilan geraknya. Rink (1999:51) juga memaparkan bahwa, „Student who were given a progression of simple to complex condition of practice learned more in this studies than the student who practice the final test for the same amount of time‟. Pembelajaran gerak yang diberikan oleh guru menggunakan


(11)

kondisi dalam peningkatan dari mudah ke sukar lebih memudahkan siswa dalam belajar. Oleh karena iti model pembelajaran Inkuiri menjadi model pembelajaran efektif dan menjadi salah satu alternatif model pembelajaran yang dikatakan sesuai dalam masalah disekolah.

Model pembelajaran inkuiri dalam penjas merupakan model yang mengedepankan siswa agar berpikir dan berusaha untuk mempraktikan gerakan yang ditugaskan atau dijelaskan guru penjas terlebih dahulu. Model pembelajaran ini juga menekankan pada pemecahan masalah dimana pemecahannya harus diungkapkan oleh siswa itu sendiri. Karakteristik pembelajaran yang terdapat dalam model pembelajaran inkuiri akan membantu siswa untuk dapat memecahkan berbagai permasalahan yang sering terjadi dalam pembelajran olahraga permainan, terutama dalam olahraga permainan bola besar yang meliputi penguasaan teknik dasar, pemahaman konsep bermain, kerjasama dalam permainan, pengambilan keputusan yang tepat dan pergerakan untuk mendukung permainan. Salah satu olahraga permainan bola besar yang diajarkan di sekolah yaitu permainan bolabasket.

Bolabasket dalam pembelajaran penjas di sekolah, memiliki kedudukan yang penting sehingga menjadi salah satu materi wajib yang harus diajarkan kepada siswa, selain itu permainan bolabasket juga merupakan permainan yang sangat digemari siswa. Dalam permainan bolabasket siswa dapat belajar tidak hanya teknik dasar permainan, akan tetapi mereka juga dapat belajar untuk mengembangkan berbagai keterampilan sosial dan menumbuhkan kecerdasan berpikir. Bolabasket merupakan olahraga beregu, sehingga dalam permainan, siswa harus dapat melakukan berbagai teknik dasar bolabasket, seperti mengoper bola (passing), menggiring bola (dribbling), dan menembak bola ke ring (shooting).

Mengenai pentingnya teknik dasar dalam bermain bolabasket, menurut Ahmadi (2007, hlm. 13) “Untuk dapat memiliki suatu tim bolabasket yang


(12)

5

handal, ada tiga faktor utama yang harus dipenuhi yaitu : 1. Penguasaan teknik dasar (fundamental), 2. Ketahanan Fisik (physical condition), 3. Kerja sama

(pola dan strategi)”. Lebih lanjut mengenai pentingnya teknik dasar dalam

bolabasket, Hoedaya (2001, hlm. 27) menyatakan bahwa:

Agar bisa membuat angka, suatu regu harus bisa memecahkan permasalahan yang semakin rumit tentang bagaimana mempertahankan penguasaan bola, usaha membuat angka, menciptakan ruang gerak pada waktu menyerang, dan bagaimana menggunakan ruang gerak tersebut secara efektif. Sehingga dalam setiap permasalahan taktis, terkandung pergerakan tanpa bola yang relevan dengan situasi permainan, disamping keterampilan lainnya dengan menggunakan bola.

Dari pemaparan pendapat di atas maka jelas bahwa penguasaan teknik dasar dalam permainan bolabasket harus diajarkan kepada siswa, karena teknik dasar bolabasket sangat dibutuhkan oleh siswa untuk dapat bermain dengan baik dan dapat mengakhiri penyerangan dengan mencetak skor. Dalam upaya mencapai hal tersebut, penguasaan siswa dalam teknik dasar bolabasket dapat dijadikan sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan pembelajaran. Akan tetapi melihat kenyataan yang terjadi di lapangan, pada permainan ini siswa sangat sulit untuk menguasai teknik dasar dalam permainan bolabasket, sehingga siswa memiliki penguasaan yang kurang memuaskan dalam pembelajaran. Oleh karena itu guru penjas dituntut untuk memahami dan meguasai unsur dan komponen pembelajaran bolabasket yang akan diajarkan melalu model pembelajaran yang tepat dan disesuaikan dengan masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran bolabasket.

Melalui model pembelajaran inkuiri, siswa akan memperoleh beberapa keuntungan selama proses pembelajaran, yaitu siswa akan lebih banyak dalam mencoba melakukan gerakan-gerakan dasar teknik bolabasket, dan siswa akan terus mencoba dalam memecahkan masalah yang dihadapinya khususnya dalam kemampuan gerak dasarnya. Sehingga tujuan dari pembelajaran tersebut dapat tercapai dengan baik. Melihat hal teresbut, maka model pembelajaran


(13)

inkuiri diasumsikan mampu memfasilitasi siswa untuk dapat menguasai teknik dasar permainan bolabasket dan meningkatkan penguasaan yang diperoleh siswa selama pembelajaran permainan bolabasket.

Model pembelajaran inkuiri yang diterapkan oleh guru dalam pembelajaran bolabasket pada pelaksanaannya juga akan berhubungan erat dengan kemampuan teknik dasar bolabasket yang telah dimiliki oleh siswa. Jika siswa memiliki kemampuan gerak dasar yang baik, kemumngkinan siswa itu dapat belajar berbagai macam gerakan dasar dalam bolabasket dengan cepat dan tepat. Kemampuan (ability) yang dimiliki siswa pada hakekatnya adalah sebuah anugerah yang diberikan sejak dia dilahirkan. Seperti yang diungkapkan oleh Schimidt (1988, hlm. 311) bahwa : “abilities: defined as in

herited, relatively enduring, stable straits of individual that underlie of support various kinds of activies or skills”. Kalimat tersebut mengartikan bahwa ability adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir atau berasal dari keturunan sifatnya relative lama dan stabil, dan kemampuan itu mendasari atau mendukung setiap variasi gerakan atau keterampilan. Faktor kemampuan gerak itu sendiri sering disebut dengan “motor educability”. Nurhasan (2000, hlm. 108) menjelaskan bahwa Motor educability adalah kemampuan seseorang untuk mempelajari gerakan baru (new motor skill)”. Selanjutnya Harlod Mc Cloy (1954, hlm. 84) menyatakan bahwa “motor educability is the ability to

learn motor skill easily and well”. Kemudian Lutan (1988, hlm. 115)” motor educability adalah suatu istilah yang cukup popular, karena berkenaan

langsung dengan pengungkapan cepat lambatnya seseorang menguasai keterampilan baru secara cermat.”

Beberapa pendapat para ahli tentang motor educability di atas menunjukan bahwa kemampuan motor educability seseorang bagaimana seseorang mudah dan tidaknya dalam pencapaian suatu gerakan yang baru selain itu apakah seseoran juga dapat mencapai suatu gerakan yang baru


(14)

7

dengan cepat atau tidak. Oleh karena itu semakin tinggi tingkat motor

educability seseorang semakin cepat juga menguasai suatu gerakan. Ini sangat

penting juga untuk siswa atau peserta didik dalam mengetahui kemampuan atau potensi gerakan yang dimilikinya.

Sehubungan dengan itu, untuk memudahkan siswa dalam menguasai teknik dasar bolabasket dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, guru pendidikan jasmani harus memilih model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang dapat membantu siswa bergerak aktif dan memiliki pemahaman gerak yang baik selama pembelajaran yaitu dengan model pembelajaran inkuiri. Selain dengan model pembelajaran, guru juga harus memperhatikan kemampuan dasar yang dimiliki setiap siswa, karena kemampuan siswa berada pada tingkatan yang berbeda-beda, yaitu siswa dengan kemampuan motorik tinggi dan siswa dengan kemampuan motorik rendah.

Bertolak dari uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti ingin mengkaji lebih dalam mengenai Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap penguasaan Teknik Dasar Bolabasket Ditinjau dari Motor

Educability, yaitu kemampuan motorik tinggi dengan kemampuan motorik

rendah.

B. Identifikasi Masalah

Model pembelajaran memiliki peran penting dalam mewujudkan pembelajaran penjas yang efektif, yaitu pembelajaran dengan mendorong siswa untuk bergerak secara aktif. Model pembelajaran yang dipilih dan diterapkan guru dapat menentukan pencapaian tujuan pembelajaran yang diinginkan. Metzler (2000: hlm.14) menjelaskan “models for planning implementing, and assessing instruction will provide us with the most effective ways to reach our balanced aims for learning within the great diversity of content now in school


(15)

physical education program.” Maksudnya adalah bahwa model pembelajaran

akan menjadi jalan yang efektif dalam mencapai tujuan belajar dalam keanekaragaman isi dari program pendidikan jasmani saat ini.

Pemilihan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik siswa akan memudahkan siswa dalam menjalani proses pembelajaran dan mencapai tujuan. Akan tetapi sebagian besar guru telah terbiasa dengan model pembelajaran direct instruction yang telah ada dan cenderung monoton dalam proses pembelajarannya, karena lebih menekankan terhadap pendekatan teknis dan sistem drill. Model pembelajaran direct

instruction selama ini selalu diterapkan diberbagai materi pembelajaran penjas

di sekolah, salah satunya dalam pembelajaran permainan bolabasket.

Model pembelajaran direct instruction yang diterapkan dalam olahraga permainan bolabasket cenderung menuntut siswa untuk melakukan keterampilan bolabasket secara benar, melakukan secara berulang-ulang keterampilan dasar boola basket dengan sistem drill atau latihan, siswa cenderung lebih banyak menunggu giliran untuk mendapat kesempatan melakukan gerakan, sehingga mendorong tingkat kejenuhan dan kebosanan yang tinggi pada diri siswa. Model pembelajaran direct instruction pada hakekatnya merupakan model dengan guru sebagai pusat pembelajaran (teaching center) sehingga siswa hanya menerima apa yang diajarkan oleh guru dan kurang mendorong timbulnya kreatifitas siswa dalam berpikir, sehingga dapat mempengaruhi penguasaan siswa.

Salah satu cara untuk memecahkan masalah tersebut maka guru dapat menggunakan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran bolabasket. Model inkuiri merupakan salah satu model baru yang dapat dijadikan sebagai alternatif untuk meningkatkan efektifitas dan sekaligus meningkatkan hasil belajar siswa. Model inkuri merupakan model dengan prinsip student learning (pembelajaran berpusat pada siswa), dengan demikian dalam proses


(16)

9

pembelajaran siswa dituntut untuk berpikir dan bergerak aktif selama pembelajaran.

Model inkuiri menekankan siswa untuk dapat mengeksplor pengetahuan dan kemampuan gerak yang mereka miliki. Dengan karakteristik permainan bolabasket yang merupakan olahraga tim dan memerlukan kerjasama antar anggota tim maka dibutuhkan kemampuan motorik yang baik dan daya nalar yang baik juga. Hal tersebut dapat diperoleh dalam model pembelajaran inkuiri. Akan tetapi, karena setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya, terutama dalam hal kemampuan motorik (motor educabilty), maka hal tersebut dapat berpengaruh terhadap perbedaan Penguasaan yang diperoleh siswa dalam permainan bolabasket.

Pada dasarnya motor educability yang dimiliki oleh siswa terdapat dua jenis, yaitu siswa dengan motor educability tinggi dan motor educability rendah. Perbedaan tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi penguasaan teknik dasar dalam bolabasket, selain model pembelajaran yang digunakan oleh guru, dalah hal ini model pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran direct instruction.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan identifikasi variabel yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan penguasaan teknik dasar bolabasket antara model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran

direct instruction?

2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan penguasaan teknik dasar bolabasket antara model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran


(17)

3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan penguasaan teknik dasar bolabasket antara model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran

direct instruction pada siswa yang memiliki motor educability rendah?

4. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan motor

educability terhadap penguasaan teknik dasar bolabasket?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah penelitian yang telah diuraikan, maka tujuan dalam penelitian ini yaitu:

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap Penguasaan teknik dasar bolabasket. Secara umum model pembelajaran inkuiri merupakan alat untuk mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.

2. Tujuan Khusus

Disamping tujuan umum seperti diuraikan diatas penelitian ini mempunyai tujuan khusus yaitu :

a) Untuk mengetahui pengaruh peningkatan penguasaan teknik dasar bola basket antara model pembelajaran inkuiri dan direct

instruction.

b) Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran direct Instruction terhadap siswa yang memiliki motor educability tinggi pada penguasaan teknik dasar bolabasket.

c) Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran direct instruction terhadap siswa yang memiliki


(18)

11

d) Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan motor educability terhadap penguasaan teknik dasar bola basket.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan bermanfaat secara: 1. Teoritis:

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan referensi kepada pihak yang berkepentingan dalam mengembangkan keilmuan pendidikan jasmani dan olahraga seperti guru pendidikan jasmani, FPOK, atau lembaga lainnya sebagai rujukan untuk dilakukan penelitian lebih jauh mengenai modifikasi dalam pembelajaran penjas. 2. Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengidentifikasi penerapan model pembelajran inkuiri pada penjas terhadap penguasaan teknik dasar bolabasket yang dilihat dari motor educability siswa sehingga siswa dapat meraih tujuan pembelajaran penjas secara holistik.

F. Struktur Organisasi Tesis

Sistematika penulisan yang digunakan pada tesis ini adalah sebagai berikut:

BAB I Menjelaskan tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat atau signifikansi penelitian, dan struktur organisasi tesis.


(19)

BAB II Menjelaskan tentang landasan teoretis, pendapat para ahli, teori tentang variabel yang sedang dikaji, penelitian yang relevan, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian.

BAB III Menjelaskan tentang lokasi dan populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

BAB IV Menjelaskan tentang hasil penelitian dengan menggunakan pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan yang berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian dan pembahasan atau analisis temuan. BAB V Menjelaskan tentang kesimpulan dan saran yang menyajikan

penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.


(20)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap efektivitas model pembelajaran inkuiri dan direct instruction terhadap penguasaan teknik dasar bolabasket siswa yang ditinjau dari motor

educability, maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan metode eksperimen. Ali (2011: hlm.262) mengungkapkan

bahwa: “Eksperimental menunjukan kepada suatu upaya sengaja dalam

memodifikasi kondisi yang menentukan munculnya suatu peristiwa, serta pengamatan dan interpretasi perubahan-perubahan yang terjadi pada

peristiwa itu yang dilakukan secara terkontrol.” Lebih lanjut dalam desain

eksperimen ada empat prinsip dasar yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) penempatan subjek secara acak, (2) adanya perlakuan, (3) adanya mekanisme kontrol, (4) adanya ukuran keberhasilan. (Maksum, 2012: hlm.96). Metode eksperimen dalam penelitian ini menggunakan desain faktorial 2 X 2. Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas, yaitu (1) model pembelajaran inkuiri dan (2) model pembelajaran direct instruction. Selanjutnya terdapat juga variabel atribut yaitu kebugaran jasmani yang terdiri dari (1) motor educability tinggi (2)

motor educability rendah.

Dalam penelitian ini peneliti memberikan perlakuan (treatment) dengan menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri dan

direct instruction pada siswa laki-laki kelas VII SMP untuk dilihat

peningkatan hasil belajar, dalam hal ini hasil belajar yang dilihat adalah penguasaan teknik dasarnya khususnya pada materi bolabasket .


(21)

2. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan desain eksperimen murni (True

Eksperimental Design). desain yang digunakan ialah Factorial Design.

Sugiyono (2013: hlm.75) menyatakan bahwa: “dikatakan true

eksperimental design, karena dalam design ini peneliti dapat mengontrol semua variable luarmempengaruhi jalannya eksperimen.” Ini juga

dijelaskan oleh Sukmadinata (2008: hlm.206) menyatakan bahwa:

“Eksperimen dilakukan terhadap empat kelompok yang diambil secara

acak, masing-masing kelompok diberikan tes awal. Masing-masing kelompok diberi perlakuan dengan dua macam perlakuan dengan jenis dan

isi yang berbeda.” Jadi dalam desain faktorial, kelompok yang digunakan ada empat kelompok. Desain factorial merupakan modifikasi dari design true experimental, yaitu dengan memperhatikan kemungkinan adanya variable moderator yang mempengaruhi perlakuan (variable independen) terhadap hasil (variable dependen), Sugiyono (2013: hlm.76). Adapun desain penelitian yang disusun oleh penulis adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Desain Faktorial (Sukmadinata, 2013: 76) Keterangan:

R : Pemilihan masing-masing kelompok dilakukan secara random O : Observasi (tes awal dan tes akhir kemampuan teknik dasar

bolabasket siswa)

Treatment Group R O X1 Y1 O

Control Group R O X2 Y1 O

Treatment Group R O X1 Y2 O


(22)

63

X1 : Perlakuan pada kelompok eksperimen dengan model pembelajaran

inkuiri

X2 : Perlakuan pada kelompok kontrol dengan model pembelajaran direct instruction

Y1 : Variabel moderator siswa yang memiliki motor educability tinggi

Y2 : Variabel moderator siswa yang memiliki motor educability rendah

B. Lokasi, Populasi, sampling dan Sampel penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 3 Lembang Kabupaten Bandung Barat. Alasan mengambil lokasi penelitian ini, belum adanya penelitian yang terkait tentang pendidikan jasmani khususnya penelitian tentang Bolabasket, selain itu pula peneliti merupakan guru ekstrakulikuler basket di SMPN 3 Lembang Kecamatan Bandung Barat sehingga untuk masalah perizinan penelitian akan lebih mudah. Peneliti juga berkesempatan untuk mengenali dan menyelesaikan permaslahan yang ada di sekolah tersebut secara efektif dan efesien. Adapun karakteristik lokasi penelitian :

 Suhu udara mencapai 26°-30°

 Iklim Tropis

 Terletak di perkampungan yang dikelilingi perumahan penduduk

 Rata-rata setiap kelas berjumlah 30-40 siswa

2. Populasi Penelitian

Popolasi merupakan individu atau objek yang memiliki sifat-sifat umum. Dari populasi dapat diambil sejumlah data yang diperlukan untuk memecahkan suatu masalah yang diteliti. Sugiyono (2013: hlm.80)


(23)

menjelaskan bahwa “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya”.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 3 Lembang kabupaten Bandung Barat yang berjumlah 192 siswa. Dengan karakter berjenis kelamin laki-laki. Pemberian pengalaman gerak yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan akan bermanfaat dan berguna dimasa yang akan datang. Oleh sebab itu penerapan model pembelajaran inkuiri dan direct instruction dengan motor educability diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar teknik dasar bolabasket siswa di Sekolah Menengah Pertama.

3. Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random

sampling. Menurut Maksum (2012: hlm 55) “simple random sampling

yaitu teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi individu yang menjadi populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.” Cara demikian dilakukan apabila anggota populasi dianggap homogen, karena pada kelas VII rata-rata siswa masih belajar teknik dasar gerakan permainan bolabasket.

Langkah- langkah dalam menentukan sampel pada penelitian ini yaitu: 1. menetapkan secara acak dari jumlah populasi terjangkau sebanyak 192

siswa putera.

2. Dari 192 orang siswa putera didapatkan 80 orang siswa putera secara random

3. Langkah berikutnya pada setiap kelompok dilakukan tes motor


(24)

masing-65

masing kelompok disusun menurut skor nilai yang diperoleh dari nilai tertinggi sampai nilai terendah.

4. Langkah selanjutnya dicari rata-ratanya kemudian menetapkan siswa yang memiliki motor educability tinggi dan motor educability rendah 5. penentuan jumlah sampel dari kelompok eksperimen dan kelompok

control berdasarkan tingkat motor educabilitynya dengan mengacu pada pendapat yang dikemukaan oleh Verducci dalam sudjana (2005, hlm. 176), yaitu menseleksi 27% jumlah data skor tertinggi dan 27% skor terendah.

Dari perhitungan tersebut didapatkan 27% dari tiap-tiap kelompok untuk skor tertinggi dan terendah adalah 27% x 80 = 21.6 jadi masing- masing kelompok eksperimen dan control berdasarkan tingkat motor

educabilitynya yaitu 10.8 dibulatkan menjadi 10 orang. Sehingga, masing-

masing kelompok berjumlah 10 orang. Hasil pengambilan sampel diperoleh empat kelompok, yaitu (1) kelompok pertama adalah kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri yang memiliki motor educability tinggi (A1B1), (2) kelompok kedua adalah

kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri yang memiliki motor educability rendah (A1B2), (3) kelompok ketiga

adalah kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran

direct instruction yang memiliki motor educability tinggi (A2B1), dan (4)

kelompok keempat adalah kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran direct instruction yang memiliki motor educability rendah (A2B2). Berikut pengelompokan sampel ke dalam dua kelompok

eksperiment penelitian dapat dilihat pada gambar 3.2


(25)

MOODEL PEMBELAJARAN (A)

INKUIRI A1

DIRECT

INSTRUCTION A2

JUMLAH

MOTOR EDUCABILITY

(B)

Motor Educability

TINGGI (B1)

10 10 20

Motor Educability

RENDAH (B2)

10 10 20

TOTAL 20 20 40

Table 3.2

Pengelompokan Sampel kedalam kelompok penelitian C. Bagan Alur Penelitian

Gambar 3.1 Bagan alur penelitian

Populasi Sampel

Tes keterampilan bolabasket

Analisis Data Kesimpulan

Model Pembelajaran Direct instruction

Model Pembelajaran Inquiry

Pengolahan Data Tes Motor Educability

Pengelopokan Sampel kedalam kelas


(26)

67

D. Rancangan Perlakuan

Perlakuan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode pembelajaran yang dibatasi pada model pembelajaran inkuiri (inquiry

learning) sebagai kelas eksperimen dan model pembelajaran direct

instruction sebagai kelas pembanding. Dan motor educability sebagai variabel moderator. Sebelum guru/tim guru mengajarkan materi teknik dasar bolabasket pada masing-masing kelas perlakuan, terlebih dahulu peneliti memberikan rambu-rambu kepada guru/tim guru berkaitan dengan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pelaksanaan belajar mengajar.

Kondisi yang diciptakan untuk kedua kelompok perlakuan ini diusahakan sama, kecuali dalam menggunakan model pembelajaran, antara lain standar kompetensi, materi, guru, waktu (jumlah tatap muka) dan semester. Pemberian perlakuan pada dua kelompok tersebut diatas dapat dilihat pada tabel berikut:

Format skenario secara umum model pembelajaran direct instruction dan inkuiri

Adegan Model Pembejaran

Direct instruction

Model Pembelajaran Inkuiri Pendahuluan  Berdoa

 Pemanasan yang relevan dengan materi pembelajaran

 Presensi

 Apersepsi, motivasi dan penjelasan tentang tujuan pembelajaran

 Berdoa

 Pemanasan yang relevan dengan materi pembelajaran

 Presensi

 Apersepsi, motivasi dan menstimulus siswa

Adegan Model Pembejaran

Direct

Model Pembelajaran Inkuiri


(27)

Inti  Skill: penjelasan atau pemberian informasi tentang teknik gerak yang akan dipelajari

 Drill: siswa berlatih teknik gerak yang diajarkan.

Games: siswa mempraktikan teknik gerak yang diajarkan dalam sebuah permainan

 Explorasi: memecahkan permasalahan gerak/permainan melalui pertanyaan-pertanyaan serta memperagakan gerak dengan melibatkan unsur element, pathway, dan directions.

- Melakukan element gerak/permainan

- Bergerak dengan berbagai level gerak

- Bergerak dengan arah gerak yang berbeda

 Penerapan gerak :

perlombaan/pertandingan/per mainan.

Penutup Pendinginan (Cooling Down)

 Evaluasi, diskusi dan Tanya jawab mengenai materi pembelajaran

 Berdoa

Pendinginan (Cooling Down)

 Evaluasi, diskusi dan Tanya jawab mengenai materi pembelajaran yang telah dan akan dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya.

 Berdoa Tabel 3.3

Format pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol (Pembanding)

E. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah (Arikunto, 2002:134). Untuk mendapatkan data, dan gambaran tentang teknik gerak dasar bolabasket maka


(28)

69

diperlukan alat pengumpul data. Data penelitian dapat didapatkan melalui tes dan pengukuran.

Instrument tes yang digunakan peneliti adalah tes motor

educability. Data motor educability yang diperoleh dengan menggunakan

IOWA brace test dari (Jhonson & Nelson, 1986: 383) hasil tes tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat motor educability siswa, yang merupakan kesanggupan masing-masing individu melakukan gerakan yang benar. Tim peneliti terlebih dahulu menjelaskan aturan kepada mahasiswa dimana mahasiswa disini akan dijadikan sebagai model atau yang memperagakan contoh gerakan tes motor educability. Hal ini digunakan agar mempermudah siswa dalam memahami serangkaian gerakan tes motor educability yang akan dilakukan. Setelah itu siswa melakukan 20 butir tes motor educability dan diberikan dua kali kesempatan untuk melakukan gerakan tes tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di daftar gambar 20 item tes motor educability 3.1 (sumber: Nurhasan) :

1. One foot – Touch Head. Siswa berdiri pada kaki kiri. Membengkok ke

depan dan letakkan kedua tangan pada lantai. Angkatlah kaki kanan lurus ke belakang. Sentuhkan kepala pada lantai dan akhirnya kembali bersikap berdiri dengan tanpa kehilangan keseimbangan.


(29)

Gagal bila :

- Tidak menyentuh kepala pada lantai. - Kehilangan keseimbangan.

- Kaki kanan menyentuh lantai.

2. Side Learning Rest. Duduk berlunjur, kedua kaki rapat. Letakkan

tangan kanan pada lantai di belakang tubuh. Kemudian miringlah ke kanan sehingga tubuh terangkat dan bertumpu pada tangan dan kaki kanan. Angkatlah kaki dan tangan kiri, serta usahakan tetap dalam sikap demikian sampai hitungan kelima.

Gambar Tes 3.2 Side Learning Rest Gagal Bila :

- Tidak bersikap sebagaimana seharusnya.

- Tidak mampu melakukan sampai hitungan kelima.

3. Graspevine. Berdiri dengan kedua tumit rapat. Membongkok ke depan,

surukkan/masukkan kedua belah tangan di antara kedua lutut, sehingga kedua tangan berada di belakang pergelangan-pergelangan kaki, akhirnya jari-jari tangan saling berkaitan di muka pergelangan kaki. Pertahankan sikap ini sampai 5 detik.


(30)

71

Gambar Tes 3.3 Graspevine Gagal bila :

-Kehilangan keseimbangan

-Kedua tangan tidak melingkari kedua pergelangan kaki dan jari-jari tidak saling berkaitan di depan pergelangan kaki (tidak sampai). -Tidak dilakukan dalam jangka waktu 5 detik.

4. Knee Balance. Menoleh ke kanan. Berlutut dengan kaki sebelah

sedangkan kaki yang lain diangkat lurus ke belakang. Luruskan/rentangkan kedua belah tangan disamping setinggi bahu. Tinggal tetap dalam sikap itu hingga 5 hitungan.

Gambar Tes 3.3 Knee Balance Gagal bila :

-Menyentuh lantai dengan bagian badan selain lutut dan ujung kaki tumpu


(31)

5. Strok Stand. Berdiri pada kaki kiri. Letakkan telapak kaki kanan pada

lutut kaki kiri sebelah dalam. Kedua tangan bertolak pinggang. Pejamkan mata dan pertahankan sikap ini selama 10 detik dengan tanpa memindahkan kaki kiri dari tempatnya semula.

Gambar Tes 3.5 Strok Stand Gagal bila :

-Kehilangan keseimbangan

-Melepaskan telapak kaki kanan dari lutut kaki kiri -Membuka mata dan melepas tangan dari pinggang.

-6. Double Heel Click. Melompat ke atas dan selama itu menepukkan

kedua kaki dua kali, serta berdiri tegak kembali dengan kaki kangkang yang sekenanya.


(32)

73

Gagal bila :

-Kedua kaki tidak bertepuk dua kali

-Waktu jatuh kedua kaki saling bersentuhan.

7. Cross-Leg Squat. Lipat kedua tangan di dada. Silangkan kedua kaki,

kemudian duduk dengan sikap bersila. Akhirnya berdirilah dengan tidak melepaskan lipatan tangan dan silangan kaki.

Gambar Tes 3.7. Cross-Leg Squat Gagal bila :

-Kehilangan keseimbangan.

-Tangan tidak tetap berlipat pada dada -Tidak mampu berdiri

8. Full Left Turn. Berdiri dengan kaki rapat. Lompat ke atas dan berputar

ke kiri 360 derajat, usahakan terjatuh pada tempat semula. Jagalah keseimbangan dan sesudah menyentuh lantai jangan sampai kaki kiri berpindah tempat.


(33)

Gambar Tes 3.8 Full Left Turn

Gagal bila :

-Tidak berputar 360 derajat.

-Setelah jatuh kaki berpindah tempat. -Kehilangan keseimbangan.

9. One Knee – Head to Floor. Berlutut dengan kaki sebelah, sedangkan

kaki yang lain diangkat lurus-lurus ke belakang dengan tanpa menyentuh lantai. Kedua tangan rentangkan ke samping setinggi bahu. Bongkokkan tubuh ke depan, sehingga kepala mengenai lantai. Kembali ke sikap semula dengan keseimbangan.

Gambar Tes 3.9 One Knee – Head to Floor Gagal bila :

-Menyentuh lantai dengan bagian tubuh selain kepala dan lutut dari kaki tumpu.

-Kehilangan keseimbangan.


(34)

75

10. Hop Backward. Berdiri dengan kaki sebelah. Dengan mata tertutup

melompat ke belakang lima kali.

Gambar Tes 3.10. Hop Backward

Gagal bila :

-Membuka mata.

-Kaki yang diangkat menyentuh lantai

11. Forward Hand Kick. Melompat tinggi-tinggi, ayunkan kedua kaki ke

depan (lutut lurus), bengkokkan badan ke depan dan sentuhkan kedua ujung jari kaki dengan kedua tangan sebelum lompatan berakhir.


(35)

Gagal bila :

-Tidak menyentuh kedua ujung jari kaki sewaktu di udara. -Membengkokkan lututnya lebih dari 45 derajat.

12. Full Squat – Arm Circle. Sikap jongkok, kedua tangan ke samping

setinggi bahu, kedua lengan diputar-putar membuat lingkaran yang bergaris tengah  30cm. Dan bersamaan dengan latihan itu tubuh diturun naikkan. Lakukan sampai 10 hitungan.

Gambar Tes 3.12 Full Squat – Arm Circle Gagal bila :

-Memindahkan kaki

-Kehilangan keseimbangan dan jatuh

13. Half – Turn Jump-Left Foot. Berdiri pada kaki kiri, melompat dan

berputar 180 derajat ke kiri.


(36)

77

Gagal bila :

-Kehilangan keseimbangan

-Gagal dalam usahanya membuat putaran 180 derajat ke kiri -Kaki kanan menyentuh lantai.

14. Side Kick. Ayunkan kaki ke sebelah kiri dan bersamaan dengan itu

melompat-lompat ke atas dengan tumpuan kaki kanan, sentuhkan kedua kaki di udara, kedua kaki waktu bersentuhan harus segaris dan sejajar serta di sebelah pundak kiri. Jatuh dengan kaki kangkang.

Gambar Tes 3.14 Side Kick.

Gagal bila :

-Kaki kiri tidak cukup diayun.

-Tidak menyentuh kedua kaki di udara. -Jatuh tidak dengan kaki kangkang.

15. Knee Jump to Feet. Berlutut dengan kedua kaki dengan sikap

kura-kura dan ujung jari kaki yang berkuku mengenai lantai. Ayunkan kedua lengan dan melompat ke atas dengan tanpa mengubah sikap ujung kaki terlebih dahulu, sampai berdiri tegak.


(37)

Gambar Tes 3.15 Knee Jump to Feet

Gagal bila :

-Mengubah sikap ujung-ujung jari kaki

-Tidak nyata-nyata bahwa melompat dan berdiri dengan tidak stabil.

16. Rusian Dance. Jongkok, luruskan keadaan kaki yang sebelah.

Lakukan tarian Rusia dengan jalan sedikit melompat dan sekaligus bertukar kaki. Luruskan sampai 4 kali sehingga tiap-tiap kaki mendapat giliran 2 kali. Tumit kaki yang diluruskan ke depan boleh tersentuh lantai sedangkan tumit kaki yang dilipat harus mengenai pantat.

Gambar Tes 3.16 Rusian Dance Gagal bila :

-Kehilangan keseimbangan


(38)

79

17. Full Right Turn. Berdiri dengan kaki rapat. Lompat ke atas dan

berputar ke kanan 360 derajat, usahakan terjatuh pada tempat semula. Jagalah keseimbangan dan sesudah menyentuh lantai jangan sampai kaki kiri berpindah tempat.

Gambar Tes 3.17 Full Right Turn

Gagal bila :

-Tidak berputar 360 derajat.

-Setelah jatuh kaki berpindah tempat. -Kehilangan keseimbanga

18. The Top. Duduk bersila. Kedua tangan melingkari kedua lutut, tangan

kanan memegang pergelangan kaki kiri dan sebaliknya tangan kiri memegang pergelangan kaki kanan, dengan cepat berguling ke kanan, dengan jelas pertama menempatkan berat badan pada lutut kaki kanan, kemudian bahu kanan, lalu punggung, terus ke bahu sebelah kiri, barulah ke lutut kaki kiri, yang akhirnya duduk menghadap berlawanan dengan arah semula. Ulangi latihan ini sekali lagi, sehingga duduk menghadap searah dengan sikap semula.


(39)

Gambar Tes 3.18 The Top

Gagal bila :

-Pegangan pada pergelangan kaki terlepas.

-Putaran tidak dilakukan dengan lengan sempurna.

19. Single Squat Balance. Jongkok dengan kaki sebelah. Kaki yang lain

diluruskan ke depan dengan tanpa menyentuh lantai. Kedua tangan dipinggang. Kuasailah sikap ini sampai hitungan kelima.

Gambar Tes 3.19 Single Squat Balance

Gagal bila :

-Tangan tidak dipinggang lagi

-Kaki yang lurus ke muka mengenai lantai -Kehilangan keseimbangan


(40)

81

20. Jump Foot. Berdiri pada sebelah kaki. Ibu jari dipegang oleh tangan

yang berlawanan, dimuka tubuh. Lompat ke atas dan usahakan kaki yang bebas melompat kaki yang dipegang dengan tanpa melepaskan pegangannya.

Gambar Tes 3.20 Jump Foot

Gagal bila :

-Pegangannya terlepas.

-Tidak melompati kaki yang dipegang. Ketentuan penilaian adalah sebagai berikut : a. Jika berhasil pada kesempatan 1 = nilai 2 b. Jika berhasil pada kesempatan II = nilai 1 c. Jika gagal = nilai 0

Skor akhir adalah hasil penjumlahan dari total keseluruhan tes motor educability. Dari pengumpulan hasil tes tersebut, maka dapat ditentukan (1) testee yang memiliki tingkat motor educability tinggi, dan (2) testee yang memiliki tingkat motor educability rendah. Dasar untuk menentukan batas tinggi rendahnya tingkat motor educability adalah dari perhitungan rangking dari data yang terkumpul.

Setelah itu untuk mengukur hasil belajar keterampilan teknik dasar bolabasket dilakukan tes bolabasket. Menurut Nurhasan (2007: hlm.240) tes keterampilan bolabasket adalah tes yang mengukur mengenai


(41)

keterampilan penguasaan teknik-teknik dasar dalam permainan bolabasket.

Dalam tes mengukur keterampilan penguasaan teknik-teknik dasar dalam permainan bolabasket terdiri dari tiga butir tes yaitu :

a. Tes melempar dan menangkap bola

b. Tes memasukkan bola ke keranjang bolabasket c. Tes menggiring bola.

Tes ini mempunyai r validitas sebesar 0,89 yang diperoleh dari hasil penghitungan multiple korelasi dengan metode Werry-Doelittle. Pelaksanaan tes dan skoring dari masing-masing butir tes adalah sebagai berikut :

1). Tes Melempar dan Menangkap Bola

a. Tujuan : mengukur kemampuan lempar tangkap bola a. Alat / perlengkapan : lapangan basket, bola, dinding, stop

watch

b. Pelaksanaan : Siswa (testee) dengan bolabasket di tangan berdiri di belakang garis yang jauhnya 3 meter dari tembok. Setelah aba-aba “ya”, testee berusaha melempar bola dalam waktu 30 detik. Selama melakukan tes, testee tidak boleh menginjak atau melewati garis. Apabila pada waktu melakukan lemparan salah satu atau kedua kaki testee menginjak atau melewati garis, maka lemparan tersebut dianggap tidak sah dan tidak diberi angka. Lemparan dihitung sejak bola lepas dari kedua tangan.

c. Penyekoran : banyaknya lempar tangkap bola dalam 30 detik dicatat sebagai data testee


(42)

83

Gambar 3.21

Gambar Lapangan Tes Melempar dan Menangkap bola

2). Tes Menembakkan Bola ke Keranjang Basket

a. Tujuan : mengukur kemampuan shooting

b. Alat/perlengkapan : lapangan basket, bola, ring basket, stop watch

c. Pelaksanaan : Testee dengan memegang bola didepan dada berdiri di seberang tempat di bawah basket. Setelah aba-aba

“ya”, testee berusaha memasukkan bola tersebut sebanyak

mungkin ke dalam basket dalam waktu 30 detik. Sebelum masuk ke dalam basket, bola harus terlebih dahulu menyentuh papan basket. Hanya bola sah yang masuk yang diberi skor.

d. Penyekoran: banyaknya bola yang masuk ke dalam ring basket selama 30 detik dicatat sebagai data testee.

3). Tes Menggiring Bola.

a. Tujuan : mengukur kemampuan menggirng bola

b. Alat/perlengkapan : lapang basket, bola, corong, stop watch

Bidang Sasaran

x Testee


(43)

c. Pelaksanaan : Sebelum melalukan tes, testee berdiri dengan bola di belakang garis start. Setelah aba-aba “ya”, testee menggiring bola melalui enam rintangan dengan rute seperti terlihat pada gambar 3.2 testee diberikan waktu 30 detik untuk melewati rintangan sebanyak mungkin. Apabila setelah testee mencapai titik Start kembali sebelum waktu 30 detik selesai, maka testee melanjutkan dribblenya dengan rute seperti semula. Skor ditentukan oleh jumlah rintangan yang mampu dilalui testee. Apabila testee melakukan salah dribble atau melalui rute yang salah, maka tes harus diulang.

d. Penyekoran : Skor ditentukan oleh jumlah rintangan yang mampu dilalui testee selama 30 detik dicatat sebagai data testee.

Gambar 3.22

Route Dribbling Bolabasket

Start Finish

2,5 m

2,5 m

2,5 m

2,5 m 2,5 m 2,5 m 2,5 m


(44)

85

Pembagian kelas untuk tes keterampilan bolabasket berdasarkan treatment dapat dilihat lebih jelas desainnya pada gambar 3.4 sebagai berikut :

Tingkat Motor

Educability (B)

Model Pembelajaran (A)

Inkuiri (A1) Direct instruction

(A2)

Motor Educability

Tinggi (B1)

A1B1 A2B1

Motor educability

Rendah (B2)

A1B2 A2B2

Table 3.4

Pembagian kelas kelompok eksperiment dan kelompok control

Keterangan :

A : Model pembelajaran dibagi menjadi dua klasifikasi A1 : Model Pembelajaran Inkuiri

A2: Model Pembelajaran Direct instruction

B : Tingkat motor educability yang dibagi menjadi dua klasifikasi B1 : Tingkat motor educability tinggi

B2 : Tingkat motor educability rendah

A1BI : kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dan memiliki tingkat motor

educability tinggi dalam pembelajaran bolabasket.

A1B2 : kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dan memiliki tingkat motor

educability rendah dalam pembelajaran bolabasket.

A2B1 : kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran direct instruction dan memiliki


(45)

tingkat motor educability tinggi dalam pembelajaran bolabasket.

A2B2 : kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran direct instruction dan memiliki tingkat motor educability rendah dalam pembelajaran bolabasket.

Oleh karena itu alasan peneliti meneliti menggunakan metode eksperiment dan desain penelitian factorial 2x2 yaitu ingin melihat sejauh mana perlakuan dari kedua model pembelajaran yaitu inkuiri dan direct instruction terhadap hasil belajar penjas khususnya teknik gerak dasar bolabasket yang ditinjau dari tingkat motor educability yang dimiliki siswa tersebut.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pelaksanaan penelitian dan analisis data, seluruh data tingkat motor educability siswa yang diperlukan dengan menggunakan

IOWA Brace Test, dari Johnson & Nelson dalam Sujana (1986, hlm.

383). Untuk pengumpulan data peningkatan penguasaan teknik dasar bolabasket peneliti mengumpulakan data dengan tes keterampilan dasar bolabasket Nurhasan (2007, hlm 240) tes keterampilan bolabasket adalah tes yang mengukur mengenai keterampilan penguasaan teknik-teknik dasar dalam permainan bolabasket.

Sesuai dengan desain penelitian eksperimen faktorial 2 x 2 maka pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analysis of variance (ANAVA) dua jalur. Namun, sebelum dilakukan analisis maka terlebih dahulu akan dilakukan beberapa pengujian.


(46)

87

Pertama dilakukan pengolahan data mentah yang bertujuan untuk mencari rerata, median, modus, simpangan baku, jangkauan, nilai maksimum dan nilai minimum. Selanjutnya distribusi frekuensi divisualisasikan melalui tabel dan histogram. Selanjutnya, dilakukan pengujian persyaratan analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Setelah itu baru dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan

analisis varians (ANAVA) dua jalur pada taraf signifikansi α = 0,05. G. Analisis Data

1. Uji Validitas

Sugiyono (2004. Hlm, 267) menyatakan bahwa uji validitas dilakukan untuk mengukur tingkat kevalidan suatu instrument.Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid.Pada penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.

1) Menghitung koefisien korelasi product moment/ r hitung (rxy), dengan menggunakan rumus seperti berikut:

 



2 2 2 2

XY Y) ( Y N X) ( X N Y) X)( ( XY N r

(Arikunto, 2003: 78) Keterangan:

rXY = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

X = Item soal yang dicari validitasnya Y = Skor total yang diperoleh sampel 2) Proses pengambilan keputusan


(47)

Pengambilan keputusan didasarkan pada uji hipotesa dengan kriteria sebagai berikut:

 Jika r hitung positif, dan r hitung ≥ 0,3, maka butir soal valid  Jika r hitung negatif, dan r hitung < 0,3, maka butir soal tidak valid

Menurut Masrun dalam Sugiyono (2008 : 133-134) menyatakan

bahwa Item yang dipilih (valid) adalah yang memiliki tingkat korelasi ≥

0,3. Jadi, semakin tinggi validitas suatu alat ukur, maka alat ukur tersebut semakin mengenai sasarannya atau semakin menunjukkan apa yang seharusnya diukur. Tabel 3.3 dan Tabel 3.4 berikut menyajikan hasil uji validitas variabel motor educability dan teknik dasar bolabasket.

Tabel 3.5

Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel Motor Educability

No

r

Hitung r Tabel Kriteria

1 0.39 0.30 Valid

2 0.57 0.30 Valid

3 0.42 0.30 Valid

4 0.65 0.30 Valid

5 0.55 0.30 Valid

6 0.40 0.30 Valid

7 0.38 0.30 Valid

8 0.71 0.30 Valid

9 0.67 0.30 Valid

10 0.40 0.30 Valid

11 0.57 0.30 Valid

12 0.45 0.30 Valid

13 0.35 0.30 Valid

14 0.33 0.30 Valid

15 0.38 0.30 Valid

16 0.49 0.30 Valid

17 0.65 0.30 Valid

18 0.48 0.30 Valid

19 0.80 0.30 Valid


(48)

89

Berdasarkan Tabel 3.5 di atas diperoleh bahwa dari 20 pernyataan motor educability semua pernyataan adalah valid. Selajutnya berikut disajikan hasil uji validitas teknik dasar bolabasket seperti pada Tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.6

Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel Teknik Dasar Bolabasket

No Tes

r

Hitung r Tabel Kriteria

1 Passing 0.83 0.30 Valid

2 Dribbling 0.89 0.30 Valid

3 Shoting 0.81 0.30 Valid

Berdasarkan Tabel 3.6 di atas diperoleh bahwa dari 3 tes teknik dasar bolabasket, semua pernyataan adalah valid.

2. Uji Reliabilitas

Setelah diuji validitas setiap item, selanjutnya instrumen pengumpul data diuji tingkat reliabilitasnya.Realibilitas berhubungan dengan masalah ketetapan atau konsistensi instrumen.Reliabilitas berarti bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrumen yang dipercaya atau reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.

Pengujian reliabilitas menggunakan rumus Cronbach’s Alpha () melalui tahapan sebagai berikut.

Pertama, menghitung nilai reliabilitas atau r hitung (r11) dengan


(49)

Keterangan :

11

r = Reliabilitas tes yang dicari

2

i

Jumlah varians skor tiap-tiap item

2 t

 = Varians total n = banyaknya soal

Kedua, mencari varians semua item menggunakan rumus berikut.

Keterangan :

X

= Jumlah Skor

X

2 = jumlah kuadrat skor N = banyaknya sampel

Titik tolak ukur koefisien reliabilitas digunakan pedoman koefisien korelasi dari Sugiyono (2008. Hlm, 184)

Tabel 3.7

Pedoman Interpretasi Koefesien Korelasi

Interval Koefisien

Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399

Sangat rendah Rendah


(50)

91

0,40 – 0,599 0,60 - 0,799 0,80 – 1,000

Sedang Tinggi Sangat Tingi

Proses pengujian reliabilitas dilakukan menggunakan bantuan perangkat lunak MS Excel 2007. Hasil pengujian didapatkan :

No Variabel Reliabilitas Kriteria

1 Motor Educability 0,85 Sangat Tinggi

2 Teknik Dasar Bolabasket 0,77 Tinggi

Merujuk pada pedoman koefisien korelasi dari Sugiyono (2008:184) dapat ditarik kesimpulan bahwa reliabilitas instrumen pengungkap motor educability dan teknik dasar bolabasket berada pada kategori korelasi sangat tinggi dan tinggi. Artinya, instrumen tersebut memiliki tingkat reliabilitas yang sangat tinggi dan tinggi.

3. Uji Statistik

Data dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan bantuan

software MS Excel 2007 dan Predictive Analytics software ( PASW Statistics 18) atau IBM SPSS versi 18.0. Data berupa hasil tes teknik

dasar bolabasket siswa dianalisa secara kuantitatif dengan menggunakan uji statistik. Data yang diolah dalam penelitian ini yaitu data gain dengan rumus sebagai berikut.


(51)

Setelah diperoleh gain, selanjutnya dilakukan uji statistik untuk mengetahui perbedaan peningkatan teknik dasar bolabasket antara kelompok model pembelajaran inkuiri dan direct instruction.

a. Uji Asumsi Statistik

Setelah didapatkan skor gain, langkah selanjutnya yaitu melakukan uji statistik. Sebelum dilakukan uji tersebut sebelumnya dilakukan uji asumsi statistik yaitu uji normalitas data dan uji homogenitas varians. 1) Uji Normalitas

Pengujian normalitas data gain dilakukan untuk mengetahui apakah data gain teknik dasar bolabasket siswa berdistribusi noramal atau tidak. Perhitungan uji normalitas skor gain dilakukan dengan menggunakan uji

kolmogorov smirnov-z dengan bantuan Predictive Analytics software (PASW Statistics 18) atau IBM SPSS versi 18.0. Langkah perhitungan uji

normalitas pada setiap data skor gain adalah sebagai berikut. a) Perumusan Hipotesis

H0 : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal

H1 : Sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal

b) Dasar pengambilan keputusan

 Jika Asymp sig ≤ 0,05 maka H0 ditolak

 Jika Asymp sig > 0,05 maka H0 diterima

2) Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas varians data gain antara model pembelajaran inkuiri dan direct instruction dilakukan untuk mengetahui apakah varians data gain kedua kelompok sama atau berbeda. Perhitungan uji


(52)

93

homogenitas varians data gain menggunakan uji statistik levene test dengan bantuan Predictive Analytics Software (PASW Statistics 18) atau IBM SPSS versi 18.0. Langkah-langkah perhitungan uji homogenitas varians adalah sebagai berikut.

a) Permusan Hipotesis

H0 : Tidak terdapat perbedaan varians skor gain teknik dasar

bolabasket ditinjau dari kelompok pembelajaran.

H1 : Terdapat perbedaan varians skor gain teknik dasar bolabasket

ditinjau dari kelompok pembelajaran. b) Dasar Pengambilan Keputusan

 Jika Sig ≤ 0,05 maka H0 ditolak

 Jika Sig > 0,05 maka H0 diterima

b. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji asumsi statistik, langkah selanjutnya melakukan uji hipotesis. Perhitungan statistik dalam menguji hipotesis dilakukan dengan bantuan bantuan Predictive Analytics software ( PASW

Statistics 18) atau IBM SPSS versi 18.0. Langkah-langkah melakukan uji

hipotesis adalah sebagai berikut.

1) Uji t Independen (independent sample t test)

Uji t independen (independent sample t test) dilakukan untuk menguji perbedaan dua rata-rata gain. Langkah-langkah perhitungan melakukan uji perbedaan dua rata-rata skor gain pada kedua model pembelajaran adalah sebagai berikut.


(53)

a) Perumusan Hipotesis Ho : μe≤ μk

H1 : μe> μk

dengan

μinkuir = rata-rata peningkatan teknik dasar bolabasket siswa yang memperoleh model pembelajaran inkuiri

μdirect instruction = rata-rata peningkatan teknik dasar bolabasket siswa yang memperoleh model pembelajaran direct instruction

b) Dasar Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan membandingkan nilai probabilitas (nilai sig) dengan α=0,05 atau dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel.

Jika pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas (nilai sig) dengan α=0,05, maka kriterianya adalah sebagai berikut.

 Jika Sig ≤ 0,05 maka H0 ditolak

 Jika Sig > 0,05 maka H0 diterima

Jika pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung dan t tabel, maka kriteriaya yaitu terima H0 jika – t 1- ½α < t

hitung < t 1- ½α, dimana t 1- ½α didapat dari daftar tabel t dengan dk = ( n1

+ n2 – 1) dan peluang 1- ½α sedangkan untuk harga-harga t lainnya H0

ditolak.

Perhitungan tersebut berlaku jika skor gain berdistribusi normal dan homogen. Jika skor gain berdistribusi normal namun tidak homogen,

maka perhitungannya menggunakan uji t’ atau dalam output SPSS yang


(54)

95

berdistribusi normal, maka perhitungan uji dua rata-rata menggunakan uji statistik non parametrik yaitu uji Man-Whitney U.

c) Uji Anova dua jalur

Dalam menguji interaksi motor educability dan model

pembelajaran terhadap teknik dasar bolabasket dilakukan uji anova dua jalur. Tabel 3.7 berikut menyajikan tabel anova dua jalur tersebut.

Tabel 3.8

Tabel Anova Dua Jalur

Sumber Jumlah

Kuadrat Df Rata-Rata Kuadrat F

Model Pembelajaran (A)

JKa J-1 JKa/(J-1) RJKa/(J-1)

Motor Educability (B)

JKb K-1 JKb/(K-1) RJKb/(K-1)

Model * ME(AxB) JKab (J-1)(K-1) JKab/(J-1)(K-1) RJKab/(J-1)(K-1)

Inter JKi J x K x (n-1) JKi/ J x K x (n-1)

Dimana :

JKa : Jumlah kuadrat menurut faktor A

JKb : Jumlah kuadrat menurut faktor B

JKab : Jumlah kuadrat menurut faktor A dan faktor B

JKi : Jumlah kuadrat inter kelompok

n : Banyaknya anggota per kelompok K : Banyaknya kolom


(55)

Dari Tabel 3.8 diatas dapat diperoleh output untuk interaksi yaitu baris model pembelajaran*motor educability (AxB). Pada baris model pembelajaran*motor educability (AxB) dapat diperoleh informasi untuk menjawab uji hipotesis tentang interaksi. Perhitungan statistik dalam menguji hipotesis dilakukan dengan bantuan bantuan Predictive Analytics

software ( PASW Statistics 18) atau IBM SPSS versi 18.0.

Langkah-langkah melakukan uji hipotesis adalah sebagai berikut. 1) Perumusan Hipotesis

H0: Tidak terdapat interaksi antara kelompok model pembelajaran

dengan motor educability siswa terhadap peningkatan teknik dasar bolabasket siswa.

H1: Terdapat interaksi antara kelompok model pembelajaran dengan

motor educability siswa terhadap peningkatan teknik dasar bolabasket siswa.

2) Dasar Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan membandingkan nilai probabilitas (nilai sig) dengan α=0,05 atau dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel.

Jika pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas (nilai sig) dengan α=0,05, maka kriterianya adalah sebagai berikut.

 Jika Sig ≤ 0,05 maka H0 ditolak


(56)

97

Jika pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dan F tabel, maka kriteriaya adalah sebagai berikut.

 Jika Fhitung≤ Ftabel maka H0 diterima  Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak H. Hipotesis Statistika

Hipotesis statistik yang diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Hipotesis 1

H0 : µ A1 = µ A2

Rata-rata penguasaan teknik dasar bolabasket kelompok siswa

yang menggunakan model pembelajaran inkuiri sama dengan yang menggunakan model pembelajaran direct instruction H1 : µ A1 > µ A2

Rata-rata penguasaan teknik dasar bolabasket kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri lebih baik dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran

direct instruction b. Hipotesis 2

H0 : µ A1 B1= µ A2B1

Rata-rata penguasaan teknik dasar bolabasket kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri sama dengan yang menggunakan model pembelajaran direct instruction yang diajarkan kepada siswa yang memiliki motor educability tinggi


(57)

H1 : µ A1 B1 > µ A2B1 :

Rata-rata penguasaan teknik dasar bolabasket kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri lebih baik dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran

direct instruction yang diajarkan kepada siswa yang memiliki motor educability tinggi

c. Hipotesis 3

H0 : µ A1 B2= µ A2B2 :

Rata-rata penguasaan teknik dasar bolabasket kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri sama dengan yang menggunakan model pembelajaran direct instruction yang diajarkan kepada siswa yang memiliki motor educability rendah

H1 : µ A1 B2 < µ A2B2 :

Rata-rata penguasaan teknik dasar bolabasket kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri lebih baik dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran

direct instruction yang diajarkan kepada siswa yang memiliki motor educability rendah

d. Hipotesis 4

H0 : A x B = 0 :

Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan

motor educability siswa terhadap peningkatan teknik dasar


(58)

99

H1 : A x B ≠ 0 :

Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan motor

educability siswa terhadap peningkatan teknik dasar

bolabasket siswa

Keterangan:

µ A1 = Rata-rata penguasaan teknik dasar bolabasket kelompok

siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri. µ A2 = Rata-rata penguasaan teknik dasar bolabasket kelompok

siswa yang menggunakan model pembelajaran direct

instruction.

µ A1 B1 = Rata-rata penguasaan teknik dasar bolabasket kelompok

siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri yang diajarkan kepada siswa yang memiliki motor educability tinggi.

µ A2B1 = Rata-rata penguasaan teknik dasar bolabasket kelompok

siswa yang menggunakan model pembelajaran direct instruction yang diajarkan kepada siswa yang memiliki

motor educability tinggi.

µ A1 B2 = Rata-rata penguasaan teknik dasar bolabasket kelompok

siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri yang diajarkan kepada siswa yang memiliki motor educability rendah.

µ A2B2 = Rata-rata penguasaan teknik dasar bolabasket kelompok

siswa yang menggunakan model pembelajaran direct

instruction yang diajarkan kepada siswa yang memiliki motor educability rendah.

A = Model pembelajaran


(59)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil pengolahan dan analisis data diperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diajukan. Jawaban atas pertanyaan penelitian merupakan kesimpulan. Adapun kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Penguasaan teknik dasar bolabasket siswa yang diajar melalui model pembelajaran inkuiri lebih baik dari pada siswa yang diajar melalui model pembelajaran konvensional (direct

instruction)

2. Penguasaan teknik dasar bolabasket siswa kelompok model pembelajaran inquiri lebih baik dibandingkan kelompok model pembelajarn konvensional (direct instruction) pada motor educability tinggi.

3. Penguasaan teknik dasar bolabasket siswa kelompok model pembelajaran inquiri lebih baik dibandingkan kelompok model pembelajarn konvensional (direct instruction) pada motor educability rendah

4. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan motor educability terhadap Penguasaan teknik dasar bolabasket.

B. Rekomendasi

Dengan berpedoman pada data-data yang diperoleh serta dalam rangka membantu peningkatan proses pembelajaran permainan bolabasket SMP Negeri 3 Lembang kabupaten


(60)

124

Bandung Barat, berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan, maka peneliti ingin mengemukakan beberapa rekomendasi sebagai berikut :

1. Dalam hal ini bagi pihak sekolah agar lebih menekankan dalam hal yang mendukung pembelajaran agar lebih efektif dalam pembelajaran penjas. Seperti halnya fasilitas sekolah teritama pada bidang pendidikan olahraga. Agar lebih memperhatikan fasilitas tersebut guna tercapainya tujuan pembelajaran penjas yang diharapkan.

2. Karena dengan model yang sesuai dalam pembelajaran akan mempengaruhi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan. Model pembelajaran pendidikan jasmani yang sesuai terutama yang scientific ini dapat diberikan melalui penerapan model pembelajaran inkuiri agar proses pembelajarannya menghasilkan hasil yang baik

3. Bagi siswa, disarankan agar lebih bersemangat lagi dalam mengikuti proses pembelajaran pendidikan jasmani agar feed

back antara guru dan murid lebih sering didapat.

4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dan disarankan agar lebih mengembangkan penelitian baik model pembelajarannya atau tujuan yang ingin dilihatnya dengan cakupan yang lebih luas lagi. Sehubungan dengan hal tersebut, penilitan ini bisa dijadikan bahan rekomendasi untuk melaksakan penilitian-penilitian lanjutan.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Nuril. (2007). Permainan Bolabasket. Solo : Era Intermedia. Ali, Mohammad. (2011). Memahami Riset Prilaku Dan Sosial. Bandung:

CV Pustaka Cendikia Utama.

Amung Ma’mun, Yudha M saputra (2000). Perkembangan Gerak dan

Belajar Gerak. Departement pendidikan dan kebudayaan,

direktorat pendidikan dasar dan menengah.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Amber Vic. (2012) petunjuk untuk pelatih dan pemain bolabasket. Bandung

Berliana, dkk. (2008). Belajar Pembelajaran Dalam Pelatihan Olahraga. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia – FPOK.

Dinata, Marta. 2006. Bolabasket. Ciputat : PT. Cerdas Jaya

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Friskawati, Gita f. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap

Peningkatan Harga Diri (Self Esteem) siswa kelas VII. Tesis pada

Program Studi Pendidikan Olahraga Universitas Pendidikan Indonesia

Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara

Hoedaya, Danu. 2001. Penerapan Pendekatan Taktis Dalam Pembelajaran Bolabasket. Jakarta: Direktorat Jenderal

Olahraga.

Juliantine, Tite. (2009). Pengembangan Kreativitas Siswa Melalui

Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri dalam Penjas. Portal

Jurnal UPI. 1 (2).

Juliantine, Tite, Toto Subroto dan Yunyun Yudiana. 2010. Belajar dan

Pembelajaran Penjas. Bandung: FPOK Universitas Pebdidikan


(1)

99

H1 : A x B ≠ 0 :

Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan motor

educability siswa terhadap peningkatan teknik dasar

bolabasket siswa Keterangan:

µ A1 = Rata-rata penguasaan teknik dasar bolabasket kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri. µ A2 = Rata-rata penguasaan teknik dasar bolabasket kelompok

siswa yang menggunakan model pembelajaran direct

instruction.

µ A1 B1 = Rata-rata penguasaan teknik dasar bolabasket kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri yang diajarkan kepada siswa yang memiliki motor educability tinggi.

µ A2B1 = Rata-rata penguasaan teknik dasar bolabasket kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran direct instruction yang diajarkan kepada siswa yang memiliki

motor educability tinggi.

µ A1 B2 = Rata-rata penguasaan teknik dasar bolabasket kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri yang diajarkan kepada siswa yang memiliki motor educability rendah.

µ A2B2 = Rata-rata penguasaan teknik dasar bolabasket kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran direct

instruction yang diajarkan kepada siswa yang memiliki motor educability rendah.

A = Model pembelajaran B = Motor Educability


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil pengolahan dan analisis data diperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diajukan. Jawaban atas pertanyaan penelitian merupakan kesimpulan. Adapun kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Penguasaan teknik dasar bolabasket siswa yang diajar melalui model pembelajaran inkuiri lebih baik dari pada siswa yang diajar melalui model pembelajaran konvensional (direct

instruction)

2. Penguasaan teknik dasar bolabasket siswa kelompok model pembelajaran inquiri lebih baik dibandingkan kelompok model pembelajarn konvensional (direct instruction) pada motor educability tinggi.

3. Penguasaan teknik dasar bolabasket siswa kelompok model pembelajaran inquiri lebih baik dibandingkan kelompok model pembelajarn konvensional (direct instruction) pada motor educability rendah

4. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan motor educability terhadap Penguasaan teknik dasar bolabasket.

B. Rekomendasi

Dengan berpedoman pada data-data yang diperoleh serta dalam rangka membantu peningkatan proses pembelajaran


(3)

124

Bandung Barat, berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan, maka peneliti ingin mengemukakan beberapa rekomendasi sebagai berikut :

1. Dalam hal ini bagi pihak sekolah agar lebih menekankan dalam hal yang mendukung pembelajaran agar lebih efektif dalam pembelajaran penjas. Seperti halnya fasilitas sekolah teritama pada bidang pendidikan olahraga. Agar lebih memperhatikan fasilitas tersebut guna tercapainya tujuan pembelajaran penjas yang diharapkan.

2. Karena dengan model yang sesuai dalam pembelajaran akan mempengaruhi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan. Model pembelajaran pendidikan jasmani yang sesuai terutama yang scientific ini dapat diberikan melalui penerapan model pembelajaran inkuiri agar proses pembelajarannya menghasilkan hasil yang baik

3. Bagi siswa, disarankan agar lebih bersemangat lagi dalam mengikuti proses pembelajaran pendidikan jasmani agar feed

back antara guru dan murid lebih sering didapat.

4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dan disarankan agar lebih mengembangkan penelitian baik model pembelajarannya atau tujuan yang ingin dilihatnya dengan cakupan yang lebih luas lagi. Sehubungan dengan hal tersebut, penilitan ini bisa dijadikan bahan rekomendasi untuk melaksakan penilitian-penilitian lanjutan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Nuril. (2007). Permainan Bolabasket. Solo : Era Intermedia. Ali, Mohammad. (2011). Memahami Riset Prilaku Dan Sosial. Bandung:

CV Pustaka Cendikia Utama.

Amung Ma’mun, Yudha M saputra (2000). Perkembangan Gerak dan Belajar Gerak. Departement pendidikan dan kebudayaan,

direktorat pendidikan dasar dan menengah.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Amber Vic. (2012) petunjuk untuk pelatih dan pemain bolabasket. Bandung

Berliana, dkk. (2008). Belajar Pembelajaran Dalam Pelatihan Olahraga. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia – FPOK.

Dinata, Marta. 2006. Bolabasket. Ciputat : PT. Cerdas Jaya

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Friskawati, Gita f. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap

Peningkatan Harga Diri (Self Esteem) siswa kelas VII. Tesis pada

Program Studi Pendidikan Olahraga Universitas Pendidikan Indonesia

Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara

Hoedaya, Danu. 2001. Penerapan Pendekatan Taktis Dalam Pembelajaran Bolabasket. Jakarta: Direktorat Jenderal

Olahraga.

Juliantine, Tite. (2009). Pengembangan Kreativitas Siswa Melalui

Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri dalam Penjas. Portal

Jurnal UPI. 1 (2).

Juliantine, Tite, Toto Subroto dan Yunyun Yudiana. 2010. Belajar dan


(5)

124

Lardika, Rola A. 2014. Pengaruh model pembelajaran inquiry dalam

pendidikan jasmani terhadap tingkat Adversity quotient (aq) siswa.

Tesis pada Program Studi Pendidikan Olahraga Universitas Pendidikan Indonesia

Lutan, Rusli. 2000. Strategi Belajar Mengajar Penjaskes. DEPDIKNAS. Metzler, M. W. (2000). Instructional Models for Physical Education

Georgia: State University

Nurhasan dan Hasanudin Cholil.2007. Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung: FPOK UPI.

Oliver, Jon.2007. Dasar-dasar Bolabasket.

Rink, E. Judith. (1993). Teaching Physical Education for Learning (Secon

Edition). USA: Mosbi Years Book.

Sudjana. (2005). Metode Statistika (edisi enam). Bandung: Tarsito

Suherman, Adang. (2009). Revitalisasi Pengajaran Dalam Pendidikan

Jasmani. Bandung: CV Bintang Warli Artika.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, Nana S. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Cet. XV). Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya.

Supardi,Us. 2013. aplikasi statistika dalam penelitian. Jakarta selatan : change publication

Sujana, Rahmat. 2014. Pengaruh Model pembelajaran taktis dan teknis

dengan motor educability terhadap hasil keterampialan teknik dasar dan keterampilan bermain sepakbola. Tesis pada Program


(6)

Sutarjo, Ajo (2008). Pengaruh kebugaran jasmani dan efektifitas metode

problem solving dan metode konvensional terhadap pengusaan keterampilan teknik dasan bola voli. Tesis pada Program Studi

Pendidikan Olahraga Upi Bandung.

Yamin, Martinis. 2013. Strategi dan Metode Dalam Model Pembelajaran. Jakarta.


Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI MODELPEMBELAJARAN PERSONALYZED SYSTEM INSTRUCTION (PSI) DAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL DAN KETERAMPILAN DASAR PERMAINAN BOLA BASKET.

3 19 62

KORELASI MOTOR EDUCABILITY DENGAN PENGUASAAN TEKNIK FLYING SHOOT PADA CABANG OLAHRAGA BOLA TANGAN.

1 9 50

PERBEDAAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN MODEL DIRECT INSTRUCTION TERHADAP KETERAMPILAN BERMAIN SOFTBALL.

1 11 33

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP PENGUASAAN GERAK DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS PERMAINAN BOLA BASKET.

2 13 27

KORELASI MOTOR EDUCABILITY DENGAN PENGUASAAN TEKNIK JUMP SERVICE PADA ATLET UKM BOLA VOLI UPI :PUTRI.

0 1 41

Pengaruh metode pembelajaran dan motor educability terhadap penguasaan keterampilan bola basket (suatu study eksperimen metode Peer teaching dan Inquiry Teaching pada siswa yang memiliki motor educability tinggi dan rendah).

0 3 47

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN FISIKA MODEL DIRECT INSTRUCTION DITINJAU DARI PENGUASAAN MATERI, PENGETAHUAN PROSEDURAL, DAN SIKAP KERJASAMA PESERTA DIDIK SMA.

0 0 172

Keefektifan Pembelajaran Fisika Model Direct Instruction Ditinjau dari Penguasaan Materi, Kemampuan Psikomotor, dan Kerjasama Siswa Sma Kolombo Sesuai Kurikulum 2013.

0 0 2

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN DIRECT INSTRUCTION TERHADAP PENGUASAAN TEKNIK DASAR BOLA BASKET DITINJAU DARI MOTOR EDUCABILITY - repository UPI T POR 1302333 Title

0 1 3

PERBANDINGAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TAKTIS DAN KOOPERATIF TERHADAP PENGUASAAN TEKNIK DASAR DALAM PERMAINAN BOLA BASKET. - repository UPI S JKR 1006557 Title

0 0 4