UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SHOOTING BOLA BASKET MELALUI PENERAPAN GAYA MENGAJAR DIVERGEN PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 2 PEMATANGSIANTAR TAHUN AJARAN 2014/2015.

(1)

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

RICKY ZULKARNAEN SIMARMATA NIM. 6103311194

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

srndi

P.ndidila!

Jmdani S€kolth (?J$ A€l.h Diperiks,

dtr

Disetujni

Uduk

Diuji DahB

M.np€rt

Luk

n SMpsi

M€&b,

Oktob€.2014

WffiN


(3)

Medan,

Deenb.r

2014

Dra Bsn

'ruddh

DrdN. M.K.r

DrlsrnrdiDrn

iLM.(6

M.!d

D1Str^rdiDrh

ilc

M.Kd


(4)

ii

Shooting Bola Basket Melalui Penerapan Gaya Mengajar Divergen Pada Siswa Kelas X Di SMA Negeri 2 Pematangsiantar Tahun Ajaran 2014/2015. Pembimbing Skripsi : (Usman Nasution).

Skripsi Medan: Fakultas Ilmu Keolahragaan UNIMED 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan proses hasil belajar shooting bola basket melalui penerapan gaya mengajar divergen pada siswa kelas X di SMA Negeri 2 Pematangsiantar Tahun Ajaran 2014/2015.

Penelitian ini yang menjadi subjek adalah siswa kelas X-PIA 1 yang berjumlah sebanyak 37 siswa yang akan diberikan tindakan melalui penerepan gaya mengajar divergen terhadap proses belajar shooting shet shot dalam permainan bola basket. Metode yang dipakai pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Hasil penelitian menyimpulkan : (1) Dari tes hasil belajar siklus I diperoleh sebanyak 25 orang siswa dengan nilai setelah dikonfersikan sebesar (67,57%) telah mencapai tingkat ketuntasan belajar sedangkan 12 orang siswa (32,43%) belum mencapai tingkat ketuntasan belajar. Dengan nilai rata-rata hasil belajar setelah dikonfersikan adalah 2,44 (2) Dari tes hasil belajar siklus II diperoleh data sebanyak 33 orang siswa dengan nilai setelah dikonfersikan sebesar (89,19%) yang telah mencapai ketuntasan dalam belajar dan 4 orang siswa (10,81%) masih belum tuntas. Dengan nilai rata-rata hasil belajar setalah dikonfersikan 2,81. Berdasarkan hasil analisis data dapat dikatakan bahwa melalui penerapan gaya mengajar divergen dapat meningkatkan hasil belajar shooting bola basket pada siswa-siswi kelas X SMA Negeri 2 Pematangsiantar Tahun Ajaran 2014/2015.


(5)

i

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LatarBelakangMasalah ... 1

B.Indentifikasi Masalah ... 5

C.Pembatasan Masalah ... 5

D.Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORITIS ... 7

A.Kajian Teoritis ... 7

1. Hakikat Pendidikan Jasmani ... 7

2. Hakikat Hasil Belajar ... 9

3. Hakikat Permainan Bola Basket ... 11

4. Hakikat Shooting Bola Basket ... 14

5. Hakikat Gaya Mengajar ... 19

6. Hakikat Gaya Mengajar Divergen ... 22


(6)

ii

2. Waktu penelitian ... 30

B.Subjek Penelitin………... 32

C.Metode Penelitian ... 33

D.Desain Penelitian ... 34

1. Tahap Perencanaan Tindakan ... 35

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 35

3. Observasi dan Evaluasi ... 35

4. Tahap Refeleksi ... 36

E. Instrumen Penelitian ... 36

1. Alat dan Perlengkapan ... 36

2. Panitia Pelaksana ... 36

F. Teknik Analisa Data ... 39

1. Reduksi Data ... 39

2. Paparan Data... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Deskripsi Data Penelitian ... 41

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

A. Kesimpulan ... 52


(7)

(8)

Tabel Halaman

1. Rubrik Penilaian Hasil Belajar Shooting Bola Basket ... … 38

2. Daftar Nilai Pre-Test, Nilai Siklus I dan Nilai Siklus II ... 41

3. Hasil Tes Awal Shooting Shet Shoot Bola Basket ... 43

4. Hasil Post-Test I (Siklus I) Shooting Shet Shoot ... 46

5. Hasil Post-Test II (Siklus II) Shooting Shet Shoot... 48

6. Nilai Rata-rata Tes Awal, Post-Test I dan Post-Test II ... 49

7. Langkah-langkah Pembelajaran Siklus I ... 58

8. Langkah-langkah Pembelajaran Siklus II ... 67

9. Nilai Pre Test Shooting Shet Shoot ... 72

10.Nilai Post-Test I Shooting Shet Shoot ... 74

11.Nilai Hasil Belajar Shooting Shet Shoot ... 75

12.Ketuntasan Hasil Belajar Shooting Shet Shoot Siklus I ... 76

13.Nilai Post-Test II Shooting Shet Shoot ... 78

14.Nilai Hasil Belajar Shooting Shet Shoot Siklus II ... 79

15.Ketuntasan Hasil Belajar Shooting Shet Shoot Siklus II ... 80

16.Perkembangan Hasil Belajar Untuk Siklus I dan Siklus II ... 82

17.Penjelasan Observasi Proses Pembelajaran ... 83


(9)

2. Set Shoot ... 15

3. Tahapan Pelaksanaan Shooting ... 16

4. Fase Persiapan Melakukan Shooting ... 19

5. Skema Siklus Dalam Penelitian Tindakan Kelas ... 32

6. Perbandingan Ketuntasan Belajar Pada Test Awal ... 43

7. Diagram Ketuntasan Belajar Pada Siklus I ... 46

8. Diagram Ketuntasan Belajar Pada Siklus II ... 48


(10)

1. Langkah-langkah Pembelajaran Siklus I ... 58

2. Langkah-langkah Pembelajaran Siklus II ... 67

3. Nilai Pre Test Shooting Shet Shoot ... 72

4. Nilai Post-Test I Shooting Shet Shoot ... 74

5. Nilai Hasil Belajar Shooting Shet Shoot ... 75

6. Ketuntasan Hasil Belajar Shooting Shet Shoot Siklus I ... 76

7. Nilai Post-Test II Shooting Shet Shoot ... 78

8. Nilai Hasil Belajar Shooting Shet Shoot Siklus II ... 79

9. Ketuntasan Hasil Belajar Shooting Shet Shoot Siklus II ... 80

10.Perkembangan Hasil Belajar Untuk Siklus I dan Siklus II ... 82

11.Penjelasan Observasi Proses Pembelajaran ... 83


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu bangsa dan negara. Oleh karena itu pendidikan berperan dalam menghasilkan sumber daya manusia. Pendidikan yang berkualitas tinggi akan membawa kemajuan suatu negara. Sebaliknya, terhambatnya atau merostnya pendidikan akan menghambat pembangunan negara yang bersangkutan.

Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah melalui proses pembelajaran di sekolah. Dalam usaha meningkatkan kualitas tersebut, guru merupakan faktor yang sangat mempengaruhi dalam proses belajar mengajar, karena walaupun kurikulum disajikan secara sempurna, sarana prasarana dengan baik, apabila guru belum berkualitas, maka proses belajar mengajar belum dikatakan baik.

Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah melalui gaya mengajar, sehingga memberikan nuansa yang menyenangkan bagi guru dan peserta didik.


(12)

Seiring dengan uraian diatas, penggunaan gaya mengajar dalam kegiatan proses belajar mengajar merupakan salah satu cara pendekatan yang bisa diharapkan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Namun semantara penyelenggaraan pendidikan jasmani disekolah selama ini berorientasi pada suatu titik pusat pada guru. Kenyataan ini dapat dilihat dilapangan melalui pengamatan-pengamatan yang dilakukan penulis bahwa gurulah yang mempunyai kuasa penuh dalam proses belajar mengajar tanpa mempertimbangkan aspek perkembangan motorik peserta didik. Sehingga gaya mengajar yang diajarkan tidak berjalan dengan baik.

Kualitas pembelajaran pendidikan jasmani tidak hanya berorientasi pada kemampuan motorik, tetapi juga pada aspek kognitif dan afektif. Melalui suatu gerakan siswa dituntut untuk mengetahui cara melakukan gerakan tersebut, mengetahui kebermanfaatan gerakan tersebut dan juga mampu menunjukan perilaku-perilaku positif selama pembelajaran (kerjasama, disiplin, mau berbagi tempat dan alat, jujur dan lainnya) yang diharapkan mampu juga diwujudkan siswa dalam kehidupannya sehari-hari. Jadi belajar melalui gerak lebih menekankan pada keterpaduan aspek pengetahuan (konitif), sikap (afektif), dan gerak (psikomotor).

Sejalan hal itu dalam penggunaan gaya mengajar sebagai alat bantu pelaksanaan mengajar merupakan salah satu bentuk pendekatan yang bisa diharapkan dalam meningkatkan hasil belajar. Gaya mengajar bisa diterapkan dalam berbagai mata pelajaran, salah satunya adalah pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani pada hakekatnya adalah belajar


(13)

gerak, dimana fungsi motorik seseorang itu memang disiapkan sedemikian rupa untuk bisa menuju kearah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dan berlatih. Didalam kurikulum pendidikan jasmani untuk sekolah lanjutan, permainan bola basket telah dimasukkan sebagai salah satu mata pelajaran pilihan disekolah.

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan di SMA Negeri 2 Pematangsiantar pada tanggal 24 April 2014 melalui guru penjas (Eduard Simarmata, S.Pd) terlihat bahwa pada saat proses pembelajaran berlangsung, banyak siswa yang terlihat kurang bersemangat dalam melakukan aktifitas pembelajaran. Kondisi proses pembelajaran selama ini dilakukan sekolah tersebut hanya memakai fasilitas seadanya, hanya memakai dua bola saja. Dalam proses pembelajaran penjas agar tercipta kondisi dan kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan siswa tidak mengalami kesulitan dan mampu mencapai sasaran belajar maka perlu diperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi antara lain : faktor tenaga pengajar , metode pengajaran , media/alat , dan fasilitas olahraga.

Informasi yang diperoleh dari guru penjas mengatakan masih rendahnya hasil belajar shooting, khususnya shooting set shot bola basket siswa kelas X SMA Negeri 2 Pematangsiantar Tahun ajaran 2014/2015 dari 37 siswa yang ada dari kelas X P IA-1 hanya ada 13 siswa yang lulus. Berarti dari data tersebut hanya sekitar 35% yang memahami shooting bola basket. Namun nilai itu belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal secara klasikal yang ditetapkan sekolah yaitu sekitar 85% dari


(14)

keseluruhan siswa. Hal ini berpengaruh pada hasil belajar siswa yaitu rendahnya nilai nilai siswa yang terlihat pada KKM yang diterapkan disekolah untuk pelajaran pendidikan jasmani adalah 2,50 (Permendikbud No 81A Tahun 2013). Belum diketahui secara pasti apa penyebabnya, apakah karena jam pelajaran yang singkat (hanya dua kali pertemuan), materi pembelajaran shooting bola basket yang terlalu sulit, metode pengajaran yang kurang tepat seperti contoh dengan hanya menggunakan gaya mengajar komando.

Hal ini menunjukan bahwa kurangnya variasi dalam gaya mengajar yang lain, sehingga mengakibatkan kegiatan hasil belajar mengajar hanya diperankan oleh guru itu sendiri. Disamping itu peserta didik merasa jenuh mengikuti pelajaran karena tidak melibatkan siswa berinteraksi dalam kegiatan hasil belajar mengajar tetapi sepenuhnya dikuasai oleh guru.

Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik untuk menerapkan gaya mengajar yang lain. Salah satu gaya mengajar yang dapat digunakan adalah gaya mengajar Divergen. Gaya mengajar Divergen merupakan salah satu gaya mengajar yang berpusat pada siswa. Dari bentuk gaya ini diharapkan mampu menjadi masukan dan cara alternatif lain dalam penggunaan dan penerapan gaya mengajar pendidikan jasmani di sekolah-sekolah. Sehingga pelaksanaan itu sendiri lebih bervariasi serta mampu menumbuhkan minat, motivasi dan kreativitas.


(15)

Dari uraian diatas penulis ingin melaksanakan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Shooting Bola Basket

Melalui Penerapan Gaya Mengajar Divergen Pada Siswa Kelas X Di SMA Negeri 2 Pematangsiantar Tahun Ajaran 2014/2015”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat di buat suatu gambaran tentang permasalahan yang di hadapi, maka masalah yang akan di teliti dapat di indentifikasi sebagai berikut :

1. Kurangnya sarana yang memadai.

2. Guru cenderung memberikan aktivitas pelatihan cabang olahraga bola basket, bukan memberikan aktivitas pembelajaran permainan bola basket. 3. Siswa kurang termotivasi dalam memberikan jawaban pada suatu

permasalahan.

4. Siswa cenderung pasif dan menunggu jawaban yang diberikan oleh guru. 5. Rendah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang diperoleh oleh siswa.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini efektif dan efesien maka peneliti membuat pembatasan masalah yang akan diteliti, untuk mempertegas sasaran yang akan dicapai. Maka yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah pelaksanaan metode belajar dengan menggunakan “Gaya Mengajar Divergen Yang Dikaitkan Dengan Shooting Shet Shot Bola


(16)

Basket Pada Siswa Kelas X Di SMA Negeri 2 Pematangsiantar Tahun

Ajaran 2014/2015”

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah : “Bagaimanakah Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Shooting Bola Basket Melalui Penerapan Gaya Mengajar Divergen Pada Siswa Kelas X Di SMA Negeri 2 Pematangsiantar Tahun Ajaran 2014/2015?”

E. Tujuan Penelitian

Yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh gaya mengajar Divergen dalam meningkatkan hasil belajar shooting bola basket pada siswa kelas X Di SMA Negeri 2 Pematangsiantar Tahun Ajaran 2014/2015.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Untuk menambah wawasan peneliti tentang gaya mengajar Divergen. 2. Merupakan masukan bagi guru terutama guru bidang studi pendidikan

jasmani dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat dalam menyajikan suatu materi.

3. Sebagai sumbangan pikiran dalam dunia pendidikan guna kemajuan pembelajaran bidang studi pendidikan jasmani pada khususnya.


(17)

BAB II

LANDASAN TEORITIS A. Kajian teoritis

1. Hakikat Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktifitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, dari pada hanya mengaggapnya sebagai seorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.

Pada kenyataanya, pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya serta hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia.

Perdefinisi, pendidikan jasmani diartikan dengan berbagai ungkapan dan kalimat. Namun esensinya sama, yang jika disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangkan keutuhan manusia. Dalam kaitan ini diartikan bahwa


(18)

melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain, misalnya pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada pendidikan moral, tetapi aspek fisik tidak turut terkembangkan baik langsung maupun secara tidak langsung.

Karena hasil-hasil kependidikan dari pendidikan jasmani tidak hanya terbatas pada manfaat penyempurnaan fisik atau tubuh semata, defenisi penjas tidak hanya menunjuk pada pengertian tradisional dari aktivitas fisik. Kita harus melihat istilah pendidikan jasmani pada bidang yang lebih luas dan lebih abstrak, sebagai suatu proses pembentukan kualitas pikiran dan juga tubuh.

Sungguh, pendidikan jasmani ini karenanya harus menyebabkan perbaikan „pikiran dan tubuh‟ yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang. Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini termasuk pula penekanan pada ketiga domain kependidikan psikomotor, kognitif, dan afektif.


(19)

2. Hakikat Hasil Belajar

Tinggi rendahnya kualitas suatu model pembelajaran dipengaruhi hasil belajar siswa dan dapat juga dilihat dari cara belajar siswa tersebut. Jika faktor ini dapat diatasi kemungkinan keberhasilan siswa semakin baik khususnya hasil belajar.

Perubahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar adalah hasil pengalaman atau praktek yang dilakukan dengan sengaja atau disadari. Proses yang dialami sekurang-kurangnya terjadi perubahan dalam diri siswa seperti penambahan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan.

Hasil belajar biasnya diperlihatkan setelah anak didik menempuh kegiatan belajarnya dalam proses belajar mengajar. Hal ini ditegaskan Sudjana (2005:22) mengungkapkan bahwa “hasil belajar siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”

Penguasaan hasil belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku penguasaan pengetahuan, keterempilan berpikir maupun keterampilan motorik. Menurut Slameto (2010:7) “hasil belajar siswa adalah kemampuan yang dicapai siswa setelah proses belajar mengajar”. Jadi tingkat pencapaian hasil belajar siswa diperoleh setelah mengikuti proses hasil belajar.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:3) “hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.” Dimana hasil belajar bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.


(20)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan kemampuan dalam diri siswa berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan, yang diperoleh setelah mengalami interaksi proses pembelajaran dan setelah dilakukan suatu tes.

Faktor-faktor yanng mempengaruhi hasil belajar siswa menurut Slameto (2006:54) :

1. Faktor intern adalah yang ada dari dalam diri individu yang sedang belajar yang terdiri dari tiga yaitu :

a. Faktor jasmaniah, ini akan mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Ada dua yang mempengaruhi proses belajar siswa yaitu kesehatan, dan cacat tubuh.

b. Faktor psikologis, ini pada umumnya dipandang lebih esensial yang terdiri dari intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan.

c. Faktor kelelahan, dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Dimana kelelahan jasmani membaring tubuh dan kecenderungan untuk membaringkan tubuh, sedangkan kelelahan rohani dilihat dari kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk belajar hilang.

2. Faktor ekstern adalah yang ada diluar individu yang terdiri dari tiga yaitu :

a. Faktor keluarga, dimana keluarga dapat mendukung setiap kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses belajar. Siswa akan menerima pengaruh berupa bagaimana cara orangtua mendidik anak, relasi yang baik antara anggota keluarga, suasana didalam rumah, dan keadaan ekonomi keluarga. b. Faktor sekolah dimana sekolah akan mempengaruhi baik

tidaknya siswa dalam kegiatan belajarnya yang dilihat dari metode guru dalam mengajar, kurikulum yang digunakan, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan sekolah dan tugas yang diberikan.

c. Faktor masyarakat, dimana siswa berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan lingkungan tempat tinggalnya. Hal ini yang mempengaruhi kegiatan belajar siswa dalam lingkungan dengan dipengaruhi mass media, teman bermain, dan bentuk kehidupan masyarakat sekitar tempat tinggal.


(21)

Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor internal siswa antara lain kemampuan yang dimiliki siswa tentang materi yang akan disampaikan, sedangkan faktor eksternal antara lain strategi pembelajaran yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar. Untuk itu dalam proses pembelajaran dibutuhkan peran guru dalam memilih penerapan gaya mengajar yang kreatif dan inovatif, agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Shooting bola basket merupakan salah satu mata pelajaran pokok ynag diajarkan di SMA. Taraf penyampaian hasil belajar disebut sebagai hasil belajar, yang dalam hal ini khususnya belajar shooting bola basket.

3. Hakikat Permainan Bola Basket

Menurut Ernawati Kusumaningsih (2010: 61) bola basket adalah permainan beregu dengan masing-masing regu beranggotakan lima pemain dimana permainannya dilakukan pada lapangan yang berukuran panjang 28 meter dan lebar 15 meter, cara memainkan bola dengan menggiring, melempar, melempar-tangkap dan menembak bola ke keranjang lawan. Permainan bola basket adalah suatu permainan yang dimainkan oleh dua regu yang masing-masing regu terdiri dari lima orang pemain. Jenis permainan ini bertujuan untuk mencari nilai atau angka sebanyak-banyaknya dengan cara memasukkan bola ke keranjang lawan dan mencegah lawan untuk mendapatkan nilai. Permainan bola basket merupakan kombinasi dari pertahanan dan menyerang, untuk itu


(22)

seorang pemain harus menguasai teknik dan keterampilan yang bukan hanya dasarnya saja tetapi mahir dalam bermain tak terkecuali bagi siswa SMA.

Saat ini ada beberapa peraturan bola basket aturan internasional untuk kompetisi antar Negara dibuat oleh FIBA (Federation Internasional De Basketball). Di Amerika Serikat, para pemain frofesional bermain dibawah peraturan NBA ( National Basketball Association). Di Indonesia bermain dibawah peraturan PERBASI ( Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia).

Bola basket dimainkan oleh dua tim dengan 5 pemain pertim. Tujuanya adalah mendapatkan nilai (skor) dengan memasukkan bola kekeranjang dan mencegah tim lain melakukan hal serupa. Bola dapat diberikan hanya dengan passing (operan) dengan tangan atau mendribblenya beberapa kali pada lantai tanpa menyentuhnya dengan dua tangan secara bersamaan. Teknik dasar mencakup footwork (gerakan kaki), shooting (menembak), passing (operan), menangkap, dribble, rebound, bergerak dengan bola, bergerak tanpa bola danwalaupun para pemain dibolehkan dalam posisi apapun, posisi yang paling umum pada tim dengan 5 pemain adalah pemain 1 sebagai pemain point guard, pemain 2 sebagai shooting guard, pemain 3 sebagai small forward, pemain 4 sebagai power forward, dan pemain 5 sebagai pemain tengah.


(23)

Bola basket terbentuk bulat bundar (spherical). Keliling bola basket untuk laki-laki maksimum 75 cm dan minimum 73,75 cm sedang untuk wanita maksimum adalah 72,5 cm dan minimum 71,25 cm. Papan pantul berukuran horizontal 180 cm, dan vertical 120 cm. Suatu kotak persegi panjang berukuran horizontal 60 cm dan vertical 45 cm, diletakkan dibelakang ring dengan garis bawahnya sejajar dengan ring. Tiap keranjang berdiameter 45 cm dan dengan sisi permukaan 305 cm diatas lantai. Lapangan pertandingan berbentuk persegi panjang dengan permukaan bebas hambatan dengan ukuran panjang 28 meter, dan lebar 15 meter. Suatu tembakan dari daerah dibelakang garis 3 point line memberikan nilai 3, tembakan lainnya bernilai 2 dan lemparan bebas bernilai 1.

Lama pertandingan terdiri dari 4 quarter, dimana masing-masing quarter berdurasi 10 menit. Masa istirahat antara quarter 1 dan 2 serta 4 dan 5 adalah 2 menit dan istirahat antara quarter 2 dan 3 adalah 15 menit. Periode perpanjangan waktu pertandingan adalah 5 menit, digunakan pada saat kedua tim memperoleh skor yang sama.

Pelanggaran waktu 3 second, jika berada lebih dari 3 detik baik dengan bola ataupun tanpa bola dan tidak melakukan tembakan ke ring lawan. Jika gagal menangkap bola dalam 5 detik setelah bola bersarang ke ring atau setelah bola diberikan wasit kepada inbounder dikenakan pelanggaran 5 detik. Memakai waktu lebih dari 8 detik atau lebih untuk membawa melintasi garis tengah (midcourt line) dikenakan pelanggaran


(24)

8 detik. Pelanggaran waktu 24 detik jika memakai waktu lebih dari 24 detik untuk melakukan tembakan ke ring lawan.

Gambar 2.1 Lapangan Bola Basket Sumber : (terbaruterpercaya.blogspot.com/...ngan-bola-basket) 4. Hakikat Shooting bola basket

Muhajir (2005:40) mengemukakan bahwa “Shooting (menembak) merupakan sasaran aktif setiap bermain”. Keberhasilan suatu regu dalam permainan selalu ditentukan oleh keberhasilan dalam menembak. Dasar-dasar teknik menembak sebenarnya sama dengan teknik melempar. Jadi, jika pemain menguasai teknik melempar atau mengoper (passing), maka pelaksanaan teknik menembak bagi pemain tersebut akan sangat mudah dan cepat dilakukan. Disamping itu, tepat tidaknya teknik gerakan dalam menembak akan menentukan pula berhasil tidaknya tembakan.


(25)

Ishak dan Rusdi (2009:35) jenis-jenis shooting ada beberapa macam, yaitu satu diantaranya adalah set shoot, dimana set shoot adalah melakukan shooting tanpa melompat dan semua mekanismenya seperti tahapan melakukan shooting.

Menurut Nuril Ahmadi (2007:34) dalam bukunya dikatakan “bahwa menembak bola ke ring adalah salah satu kegiatan yang harus dilakukan dalam permainan bola basket”. Belum tentu setiap pemain pada setiap saat berani melakukannya. Oleh karena itu penembakan ke ring sangat penting, maka setiap pemain harus diberanikan untuk melakukan tembakan ketika dimungkinkan.

Gambar 2.2 Set Shoot

Sumber : (terbaruterpercaya.blogspot.com/...ngan-bola-basket)

Ishak dan Rusdi (2009:33) mengemukakan bahwa “Shooting (menembak) adalah skill dasar bola basket yang paling dikenal dan digemari”. Karena setiap pemain pasti punya naluri untuk mencetak skor.


(26)

Agar pemain bisa menjadi shooter (penembak) yang baik, pemain tersebut harus menikmati latihan shootingnya sehingga pemain tersebut akan terus menerus melakukan latihan shooting, dan tidak mudah bosan.

Gambar 2.3 Tahapan Pelaksanaan Shooting

Sumber : (terbaruterpercaya.blogspot.com/...ngan-bola-basket)

Beberapa pelatih atau guru penjas mengatakan agar tercipta seorang shooter yang handal diperlukan latihan dalam jangka waktu yang lama. Namun dengan latihan shooting yang tepat, seorang pemain bisa menjadi shooter yang handal dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Dua prinsip dasar dalam permainan bola basket adalah menciptakan peluang shooting untuk mencetak skor saat offense, dan mencegah lawan melakukan hal sama saat defense.

Tiga faktor utama dalam permainan bola basket menurut Nuril Ahmadi (2007:12)

a) Penguasaan teknik dasar (fundamental) b) Ketahanan fisik (physical condition) c) Kerjasama (pola dan strategi)


(27)

Menurut Ishak dan Rusdi (2009:33) ada istilah yang berkaitan dengan teknik shooting dalam bola basket yang perlu dikenalkan kepada pemain sejak dini, yaitu BEEF, dimana :

a) B (Balance) : Gerakan selalu dimulai dari lantai, saat menangkap bola tekuklah lutut dan pergelangan kaki serta atur agar tubuh dalam posisi seimbang.

b) E (Eyes) : Agar shooting menjadi akurat, pemain harus segera mengambil fokus pada target (pemain dengan cepat mampu mengkordinasikan letak ring).

c) E (Elbow) : Pertahankan posisi siku agar pergerakan lengan tetap vertikal. d) F (Follow) : Kunci siku lalu lepaskan gerakan lengan, jari-jari dan

pergelangan tangan mengikuti kearah ring.

Mekanik shooting Bola Basket

Menurut Ishak dan Rusdi (2009:33) dalam bukunya mengemukakan bahwa Balance : shooting yang baik bermula dari posisi kaki yang siap (triple threat position). Target : ring adalah target shooting, maka fokus pandangan kita adalah ring. Shooting hand : cengkram bola dengan baik dan lebarkan jari-jari dengan nyaman, kecuali bagian telapak tangan tidak menyentuh bola. Tekukan pergelangan tangan tidak melebihi 70˚. Kunci siku pada posisi L. Kesalahan yang sering terjadi karena siku sebagai penopang terbuka kesamping. Balance hand : tangan pendukung ini digunakan hanya menjaga keseimbangan memegang bola sebelum bola meninggalkan tangan. Kesalahan sering terjadi saat mencengkram bola, dimana ibu jari ikut mendorong bola pada saat shooting. Release : teori ini mengajarkan bagaimana melepas bola dengan back spin (putaran bola


(28)

kebelakang). Hindari kebiasaan tidak melihat target dan hanya fokus melihat bola. Agar bola dapat back spin gunakan jari-jari untuk menekan bola ke atas, sesaat sebelum bola dilepaskan. Follow through : langkah terakhir shooting yang baik adalah pergerakan tangan dengan mengikuti ke arah ring. Siku tetap dikunci dan gunakan tenaga dorongan terakhir dari pergelangan tangan”.

Ishak dan Rusdi (2009:33) Fase persiapan melakukan shooting :

a) Mata melihat target/ring. b) Kaki dibuka selebar bahu. c) Jari kaki lurus kedepan. d) Lutut dilenturkan. e) Bahu dirileks-kan.

f) Tangan yang tidak menembak berada dibawah bola. g) Tangan yang menembak dibelakang bola.

h) Jari-jari rileks. i) Siku masuk kedalam.


(29)

Gambar 2.4 Fase Persiapan Melakukan Shooting

Sumber : (terbaruterpercaya.blogspot.com/...ngan-bola-basket)

5. Hakikat Gaya Mengajar

Mengajar merupakan suatu usaha dari pihak guru yaitu mengatur lingkungan sehingga terbentuklah suasana yang sebaik-baiknya bagi siswa untuk belajar. Mengajar juga dapat didefenisikan sebagai segala usaha yang sengaja dilakukan dalam rangka memberi kemudahan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Mengajar merupakan suatu aktifitas mengelolah, mengorganisasikan atau mengatur lingkungan dengan baik dan mengaitkannya dengan siswa sehingga terjadi proses belajar.


(30)

Mengajar menurut Husdarta dan Saputra (2000:3) mengajar adalah : “merupakan suatu proses yang sangat kompleks, guru berperan tidak hanya sekedar menyampaikan informasi kepada siswa saja tetapi juga guru harus membimbing siswa agar siswa mau belajar, karena belajar adalah upaya yang disengaja, maka guru terlebih dahulu harus mempersiapkan bahan yang akan disajikan kepada siswa”.

Belajar mengajar adalah kegiatan yang berbeda tetapi keduanya merupakan kegiatan yang sejalan dan searah. Belajar merupakan proses yang terjadi dalam diri manusia dan berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses belajar itu manusia menggunakan pikiran, perasaan, kemampuan dan budi pekertinya. Kegiatan belajar mengajar salah satu langkah dalam proses pendidikan, dengan kegiatan belajar dilakukan siswa dan mengajar dilakukan oleh guru. Untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa, maka dibutuhkan proses strategi mengajar. Brotosuroyo (1993:149) “tujuan strategi mengajar adalah untuk memberikan kontrol diri, keterlibatan, tanggung jawab diri dan perhatian terhadap siswa supaya kualitas-kualitas ini akhirnya membentuk kualitas dapat berjalan terus dan bergairah didalam kehidupan mereka baik didalam maupun diluar dunia pelajaran pendidikan jasmani”.

Strategi mengajar yang diterapkan oleh guru dalam proses belajar mengajar adalah dengan memilih gaya mengajar yang cocok, Sardiman (2009:47), “mengajar pada dasarnya merupakan suatu untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan


(31)

untuk berlangsungnya proses belajar”. Hal ini berarti dalam proses belajar mengajar, mengajar dan gaya mengajar merupakan suatu cara yang dilakukan guru untuk mengoptimalkan pembelajaran yang dibuat melalui pengambilan keputusan sejalan dengan aksi pengajaran. Luthan, R (2000:29) berpendapat bahwa: “gaya mengajar adalah siasat untuk menggiatkan partisipasi siswa untuk melaksankan tugas ajar”. Hal ini sejalan dengan pendapat Husdarta dan Saputra (2000:21) “gaya mengajar merupakan interaksi yang dilakukan guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar agar materi yang disajikan dapat diserap oleh siswa”. Pendapat lain tentang gaya mengajar yang dikemukakan Brotosuroyo (1993:250) “yaitu sebagai upaya menjembatani antara pokok bahasan dan belajar. Gaya mengajar merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam proses kegiatan di sekolah. Gaya mengajar dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Memilih gaya mengajar yang tepat membuat interaksi yang lazim antar guru dan siswa yang menghasilkan pencapaian hasil belajar yang optimal”.

Sesuai dengan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa gaya mengajar merupakan salah satu cara dalam usaha mencapai hasil belajar siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Begitu juga dalam pengajaran materi shooting bola basket diharapkan gaya mengajar yang tepat menjadi salah satu solusi didalam membantu siswa dalam pencapaian hasil belajar yang optimal.


(32)

6. Hakikat Gaya Mengajar Divergen

Mosston dan Ashworth (1994) dalam diktat Ika Kusumasari (2000:72) menyatakan bahwa : “Gaya mengajar Divergen merupakan salah satu bentuk pemecahan masalah. Dalam gaya ini siswa memperoleh kesempatan untuk mengambil keputusan mengenai suatu tugas yang khusus didalam pokok bahasan”.

Gaya mengajar merupakan keputusan – keputusan yang dibuat oleh guru dan siswa dalam suatu kegiatan belajar mengajar dalam upaya untuk menjaga konsistensi belajar siswa. Mosston (1994:2) mengungkapakan bahwa : ”pola hubungan pembuatan keputusan yang dibuat guru dan siswa disebut gaya mengajar”. Dari uraian di atas jelas bahwa gaya mengajar bukan hanya suatu tata cara yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran, melainkan bagaimana seorang guru bisa melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan.

Menurut(www.tsubasaozora10.wordpress.com/gaya/mengajar) yg penulis kutip, gaya mengajar Divergen merupakan suatu bentuk pemecahan masalah. Dalam gaya ini siswa memperoleh kesempatan untuk mengambil keputusan mengenai suatu tugas yang khusus di dalam pokok bahasan. Gaya ini memungkinkan jawaban-jawaban pilihan. Ini berbeda dengan gaya Penemuan Terpimpin, yang pertanyaan-pertanyaannya disusun untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang konvergen. Gaya ini disusun sedemikian rupa sehingga suatu masalah


(33)

pertanyaan atau situasi yang dihadapkan kepada siswa akan memerlukan pemecahan. Rancangan-rancangan yang diberikan akan membimbing siswa untuk memenuhi pemecahan atau jawaban secara individual.

1. Anatomi Gaya Divergen

A B C D E F G

Pra-Pertemuan Dalam Pertemuan Pasca Pertemuan G G G G S G G P a G S S G S S G S G G S G S S G

a. Pra-Pertemuan

Guru membuat tiga keputusan utama: 1) Pokok bahasan umum

2) Pokok bahasan khusus yang berpusat pada episode

3) Menyusun masalah khusus untuk memperoleh jawaban ganda dan pemecahan yang divergen.


(34)

b. Saat Pertemuan

1) Siswa menentukan jawaban dari masalah

2) Dalam perangkat selama pertemuan berlangsung ini, siswa mengambil keputusan-keputusan yang menyangkit hal-hal khusus dalam pokok bahasan, yang menanggapi masalah yang diajukan oleh guru. c. Pasca-Pertemuan

1) Siswa menilai pemecahan yang telah ditemukan

2) Pemeriksaan (verifikasi) mencakup membandingkan pemecahan dengan masalah yang dirumuskan oleh guru.

Gaya mengajar divergen merupakan salah satu gaya mengajar yang berpusat pada siswa, Seperti yang diutarakan oleh Mosston “for the first time the learner is enganged in discovering and producing options within the subject matter”. Jadi siswa disini memiliki peran dan ikut serta secara langsung dalam membuat pilihan dan penemuan di dalam pembelajaran. Tugas siswa pada pembelajaran dengan gaya mengajar divergen adalah untuk menemukan jawaban terhadap permasalahan. Seperti yang diutarakan Mosston “ the role of the learner has been either to replicate

and perform or to discover the specific target”. Gaya mengajar divergen berbentuk tugas – tugas dimana siswa berperan dalam membuat keputusan. Guru hanya bertugas memberikan dan membimbing siswa dalam permasalahan yang harus di selesaikan. Jawaban dari permasalahan itu harus memiliki jawaban yang banyak atau berbeda –


(35)

beda, gaya mengajar divergen juga memberikan kesempatan pada siswa untuk merancang suatu kegiatan dalam sebuah pembelajaran yang diberikan oleh guru. Siswa dituntut untuk menemukan jawaban yang bervariasi dengan menggunakan kreatifitasnya, keaktifannya dan kerja sama dalam pembelajaran untuk menghasilkan jawaban – jawaban tersebut. Seperti yang diutarakan oleh Furqon (68) menyatakan bahwa “gaya mengajar divergen merupakan suatu bentuk pemecahan masalah”. Sasaran metode divergen adalah:

a. Mendorong siswa untuk menemukan pemecahan ganda melalui pertimbangan-pertimbangan kognitif.

b. Mengembangkan “wawasan” ke dalam struktur kegiatan dan menemukan variasi.

c. Memungkinkan siswa untuk bebas dari guru dan melampaui jawaban-jawaban yang diharapkan.

d. Mengembangkan kemampuan untuk memerikasa dan menganalisis pemecahan-pemecahannya.

Menurut Mosston (1994 :200) Gaya mengajar divergen memiliki struktur “Stimulus > Cognitive Dissonance > Mediation > Discovery.”. Dari uraian tersebut alur gaya mengajar divergen diawali dengan pemberian rangsangan, ini bisa diberikan dalam bentuk memberikan permasalahan sehingga siswa dituntut untuk berfikir sehingga mereka terangsang untuk berfikir. Cognitive dissonance pada tahapan ini siswa akan mencari cara penyelesaian permasalahan dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya. Mediation pada tahapan ini siswa akan menemukan jawaban dan pada gaya mengajar divergen ini, siswa akan menemukan jawaban yang beragam. Discovery pada tahap ini siswa


(36)

pembuatan jawaban dari permasalahan ke dalam bentuk praktek. Tujuan dari gaya mengajar divergen menurut Mosston (1994:201) yaitu:

1. To invite the cognitive capacities of the teacher in designing problems for a given subject matter area.

2. To invite cognitive capacities of the learner in discovering multiple solutions to any given problem in physical education

3. To develop insight into the structure of the activity and discover the possible variations within this structure. 4. To reach the level of affective security that permits the

teacher and the learner to go beyond accepted, conventional responses.

5. To develop the ability to verify solutions and organize them for specific purposes.

Dari uraian di atas guru dalam penggunaan gaya mengajar divergen dituntut untuk membuat permasalahan pada pembelajaran yang akan diberikan, dan guru dituntut menggunakan pengetahuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan tersebut sehingga siswa dapat didorong untuk berfikir. Seorang guru harus dapat membiasakan siswa memiliki pandangan yang luas pada susunan pembelajaran sehingga dapat menghasilkan banyak jawaban ynag mungkin. Dengan gaya divergen, siswa diarahkan agar terbiasa dengan pencarian permasalahan, lalu siswa dituntut untuk menemukan solusi ke dalam praktek.

Dari tujuan penerapan gaya mengajar divergen yang diuraikan oleh Mosston di atas, maka hasil belajar yang diharapkan terjadi dan dinilai oleh guru dalam shooting bola basket berupa respons jawaban yang diberikan oleh siswa seperti, cara berfikir siswa dalam menemukan


(37)

dan merumuskan cara melakukan shooting bola basket, siswa terbiasa mencarai jawaban yang dapat muncul dalam pembelajaran.

Dalam penerapan gaya mengajar divergen ini dijelaskan oleh Mosston (1994:202) menjelaskan ada beberapa tahapan pengambilan keputusan yang dibuat oleh guru yaitu:

1. Preimpact, the teacher make decision about the general subject matter, decision about specific topic, and decision about design problem of series that will elicit divergen solution. Teacher must first have insight into specifik elements of the activity, the sequence of the activity, and the structure of the activity..

2. Impact set the learner decides which multiple and divergent solutions adre applicable to the problem. The solutions discovered by the learner become the subject matter, the content of the episode.

3. Post Impact, the learner makes evaluation decisions about the discover solutions.vthe more the learner is engaged in the post impact phase, the more the objective of this style is reached.

Dari uraian di atas terdapat 3 tahapan yang harus dibuat oleh guru, pertama pre impact, pada tahapan ini guru menyiapkan materi yang dapat mengarahkan siswa kedalam pemikiran divergen, guru harus menyusun kegiatan yang terhubung dari satu permasalahan ke permasalahan yang lain. Impact pada tahapan ini guru harus mengarahkan dan membimbing siswa untuk memutuskan penyelesaian dari permasalahan yang diberikan. Post impact, pada tahapan ini siswa akan memeriksa jawabannya, jika siswa bisa menemukan jawaban yang beragam maka tujuan dari gaya ini tercapai.


(38)

Agar tujuan dari gaya mengajar divergen dapat tercapai, maka seorang guru Penjas harus menyusun kegiatan dan menerapkan aspek dalam gaya mengajar divergen yang diutarakan oleh Mosston (1994:206) “1. The design of a single problem and its consequences, 2. The design of sequence of problem, 3. Guidelines for designing problems in various acticities.”. dari uraian tersebut guru Penjas terlebih dahulu harus menyusun permasalahan tunggal yang harus diselesaikan oleh siswa juga membuat kemungkinan – kemungkinan yang akan diberikan oleh siswa. Lalu menyusun bentuk permasalahan yang berkelanjutan, bentuk permasalahan yang dibuat harus berhubungan dari permasalahan tunggal yang dibuat, seperti penambahan pada inti masalah sehingga siswa dapat meencari jawaban permasalahan tersebut. Membuat garis pembimbing untuk permasalahan yang dibuat kedalam kegiatan yang beragam. Dari setiap kegiatan yang beragam tersebut harus terhubung sehingga penyelesaian divergen dapat diterapkan oleh siswa.

Tujuan utama dari gaya mengajar ini adalah untuk membiasakan siswa menghasilkan berbagai macam jawaban terhadap permasalahan tunggal. Mosston mengungkapkan tugas guru dan siswa yang terjadi pada penggunaan gaya mengajar divergen yaitu:

Role of learner:

1. To produce divergent responses ( multiple responses to the same questions)

2. To ascertain the validity of the responses


(39)

Role of Teacher:

1. To make the decision about the question to be asked 2. To accept the responses

3. To serve of verification in some subject matter tasks.

Didalam penggunaan suatu gaya mengajar terdapat kelebihan dan kekurangan, menurut Berliana (2008) yang di kutip oleh Muldan (2011) yaitu:

Kelebihan:

- Melibatkan aspek kognitif sehingga memberikan kemungkinan untuk

berkembang secara harmonis.

- Memahami pernyataan dan jawaban memberikan kesempatan kepada

siswa memahami hubungan antara proses dan hasil belajar.

- Ganjaran dan dorongan yang tetap yang terkandung dalam proses

belajar mengajar cenderung mendorong siswa membentuk citra dirinya dan membangkitkan perhatian dan keterlibatannya pada pokok bahasan. Kekurangan:

- Nampak sangat bertele – tele sering menimbulkan kebosanan bila tidak

segera menemukan target belajarnya.

- Diperlukan banyak waktu untuk membimbing siswa, yang

menimbulkan keengganan guru membuat persiapan secara cermat. - Sangat menekankan pada laju kecepatan belajar siswa.


(40)

B. Kerangka Berfikir

Seorang guru berkewajiban menciptakan proses belajar mengajar yang efektif sehingga dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu, guru haru mampu menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dan dapat meningkatkan minat, kreatifitas, dan dapat meninghindarkan kejenuhan belajar pada siswa.

Segala daya upaya dilakukan guru supaya kegiatan pembelajaran yang terjadi didalam dan diluar kelas tetap menarik, misalnya dengan menggunakan gaya mengajar yang tidak monoton dan diharapkan siswa dapat menyerap materi pelajaran secara maksimal yang akan berdampak terhadap hasil belajar yang diperoleh.

Dalam pembuatan keputusan pada awal pengajaran tentang gaya mengajar yang akan digunakan oleh guru pendidikan jasmani sangatlah penting untuk mencapai pengajaran yang sukses. Dalam pengajaran disekolah, gaya mengajar merupakan faktor penting yang tidak boleh dikesampingkan. Untuk itu gaya mengajar sangatlah berperan penting pada hasil proses pembelajaran di sekolah, sarana dan prasarana juga mendukung pada keberhasilan pembelajaran siswa.

Sesuai dengan ketentuan-ketentuan diatas yang telah diutarakan dari berbagai ahli banyak hal penunjang dalam proses belajar mengajar. SMA Negeri 2 Pematangsiantar yang merupakan salah satu lembaga yang diharapkan mampu menghasilkan lulusan-lulusan yang handal dimata masyarakat, bangsa maupun negara.


(41)

Gaya mengajar diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar shooting bola basket. Karena dengan menggunakan gaya mengajar yang cocok siswa dapat lebih memahami materi yang diajarkan terutama materi shooting bola basket. Mereka dapat memahami langsung bagaimana tata cara pelaksanaan shooting bola basket dengan baik, yaitu mengambil keputusan-keputusan yang dibuat oleh guru dan siswa dalam suatu kegiatan belajar mengajar dalam upaya untuk menjaga konsistensi belajar siswa terutama materi shooting bola basket.

Pada permainan bola basket satu teknik dasar yang harus dikuasai oleh siswa adalah menembak (shooting). Untuk menguasai teknik ini tidaklah mudah. Siswa harus melakukan bentuk-bentuk latihan yang sesuai untuk dapat melakukan shooting yang baik. Latihan-latihan yang diberikan pada siswa harus disesuaikan dengan kemampuan masing-masing siswa. Gaya mengajar Divergen adalah gaya mengajar yang cocok dalam mengajarkan shooting bola basket.hal ini disebabkan karena siswa dapat memilih bentuk latihan yang sesuai dengan kemampuannya.


(42)

54

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hal itu maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan gaya mengajar divergen dapat meningkatkan hasil belajar shooting bola basket pada

siswa kelas X SMA Negeri 2 Pematangsiantar Tahun Ajaran 2014/2015.

B.Saran

Sebagai saran dapat diberikan penelitian sebagai berikut :

1. Disarankan pada guru Pendidikan Jasmani sekolah SMA Negeri 2 Pematangsiantar untuk mempertimbangkan penerapan gaya mengajar divergen dengan materi yang disesuikan karena hal ini dapat membangkitkan semangat belajar siswa.

2. Dari hasil penelitian ditemukan banyak siswa kurang memahami shooting bola basket, disarankan pada guru agar melaksanakan pembelajaran melalui penerapan gaya mengajar divergen, diharapkan dapat memotivasi siswa untuk lebih semangat dalam belajar.

3. Kepada Mahasiswa FIK UNIMED agar dapat mencoba melakukan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) melalui gaya mengajar divergen. Kepada para pembaca yang mungkin akan melakukan penelitian dengan menggunakan penerapan gaya mengajar divergen dalam pembelajaran kiranya dapat mencoba dengan materi pelajaran lain.

4. Untuk penulis sendiri sebagai acuan dalam proses pengajaran nanti setelah menjadi guru.


(43)

55

Agus Kristiyanto. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta

Arikunto, Suharsimi,dkk.2009.Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta:PT.Bumi Aksara.

Ahmadi, Nuril. 2007. Permainan Bola Basket. Surakarta: Era Intermedia.

Brotosuroyo. 1993. Perencanaan Pengajaran Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan Departemen Pendidikan Bagian Peningkatan Guru SD Setara D-III. Jakarta.

Berliana, 2008. Dikutip oleh Muldan 2011

Dimyati dan Mudjiono, 2006. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta. Ernawati Kusumaningsih, 2010. Permainan Bola basket.

(http//terbaruterpercaya.blogspot.com/...ngan-bola-basket) (www.tsubasaozora10.wordpress.com/gaya/mengajar)

Fakultas ilmu Keolahragaan. 2007. Pedoman Penulisan Skripsi FIK UNIMED. Medan.

Husdarta dan Saputra. 2000. Belajar Dan Pembelajaran. Bandung:DEPDIKNAS. Ishak dan Rusdi. 2009. Bola Basket Lanjutan. Medan:FIK UNIMED

Luthan, R. 2004. Perencanaan Dan Strategi Pembelajaran Penjaskes. Jakarta:DEPDIKNAS.

Mosston, N. 2000. Teaching Physical Education. Columbus : Charles E and Merril Publishing Company.


(44)

56 Jakarta:Rineka Cipta.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung:Tarsito

Sudjana Nana. 2005. Penilaian Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Suryosubroto. B. 1997. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta:Rineka Cipta.

Wissel. 2000. Bola Basket. Jakarta:Raja Grafindo Persada.


(1)

Role of Teacher:

1. To make the decision about the question to be asked

2. To accept the responses

3. To serve of verification in some subject matter tasks.

Didalam penggunaan suatu gaya mengajar terdapat kelebihan dan kekurangan, menurut Berliana (2008) yang di kutip oleh Muldan (2011) yaitu:

Kelebihan:

- Melibatkan aspek kognitif sehingga memberikan kemungkinan untuk

berkembang secara harmonis.

- Memahami pernyataan dan jawaban memberikan kesempatan kepada

siswa memahami hubungan antara proses dan hasil belajar.

- Ganjaran dan dorongan yang tetap yang terkandung dalam proses

belajar mengajar cenderung mendorong siswa membentuk citra dirinya dan membangkitkan perhatian dan keterlibatannya pada pokok bahasan. Kekurangan:

- Nampak sangat bertele – tele sering menimbulkan kebosanan bila tidak

segera menemukan target belajarnya.

- Diperlukan banyak waktu untuk membimbing siswa, yang

menimbulkan keengganan guru membuat persiapan secara cermat. - Sangat menekankan pada laju kecepatan belajar siswa.


(2)

30

B. Kerangka Berfikir

Seorang guru berkewajiban menciptakan proses belajar mengajar yang efektif sehingga dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu, guru haru mampu menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dan dapat meningkatkan minat, kreatifitas, dan dapat meninghindarkan kejenuhan belajar pada siswa.

Segala daya upaya dilakukan guru supaya kegiatan pembelajaran yang terjadi didalam dan diluar kelas tetap menarik, misalnya dengan menggunakan gaya mengajar yang tidak monoton dan diharapkan siswa dapat menyerap materi pelajaran secara maksimal yang akan berdampak terhadap hasil belajar yang diperoleh.

Dalam pembuatan keputusan pada awal pengajaran tentang gaya mengajar yang akan digunakan oleh guru pendidikan jasmani sangatlah penting untuk mencapai pengajaran yang sukses. Dalam pengajaran disekolah, gaya mengajar merupakan faktor penting yang tidak boleh dikesampingkan. Untuk itu gaya mengajar sangatlah berperan penting pada hasil proses pembelajaran di sekolah, sarana dan prasarana juga mendukung pada keberhasilan pembelajaran siswa.

Sesuai dengan ketentuan-ketentuan diatas yang telah diutarakan dari berbagai ahli banyak hal penunjang dalam proses belajar mengajar. SMA Negeri 2 Pematangsiantar yang merupakan salah satu lembaga yang diharapkan mampu menghasilkan lulusan-lulusan yang handal dimata masyarakat, bangsa maupun negara.


(3)

Gaya mengajar diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar shooting bola basket. Karena dengan menggunakan gaya mengajar yang cocok siswa dapat lebih memahami materi yang diajarkan terutama materi shooting bola basket. Mereka dapat memahami langsung bagaimana tata cara pelaksanaan shooting bola basket dengan baik, yaitu mengambil keputusan-keputusan yang dibuat oleh guru dan siswa dalam suatu kegiatan belajar mengajar dalam upaya untuk menjaga konsistensi belajar siswa terutama materi shooting bola basket.

Pada permainan bola basket satu teknik dasar yang harus dikuasai oleh siswa adalah menembak (shooting). Untuk menguasai teknik ini tidaklah mudah. Siswa harus melakukan bentuk-bentuk latihan yang sesuai untuk dapat melakukan shooting yang baik. Latihan-latihan yang diberikan pada siswa harus disesuaikan dengan kemampuan masing-masing siswa. Gaya mengajar Divergen adalah gaya mengajar yang cocok dalam mengajarkan shooting bola basket.hal ini disebabkan karena siswa dapat memilih bentuk latihan yang sesuai dengan kemampuannya.


(4)

54 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hal itu maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan gaya

mengajar divergen dapat meningkatkan hasil belajar shooting bola basket pada

siswa kelas X SMA Negeri 2 Pematangsiantar Tahun Ajaran 2014/2015.

B.Saran

Sebagai saran dapat diberikan penelitian sebagai berikut :

1. Disarankan pada guru Pendidikan Jasmani sekolah SMA Negeri 2

Pematangsiantar untuk mempertimbangkan penerapan gaya mengajar divergen dengan materi yang disesuikan karena hal ini dapat membangkitkan semangat belajar siswa.

2. Dari hasil penelitian ditemukan banyak siswa kurang memahami shooting

bola basket, disarankan pada guru agar melaksanakan pembelajaran melalui penerapan gaya mengajar divergen, diharapkan dapat memotivasi siswa untuk lebih semangat dalam belajar.

3. Kepada Mahasiswa FIK UNIMED agar dapat mencoba melakukan Penelitian

Tindakan Kelas ( PTK ) melalui gaya mengajar divergen. Kepada para pembaca yang mungkin akan melakukan penelitian dengan menggunakan penerapan gaya mengajar divergen dalam pembelajaran kiranya dapat mencoba dengan materi pelajaran lain.

4. Untuk penulis sendiri sebagai acuan dalam proses pengajaran nanti setelah


(5)

55

Agus Kristiyanto. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta

Arikunto, Suharsimi,dkk.2009.Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta:PT.Bumi

Aksara.

Ahmadi, Nuril. 2007. Permainan Bola Basket. Surakarta: Era Intermedia.

Brotosuroyo. 1993. Perencanaan Pengajaran Pendidikan Jasmani Dan

Kesehatan Departemen Pendidikan Bagian Peningkatan Guru SD Setara D-III. Jakarta.

Berliana, 2008. Dikutip oleh Muldan 2011

Dimyati dan Mudjiono, 2006. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta. Ernawati Kusumaningsih, 2010. Permainan Bola basket.

(http//terbaruterpercaya.blogspot.com/...ngan-bola-basket) (www.tsubasaozora10.wordpress.com/gaya/mengajar)

Fakultas ilmu Keolahragaan. 2007. Pedoman Penulisan Skripsi FIK UNIMED. Medan.

Husdarta dan Saputra. 2000. Belajar Dan Pembelajaran. Bandung:DEPDIKNAS. Ishak dan Rusdi. 2009. Bola Basket Lanjutan. Medan:FIK UNIMED

Luthan, R. 2004. Perencanaan Dan Strategi Pembelajaran Penjaskes. Jakarta:DEPDIKNAS.

Mosston, N. 2000. Teaching Physical Education. Columbus : Charles E and Merril Publishing Company.


(6)

56

Nurkancana, W. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya:Usaha Nasional.

Sardiman, 2009. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:Rajawali Pers.

Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya.

Jakarta:Rineka Cipta.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung:Tarsito

Sudjana Nana. 2005. Penilaian Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Suryosubroto. B. 1997. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta:Rineka Cipta.

Wissel. 2000. Bola Basket. Jakarta:Raja Grafindo Persada.


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR MENGGIRING BOLA MELALUI MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS X 2 SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2010/2011

3 26 63

PERBEDAAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR CHEST PASS BOLA BASKET ANTARA MODEL PEMBELAJARAN INDIVIDU DAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS X RSBI 1 SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG

0 16 71

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RENANG GAYA DADA MELALUI PENDEKATAN DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR PADA SISWA KELAS VII SMP ADVENT BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2012/2013

2 8 83

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGOPER BOLA (PASSING) MELALUI MODIFIKASI ALAT PADA SISWA X D DI SMA NEGERI 1 TERBANGGI BESAR LAMPUNG TENGAH

5 59 56

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RENANG GAYA DADA MELALUI PENDEKATAN DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR PADA SISWA KELAS VII SMP ADVENT BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2012/2013

0 8 83

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KELAS X SEMESTER GENAP DI SMA NEGERI 2 LIWA KABUPATEN LAMPUNG BARAT

5 11 56

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BOLA VOLI MELALUI MODIFIKASI BOLA VOLI MINI PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 06 BATANG GASAN Ernalita SD Negeri 06 Batang Gasan

0 0 12

HASIL BELAJAR PASSING PERMAINAN SEPAK BOLA DENGAN GAYA MENGAJAR DIVERGEN DI SDN 23 SUNGAI IJAU

0 20 14

KETERAMPILAN VARIASI GAYA MENGAJAR GURU SOSIOLOGI DALAM UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS XA DI SMA NEGERI 4 SUNGAI RAYA

0 0 10

1 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI DI KELAS V MIS T.I AL-MUSTHAFAWIYAH TAHUN AJARAN 20172018 SKRIPSI

1 5 125