Pengaruh metode pembelajaran dan motor educability terhadap penguasaan keterampilan bola basket (suatu study eksperimen metode Peer teaching dan Inquiry Teaching pada siswa yang memiliki motor educability tinggi dan rendah).
DAFTAR ISI
ABSTRAK……… ii
ABSTRACT……….. …iii
KATA PENGANTAR………iv
UCAPAN TERIMA KASIH………v
DAFTAR ISI……….vii
DAFTAR TABEL………..ix
DAFTAR GRAFIK………. xi
DAFTAR GAMBAR……….xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………. 1
B. Rumusan masalah……… 8
C. Tujuan Penelitian……….. 10
D. Asumsi..………. 11
E. Hipotesis………. 18
F. Metode Penelitian………. 18
G. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian……….. 20
BAB II : TINJAUAN TEORITIS……….. A. Metode Mengajar………. ... 21
B Motor Educability... 28
C Penngertian Strategi, Metode, Teknik, Taktik dan Model………. 31
D. Peer Teaching……….. …. 37
1. Jenis Peer Teaching………. ... 39
2 Teori Belajar……… ... .42
3. Validitas………... 44
4. Pengaruh Peer Teaching terhadap Penguasaan Teknik BolaBasket……… ... 46
(2)
E. Inquiry Teaching……… 50
1.Teori Belajar……….. 57
2. Pengajaran dan Pembelajaran………. 58
3. Validitas………61
4. Pengaruh Inquiry Teaching terhadap Penguasaan Teknik Bola basket………63
F. Permainan Bola Basket……… 1. Sejarah Bola Basket ………... 67
2. Permainan Bola Basket……….……….78
3. Teknik Keterampilan Bola Basket..………...81
BAB III : METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian………..96
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional……….. 98
C. Populasi dan Sample Penelitian………...103
D. Program Mengajar……… 106
E. Teknik Pengumpulan Data……… 107
F. Lokasi dan Waktu Penelitian……… .111
G. Teknik Pengolahan Data………..111
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Penelitian………113
B. Pembahasan Temuan………136
BAB V : Kesimpulan dan Rekomendasi A. Kesimpulan………..148
B. Rekomendasi dan Saran-saran………...149
Daftar Pustaka………..150
Lampiran Lampiran A. Alat Pengumpulan Data……….. B. Data Penelitian……… DaftarRiwayat Hidup……… vii
(3)
DAFTAR TABEL
Halaman
1.1 Kerangka berpikir……….17
2.1. Perbandingan mengajar oleh seorang guru dalam Peer Teaching ……….. 50
2.2. Profil kelangsungan Peer Teaching ………..49
2.3. Pendekatan Inquiry Teaching dalam pembelajaran………. 56
2.4. Perencanaan unit pembelajaran Inquiry……….. 66
3.1. Desain penelitian... 97
3.2. Jumlah siswa kelas 10 SMAT KRIDA NUSANTARA……….104
3.3. Jadwal mengajar olahraga di SMAT KRIDA NUSANTARA………….105
3.4. Program mengajar pendidikan jasmani……….107
4.1 Hasil pretest keterampilan bola basket ……… 113
4.2. Hasil posttest keterampilan bola basket……….. 114
4.3. Hasil pengujian normalitas data……… 117
4.4. Hasil pengujian Homogenitas……… 118
4.5. Hasil uji beda skor pretest-posttest keterampilan bola basket kelompok low dengan metode Peer Teaching ………119
4.6. Hasil uji beda skor pretest-posttest keterampilan bola basket kelompok high dengan metode Peer Teaching……… 122
4.7. Hasil uji beda skor pretest-posttest keterampilan bola basket kelompok low dengan metode Inqiury Teaching………124
(4)
4.8. Hasil uji beda skor pretest-posttest keterampilan bola basket kelompok
high dengan metode Inquiry Teaching………127
4.9. Hasil peningkatan keterampilan bola basket………128
4.10 Hasil analisis varian (ANAVA) factorial 2 x 2………130
4.11 TabelMultiple Comparisons……….131
4.12 Tabel Homogeneous Subsets………...134
4.13 Tabel hasil analisis varian (ANAVA) dengan desain faktorial 2 x 2...135
x
(5)
DAFTAR GRAFIK
Halaman 4.1 Nilai rata-rata skor pretest-posttest kelompok low dengan metode
Peer Teaching………...118 4.2 Nilai rata-rata skor pretest-posttest kelompok high dengan metode
Peer Teaching………..121 4.3 Nilai rata-rata skor pretest-posttest kelompok low dengan metode
Inquiry Teaching………124 4.4 Nilai rata-rata skor pretest-posttest kelompok high dengan metode
Inquiry Teaching……… 126
4.5 grafik rata-rata Skor peningkatan tiap kelompok…...129
(6)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Operan tolakan dada (chest pass)………..85
2. Operan dari atas kepala……….86
3. Operan pantulan (Bounce pass)………87
4. Teknik menggiring (dribbling)……….89
5. Teknik menembak (Shooting)………..91
6. Tembakan dengan dua tangan dari atas kepala………92
7. Tembakan dengan satu tangan ( One hand set shot)………94
8. Lapangan tes melempar tangkap bola……….110
9. Route dribbling bola basket………111
(7)
(8)
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Permainan bola basket merupakan salah satu cabang olahraga yang termasuk dalam materi pokok, aktivitas permainan dan olahraga yang tertuang dalam kurikulum pendidikan jasmani. Cabang olahraga ini berisikan teknik-teknik seperti driblling, passing, shooting dan variasi gerak yang harus diajarkan kepada anak oleh guru pendidikan jasmani. Bola basket adalah salah satu olahraga paling popular di dunia. Penggemarnya yang berasal dari segala usia merasakan bahwa bola basket adalah olahraga yang menyenangkan, kompetitif, mendidik, menghibur, dan menyehatkan. Untuk dapat memainkan olahraga ini diperlukan keterampilan-keterampilan perseorangan seperti tembakan, umpan, menggiring, dan merebut, serta kerja tim untuk menyerang atau bertahan. Permainan ini terus berkembangeven-even yang membantu penggemarnya mengembangkan keterampilan dan pengetahuan dasar mereka.
Penguasaan gerak dalam permainan bola basket merupakan aspek penting dan dominan dalam tujuan pendidikan jasmani. Tujuan pendidikan jasmani dalam kurikulum mencakup perkembangan dan kemampuan organic, neuromuscular, intelektual, emosional dan moral secara menyeluruh. Kegiatan penguasaan gerak dalam pendidikan jasmani juga perlu ditinjau dari aspek biologi, sosial, dan budaya. Namun demikian kegiatan pendidikan jasmani adalah gerak manusia, aktivitas jasmani yang bersifat umum. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah penentuan tugas gerak dengan jenis cabang olahraga merupakan persoalan bagi anak. Hal ini disebabkan karena materi yang akan diajarkan guru kepada anak didiknya berintikan teknik-teknik baku yang tidak sesuai dengan tingkat usia anak dan kesiapan belajar anak.
(9)
Kecenderungan guru pendidikan jasmani, yang selalu menerapkan metode mengajar tradisional seperti gaya komando dan melakukan gerakan sesuai dengan perintah guru, merasa guru paling benar dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani akan berpengaruh pada anak didiknya. Siswa harus melakukan sesuai dengan gerakan yang diperintahkan guru apabila salah maka akan memarahinya dan siswa tidak diberi kebebasan untuk melakukan gerakan-gerakan lainnya maka pengaruh yang timbul adalah rasa frustasi dan rasa tidak senang terhadap pendidikan jasmani.
Teknik-teknik yang terdapat dalam bola basket banyak sekali dan beraneka ragam, seperti teknik melempar, menangkap, menggiring bola, menembak ke ring, teknik tersebut dilakukan dengan variasi melompat, melangkah, membalik sehingga memberi daya tarik tersendiri untuk siswa atau pelaku, hal inilah yang membuat jumlah peserta ekstrakulikuler bola basket di sekolah-sekolah tetap banyak selain itu banyaknya pertandingan-pertandingan yang diadakan baik itu antar sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA), dan perguruan tinggi (PT), yang menyebabkan tersalurnya minat dan bakat siswa. Meskipun permainan ini banyak disukai siswa, tetapi anak-anak sulit menguasai teknik bola basket, sehingga siswa tidak menguasai jalannya permainan
Banyaknya unsur atau komponen dalam permainan bola basket menuntut guru menguasai berbagai metode. Metode-metode ini harus mengedepankan keputusan-keputusan yang sama, meskipun dengan cara dan waktu yang berbeda. Misalnya, guru dapat memutuskan untuk memberi umpan balik kepada siswa dengan memberitahukan secara langsung dengan meminta siswa memecahkan masalahnya sendiri, atau dengan meminta siswa untuk membantu teman mereka. Dalam pendidikan jasmani ada beberapa gaya pengajaran yang sering dilakukan oleh seorang guru, seperti yang dikemukakan Samsudin (2008:34) “gaya pengajaran pendidikan
(10)
jasmani adalah komando (commando style), latihan (practive style), berbalasan (reciprocal style), menilai diri sendiri (self check style), partisipatif atau inklusif (inclution style)”.
Hasil observasi dan wawancara dengan para guru pendidikan jasmani di sekolah kota Bandung, metode yang sering digunakan oleh para guru pendidikan jasmani di sekolah-sekolah lebih terpusat pada guru sehingga siswa sedikit mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan yang diajarkan, sehingga hasil yang diharapkan dari tujuan pembelajaran itu tidak tercapai. Dapat dilihat dari hasil observasi para siswa antri di depan ring basket sebelum memperoleh kesempatan untuk berlatih memasukkan bola ke ring basket. Dalam pengajaran bola basket, guru masih menggunakan metode yang berpusat pada guru tersebut akibatnya siswa tidak maksimal dalam melakukan latihan yang akhirnya tujuan utama para siswa mencapai ketuntasan kompetensi maksimal (KKM) tidak tercapai.
Oleh karena itu untuk mampu menemukan anak yang berbakat dalam proses pendidikan jasmani di sekolah, diperlukan kemampuan seorang guru yang memiliki kompetensi untuk melakukan identifikasi bakat tersebut. Untuk mampu melakukan hal tersebut diperlukan guru pendidikan jasmani yang memahami tentang proses belajar gerak (motor learning). Ini artinya bahwa paling rendah untuk guru penjas tersebut dibutuhkan orang yang telah lulus dari sekolah kejuruan tentang pendidikan jasmani atau olahraga, karena hanya sekolah tersebutlah yang memberikan ilmu tentang belajar gerak (motor learning). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses maupun keberhasilan belajar gerak, yang secara garis besar dapat dibedakan menjadi faktor-faktor internal dan eksternal. Lebih jelas lagi mengenai faktor-faktor tersebut, Rusli Lutan (1988:322) menerangkan bahwa :
(11)
Faktor-faktor internal adalah faktor-faktor yang ada pada diri anak itu sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang ada di luar diri anak yang dapat dimanipulasi guna memperkembangkan anak tersebut dalam segala potensi internalnya.
Berangkat dari sana peneliti mengambil faktor-faktor keturunan yaitu kemampuan geraknya, faktor kemampuan gerak atau sering disebut motor educability. Mengenai motor educability Harlod Me Cloy (1984:83) menjelaskan bahwa "Motor educability is the ability to learn motor skils easily arid well, it corresponds, in the area of general motor skills, to inteligence in the area of classroom subjects". Maksud dari kalimat tersebut adalah bahwa motor educability adalah kemampuan mempelajari keterampilan gerak dengan cepat dan
mudah, ini sama halnya dengan tingkat inteligensi seseorang dalam mempelajari materi pelajaran di kelas. Dari kalimat tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa
motor educability merupakan inteligensi dalam ranah psikomotorik, artinya semakin bagus motor educability seseorang maka orang tersebut akan lebih cepat dan mudah dalam mempelajari suatu keterampilan.
Sehubungan dengan hal itu, untuk memudahkan siswa menguasai pelajaran bola basket di sekolah, guru pendidikan jasmani selain melihat kemampuan psikomotor anak dan tidak boleh terpaku pada salah satu metode mengajar melainkan mencari metode lain yang dianggap mampu mencapai tujuan pelajaran yang diinginkan. Terdapat beberapa metode mengajar yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar permainan bola basket, diantaranya adalah Peer Teaching dan Inquiri Teaching.
Peer Teaching adalah metode mengajar yang telah digunakan di sekolah – sekolah dengan siswa lain yang menjadi tutor atau pengajarnya, teman sepermainan merupakan orang yang lebih dahulu mengajarkan tentang kegiatan –kegiatan dalam sehari-hari seperti yang dikatakan Metzler (1999:287) “ . . .most likely they were your friends, playmates, and siblings
(12)
who first taught you many of the basic social, communication, cognitive, and psychomotor skills that you took into and through your early years in school”. Metode Peer Teaching merupakan metode mengajar sesama teman. Metode ini memupuk rasa sosial dan tanggung jawab antar sesama siswa. Metode ini menjelaskan kembali pelajaran (cara-cara, konsep) kepada teman yang belum mengerti, dalam hal ini siswa yang lebih terampil akan membantu siswa lainnya dalam mengajarkan keterampilan bola basket. Dengan demikian diharapkan secara keseluruhan siswa dalam satu kelompok mampu menguasai keterampilan bola basket. Sedangkan menurut pendapat Silberman (1996:157) yang diterjemahkan oleh Zaenal Arifin “Beberapa ahli percaya bahwa satu mata pelajaran benar-benar dikuasai hanya apabila seorang peserta didik mampu mengajarkan pada peserta lain.” Pada metode Peer Teaching penjelasan siswa yang menjadi tutor lebih memungkinkan berhasil. Peserta didik melihat masalah dengan cara yang berbeda dibandingkan orang dewasa dan mereka menggunakan bahasa yang lebih akrab. Metode Peer Teaching lebih unggul dikarenakan proses membelajaran melibatkan guru dan melibatkan siswa yang pandai dalam keterampilan gerak khususnya dalam keterampilan bola basket. Metode Peer Teaching termasuk dalam katagori Direct Teaching, pengajaran aktifitas fisik yang diberikan langsung akan diterima dan langsung akan dilakukan oleh siswa. Prinsip tersebut akan lebih jelas apabila kita pahami prinsip dasar dari teori itu sendiri yang terdiri dari dua elemen, yaitu elemen Stimulus-Respon yang dinyatakan dalam model S-R.
Inquiry Teaching adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar, Mulyasa (2003:234) mengatakan “Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif". Meskipun metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru perlu memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan,
(13)
memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik, guru juga berkewajiban memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi. Dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani Inquiry Teaching merupakan metode mengajar dengan terlebih dahulu menjelaskan pada siswa tentang cara melakukan suatu gerakan, kemudian siswa berusaha mempraktikan gerakan tersebut, siswa mengungkapkan dan berusaha memecahkan permasalahan dengan atau tanpa bantuan. Untuk mencapai sasaran kognitif digunakan stimulus berupa psikomotor (aktivitas fisik) untuk menemukan jawabannya, interaksi antara kognitif dan psikomotor tergantung pada tugas ajar yang diberikan guru pada siswa, seperti yang dikemukakan oleh Metzler (1999:311) :
Perharps the most important feature of inquiry teaching is that student learning occurs in the cognitive domain first, and at times exclusively. Students are asked questions that get them to think to themselves or with one or more peers. Cognitive learning is sometimes the only type of achievement sought by the teacher.
Faktor yang terpenting dari Inquiry Teaching ialah bahwa pembelajaran terjadi pertama kali dalam ranah kognitif, dan secara istimewa murid diberi pertanyaan-pertanyaan yang membuat mereka berfikir secara sendiri atau dengan teman-teman. Pembelajaran kognitif adalah satu-satunya jenis dari pencapaian tujuan yang dicari oleh guru. Metode Inquiry Teaching termasuk dalam katagori Indirect Teaching, penyampaian pengajaran aktivitas fisik dari guru tidak secara langsung dilakukan oleh siswa tapi tugas gerak tersebut didiskusikan dahulu oleh siswa dengan kelompoknya sebelum mereka melakukan tugas aktivitas fisik.
Keuntungan-keuntungan yang mungkin dapat diperoleh melalui metode Peer Teaching dan metode Inquiry Teaching dalam pembelajaran olahraga khususnya keterampilan bola basket adalah bagi siswa lebih banyak melakukan gerakan teknik bola basket, siswa tidak takut melakukan kesalahan karena tutornya temannya sendiri dan siswa lebih mengerti gerakan yang dilakukannya karena didiskusikan dahulu dengan anggota kelompoknya, sehingga tujuan dari
(14)
pembelajaran adalah mencapai ketuntasan kompetensi minimal (KKM) tercapai, untuk mengatasi berbagai problema dalam pelaksanaan pembelajaran, tentu diperlukan metode-metode mengajar yang dipandang mampu mengatasi kesulitan guru melaksanakan tugas mengajar dan juga kesulitan belajar peserta didik.
Dengan demikian penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh metode Peer Teaching dan metode Inquiry Teaching terhadap penguasaan keterampilan bola basket di SMAT KRIDA NUSANTARA Bandung. Kedua metode mengajar tersebut merupakan topik permasalahan yang layak diteliti secara cermat, baik bagi kepentingan pengembangan dan pelaksanaan pengajaran maupun kepentingan teori belajar gerak itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
Metode Peer Teaching dan Inquiry Teaching merupakan teknik atau cara yang digunakan guru pendidikan jasmani untuk meraih pencapaian tujuan pelajaran yang diharapkan. Seperti yang dikatakan Sagala (2008:201) ”Setiap metode pembelajaran yang digunakan bertalian dengan tujuan belajar yang ingin dicapai”.
Dalam pengajaran keterampilan bola basket diperlukan metode mengajar untuk meraih tujuan pembelajaran tercapai. Tujuan dari pembelajaran bola basket adalah siswa dapat melakukan gerakan-gerakan teknik bola basket. Peranan metode pengajaran adalah sebagai proses mencapai tujuan pembelajaran. Metode Peer Teaching dan Inquiry Teaching merupakan proses mengajar dengan membuat kelompok-kelompok menjadi kelompok kecil. Tujuan dari pengelompokan itu agar siswa dapat lebih leluasa melakukan keterampilan bola basket, seperti yang dikatakan Rusli Lutan (1988:400) :
Kelompok yang terlampau besar juga sulit dikendalikan dan cenderung merupakan sumber penghambat bagi kegiatan kelas atau kelompok. Karena itu kesemua faktor yang
(15)
diperkirakan mengganggu perhatian siswa/atlet perlu disisihkan hingga sekecil mungkin.
Dengan demikian Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode Peer Teaching dan metode Inqiury Teaching, sedangkanVariabel terikat dalam penelitian ini adalah penguasaan keterampilan permainan bola basket, Agar penelitian lebih terarah dan terfokus pada pokok masalah, maka dirumuskan pertanyaan – pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1) Adakah pengaruh metode Peer Teaching terhadap penguasaan keterampilan bola basket pada siswa yang motor educability tinggi
2) Adakah pengaruh metode Peer Teaching terhadap penguasaan keterampilan bola basket pada siswa yang motor educability rendah
3) Adakah pengaruh metode Inquiry Teaching terhadap penguasaan keterampilan bola basket pada siswa yang motor educability tinggi
4) Adakah pengaruh metode Inquiry Teaching terhadap penguasaan keterampilan bola basket pada siswa yang motor educability rendah.
5) Adakah interaksi antara metode pengajaran Peer Teaching dan Inquiry Teaching dengan kemampuan motor educability terhadap penguasaan keterampilan bola basket.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode Peer Teaching dan metode Inquiry Teaching terhadap penguasaan keterampilan bola basket. Secara umum metode Peer Teaching dan Inquiry Teaching merupakan alat mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.
(16)
2. Tujuan Khusus
Disamping tujuan umum seperti di uraikan di atas penelitian ini mempunyai tujuan yang khusus yaitu :
1) Untuk mengetahui pengaruh metode Peer Teaching pada siswa yang memiliki Motor educability tinggi terhadap penguasaan keterampilan permainan bola basket.
2) Untuk mengetahui pengaruh metode Peer Teaching pada siswa yang memiliki Motor educability rendah terhadap penguasaan keterampilan permainan bola basket.
3) Untuk mengetahui pengaruh metode metode Inquiry Teaching pada siswa yang memiliki Motor educability tinggi terhadap penguasaan keterampilan permainan bola basket.
4) Untuk mengetahui pengaruh metode Inquiry Teaching pada siswa yang memiliki Motor educability rendah terhadap penguasaan keterampilan permainan bola basket.
D. Asumsi
Asumsi adalah titik tolak pemikiran yang akan memberikan batas – batas dalam keseluruhan proses penelitian ini. Selain itu anggapan dasar membantu serta memberi arah terhadap kesimpulan yang akan ditarik. Dengan demikian penelitian ini mempunyai anggapan dasar sebagai berikut :
1) Siswa yang memiliki keterampilan dasar berolahraga atau memiliki motor educability yang baik akan dapat dengan cepat menguasai keterampilan dengan metode mengajar yang tepat yang diberikan guru. Kebutuhan akan metode yang efisien dalam pengajaran olahraga dilandasi oleh beberapa alasan. Rusli Lutan (1988:26) mengemukakan beberapa
(17)
alasan tersebut : (1) efisiensi akan hemat waktu, energi atau biaya, (2) metode efisien akan memungkinkan para siswa, atau atlet untuk menguasai tingkat keterampilan yang lebih tinggi. Berkaitan dengan hal ini, pengalaman sukses akan merupakan umpan balik (feed back) dan membangkitkan motivasi siswa/atlet untuk belajar dan berlatih. Semakin berhasil siswa dalam kegiatan belajar, semakin disukainya kegiatan tersebut. Syaiful Sagala (2003 :201) mengatakan : ”Untuk mendorong keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar, guru seharusnya mengerti akan fungsi, dan langkah-langkah pelaksanaan metode mengajar”.
2) Menurut Suryosubroto (2002:268) “Metode mengajar Peer Teaching dialokasikan agar peserta didik saling membantu dalam pembelajaran matematika, bahasa, atau pelajaran lainnya, baik satu-satu atau dalam kelompok kecil”. Metode Peer Teaching merupakan salah satu strategi pembelajaran untuk membantu memenuhi kebutuhan peserta didik. Ini merupakan pendekatan koperatif bukan kompetitif. Rasa saling menghargai dan mengerti dibina diantara peserta didik yang bekerja sama.
3) Kelompok siswa yang diberikan metode Peer Teaching adalah mereka mempunyai motoreducability rendah dan motor educability tinggi, diharapkan kelompok siswa yang mempunyai motoreducability rendah, mereka tidak mempunyai gerak dasar yang baik sehingga dengan melakukan pengulangan secara terus menerus dan dilatih oleh temannya sendiri maka mereka akan dapat menguasai keterampilan bola basket. Seperti yang dikemukakan oleh Metzler(1999:287) :
“The Peer Teaching model obviously relies on strategies that use students to teach other students, but it becomes the Peer Teaching model only when a teacher plans for and follows a model-based approach”.
(18)
Metode mengajar Peer Teaching adalah metode mengajar sesama teman atau metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri, metode Peer Teaching hanya bisa digunakan ketika seorang guru tetap menyusun dan merencanakan pengajaran.
4) Dalam pengajaran pendidikan jasmani metode Peer Teaching, Guru –guru pendidikan jasmani mengunakan bertahun-tahun, versi yang paling dikenal dalam Peer Teaching pendidikan jasmani adalah yang dikemukakan oleh Mosston dan Ashworth’s (1994) dengan strategi Reciprocal style :
In which one student is designated as the ”Observera” (the tutor) and the other student ia designated as the ”Doer”(the tutee). While this style does maintain the most essential feature of peer teaching, it is meant to be used as a temporary task structure, and is not usually designed as the only instructional strategy in a content unit.
Pengorganisasian dilakukan secara berpasangan. Setiap anggota dari pasangan ini mempunyai peranan masing-masing. Salah seorang diantara mereka berperan sebagai ”pengamat ” (tutor) sementara yang lainnya berperan sebagai ”pelaku” (siswa). Mereka yang berperan sebagai pelaku adalah melakukan tugas-tugas serta keputusan yang diminta (dalam bentuk gerakan), sedangkan peran sebagai pengamat (tutor) memberikan umpan balik kepada pelaku berdasarkan kriteria yang telah disampaikan oleh gurunya. Muska Moston (1981) yang diterjemahkan oleh Susilodinata mengatakan :
Pengamat memberikan umpan balik kepada pelaku, dan jika diperlukan, maka pelaku dapat berkomunikasi dengan pengamat. Peranan guru dalam hal in adalah mengamati sejauh mana peranan dari pengamat dalam melakukan tugasnya. Setelah proses ini terjadi, maka hubungan dari ketiganya dapat diperlihatkan sebagai berikut : Pelaku --- Pengamat
Guru
5) Mulyasa (2003:234) mengatakan “Metode Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena itu Inquiry menutut peserta didik berfikir”. Metode ini melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Metode ini menuntut peserta didik
(19)
memproses pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif, analitis, dan kritis
6) Dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani dengan metode Inquiry Teaching, yang paling penting siswa belajar pada domain kognitif (berupa permasalahan) dari guru kemudian siswa mengungkapkan dan berusaha memecahkan permasalahan dengan atau tanpa bantuan. Untuk mencapai sasaran kognitif digunakan stimulus berupa psikomotor untuk menemukan jawabannya, interaksi antara kognitif dan psikomotor tergantung pada tugas ajar yang diberikan guru pada siswa.
7) Beberapa kurikulum pendidikan jasmani menggunakan metode Inquiry Teaching sebagai basisnya. Pendidikan gerak, pendidikan permainan dan tema keterampilan yang semuanya mengembangkan kemampuan intelektual, membangkitkan ekspresi siswa, kreatifitas, dan keterampilan psikomotorik, Seperti yang dikemukakan oleh Graham, Holt/Hale, dan Parker (1998) :
Some entire physical education curriculums are strongly based on inquiry teaching. Movement education, educational games, and skill themes, all promote the development of students intellectual abilities, which then work to help students be expressive, creative, and skillful in the psychomotor domain.
8) Kelompok siswa yang diberikan metode Inquiry Teaching merupakan kelompok siswa yang memiliki motoreducability tinggi dan motoreducability rendah, diharapkan kelompok mereka akan memecahkan masalah yang diberikan guru melalui kemampuan kognitif seperti akan menganalisis gerakan yang ditugaskan oleh guru sampai diformulakan dalam suatu gerakan (psikomotor), sehingga diharapkan dengan menganalisa terlebih dahulu suatu tugas gerak akan membantu mereka saat menemukan
(20)
gerakan-gerakan yang sulit dan akhirnya mereka dapat melakukan gerakan tersebut dengan benar, seperti yang dikemukan oleh Tillotson (1970) :
”The Teacher ”frames” the problem by asking a question, gives study some time to create and explore one or more plausible solutions, and then asks students to demontrastrate their solutions as evidence that learning has occurred”.
9) Motor Educabilty
Kemampuan seseorang dalam menguasai suatu keterampilan gerak dipengaruhi oleh atribut yang terdapat atau melekat pada orang tersebut, baik yang bersifat fisik maupun mental. Menurut Schmidt (Suhartono;1995)) yang bahwa "Baik buruknya keterampilan seseorang dipengaruhi oleh kemampuan, yakni ciri yang dianggap permanen dan faktor genetik sangat mempengaruhi keadaan kemampuan ini". Kemampuan seseorang secara relatif akan berkembang dengan sendirinya sesuai dengan proses pertumbuhan, perkembangan, kematangan serta pengalaman dan lebih jauh lagi bahwa latihan bukan hal utama dalam hal memperbaharui keadaan ability tersebut, namun demikian faktor kemampuan akan turut mempengaruhi seseorang ketika belajar kemampuan motorik. Kita sering melihat keadaan di lapangan atau pada saat terjadi proses belajar mengajar pendidikan jasmani, sebagai seorang guru penjas / pelatih kita tidak memberikan perlakuan istimewa pada salah seorang anak, mereka semua mendapatkan arahan dan kesempatan yang sama dalam hal belajar, akan tetapi akan ada anak yang lebih menonjol kemampuannya dan ada anak yang kurang.
Faktor penyebab perbedaan hasil belajar keterampilan motorik tersebut adalah tingkat kemampuan motor educability. Motor educability ini hanyalah merupakan salah satu faktor penyebab dari sekian banyak faktor yang bersifat internal.
(21)
learns new skill is reffer to as motor educability ". Sejalan pula dengan pendapat Nina (2002:85) bahwa "Motor educability memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran gerak terutama ketika anak diperkenalkan pada keterampilan yang belum dikenal atau masih baru".
Motor educability menentukan gambaran tentang tingkat kemampuan anak dalam merespon, menerima, serta mengelola keterampilan baru yang diperolehnya, saat ini motor educability kerap kali dipakai sebagai pijakan untuk memprediksi dan menentukan keberhasilan di masa yang akan datang. Dalam proses belajar gerak, ketangkasan yang dimiliki anak merupakan salah satu syarat yang akan turut mendukung tercapainya tujuan dari proses pembelajaran / pelatihan itu sendiri.
Berdasarkan uraian di atas maka orang yang memiliki tingkat motor educability yang bagus maka orang tersebut akan dengan mudah melakukan keterampilan teknik dasar bola basket.
Kerangka berpikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel.
(22)
E. Hipotesis Metode Peer Teaching dan Inquiry Teaching Membaca buku dan hasil penelitian Penguasaan teknik dasar bola basket
Membaca buku dan hasil penelitian Membaca buku dan hasil penelitian Membaca buku dan hasil penelitian
Deskripsi teori Deskripsi teori Deskripsi teori Deskripsi teori
Analisis terhadap teori Analisis terhadap teori Analisis terhadap teori Analisis terhadap teori Analisi komparatif terhadap teori Analisi komparatif terhadap teori Analisi komparatif terhadap teori Analisi komparatif terhadap teori
Sintesa atau kesimpulan teori dan hasil hipotesis
Sintesa atau kesimpulan teori dan hasil hipotesis
Kerangka berpikir
Perumusan hipotesis
(23)
Maka penulis mengajukan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :
1) Terdapat pengaruh metode Peer Teaching terhadap penguasaan keterampilan permainan bola basket bagi siswa yang memiliki Motor educability rendah.
2) Terdapat pengaruh metode Peer Teaching terhadap penguasaan keterampilan permainan bola basket bagi siswa yang memiliki Motor educability tinggi.
3) Terdapat pengaruh metode Inquiry Teaching terhadap penguasaan keterampilan permainan bola basket bagi siswa yang memiliki Motor educability rendah.
4) Terdapat pengaruh metode Inquiry Teaching terhadap penguasaan keterampilan permainan bola basket bagi siswa yang memiliki motor educability tinggi.
5) Terdapat interaksi antara metode pengajaran dan motor educability terhadap penguasaan keterampilan bola basket
F. Metode penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar pengaruh metode Peer Teaching dengan metode Inquiry Teaching terhadap penguasaan keterampilan bola basket. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Menurut Sugiono (2009:72) mengatakan ” Metode eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mncari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang dikendalikan”. Untuk mencari adanya pengaruh atau akibat antara dua variabel yaitu variabel metode Peer Teaching dan Inquiry Teaching dengan variabel penguasaan keterampilan bola basket. Metode ini digunakan atas dasar pertimbangan yaitu variabel metode sebagai perlakuan yang akan diuji pengaruhnya terhadap penguasaan keterampilan bola basket. Teknik pengumpulan
(24)
data melalui tes motor educability dan tes keterampilan bola basket, yang dilakukan pada pre test dan post test.
Instrumen Penelitian
Tes bola basket ini bertujuan untuk mengukur kemampuan bermain bola basket, sebagai salah satu dasar pemberian nilai dalam mata pelajaran pendidikan jasmani. Tes yang dipakai dalam penelitian ini tes keterampilan teknik dasar bola basket, tes ini berguna untuk mengukur keterampilan atau penguasaan teknik dasar permainan bola basket bagi siswa , sesuai yang dikontruksikan oleh Nurhasan (2000:240) terdiri dari tiga tes adalah :
1) Memantulkan bola ke tembok (passing) 2) Menggiring bola (dribbling)
3) Menembak ke ring (shotting)
Alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan saat tes terdiri dari : 1) Bola basket
2) Patok 3) Dinding 4) Stopwatch 5) Kapur 6) Alat-alat tulis
Tes yang dilakukan dalam keterampilan bola basket merupakan unsur motorik sehingga perlu diketahui juga tingkat motorik siswa. Dalam hal ini dilakukan tes motor educability.
G. Lokasi dan Sampel Penelitian 1. Subyek Penelitian
(25)
Populasi menurut pendapat Sudjana (2000) ”Seluruh sumber data yang memungkinkan memberikan informasi yang berguna bagi masalah penelitian”. Sesuai penelitian di atas maka populasi dipakai adalah seluruh siswa kelas X SMAT KRIDA NUSANTARA Kota Bandung.
b. Sampel
Sampling pada penelitian ini ialah cara Purposive sampling, Sampling yang dilaksanakan berdasarkan keputusan subyektif peneliti yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu. Sampel di peroleh dengan cara memberikan tes motor educability terhadap siswa kelas X, sehingga akan terpilih siswa yang mempunyai motor educability yang tinggi dan siswa yang mempunyai motor educability rendah. Kemudian mulailah peneliti menetapkan sampelnya, atas dasar pertimbangan tadi maka peneliti mengambil sampel yaitu siswa – siswa kelas X 1, X 2, X 3, dan X 4 di SMAT KRIDA NUSANTARA Bandung.
(26)
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk pengetahui pengaruh metode Peer Teaching (mengajar teman sebaya), dan metode Inquiry Teaching (mengajar melalui penyelidikan) terhadap penguasaan keterampilan bola basket. Untuk maksud tersebut diperlukan data berupa skor perolehan yang menunjukan taraf penguasaan keterampilan teknik dasar dalam permainan bola basket. Prosedur ini digunakan dengan alasan bahwa hasil belajar keterampilan motorik dapat diobservasi dan dianalisa berdasarkan kemampuan yang diaggap melekat sesudah memperoleh perlakuan yang digambarkan dalam desain eksperimen. Berdasarkan masalah yang akan diteliti tersebut, maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian metode eksperimen. Yang dimaksud dengan metode eksperimen menurut Hyllegard (1996:43) adalah : “The goal of experimental research is to explore and understand cause and effect relationship and based the manipulation and measurement of variables”. Jadi eksperimen adalah suatu cara untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat antara dua variable atau lebih yang akan diselidiki. Suatu eksperimen selalu dilakukan dalam kondisi dengan satu atau beberapa variable dapat dikontrol atau di bawah pengendalian. Dalam penelitian ini terdapat tiga variable yaitu metode Peer Teaching dan metode Inquiry Teaching sebagai variable bebas, sedangkan penguasaan keterampilan teknik dasar bola basket merupakan variable terikat.
Dalam penelitian eksperimen desain yang tepat merupakan hal yang harus diperhatikan. Hal ini sesuai dengan kebutuhan variable-variabel yang terkandung dalam tujuan dan hipotesis yang
(27)
Disain yang diajukan oleh penulis terdapat dua yaitu desain penelitian kemajuan belajar, dilihat dari pretest dan posttest : O X 1 O 2
1
O = adalah nilai pretest O = adalah nilai posttest 2
Pengaruh hasil penelitian = O - 2 O 1
3.1. Tabel Desain Faktorial 2 X 2 Pre test Pemberian pengajaran Post test T1
T1 T1 T1
A 1 B1 A 1 B2 A 2 B1 A 2 B2
T2 T2 T2 T2
Keterangan : A1 = Peer Teaching T1 = Pre test A2 = Inquiry Teaching T2 = Post test B1 = Low Motor Educability
B2 = High Motor Educability desain penelitian berikutnya adalah :
Kemampuan awal Inquiry Teaching Peer Teaching
Motor Educability
tinggi (Hi) Kelompok Hi A (X1) Kelompok Hi B (X2)
Motor Educability
rendah (Low) Kelompok Low A (X3) Kelompok Low B (4)
Bertitik tolak dari desain penelitian tersebut diatas, maka penulis mengajukan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :
(28)
1) Terdapat pengaruh metode Peer Teaching terhadap penguasaan keterampilan permainan bola basket bagi siswa yang memiliki Motor educability rendah.
2) Terdapat pengaruh metode Peer Teaching terhadap penguasaan keterampilan permainan bola basket bagi siswa yang memiliki Motor educability tinggi.
3) Terdapat pengaruh metode Inquiry Teaching terhadap penguasaan keterampilan permainan bola basket bagi siswa yang memiliki Motor educability rendah.
4) Terdapat pengaruh metode Inquiry Teaching terhadap penguasaan keterampilan permainan bola basket bagi siswa yang memiliki Motor educability tinggi.
5) Terdapat interaksi antara metode Peer teaching dan Inquiry Teaching dengan kemampuan motor educability terhadap penguasaan keterampilan bola basket
2. Variabel Penelitian dan Definisi operasional
Penelitian ini secara operasonal melibatkan dua variable bebas yaitu metode Peer Teaching dan metode Inquiry Teaching serta satu variable terikat yaitu penguasaan keterampilan teknik dasar permainan bola basket.
A. Variabel Bebas : a. Metode Peer Teaching.
Melalui metode ini, para siswa diberikan materi pembelajaran permainan bola basket dengan melakukan tugas gerak berupa teknik-teknik dasar bola basket, yaitu teknik passing (operan), teknik dribble (menggiring), shot (menembak). Siswa dibagi beberapa kelompok dan sebagai pengajar adalah siswa (teman sendiri). Tugas-tugas gerak ini dilakukan oleh para siswa dengan memakai alat peraga seperti bola standar, ukuran lapangan standar, dan tinggi ring basket standar sesuai ukuran internasional. Untuk setiap pertemuan direncanakan ada tiga teknik dasar yang akan diajarkan. Jumlah pertemuan seminggu tiga kali dalam
(29)
pelajaran pendidikan jasmani ( 2 X 45 menit) ditambah diluar jam sekolah hari Senin dan Sabtu, dilaksanakan dalam 12 pertemuan, sehingga jumlah seluruh pertemuan berlangsung 12 kali pertemuan diluar pre test dan post test.
b. Metode Inquiry Teaching
Melalui metode ini, para siswa diberikan materi pembelajaran permainan bola basket dengan melakukan tugas gerak berupa teknik-teknik dasar bols basket, yaitu teknik passing (operan), teknik dribble (menggiring), shot (menembak). Siswa dibagi beberap kelompok dan melakukan tugas gerak dan tugas kognitif dari guru. Tugas-tugas gerak ini dilakukan oleh para siswa dengan memakai alat peraga seperti bola standar, ukuran lapangan standar, tinggi ring basket standar sesuai ukuran internasional, dan sumber pengetahuannya adalah buku sumber, computer(internet). Untuk setiap pertemuan direncanakan ada tiga teknik dasar yang akan diajarkan. Jumlah pertemuan seminggu sekali dalam pelajaran pendidikan jasmani ( 2 X 45 menit), dilaksanakan dalam 4 pertemuan, sehingga jumlah seluruh pertemuan berlangsung 4 kali pertemuan diluar pre test dan post test.
B. Variabel Terikat
Dalam penelitian ini sebelum siswa diberikan pengajaran materi bola basket, para siswa diberikan pengukuran tentang motor educability, dimana tujuan dari tes ini untuk membagi kelompok yaitu para siswa yang motor educability tinggi (Hi) dan kelompok yang rendah motor educability (Low), kemudian tiap kelompok tersebut diberikan perlakuan Peer Teaching dan Inquiry Teaching.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penguasaan keterampilan teknik dasar dalam permainan bola basket yang diukur melalui tes yaitu :
(30)
2. Tes melakukan dribble selama 30 detik
3. Tes memasukan bola kekeranjang basket selama 30 detik
Dalam penelitian ini terdapat beberapa variable selain variable bebas dan terikat yang perlu dikendalikan pengaruhnya agar tidak mencemari hasil penelitian. Variabel-variabel yang perlu dikendalikan dalam penelitian ini adalah, Jenis kelamin, kehadiran subyek dalam membelajaran, kegiatan sejenis diluar perlakuan, pengajar.
1. Usia subyek. Untuk menghindari efek usia terhadap hasil penelitian, maka semua anak dalam penelitian ini ialah siswa SMAT KRIDA NUSANTARA kelas 10 yang berusia antara 15-16 tahun. Usia yang dianggap berkaitan erat dengan kematangan anak untuk belajar.
2. Jenis kelamin. Dalam penelitian ini melibatkan 4 kelas yang terdiri dari laki-laki 75 orang, dan perempuan 25 orang sebagai subyek.
3. Kehadiran subyek dalam pembelajaran. Keteraturan dan kesanggupan kehadiran anak dalam latihan sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Hilangnya beberapa aspek (mortalitas eksperimen) sangat mempengaruhi validitas internal suatu eksperimen. Untuk mempertahankan kehadiran anak selama pembelajaran ditempuh langkah-langkah berikut ini :
a. Sebelum pembelajaran dimulai, subyek diminta kesediaannya untuk tetap hadir selama penelitian berlangsung (12 pertemuan).
b. Kepada siswa dijelaskan maksud dan kepentingan pengajaran ini bagi peneliti adan bagi siswa, sehingga kehadiran mereka dapat mendukung kepentingan tersebut.
(31)
c. Setiap akhir latihan, mereka diingatkan agar hadir dalam pertemuan berikutnya. Materi untuk beberapa aspek kembali diberikan kepada setiap siswa. Hal ini penting untuk menjamin terpenuhnya validitas internal.
4. Kegiatan sejenis di luar penelitian. Kepada anak diingatkan bahwa selama penelitian berlangsung, mereka tidak boleh melakukan tugas permainan bola basket diluar waktu penelitian.
5. Pengajar, unsur pengajar di metode Peer Teaching oleh siswa yang dianggap memiliki teknik yang baik dalam bola basket dibawah pengawasan penulis. Pada Inquiry Teaching oleh penulis sendiri.
Untuk menghindari terjadinya salah tafsir terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, penulis mencoba menjelaskan sebagai berikut:
1) Metode
Surakhmad (1986 :96) mengatakan “Metode adalah cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan, makin baik metode itu, makin efektif pula pencapaian tujuan.”
”Metode pembelajaran yang digunakan bertalian dengan tujuan belajar yang ingin dicapai.” (Syaiful sagala, 2008:201).
2) Proses belajar Sudjana (2005:1) mengatakan : ”Proses belajar adalah proses belajar yang dilakukan di sekolah, adalah suatu proses atau penjabaran kurikulum yang disampaikan pada siswa yang menempuh suatu proses pembelajaran”.
3) Metode Peer Teaching merupakan metode mengajar sesama teman yang dibantu oleh teman sendiri. Metode ini memupuk rasa sosial dan tanggung jawab antar sesama siswa. Metode ini menjelaskan kembali pelajaran (cara-cara, konsep) kepada teman yang belum
(32)
mengerti, dalam hal ini siswa yang lebih terampil akan membantu siswa lainnya dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
4) Metode Inquiry Teaching adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar, Mulyasa (2003:234) mengatakan “Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif".
5) Penguasaan diartikan sebagai perolehan keterampilan yang melekat yang diungkapkan berdasarkan selisih skor tes akhir dan tes awal dari subyek yang bersangkutan.
6) Keterampilan yakni kemampuan melakukan suatu tugas atau aktivitas fisik yang menuntut ketepatan, kecermatan, kecepatan dalam pelaksanaanya. Keterampilan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterampilan dalam permainan bola basket.
7) Cognitive Teaching adalah cara mengajar yang yang dilakukan oleh guru yang berpedoman pada kemampuan ranah kognitif (pengetahuan).
8) Peer dalam kamus Inggris-Indonesia diartikan kawan sebaya 9) Inquiry dalam kamus Inggris-Indonesia diartikan penyelidikan C. Populasi dan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas 10 Sekolah Menengah Atas Terpadu Krida Nusantara Di Bandung, dan sampelnya adalah sebagian dari jumlah populasi. Jumlah sample ditetapkan sebanyak 60 orang dari jumlah populasi adalah 100 orang, dengan karakteristik sebagai berikut :
1. Usia populasi yaitu 15-16 tahun
2. Jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan 3. Tingkat keterampilan adalah pemula
(33)
Pengambilan sample dalam peneltian ini adalah dengan cara sample kelompok atau cluster sampling, sample ini digunakan sebagai perwakilan dari populasi yang cukup besar sehingga perlu dibuat beberapa kelas atau kelompok, dalam penelitian ini sample yang dipakai adalah kelas X5, X6, X7, dan X8.
Tabel 3.2 Jumlah siswa kelas 10 SMAT KRIDA NUSANTARA BANDUNG
KELAS LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
X 5 X 6 X 7 X 8 19 19 18 19 6 6 7 6 25 25 25 25
JUMLAH 75 25 100
Sebelum eksperimen dilaksanakan, sample yang sebanyak 100 orang itu melaksanakan tes motor educability setelah dirangking hasilnya dibuat kelompok 27 % kelas atas dan 27 % kelas bawah. Kelompok atas disebut dengan kelas tinggi motor educabilitynya (Hi) berjumlah 30 orang dan kelompok bawah adalah kelompok yang motor educabilitynya rendah atau kelas Low berjumlah 30 orang. Kemudian tiap kelompok Hi dan kelompok Low dibagi menjadi masing-masing 2 kelompok. Sehingga akan menjadi 4 kelompok (2 kelompok Hi berjumlah 15 orang dan 2 kelompok Low berjumlah 15 orang), tiap kelompok Jadi tiap-tiap dari kelompok Hi dan Low akan menerima pengajaran Peer Teaching dan Inquiry Teaching.
Sebelum eksperimen dilaksanakan, kedua kelompok itu dilakukan tes awal penguasaan keterampilan bola basket yang meliputi :
1. Tes passing ketembok selama 30 detik 2. Tes dribble zigzag selama 30 detik
(34)
3. Tes shot ke keranjang selama 30 detik.
Tes ini dilaksanakan dengan maksud dan tujuan untuk mengetahui bahwa kedua kelompok berangkat dari kemampuan awal yang sama, belum mempunyai keterampilan bola basket. Setelah sample sebanyak 60 orang terjaring dan dibagi kedalam empat kelompok yang masing-masing kelompok mendapat perlakuan dengan dua macam metode pegajaran yaitu metode Peer Teaching dan metode Inquiry Teaching.
Sesuai dengan hasil undian maka untuk kelompok Hi A mendapat perlakuan dengan metode Peer Teaching dan kelompok Hi B mendapat perlakuan dengan metode Inquiry Teaching, sedangkan untuk kelompok Low A mendapat perlakuan dengan metode Peer Teaching dan kelompok Low B mendapat perlakuan Inquiry Teaching. Pelaksanaan kegiatan pengajaran ini berlangsung selama 4 kali pertemuan, sesuai dengan program mengajar untuk bola basket dalam program semester sekolah dan dua kali tes yaitu tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Pengajaran dilaksanakan setiap hari Rabu sesuai dengan jam pelajaran pendidikan jasmani disekolah sebagai berikut :
Tabel 3.3 Jadwal mengajar pendidikan jasmani di SMAT KRIDA NUSANTARA
NO KELAS JAM KE KELOMPOK
1 X 6 1 – 2 (07.15 -08.45) Hi A (PEER TEACHING ) 2 X 5 3 – 4 (08.50 – 10. 20) Low A(PEER TEACHING) 3 X 8 5 – 6 (10.50 - 12.20) Hi B (INQUIRY TEACHING) 4 X 7 7 – 8 (13.20 – 14.50) Low B (INQUIRY TEACHING)
Kelompok Hi A dan kelompok Low A diberi perlakuan metode Peer Teaching dalam pengajaran bola basket, para siswa yang menjadi tutor atau pengajar memberikan materi bola
(35)
basket. Materi bola basket yang diberikan tutor kepada para siswa atau temannya adalah teknik drible atau menggiring bola, teknik passing atau mengoper bola dan teknik shotting atau menembak bola.
Kelompok Low B dan kelompok Hi B diberi perlakuan metode Inquiry Teaching dalam pengajaran bola basket. Materi bola basket yang diberikan guru kepada para siswa adalah teknk drible atau menggiring bola, teknik passing atau mengoper bola dan teknik shotting atau menembak bola ditambah aspek kognitif yaitu analisis gerakan dari teknik-teknik tersebut.
Ke-empat kelompok itu diberikan materi pengajaran yang sama yaitu teknik bola basket dengan prinsip sistematis yaitu dari gerakan yang mudah dahulu kemudian dilanjutkan pada gerakan yang sukar, sesuai dengan pendapat Lutan (1988:419) mengatakan : “ Rangkaian latihan bisa dimulai dari mudah ke yang sukar. Jadi gerakan pendahuluan dikuasai dengan baik, baru selanjutnya diajarkan teknik yang sebenarnya”.
Setelah keempat kelompok eksperimen berlatih dengan metode mengajar yang berbeda selama 4 kali pertemuan, selanjutnya dilaksanakan tes akhir (post test). Pelaksanaan post test dilakukan setelah kegiatan akhir eksperimen atau pertemuan ke-4 (empat).
D. Program Mengajar
Berdasarkan rincian waktu penelitian ini berlangsung selama 4 minggu dengan jumlah pertemuan 4 kali pertemuan. Pelaksanaan pengajaran setiap hari rabu dari jam 07.15 – 14. 50 Wib, jumlah pertemuan disesuaikan dengan program mengajar pendidikan jasmani selama semester 1, yaitu untuk permainan bola basket 4 pertemuan.
Bagan 3.4 Program belajar materi bola basket
No Materi Kelas
X5 – X8
Desember 2009
2 9 16 23
(36)
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pengenalan permainan basket Latihan mengenal bola
Latihan dasar driblle Latihan dasar Passing Latihan dasar Shooting Latihan variasi driblle Latihan variasi passing Latihan variasi shooting Game sederhana Game sebenarnya Post test V V V V V V V V V V V V V V V V V V V
Adapaun program mengajar yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah Silabus pendidikan jasmani untuk kelas X (sepuluh) dan Rencana pelajaran tiap pertemuan dan program mengajar selama 1 semester.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data, dan juga gambaran penguasaan keterampilan teknik dasar permainan bola basket, maka diperlukan alat pngumpul data. Data penelitian dikumpulkan melalui teknis tes dan pengukuran dengan menggunakan istrumen tes. Instrumen tes yang dipakai harus yang baik dan tingkat validitas dan reliabilitasnya juga terjamin.
Suatu alat ukur dikatakan valid, apabila alat ukur tersebut betul-betul mengukur apa yang diukur. Sesuai dengan pendapat Safrit (1981:46) “validity can be defined as the degree to which a test measures that which it is intended to measure “.
Sejalan dengan hal itu Abdoellah (1988:25) mengatakan “ Kesahihan dapat didefinisikan sebagai tingkat sebuah tes mengukur apa yang dimaksud harus diukurnya”. Jadi, validitas alat ukur akan memungkinkan terjadi apabila alat itu tetap mengukur variable-variabel yang diteliti. Karena itu dapat dikatakan juga validitas adalah ketepatgunaan suatu alat ukur terhadap obyek yang diukur.
(37)
Validitas terdiri dari tiga tipe yaitu : (1) Validitas isi, (2) validitas hubungan kreterion, dan (3) Validitas konsep (Abdoellah 1988:26)
Validitas isi dari suatu kumpulan sekor tes dapat dibuktikan dengan menunjukan bahwa prilaku yang diperlihatkan dalam pengetesan terdiri dari satu cuplikan yang representative dari prilaku yang harus ditunjukan dalam ranah untuk kerja yang diinginkan.
Validitas hubungan kreterion diperoleh dengan membandingkan sekor-sekor tes dengan satu atau lebih ubahan eksternal yang dipandang dari ukuran langsung dari sifat atau prilaku dari ubahan tersebut. Validitas konsep telah diidentifikasi sebuah tipe baru kesahihan yang digolongkan sebagai kesahihan konsep. Pada intinya tipe kesahihan ini memusatkan perhatian pada keinginan mendasar pembuatan tes pada suatu teori yang diakui secara Eksplisit.
Dalam penelitian ini tes yang dipakai adalah tes baku. Tes ini dipakai untuk menentukan bagaimana baiknya unit local memenuhi standar wilayah atau Negara dalam mengajarkan berbagai macam bahan pelajaran. Pembuat tes baku biasanya mempunyai sumber dana dan logistic yang tersedia untuk melakukan study baik mengenai kesahihan (validitas) dan keterandalan (reliabilitas) termasuk mengembangkan norma atau standar acuan-acuan yang baik.
Sesuai dengan uraian, maka tes yang dipakai dalama penelitian ini adalah tes keterampilan teknik dasar bola basket, tes ini berguna untuk mengukur keterampilan (penguasaan) teknik dasar bermainan bolabasket bagi siswa.
Sesuai yang dikontruksikan oleh Nurhasan (2000:240), tes ini mengukur mengenai keterampilan penguasaan teknik-teknik dasar dalam permainan bola basket, tes ini terdiri tiga butir tes :
1. Tes melempar dan menangkap bola 2. Tes memasukan bola ke keranjang 3. Tes menggiring bola
(38)
Tes ini mempunyai reabilitas dan validitas 0,84 yang diperoleh dari hasil penghitungan multiple korelasi dengan metode Werry-Doelittle
Tes keterampilan bola basket ini dapat digunakan untuk : 1. Mengklafikasikan keterampilan para siswa 2. Menentukan kemajuan hasil belajar siswa
3. Mengetahui hasil belajar siswa dan untuk memberikan nilai keterampilan dari siswa dalam cabang olahraga bola basket.
Adminitrasi Pelaksanaan Tes :
Pelaksanaan tes dan skorsing dari masing-masing butir tes adalah sebagai berikut :
1. Tes melempar dan menangkap bola. Tester memegang bola berdiri dibelakang garis yang jauhnya 3 meter dari tembok. Setelah ada aba-aba “ya” atau pluit, tester berusaha melempar bola dalam 30 detik, selama melakukan tes siswa tidak boleh menginjak atau melewati garis. Apabila pada waktu melakukan lemparan salah satu atau kedua kaki menginjak atau melewati garis, maka lemparan tersebut dianggap tidak sah dan tidak diberi angka. Lemparan dihitung sejak bola lepas dari kedua tangan.
(39)
2. Tes menembak bola ke keranjang. Siswa dengan bola didepan dada atau di atas kepala dan berdiri dibawah keranjang (under ring). Setelah aba-aba “ya” atau suara pluit, siswa berusaha memasukan bola tersebut sebanyak mungkin kedalam basket dalam waktu 30 detik. Sebelum masuk kedalam basket, bola harus terlebih dahulu menyentuh papan basket. Hanya bola yang sah masuk yang diberi skor.
3. Tes menggiring bola. Sebelum melakukan tes siswa berdiri dengan bola dibelakang garis star, setelah aba-aba “ya” atau suara pluit siswa menggiring bola melalui enam rintangan dengan rute seperti pada gambar. Siswa diberikan waktu 30 detik untuk melewati rintangan sebanyak mungkin. Apabila setelah mencapai setelah siwa mencapai garis star kembali dan waktu 30 detik belum selesai, maka siswa melanjutkan menggiring bola dengan rute seperti semula, skor ditentukan oleh jumlah rintangan yang mampu dilewati siswa. Apabila siswa melakukan salah menggiring atau salah rute maka siswa harus diulang.
F. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
(40)
Pelaksanaan kegiatan penelitian dilakukan di lapangan bola basket SMAT Krida Nusantara Bandung yang berlokasi di Desa Cipadung Kota Bandung.
2. Waktu Pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan sejak minggu awal bulan November 2009 sampai awal bulan Desember 2009. Dilakukan sebanyak 4 pertemuan.
G. Teknik Pengolahan Data
Untuk menguji hipotesis penelitian, apakah dapat diterima atau ditolak, maka data yang diperoleh harus diolah dan dianalisis. Pengolahan dan analisis data menggunakan rumus-rumus statistic yang disusun oleh Sudjana (1984).
Langkah-langkah yang menempuh untuk pengolahan dan analisis data adalah sebagai berikut : 1. Tabulasi data
2. Menghitung nilai rata-rata dari masing-msing butir tes 3. Mencari nilai standar deviasi (s) dari masing-masing butir tes 4. Membuat skor standar
5. Menguji normalitas dilakukan terhadap setiap kelompok teknik yang digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov
6. Menguji homogenitas data dari setiap kelompok tes menggunakan Levene test
7. Hasil uji Beda Skor Pretest dan Postest Penguasaan keterampilan bola basket dengan menggunakan uji t data berpasangan
(41)
(42)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan.
Hasil kesimpulan penelitian ini di dapat setelah terjadi proses belajar mengajar selama 4 kali pertemuan selama 1 bulan. Berdasarkan hasil analisis pengujian hipotesis, maka kesimpulan penelitian ini adalah :
Berdasarkan analisis data hasil pengukuran, penelitian ini menunjukan bahwa :
1) Tidak terdapat pengaruh metode Peer Teaching terhadap penguasaan keterampilan permainan bola basket bagi siswa yang memiliki Motor educability rendah.
2) Terdapat pengaruh metode Peer Teaching terhadap penguasaan keterampilan permainan bola basket bagi siswa yang memiliki Motor educability tinggi.
3) Terdapat pengaruh metode Inquiry Teaching terhadap penguasaan keterampilan permainan bola basket bagi siswa yang memiliki Motor educability rendah.
4) Terdapat pengaruh metode Inquiry Teaching terhadap penguasaan keterampilan permainan bola basket bagi siswa yang memiliki Motor educability tinggi.
5) Tidak terdapat interaksi antara metode Peer teaching dan Inquiry Teaching dengan kemampuan motor educability terhadap penguasaan keterampilan bola basket
B. Rekomendasi
Tujuan dari pada pengajaran disekolah adalah untuk mencapai penguasaan gerak secara maksimal mungkin. Oleh karena itu disarankan untuk memilih metode mengajar yang tepat sehingga tujuan akhir akan tercapai. Berdasarkan hasil penelitian ini yang telah
(43)
membuktikan bahwa kedua metode ini dapat memberikan pengajaran yang tepat untuk penguasaan teknik dasar bola basket. Hasil penelitian ini akan penulis kembangkan khususnya disekolah tempat menulis bekerja dan akan di informasikan kepada teman sejawat di sekolah tersebut. Dan kedepannya penulis akan kembangkan pada musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) pendidikan jasmani di lingkungan sekolah – sekolah yang ada di kota Bandung. Dan penulis menyarankan kepada :
Diknas pusat atau pun diknas tingkat daerah dan pihak lain yang terkait agar dapat memperkenalkan lebih luas metode mengajar yang lebih efektif kepada masyarakat luas. Hal ini karena menurut pengamatan penulis hingga saat ini penggunaaan metode Peer teaching dan metode Inquiry Teaching belum banyak digunakan dalam pengajaran pendidikan jasmani pada sekolah-sekolah.
Bagi guru-guru olahraga atau pelatih bola basket disarankan untuk menerapkan dan mengembangkan metode Peer Teaching dan metode Inquiry Teaching dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan penguasaan teknik dasar bola basket.
Hasil penelitian ini merupakan bukti empirik, yang dapat dipakai sebagai bahan penelitian yang lain. Selain itu disarankan pula kepada para peneliti agar mengadakan penelitian ulang dengan menggunakan obyek pada siswa SMP atau SD, atau dengan teknik dasar olahraga lainnya, jangka waktu lebih panjang, jumlah sample yang lebih banyak, dan obyek penelitian yang lebih luas.
Penulis berharap mudah-mudahan hasil penelitian ini dapat menjadikan sumbangan pemikiran dalam rangka meningkatkan penguasaan teknik dasar bola basket khususnya teknik driblling, passing, shotting dan pada umumnya prestasi bola basket.
(44)
(45)
KEPUSTAKAAN
Amung Ma’mun, Yudha M Saputra.(2000). Perkembangan Gerak dan Belajar Gerak. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah
Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja
A. David Hill; Nicholas. (1981). “Two modes of peer teaching in introductory
college geography “.Journal of Geography in Higher Education, Volume 5, Issue 2 October 1981 , pages 145 - 154
Chauhan (1979). Innovation In Teaching- Learning Process, Vikas Publishing House PVT LTD New Delhi Bombay Bangalore Carcuta Kanpur.
Clarke. (1995). Application of Meassurement to Healty and Physical Education . Englewood Cliffs,N.J Prentice Hall.
Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.
Harlod Mc Cloy. (1954). Test and Meansurement in Healty and Physical Education. New York: Apleton.Century,Crofts,Inc.
Harlod, M Barrow. (1978). A Practical Approach to Meansurement in Physical Education. Philadelphia.
Harsono. (1988). Coaching dan Aspek – aspek Psikologi dalam Coaching, CV. Tambak Kesuma, Jakarta.
Husdarta, Yudha M Saputra.(2000). Perkembangan Peserta Didik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.
Isjoni (2007). Cooperative Learning, Efektifitas Pembelajaran Kelompok. ALPABETA. Bandung
Johnson. (1932). Practical Meansurment for Evaluation in Physical Education. Minneapolis:Burges,Publishing,Company.
Lutan, Rusli. (1988). Belajar keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode, Depdikud, Dirjen Dikti, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta
(46)
Mathew, Donald K. (1983). Meansurement in Physical Education. Philadelphia :W.C Sanders Company.
Metzler, Michael.W. (1999). Instructional Models for Physical Education, Georgia State Universitas.
Mosston, Ashworth. (1994). Reciprocal style, Georgia State Universitas
Muska, Moston. (1981). Teaching Physical Education, Second edition Charles E. Merril Publishing Co.
Mulyasa. (2003). Model –model Pembelajaran , Penerbit Alfabeta, Bandung
Munir, Baderel (2001). Dinamika Kelompok, Penerapan dalam labotarium ilmu prilaku. Universitas Sriwijaya
Nurhasan, Hasanudin. (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan, Jurusan Pendidikan Kepelatihan, FPOK, UPI, Bandung.
Peter Reason, John Rowan. (1993), Human Inquiry, A Sourcebook of New Paradigm Research. Centre for the study of Organizational Change and Development University of Bath, Independent Consultant, London
Poerwadarminta. (1990). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Sanjaya. (2006). Metode penelitian, Penerbit Sinar Baru, Bandung
Samsudin. (2008). Metode Mengajar Pendidikan Jasmani, Penerbit Alfabeta, Bandung
Schmidt, R (1988). Motor Control and Learning. California: A Behavior Empasis Universitas of California
Silberman, Mel. (1996). Active Learning, 101 Strategies to Teach Any Subject, Temple University
Sudjana,Nana.(1998). Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Penerbit Sinar Baru Bandung
Sudjana. (1982). Metode Statistika, Tarsito Bandung
Suhartono. (1995). Motor Educability dengan Keterampilan Gerak Olahraga. IKIP: Jakarta
(47)
Sugiono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D, Penerbit ALFABETA Bandung,
Sugiono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan, Balai Pustaka Jakarta
Syaiful Sagala. (2008). Konsep dan Makna Pembelajaran, untuk membantu memecahkan problema belajar dan mengajar, Penerbit Alfabeta, Sudjana,Nana (2005). Dasar Dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru Algensido Bandung
.
Supono,Rachmad, Permainan Bola Basket, Direktorat Jendral Olahraga dan Pemuda . Jakarta
Tim Penjaskes. (2008). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi, Yudistira Bandung.
Tim MGMP Krida Nusantra. (2009). Adminitrasi guru Pendidikan Jasmani . SMAT Krida Nusantara Bandung.
Tite Yulianti. (2009). Development Creativity Student ThrougImplementation of Inquiry
Modelin Physical Education. “The International Conference of Physical Education and Sport: Character and Economic Values of Sport “at Jica, Indonesia University of Education July, 24th – 25th 2009
Ted and Jackson.(1978). Meansurement in Physical Education. Philadelpia : Lea
Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
(1)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan.
Hasil kesimpulan penelitian ini di dapat setelah terjadi proses belajar mengajar selama 4 kali pertemuan selama 1 bulan. Berdasarkan hasil analisis pengujian hipotesis, maka kesimpulan penelitian ini adalah :
Berdasarkan analisis data hasil pengukuran, penelitian ini menunjukan bahwa :
1) Tidak terdapat pengaruh metode Peer Teaching terhadap penguasaan keterampilan permainan bola basket bagi siswa yang memiliki Motor educability rendah.
2) Terdapat pengaruh metode Peer Teaching terhadap penguasaan keterampilan permainan bola basket bagi siswa yang memiliki Motor educability tinggi.
3) Terdapat pengaruh metode Inquiry Teaching terhadap penguasaan keterampilan permainan bola basket bagi siswa yang memiliki Motor educability rendah.
4) Terdapat pengaruh metode Inquiry Teaching terhadap penguasaan keterampilan permainan bola basket bagi siswa yang memiliki Motor educability tinggi.
5) Tidak terdapat interaksi antara metode Peer teaching dan Inquiry Teaching dengan kemampuan motor educability terhadap penguasaan keterampilan bola basket
B. Rekomendasi
Tujuan dari pada pengajaran disekolah adalah untuk mencapai penguasaan gerak secara maksimal mungkin. Oleh karena itu disarankan untuk memilih metode mengajar yang tepat sehingga tujuan akhir akan tercapai. Berdasarkan hasil penelitian ini yang telah
(2)
membuktikan bahwa kedua metode ini dapat memberikan pengajaran yang tepat untuk penguasaan teknik dasar bola basket. Hasil penelitian ini akan penulis kembangkan khususnya disekolah tempat menulis bekerja dan akan di informasikan kepada teman sejawat di sekolah tersebut. Dan kedepannya penulis akan kembangkan pada musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) pendidikan jasmani di lingkungan sekolah – sekolah yang ada di kota Bandung. Dan penulis menyarankan kepada :
Diknas pusat atau pun diknas tingkat daerah dan pihak lain yang terkait agar dapat memperkenalkan lebih luas metode mengajar yang lebih efektif kepada masyarakat luas. Hal ini karena menurut pengamatan penulis hingga saat ini penggunaaan metode Peer teaching dan metode Inquiry Teaching belum banyak digunakan dalam pengajaran pendidikan jasmani pada sekolah-sekolah.
Bagi guru-guru olahraga atau pelatih bola basket disarankan untuk menerapkan dan mengembangkan metode Peer Teaching dan metode Inquiry Teaching dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan penguasaan teknik dasar bola basket.
Hasil penelitian ini merupakan bukti empirik, yang dapat dipakai sebagai bahan penelitian yang lain. Selain itu disarankan pula kepada para peneliti agar mengadakan penelitian ulang dengan menggunakan obyek pada siswa SMP atau SD, atau dengan teknik dasar olahraga lainnya, jangka waktu lebih panjang, jumlah sample yang lebih banyak, dan obyek penelitian yang lebih luas.
Penulis berharap mudah-mudahan hasil penelitian ini dapat menjadikan sumbangan pemikiran dalam rangka meningkatkan penguasaan teknik dasar bola basket khususnya teknik driblling, passing, shotting dan pada umumnya prestasi bola basket.
(3)
(4)
KEPUSTAKAAN
Amung Ma’mun, Yudha M Saputra.(2000). Perkembangan Gerak dan Belajar Gerak. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah
Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja
A. David Hill; Nicholas. (1981). “Two modes of peer teaching in introductory
college geography “.Journal of Geography in Higher Education, Volume 5, Issue 2 October 1981 , pages 145 - 154
Chauhan (1979). Innovation In Teaching- Learning Process, Vikas Publishing House PVT LTD New Delhi Bombay Bangalore Carcuta Kanpur.
Clarke. (1995). Application of Meassurement to Healty and Physical Education . Englewood Cliffs,N.J Prentice Hall.
Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.
Harlod Mc Cloy. (1954). Test and Meansurement in Healty and Physical Education. New York: Apleton.Century,Crofts,Inc.
Harlod, M Barrow. (1978). A Practical Approach to Meansurement in Physical Education. Philadelphia.
Harsono. (1988). Coaching dan Aspek – aspek Psikologi dalam Coaching, CV. Tambak Kesuma, Jakarta.
Husdarta, Yudha M Saputra.(2000). Perkembangan Peserta Didik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.
Isjoni (2007). Cooperative Learning, Efektifitas Pembelajaran Kelompok. ALPABETA. Bandung
Johnson. (1932). Practical Meansurment for Evaluation in Physical Education. Minneapolis:Burges,Publishing,Company.
Lutan, Rusli. (1988). Belajar keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode, Depdikud, Dirjen Dikti, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta
(5)
Mathew, Donald K. (1983). Meansurement in Physical Education. Philadelphia :W.C Sanders Company.
Metzler, Michael.W. (1999). Instructional Models for Physical Education, Georgia State Universitas.
Mosston, Ashworth. (1994). Reciprocal style, Georgia State Universitas
Muska, Moston. (1981). Teaching Physical Education, Second edition Charles E. Merril Publishing Co.
Mulyasa. (2003). Model –model Pembelajaran , Penerbit Alfabeta, Bandung
Munir, Baderel (2001). Dinamika Kelompok, Penerapan dalam labotarium ilmu prilaku. Universitas Sriwijaya
Nurhasan, Hasanudin. (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan, Jurusan Pendidikan Kepelatihan, FPOK, UPI, Bandung.
Peter Reason, John Rowan. (1993), Human Inquiry, A Sourcebook of New Paradigm Research. Centre for the study of Organizational Change and Development University of Bath, Independent Consultant, London
Poerwadarminta. (1990). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Sanjaya. (2006). Metode penelitian, Penerbit Sinar Baru, Bandung
Samsudin. (2008). Metode Mengajar Pendidikan Jasmani, Penerbit Alfabeta, Bandung
Schmidt, R (1988). Motor Control and Learning. California: A Behavior Empasis Universitas of California
Silberman, Mel. (1996). Active Learning, 101 Strategies to Teach Any Subject, Temple University
Sudjana,Nana.(1998). Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Penerbit Sinar Baru Bandung
Sudjana. (1982). Metode Statistika, Tarsito Bandung
Suhartono. (1995). Motor Educability dengan Keterampilan Gerak Olahraga. IKIP: Jakarta
(6)
Sugiono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D, Penerbit ALFABETA Bandung,
Sugiono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan, Balai Pustaka Jakarta
Syaiful Sagala. (2008). Konsep dan Makna Pembelajaran, untuk membantu memecahkan problema belajar dan mengajar, Penerbit Alfabeta, Sudjana,Nana (2005). Dasar Dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru Algensido Bandung
.
Supono,Rachmad, Permainan Bola Basket, Direktorat Jendral Olahraga dan Pemuda . Jakarta
Tim Penjaskes. (2008). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi, Yudistira Bandung.
Tim MGMP Krida Nusantra. (2009). Adminitrasi guru Pendidikan Jasmani . SMAT Krida Nusantara Bandung.
Tite Yulianti. (2009). Development Creativity Student ThrougImplementation of Inquiry
Modelin Physical Education. “The International Conference of Physical Education and Sport: Character and Economic Values of Sport “at Jica, Indonesia University of Education July, 24th – 25th 2009
Ted and Jackson.(1978). Meansurement in Physical Education. Philadelpia : Lea
Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.