TRI HANDAYANI F3509077

(1)

commit to user

ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU CUP 240 ml

DENGAN METODE EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY)

PADA CV. AL-ABRAR SURAKARTA

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Sebutan Ahli Madya Manajemen Bisnis

Oleh :

TRI HANDAYANI F3509077

PROGAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN BISNIS FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET


(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

Tugas Akhir dengan Judul :

” ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU CUP 240 ML DENGAN

METODE EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY) PADA CV. AL-ABRAR

SURAKARTA”.

Surakarta, 14 Juni 2012

Telah disetujuhi oleh Dosen Pembimbing


(3)

commit to user

HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Akhir dengan Judul:

” ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU CUP 240 ML DENGAN

METODE EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY) PADA CV. AL-ABRAR

SURAKARTA”.

Telah disahkan oleh Tim Penguji Tugas Akhir Program Studi Diploma 3 Manajemen Bisnis Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Surakarta, 19 Juli 2012

Dra. Ignatia Sri Seventi Pudjiastuti, M.Si

NIP. 19550731 198203 2 001 Sebagai Penguji ……….)

Dra. Soemarjati Tj, MM


(4)

MOTTO

Dan minta tolonglah kepada Allah dengan sabar dan sholat, Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusuk, yaitu orang-orang yang menyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali Kepada-Nya.

( Q.S. Al-Baqarah: 45-46)

Dalam keadaan suka maupun duka, tetaplah pada prinsipmu Ditengah percobaan dan ujian, bertahanlah pada keyakinanmu Bila kau memiliki sesuatu, ingat mereka yang tidak memilikinya

Kerugianmu karena seorang lawan biasa melebihi keuntunganmu karena seratus kawan Sebaik-baiknya sesuatu yang kau lakukan, tak akan membawa hasil bila dilakukan pada saat dan di tempat yang tidak tepat

Dan, jangan mengabaikan tanggung jawabmu terhadap mereka yang bergantung padamu ( Hazrat Inayat Khan )

Ilmu adalah cahaya. Ia tak akan jinak kalau tidak diungkap oleh hati yang taqwa dan khusuk

( Imam Malik Bin Anas)

Hidup ini bukanlah sepotong lilin yang pendek bagiku, melainkan semacam obor yang luar biasa, yang untuk saat ini berada dalam genggamanku, dan aku ingin membuatnya menyala seterang mungkin sebelum mengalihkannya kepada generasi-generasi berikutnya. (George Bernard Shaw)


(5)

commit to user PERSEMBAHAN

Sebuah karya ini merupakan hasil kerja kerasku selama ini. Karya ini merupakan langkah awalku untuk meraih yang lebih dari yang sekarang ini, sehingga aku selalu mendapatkan yang lebih baik dari ini. Karyainidipersembahkankepada :

1. Bapak dan Ibuku tersayang tarima kasihatas semua dukungan, do’a dan bimbingannya. 2. Kakakku Mas Agung tersayang terima kasih atas semua do’a dan semangatnya. 3. Semua teman-temanku di Kost soewondo terima kasih atas semangatnya.

4. Rekan-rekan mahasiswa D-III Manajemen Bisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta angkatan 2009 terima kasih atas semua bantuanya.


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul ” Analisis Persediaan Bahan Baku Cup Dengan Metode EOQ ( Economic Order Quantity) pada CV. AL-ABRAR Surakarta”.

Tugas Akhir ini disusun dengan maksud untuk memenuhi salah satu syarat-syarat Gelar Ahli Madya pada Diploma 3 Program Studi Manajemen Bisnis Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas maret. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapatkan bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak baik pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Wisnu, MS selaku Dekan Fakultas Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menyusun Tugas Akhir. 2. Ibu Sinto Sunaryo, SE, M.Siselaku ketua Program Studi D3 Manajemen

Bisnis Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

3. Dra. Soemarjati Tj, MM selaku pembimbing Tugas Akhir yang telah memberikan pengarahan selama menyusun Tugas akhir.

4. Bapak dan Ibu Dosen Manajemen Bisnis yang telah membimbing selama masa kuliah.

5. Drs. Medi selaku pimpinan CV.AL-ABRAR Surakarta yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan


(7)

commit to user

6. Semua pihak-pihak yang belum disebutkan secara tidak langsung telah mendukung penulis selama masa kuliah dan pembuatan Tugas Akhir. Penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi perbaikan dan penyempurnaan laporan ini. Di luar kekurangan tersebut, penulis berharap agar Tugas Akhir ini dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca sekalian.

Surakarta , 14 Juni 2012


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

ABSTRAK ...ii

HALAMAN PERSETUJUAN ...iii

HALAMAN PENGESAHAN ...iv

MOTTO...v

PERSEMBAHAN ...vi

KATA PENGANTAR...vii

DAFTAR ISI... . ix

DAFTAR TABEL ...xii

DAFTAR GAMBAR ... ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1


(9)

commit to user

D. Manfaat Penelitian ...4

E. Metode Penelitian ...5

F. Kerangka Pemikiran ...10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Persediaan ...12

B. Jenis-jenis Persediaan ...13

C. Fungsi Persediaan ...14

D. Sistem Persediaan ...15

E. Biaya-biaya Dalam Persediaan ...16

F. Tujuan Pengendalian Persediaan ...18

G. Economic Oder Quantity (EOQ) ...19

H. Persediaan Pengaman (Sa fety Stock) ...23

I. Waktu Tunggu (Lea d Time) ...24

J. Pemesanan Kembali atau Reorder Point (ROP) ...24

K. Keunggulan dan Kelemahan EOQ ...25

BAB III PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Persediaan ...27

B. Tujuan Perusahaan ...28

C. Struktur Organisasi Perusahaan ...29

D. Aspek Personalia ...35

E. Aspek Produksi ...39

F. Aspek Pemasaran ...45

G. Laporan Magang Kerja ...45


(10)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan...61 B. Saran ...62 DAFTAR PUSTAKA


(11)

commit to user DAFTAR TABEL

Halaman TABEL

3.1. Data Jumlah Tenaga Kerja...36

3.2. Daftar Bahan Baku Dalam Satu Tahun...48

3.3. Biaya Pesan Kebutuhan Bahan Baku ...50

3.4. Biaya Simpan Kebutuhan Bahan Baku ...51

3.5. Perhitungan Standar Deviasi ...56

3.6. Perbandingan Persediaan Bahan Baku antara Kebijakan Perusahaan dengan Metode EOQ ...59


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman GAMBAR

2.1. Biaya-biaya Dalam Persediaan ...17

2.2. Biaya Persediaan Metode EOQ ...21

3.1. Struktur Organisasi CV.Al-Abrar ...29


(13)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pernyataan

Lampiran 2. Penilaian Magang Kerja

Lampiran 3. Surat Keterangan Magang Kerja Lampiran 4. Data POM- for -Windows


(14)

ABSTRAK

ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU CUP 240 ml CV.AL-ABRAR

DENGAN METODE EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY)

TRI HANDAYANI F3509077

Persediaan selalu dibutuhkan oleh setiap perusahaan. Dengan kebijakan pengadaan persediaan diharapkan proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Tanpa adanya persediaan bahan baku, perusahaan diharapkan pada resiko bahwa suatu saat perusahaan tidak akan memenuhi kebutuhan.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui jumlah pembelian bahan baku yang optimal, (2) mengetahui total biaya persediaan yang optimal, (3) mengetahui kuantitas persediaan pengaman (sa fety stock) yang dibutuhkan oleh perusahaan, (4) mengetahui waktu pemesanan kembali (reorder point). Data yang dipelajari berupa data tentang kebutuhan bahan baku, dan biaya-biaya yang ditimbulkan dalam pemesanan dan penyimpanan selama tahun 2011. Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi, dan pemeriksaan dokumen. Metode pembahasan yang digunakan adalah pembahasan deskriptif yaitu membuat gambaran secara sistematis dengan menggunakan obyek yang diteliti dan optimasi keputusan yaitu teknik untuk melakukan sintesa suatu keputusan optimal dalam bidang manajemen industri.

Pendekatan yang digunakan adalah metode Economic Order Quantity (EOQ).Teknik analisis data yang digunakan adalah (1)menentukan besarnya kuantitas pembelian bahan baku yang optimal. (2) menentukan total biaya persediaan. (3) menentukan kuantitas persediaan pengaman. (4) menentukan besarnya titik pemesanan kembali. Hasil analisis pengendalian persediaan bahan baku CV.Al- Abrar diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) kuantitas Pembelian Optimal sebesar 295.297 unit, dengan frekuensi pembelian sebanyak 7 kali. (2) total biaya persediaan sebesar Rp. 3.159.679. (3) kuantitas persediaan pengaman sebesar 174.464,33 unit. (4) pemesanan kembali dilakukan pada 199.916,33 unit.

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran kepada CV. Al-Abrar agar mempertimbangkan penggunaan metode EOQ serta menentukan besarnya persediaan pengaman dan kapan perusahaan harus melakukan pemesanan kembali agar pengendalian persediaan yang efektif dan efisien dapat tercapai.

Kata Kunci:EOQ,Total Biaya Persediaan, Persediaan Pengaman, Pemesanan Kembali.


(15)

commit to user ABSTRACT

ANALYSIS OF RAW MATERIAL SUPPLY CUP 240 ml

CV.AL-ABRAR EOQ METHOD (ECONOMIC ORDER QUANTITY)

TRI HANDAYANI F3509077

Supplies are always needed by every company. With the expected inventory procurement policy production process can proceed smoothly. Without the supply of raw materials, the company expected the risk that someday the company will not meet the requirement.

This study aims to (1) determine the amount of the optimal raw material purchasing, (2) find the optimal total inventory costs, (3) knowing the quantity of safety stock (sa fetystock) is needed by the company, (4) know the time the order is returned (reorder point). The data studied in the form of data on raw material supplies, and expenses incurred in the ordering and storage during the year 2011. Techniques of data collection by interview, observation, and inspection documents. Discussion of the method used is descriptive discussion of making a systematic picture of the object studied by the use and optimization techniques, namely the decision to synthesize an optimal decision in the field of industrial management.

The approach used is a method of Economic Order Quantity (EOQ). Data analysis techniques used are (1) determining the quantity of raw material purchases are optimal. (2) determine the total cost of inventory. (3) determine the safety stock quantity. (4) determining the reorder point. The analysis of raw material inventory control CV. Al-Abrar obtained the following conclusions: (1) Optimal Purchase quantity of 295 297 units, with a frequency of purchase as many as seven times. (2) total inventory cost of Rp. 3,159,679. (3) the quantity of 174,464.33 units of safety stock. (4) reordering performed on unit 199,916.33. Based on the above conclusion, the author gives advice to the CV. Al-Abrar in order to consider the use of methods of determining the EOQ and safety stock and when the company must make a reservation re-order inventory control can be achieved effectively and efficiently.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam memasuki era globalisasi sekarang ini menjadikan suatu negara berada pada jalur perdagangan bebas dan terbuka yang memunculkan adanya suatu persaingan yang sangat ketat. Di Inidonesia pun demikian, terdapat ratusan bahkan ribuan perusahaan industri yang menghasilkan barang maupun jasa.

Setiap usaha yang dijalankan baik oleh pihak perseorangan maupun oleh organisasi usaha pasti mempunyai tertentu. Pada umumnya tujuan dari perusahaan adalah memperoleh keuntungan semaksimal mungkin. Kerena dengan keuntungan yang diperoleh, perusahaan akan dapat bertahan dan dapat mengalami kemajuan dalam usaha memperoleh keuntungan.

Untuk mencapai tujuan tertentu tersebut perusahaan akan melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan kinerja operasi. Dalam perbaikan dan peningkatan koordinasi antar bagian fungsional melalui penerapan manajemen informasi yang baik, memperluas daerah pemasaran, meningkatkan produktifitas karyawan, membangun kepercayaan konsumen atas kemampuan proses maupun kualitas produk yang dihasilkan dengan ketepatan waktu pengiriman barang dan meningkatkan kualitas proses maupun produk yang dihasilkan serta usaha untuk menekan biaya produksi.


(17)

commit to user

jumlah produk yang akan diproduksi, sehingga diperlukan suatu perencanaan produksi yang berorientasi pada ketepat jenis dan jumlah konsumen yang digunakan dalam proses produksi.

Proses timbul disebabkan oleh tidak sinkronnya permintaan dengan waktu yang digunakan untuk memproses bahan baku. Untuk menjaga keseimbangan permintaan bahan baku dan proses,maka diperlukan persediaan.

Selama ini CV. AL-ABRAR dalam mengadakan persediaan bahan baku belum menggunakan metode EOQ(economic order quantity) untuk kebijakan pengadaan persediaan, sehingga penulis ingin meningkatkan persediaan bahan baku perusahaan dimana pesaing bisnis dipasar global sangat kompetitif, pengusaha atau pebisnis diseluruh dunia semakin bersaing untuk mengenalkan berbagai macam produk dan jasa yang tentu saja bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan memperoleh keuntungan

EOQ merupkan jumlah pembelian yang ekonomis yaitu dengan melakukan pembelian secara teratur EOQ itu maka perusahaan akan menangguang biaya-biaya pengadaan bahan yang minimal(Gitosudarmo, 2002:245).

Persediaan digunakan oleh perusahaan adalah adanya karena dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi untuk memindahkan produk dari suatu tingkat keproses yang lain, yang disebut persediaan dalam proses dan pemindahan. Perusahaan harus mampu melakukan penelitian pada seluruh sektor usahanya terutama terhadap faktor-faktor persediaan bahan baku yang meliputi perkiraan pemakaian bahan baku, biaya-biaya persediaan, kebijakan pembelanjaan, persediaan


(18)

pengamanan(safety stoock), waktu tunggu(lead time), pembelian kembali, model pembelian bahan baku, dimana perusahaan mengharapkan laba yang semaksimal mungkin. CV.AL-ABRAR merupakan perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur. Perusahaan ini memproduksi galon 19 liter, botol 1500 ml, botol 600 ml, botol 330 ml, cup gelas 240 ml.

Berdasarkan hal-hal diatas maka penulis mengambil judul ”ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU CUP 240 ML DENGAN METODE EOQ PADA CV.AL-BRAR” SURAKARTA.

B. Rumusan Masalah.

Berdasarkan berbagai kondisi yang telah dijelaskan sebelumnya maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Berapa jumlah pembelian bahan baku yang optimal oleh CV.AL-ABRAR agar dapat memenuhi permintaan?

2. Berapa total biaya persediaan bahan baku yang optimal oleh perusahaan CV.AL-ABRAR?

3. Berapa kuantitas persediaan pengaman (safety stock) yang dibutuhkan oleh perusahaan CV. AL-ABRAR?

4. Kapan waktu pemesanan kembali(Reorder Point)?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah:


(19)

commit to user

1. Untuk mengetahui jumlah pembelian bahan baku yang optimal oleh CV. AL-ABRAR agar dapat memenuhi permintaan.

2. Untuk mengetahui total biaya persediaan yang optimal oleh perusahaan CV. AL-ABRAR.

3. Untuk mengetahui kuantitas persediaan pengaman (safety stock) yang dibutuhkan oleh perusahaan CV.AL-ABRAR.

4. Untuk mengetahui waktu pemesanan kembali (Reorder Point).

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis karena penulis dapat menerapkan secara langsung teori-teori yang didapat selama di bangku kuliah dengan kondisi yang sebenarnya terjadi didalam suatu perusahaan.

2. Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi sehingga perusahaan dapat mengambil kebijakan yang lebih baik dalam hal pengendalian pengadaan barang. 3. Bagi pihak lain

Hasil penelitian ini dapat menambah bahan bacaan mengenai pengadaan persediaan barang dan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.


(20)

E. Metode Penelitian 1. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan desain kasus dengan mengambil suatu masalah dan melakukan analisis terhadap manajemen persediaan bahan baku yang optimal. Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk membantu menuturkan pemecahan masalah-masalah yang ada berdasarkan data, menyajikan data dan menganalisis data kemudian membuat kesimpulan.

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian yang diambil yaitu CV.AL-ABRAR Divisi AMDK yang berlokasi di Jl. KH. Agus Salim No.36 B, Kel. Sondakan, kec. Laweyan, Surakarta. Bergerak dibidang manufaktur yang memproduksi Galon 19 liter, Botol 1500 ml, Botol 600 ml, Botol 330 ml, Cup gelas 240 ml.

3. Jenis dan Sumber Data a. Jenis data:

1) Data kuantitatif adalah data yang berupa angka nominal dari perusahaan yang diteliti. Adapun data yang diperoleh:

a) Data jumlah kebutuhan bahann baku 2011 b) Data biaya pemesanan tahun 2011

c) Data penyimpanan bahan baku selama 2011

2) Data kualitatif adalah data yang menjelaskan secara diskriptif atau beberapa penjelasan tentang gambaran perusahaan. Adapun data yang diperoleh, yaitu:


(21)

commit to user

a) Informasi tentang sejarah berdirinya CV.AL-ABRAR Surakarta

b) Struktur organisasi perusahaan yang dimiliki oleh CV. AL-ABRAR Surakarta.

b. Sumber Data: Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari catatan-catatan dan dokumen-dokumen yang berada diperusahaan yang mencakup data kebutuhan bahan baku serta biaya-biaya pemesanan dan biaya-biaya penyimpanan, selain itu buku-buku teori perpustakaan yang berhubungan dengan penelitian.

4. Metode Pengumpulan Data a. Observasi

Melakukan pengamatan dan pencatatan melalui kunjungan langsung berupa magang kerja.

b. Wawancara

Mengadakan wawancara atau interview secara langsung kepada pihak perusahaan, terutama pada pihak yang terkait atau yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

c. Studi pustaka


(22)

d. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data-data sekunder perusahaan seperti sejarah perusahaan, struktur organisasi serta buklet-buklet yang berisi tentang perusahaan.

5. Metode Pembahasan.

Metode pembahasan yang digunakan adalah optimasi keputusan yaitu teknik untuk melakukan sintesa suatu keputusan optimal dalam bidang manajemen industri. Beberapa alat pendukung untuk sintesis keputusan adalah penggunaan teknik matematika dari operating reserch untuk membuat keputusan optimal dalam bidang manajemen industri.

Dengan rumus sebagai berikut:

a. Menentukan Besar EOQ

Q* (EOQ) =

Keterangan:

Q* =jumlah pesanan yang ekonomis

D = jumlah kebutuhan bahan dalam satuan (unit) per tahun S = biaya pemesanan untuk setiap kali pesan

H = biaya penyimpanan per unit per tahun b. Menentukan frekuensi pembelian


(23)

commit to user Keterangan:

F : frekuensi pembelian

D : pembelian yang diperkirakan per periode Q* : jumlah pembelian dengan EOQ

c. Menentukan total biaya persediaan

TIC = x S + x H Keterangan :

TC : total biaya persediaan.

Q : jumlah barang setiap pemesanan.

D : permintaan tahunan barang persediaan dalam unit. S : biaya pemesanan untuk setiap pemesanan.

H : biaya penyimpanan per unit per tahun

d. Menentukan besarnya persediaan pengaman ( safety stock).

SD = 2

Keterangan:

SD : standar deviasi.

X : pemakaian sesungguhnya. X : perkiraan pemakaian. N : jumlah periode.

Sedangkan rumus yang digunakan untuk menghitung pesediaan pengaman adalah:


(24)

Keterangan:

SS : persediaan pengaman. SD : standar deviasi

Z :faktor keamanan ditentukan atas dasar kemampuan perusahaan.

e. Menentukan besarnya titik pemesanan kembali (reorder point) ROP = ( LT x D ) + SS

Keterangan:

LT : Lead time

D : penggunaan rata-rata bahan baku per hari

SS : Safety stock


(25)

commit to user Kerangka Pemikiran

Kebijakan bahan baku perusahaan

Menentukan Q yang di dapat

perusahaan dengan metode

EOQ

Pengumpulan pemesanan & penyimpanan perusahaan

Menguraikan biaya pemesanan

& penyimpanan dengan metode

EOQ

Perbandingan Total biaya persediaan antara kebijakan perusahaan

dengan metode EOQ

Kebijakan yang lebih baik


(26)

Metode EOQ digunakan untuk mentukan persediaan jumlah bahan baku yang optimal. Dimana dalam penerapannya mempengaruhi besar kecilnya total biaya persediaan. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku maka perusahaan melakuan pembelian atau pemesanan bahan baku. Dengan menentukan biaya pemesanan dan penyimpanan yang dilakukan perusahaan dan EOQ maka diperoleh perbandingan Total biaya persediaan antara kebijakan perusahaan dengan metode EOQ.

Selain itu adanya persediaan pengaman(safety stock), dengan maksud untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan persediaan, disamping itu perusahaan pula menetapkan kapan akan mengadakan kembali atau pemesanan kembali (re-order point).


(27)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian persediaan.

Setiap perusahaan, baik perusahaan jasa maupun manufaktur selalu memerlukan persediaan, karena tanpa adanya persediaan, perusahaan akan dihadapkan pada resiko bahwa suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan konsumen. Perusahaan atau organisasi memerlukan persediaan karena tiga alasan yaitu adanya unsur ketidakpastian permintaan (permintaan mendadak), adanya unsur ketidakpastian pasokan dari supplier, adanya unsur ketidakpastian tenggang waktu pemesanan.

Persediaan adalah bahan mentah, barang dalam proses (work in process), barang jadi, bahan pembantu, bahan pelengkap, komponen yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan (Baroto, 2002:52).

Persediaan adalah barang yang mengganggur (idle resource) yang menunggu proses lebih lanjut , yang dimaksud proses lebih lanjut adalah berupa kegiatan produksi pada sitem manufaktur kegiatan pemasaran pada sistem distribusi ataupun kegiatan konsumen pangan pada sistem rumah tangga (Nasution, 2003:103).

Persediaan adalah barang-barang yang disimpan organisasi atau perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi sampai penjualan produk akhir kepada pelanggan(Daft, 2006:629)


(28)

Persediaan merupakan suatu jenis kekayaan yang dimiliki perusahaan dalam bentuk barang-barang bahan mentah, barang setengah jadi, serta barang jadi dengan maksud untuk dijual kembali secara langsung maupun melalui proses produksi dalam siklus ooperasi normal perusahaan, atau barang-barang yang masih dalam pengerjaan, proses produksi ataupun yang menunggu waktu penggunaan dalam suatu proses produksi. Pada dasarnya perusahaan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi produksi untuk memenuhi konsumen.

B. Jenis-jenis Persediaan

Menurut jenis dan posisi bahan didalam urutan pengerjaan produk, perusahaan dikelompokkan menjadi (Handoko,2000:334-335):

1. Persediaan bahan mentah (Raw Material)

Perusahaan barang-barang berujud ( seperti: baja, kayu dan komponen-komponen lainnya) yang digunakan dalam proses produksi.

2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/ component) Persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan secara langsung dirakit menjadi suatu produksi. 3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies)

Persediaan barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.

4. Persediaan barang dalam proses ( work in proses )


(29)

commit to user 5. Persediaan barang jadi ( finished goods )

Persediaan barang-barang yang telah selesai diproses /diolah dalam pabrik dan siap dijual atau dikirim kepada pelanggan.

C. Fungsi Persediaan

Menurut Handoko (2000:335-336) persediaan mempunyai 3 fungsi yaitu: 1. Fungsi Decoupling

Adalah memungkinkan operan-operan perusahaan internal dan eksternal mempunyai kebebasan (independence ). Persediaan ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier.

2. Fungsi Ekonomis Lot Sizing

Mempunyai penyimpanan persediaan perusahaan dapat memproduksi dan membeli sumber-sumber daya dalam kuantitas yang dapat mengurangi biaya-biaya per unit.

3. Fungsi Antisipasi

Sering perusahaan menghadapi fluktasi permintaan yang dapat diperkirakan atau diramalkan berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu yaitu permintaan musiman.

Sedangkan menurut Heizer dan Render (2005:60) fungsi persediaan adalah :

1. Untuk memisahkan beragam bagian produksi, sebagai contoh: jika pasokan sebuah perusahaan berfluktuasi, maka mungkin diperlukan persediaan-persediaan tambahan untuk men-decouple proses prooduksi dari pemasok.


(30)

2. Untuk men-decouple perusahaan dari fluktuasi permintaan dan menyediakan persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan bagi pelanggan. Persediaan semacam ini umumnya terjadi pada pedagang eceran.

3. Untuk mengambil keuntungan diskon kuantitas, sebab pembelian dalam jumlah lebih besar dapat mengurangi biaya produksi atau pengiriman barang.

4. Untuk menjaga pengaruh inflasi dan naiknya harga.

D. Sistem Persediaan

Sistem persediaan adalah suatu mekanisme mengenai bagaimana mengolah masukan-masukan yang sehubungan dengan persediaan menjadi out put, dimana untuk itu diperlukan umpan balik agar out put memenuhi standar tertentu. Mekanisme sistem ini adalah pembuatan serangkaian kebijakan yang memonitor tingkat persediaan, menentukan persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi, dan berapa besar pesanan harus dilakukan. Sistem ini bertujuan menetapkan dan menjamin tersedianya produk jadi, barang dalam proses, komponen, bahan baku secara optimal, dalam kuantitas yang optimal, dan pada waktu yang optimal.

Variabel keputusan dalam pengendalian persediaan dapat diklasifikasikan kedalam variabel kuantitatif dan variabel kualitatif. Variabel kuantitatif keputusan pada pengendalian sistem persediaan adalah sebagai berikut:


(31)

commit to user 3. Bagaimana mengendalikan persediaan.

Sedangkan variabel keputusan kualitatif keputusan pada pengendalian sistem persediaan adalah sebagai berikut:

1. Jenis barang apa yang dimiliki. 2. Dimana barang tersebut ada.

3. Berapa jumlah barang yang sedang dipesan.

4. Siapa saja yang menjadi pemasok masing-masing item.

Jadi tujuan dari sistem persediaan adalah menemukan solusi optimal terhadap seluruh masalah yang terkait dengan persediaan.

E. Biaya-biaya Dalam Persediaan

Biaya persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai biaya persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat persediaan, (Baroto,2002:55) biaya tersebut adalah akibat persediaan, (Baroto,2002:55) biaya tersebut adalah:

1. Harga pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang, besarnya sama dengan harga perolehan sediaan itu sendiri atau harga belinya.

2. Biaya pemesanan adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan pemesanan ke pemasok, besarnya biasanya tidak dipengaruhi oleh jumlah pemesanan.

3. Biaya penyiapan (gef up cost) adalah semua pengeluaran yang timbul dalam mempersiapkan produksi.


(32)

4. Biaya penyimpanan adalah biaya yang dikeluarkan dalam penanganan atau penyimpanan material, semi finished product, sub assembly, atau pun produk jadi.

5. Biaya penyimpanan meliputi:

a. Biaya kesempatan, penumpukan barang digudang berarti penumpukan modal.

b. Biaya simpan, meliputi: biaya sewa gudang, biaya asuransi dan pajak, biaya administrasi dan pemindahan, serta biaya kerusakan dan penyusutan.

c. Biaya keusangan, barang yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai karena perubahan teknologi.

d. Biaya-biaya lain yang besarnya bersifat variabel tergantung pada jumlah item.

e. Biaya kekurangan persediaan, bila perusahaan terjadi kehabisan barang pada saat permintaan, maka akan terjadi stock out.

Gambar II.1. Biaya-biaya dalam persediaan Biaya

produksi/ pembelian

Biaya simpan

Biaya pesan

Biaya stock out


(33)

commit to user

F. Tujuan Pengendalian Persediaan

Menurut Murdifin (2007:5-6) ada 5 tujuan pengendalian persediaan:

1. Untuk memelihara independensi operasi. Apabila sediaan material yang diperlukan ditahan pada saat kegiatan pengerjaan, dan jika pengerjaan yang dilaksanakan oleh pusat kegiatan produksi tersebut tidak membutuhkan material yang bersangkutan segera maka akan terjadi fleksibilitas pada pusat kegiatan produksi.

2. Untuk memenuhi tingkat permintaan yang bervariasi. Apabila volume permintaan dapat dketahui dengan pasti maka perusahaan memiliki peluang untuk menentukan volume produksi yang persis sama dengan volume permintaan tersebut.

3. Untuk menerima manfaat ekonomi atas pemesanan bahan dalam jumlah tertentu.

Apabila dilakukan pemesanan material dalam jumlah tertentu, biasanya perusahaan pemasok akan memberikan potongan harga.

4. Untuk menyediakan suatu perlindungan terhadap variasi dalam waktu penyerahan bahan baku.

Penyerahan bahan baku oleh pemasok kepada perusahaan memiliki kemungkinan untuk tertunda karena berbagai penyebab.

5. Untuk menunjang floksibilitas penjadwalan produksi.

Sehubungan dengan adanya gejala fluktuatif atas permintaan pasar maka perusahaan perlu pula mengatur penjadwalan produksi yang bervariasi.


(34)

G. Economic Order Quantity (EOQ)

EOQ merupakan jumlah pembelian yang ekonomis yaitu dengan melakukan pembelian secara teratur sebesar EOQ itu maka, perusahaan akan menanggung biaya-biaya pengadaan bahan-bahan yang minimal (Gito Sudarmo, 2002:245).

Adapun menurut Render dan Heizer (2010:92) EOQ merupakan salah satu teknik pengendalian persediaan tertua dan paling terkenal. Teknik ini relatif mudah digunakan tetapi, didasarkan pada beberapa asumsi sebagai berikut:

1. Tingkat permintaan diketahui dan bersifat konstan. 2. Lead time diketahui dan besifat konstan.

3. Persediaan diterima dengan segera. 4. Tidak mungkin diberikan diskon.

5. Biaya variabel yang muncul hanya biaya pemesanan dan biaya penyimpanan persediaan sepanjang waktu.

6. Keadaan kehabisan stock (kekurangan) dapat dihindari sama sekali bila pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat.

Dalam penerapan EOQ ada biaya-biaya yang harus dipertimbangkan dalam menentukan jumlah pembelian atau keuntungan yaitu:

1. Biaya pemesanan

Biaya pemesanan merupakan biaya-biaya yang akan langsung terkait dengan kegiatan pemesanan yang dilakukan perusahaan. Biaya


(35)

commit to user

(opportunity cost). Sebagai contoh, waktu yang hilang untuk memproses pesanan, menjalankan administrasi pesanan tersebut. Biaya pesan dalam satu periode, merupakan perkalian antara biaya pesan per pesan yang dinyatakan dengan notasi S dengan frekuensi pesanan dalam periode dinyatakan dengan

,

maka biaya pesanan dalam bentuk rumus sebagai

berikut:

Biaya pemesanan =

x S

Keterangan:

Q = Jumlah barang setiap pemesanan.

D = Permintaan tahuanan barang persediaan. S = Biaya pemesanan untuk setiap pesanan. 2. Biaya Penyimpanan

Biaya penyimpanan merupakan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan sehubungan dengan adanya bahan baku yang disimpan didalam pperusahaan. Adapun rumus biaya penyimpan adalah sebagai berikut:

Biaya penyimpanan =

x H

Keterangan :

Q = Jumlah barang setiap pemesanan. H = Biaya penyimpanan per unit per tahun

Hubungan antara kedua biaya ( biaya pesan dan biaya simpan) dengan jumlah pesanan dapat dilihat dari gambar berikut:


(36)

TC Costs in dollars

rCQ/2 AD/Q

Q* Order Quantity Q Gambar 2.2

Biaya persediaan metode EOQ Sumber: Render dan Heizer, 2010:70)

Biaya pesan menunjukan kurva menurun dengan tingkat yang semakin rendah. Walapun demikian, kurva ini tidak akan pernah memotong sumbu memdatar yaitu sumbu jumlah pesanan. Hal ini disebabkan karena apabila jumlah yang dipesan sedikit, maka dalam satu tahun berarti melakukan pesanan yang berulang kali ( frekuensi pesanan tinggi ). Dengan demikian biaya pesanan juga tinggi. Sebaiknya apabila jumlah yang dipesan besar, maka frekuensi pesanan rendah, dengan demikian biaya pesannya rendah.

Biaya simpan sebaiknya, merupakan garis yang selalu meningkat dengan semakin besarnya jumlah barang yang dipesan. Dan garis ini berbentuk lurus, karena biaya simpan dianggap proporsional kenaikannya. Semakin besar barang yang dipesan, semakin besar pula biaya simpannya. Dengan demikian garisnya akan berasal dari titik nol, kemudian


(37)

commit to user

Biaya persediaan yang diberi notasi TC, merupakan penjumlahan dari biaya pesan dan biaya simpan. TC minimum ini akan tercapai pada saat biaya simpan sama dengan biaya pesan. Pada saat TC minimum, maka pada jumlah pesanan tersebut dikatakan jumlah yang paling ekonomis (EOQ). Untuk menentukan TC adalah sebagai berikut:

TC = x S + x H

( Rendar dan Heizer, 2010:97) Keterangan :

TC = Total biaya persediaan.

Q = Permintaan tahunan barang persediaan(unit) S = Biaya pemesanan untuk setiap pesanan H = Biaya penyimpanan per unit per tahun

Sedangkan untuk menetukan jumlah pesanan yang ekonomis (EOQ) adalah sebagai berikut:

Q* (EOQ) =

( Render dan Heizer,2010:95) Keterangan:

Q* = Jumlah pesanan yang ekonomis

D = Permintaan tahunan barang pesediaan (unit) S = Biaya pemesanan untuk setiap pesanan H = Biaya penyimpanan per unit per tahun


(38)

H. Persediaan Pengaman (Safety stock)

Safety stock menurut Assauri ( 1998: 198) adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kerugian bahan ( Stock Out).

Menurut Ahyani, 1995 : 117 Safety Stock adalah persediaan yang dicadangkan sebagai pengaman kelangsungan proses produksi. Dengan adanya safety stock diharapkan proses produksi tidak akan terganggu oleh ketidakpastiaan persediaan bahan baku.

Rumusnya adalah :

SD = 2

Keterangan:

SD = Standard Deviasi

X = Pemakaian Sesungguhnya X = Perkiraan Pemakaian N = Junlah Data

Sedangkan Rumus yang digunakan untuk menghitung persediaan pengaman adalah:

SS = SD x Z Keterangan:

SS = Persediaan Pengaman (Safety Stock) SD = Standard Deviasi


(39)

commit to user

I. Waktu Tunggu ( Lead Time)

Untuk menjamin kelancaran proses produksi perusahaan perlu memperhatikan jangka waktu antara saat mengadakan pemesanan dengan pada saat penerimaan barang-barang yang dipesan dan kemudian dimasukkan ke dalam gudang. Lama waktu antara lain pemesanan bahan-bahan yang dipesan dinamakan lead time. Bahan baku yang datangnya terlambat mengakibatkan kekurangan bahan baku, sedangkan bahan baku yang datang lebih awal dari waktu yang ditentukan akan memaksa perusahaan untuk memperbesar biaya penyimpanan bahan baku.

J. Pemesanan Kembali atau Reorder Point (ROP)

Pemesanan kembali adalah suatu titik atau batas dari jumlah persediaan yang ada pada suatu saat dimana harus diadakan kembali (Assauri, 1999 : 196). Titik ini menunjukan kepada bagian pembelian untuk mengadakan pemesanan kembali bahan-bahan persediaan untuk menggantikan persediaan yang telah digunakan.

Dalam menentukan titik ini kita harus memperhatikan besarnya pengunaan bahan selama bahan-bahan yang dipesan belum datang dan persediaan minimum. Besarnya penggunaan selama bahan-bahan yang dipesan belum diterima ( selama lead time) adalah hasil perkalian antara waktu yang dibutuhkan untuk memesan ( lead time) dan jumlah penggunaan rata-rata bahan tersebut. Titik pemesanan kembali adalah hasil penjualan besarnya persediaan minimum.


(40)

Titk pemesanan kembali yang optimal adalah jumlah persediaan dimana seharusnya memesan kembali EOQ tambahan persediaan. Titik ini merupakan titik dimana penggunaan bahan, dengan toleransi kehabisan bahan tertentu, akan menghabiskan persediaan yang ada selama periode lead time yang diperlukan untuk memperoleh tambahan persediaan. Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan pemesanan kembali bahan baku adalah:

ROP = ( penggunaan rata-rata x lead time) + safety stock

K. Keunggulan dan Kelemahan EOQ

Di dalam menerapkan model EOQ untuk mengadakan persediaan bahan baku memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan yang akan diterima perusahaan.

Adapun keunggulan yang diterima perusahaan dengan menggunakan model EOQ adalah:

1. Perusahaan dapat mengetahui jumlah pembelian bahan baku yang optimal, sehingga perusahaan dapat mengetahui perkiraan anggaran yang harus dikeluarkan.

2. Proses produksi dapat terus berjalan tanpa khawatir akan kekurangan bahan baku karena adanya safety stock.

3. Perusahaan dapat mengetahui kapan saat pemesanan bahan baku dilakukan, sehingga kekurangan bahan baku yang akan menghambat proses produksi tidak terjadi.


(41)

commit to user

4. Investasi modal yang terlalu besar dalam mengadakan persediaan bahan baku dapat dikurangi, sehingga investasi dapat untuk bidang-bidang yang lain.

Adapun kelemahan yang dihadapi perusahaan dengan menggunakan EOQ adalah:

1. Kebutuhan akan data yang seringkali tidak tercukupi kecuali dikeluarkan biaya khusus untuk mengumpulkannya.

2. Laju penggunaan maupun biaya-biaya bahan selalu berubah-ubah dan hal ini memerlukan perhitungan EOQ kembali.

3. EOQ akan lebih baik penggunaan yang tetap, juga tidak menyalahkan metode tersebut apabila terjadi variasi musiman yang kuat terhadap permintaan.

4. Asumsi harga, dimana akan lebih baik digunakan apabila harga bahan baku adalah tetap, di mana kenyataannya perusahaan tidak dapat mengantisipasi perubahan harga.


(42)

BAB III

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

CV. AL ABRAR Divisi AMDK Kaafur merupakan sebuah perusahaan yang menghasilkan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang memproduksi air mium murni. Perusahaan ini didirikan pada bulan April 2004 di Jl. KH Agus Salim 36 B, Sondakan, Laweyan Surakarta, dengan SIUP. No 517/0253/PK/VI/2004 dan BPOM RI MD : 249111001296.

Produk yang dihasilkan yaitu air minum murni “KAAFUR”. Air minum murni ini adalah hasil proses filter berteknologi tinggi dengan tingkat kemurnian sampi 99 % diukur dengan Elektroda Air dan Total Dissolved Solid (TDS), didukung proses akhir ozonisasi dan (Ultraviolet) UV sehingga tidak ada apa-apa lagi termasuk mineral. Air minum ini tidak akan berlumut bila dijemur dalam waktu sekian tahun. Bagi orang yang belum terbiasa minum air murni “KAAFUR” kesan pertama terkadang terasa pahit karena “KAAFUR” adalah air murni yang tidak ada apa-apanya lagi dalam air, termasuk garam dan gula. Rasa pahit itu mungkin sebagai salah satu proses pelarutan toxic atau racun berupa endapan-endapan yang tidak berguna bagi tubuh kita, sehingga saat pelarutan itulah timbul rasa pahit.

Produk air minum murni ini awal berdirinya bernama TASNIM dengan mengusung “Air Minum Kesehatan”, kemudian pada tahun 2005 TASNIM


(43)

commit to user

menjadi Kaafur sampai dengan sekarang. Nama Kaafur sendiri berasal dari bahasa Arab yang artinya air yang turun dari surga.

Air minum Kaafur telah mencapai perkembangan yang cukup menggembirakan, semula dari kapasitas 10.000 liter/hari dan saat ini ditingkatkan menjadi 25.000 liter/hari. Perusahaan air minum murni Kaafur telah memproduksi dalam 5 kemasan varian produk yaitu galon 19 liter, botol 330 ml, botol 600 ml, botol 1500 ml, dan cup/gelas 240 ml. Peningkatan mutu dan kepuasan pelanggan merupakan komitmen dari CV. AL ABRAR Divisi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK), Kaafur sebagai perusahaan pendistribusian air minum murni dengan menetapkan kebijakan mutu :

1. Memproduksi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) sesuai dengan Standar Nasional Indonesia.

2. Berupaya mengelola perusahaan secara professional dengan melibatkan tanggung jawab seluruh karyawan.

3. Menjamin kontinuitas produk dan kepuasan pelanggan.

B. Tujuan Perusahaan

CV. AL ABRAR Divisi AMDK Kaafur didirikan memiliki dua tujuan baik secara umum maupun khusus.

Tujuan Umum :

1. Memenuhi kebutuhan, memberi kepuasan, dan pelayanan yang baik bagi pelanggan


(44)

Tujuan Khusus :

Untuk memperoleh keuntungan yang digunakan sebagai sumber penghasilan perusahaan guna kelangsungann hidup perusahaan dan sebagian keuntungannya merupakan pendapatan yayasan untuk sabilillah.

C. Struktur Organisasi Perusahaan

Gambar 3.1

Struktur Organisasi CV. AL ABRAR Divisi AMDK Kaafur Berdasarkan gambar diatas dapat diuraikan tugas dan tanggung jawab dari tiap

Quality Assurance Kepala Divisi Direktur Kabag Keuangan Kabag Umum & Personalia Kabag Produksi & QC Kabag PPIC Kabag Pemasaran Kabag Pengadaan & Gudang Seksi Produksi Seksi Administrasi Seksi Cleaning Service Seksi Penjualan Seksi Maintenance Seksi Transportasi


(45)

commit to user 1. Direktur

a) Menentukan misi dan tujuan organisasi. b) Memilih eksekutif.

c) Mendukung eksekutif dan tinjauan terhadap kinerjanya. d) Memastikan perencanaan organisasi yang efektif. e) Memastikan sumber daya yang mencukupi.

f) Menentukan dan memantau program dan jasa organisasi. g) Menentukan image organisasi ke publik.

h) Bertindak sebagai court of appeal (pengendalian perkara). i) Mengukur kinerjanya sendiri.

2. Quality Assurance

a) Menyelenggarakan kegiatan berdasarkan panduan mutu. b) Membuat perhitungan biaya, tinjauannya berdasar kualitas. c) Menindaklanjuti rencana mutu.

d) Melakukan pengontrolan proses dengan teknik statistic. e) Melakukan analisa penyebab kegagalan.

f) Dalaam bertindak mewakili atau persetujuan orang ketiga. g) Mengadakan sistem audit.

3. Kepala Divisi

a) Semua kebijakan perusahaan termasuk dalam kebijakan serta sasaran mutu.

b) Melaksanakan tinjauan manjemen sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan.


(46)

d) Pemeriksaan pemasok komponen produksi.

e) Pemeriksaan pemasok bahan penolong atau komponen produksi. f) Menentukan pembelian dengan sistem kredit.

g) Memeriksa keuangan perusahaan.

h) Mengadakan perjanjian dengan pihak luar.

i) Melaksanakan perubahan-perubahan yang diperlukan. j) Memberikan pengarahan kepada seluruh personel. 4. Kepala Bagian PPIC

a) Membuat planning produksi dan pemasaran berdasarkan repeat order. b) Membuat statistik dari data pemasaran dan produksi.

c) Memonitor perkembangan atau prestasi pelanggan. d) Memonitor sirkulasi cup dipelanggan.

e) Melakukan analisa secara berkala. 5. Kepala Bagian Produksi

a) Mengawasi dan bertanggung jawab atas jalannya kegiatan produksi. b) Mengendalikan proses produksi agar hasilnya selalu sesuai dengan

yang direncanakan.

c) Menjamin bahwa bahan baku, bahan penolong, dan bahan kemasan yang digunakan dalam proses produksi sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.

d) Menjamin bahwa produk yang dihasilkan sesuai dengan standar yang telah ditentukan.


(47)

commit to user 6. Kepala Bagian Quality Control

a) Cek harian

Memeriksa kondisi air baku

a. Sebelum proses produksi (check physic). b. Saat air datang dari supplier.

b) Cek mingguan

Memeriksa bakteriologis air yang siap diisikan. c) Cek Bulanan

Memeriksa bakteriologis air baku yang akan diproses. d) Cek Insidentil

1) Memeriksa kondisi fisik produk jadi (galon, gelas, botol 330 ml, botol 600 ml, dan botol 1500 ml).

2) Memeriksa bakteriologis produk jadi (galon, gelas, botol 330 ml, botol 600 ml, dan botol 1500 ml).

3) Melakukan pemeriksaan ulang terhdap produk yang di-complain oleh konsumen.

4) Mencatat produk yang tidak sesuai dengan standar.

5) Melakukan pemeriksaan terhadap bahan pembantu yang akan dipakai untuk proses produksi.

6) Mendata peralatan yang telah dan akan diproduksi.

7) Menjamin bahwa urutan produksi sudah sesuai dengan persyaratan SNI.


(48)

7. Kepala Bagian Keuangan

a) Mengendalikan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan keuangan agar sesuai dengan anggaran.

b) Mengendalikan piutang perusahaan.

c) Bertanggung jawab atas keluaran dan masuknya keuangan perusahaan. 8. Kepala Bagian Umum dan Personalia

a) Mengendalikan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pengadaan bahan baku, suku cadang, mesin, peralatan dan kepegawaian.

b) Merencanakan penerimaan dan penempatan karryawan sesuai dengan yang dibutuhkan.

c) Merencanakan dan mengendalikan pelatihan atau kursus terhadap karyawan dalam rangka peningkatan untuk pelaksanaan tugas.

9. Kepala Bagian Pemasaran

a) Bertanggung jawab terhadap pemasaran produk. b) Memajukan perluasan pasar.

c) Membuat perencanaan pemasaran produk, termasuk cara pengirimannya.

d) Melaksanakan tindakan koreksi dan pencegahan serta mengevaluasi perbaikan yang diperlukan.

10.Kepala Bagian Pengadaan dan Gudang

a) Mempersiapkan data barang kebutuhan pabrik yang akan dibeli. b) Mengadakan negoisasi dengan supplier.


(49)

commit to user 11.Seksi Administrasi

a) Mencatat order dari customer.

b) Merangkum dan melakukan koreksi terhadap laporan pemasaran, produksi, dan pengeluaran gudang.

c) Melaksanakan kegiatan surat-menyurat.

d) Melaksanakan tindakan koreksi pada kartu debitur. 12.Seksi Produksi

a) Melaksanakan proses produksi galon, botol, gelas/cup. b) Memperhatikan standar operasional

a. Proses pencucian kemasan.

b. Proses pencucian, penutupan, dan pengepakan.

c) Melakukan proses inspeksi produk yang dihasilkan, segera melapor jika terjadi penyimpangan dari standar yang ditentukan.

d) Mengirimkan atau menyerahkan hasil produksi ke gudang dalam keadaan tertata rapi.

e) Menjaga kebersihan mesin, lokasi pekerjaan dan peralatan kerja. 13.Seksi Maintenance

a) Menjamin bahwa seluruh peralaan dan mesin dalam keadaan baik dan siap dioperasikan.

b) Melakukan dan memelihara mesin dan peralatan. c) Melakukan perbaikan mesin dan peralatan.

d) Menyimpan dan memelihara dokumen yang berkaitan dengan pemeliharaan dan perbaikan peralatan.


(50)

e) Menjamin keadaan barang digudang dari kerusakan, penurunan kualitas serta kehilangan.

14.Seksi Transportasi

a) Mengirim produk ke konsumen sesuai instruktur kepala bagian pemasaran.

b) Melakukan perawatan mobil.

c) Menjamin bahwa mobil dalam keadaan baik dan siap untuk dioperasikan.

15.Seksi Penjualan

a) Menyiapkan produk yang akan dipasarkan.

b) Mengadakan kontrak atau negosiasi dengan para pembeli atau pelanggan.

c) Menjamin barang yang dipasarkan sampai ke pelanggan

d) Menyimpan dan memelihara dokumen yang ada pada seksi penjualan. e) Bertanggung jawab terhadap kebersihan seluruh lokasi perusahaan. f) Menyimpan dan memelihara peralatan kebersihan.

D. Aspek Personalia

1. Jumlah Tenaga Kerja

Jumlah pegawai pada CV. AL ABRAR Divisi AMDK Kaafur dari bulan ke bulan mengalami perubahan. Hal ini disebabkan dengan tingkat volume produksi dan permintaan dari pelanggan.


(51)

commit to user Tabel 3.1

Data Jumlah Tenaga Kerja

CV. AL ABRAR Divisi AMDK Tahun 2012

NO Jabatan

Jumlah Tenaga Kerja 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Kepala Divisi Kepala Bagian PPIC Kepala Bagian Keuangan

Kepala Bagian Umum dan Personalia Kepala Bagian Pemasaran

Kepala Bagian Produksi dan QC Kepala Bagian Pengadaan dan gudang Seksi Administrasi

Seksi Produksi Seksi Maintenance Seksi Transportasi Seksi Penjualan

Seksi Cleaning Service

1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 8 5 1


(52)

2. Pembagian Kerja

Sistem kerja dibagi menjadi 2 bagian yaitu :

a. Shift I : shift ini untuk karyawan kantor dan karyawan bagian produksi yang masuk pagi.

b. Shift II : shift ini untuk karyawan bagian produksi yang masuk malam saja.

Pembagian waktu kerja di perusahaan ini adalah : Shift I :

a. Hari Senin

Jam kerja mulai 07.45 WIB - 16.00 WIB dengan jam istirahat 12.00 WIB - 13.00 WIB.

b. Hari Selasa-Kamis

Jam kerja mulai 08.00 WIB - 16.00 WIB dengan jam istirahat 12.00 WIB – 13.00 WIB.

c. Hari Jum’at

Jam kerja mulai 08.00 WIB - 16.00 WIB dengan jam istirahat 11.30 WIB – 13.00 WIB.

d. Hari Sabtu

Jam kerja mulai 08.00 WIB - 16.00 WIB dengan jam istirahat 12.00 WIB – 13.00 WIB.

Shift II :

Hari Senin-Sabtu


(53)

commit to user 3. Sistem Pengupahan

Sistem pengupahan yang diterapkan oleh CV. AL ABRAR Divisi AMDK Kaafur adalah :

a. Upah bulanan

Yaitu upah yang diberikan kepada karyawan tetap dan diberikan setiap bulannya. Yang meliputi karywan staff kantor, karyawan produksi dan keamanan.

b. Upah mingguan

Yaitu upah yang diberikan pada akhir minggu. Upah ini diberikan untuk karyawan tidak tetap yaitu pada karyawan bagian produksi. 4. Kesejahteraan Karyawan

Dalam upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat kerja karyawan, maka perusahaan CV. AL ABRAR Divisi AMDK Kaafur selain memberikan upah juga memberikan kebijakan yang menyangkut kesejahteraan karyawan yaitu :

a. Memberikan THR (Tunjangan Hari Raya), yaitu tunjangan kesejahteraan yang diberikan setiap akhir tahun atau libur hri raya. b. Untuk karyawan yang sudah berkeluarga berhak mendapatkan

pelayanan kesehatan yang baik dari perusahaan terhadap (suami, istri ataupun anak-anaknya).

c. Memberikan pakaian seragam kepada seluruh karyawan.

d. Setiap bulannya perusahaan memberikan fasilitas 3 buah galon air murni kepada setiap karyawannya.


(54)

E. Aspek Produksi 1. Hasil Produksi

Perusahaan CV. AL ABRAR Divisi AMDK Kaafur menghasilkan produk dengan ukuran yang berbeda-beda. Hal ini bertujuan untuk memenuhi permintaan pelanggan. Adapun produk-produk yang dihasilkan perusahaan CV. AL ABRAR Divisi AMDK Kaafur adalah sebagai berikut :

a. Galon 19 liter b. Botol 1500 ml c. Botol 600 ml d. Botol 330 ml e. Gelas/cup 240 ml

2. Bahan-bahan yang Digunakan a. Bahan Produksi

Proses produksi pada CV. AL ABRAR Divisi AMDK Kaafur merupakan proses produksi secara terus menerus atau proses produksi continue. Bahan baku yang digunakan adalah air yang diambil dari sumber yang terjamin kualitasnya, untuk itu beberapa hal yang harus dilakukan untuk menjamin kualitas air meliputi :

1) Pemeriksaan organoleptik, fisika, kimia, microbiologi, dan radio aktif.

2) Sumber air baku harus terlindungi dari pencemaran kimia dan microbiologi yang bersifat merusak atau mengganggu kesehatan.


(55)

commit to user b. Bahan Penolong yang Digunakan adalah

1) Kemasan galon, botol, dan cup 2) Tutup galon, botol, dan cup 3) Seal galon, botol, dan cup 4) Stiker galon, botol

5) Double tape 6) Kardus 3. Mesin dan Peralatan

Mesin dan peralatan yang digunakan untuk memproduksi AMDK harus terbuat dari bahan yang tara pangan (food grade), tahan korosi, dan tidak bereaksi dengan bahan kimia. Dalam melaksanakan proses produksi, perusahaan CV. AL ABRAR Divisi AMDK Kaafur menggunakan mesin dan peralatan produksi berupa :

a. Bak atau tangki penampung air baku. b. Unit pengolahan air (water treatment).

Unit pengolahan air harus mempunyai alat desinfeksi (ozonator), lampu UV atau alat lain yang terdiri dari :

1. Prefilter

2. Filter carbon aktif 3. Microfilter

c. Mesin pencuci kemasan (bottle washer). d. Mesin pengisi kemasan (filling machine). e. Mesin penutup kemasan (capping machine).


(56)

Selain itu seluruh mesin dan peralatan yang kontak langsung dengan air harus terbuat dari bahan yang tara pangan (food grade), tahan korosi, dan tidak bereaksi dengan bahan kimia.

4. Proses Produksi

Secara garis besar proses produksi pada CV. AL ABRAR Divisi AMDK Kaafur adalah sebagai berikut

a. Penyediaan Air Baku

Pada tahap ini dilakukan proses pemompaan air baku dari sumbernya, yaitu air sumur ke dalam tangki-tangki penampungan air baku. Dalam tahap ini kandungan mineral (TDS) dalam tangki penampungan air baku masih tinggi sekali yaitu ± 200-300 ppm. b. Pengolahan Air Baku Menjadi Air Setengah Jadi

Tahap selanjutnya adalah pengolahan dari air baku menjadi air setengah jadi, dimana pada tahap ini dilakukan proses filtrasi dengan menggunakan pasir kuarsa dan filter 10 micron. Filtrasi ini dilakukan dengan tujuan untuk menyaring partikel-partikel kasar yang ada dalam air tersebut. Setelah dilakukan proses filtrasi dilanjutkan dengan proses penukaran ion, yaitu unsur mineral yang terdapat dalam bahan baku dihilangkan yaitu dengan menikat ion positif dan ion negative yang diproses melalui tabung kation dan tabung anion. Pada proses penukaran ion ini, TDS air yang tadinya ± 200 ppm menjadi 50 ppm. Setelah itu dimasukkan kedalam tangki-tangki penampungan air berkapasitas 8.000 liter.


(57)

commit to user

c. Pengolahan Air Setengah Jadi menjadi Air Jadi

Setelah dilakukan proses pengolahan air baku menjadi air setengah jadi, tahap selanjutnya adalah pengolahan dari air setengah jadi menjadi air jadi. Pada tahap ini sama seperti pada tahap proses pengolahan air baku menjadi air setengah jadi, yaitu dengan melakukan penukaran ion dan ditambah dengan proses filter dengan karbon aktif. Proses ini bertujuan untuk menyerap bau, rasa, warna, sisa khlor dan bahan anorganik, setelah itu dimasukkan kedalam bak penampungan air berkapasitas 6.000 liter. Pada tahap ini TDS air dapat turun lagi menjadi < 3 ppm.

d. Penyaringan dengan Mikrofilter

Penyaringan dengan menggunakan filter micro ini merupakan penyaringan bertingkat, karena menggunakan filter berukuran 5 µ, 3 µ , dan 1 µ. Filter ini berfungsi untuk menyaring partikel-partikel halus dan menghilangkan sisa-sisa anorganik maupun koloid.

e. Desinfeksi dengan Ozon dan Ultraviolet (UV)

Proses desinfeksi dapat berlangsung dalam tangki pencamur ozon dan selama ozon masih dalam kemasan. Kadar ozon pada tangki pencamur minimal 0,6 ppm dan kadar residu ozon sesaat setelah pengisian berkisar antara 0,1-0,4 ppm. Pemeriksaan kadar residu ozon dilakukan secara periodik dan didokumentasikan dalam administratif perusahaan. Tindakan desinfeksi ini dapat ditambah dengan melakukan penyinaran dengan lampu ultraviolet (UV). Dengan catatan, apabila menggunakan lampu ultraviolet harus dengan panjang gelombang 254


(58)

nm/2573 A dengan intensitas minimum 10.000 mw detik per cm². Tujuan dari proses desinfeksi ini adalah untuk mematikan bakteri-bakteri yang masih hidup. Kemudian dimasukkan ke dalam tendon stenlis dengan kapasitas 1500 liter air.

f. Pengisian, Penutupan, dan Pengepakan. 1) Pengisian dan Penutupan.

Setelah dilakukan proses pengolahan air bahan baku menjadi air jadi, maka air murni siap untuk diisikan kedalam galon, botol, dan cup yang proses pengisiannya dengan menggunakan mesin yang sudah terotomatis.

Pengisian dan penutupan botol atau cup harus dilakukan dengan cara yang higienis dalam ruang pengisian yang bersih dan saniter. Suhu dalam ruang pengisian maksimal 25º C.

2) Pengepakan

Tahap terakhir adalah pengepakan. Pengepakan terhadap produk yang sudah jadi ini dapat berupa : kotak karton, shrink, plastik atau krat plastik.


(59)

commit to user Gambar 3.2

Alur Proses Produksi CV. AL ABRAR Divisi AMDK Kaafur Air sumber atau air baku

Sand Filter

Finish Tank

Storage Tank I Carbon Filter

Storage Tank

Storage Tank II

Ozon Generation

CF 1 µ

CF 5 µ Ultra Violet

CF 10 µ


(60)

F. Aspek Pemasaran

Untuk meningkatkan dan memajukan hasil usaha, perusahaan CV. AL ABRAR Divisi AMDK Kaafur dalam memasarkan hasil produksinya mempunyai daerah pemasaran yang cukup luas diantaranya : Surakarta, Semarang, Ungaran, Boyolali, Pacitan, Wonogiri, Karanganyar, Klaten, Sukoharjo, dan Sragen. Untuk memasarkan hasil produksinya, perusahaan menggunakan saluran distribusi langsung dan tidak langsung artinya distribusi barang dari produsen langsung kepada konsumen dan dari produsen ke konsumen lewat penyalur terlebih dahulu.

G. Laporan Magang Kerja

1. Pengertian Magang Kerja.

Magang kerja merupakan kegiatan penunjang perkuliahan yang wajib dilakukan oleh mahasiswa dengan cara diterjunkan secara langsung ke dunia kerja dengan tujuan agar mahasiswa dapat melihat secara langsung aplikasi dari berbagai teori yang telah dipelajari dalam perkuliahan. Magang kerja ini wajib dilakukan oleh setiap mahasiswa Diploma III Jurusan Manajemen Industri pada semester akhir. Lamanya pelaksanaan magang kerja juga membantu mahasiswa dalam menyelesaikan Tugas Akhir. Perusahaan yang menjadi tujuan magang kerja yaitu perusahaan yang bersifat produksi.

2. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang Kerja.

Tempat pelaksanaan magang kerja di CV. AL ABRAR Divisi AMDK Kaafur yang berlokasi di Jl. KH Agus Salim 36 B, Kelurahan


(61)

commit to user

Sondakan, Kecamatan Laweyan, Surakarta. Waktu pelaksanaan magang kerja dimulai dari tanggal 1 Februari-29 Februari 2012.

3. Prosedur Magang Kerja

Selama dalam kegiatan magang kerja, perusahaan memberikan beberapa prosedur atau peraturan yang harus ditaati oleh mahasiswa antara lain sebagai berikut :

a) Mahasiswa wajib mengenakan pakaian sopan dan rapi. b) Magang kerja dilaksanakan mulai jam 08.00-16.00 WIB.

c) Setiap harinya, mahasiswa diharap lapor kepada keamanan pabrik (security) untuk melakukan absensi daftar hadir.

4. Tujuan Magang Kerja.

Membandingkan ilmu-ilmu yang diperoleh selama dibangku perkuliahan dengan aplikasi di lapangan ysng dilaksanakan di CV. AL ABRAR Divisi AMDK Kaafur, yaitu :

a) Mahasiswa dapat secara langsung aplikasi dari berbagai teori yang telah dipelajari dalam perkuliahan.

b) Mahasiswa mendapatkan pengalaman dan pengetahuan langsung mengenai berbagai aktivitas dalam dunia kerja.

c) Setelah lulus diharapkan mahasiswa mampu mengatasi permasalahan-permasalahan di dunia kerja.

5. Kegiatan Magang Kerja.

a) Minggu I (Tanggal 1-3 Februari 2012). 1) Pengenalan lingkungan perusahaan. 2) Wawancara dan Observasi.


(62)

3) Mengamati proses produksi.

b) Minggu II (Tanggal 6-10 Februari 2012). 1) Mengamati bahan-bahan yang digunakan. 2) Membantu bagian administrasi.

c) Minggu III (Tanggal 13-17 Februari 2012).

1) Meminta data-data yang di butuhkan dalam penelitian yang berkaitan dengan proses produksi dan produk akhir serta mengenai profil perusahaan.

2) Membantu serta mengamati pada bagian gudang. d) Minggu IV (Tanggal 20-24 Februari 2012)

1) Membantu merekap pengambilan barang dari gudang. 2) Membantu merekap kwitansi pelunasan.

e) Minggu V (Tanggal 27-29 Februari 2012).

1) Mengamati dan membantu pada bagian finising dan perpisahan pada seluruh karyawan.

H. Pembahasan Masalah

1. Kebutuhan bahan baku.

Selama ini CV. AL ABRAR dalam mengadakan persediaan bahan baku tidak menggunakan metode EOQ dan hanya dilakukan dengan peramalan dari bulan-bulan dan tahun sebelumnya yang ditambah dengan situasi-situasi tertentu yang mempengaruhi permintaan konsumen.


(63)

commit to user Tabel 3.2

Kebutuhan Bahan Baku Tahun 2011

NO BULAN CUP 240 ML

(dalam satuan unit)

1 Januari 144.000

2 Februari 73.000

3 Maret 251.000

4 April 202.000

5 Mei 238.000

6 Juni 186.000

7 Juli 10.000

8 Agustus 10.000

9 September 289.600

10 Oktober 80.000

11 November 362.800

12 Desember 138.800

JUMLAH 1.985.200


(64)

2. Pembelian bahan baku.

CV. Al-ABRAR melakukan pembelian pembelian atau pemesanan bahan baku 1 kali dalam sebulan, jadi dalam setahun perusahaan melakukan pemesanan sebanyak 12 kali.

Jumlah pembelian Rata-rata.

=

=

165433 unit

a. Biaya Pemesanan. 1) Biaya Telepon.

Biaya telepon adalah biaya yang timbul karena adanya hubungan komunikasi telepon dan faximile dalam proses pemesanan. Pada biaya ini, perusahaan memperkirakan biaya telepon dan faximile pemesanan diperkirakan 10% dari keseluruhan biaya telepon dan faximile perusahaan yaitu Rp. 1.200.000,-/ tahun x 10% = Rp. 120.000,-

2) Biaya administrasi yang dikeluarkan perusahaan selama 2011 sebesar Rp. 2.700.000,-


(65)

commit to user Tabel. 3.3

Biaya pesan kebutuhan bahan baku Tahun 2011

Biaya pesan jumlah

Biaya Telepon Rp. 120.000,00

Biaya Administrasi Rp. 2.700.000,00

Total biaya pemesanan bahan baku selama 1 tahun

Rp. 2.820.000,00

Sumber : CV.AL-BRAR

Jadi, biaya pemesanan sekali pesan adalah

=

= Rp. 235.000,00

b. Biaya penyimpanan bahan baku 1) Biaya listrik.

Biaya listrik ini timbul karena penggunaan listrik selama bahan baku disimpan di gudang untuk menunggu proses produksi. Perusahaan telah menetapkan biaya listrik 10% dari keseluruhan biaya listrik perusahaan. Jadi biaya listrik Rp. 6.000.000,-/tahun x 10% = Rp. 600.000,-

2) Biaya tenaga kerja.


(66)

3) Biaya pemeliharaan gudang.

Biaya yang dikeluarkan untuk memelihara gudang, karena gudang merupakan aset penting bagi perusahaan. Perusahaan telah menetapkan biaya gudang sebesar Rp. 700.000,-/tahun

Tabel. 3.4

Biaya simpan kebutuhan bahan baku Tahun 2011

Biaya Listrik Rp. 600.000,00

Biaya Tenaga kerja Rp. 20.000.000,00

Biaya pemeliharaan gudang Rp. 700.000,00

TOTAL Rp. 21.300.000,00

Sumber : CV.AL-BRAR

Jadi, biaya simpan per unit adalah

=

=Rp. 10,7/ unit

3. Kebijakan perusahaan

CV. AL-ABRAR dalam mengadakan persediaan bahan baku, perusahaan akan mengurangi pemesanan pada saat bahan bahan baku naik


(67)

commit to user

Hal ini menyebabkan perusahaan harus menanggung biaya simpan yang lebih tinggi karena menimbun bahan baku diwaktu tertentu. Data diperoleh secara lisan bahwa perusahaan melakukan pemesanan bahan baku 1 kali dalam 1 bulan atau 12 kali dalam setahun.

a. Pembelian rata-rata bahan baku (Q) dapat diperhitungkan berdasarkan kebijakan perusahaan, sebagai berikut:

Pembelian Rata-rata

=

=

165433 unit

Jadi, besarnya jumlah pembelian rata-rata bahan baku setiap kali pesan 165.433 unit

b. Total biaya persediaan.

Untuk memperhitungkan Total Biaya Persediaan, telah diketahui: 1) Total kebutuhan bahan baku (D) 1.985.200 unit 2) Pembelian rata-rata bahan baku (Q) 165.433 unit 3) Biaya pesan sekali pesan (S) 235.000,00 4) Biaya simpan per bahan baku (H) 10,7/unit

Perhitungan Total Biaya Persediaan (TIC), sebagai berikut: TIC =

( x S )+

x

H

)

=

(

x 235.000

)

+ x10,7

)

=

2.820.006+ 885.067


(68)

Jadi, Total biaya persediaan yang harus ditanggung perusahaan adalah Rp. 3.705.073

4. Metode EOQ.

Untuk menentukan jumlah pembelian persediaan bahan baku yang paling ekonomis pada CV.AL-ABRAR dapat menggunakan metode EOQ ( Economic Order Quantity). Metode ini digunakan untuk menentukan jumlah pembelian persediaan yang meminimumkan biaya langsung, penyimpanan persediaan dan biaya pemesanan kembali. Langkah-langkah dalam metode EOQ yaitu sebagai berikut:

a. Analisis besarnya persediaan barang yang optimal.

1) Biaya simpan / unit (C) 10,7/unit

2) Biaya pemesanan sekali pesan (S) 235.000,00 3) Kebutuhan bahan baku selama 1 tahun (D) 1.985.200 unit

Maka persediaan barang yang optimal adalah:

Q* (EOQ) =

Q*=

Q*=

=295.297,09 unit

= 295.297 unit( dibulatkan)

b. Frekuensi pengadaan yang ekonomis untuk kebutuhan bahan baku selama tahun 2011 adalah sebagai berikut:


(69)

commit to user Frekuensi pengadaan

6,7 kali

7 kali ( dibulatkan )

c. Total Biaya Persediaan atau TIC (Total Inventory Cost).

Total biaya persediaan adalah jumlah persediaan meliputi biaya pemesanan dan biaya penyimpanan barang. Langkah-langkah menghitung total biaya persediaan dengan metode EOQ adalah sebagai berikut:

1) Biaya simpan / unit (C) 10,7/unit

2) Kebutuhan barang selama 1 tahun (D) 1.985.200 unit 3) Biaya pesan sekali pesan (S) 235.000,00 4) Persediaan barang optimal (Q*) 295.297

Maka:

TIC =

(

)S

+

)C

=

(

)

235.000 +

)

10,7

= Rp. 1.579.839,95+ Rp. 1.579.838,95 = Rp. 3.159.678,9


(70)

d. Menentukan persediaan pengaman (Safety Stock).

Kebutuhanan perusahaan akan adanya barang tidak akan sama setiap bulannya, selain itu barang yang dipesan oleh perusahaan belum tentu selalu datang pada waktunya. Hal ini perlu diantisipasi oleh manajemen perusahaan yaitu dengan menyediakan persediaan pengaman atau safety stock. Hal ini dimaksudkan agar konsumen tidak kecewa apalagi barang yang digudang kehabisan stock barang. Penentuan jumlah persediaan pengamanan dilakukan dengan metode statistik yaitu dengan membandingkan pemakaian barang sesungguhnya dengan rata-rata pemakaian barang kemudian di cari berapa besarnya penyimpangan atau standar deviasi (SD). Standar Deviasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:


(71)

commit to user Tabel 3.5

Perhitungan Standar Deviasi

NO BULAN X X X – X (X –X)2

1 Januari 144.000 165.433 -21.433 459.373.489 2 Februari 73.000 165.433 -92.433 8.543.859.489 3 Maret 251.000 165.433 85.567 7.321.711.489 4 April 202.000 165.433 36.567 1.337.145.489 5 Mei 238.000 165.433 72.567 5.265.969.489 6 Juni 186.000 165.433 20.567 423.001.489 7 Juli 10.000 165.433 -155.433 24.159.417.489 8 Agustus 10.000 165.433 -155.433 24.159.417.489 9 September 289.600 165.433 124.167 15.529.396.689 10 Oktober 80.000 165.433 -85.433 7.298.797.489 11 November 362.800 165.433 197.367 38.953.732.689 12 Desember 138.800 165.433 -26.633 709.316.689

JUMLAH 1.985.200 134.161.139.468


(72)

SD = 2

=

=

= 105.735,96

Dengan asumsi bahwa perusahaan menggunakan standar penyimpangan sebesar 50% penyimpangan, serta menggunakan satu sisi dari kurva normal ( yang mempunyai nilai 1,65 dimana dapat dilihat dari tabel area kurva normal). Maka perhitungan besarnya persediaan pengaman (safety stock) adalah:

Safety Stock = Z x standar deviasi =1,65 x 105.735,96 = 174.464,33 unit

e. Analisis Titik Pemesanan Kembali (re order point).

Re order point adalah saat pemesanan kembali bahan baku. Metode ini digunakan untuk menentukan saat pemesanan kembali yang dapat, ketika perusahaan sudah harus mengadakan pemesanan kembali untuk material yang digunakan. Selain ini CV. AL-ABRAR akan menerima bahan baku yang dipesan dalam waktu 4 hari setelah pemesanan, jadi lead timenya 4 hari. Untuk menetukan re order point dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:


(73)

commit to user

Perhitungan rata-rata adalah sebagai berikut: Jumlah hari kerja dalam 1 tahun = 312 Jumlah pemakaian dalam 1 tahun = 1.985.200 Maka :

Penggunaan rata-rata / hari

=

6.362,82 unit ~ 6.363 unit Perhitungan Titik pemesanan kembali.

Diketahui :

U = penggunaan rata-rata / hari = 6.363 unit

L = waktu tunggu = 4 hari

Safety stock = 174.464,33

Maka :

ROP = ( U x L ) + safety stock = ( 6.363 x 4 ) + 174.464,33 = 199.916,33 unit

5. Perbandingan persediaan bahan baku antara kebijakan perusahaan dengan menggunakan metode EOQ

Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat dilihat perbandingan persediaan bahan baku antara kebijakan perusahaan dengan menggunakan metode EOQ. Adapun perbandingan tersebut adalah sebagai berikut:


(74)

Tabel 3.6

Perbandingan Persediaan Bahan Baku antara Kebijakan Perusahaan dengan metode EOQ.

NO Hal Kebijakkan

Perusahaan

Metode EOQ Selisih

1 Pembelian Bahan Baku

Optimal 165.433 unit 295.297 unit 129.864 unit 2 Frekuensi

Pembelian

12 kali 7 kali 5 kali

3 Total Biaya Persediaan

Rp. 3.705.073 Rp. 3.159.679 Rp. 545.394

4 Safety Stock

- 174.464,33 unit 5 Re Order

Point

- 199.916,33 unit

Sumber : CV.AL-ABRAR

Dari tabel 3.7 dapat di peroleh dari perbedaan antara kebijakan perusahaan dengan menggunakan metode EOQ adalah sebagai berikut: 1. Pembelian rata-rata bahan baku dengan metode EOQ lebih efisien.

Untuk bahan baku cup dalam jumlah 295.297 unit dengan 7 kali melakukan pemesanan dalam waktu satu tahun dan hanya menghabiskan biaya persediaan sebesar Rp. Rp. 3.159.679. jika


(75)

commit to user

pemesanan sebanyak 12 kali dalam waktu satu tahun dalam jumlah 165.433 unit yang menghabisakan biaya persediaan sampai dengan Rp. 3.705.073 maka dengan menggunakan metode EOQ perusahaan dapat menghemat biaya persediaan sebesar Rp. 545.394

2. Perusahaan tidak mengadakan safety stock atau persediaan pengaman, sedangkan menurut metode EOQ perusahaan harus mengadakan persediaan pengaman sebesar 174.464,33 unit. Karena dengan adanya persediaan pengaman (safety stock) diharapkan proses produksi tidak akan terganggu oleh ketidakpastian persediaan bahan baku.

3. Perusahaan tidak mencatat secara pasti kapan harus mengadakan pemesanan kembali karena bahan baku mudah di dapat. Menurut metode EOQ perusahaan harus mengadakan pemesanan kembali saat persediaan tinggal 199.916,33 unit.

Dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) maka perusahaan dapat melakukan pembelian bahan baku secara optimal, sehingga dapat meminimalkan biaya-biaya persediaan bahan baku. Antara lain: biaya pemesanan, biaya penyimpanan bahan baku. Dengan menggunakan metode EOQ pengendalian persediaan bahan baku perusahaan dapat lebih efisien dan lebih efektif jika dibandingkan dengan kebijakan perusahaan tanpa menggunakan metode EOQ.


(76)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan pengadaan persediaan bahan baku dilakukan CV.AL-ABRAR selama ini belum optimal dan belum menunjukan biaya yang minimum dalam arti biaya persediaannya masih lebih besar dibandingkan apabila perusahaan menerapkan pengendalian persediaan bahan baku dengan metode EOQ. Dalam hal ini dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:

1. Perbandingan antara hasil perusahaan tanpa menggunakan metode EOQ dan dengan menggunakan metode EOQ adalah sebagai berikut:

Kuantitas pembelian bahan baku cup yang dilakukan oleh perusahaan adalah 165.433 unit dengan 12 kali melakukan pemesanan dalam satu tahun. Sedangkan dengan metode EOQ, kuantitas pembelian bahan baku cup sebanyak 295.297 unit dengan 6 kali melakukan pemesanan.

2. Perbandingan total biaya persediaan antara hasil kebijakan perusahaan tanpa menggunakan metode dan dengan menggunakan metode EOQ adalah sebagai berikut:

Total biaya yang digunakan oleh perusahaan untuk pemesanan bahan baku cup dalam waktu satu tahun adalah Rp. 3.705.073 . Sedangkan apabila menggunakan metode EOQ total biaya persediaannya sebesar Rp.


(77)

commit to user

sebesar Rp. 545.394 untuk bahan baku cup saja, belum penghematan untuk bahan baku yang lainnya.

3. Perusahaan tidak mengadakan safety stock atau persediaan pengaman, sedangkan apabila perusahaan menerapkan metode EOQ dalam pengendalian bahan bakunya, maka perusahaan akan dapat menentukan persediaan pengaman untuk bahan baku cup sebesar 174.464,33 unit.

4. Dalam melaksanakan pembelian bahan baku , perusahaan harus selalu memperhatikan persediaan yang masih ada. Apabila hal tersebut tidak dilakukan, maka perusahaan perusahaan akan mengalami kekurangan atau kelebihan bahan baku. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka perusahaan harus melakukan pemesanan kembali bahan baku pada jumlah 199.916,33 unit

B. Saran

Setelah mengadakan perhitungaan dan menganalisis masalah yang dihadapi CV. AL-ABRAR, maka penulis mengajukan saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam kebijakan pengadaan bahan baku. Adapun saran-saran itu adalah sebagai berikut:

1. Hendaknya perusahaan menggunakan metode EOQ dalam kebijakan pengadaan bahan baku karena dengan menggunakan metode EOQ perusahaan akan mendapatkan kuantitas pembelian bahan baku yang optimal dengan biaya minimum dibandingkan kebijakan perusahaan sebelumnya.


(78)

2. Perusahaan sebaiknya menentukan besarnya safety stock dan re order point dalam pengendalian persediaan bahan baku untuk melindungi atau menjaga kemungkinan kekurangan bahan baku yang lebih besar dari perkiraan dan untuk menjaga kemungkinan keterlambatan bahan baku yang dipesan.


(1)

commit to user

Perhitungan rata-rata adalah sebagai berikut:

Jumlah hari kerja dalam 1 tahun = 312

Jumlah pemakaian dalam 1 tahun = 1.985.200

Maka :

Penggunaan rata-rata / hari

=

6.362,82 unit ~ 6.363 unit Perhitungan Titik pemesanan kembali.

Diketahui :

U = penggunaan rata-rata / hari = 6.363 unit

L = waktu tunggu = 4 hari

Safety stock = 174.464,33

Maka :

ROP = ( U x L ) + safety stock

= ( 6.363 x 4 ) + 174.464,33 = 199.916,33 unit

5. Perbandingan persediaan bahan baku antara kebijakan perusahaan dengan menggunakan metode EOQ

Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat dilihat perbandingan persediaan bahan baku antara kebijakan perusahaan dengan menggunakan metode EOQ. Adapun perbandingan tersebut adalah sebagai berikut:


(2)

Tabel 3.6

Perbandingan Persediaan Bahan Baku antara Kebijakan Perusahaan dengan metode EOQ.

NO Hal Kebijakkan

Perusahaan

Metode EOQ Selisih

1 Pembelian

Bahan Baku

Optimal 165.433 unit 295.297 unit 129.864 unit

2 Frekuensi

Pembelian

12 kali 7 kali 5 kali

3 Total Biaya

Persediaan

Rp. 3.705.073 Rp. 3.159.679 Rp. 545.394

4 Safety Stock

- 174.464,33 unit

5 Re Order Point

- 199.916,33 unit

Sumber : CV.AL-ABRAR

Dari tabel 3.7 dapat di peroleh dari perbedaan antara kebijakan perusahaan dengan menggunakan metode EOQ adalah sebagai berikut: 1. Pembelian rata-rata bahan baku dengan metode EOQ lebih efisien.

Untuk bahan baku cup dalam jumlah 295.297 unit dengan 7 kali melakukan pemesanan dalam waktu satu tahun dan hanya


(3)

commit to user

pemesanan sebanyak 12 kali dalam waktu satu tahun dalam jumlah 165.433 unit yang menghabisakan biaya persediaan sampai dengan Rp. 3.705.073 maka dengan menggunakan metode EOQ perusahaan dapat menghemat biaya persediaan sebesar Rp. 545.394

2. Perusahaan tidak mengadakan safety stock atau persediaan pengaman, sedangkan menurut metode EOQ perusahaan harus mengadakan persediaan pengaman sebesar 174.464,33 unit. Karena dengan adanya persediaan pengaman (safety stock) diharapkan proses produksi tidak akan terganggu oleh ketidakpastian persediaan bahan baku.

3. Perusahaan tidak mencatat secara pasti kapan harus mengadakan pemesanan kembali karena bahan baku mudah di dapat. Menurut metode EOQ perusahaan harus mengadakan pemesanan kembali saat persediaan tinggal 199.916,33 unit.

Dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ)

maka perusahaan dapat melakukan pembelian bahan baku secara optimal, sehingga dapat meminimalkan biaya-biaya persediaan bahan baku. Antara lain: biaya pemesanan, biaya penyimpanan bahan baku. Dengan menggunakan metode EOQ pengendalian persediaan bahan baku perusahaan dapat lebih efisien dan lebih efektif jika dibandingkan dengan kebijakan perusahaan tanpa menggunakan metode EOQ.


(4)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan pengadaan persediaan bahan baku dilakukan CV.AL-ABRAR selama ini belum optimal dan belum

menunjukan biaya yang minimum dalam arti biaya persediaannya masih

lebih besar dibandingkan apabila perusahaan menerapkan pengendalian persediaan bahan baku dengan metode EOQ. Dalam hal ini dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:

1. Perbandingan antara hasil perusahaan tanpa menggunakan metode EOQ dan dengan menggunakan metode EOQ adalah sebagai berikut:

Kuantitas pembelian bahan baku cup yang dilakukan oleh perusahaan adalah 165.433 unit dengan 12 kali melakukan pemesanan dalam satu tahun. Sedangkan dengan metode EOQ, kuantitas pembelian bahan baku cup sebanyak 295.297 unit dengan 6 kali melakukan pemesanan.

2. Perbandingan total biaya persediaan antara hasil kebijakan perusahaan tanpa menggunakan metode dan dengan menggunakan metode EOQ adalah sebagai berikut:

Total biaya yang digunakan oleh perusahaan untuk pemesanan bahan baku cup dalam waktu satu tahun adalah Rp. 3.705.073 . Sedangkan


(5)

commit to user

sebesar Rp. 545.394 untuk bahan baku cup saja, belum penghematan untuk bahan baku yang lainnya.

3. Perusahaan tidak mengadakan safety stock atau persediaan pengaman, sedangkan apabila perusahaan menerapkan metode EOQ dalam pengendalian bahan bakunya, maka perusahaan akan dapat menentukan persediaan pengaman untuk bahan baku cup sebesar 174.464,33 unit.

4. Dalam melaksanakan pembelian bahan baku , perusahaan harus selalu memperhatikan persediaan yang masih ada. Apabila hal tersebut tidak dilakukan, maka perusahaan perusahaan akan mengalami kekurangan atau kelebihan bahan baku. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka perusahaan harus melakukan pemesanan kembali bahan baku pada jumlah 199.916,33 unit

B. Saran

Setelah mengadakan perhitungaan dan menganalisis masalah yang

dihadapi CV. AL-ABRAR, maka penulis mengajukan saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam kebijakan pengadaan bahan baku. Adapun saran-saran itu adalah sebagai berikut:

1. Hendaknya perusahaan menggunakan metode EOQ dalam kebijakan

pengadaan bahan baku karena dengan menggunakan metode EOQ perusahaan akan mendapatkan kuantitas pembelian bahan baku yang optimal dengan biaya minimum dibandingkan kebijakan perusahaan sebelumnya.


(6)

2. Perusahaan sebaiknya menentukan besarnya safety stock dan re order

point dalam pengendalian persediaan bahan baku untuk melindungi atau

menjaga kemungkinan kekurangan bahan baku yang lebih besar dari perkiraan dan untuk menjaga kemungkinan keterlambatan bahan baku yang dipesan.