UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RENANG GAYA DADA MELALUI PENDEKATAN DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR PADA SISWA KELAS VII SMP ADVENT BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2012/2013

(1)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RENANG GAYA DADA MELALUI PENDEKATAN DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR

PADA SISWA KELAS VII SMP ADVENT BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2012/2013

Oleh

ADHIE DWI NOFYANTO SP

Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan hidup aktif serta sikap sportif melalui kegiatan pendidikan jasmani. Penelitian ini dilatarbelakangi adanya permasalahan dalam pembelajaran penjaskes, yaitu rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran senam di kelas VII SMP Advent Bandar Lampung pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Hal tersebut perlu adanya upaya guru, salah satunya dipecahkan melalui pendekatan diagnostik kesulitan belajar. Tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada renang gaya dada melalui pendekatan diagnostik kesulitan belajar.

Metode penelitian menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Instrumen yang digunakan berupa lembar observasi, wawancara dan tes hasil belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pendekatan diagnostik kesulitan belajar pada materi renang gaya dada di kelas VII SMP Advent Bandar Lampung menunjukkan adanya peningkatan yang positif, yaitu: 1) Perencanaaan pembelajaran renang gaya dada termasuk kategori baik sebesar 89%, 2) Pelaksanaan pembelajaran renang gaya dada termasuk kategori baik sebesar 86%, 3) Hasil belajar siswa secara klasikal tercapai pada siklus II.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan: 1) Pendekatan diagnostik kesulitan belajar diharapkan dapat diterapkan pada materi lain, khususnya pada mata pelajaran penjaskes dan mata pelajaran lain, 2) melalui pendekatan diagnostik kesulitan belajar, peran dan tanggung jawab guru sangatlah bepengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran, (3) Pendekatan diagnostik kesulitan belajar hendaknya dapat disosialisasikan lebih lanjut agar dapat diimplementasikan pada setiap mata pelajaran, 4) Untuk penelitian lanjutan, diharapkan agar peneliti lain lebih menekankan hal-hal yang kurang terlaksana dengan optimal pada penelitian ini.


(2)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RENANG GAYA DADA MELALUI PENDEKATAN DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR

PADA SISWA KELAS VII SMP ADVENT BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2012/2013

Oleh

ADHIE DWI NOFYANTO SP

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(3)

Judul Skripsi : UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RENANG GAYA DADA MELALUI PENDEKATAN DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR PADA SISWA KELAS VII SMP ADVENT BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2012/2013

Nama Mahasiswa : ADHIE DWI NOFYANTO SP

Nomor Pokok mahasiswa : 0913051001

Program Studi : Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Frans Nurseto, M.Psi Drs. Suranto, M.Kes NIP. 19630926 198901 1 001 NIP. 19550929 198403 1 003

2. Ketua Jurusan Imu Pendidikan

Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. NIP. 19510507 198103 1 002


(4)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Frans Nurseto, M.Psi ...

Sekretaris : Drs. Suranto, M.Kes ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Ade Jubaedi, M.Pd ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si NIP. 19600315 198503 1 003


(5)

v

PERNYATAAN Bahwa saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Adhie Dwi Nofyanto SP

NPM : 0913051001

Tempat tanggal lahir : Kemiling, 19 November 1990

Alamat : Dusun Sukatinggi RT/RW 002/008 Desa Wiyono Kec. Gedong Tataan Kab. Pesawaran

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RENANG GAYA DADA MELALUI PENDEKATAN DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR PADA SISWA KELAS VII SMP ADVENT BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2012/2013” adalah benar-benar hasil karya penulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 19 Maret 2013.

Skripsi ini bukan hasil plagiat, ataupun hasil karya orang lain.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenar-benarnya, apabila dikemudian hari terjadi kesalahan, penulis bersedia menerima sanksi akademik sebagaimana yang berlaku di Universitas Lampung.

Bandar Lampung, 19 April 2013


(6)

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Adhie Dwi Nofyanto SP, dilahirkan di Kemiling, 19 November 1990 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis dilahirkan dari pasangan Bapak A. Singgih Pratiknyo dan Ibu Dra. Delfina (Alm).

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis antara lain: Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 2 Taman Sari Gedong Tataan dan selesai pada tahun 2003. Kemudian masuk SMP Advent Bandar Lampung pada tahun 2003 dan lulus pada tahun 2006. Kemudian masuk Sekolah Menengah Atas SMA Negeri 1 Way Lima Pesawaran pada tahun 2006 dan selesai pada tahun 2009.

Pada tahun 2009, penulis diterima sebagai mahasiswa pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB). Demikianlah riwayat hidup penulis, supaya bermanfaat bagi pembaca.


(7)

vii

MOTTO

Hidup adalah Pilihan untuk menentukan sesuatu langkah menuju keberhasilan yang baik, selama kita beserta Tuhan tiada yang

mustahil didunia ini. (Penulis)

Genius tanpa pendidikan seperti perak di tambang (Benjamin Franklin)

Pendidikan bukanlah persiapan untuk hidup, pendidikan adalah hidup itu sendiri


(8)

viii

PERSEMBAHAN

Puji syukur penulis ucapakan ke pada Tuhan YME atas semua anugerah yang telah diberikan kepadaku, karya tulis

sederhana ini kupersembahkan kepada:

Ibunda Dra. Delfina (alm), Bude Supiani Kakak (Eko Wardhoyo SP) dan adik (Y. Ricky Dharmawan SP), yang

kusayangi.

Serta seluruh keluarga, sahabat dan teman-temanku angkatan 2009 yang telah membantu & mendoakan, Herda Silviana yang selalu memberikan semangat dan

mengharapkan hal yang terbaik ”untukku”.

Almamater Tercinta

(Adhie Dwi Nofyanto SP)


(9)

ix

SANWACANA

Puji Syukur penulis haturkan ke pada Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Renang Gaya Dada Melalui Pendekatan Diagnostik

Kesulitan Belajar Pada Siswa Kelas Vii Smp Advent Bandar Lampung Tahun

Ajaran 2012/2013” dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Unuversitas Lampung. Dalam proses penulisan skripsi ini terjadi banyak hambatan baik yang datang dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini pun tidak lepas dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Drs. Baharudin Risyak, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan dan segenap dosen dan karyawan FKIP Universitas Lampung.

3. Drs. Frans Nurseto, M.Psi selaku pembimbing I dalam penulisan skripsi ini yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis

4. Drs. Suranto, M.Kes selaku pembimbing II dalam penulisan skripsi ini yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis.


(10)

x

6. Kepala SMP Advent Bandar Lampung beserta dewan guru dan siswa-siswi yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.

7. Bapak dan ibu dosen Penjaskes yang telah membantu dalam proses perkuliahan, pembimbingan, pembinaan dan atas segala ilmu yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu di staf Tata Usaha FKIP Unila.yang telah membantu proses terselesaikannya skripsi ini.

9. Kepada Bude Ani, Adikku dan kakak ku tersayang yang sudah mendukung dan mendoakan saya sehingga dapat membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

10.Kepada Herda Silviana yang telah memberikan semangat dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Kepada keluarga besar angkatan 2009, Arifai, Christian Ardi S, Agatha Dian A, Rizky Y, Aditya G, Lingga S, Silvia L, Eko B yang selalu membantu dalam penyelesaian skripsi ini, dan sahabatku yang lain.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan akan tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 19 April 2013 Penulis


(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan dan Pemecahan Masalah ... 6

1. Rumusan Masalah ... 6

2. Pemecahan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Batasan Istilah ... 11

II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Pustaka ... 13

1. Diagnostik Kesulitan Belajar ... 13

2. Hasil Belajar ... 22

3. Karakterisitik Mata Pelajaran Penjasorkes di SMP ... 26

4. Pembelajaran Renang ... 30

B. Hipotesis ... 37

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Peneitian ... 38

1. Jenis Penelitian ... 38

2. Rancangan Penelitian ... 40

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 43

1. Waktu Penelitian ... 43

2. Tempat Penelitian ... 43

C. Subyek Penelitian ... 43

D. Proses Pembelajaran Ketrampilan Dasar Renang Gaya Dada ... 44

E. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian ... 47

1. Variabel Penelitian ... 47

2. Definisi Operasional Penelitian ... 48

F. Prosedur Penelitian ... 48

1. Tahap Perencanaan Tindakan ... 58

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 50

3. Tahap Observasi dan Interpretasi ... 50


(12)

xii

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 61

1. Deskripsi Pembelajaran Setiap Siklusnya ... 62

2. Paparan Hasil Siklus I ... 64

3. Paparan Hasil Siklus II ... 65

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 69

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 70

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Instrument Penelitian ... 55 2. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Renang Gaya Dada

Pada Tes Awal ... 63 3. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Renang Gaya Dada

Pada Tes Siklus 1 ... 65 4. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Renang Gaya Dada

Pada Tes Siklus 2 ... 67 5. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Pembelajaran


(14)

xiv

Gambar Halaman

Gambar 1 : Gerakan Renang Gaya Dada ... 35

Gambar 2 : model siklus menurut Kemmis & Mc Taggart ... 41

Gambar 3 : Bagan Prosentase Nilai ≥ RK dan <RK Disitiap Siklus ... 68


(15)

xv

Lampiran Halaman

Lampiran 1 : Langkah-Langkah Perhitungan Hasil Penelitian ... 79

Lampiran 2 : Hasil Tes Awal Keterampilan Renang Gaya Dada ... 81

Lampiran 3 : Hasil Tes Siklus 1 Keterampilan Renang Gaya Dada ... 82

Lampiran 4 : Hasil Tes Siklus 2 Keterampilan Renang Gaya Dada ... 83

Lampiran 5 : Hasil Peningkatan Nilai Tes Awal Ke Nilai Tes Siklus 1 .. 84

Lampiran 6 : Hasil Peningkatan Nilai Tes Siklus 1 Ke Nilai Tes Siklus 2 85

Lampiran 7 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 86

Lampiran 8 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 96

Lampiran 9 : Foto-Foto ... 97

Lampiran 13 : Surat Izin Penelitian ... 101


(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan inti dalam suatu proses pendidikan. Tujuan pendidikan akan dicapai dalam bentuk terjadinya tingkah laku dalam diri siswa, dan sudah menjadi harapan semua pihak agar setiap siswa dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai subyek didik.

Dalam proses belajar mengajar di sekolah, setiap guru senantiasa mengharapkan agar anak didiknya dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Pada kenyataannya banyak siswa yang menunjukkan gejala tidak dapat mencapai hasil belajar sebagaimana yang diharapkan. Beberapa siswa masih menunjukkan hasil belajar yang masih rendah meskipun telah diusahakan dengan sebaik-baiknya oleh guru. Dalam proses belajar-mengajar, guru sering menghadapi masalah adanya siswa yang tidak dapat mengikuti pembelajaran dengan lancar sebagaimana mestinya. Dengan kata lain, guru sering menghadapi siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar (Surya dan Amin, 1980:19). Setiap siswa memiliki sesuatu yang membedakannya dengan siswa lain, dan setiap siswa pula mempunyai karakteristik sendiri-sendiri serta


(17)

memiliki perbedaan, baik dalam aspek fisik, emosional, intelektual, ataupun sosial. Oleh sebab itu prestasi belajar yang dicapai anak berbeda pula. Anak yang menunjukkan prestasi belajar rendahnya dan menyimpang dari rata-rata biasanya dianggap sebagai anak yang mengalami kesulitan belajar. Untuk itu menjadi tugas seorang guru untuk memahami keberadaan siswanya, akan tetapi tidak semua guru atau orang tua dapat memahami dengan baik tentang kesulitan belajar, apa gejala dan penyebabnya serta bagaimana cara pendiagnosisannya.

Menyikapi perbedaan karakterisitik siswa tersebut di atas, pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, merupakan salah satu media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang. Melalui peran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, siswa akan memperoleh berbagai ungkapan yang erat kaitannya dengan kesan pribadi yang menyenangkan serta berbagai ungkapan yang kreatif, inovatif, terampil dan memiliki kebugaran jasmani dan kebiasaan pola hidup sehat serta memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap gerak manusia. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, guru diharapkan mampun mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportivitas, kejujuran, kerjasama, disiplin, bertanggung jawab) dan pembiasaan pola hidup sehat, yang dalam


(18)

pelaksanaannya ukan melalui pengajaran konvensional yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik, mental, intelektual, emosi dansosial.

Sikap siswa terhadap nilai-nilai dalam proses pembelajaran, biasanya sangat dipengaruhi oleh persepsinya tentang tingkah laku gurunya. Dengan demikian guru harus mampu memberikan arah yang jelas terhadap apa yang akan diterima kepada siswa. Hal tersebut dikemukakan Sarwoto (1994:4) bahwa: “Guru harus dapat memberikan penafsiran yang tepat mengenai jenis dan fungsi tujuan yang akan dicapai”. Oleh karena itu aktivitas yang akan diberikan dalam pembelajaran harus mendapatkan sentuhan didaktik-metodik dari guru, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Peran guru sangatlah dibutuhkan untuk mendukung terciptanya suasana belajar mengajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan serta memungkinkan siswa berprestasi secara maksimal. Begitu pula tingkat partisifasi / keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran harus mencapai standar minimal keterlibatan yang ditetapkan guru. Bagaimanpun baiknya sarana pendidikan yang ada apabila guru tidak melaksanakan tugasnya dengan baik seperti di atas, maka hasil pembelajaran tidak akan memberikan hasil yang memuaskan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Pada pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, penyebab rendahnya hasil belajar siswa bervariasi. Salah satu upaya atas rendahnya hasil belajar siswa adalah dengan melakukan diagnosis kesulitan belajar.

Dalam mendiagnosis kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, misal; apakah siswa mengalami


(19)

kesulitan belajar dalam profil materi, prasyarat pengetahuan, pencapaian indikator, pemahaman konsep, atau dalam pengetahuan terstruktur. Melalui upaya diagnosis tersebut setidak-tidaknya dapat diketahui penyebabnya, sehingga memudahkan cara untuk mengatasinya kesulitan belajar siswa tersebut.

Dalam kaitannya dengan diagnosis kesulitan belajar siswa, para gurulah yang paling tepat bertin dak sebagai “dokter” dalam kelas maupun di luar kelas. Mereka bertemu dan berdiskusi dengan siswanya hampir setiap hari. Melalui proses belajar mengajar setiap hari, para guru dapat mengetahui siswa mengalami kesulitan belajar dalam pokok bahasan tertentu, dan siswa yang menguasai atau kuat dalam pokok bahasan lainnya. Untuk itu sangat perlu kiranya kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar diberikan bantuan baik secara umum maupun khusus, baik berupa perlakuan pembelajaran maupun cara-cara menerima bahan pembelajaran serta bimbingan dalam menghadapi kesulitan belajar yang ada dalam pembelajaran. Seyogianya guru dapat membantu siswa mengatasi kesulitan belajar siswa. Dengan demikain tes diagnostik kesulitan belajar (DKB) merupakan tes yang dipersiapkan untuk mengetahui letak kesulitan belajar siswa.

Berdasarkan studi awal yang dilakukan peneliti di SMP Advent Bandar Lampung, melalui kegiatan observasi dan pengamatan pada hari selasa, 19 maret 2013 pada saat kegiatan pembelajaran penjaskes di kelas VII tahun pelajaran 2012/2013 serta hasil wawancara dengan guru penjaskes kelas VII, ditemukan beberapa masalah dalam pembelajaran renang. Masalah tersebut


(20)

antara lain pada beberapa materi keterampilan renang yang memerlukan koordinasi gerakan, kekuatan, kelenturan serta keberanian. Sebagai contoh pada gerakan renang gaya dada, dimana pada gerakan tersebut unsur keberanian untuk melakukan gerakan lebih dominan, apabila dibandingkan dengan unsur yang lainnya. Pada materi renang tersebut tidak semua siswa dapat melakukan gerakan renang gaya dada dengan sempurna sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan pembelajaran tersebut. Hal tersebut berakibat pada hasil belajar siswa secara individu maupun klasikal dalam materi renang belum dinyatakan tuntas sesuai dengan prinsip mastery learning (belajar tuntas).

Dari hasil observasi dan pengamatan serta penilaian terhadap 23 siswa dan yang dinyatakan tuntas pada materi renang sebesar 60% (terlampir), sementara kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang harus dicapai siswa pada materi renang gaya dada adalah 65. Berdasarkan uraian di atas serta hasil studi awal yang dilakukan peneliti di SMP Advent Bandar Lampung pada kelas VII tersebut menarik peneliti untuk mencari dan mengetahui letak kesulitan belajar yang dialami siswa. Apabila kesulitan belajar siswa tidak segera diatasi, maka bukan tidak mungkin akan menghambat pula pada pencapaian tujuan instruksional (pembelajaran), sehingga pencapaian ketuntasan belajar secara klasikal yang dipersyaratkan tidak dapat tercapai sesuai dengan prinsip belajar tuntas (mastery learning).

Oleh sebab itu analisis untuk mengetahui kesulitan belajar siswa dalam memahami konsep gerak perlu dilakukan oleh pihak pendidik (guru) selaku ujung tombak langsung dalam proses pembelajaran di sekolah. Letak, jenis


(21)

dan faktor-faktor penyebab kesulitan siswa perlu diketahui sedini mungkin untuk dicari alternatif pemecahannya. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi dan menghindari kesulitan belajar yang berkelanjutan dan terbawa sampai pada jenjang yang lebih tinggi.

B. Rumusan dan Pemecahan Masalah 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

a. Bagaimana perencanaan pembelajaran renang gaya dada dengan menggunakan, pendekatan diagnostik kesulitan belajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP Advent Bandar Lampung?

b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran renang dengan menggunakan pendekatan diagnostik kesulitan belajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP Advent Bandar Lampung?

c. Bagaimana hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan diagnostik kesulitan belajar pada pembelajaran renang di kelas VII SMP Advent Bandar Lampung?

2. Pemecahan Masalah

Fenomena kesulitan belajar seorang siswa, biasanya tampak jelas dari menurunnya kemampuan akademik siswa atau prestasi siswa. Sudah menjadi keumuman prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor,


(22)

yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa menurut Mulyasa (2004:190) dapat digolongkan menjadi empat jenis, yaitu: “a) bahan atau materi yang dipelajari; b) lingkungan; c) faktor instrumental; dan d) kondisi siswa”.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa kesulitan belajar yang dialami siswa dapat berasal dari bahan atau materi yang dipelajari memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dan kompleks untuk tingkat siswa, lingkungan untuk terjadi proses pembelajaran yang kurang mendukung, misalnya tempat belajar yang sangat kotor, terlalu dekat dengan tempat keramaian orang. Untuk faktor instrumental, misalnya peralatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran kurang memadai atau sudah tidak layak pakai.

Sedangkan untuk faktor kodisi siswa yang cenderung pada faktor internal, misalnya: tingkat IQ, motivasi dan keinginan belajar yang rendah dari siswa. Hubungannya dengan upaya peningkatan mutu proses pembelajaran, maka tidak terlepas dari strategi atau pendekatan yang dipakai dalam proses pembelajaran. Karena baik tidaknya hasil belajar salah satunya dapat dilihat dari mutu kelulusan, prestasi belajarnya tinggi, dan dari produksinya. Selain hal itu mutu pembelajaran dikatakan berhasil, apabila salah satunya menghasilkan banyak lulusan, prestasinya tinggi dan memiliki kemampuan sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta memadai. Upaya meningkatkan prestatsi belajar tidak terlepas dari peran guru dalam prosesnya. Salah satunya guru harus mampu memahami akan karakteristik anak didiknya, sehingga dalam proses penyampaian materi yang diberikan


(23)

guru dapat dipahami dengan mudah oleh anak didiknya. Upaya tersebut salah satunya melalui pendekatan diagnosis kesulitan belajar dalam proses pembelajaran.

Pendekatan diagnosis kesulitan belajar bertujuan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa yang pada dasarnya adalah melakukan proses belajar mengajar yang menekankan pentingnya belajar melalui proses mengalami untuk memperoleh pemahaman. Menurut Tabrani (1989:1) bahwa pendekatan ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan proses berhasil tidaknya belajar yang diinginkan. Pendekatan diagnostik kesulitan belajar merupakan salah satu diantara beberapa pendekatan pada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.

Seorang siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar ialah apabila yang bersangkutan (siswa) tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu (berdasarkan ukuran kriteria keberhasilan seperti yang dinyatakan dalam tujuan instruksional dan atau ukuran tingkat kapasitas atau kemampuan belajarnya, dalam batas waktu tertentu (seperti yang ditetapkan dalam program pelataran time allowed dan atau tingkat perkembangannya (Makmun,1989:281). Dalam istilah kurikulum sekarang berhasil atau tidaknya siswa menguasai suatu konsep dilakukan dengan cara menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) setiap kompetensi dasar dengan mengacu padatingkat kesulitan, daya dukung, dan kemampuan awal anak.

Diagnostik kesulitan belajar digunakan untuk mengetahui kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada siswa sehingga dapat


(24)

diberikan perlakuan yang tepat. Diagnostik kesulitan belajar dapat dilakukan dalam beberapa tahapan, baik pada tahap awal pembelajaran, selama proses pembelajaran, maupun akhir pembelajaran. Pada tahap awal dilakukan terhadap siswa sebagai input, dalam hal ini diagnostik dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal atau pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai oleh siswa. Pada tahap proses pembelajaran ini diperlukan untuk mengetahui bahan-bahan pelajaran mana yang masih belum dikuasai dengan baik, sehingga guru dapat memberikan bantuan secara dini agar siswa tidak tertinggal terlalu jauh.

Sementara pada tahap akhir pembelajaran, diagnostik ini untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa atas seluruh materi yang telah dipelajarinya. Melalui pendekatan diagnostik kesulitan belajar pada pembelajaran diharapkan siswa dapat mencapai ketuntasan belajar minimal yang dipersyaratkan pada materi pembelajaran tersebut. Sehingga siswa akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat kemampuannya. Demikian pula halnya dalam pembelajaran renang di kelas VII SMP Advent Bandar Lampung, melalui pendekatan diagnostik kesulitan belajar siswa dapat mengatasi kesulitan yang dipelajarinya dalam pembelajaran renang dengan bantuan dan bimbingan dari guru.

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran renang gaya dada menggunakan pendekatan diagnostik kesulitan belajar dalam


(25)

meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP Advent Bandar Lampung.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran renang menggunakan pendekatan diagnostik kesulitan belajar dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP Advent Bandar Lampung.

3. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam pelajaran renang dengan menggunakan pendekatan diagnostik kesulitan belajar dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP Advent Bandar Lampung.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memotivasi siswa sehingga kemampuan teknik dasar renang gaya dada dapat meningkat. Dan juga memberikan pengalaman berharga untuk pembelajaran Pendidikan Jasmani di masa yang akan datang.

2. Bagi Guru

Dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam menentukan metode dan model atau pendekatan yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga anak dapat mengoptimalkan segenap kemampuannya dan tercapailah keberhasilan pembelajaran.

3. Bagi Siswa

Siswa Hasil penelitian ini diharapkan meningkatkan kemampuan renang gaya dada dan lebih memotivasi siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya pada mata pelajaran penjaskes.


(26)

4. Bagi Sekolah

Sekolah hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi sekolah dalam merumuskan kebijakan kurikulum khususnya pada mata pelajaran penjaskes.

E. Batasan Istilah

Untuk menghindari salah tafsir dalam penelitian ini, berikut dijelaskanbatasan istilah variabel penelitian sebagai berikut:

1. Hasil Belajar adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dsb.) atau penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Depdikas, 2008:1213). Dari definisi tersebut, hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar siswa dalam pembelajaran penjaskes khususnya pada cabang renang yaitu materi renang gaya dada.

2. Renang adalah olahraga yang menyehatkan, sebab hampir semua otot tubuh bergerak sehingga jantung, paru-paru dan seluruh otot berkembang. Olahraga renang dapat dilakukan oleh siapa saja, tidak mengenal perbedaan. Jenis kelamin, perbedaan umur, laki-laki atau perempuan, tua, muda, semua relatif bisa melakukannya. Dan berenang sangat ekonomis, karena dengan uang yang sangat sedikit saja orang dapat masuk kolam renang dan berenang sepuas-puasnya. Renang dapat dilakukan kapan saja. tidak mengenal waktu. dapat dilakukan pada siang hari maupun sore hari. Selain itu dapat juga dilakukan perorangan.


(27)

Olahraga ini telah dilakukan semenjak adanya manusia, untuk usaha memenuhi kebutuhan hidup maupun mempertahankan hidup manusia Renang pada mulanya menirukan gerakan anjing menyeberangi sungai. Abad 18 hanya ada satu gaya renang, yaitu gaya anjing (dog style) yang dilombakan.

3. Diagnostik Kesulitan Belajar adalah segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis sifat kesulitan belajar, faktor-faktor yang menyebabkannya serta cara menetapkan kemungkinan-kemungkinan mengatasi baik secara kuratif (penyembuhan ) maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan data informasi yang objektif dan selengkap mungkin (Syamsudin, 2000:309). Diagnosis kesulitan belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah diagnosis kesulitan belajar berhubungan dengan kemampuan melakukan renang yaitu gerakan renang gaya dada.


(28)

II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Pustaka

1. Diagnostik Kesulitan Belajar a. Definisi Diagnostik

Diagnostik merupakan istilah teknis (terminologi) yang diadopsi dari bidang medis. Menurut Thorndike dan Hagen (Syamsudin (2000:307), diagnostik dapat diartikan sebagai berikut:

1) Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakn ess diseases) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejala (symp tons);

2) Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan dan sebagainya yang esensial;

3) Keputusan yang dicapai setelah melakukan suatu studi yang seksama atau gejala-gejala atau fakta tentang sesuatu hal.

Menurut Syah (1995:179), diagnosis adalah upaya identifikasi fenomena yang menunjukkan adanya kesulitan belajar siswa, sedangkan diagnostik berarti langkah-langkah prosedural dalam rangka diagnosis (penentuan jenis penyakit atau kesulitan belajar).

Dari kedua pengertian di atas, dapat dikemukakan bahwa di dalam konsep diagnosis, secara implisit telah tercakup pula konsep prognosisnya. Dengan demikian dalam proses diagnosis bukan hanya


(29)

sekadar mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan atau penyakit tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya. Bila kegiatan diagnosis diarahkan pada masalah yang terjadi pada belajar, maka disebut sebagai diagnosis kesulitan belajar. Melalui diagnosis kesulitan belajar gejala-gejala yang menunjukkan adanya kesulitan dalam belajar diidentifikasi, dicari faktor-faktor yang menyebabkannya dan diupayakan jalan keluar untuk memecahkan masalah tersebut.

b. Definisi Kesulitan Belajar

Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, sering dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya.

Kesulitan belajar merupakan istilah dari bahasa Inggris yaitu learning disability. Kesulitan belajar juga merupakan suatu konsep multidisipliner yang digunakan di lapangan ilmu pendidikan, psikologi dan kedokteran. Definisi kesulitan belajar pertama kali


(30)

dikemukakn oleh The United State Office of Education (USOE) pada tahun 1977 yang dikenal dengan Public Law, yang hampir identik dengan definisi yang dikemukakan oleh The Children National

Advisor Committeein Hadicopped Children pada tahun 1967. Definisi

tersebut seperti dikemukakan oleh Abdurahman (1999:6), sebagai berikut:

Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan dalam proses atau lebih dari proses psikologi dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berfikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau berhitung.

Kemudian muncul definisi-definisi yang dikemukakan tentang kesulitan belajar seperti yang dikemukakan oleh Burton (Syamsudin, 2000:307-308) sebagai berikut:

1) Apabila dalam batas waktu tertentu siswa tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan (level of mastery) minimal dalam pelajaran tertentu;

2) Apabila siswa tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya;

3) Apabila siswa tidak bisa mewujudkan tugas-tugas perkembangan;

4) Apabila siswa tidak dapat mencapai tingkat penguasaan yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan pada tingkat pelajaran selanjutnya.

Sedangkan menurut Syamsudin (2000:309) bahwa diagnostik kesulitan ialah:

Segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis sifat kesulitan belajar, faktor-faktor yang menyebabkannya serta cara menetapkan kemungkinan-kemungkinan mengatasi baik secara kuratif (penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan data informasi yang objektif dan selengkap mungkin.


(31)

Definisi-definisi di atas tersebut menyebutkan bahwa anak yang berkesulitan belajar yaitu anak yang memperoleh prestasi belajar jauh di bawah standar potensi yang dimilikinya. Potensi umumnya diukur dengan tes inteligensi yang biasanya menggunakan WISC-R (Wechssler Intellegence Scale for Children Riviced), sedangkan untuk prestasi belajar umumnya diukur dengan prestasi belajar. Definisi-definisi tersebut juga mengeluarkan dari sebab-sebab lain kesulitan belajar tidak dapat disamakan dengan tunagrahita (retardasi mental), gangguan emosional, gangguan penglihatan atau kemiskinan budaya dan sosial, tetapi disebabkan karena gangguan fungsi neurologis atau dikaitkan pada dugaan adanya kelainan fungsi neurologis.

c. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Fenomena kesulitan belajar seorang siswa, biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik siswa atau prestasi siswa. Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Menurut Burton, sebagaimana dikutip oleh Makmun. (2009:325-326), faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar individu dapat berupa faktor internal, yaitu yang berasal dari dalam diri yang bersangkutan, dan faktor eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar diri individu yang bersangkutan.

1) Faktor Internal

Yang dimaksud dengan faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor kejiwaan dan faktor kejasmanian.


(32)

a) Faktor kejiwaan, antara lain: (1) Minat terhadap mata pelajaran kurang; (2) Motif belajar rendah; (3) Rasa percaya diri kurang; (4) Disiplin pribadi rendah; (5) Sering meremehkan persoalan; (6) Sering mengalami konflik psikis; dan (7) Integritas kepribadian lemah.

b) Faktor kejasmanian, antara lain: (1) Keadaan fisik lemah (mudah terserang penyakit); (2) Adanya penyakit yang sulit atau tidak dapat disembuhkan; (3) Adanya gangguan pada fungsi indera; dan (4) Kelelahan secara fisik.

2) Faktor Eksternal

Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah faktor yang berada atau berasal dari luar siswa. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: faktor instrumental dan faktor lingkungan. a) Faktor instrumental

Faktor-faktor instrumental yang dapat menyebabkan kesulitan belajar siswa antara lain :

(1) Kemampuan profesional dan kepribadian guru yang tidak memadai;

(2) Kurikulum yang terlalu berat bagi siswa;

(3) Program belajar dan pembelajaran yang tidak tersusun dengan baik;

(4) Fasilitas belajar dan pembelajaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan.


(33)

b) Faktor lingkungan

Faktor lingkungan meliputi lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Penyebab kesulitan belajar yang berupa faktor lingkungan antara lain:

(1) Disintegrasi atau disharmonisasi keluarga; (2) Lingkungan sosial sekolah yang tidak kondusif; (3) Teman-teman bergaul yang tidak baik;

(4)Lokasi sekolah yang tidak atau kurang cocok untuk pendidikan.

Berkaitan dengan faktor internal dan eksternal yang menyebabkan seseorang mengalami kesulitan belajar, Priyatna (1987: 95-96) mengemukakan bahwa yang mempengaruhi belajar siswa dalam proses pembelajaran, yaitu:

a) Faktor dari dalam individu, meliputi: (1) kelemahan secara fisik; (2) kelemahan secara mental; (3) kelemahan emosional; dan (4) kelemahan sikap dan kebiasaan yang salah.

b) Faktor dari luar individu, meliputi: (1) lingkungan sekolah dan lingkungan sosial; (2) buku sumber tidak sesuai dengan kurikulum; (3) sistem pengajaran, penilaian tidak sesuai; (4) terlalu berat beban belajar; (5) populasi kelas terlalu banyak; (6) masalah teman sebaya; (7) kelemahan kondisi keluarga; (8) terlalu banyak kegiatan diluar (extra-curiculer); (9) keterbatasan tenaga guru; dan (10) motivasi eksternal kurang.


(34)

Sedangkan yang berhubungan dengan faktor eksternal, Wahyudin dan Kartawinata (2001:83) mengemukakan bahwa kondisi eksternal yang memberikan pengaruh dominan pada kondisi belajar siswa adalah: (1) bahan belajar; (2) suasana belajar dan lingkungan belajar; (3) media dan sumber belajar; dan (4) guru sebagai subjek pembelajaran itu sendiri.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang mengalami kesulitan dalam belajar secara singkat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut pada dasarnya saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan atau sebaliknya, sehingga untuk mengatasi kesulitan belajar seseorang dalam belajar perlu diupayakan keduanya.

d. Prosedur Diagnosis Kesulitan Belajar

Diganosis kesulitan belajar merupakan suatu prosedur dalam memecahkan kesulitan belajar. Sebagai prosedur maka diagnosis kesulitan belajar terdiri dari langkah-langkah yang tersusun secara sistematis. Menurut Ross dan Stanley (Makmun, 2009:309), tahapan-tahapan diagnosis kesulitan belajar adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1) Who are the pupils having trouble? (Siapa siswa yang mengalami gangguan?)

2) Where are the errors located? (Di manakah kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilokalisasikan?)

3) Why are the errors occur? (Mengapa kelemahan-kelemahan itu terjadi?)


(35)

4) What are remedies are suggested? (Penyembuhan apa saja yang disarankan?)

5) How can errors be prevented? (Bagaimana kelemahan-kelemahan itu dapat dicegah?)

Pendapat Ross dan Stanley tersebut dapat dioperasionalisasikan dalam memecahkan masalah atau kesulitan belajar siswa dengan tahapan kegiatan sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar dilakukan dengan cara:

a) Menganalisis prestasi belajar Dari segi prestasi belajar, siswa dapat dinyatakan mengalami kesulitan bila: pertama, indeks prestasi (IP) yang bersangkutan lebih rendah dibanding IP rata-rata kelasnya; kedua, prestasi yang dicapai sekarang lebih rendah dari sebelumnya; dan ketiga, prestasi yang dicapai berada di bawah kemampuan sebenarnya.

b) Menganalisis perilaku yang berhubungan dengan proses belajar. Analisis perilaku terhadap siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar dilakukan dengan: pertama, membandingkan perilaku yang bersangkutan dengan perilaku siswa lainnya yang berasal dari tingkat atau kelas yang sama; kedua, membandingkan perilaku yang bersangkutan dengan perilaku yang diharapkan oleh lembaga pendidikan.

c) Menganalisis hubungan sosial Intensitas interaksi sosial siswa dengan kelompoknya dapat diketahui dengan sosiometri.


(36)

Dengan sosiometri dapat diketahui siswa-siswa yang terisolasi dari kelompoknya. Gejala tersebut merupakan salah satu indikator kesulitan belajar.

2) Melokalisasi letak kesulitan belajar Setelah siswa yang mengalami kesulitan belajar diidentifikasi, langkah berikutnya adalah menelaah:

a) Pada mata pelajaran atau materi apa yang bersangkutan mengalami kesulitan;

b) Pada aspek tujuan pembelajaran yang mana kesulitan terjadi; c) Pada bagian (ruang lingkup) materi yang mana kesulitan

terjadi;

d) Pada segi-segi proses pembelajaran yang mana kesulitan terjadi.

3) Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kesulitan belajar Pada tahap ini semua faktor yang diduga sebagai penyebab kesulitan belajar diusahakan untuk dapat diungkap. Tahap ini oleh para ahli dipandang sebagai tahap yang paling sulit, mengingat penyebab kesulitan belajar itu sangat kompleks, sehingga hal tidak dapat dipahami secara sempurna, meskipun oleh seorang ahli sekalipun (Koestoer dan A. Hadisuparto, 1998:21). Teknik pengungkapan faktor penyebab kesulitan belajar dapat dilakukan dengan : a) observasi; b) wawancara; c) kuesioner; d) skala sikap, e) tes; dan f) pemeriksaan secara medis.


(37)

4) Memperkirakan alternatif pertolongan Hal-hal yang perlu dipertimbangkan secara matang pada tahap ini adalah sebagai berikut:

a) Apakah siswa yang mengalami kesulitan belajar tersebut masih mungkin untuk ditolong?

b) Teknik apa yang tepat untuk pertolongan tersebut?

c) Kapan dan di mana proses pemberian bantuan tersebut dilaksanakan?

d) Siapa saja yang terlibat dalam proses pemberian bantuan tersebut?

e) Berapa lama waktu yang diperlukan untuk kegiatan tersebut? 5) Menetapkan kemungkinan teknik mengatasi kesulitan belajar

Tahap ini merupakan kegiatan penyusunan rencana yang meliputi: pertama, teknik-teknik yang dipilih untuk mengatasi kesulitan belajar dan kedua, teknik-teknik yang dipilih untuk mencegah agar kesulitan belajar tidak terjadi lagi.

6) Pelaksanaan pemberian pertolongan Tahap keenam ini merupakan tahap terakhir dari diagnosis kesulitan belajar siswa. Pada tahap apa saja yang telah ditetapkan pada tahap kelima dilaksanakan.

2. Hasil Belajar

a. Definisi Hasil Belajar

Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Beajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai


(38)

pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar.

Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru), seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2004:22) bahwa hasil belajar adalah “kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya”. Sedangkan menurut Horwart Kingsley (Sudjana, 2004:23) membagi tiga macam hasil belajar mengajar, yaitu: “1). Keterampilan dan kebiasaan, 2). Pengetahuan dan pengarahan, dan 3). Sikap dan cita-cita”. Dari pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah menerima perlakuan yang diberikan oleh guru, sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan dan pengalaman yang didapatnya itu dalam kehidupan sehari-hari.

b. Tujuan Belajar

Hasil belajar yang dicapai siswa erat kaitannya dengan tujuan pengajaran (instruksional) yang ingin dicapai, karena isi dari tujuan


(39)

instruksional mencerminkan hasil belajar yang harus dikuasai siswa setelah melakukan proses belajar mengajar. Oleh karena itu, menurut Benyamin Bloom, wujud perubahan tingkahlaku sebagai hasil belajar diklasifikasikan dalam bentuk klasifikasi tujuan pendidikan ke dalam tiga kategori yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.

Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan tugas belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa. Tujuan belajar adalah suatu gambaran mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Seperti telah dikemukakan pada paparan sebelumnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar, erat hubungannya dengan faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar menurut Mulyasa (2004:190) dapat digolongkan menjadi empat, yaitu: 1) bahan atau materi yang dipelajari; 2) lingkungan; 3) faktor instrumental; dan 4) kondisi peserta didik.

Sedangkan menurut Widayatun (1999:28) dalam bahasan yang sama tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:


(40)

1) kondisi fisik dan mental; 2) ingatan dan berfikir; 3) inteligesi / kecakapan; 3) teknik / cara / metode; 4) sarana dan prasarana; 5) efesiensi waktu; 6) bahasa dan budaya; 7) motivasi dan minat; serta 8) bobot dan kepribadian.

Menurut Makmun (1999:40) yang mengemukakan komponen-komponen yang terlibat dalam pembelajaran dan pengaruhnya terhadap hasil belajar adalah sebagai berikut:

…(1) masukan mentah (raw-input) menunjuk pada karakterisitk individu yang mungkin dapat memudahkan atau justru menghambat proses pembelajaran, (2) masukan instrumental, menunjuk pada kualifikasi serta kelengkapan pada sarana yang diperlukan, seperti guru, metode, bahan atau sumber dan program, dan (3) masukan lingkungan, yang menunjuk pada situasi, keadaan fisik dan suasana sekolah, serta hubungan dengan pengajar dan teman.

Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa hasil belajar bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi merupakan pembauran berbagai faktor yang melatarbelakanginya. Faktor-faktor tersebut baik secara terpisah maupun bersama-sama memberikan kontribusi tertentu terhadap pencapaian hasil belajar peserta didik dalam upaya proses pembelajarannya.

Selain hal tersebut di atas, hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga


(41)

nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecak apan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.

3. Karakteristik Mata Pelajaran Penjaskes di SMP a. Definisi Pendidikan Jasmani

Untuk lebih menghayati makna pembelajaran pendidikan jasmani kesehatan, beberapa pengertian / definisi pendidikan jasmani perlu dikemukakan dari beberapa pendapat para pakar pendidikan. Menurut Heteherington (Johana dan Supandi, 1990:29), bahwa:

Pendidikan Jasmani adalah fase pendidikan yang berhubungan dengan: 1) pengurusan dan bimbingan terhadap anak dalam aktivitas otot-otot besar untuk persesuaian dengan standar kegiatan sosial; 2) pengawasan terhadap kesehatan atau pertumbuhan dengan memberi bimbingan terhadap aktivitas-aktivitas sehingga proses pendidikan dapat berjalan dengan lancar.

Menurut kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) tahun 2006 yang sedang dilaksanakan sampai sekarang, pendidikan jasmani diistilahkan sebagai berikut:

Pendidikan Jasmani adalah merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional, dalam kerangka sistem pendidikan nasional (Depdiknas, 2007:1).

Dari uaraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan jasmani yang dimaksudkan adalah pembelajaran pendidikan jasmani yang diterapkan dan dilaksanakan di institusi-institusi sekolah pemerintah ataupun swasta sesuai dengan kurikulum pendidikan


(42)

yang berlaku sekarang, khususnya di tingkatan sekolah menengah pertama dan sederajatnya.

b. Tujuan Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani, olahraga kesehatan mempunyai tujuan seperti pada mata pelajaran lainnya. Adapun tujuan penjaskes sesuai dengan kurrikulum karakter untuk tingkat SMP sebagai berikut:

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional (Depdiknas, 2007:512).

Secara lebih khusus mata pelajaran penjaskes pada kurikulum tingkat satuan pendidikan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih.

2) Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik.

3) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar.

4) Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.

5) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis.

6) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

7) Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik


(43)

yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif (Depdiknas, 2007:513).

c. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani

Adapun ruang lingkup mata pelajaran penjasorkes untuk jenjang SMP atau sederajatnya yang penulis kutif menurut kurikulum 2006 (Depdiknas, 2007:513) sebagai berikut:

1) Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor, dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya;

2) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya;

3) Aktivitas renang meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, serta aktivitas lainnya;

4) Aktivitas renang meliputi: renang gaya bebas, renang gaya dada, meluncur serta aktivitas lainnya;

5) Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya; 6) Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan

lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung; dan 7) Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam


(44)

tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek.

d. Karakteristik Siswa SMP

Selama periode di SMP, seluruh aspek perkembangan siswa yaitu kognitif, afektif dan psikomotor, mengalami perubahan yang luar biasa. Siswa SMP secara teori termasuk pada masa remaja. Masa remaja merupakan satu periode perkembangan sebagai transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Masa remaja dan perubahan yang menyertainya merupakan fenomena yang harus dihadapi oleh guru. Berikut penulis kemukakan perkembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor rentang usia siswa SMP menurut para ahli, yaitu:

1) Perkembangan aspek kognitif

Arasoo T.V (1986) menyatakan bahwa aspek kognitif meliputi fungsi intelektual, seperti pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan berpikir. Untuk siswa SMP perkembangan kognitif utama yang dialami adalah formal operasional yang mampu berfikir abstrak dengan menggunakan simbol-simbol tertentu. Selain itu ada peningkatan fungsi intelektual, kapabilitas memori dan bahasa, dan perkembangan konseptual.


(45)

2) Perkembangan aspek afektif

Menurut Arasoo T.V (1986), ranah afektif menyangkut perasaan, moral dan emosi. Perkembangan afektif siswa SMP mencakup proses belajar perilaku dengan orang lain atau sosialisasi. Sebagian besar sosialisasi berlangsung lewat pemodelan dan peniruan orang lain.

3) Perkembangan aspek psikomotorik

4) Wuest dan Lombardo (1974) menyatakan bahwa perkembangan aspek psikomotor seusia siswa SMP ditandai dengan perubahan jasmani dan fisiologis secara luar biasa. Salah satu perubahan luar biasa tersebut adalah pertumbuhan tinggi badan dan berat badan.

4. Pembelajaran Renang 1. Sejarah Singkat

Sejarah renang manusia, manusia dapat berenang sejak zaman prasejarah, bahwa manusia dapat berenang dari bukti tertua mengenai berenang adalah lukisan-lukisan tentang perenang dari Zaman Batu telah ditemukan di "gua perenang" yang berdekatan dengan Wadi Sora di Gilf Kebir, Mesir barat daya. Nikolaus Wynmann seorang profesor bahasa dari Jerman menulis buku mengenai renang yang pertama, Perenang atau Dialog mengenai Seni Berenang (Der Schwimmer oder ein Zwiegespräch über die Schwimmkunst). Untuk gaya-gaya yang pertama dipertandingkan adalah gaya dada yaitu gaya yang menirukan gerakan dari katak


(46)

yang sedang berenang. Kemudian menyusul gaya bebas, gaya punggung, dan gaya kupu-kupu.

Tahun 1908 berdirilah Federation Internationale de Nation Amateur (FINA) yang merupakan perserikatan internasional (Soemanto dan Suradi : 2000 :3). Gaya bebas, yang kemudian disebut the trudgen, diperkenalkan pada tahun 1973 oleh John Arthur Trudgen, menirunya dari Orang Amerika asli. Renang menjadi bagian dari pertandingan Olympiade modern yang pertama tahun 1896 di Atena. Pada tahun 1902 the trudgen diperbaharui oleh Richard Cavill, menggunakan sentakan mengibas. Pada tahun 1908, asosiasi renang sedunia, Federasi Renang Amatir International (FINA/ Federation Internationale de Natation de Amateur) dibentuk. Gaya kupu-kupu pertama kali merupakan variasi dari gaya dada, sampai akhirnya ia diterima sebagai gaya yang terpisah pada tahun 1952.

2. Renang serta perkembangannya di Indonesia

Sebelum perang kemerdekaan tahun 1945 olahraga renang di Indonesia hanya dilakukan oleh orang-orang kulit putih saja. Hampir semua kolam renang yang didirikan pada waktu itu milik orang kulit putih semua. Memang ada satu dua kolam renang yang dibuka untuk umum, tetapi biaya masuk sedemikian mahalnya sehingga bangsa kita tidak mampu membayarnya. Kolam renang yang pertama didirikan di Indonesia adalah Ciampelas di Bandung tahun 1904. Sesudah itu menyusul kolam renang Cikini dan Brantas.


(47)

Kolam renang yang agak modern didirikan sesudah tahun 1930 misalnya Manggarai(Jakarta) dan Tegalsari (Surabaya). Pada tahun 1956 di Yogyakarta didirikan kolam renang modern dalam rangka Colombo Plan, tahun 1957 di Makassar dibuat juga suatu kolam renang yang modern untuk keperluan Pekan Olahraga Nasional yang ke IV. Di Jakarta (Senayan) didirikan kolam renang yang modern untuk keperluan Asian Games ke IV tahun 1962. Di Indonesia perkembangan olahraga renang lambat, mengingat Indonesia dijajah bangsa lain cukup lama. Baru setelah kemerdekaan Indonesia, perkembangan renang meningkat dengan memuaskan.

Pada tahun 1951 berdirilah Persatuan Berenang Seluruh Indonesia. Kemudian pada tahun 1957 organisasi ini diganti namanya menjadi Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI). Tahun 1970 PRSI melaksanakan program Age Group atau Kelompok Umur (KU) yang bertujuan untuk pembibitan atlet renang (Soemanto dan Suradi: 2001).Dalam perlombaan Kejuaraan Renang Antar Perkumpulan Seluruh Indonesia (KRAPSI) XXVIII di Bandung tahun 2007 untuk putra dan putri , digunakan program Age Group untuk membagi atlet-atletnya sesuai dengan kelompok umur masing-masing atlet.

3. Pengertian renang

Berenang adalah gerakan yang dilakukan oleh manusia atau hewan sewaktu bergerak di air, dan biasanya tanpa perlengkapan buatan. Berenang bisa menjadi kegiatan rekreasi dan olahraga.


(48)

Makhluk hidup berenang antara lain untuk keperluan mandi, mendinginkan suhu tubuh, sewaktu mencari ikan, atau bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya di air.Hampir semua mamalia memiliki naluri alamiah untuk bisa berenang, termasuk di antaranya kelelawar, kanguru, tikus mondok, dan kungkang. Manusia tidak memiliki tubuh ideal untuk hidup di air, sehingga perlu dilatih sebelum bisa berenang.

Sebagian besar monyet bisa berenang secara alami, termasuk bekantan, monyet pemakan kepiting, dan monyet rhesus.Hewan yang kemungkinan tidak bisa berenang adalah jerapah, dan landak. Unggas darat bisa berenang atau mengambang untuk beberapa lama. Burung unta, kasuari, dan kura-kura bisa berenang.Berenang untuk keperluan rekreasi dan kompetisi dilakukan orang di kolam renang. Manusia juga berenang di sungai, di danau, dan di laut sebagai bentuk rekreasi. Olahraga renang membuat tubuh sehat karena hampir semua otot tubuh dipakai sewaktu berenang.

4. Renang gaya dada

Gaya dada atau lazim pula disebut gaya katak adalah gaya renang yang gerakan lengan dan gerakan kirinya mirip dengan katak yang sedang berentang. Kemiripan ini terletak pada gerakan kakinya. (Muin, 1992 : 17)Dalam gaya dada ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu: (a) posisi badan, (b) gerakan kaki, (c) gerakan lengan, (d) pernapasan, dan (e) koordinasi gerakan


(49)

a) Teknik renang gaya dada a. Posisi Badan

Didalam gaya berenang dalam semua jenis renang, posisi badan harus dipertahankan pada sikap yang streamline, atau dalam keadaan posisi horizontal ( sedatar ) mungkin dengan air, kuncinya terletak pada sikap kepala pada waktu pernapasan. Pada gaya dada, saat kepala naik diatas permukaan air untuk bernapas, harus di-usahakan serendah mungkin, sehingga bibir bawah tepat pada permukaan air, sedang kepala pada waktu turun dari permukaan air, diusahakan sebagian kecil dari rambut kepala masih di atas permukaan air, dengan jalan tersebut maka sikap (posisi) badan akan menjadi stramline.

b. Gerakan kaki

Gerakan kaki pada gaya dada terdiri atas dua bagian, yaitu (1) gerakan recouvery atau gerakan kontra, dan (2) gerakan tendangan kaki. Pada recouvery gerakannya adalah sebagai berikut ; dari sikap meluncur kedua kaki dalam ke-adaan lurus, dimulailah gerakan menarik kaki dengan cara lutut ditekuk ke bawah. Gerakan ini dilakukan dengan pelan atau mengurangi tahanan. Telapak kaki selama tarikan tetap menghadap ke atas, lebar antara kedua lutut tidak lebih dari jarak antara kedua bahu, tumit sedekat mungkin dengan pantat. Akhirnya dari rekaveri lutut terletak ditengah-tengah


(50)

antara tumit dan pantat. Jadi antara tumit, lutut dan pantat membentuk huruf “V”. Untuk jelasnya dapat diamati gambar di bawah ini :

Gambar 1. Posisi kaki pada gaya dada c. Gerakan Lengan

Pada renang gaya dada terdiri dari dua macam gerakan, yaitu: (1) gerakan recovery gerakan lengan selama di luar air, yaitu memindahkan telapak tangan dari saat keluar dari air untuk dibawah ke depan kepala dan masuk ke dalam air. Gerakan mendayung yang terdiri atas gerakan tarikan (pull) dan gerakan dorongan (puss). Gerakan ini mulai ujung jari tangan menyentuh air sampai lengan selesai melaksanakan dayungan dan ke luar air.

Tendangan kaki berakhir di mana kedua kaki telah rapat dan telapak kaki telah menjadi lurus lagi. Perlu diketahui bahwa gerakan kaki kanan dan kaki kiri selalu bersamaan dan simetris. Telapak kaki perenang gaya dada harus lemas pada per-gelangan kaki (articulation falo-crurain), sehingga dapat


(51)

bergerak dengan mudah dari telapak kaki yang lurus ke tertekuk dan sebaliknya. Dalam pelaksanaan tendangan kaki mencambuk, telapak kaki merupakan pendorong yang utama. Gerakan lengan pada gaya dada terdiri atas dua bagian; 1) gerakan menyadung, yaitu gerakan yang meng-hasilkan dorongan maju, 2) gerakan yang merupakan gerakan kontra atau gerakan yang menghasilkan tahanan bagi perenang. e. Pernapasan

Pernapasan pada renang gaya dada dilakukan dengan cara meng-angkat (memutar) kepala ke arah depan, pandangan melihat ke arah depan sehingga mulut ke luar dari permukaan air. Naiknya kepala diusahakan sedikit mungkin, secukupnya untuk dapat bernapas. Naiknya kepala sedikit mung-kin ini akan mengakibatkan dapat di pertahankannya posisi badan yang streamline. Demikian juga dapat waktu rekaveri lengan, kepala diturunkan sedikit, sehingga hanya sebagian kecil rambut yang masih di atas permukaan air. Pengambilan napas dilakukan pada waktu kepala naik ke atas permukaan air, mulut di buka lebar sehingga udara dapat masul. Pengeluran udara dilaku-kan pada saat kepala ke luar dari per-mukaan air, hembusan udara melalui mulut secara cepat.

f. Koordinasi geraka

Gerakan lengan dan gerakan kaki pada gaya dada, tidak dilakukan secara bersama-sama. Juga tidak dilaku-kan secara


(52)

bergantian. Gerakan ini di-lakukan sevara berurutan antara gerakan lengan dan gerakan kaki.

B. Hipotesis Tindakan

Sesuai dengan kajian teori yang telah dipaparkan sebelumnya, rumusan hipotesis tindakan pada penelitian ini, yaitu: “Jika pendekatan diagnostik kesulitan belajar diterapkan pada pembelajaran renang di kelas VII SMPAdvent Bandar Lampung, maka kemampuan siswa meningkat”


(53)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inquiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan (Hopkins dalam Rochiati, 2006: 11). Secara ringkas, penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktik pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.

Kasbolah (1999:2) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan salah satu usaha untuk memperbaiki mutu pendidikan yang secara langsung menyentuh masalah lapangan, yaitu masalah yang ada di kelas. Untuk lebih mengenal apa yang dimaksud dengan penelitian tindakan kelas kita perlu mengetahui ciri-ciri atau karakteristik dari PTK itu sendiri. Dengan mengetahui ciri-ciri yang ada pada penelitian tindakan kelas diharapkan pengertian tentang jenis penelitian tindakan akan menjadi lebih jelas.


(54)

Ciri atau karakteristik penelitian tindakan kelas menurut Kasbolah (1999:15-17) sebagai berikut:

1) Penelitian tindakan kelas dilaksanakan oleh guru sendiri

2) Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan praktik factual 3) Penelitian tindakan kelas adalah adanya tindakan-tindakan yang perlu

dilakukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas yang bersangkutan.

4) Penelitian tindakan kelas bersifat kolaboratif.

Jenis-jenis PTK menurut Komara (Dahli, 2009:11), antara lain:

1) PTK Diagnostik, yaitu penelitian yang dirancang dengan menuntun peneliti ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosis dan memasuki situasi yang terdapat di dalam latar penelitian;

2) PTK Partisipan, apabila peneliti terlibat langsung di dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian yang berupa laporan. Dengan demikian, sejak perencanaan penelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencatat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisis data serta berakhir dengan melaporkan hasil penelitiannya;

3) PTK Empiris, ialah apabila peneliti berupaya melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan membukukan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitiannya berkenaan dengan penyimpangan catatan dan pengumpulan pengalaman peneliti dalam pekerjaan sehari-hari;

4) PTK Eksperimental, ialah apabila diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatan belajar-mengajar. Di dalam kaitannya dengan kegiatan belajar-mengajar, dimungkinkan terdapat lebih dari satu strategi


(55)

atau teknik yang diterapkan untuk mencapai suatu tujuan instruksional. Dengan diterapkannya PTK ini diharapkan peneliti dapat menentukan cara mana yang paling efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.

Sesuai dengan paparan tentang jenis-jenis PTK di atas, maka pada penelitian ini mengacu pada jenis PTK diagnostik. PTK Diagnostik yang dimaksud pada penelitian ini adalah tindakan-tindakan dalam mencari letak kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran renang dikelas VII SMP Advent Bandar Lampung yaitu pada teknik daya dada.

2. Rancangan Penelitian

Berdasarkan jenis penelitian sebagaimana dipaparkan sebelumnya, rancangan (desain) PTK yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model Kemmis dan Mc. Taggart. Menurut Kemmis dan Mc. Taggart (Depdiknas, 2004:2), bahwa pelaksanaan tindakan dalam PTK meliputi empat alur (langkah), yaitu: a) perencanaan tindakan; b) pelaksanaan tindakan; c) observasi; dan d) refleksi. Adapun alur (langkah) pelaksanaan tindakan yang dimaksud dapat dilihat pada gambar berikut ini.


(56)

Gambar 3.1: Alur Penelitian Tindakan Kelas menurut Kemmis dan Taggart (Suharsimi, dkk. 2008: 16)

Berdasarkan gambar 3.1 tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa: pertama, sebelum melaksanakan tindakan, terlebih dahulu peneliti merencanakan secara seksama jenis tindakan yang akan dilakukan. Kedua, setelah rencana disusun secara matang, barulah tindakan itu dilakukan.

Perencanaan

SIKLUS I

Observasi SIKLUS III Perencanaan Observasi Perencanaan

SIKLUS II Observasi Refleksi

Refleksi

Refleksi

?

Tindakan Tindakan Tindakan


(57)

Ketiga, bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan, peneliti mengamati proses pelaksanaan tindakan itu sendiri dan akibat yang ditimbulkannya.

Keempat, berdasarkan hasil pengamatan tersebut, peneliti kemudian melakukan refleksi atas tindakan yang telah dilakukan. Jika hasil refleksi menunjukkan perlunya dilakukan perbaikan atas tindakan yang dilakukan, maka rencana tindakan perlu disempurnakan lagi agar tindakan yang dilaksanakan berikutnya tidak sekedar mengulang apa yang telah diperbuat sebelumnya. Demikian seterusnya sampai masalah yang diteliti dapat dipecahkan secara optimal sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian.

Perencanaan (Planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana,oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.

Tindakan

Tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.

Observasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat oleh suatu tindakan.

Refleksi

Adalah merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan.


(58)

B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan selama 2 bulan, terhitung mulai bulan Maret sampai April 2013 semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Sesuai dengan tujuan penelitian tindakan yaitu untuk memperbaiki proses dan hasil pembelajaran renang, maka waktu pelaksanaan tindakan dilakukan dalam waktu singkat.

2. Tempat penelitian

SMP Advent Bandar Lampung dan kolam renang Hotel Marcopolo

a) Pada tahap survey awal, peneliti telah diberi izin oleh kepala sekolah yang bersangkutan dan mendapat dukungan dari guru mata pelajaran penjaskes di kelas VII SMP Advent Bandar Lampung.

b) Lokasi penelitian mudah dijangkau oleh peneliti dalam waktu relatif singkat.

c) Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk meningkatkan hasil pembelajaran pada mata pelajaran penjaskes di kelas VII.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian sesuai dengan survey awal yang dilakukan peneliti di SMP Advent Bandar Lampung, yaitu di kelas VII.

Dasar ditetapkannya kelas VII, yaitu: berdasarkan hasil studi pendahulaun yang dilakukan peneliti dan wawancara dengan guru mata pelajaran penjaskes kelas VII diperoleh hasil yaitu: pada kelas VII ditemukan adanya kesulitan belajar pada materi renang, sehingga hasil belajar belum memenuhi


(59)

ketuntasan secara klasikal, sehingga perlu adanya suatu upaya pemecahan atas permasalahan tersebut.

D. Proses Pembelajaran Keterampilan Gerak Dasar Renang Gaya Dada 1. Siklus I

Rencana :

a. Mempersiapkan skenario pembelajaran serta instrumen untuk pengamatan proses pembelajaran.

b. Mempersiapkan mahasiswa untuk mengikuti pembelajaran siklus pertama.

Tindakan :

a. Siswa dijelaskan terlebih dahulu teknik renang gaya dada, setelah itu salah satu siswa diberi contoh gerakan yang benar dan siswa melakukan gerakan tersebut.

b. Siswa melakukan dengan pergerakan yang benar tersebut sebelum maasuk kedalam kolam renang.

c. Mendiagnosa siswa dan mengelompokkan siswa yang takut akan renang

d. Menguatkan siswa yang takut untuk masuk kolam renang dan takut kedalaman air.

e. Memerikan kesempatan bagi siswa yang takut akan renang untuk melakukan gerakan renang gaya dada dengan benar.


(60)

Observasi :

Setelah tindakan dilakukan pengamatan, mengoreksi dan dan berikan waktu pengulangan kemudian dinilai dan dievaluasi dari hasil siklus pertama.

Refleksi :

a. Hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan b. Merumuskan tindakan untuk siklus kedua

2. Siklus II Rencana :

a. Mempersiapkan skenario pembelajaran serta instrumen untuk pengamatan proses pembelajaran.

b. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran renang gaya dada pada siklus kedua.

c. Memberikan masukan kmbali kepada siswa yang takut renang Tindakan :

a. Menjelaskan bentuk latihan pada siklus kedua. Pada siklus kedua melakukan gerakan yang benar.

b. Siswa kemudian melakukan gerakan dengan beberapa pengulangan agar dapat tercapai gaerakan yang benar.

c. Pengelompokan kmbali bagi siswa yang takut akan kedalaman air d. Menguatkan kembali siswa yang takut untuk masuk kolam renang dan

takut kedalaman air

e. Memberikan ksmpatan untuk siswa yang takut akan renang untuk melakukan pengulangan.


(61)

Observasi :

Setelah tindakan dilakukan pengamatan, mengoreksi dan memberikan waktu pengulangan untuk dinilai dan mengevaluasi dari hasil siklus kedua. Refleksi :

a. Hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan b. Merumuskan tindakan untuk siklus ketiga.

3. Siklus III Rencana :

a. Mempersiapkan skenario pembelajaran serta instrumen untuk pengamatan proses pembelajaran.

b. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran renang gaya dada pada siklus ketiga.

c. Memberikan masukan kmbali kepada siswa yang takut renang

Tindakan :

a. Menjelaskan bentuk latihan pada siklus kedua. Pada siklus kedua melakukan gerakan yang benar.

b. Siswa kemudian melakukan gerakan renang gaya dada dengan beberapa pengulangan agar dapat tercapai gaerakan yang benar.

c. Pengelompokan kmbali bagi siswa yang takut akan kedalaman air. d. Menguatkan kembali siswa yang takut untuk masuk kolam renang dan

takut kedalaman air.

e. Memberikan kesempatan untuk siswa yang takut akan renang untuk


(62)

Observasi : Setelah tindakan dilakukan pengamatan, mengoreksi dan memberikan waktu pengulangan untuk dinilai maka dapat diketahui persentase keberhasilan sehingga dapat disimpukan dari hasil siklus ketiga.

Refleksi :

Hasil observasi disimpulkan dari hasil diagnostik hasil pembelajaran penjaskes renang gaya dada dan didiskusikan berapa persen peningkatan yang dicapai oleh siswa.

E. Variabel dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian

Variabel menurut Hidayat (2010: 36) adalah: “Gejala yang bervariasi yang akan dijadikan obyek pengamatan yang kemunculannya berbeda-beda pada setiap subyek”. Mengacu pada pendapat tersebut, yang menjadi variabel penelitian adalah sebagai berikut:

a) Variabel input, yaitu: siswa kelas VII Advent Bandar Lampung.

b) Variabel proses, yaitu: pendekatan diagnostik kesulitan belajar.

c) Viariabel output, yaitu: hasil belajar kemampuan gerak pendidikan jasmani.


(63)

2. Definisi Operasional Variabel

Ketiga jenis variabel yang dikemukakn di atas perlu dioperasionalkan agar dapat diukur, berikut definisi operasional setiap variabel penelitian, yaitu:

a) Hasil belajar adalah persentase skor tingkat penguasaan siswa dalam melakukan teknik gerak yang diukur dengan menggunakan tes renang gaya dada.

b) Diagnostik kesulitan belajar adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dengan melibatkan strategi belajar dan pengelolaan belajar.

c) renang adalah materi pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang diukur melalui indikator teknik gerakan.

F. Prosedur Penelitian

Sesuai dengan rancangan penelitian di atas, maka prosedur penelitian tindakan kelas dilakukan dalam empat tahap, yaitu: a) tahap perencanaan tindakan, b) tahap pelaksanaan tindakan, c) tahap observasi dan interpretasi, dan d) tahap analisis dan refleksi.

Tahap-tahap penelitian dapat dipaparkan sebagaimana berikut ini.

1. Tahap Perencanaan Tindakan

Tahap perencanaan tindakan diawali dengan merencanakan hal-hal yang diperlukan dan mendukung pada kegiatan penelitian. Tahap perencanaan tindakan merupakan kegiatan pendahuluan yang tujuannya untuk mengidentifikasi masalah dan menemukan fakta yang ada di


(64)

lapangan. Sebelum melaksanakan tahap perencanaan tindakan, terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah pra perencanaan tindakan yaitu: a) Permintaan ijin penelitian kepada kepala SMP Advent Bandar

Lampung.

b) Melakukan observasi dan wawancara untuk mendapatkan gambaran awal tentang kegiatan pembelajaran renang di kelas VII SMP Advent Bandar Lampung.

c) Identifikasi masalah dalam kegiatan pembelajaran renang di kelas VII SMP Advent Bandar Lampung.

d) Melakukan telaah terhadap jadwal pelajaran yang ada, terhadap pokok bahasan pada pelajaran penjaskes di kelas VII semester genap yang akan diajukan sesuai dengan jadwal pelajaran yang berlaku, dan telaah kurikulum mata pelajaran penjaskes yang harus disampaikan pada semester genap.

Setelah kegiatan praperencanaan tindakan dilaksanakan, langkah selanjutnya ialah melakuakan tahap perencanaan tindakan, antara lain: a) Menyiapkan alat dan perlengkapan pembelajaran yang dibutuhkan,

baik untuk kepentingan proses pembelajaran maupun untuk pelaksanaan tindakan.

b) Menyusun dan mengembangkan instrumen penelitian yang berupa lembar observasi, wawancara, catatan lapangan dan alat evaluasi berupa tes kemampuan gerak siswa dalam melakukan renang gaya dada untuk memperoleh skor akhir dan menentukan target pencapaian dalam bentuk persentase sebagai kriteria ketuntasan minimal.


(1)

mengorganisasi siswa, mengatur fasilitas dan dan memanfaatkan fasilitas belajar, 4) Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar, mencakup penilaian selama proses KBM berlangsung, dan 5) Mengakhiri pembelajaran, meliputi: menyimpulkan materi dan memberi tindak lanjut atas kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar sebagai hasil diagnostik. Pencapaian hasil pelaksanaan pembelajaran renang gaya dada dengan menggunakan pendekatan diagnostik kesulitan belajar pada siklus II diperoleh hasil sebesar 91%. Hasil pencapaian tersebut dapat dikategorikan baik.

3. Hasil belajar renang gaya dada dengan menggunakan pendekatan diagnostik kesulitan belajar memberikan hasil yang positif, yaitu meningkatnya aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan aspek yang diamati yaitu keaktifan, kerjasama dan demonstrasi kemampuan gerak. Pada aspek keaktifan, kerjasama dan demonstrasi pada siklus I diperoleh hasil sebesar 56% dengan kategori baik. Untuk kemampuan siswa dalam melakukan gerakan renang gaya dada, setelah dilaksanakan tindakan mulai dari siklus I sampai dengan siklus II mengalami peningkatan pula.

Berdasarkan beberapa hasil kesimpulan di atas, memperlihatkan

bahwa hipotesis tindakan “Jika pendekatan diagnostik kesulitan belajar


(2)

Advent Bandar Lampung, maka kemapuan siswa meningkat”, dapat diterima secara logis. Dengan demikian penerapan pendekatan diagnostik kesulitan belajar dapat meningkatkan kemampuan siswa pada pembelajaran renang gaya dada di kelas VII SMP Advent Bandar Lampung.

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan mengenai penerapan pendekatan diagnostik kesulitan belajar pada pembelajaran renang gaya dada di kelas VII SMP Advent Bandar Lampung, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut.

1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan bahwa penerapan pendekatan diagnostik kesulitan belajar memberikan perubahan dan hasil yang positif tehadap proses dan hasil belajar pada pembelajaran renang gaya dada. Dengan keberhasilan tersebut, maka diharapkan dapat diterapkan pada materi lain, khususnya pada mata pelajaran penjaskes dan mata pelajaran lain pada umumnya.

2. Dalam menerapkan pendekatan diagnostik kesulitan belajar, peran dan tanggung jawab guru sangatlah bepengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Oleh karena itu peran guru tersebut harus selalu diterapkan pada setiap kegiatan pembelajaran.


(3)

3. Lembaga (sekolah) seharusnya mampu untuk membuka diri dalam inovasi pembelajaran. Penerapan pendekatan diagnostik kesulitan belajar hendaknya dapat disosialisasikan lebih lanjut agar dapat diimplementasikan pada setiap mata pelajaran.

4. Pada penelitian ini, masih dirasa kurang dalam cara cara memotivasi siswa dalam setiap pembelajaran. Oleh karena itu untuk perbaikan dalam penelitian selanjutnya, diharapkan agar penelitian lain dengan pendekatan diagnostik kesulitan belajar lebih menekankan hal-hal yang kurang terlaksana dengan optimal pada penelitian ini.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, dkk. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Abdurrahman, Mulyono. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdikbud. (1997). Pokok Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta : Balai Pustaka.

Depdiknas. (2003). Pedoman Pengembangan Tes Diagnostik Penjas. Jakarta: Dir. PLP Dirjen Dikdasmen.

Jubaedi Ade.2009. Bahan Ajar renang 1. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Lampung : Bandar Lampung

Johana, K. dan Supandi. (1990). Pengantar Sosiologi Olahraga. Bandung: FPOK IKIP Bandun g.

Kasbolah, Kasihani. (1999). Penelitian Tindakan Kelas: Guru sebagai Peneliti. Lampung Univertsitas. 2009. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas


(5)

Lampung Univertsitas. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Bandar Lampung. Universitas Lampung.

Makalah disajikan dalam Lokakarya PTK Bagi Guru SLTP, MTs, SMU, MA dan SMK se-Kodya Malang. Malang: IKIP.

Makmun, Abin Samsuddin. (2009). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mulyasa, E. (2004). Implementasi Kurikulum 2004; Panduan Belajar KBK. Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya.

Nazir. (2005). MetodePenelitian. Jakarta : Jakarta Indonesia.

Priyatna, Asep. (1987). Bidang Pengajaran Psikologi SPG/KPG/SGO. Bandung: Epsilon.

Rakhmat, Cece. (2006). Penggunaan Tes Diagnostik Kesulitan Belajar dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Impresum. Skripsi. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UPI

Rusyani, Tabrani dkk. (1989). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sudjana, N. (2004). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algensindo.

Surya, M. dan Amin, M. (1980). Pengajaran Remedial. Jakarta: PD. Andreola Syah, Muhibbin. (1999). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu. Udin, Tamsik A.M. dan Sopandi, (1987). Bidang Pengajaran Ilmu Pendidikan


(6)

Usman, M. Uzer. (2002). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Widayatun, T. Rusmi. (1999). Ilmu Perilaku. Jakarta: CV. Sagung Seto.

________, (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Balai Pustaka.

________, (2004). Modul Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat.

_______, (1981). Psikologi Pendidikan; Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: Rosdakarya.

________, (2003). Undang-undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003. Jakarta: Sinar Grafika.


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 KEBON JERUK KECAMATAN TANJUNGKARANG TIMUR BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 39

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RENANG GAYA DADA MELALUI PENDEKATAN DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR PADA SISWA KELAS VII SMP ADVENT BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2012/2013

2 8 83

PENGARUH METODE BAGIAN DAN METODE KESELURUHAN TERHADAP KETERAMPILAN RENANG GAYA DADA PADA SISWA KELAS VII 7 SMP N 1 RUMBIA TAHUN AJARAN 2012/2013

1 18 51

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR MELUNCUR PADA RENANG GAYA BEBAS SISWA KELAS VII A SMP WIYATA KARYA NATAR LAMPUNG SELATAN

0 17 50

PENGGUNAAN LAYANAN INFORMASI CARA BELAJAR AKTIF DAN EFEKTIF UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VII SMP WIYATAMA BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2012/2013

0 11 102

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS DAN DISIPLIN BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP XAVERIUS 4 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 5 83

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RENANG GAYA DADA MELALUI PENDEKATAN DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR PADA SISWA KELAS VII SMP ADVENT BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2012/2013

0 8 83

UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN DRIBLE DALAM SEPAKBOLA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 30 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 5 63

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 CILACAP TAHUN AJARAN 20132014

0 0 8

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) SISWA KELAS VII A SMP N 2 BERBAH TAHUN AJARAN 20132014

0 0 10