Survei Mengenai Learning Approach pada Siswa Kelas 2 SMF K 'X' di Kota Bandung.
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui learning approach yang dominan digunakan oleh siswa kelas dua SMF K “X” Bandung. Responden dari penelitian ini adalah 77 orang remaja, merupakan jumlah keseluruhan dari siswa kelas dua di SMF K “X” Bandung. Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian, maka rancangan penelitian yang diajukan menggunakan teknik survey.
Alat ukur yang digunakan untuk menjaring data mengenai learning approach diadaptasi dari alat ukur yang dikembangkan oleh John Biggs (2001), yang diterjemahkan oleh peneliti ke dalam bahasa Indonesia yaitu The Revised two-factor Study Process Questionnaire (R-SPQ-2F) yang terdiri atas dua puluh item. Dengan menggunakan Alpha Cronbach dalam Spearman Ro (Rs) diperoleh dua puluh item yang telah valid dengan validitas berkisar antara 0,380 sampai dengan 0,635 dan reliabilitas sebesar 0,746.
Berdasarkan hasil pengolahan data secara statistik diketahui bahwa learning approach yang paling banyak digunakan oleh siswa kelas II di SMF K ‘X’ Bandung adalah deep approach, dengan persentase sebesar 84,4%, dan sisanya adalah surface approach dengan persentase sebesar 11,7%, dan siswa yang menggunakan deep approach dan surface approach secara seimbang sebesar 3,9%.
Pada penelitian ini tidak diperoleh keterkaitan antara learning approach dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu: personal factor dan experiential background factors. Oleh karena itu peneliti mengajukan saran untuk dilakukan penelitian lanjutan yang dikembangkan menjadi suatu penelitian korelasi, yang menghubungkan learning approach dalam mempelajari materi pelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Farmasi dengan faktor-faktor yang mempengaruhi learning approach, seperti personal factors (conception of learning, abilities, locus of control) dan experiential background factors.
U nive rsit a s K rist e n M a ra na t ha
(2)
KATA PENGANTAR
Pertama-tama peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Tuhan Yesus Kristus atas anugerah dan kemurahan-Nya kepada peneliti dari awal perencanaan sampai dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana Psikologi di Universitas Kristen Maranatha Bandung. Peneliti menyadari bahwa terdapat kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu saran dan kritik yang membangun akan sangat bermanfaat untuk penelitian selanjutnya. Kendala-kendala selama penulisan skripsi dapat dilalui peneliti karena dukungan dari berbagai pihak, karena itulah peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. R. Sanusi Soesanto, Psik., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung.
2. Ibu Lie Fun Fun, M.Psi., Dosen Wali peneliti yang telah banyak memberikan doa dan dukungan sepanjang peneliti menempuh studi di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, Bandung.
3. Bapak Drs. Paulus H. Prasetya, M.Si., Psik., selaku Dosen pembimbing utama yang telah bersedia memberikan banyak waktu dan perhatiannya dalam menyusun skripsi ini. Terima kasih atas masukan dan bimbingannya hingga skripsi ini dapat selesai, dan juga selaku dosen konsulen yang memberikan masukan yang berharga serta selaku Koordinator mata kuliah Skripsi yang selalu menyediakan waktu untuk bertanya.
U nive rsit a s K rist e n M a ra na t ha
(3)
(Terima kasih Pak atas segala bimbingan dan bantuannya serta membuat saya menjadi orang yang lebih baik lagi dan lebih bertanggung jawab dalam hidupku)
4. Ibu Jane Savitri, M.Si., Psik., selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah secara sabar memberikan masukan-masukan berharga, dukungan dan semangat kepada peneliti dalam mengerjakan srikpsi.
5. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha yang telah memberikan bekal ilmu kepada peneliti yang berguna dalam penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Idah Sadiah, Ibu Nellyke Bilusayang. BA, Bapak Juhara, Bapak Widhi Prihatmo, Ibu Trislowati dan Bapak Yudi Effendi K yang membantu administrasi akademik selama perkuliahan.
7. Staf Perpustakaan yang telah membantu menyediakan bahan referensi yang dibutuhkan peneliti dalam menyelesaikan studi dan penyusunan skripsi ini. 8. Ibu Dra. Nindia Widjajanti Santoso, Apt., selaku kepala sekolah SMF K
“X” Bandung yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian dan pengambilan data.
9. Guru-guru SMF K “X” Bandung yang telah membantu meluangkan waktu dan mempermudah dalam proses pengambilan data.
10. Seluruh responden untuk kesukarelaan dan waktu yang telah diberikan dalam mengisi kuesioner penelitian.
11. Teman-teman baikku yang selalu memberi dukungan
(Ali, Ira, Epenz, Grace, Ricky, Hengky, Tiwoel, Dita, dan semua yang tidak bisa disebutkan satu persatu)
(4)
12. Seluruh keluargaku, papi, mami dan semua kakakku (terutama Jully) yang tidak bosan-bosannya mendoakan dan memberi dukungan peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.
13. Marlin, terima kasih untuk kesabaran, pengertian, dan bantuannya di dalam hidupku, kamu sangat berarti bagiku.
Bandung, Desember 2007
Peneliti
(5)
DAFTAR ISI
halaman
ABSTRAK ……….……….. i
KATA PENGANTAR……….………. ii
DAFTAR ISI……….………iii
DAFTAR BAGAN…………...………..……….. ix
DAFTAR TABEL……….………... x
DAFTAR LAMPIRAN………...….... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah……… 1
1.2. Identifikasi Masalah………... 8
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian………... 8
1.3.1.Maksud Penelitian………..…………... 8
1.3.2.Tujuan Penelitian………..……. 8
1.4. Kegunaan Penelitian………...………... 8
1.4.1.Kegunaan Teoritis.………...……… 8
1.4.2.Kegunaan Praktis………...…..………... 9
U nive rsit a s K rist e n M a ra na t ha
(6)
1.5. Kerangka Pemikiran………..………... 9
1.6. Asumsi Penelitian………..……….………...………. 19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Belajar (Learning)………..…..………….……...…... 21
2.2. Perkembangan Kognitif (Piaget’s Theory)……….……...……….. 25
2.3. Learning Approach ....….………... 30
2.3.1. Peranan Teori Di Dalam Perkembangan inventori Mengenai Learning Approach ... 32
2.3.2. Makna Learning Approach Yang Berbeda ... 34
2.3.3. Presage, Process And Product ... 37
2.3.4. Learning Approach ... 43
2.4. Blooms Taxonomy ... 45
2.5. Kurikulum SMF K ‘X’ Bandung ... 49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian……….………...……..…… 50
3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.…………..………....….... 50
3.2.1. Variabel Penelitian ... 50
3.2.2. Definisi Operasional...…....………..…... 51
(7)
3.3. Alat Ukur………...………...…..……..……….... 52
3.3.1 Kuesioner Learning Approach …….……...…..……...…... 52
3.3.2. Data Pribadi Dan Data Penunjang... 53
3.4. Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur ... 54
3.4.1. Validitas ... 54
3.4.2. Reliabilitas ... 55
3.5. Populasi Sasaran ...………... 55
3.5.1. Populasi Sasaran...………... 55
3.5.2. Karakteristik Populasi ...…………... 55
3.6. Teknik Analisis ... 55
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Responden ...……....……… 57
4.2. Hasil pengolahan Data Dan pembahasan ………. 57
4.2.1. Hasil Pengolahan Data ... 57
4.2.2. Pembahasan ...…...………...…... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan………..……….……. 67
5.2. Saran……….………..…………... 68
(8)
5.2.1. Saran Penelitian Lanjutan………....……… 68
5.2.2. Saran Praktis………..……....…….. 69
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN
(9)
DAFTAR BAGAN
halaman
Bagan 1.1. Kerangka pemikiran……….………….. 19
Bagan 2.1. The 3P Model of Classroom Learning……….... 38
Bagan 3.1. Skema rancangan penelitian………..……. 50
U nive rsit a s K rist e n M a ra na t ha
(10)
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 3.1. Alternatif pilihan jawaban dan nilai …………....……...…………. 52
Tabel 3.2. Kisi-kisi alat ukur R-SPQ-2F ...…………... 53
Tabel 4.1. Persentase responden berdasrkan jenis kelamin ...…….... 57
Tabel 4.2 Persentase Learning Approach ...…..……….. 58
Tabel 4.3 Tabel persentase motif pada learning approach ...……..…... 58
Tabel 4.4. Tabel persentase strategi pada learning approach ...…...….... 58
U nive rsit a s K rist e n M a ra na t ha
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Alat Ukur
Lampiran 2. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Lampiran 3. Data Penunjang
Lampiran 4. Data Learning Approach Lampiran 5. Persentase Alat Ukur
Lampiran 6. Tabulasi Silang Data Penunjang Lampiran 7 Kurikulum SMFK ’X’ Bandung
U nive rsit a s K rist e n M a ra na t ha
(12)
U nive rsit a s K rist e n M a ra na t ha Lampiran 1
KATA PENGANTAR
Saya adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Saat ini saya sedang melakukan suatu penelitian mengenai learning approach, khususnya pada siswa SMF kelas 2 di SMF K ‘X’ yang ada di kota Bandung, oleh karena itu saya bermaksud mengambil data untuk melengkapi penelitian ini.
Saya sangat mengharapkan kesediaan saudara untuk dapat berpartisipasi didalam pengisian angket/kuesioner mengenai learning approach ini. Semoga partisipasi yang saudara berikan didalam penelitian ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya dalam penelitian ini.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada saudara yang telah berpartisipasi di dalam penelitian ini.
Bandung, Desember 2007
(13)
U nive rsit a s K rist e n M a ra na t ha
A. DATA IDENTITAS INDIVIDU Silahkan isi tempat yang kosong atau lingkari salah satu jawaban.
1. Jenis Kelamin : L / P
2. Nilai Rapot terakhir : 3. Pendidikan Orang Tua :
a. Ayah :
b. Ibu :
B. DATA PENUNJANG
Lingkarilah salah satu pilihan jawaban yang menurut saudara sesuai dengan keadaan diri saudara
1. Makna belajar bagi saya adalah : a. mengumpulkan informasi
b. mengambil dan menyimpan materi yang dipelajari c. menerapkan apa yang telah dipelajari dan disimpan
d. melihat komponen materi yang dipelajari dan menggabungkan ide atau kejadian di masa lalu atau masa depan
e. melihat sesuatu dari berbagai perspektif sehingga mampu mengubah cara pemikiran
2. Ketika saya memutuskan untuk belajar, hal tersebut di motivasi oleh : a. kesadaran pribadi
b. tuntutan orang tua
(14)
U nive rsit a s K rist e n M a ra na t ha
3. Saya merasa bahwa saya memiliki kemampuan dan prestasi akademik yang …….. saat ini.
a. tinggi b. sedang c. rendah
4. Bagi saya materi pelajaran di Sekolah…….. untuk dimengerti. a. sulit
b. mudah
5. Orang tua saya menuntut saya untuk berprestasi a. ya
b. tidak
6. Orang tua saya beranggapan bahwa pendidikan adalah suatu hal yang penting, menurut saya pendapat tersebut ...
a. sesuai dengan diri saya b. tidak sesuai dengan diri saya
7. Saya merasa nyaman ketika mengikuti pelajaran di kelas a. ya
b. tidak
8. Menurut saya kualitas pelajaran di sekolah…… a. baik
b. kurang baik
9. Saya merasa ……. menjadi bagian dari sekolah a. bangga
(15)
U nive rsit a s K rist e n M a ra na t ha
b. malu
10.Perasaan saya ketika mengikuti pelajaran di sekolah adalah ... a. senang
b. kurang senang
11.Saya merasa bahwa kurikulum yang diterapkan di sekolah ... a. ringan
b. berat
12.Saya merasa bahwa kurikulum di sekolah……. saya. a. memotivasi
b. membebani saya
13.Dalam pergaulan di lingkungan sekolah, saya memiliki …… teman yang memiliki prestasi akademik yang tinggi dan bersungguh-sungguh dalam belajar.
a. sedikit b. banyak
14.Pergaulan dengan teman tersebut membuat saya ……..
a. termotivasi untuk mencapai prestasi akademk yang tinggi b. merasa minder dan berusaha menghindari mereka
15.Secara umum, pandangan saya terhadap guru pengajar di sekolah adalah ……. belajar saya.
a. mendorong b. menghambat
16.Menurut saya tugas yang diberikan guru kepada siswa… a. memberatkan
(16)
U nive rsit a s K rist e n M a ra na t ha
b. menambah pengetahuan
17.Tugas yang diberikan guru kepada siswa pada umumnya diikuti oleh pembahasan dengan cara yang ……
a. menarik
(17)
C. KUESIONER LEARNING APPROACH
Kuesioner ini terdiri dari beberapa pernyataan tentang perilaku mengenai studi dan kebiasaan belajar saudara. Tidak ada suatu cara yang terbaik dalam belajar. Semuanya tergantung pada gaya apa yang cocok dan tujuan dri apa yang saudara pelajari. Jawablah setiap pernyataan dengan jujur, dan apabila saudara berpendapat bahwa jawaban saudara tergantung pada mata pelajaran yang saudara pelajari, berikanlah jawaban yang paling mewakili mata pelajaran tersebut.
Dalam kuesioner ini saudara diminta untuk memilih salah satu dari lima kemungkinan jawaban yang tersedia dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu kolom yang tersedia di sisi pernyataan. Kemungkinan jawaban yang tersedia adalah
Sangat sering atau hampir selalu terjadi pada saya (SS)
Sering terjadi pada saya (S)
Kadang-kadang terjadi pada saya (K)
Jarang terjadi pada saya (J)
Sangat jarang atau hampir tidak pernah terjadi pada saya (SJ)
Kejujuran saudara dalam mengisi angket ini sangat kami harapkan dan jawaban yang saudara berikan akan kami rahasiakan. Pilihlah jawaban yang sesuai dengan diri saudara dan jangan terpaku pada suatu persoalan, reaksi pertama saudara kemungkinan adalah yang terbaik. Periksalah kembali jawaban saudara, jangan sampai ada pernyataan yang terlewat.
Contoh :
a
No. Pernyataan SS S K J SJ
(18)
Petunjuk pengisian :
SS = sangat sering S = sering K = kadang–kadang J = jarang SJ = sangat jarang
No. Pernyataaan SS S K J SJ
1. Saya menyadari bahwa belajar menimbulkan kepuasan pribadi yang mendalam.
2. Saya menyadari bahwa saya harus menganalisa topik dengan baik agar saya dapat membuat kesimpulan sendiri sebelum saya puas.
3. Tujuan saya adalah lulus ujian dengan usaha seminimal mungkin.
4. Saya hanya belajar dengan serius tentang materi yang telah diberikan di kelas atau pada waktu ujian.
5. Pada dasarnya saya merasa dapat tertarik pada topik apapun jika saya menyukainya.
6. Saya tertarik pada topik baru dan sering menghabiskan waktu lebih untuk mengali lebih banyak informasi tentang itu.
7. Saya tidak begitu tertarik pada pelajaran saya, sehingga saya tidak berusaha keras untuk itu.
8. Saya mempelajari inti dari materi dan mengulanginya terus-menerus sampai saya hafal walaupun saya tidak mengerti.
9. Saya merasa bahwa topik perkuliahan dapat semenarik novel atau film.
10. Saya menguji diri saya sendiri dengan topik penting sampai saya benar-benar mengerti.
(19)
Petunjuk pengisian :
SS = sangat sering S = sering K = kadang–kadang J = jarang SJ = sangat jarang
No. Pernyataaan SS S K J SJ
11. Saya lebih dapat mengerjakan tugas dengan mengingat kunci jawaban daripada mencoba mengerti jawabannya. 12. Saya biasanya memfokuskan diri pada pelajaran yang saya
anggap perlu difokuskan.
13. Saya rajin belajar karena saya tertarik akan pelajarannya. 14. Saya menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan
tentang topik menarik yang akan dibahas di kelas.
15. Saya rasa tidak ada manfaatnya mempelajari suatu topik secara mendalam, hal itu membingungkan dan buang-buang waktu saja.
16. Saya percaya bahwa guru tidak akan menyuruh siswa menghabiskan banyak waktu untuk mempelajari materi yang tidak akan diujikan.
17. Saya menyiapkan pertanyaan yang berkaitan dengan mata pelajaran yang akan diajarkan di kelas.
18. Saya membaca bacaan yang disarankan oleh guru yang berkaitan dengan pelajaran di sekolah.
19. Saya rasa tidak ada manfaatnya mempelajari materi yang tidak akan diujiankan.
20. Saya rasa cara terbaik untuk lulus ujian adalah dengan mengingat jawaban atas pertanyaan serupa.
(20)
Lampiran 2
Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Pengujian validitas dan reliabilitas alat ukur ini telah di lakukan oleh
Farrel (2007) mahasiswa psikologi Universitas Kristen Maranatha, dan diperoleh
hasil sebagai berikut:
Aspek No. Item Validitas Hasil
3 0,625 Diterima
7 0,466 Diterima
11 0,574 Diterima
15 0,537 Diterima
Deep Motive
19 0,505 Diterima
4 0,521 Diterima
8 0,469 Diterima
12 0,433 Diterima
16 0,558 Diterima
Surface Motive
20 0,603 Diterima
1 0,587 Diterima
5 0,380 Diterima
9 0,512 Diterima
13 0,548 Diterima
Deep Strategy
17 0,602 Diterima
2 0,559 Diterima
6 0,635 Diterima
10 0,615 Diterima
14 0,564 Diterima
Surface Strategy
18 0,523 Diterima
Reliabilitas 0,746
(21)
Lampiran 5
Persentase Data Penunjang
Tabel 5.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase
Laki-laki 17 22.1%
Perempuan 60 77.9%
Total 77 100%
Tabel 5.2. Karakteristik responden berdasarkan usia
Usia Jumlah Responden Persentase
16 tahun 28 36.4%
17 tahun 41 53.2%
18 tahun 8 10.4%
Total 77 100%
Tabel 5.3. Makna belajar bagi siswa
Makna Belajar Jumlah Responden Persentase
1. mengumpulkan informasi 9 11.7%
2. mengambil dan menyimpan materi
yang dipelajari 5 6.5%
3. menerapkan apa yang telah dipelajari
dan disimpan 21 27.3%
4. melihat komponen materi yang
dipelajari dan mampu menggabungkan ide atau kejadian di masa lalu
20 26.0% 5. melihat sesuatu dari berbagai
perspektif sehingga mampu mengubah cara pemikiran
22 28.6%
Total 77 100%
Tabel 5.4. Locus of Control
Locus of Control Jumlah Responden Persentase
Internal 69 89.6%
Eksternal 8 10.4%
(22)
Tabel 5.5 Penghayatan terhadap Prestasi
Penghayatan
terhadap prestasi Jumlah Responden Persentase
Tinggi 42 54.5%
Rendah 35 45.5%
Total 77 100%
Tabel 5.6 Penghayatan terhadap Pelajaran di Sekolah
Penghayatan
Pelajaran Jumlah Responden Persentase
Mudah 40 51.9%
Sukar 37 48.1%
Total 77 100%
Tabel 5.7 Pendidikan Ayah
Pendidikan Ayah Jumlah Responden Persentase
SD 6 7.8%
SMP 3 3.9%
SMU 35 45.5%
Diploma 3 3.9%
Strata 29 37.7%
Total 77 100%
Tabel 5.8 Pendidikan Ibu
Pendidikan Ibu Jumlah Responden Persentase
SD 1 1.3%
SMP 8 10.4%
SMU 42 54.5%
Diploma 9 11.7%
Strata 17 22.1%
Total 77 100%
Tabel 5.9 Orang Tua Menuntut untuk Berprestasi
Tuntutan
berprestasi Jumlah Responden Persentase
Ya 65 84.4%
Tidak 12 15.6%
(23)
Tabel 5.10 Pendidikan Penting Bagi Orang Tua
Pendidikan Penting Jumlah Responden Persentase
Sesuai 75 97,4%
Tidak Sesuai 2 2,6%
Total 77 100%
Tabel 5.11 Merasa Nyaman Bersekolah
Nyaman bersekolah Jumlah Responden Persentase
Ya 64 83.1%
Tidak 13 16.9%
Total 77 100%
Tabel 5.12 Kualitas Sekolah
Kualitas sekolah Jumlah Responden Persentase
Baik 71 92.2%
Kurang baik 6 7.8%
Total 77 100%
Tabel 5.13 Perasan Menjadi Bagian dari Sekolah
Menjadi bagian dari
sekolah Jumlah Responden Persentase
Malu 1 1.3%
Bangga 76 98.7%
Total 77 100%
Tabel 5.14 Perasaan Mengikuti Pelajaran di Sekolah
Perasaan mengikuti
pelajaran di sekolah Jumlah Responden Persentase
Senang 74 96.1%
Kurang senang 3 3.9%
Total 77 100%
Tabel 5.15 Penghayatan terhadap Kurikulum
Penghayatan terhdp
kurikulum Jumlah Responden Persentase
Ringan 19 24.7%
Cukup berat 58 75.3%
(24)
Tabel 5.16 Penghayatan terhadap Kurikulum I
Penghayatan terhdp
kurikulum I Jumlah Responden Persentase
Memotivasi 62 80.5%
Membebani 15 19.5%
Total 77 100%
Tabel 5.17 Memiliki Teman yang Berprestasi
Teman yang
berprestasi Jumlah Responden Persentase
Sedikit 13 16.9%
Banyak 64 83.1%
Total 77 100%
Tabel 5.18 Dampak Pergaulan terhadap Pelajaran di Sekolah
Dampak pergaulan Jumlah Responden Persentase
Termotivasi 74 96.1%
Minder 3 3.9%
Total 77 100%
Tabel 5.19 Pandangan terhadap Guru
Pandangan terhdp
guru Jumlah Responden Persentase
Menghambat 11 14.3%
Mendorong 66 85.7%
Total 77 100%
Tabel 5.20 Tugas dari Guru
Tugas dari guru Jumlah Responden Persentase
Sedikit 16 20.8%
Banyak 61 79.2%
Total 77 100%
Tabel 5.21 Pembahasan Tugas Oleh Guru
Pembahasan tugas Jumlah Responden Persentase
Menarik 33 42.9%
Kurang menarik 44 57.1%
(25)
Tabel 5.22. Selisih Nilai Deep Approach dengan Surface Approach
Selisih Nilai DA-SA Jumlah Responden Persentase
- 1 s/d -10 9 11,7%
0 3 3,9%
1 s/d 10 55 71,4%
11 s/d 20 7 9,0%
21 s/d 30 2 2,6%
31 s/d 40 1 1,3%
(26)
Lampiran 6
Tabulasi Silang Learning Approach dengan Data Penunjang
Tabel. 6.1. Tabulasi Silang Learning Approach dengan Jenis Kelamin
Learning Approach Deep Approach Surface Approach Deep-Surface
Approach Total
50 7 3 60
Perempuan
83.3% 11.7% 5% 100%
15 2 0 17
Jenis
Kela
min
Laki-laki
88.2% 11.8% 0.0% 100%
Tabel. 6.2. Tabulasi Silang Learning Approach dengan Usia
Learning Approavh Deep Approach Surface Approach Deep-Surface
Approach Total
25 2 1 28
16 tahun
89.3% 7.1% 3.5% 100%
32 7 2 41
17 tahun
78% 17.1% 4.9% 100%
8 0 0 8
Usia
18 tahun
(27)
Tabel. 6.3. Tabulasi Silang Learning Approach dengan Makna Belajar Learning Approach Deep Approach Surface Approach Deep-Surface
Approach Total
7 2 0 9
1. Meningkatkan
kemampuan 77.7% 22.3% 0.0% 100.0%
5 0 0 5
2. Mengingat dan
mengelola 100.0% 0.0% 0.0% 100.0%
17 3 1 21
3. Mengaplikasikan
80.9% 14.3% 4.8% 100.0%
15 4 1 20
4. Mengerti
75.0% 20.0% 5.0% 100.0%
21 0 1 22
Makna Belajar
5. Memandang sesuatu dengan cara
yang berbeda 95.4% 0.0% 4.6% 100.0%
Tabel. 6.4. Tabulasi Silang Learning Approach dengan Locus of Control
Learning Approach Deep Approach Surface Approach Deep-Surface
Approach Total
58 9 2 69
Internal
84.1% 13.1% 2.8% 100.0%
7 0 1 8
Locus of Control External
87.5% 0.0% 22.5% 100.0%
Tabel. 6.5. Tabulasi Silang Learning Approach dengan Penghayatan Terhadap Prestasi Learning Approach Deep Approach Surface Approach Deep-Surface
Approach Total
29 5 1 35
Tinggi
82.8% 14.3% 2.8% 100.0%
36 4 2 42
(28)
Tabel. 6.6. Tabulasi Silang Learning Approach dengan Penghayatan terhadap Pelajaran di Sekolah
Learning Approach Deep Approach Surface Approach Deep-Surface
Approach Total
36 3 1 40
Mudah
90.0% 7.5% 2.5% 100.0%
29 6 2 37
Penghayatan Pelajaran
Sukar 78.3% 16.2% 5.4% 100.0%
Tabel. 6.7. Tabulasi Silang Learning Approach dengan Pendidikan Ayah
Learning Approach Deep Approach Surface Approach Deep-Surface
Approach Total
6 0 0 6
Rendah (SD)
100.0% 0.0% 0.0% 100.0%
33 4 2 39
Menengah
(SMP&SMU) 84.6% 10.2% 5.2% 100.0%
26 5 1 32
Pendidikan
Ayah
Tinggi
(Diploma&Strata) 81.2% 15.6% 3.2% 100.0%
Tabel. 6.8. Tabulasi Silang Learning Approach dengan Pendidikan Ibu
Learning Approach Deep Approach Surface Approach Deep-Surface
Approach Total
1 0 0 1
Rendah (SD)
100.0% 0.0% 0.0% 100.0%
44 4 2 50
Menengah
(SMP&SMA) 88.0% 8.0% 4.0% 100.0%
20 5 1 26
(29)
Tabel. 6.9. Tabulasi Silang Learning Approach dengan Tuntutan Berprestasi Learning Approach Deep Approach Surface Approach Deep-Surface
Approach Total
55 8 2 65
Ya
84.6% 12.3% 3.1% 100.0%
10 1 1 12
Tuntutan Berprestasi Tidak 83.3% 8.3% 8.3% 100.0%
Tabel. 6.10. Tabulasi Silang Learning Approach dengan Pendidikan Penting Bagi Orang Tua Learning Approach Deep Approach Surface Approach Deep-Surface
Approach Total
63 9 3 75
Sesuai
84.0% 12.0% 4.1% 100.0%
2 0 0 2
Pendidikan Penting
Tidak
sesuai 100.0% 0.0% 0.0% 100.0%
Tabel. 6.11. Tabulasi Silang Learning Approach dengan Nyaman Bersekolah
Learning Approach Deep Approach Surface Approach Deep-Surface
Approach Total
63 8 3 74
Ya
85.1% 10.8% 4.1.9% 100.0%
12 1 0 13
Nyaman
(30)
Tabel. 6.12. Tabulasi Silang Learning Approach dengan Kualitas Sekolah Learning Approach Deep Approach Surface Approach Deep-Surface
Approach Total
60 8 3 71
Baik
84.5% 11.2% 4.2% 100.0%
5 1 0 6
Kualita
s
Sekolah Kurang Baik
83.3% 16.7% 0.0% 100.0%
Tabel. 6.13. Tabulasi Silang Learning Approach dengan Perasaan Menjadi Bagian dari Sekolah Learning Approach Deep Approach Surface Approach Deep-Surface
Approach Total
64 9 3 76
Bangga 84.2% 11.8% 3.9% 100.0%
1 0 0 1
Perasaan Menjadi Bagian sekolah Malu 100.0% 0.0% 0.0% 100.0%
Tabel. 6.14. Tabulasi Silang Learning Approach dengan Perasaan Mengikuti Pelajaran Di Sekolah
Learning Approach Deep Approach Surface Approach Deep-Surface
Approach Total
62 9 3 74
Senang 83.8% 12.1% 4.1% 100.0%
3 0 0 3
Perasaan Mengikuti pelajaran Kurang
(31)
Tabel. 6.15. Tabulasi Silang Learning Approach dengan Penghayatan Terhadap Kurikulum Learning Approach Deep Approach Surface Approach Deep-Surface
Approach Total
49 7 2 58
Cukup
berat 84.5% 12.1% 3.4% 100.0%
16 2 1 19
Penghayatan Terhadap kurikulum Ringan 84.2% 10.5% 5.3% 100.0%
Tabel. 6.16. Tabulasi Silang Learning Approach dengan Penghayatan Terhadap Kurikulum I Learning Approach Deep Approach Surface Approach Deep-Surface
Approach Total
54 6 3 63
Memotivasi 85.7% 9.5% 4.8% 100.0%
11 3 0 14
Penghayatan
Terhadap Kurikulum
I
Membebani 78.6% 21.4% 0.0% 100.0%
Tabel. 6.17. Tabulasi Silang Learning Approach dengan Teman Berprestasi
Learning Approach Deep Approach Surface Approach Deep-Surface
Approach Total
56 6 2 64
Banyak
87.5% 9.3% 3.1% 100.0%
9 3 1 13
Teman
Berprestasi
Sedikit
(32)
Tabel. 6.18 Tabulasi Silang Learning Approach dengan Dampak Pergaulan Learning Approach Deep Approach Surface Approach Deep-Surface
Approach Total
64 7 3 74
Termotivasi
86.5% 9.4% 4.1% 100.0%
1 2 0 3
Dampak Pergaulan Minder
33.3% 66.7% 0.0% 100.0%
Tabel. 6.19. Tabulasi Silang Learning Approach dengan Pandangan terhadap Guru Learning Approach Deep Approach Surface Approach Deep-Surface
Approach Total
58 6 2 66
Mendorong
87.8% 9.1% 3.0% 100.0%
7 3 1 11
Pandangan terhadap
Guru Menghambat
63.6% 27.3% 9.1% 100.0%
Tabel. 6.20. Tabulasi Silang Learning Approach dengan Tugas dari Guru
Learning Approach Deep Approach Surface Approach Deep-Surface
Approach Total
53 6 2 61
Banyak 86.9% 9.8% 3.3% 100.0%
12 3 1 16
Tugas
(33)
Tabel. 6.21. Tabulasi Silang Learning Approach dengan Pembahasan Tugas oleh Guru Learning Approach Deep Approach Surface Approach Deep-Surface
Approach Total
28 3 2 33
Menarik 84.8% 9.1% 6.1% 100.0%
37 6 1 44
Pembahasan
Tugas Kurang
Menarik 84.1% 13.6% 2.33% 100.0%
Tabel. 6.22. Tabulasi Silang Learning Approach dengan Motive
Motive Deep Motive Surface Motive Deep Surface
Motive Total
62 2 1 65
Deep
Approach 95,4% 3,1% 1,5% 100%
4 3 2 9
Surface
Approach 44,4% 33,3% 22,2% 100%
2 1 0 3
Learning Approach
Deep Surface
Approach 66,7% 33,3% 0 100%
Tabel. 6.23. Tabulasi Silang Learning Approach dengan Strategy
Strategy Deep Strategy Surface Srategy Deep Surface
Strategy Total
38 18 9 65
Deep
Approach 58,5% 27,7% 13,8% 100%
0 8 1 9
Surface
Approach 0 88,9% 11,1% 100%
1 2 0 3
Learning Approach
Deep Surface
(34)
Tabel. 6.24. Tabulasi Silang Motive dengan Strategy Learning Approach Deep Strategy Surface Strategy Deep Surface
Strategy Total
35 24 9 68
Deep Motive
45,5% 31,2% 11,7% 88,3%
3 2 1 6
Surface Motive
3,9% 2,6% 1,3% 7,8%
1 2 0 3
Deep Surface
Motive 1,3% 2,6% 0 3,9%
39 28 10 77
Total
50,6% 36,4% 13% 100%
Tabel. 6.25. Tabulasi Silang Learning Approach dengan Selisih DA-SA
Deep Approach
Surface Approach
Deep Surface
Approach Total
9
0 9 0
-1 s/d -10
0 11,7% 0 11,7%
6
0 3
0
0 3,6% 7,8%
55 0 0 55
1 s/d 10
71,4% 0 0 71,4%
7 0 0 7
11 s/d 20
9,0% 0 0 9,0%
2 0 0 2
21 s/d 30
2,6% 0 0 2,6%
1 0 0 1
31 s/d 40
1,3% 0 0 1,3%
65 9 3 77
Selisish DA
dengan SA
Total
(35)
Tabel 6.26. Tabulasi Silang Learning Approach dengan Motive Strategy
Learning Approach
Deep
Deep
Surface Surface Total
35 0 0 35
Deep motive, deep
strategy 53,8% 0 0 45,5%
9 0 0 9
Deep motive, deep
surface strategy 13,8% 0 0 11,7%
18 2 4 24
Deep motive, surface
strategy 27,7% 66,7% 44,4% 31,2%
1 0 0 1
Deep surface motive,
deep strategy 1,5% 0 0 1,3%
0 0 2 2
Deep surface motive,
surface strategy 0 0 22,2% 2,6%
0 0 0 0
Deep surface motive,
deep surface strategy 0 0 0 0
2 1 0 3
Surface motive, deep
strategy 3,1% 33,3% 0 3,9%
0 0 1 1
Surface motive, deep
surface strategy 0 0 11,1% 1,3%
0 0 2 2
Motive, stra
tegy
Surface motive,
surface strategy 0 0 22,2% 2,6%
65 3 9 77
Total
(36)
Lampiran 7
KURIKULUM SMFK `X` BANDUNG
Pendidikan Sekolah Menengah Farmasi merupakan pendidikan menengah
kejuruan bidang kesehatan, termasuk pada jenjang pendidikan menengah yang
mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan pekerjaan
kefarmasian. Lulusan SMF ini secara professional diperlukan untuk membantu
melaksanakan tugas-tugas kefarmasian dibawah bimbingan tenaga kefarmasian
professional.
Muatan kurikulum SMF terdiri dari:
1. Kompenen Normatif
Bertujuan mengarahkan siswa pada pembentukan watak dan sikap etis. Komponen
normatif. Kelompok mata pelajaran normatif terdiri dari pengetahuan-pengetahuan
yang diperlukan untuk pembinaan kepribadian peserta didik baik sebagai warga
Negara, anggota masyarakat maupun untuk pengembangan professional.
Pengetahuan tersebut dipilih dari ilmu-ilmu kemasyarakatan yang di persyaratkan
oleh Departemen Pendidikan Nasional yang terdiri atas mata pelajaran; Pendidikan
Pancasila Kewarganegaraan, Pendidikan Agama, Bahasa dan Sastra Indonesia,
(37)
2. Komponen Adaptif
Bertujuan mengarahkan siswa pada konsep berfikir logis dan kreatif. Kelompok
mata pelajaran adaftif ini terdiri dari pengetahuan-pengetahuan yang menunjang
kelompok mata pelajaran produktif. Komponen adaptif ini terdiri atas mata
pelajaran; Matematika, Kimia, Fisika, Biologi, dan Bahasa Inggris.
3. Komponen Produktif
Bertujuan mengarahkan siswa pada pembekalan keterampilan dan sikap kerja sesuai
dengan kemampuan yang diperlukan oleh dunia kerja. Mata pelajaran kejuruan ini
merupakan pengetahuan keprofesian dalam tugas-tugas kefarmasian. Komponen
produktif ini terdiri dari mata pelajaran; Ilmu Resep, Farmakologi, Farmakognosi,
Administrasi Farmasi, Kesehatan Masyarakat, Perundang-undangan Kesehatan, dan
Praktek Kerja Lapangan.
Konsepsi lain yang ada pada kurikulum SMF adalah adanya peluang bagi lulusan
untuk dapat bekerja pada sarana pelayanan kesehatan dan peluang luas untuk dapat
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi baik di lingkungan Departemen
(38)
Tujuan institusional sekolah menengah farmasi:
1. Sekolah menengah farmasi diselenggarakan untuk menghasilkan tenaga farmasi
tingkat menengah (asisten apoteker) yang mampu bekerja dalam system pelayanan
kesehatan khususnya di bidang farmasi.
2. Setelah menyelesaikan program pendidikan di sekolah menengah farmasi, para
lulusan diharapkan mampu bekerja sebagai pelaksana tenaga farmasi tinkat
menengah (asisten apoteker) dibidang farmasi, dalam pelayanan kesehatan
membantu kegiatan administrasi, pengawasan dan penyuluhan kesehatan kepada
masyarakat serta pendistribusian sediaan farmasi di apotek.
3. dalam memenuhi tugas suci untuk mengembangkan potensi manusia, pendidikan di
sekolah menengah farmasi juga disiapkan untuk memungkinkan peserta didik
melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi (program diploma/sarjana).
(39)
1 3 4 2 4 2 15 3 4 3 3 1 14 1 3 4 3 3 14 4 3 4 3 3 17 29 31 SA -2
2 4 5 1 5 1 6 5 5 5 5 3 23 1 5 1 1 1 9 2 5 5 5 2 19 39 28 DA 9
3 4 4 3 5 3 19 3 4 3 3 3 16 2 3 2 3 2 12 4 3 3 2 2 14 35 26 DA 9
4 3 4 3 3 2 15 4 4 2 3 3 16 4 3 3 4 3 17 4 3 4 3 3 17 31 34 SA -3
5 4 5 3 4 3 19 3 3 3 4 2 15 1 2 2 2 3 10 3 3 3 4 2 15 34 25 DA 9
6 3 4 3 4 2 16 3 3 3 2 2 13 4 3 1 2 2 2 2 1 3 2 1 9 29 21 DA 8
7 4 4 5 5 3 21 4 5 3 3 2 17 5 3 4 3 1 16 3 4 4 3 1 15 38 31 DA 7
8 4 5 3 5 2 19 4 4 3 3 3 17 3 4 1 2 1 11 4 2 4 3 1 14 36 25 DA 11
9 4 4 2 4 3 17 4 4 4 3 4 19 3 2 2 2 3 12 2 2 4 3 2 13 36 25 DA 11
10 4 4 2 3 4 17 5 3 4 3 2 17 4 3 4 2 4 17 3 3 2 4 3 15 34 32 DA 2
11 3 4 4 4 2 17 4 3 3 2 3 15 3 3 2 3 4 15 2 4 4 3 3 16 32 31 DA 1
12 4 5 4 4 3 20 4 3 4 2 4 17 1 3 3 1 3 11 4 4 4 2 3 17 37 28 DA 9
13 5 5 4 5 4 23 5 5 3 5 3 21 2 3 1 1 2 9 3 2 4 3 1 13 44 22 DA 22
14 4 4 2 4 3 17 4 4 4 3 3 18 5 4 3 4 4 20 3 3 4 3 3 16 35 36 DA 1
15 5 5 4 5 2 21 5 5 5 3 4 22 5 4 1 1 5 16 3 2 5 1 2 13 43 29 DA 14
16 5 5 3 5 3 21 5 4 5 5 4 23 4 4 1 1 2 12 2 1 5 1 1 10 44 22 DA 22
17 4 4 2 4 4 18 4 3 3 2 3 15 2 1 4 3 3 13 4 4 4 3 4 19 33 32 DA 1
18 4 5 3 5 1 18 4 3 3 2 3 15 2 1 3 3 4 13 5 1 5 5 3 19 33 32 DA 1
19 4 5 3 5 1 18 4 3 3 2 3 15 2 1 3 3 4 13 5 1 5 5 3 19 33 32 DA 1
20 4 4 4 4 3 19 4 4 4 2 4 18 2 2 2 3 2 11 4 4 5 4 4 21 37 32 DA 5
21 4 4 4 4 3 19 5 3 4 3 4 19 3 4 2 2 3 14 4 3 4 4 3 18 38 32 DA 6
22 3 4 3 5 2 17 4 3 4 2 3 16 2 2 2 3 4 13 4 2 4 4 3 17 33 30 DA 3
23 3 4 3 4 4 18 3 3 3 3 3 15 2 3 3 4 2 14 2 2 4 3 3 14 33 28 DA 5
24 4 4 3 4 4 19 4 4 4 3 4 19 4 3 3 3 4 17 4 4 4 3 4 19 38 36 DA 2
25 4 4 3 4 4 19 4 4 2 1 4 15 3 3 2 2 4 14 4 2 3 3 3 15 34 29 DA 5
26 4 4 4 2 3 17 4 4 4 2 2 16 1 1 1 1 2 6 4 3 4 1 1 13 33 19 DA 14
27 3 4 3 4 2 16 3 2 3 2 3 13 1 1 2 2 2 8 3 3 4 4 3 17 29 25 DA 4
28 5 5 2 5 1 18 4 5 2 4 4 19 1 2 4 1 3 11 5 2 5 3 3 18 37 29 DA 8
29 3 4 2 3 2 14 4 4 3 2 3 16 2 3 3 2 3 13 3 3 4 4 2 16 30 29 DA 1
30 3 5 4 5 1 18 3 4 4 2 3 16 4 3 4 3 3 17 3 3 5 2 2 15 34 32 DA 2
31 4 5 3 3 3 18 3 3 3 3 4 16 1 2 3 2 5 13 2 4 2 4 3 15 34 28 DA 6
(40)
38 3 5 1 4 1 14 3 3 1 2 2 11 1 4 3 3 3 14 3 2 4 5 4 18 25 32 SA -7
39 2 4 2 4 3 15 2 4 2 2 3 13 1 4 1 3 4 13 5 4 3 4 4 20 28 33 SA -5
40 3 4 3 3 4 17 3 3 3 3 4 16 2 3 3 3 3 14 4 3 4 2 2 15 33 29 DA 4
41 4 4 4 4 3 19 4 4 3 4 4 19 4 3 3 3 3 16 3 3 4 4 4 18 38 34 DA 4
42 3 5 3 3 3 17 4 3 3 3 3 16 2 4 2 2 3 13 3 3 4 4 2 16 33 29 DA 4
43 5 5 5 5 3 23 5 5 5 5 3 23 1 1 1 1 1 5 1 1 3 1 1 7 46 12 DA 34
44 4 4 2 4 2 16 3 3 3 2 4 15 2 2 2 3 3 12 4 3 4 3 1 15 31 27 DA 4
45 4 4 2 1 2 13 3 2 3 2 2 12 5 3 3 3 3 17 3 4 4 3 4 18 25 35 SA -10
46 3 2 3 4 3 15 4 3 4 2 4 17 2 2 2 2 2 10 4 4 4 2 2 16 32 26 DA 6
47 3 5 2 5 4 19 3 4 4 2 4 17 3 3 1 1 3 11 4 4 4 4 3 19 36 30 DA 6
48 4 4 2 3 1 14 4 2 2 2 1 11 1 3 1 2 4 11 4 2 4 4 3 17 25 28 SA -3
49 3 3 2 3 4 15 3 4 2 2 4 15 4 3 4 2 4 17 4 3 4 2 2 15 30 32 SA -2
50 4 4 3 4 4 19 4 4 4 3 4 19 3 2 2 2 3 12 3 3 4 3 3 16 38 28 DA 10
51 4 4 4 4 4 20 4 4 4 3 4 19 2 2 2 2 3 11 2 2 3 4 4 15 39 26 DA 13
52 3 4 3 4 3 17 3 3 3 2 3 14 1 2 2 2 2 9 3 2 3 2 2 12 31 21 DA 10
53 4 4 3 2 2 15 4 2 3 2 2 13 1 3 2 1 3 10 4 3 3 2 2 14 28 24 DA 4
54 3 4 3 4 2 16 3 3 3 3 3 15 1 1 2 2 4 10 4 2 4 4 3 17 31 27 DA 4
55 4 5 4 4 1 18 4 4 4 2 4 18 1 3 2 2 3 11 3 3 4 3 3 16 36 27 DA 9
56 4 5 2 4 4 19 5 3 3 3 3 17 2 2 3 3 3 13 4 3 4 4 2 17 36 30 DA 6
57 4 4 2 4 3 17 2 3 1 3 2 11 5 3 3 2 1 14 5 3 4 2 3 17 28 31 SA -3
58 3 4 3 4 3 17 3 3 3 3 3 15 2 2 2 2 2 10 3 2 4 3 2 14 32 24 DA 8
59 3 4 4 4 3 18 3 3 3 3 3 15 2 3 2 4 2 13 4 2 2 3 3 14 33 27 DA 6
60 3 4 3 4 3 17 3 3 3 3 4 16 2 2 2 2 3 11 4 3 3 4 3 17 33 28 DA 5
61 3 5 3 4 3 21 3 3 4 2 3 15 2 2 3 2 3 12 4 3 3 2 3 15 36 27 DA 9
62 5 3 3 2 3 16 4 3 2 2 3 14 1 2 3 1 1 8 2 2 3 2 1 10 30 18 DA 12
63 2 5 3 5 5 20 3 3 2 2 3 13 1 3 5 2 3 14 3 1 5 3 3 15 33 29 DA 4
64 4 4 2 4 3 17 4 4 4 4 4 20 3 4 2 1 3 13 3 2 4 2 1 12 37 25 DA 12
65 2 4 4 4 2 16 4 3 3 2 2 14 2 4 2 1 3 12 4 2 4 4 3 17 30 29 DA 1
66 4 5 4 5 3 21 5 3 4 3 3 18 2 4 3 2 3 14 5 5 5 4 4 23 39 37 DA 2
67 3 4 3 4 3 17 2 3 4 2 4 15 3 4 4 2 2 15 4 2 3 2 2 13 32 28 DA 4
68 4 5 3 4 1 17 3 2 4 2 4 15 2 2 2 3 3 12 3 3 4 3 3 16 32 28 DA 4
(41)
75 4 5 3 4 4 20 5 3 4 4 4 20 5 1 3 2 1 12 5 4 4 4 1 18 40 30 DA 10
76 3 4 3 4 4 18 4 4 3 3 3 17 3 4 3 3 3 16 3 3 4 3 3 16 35 32 DA 3
(42)
2 L 16 5 Internal rendah sukar SD SMU ya sesuai ya
3 P 16 3 Internal rendah sukar Strata Diploma ya sesuai tidak
4 P 16 2 Internal rendah sukar SMU SMU tidak sesuai tidak
5 P 17 3 Internal rendah mudah SMU SMU ya sesuai ya
6 P 16 4 Internal tinggi mudah SMP SMU ya sesuai ya
7 L 16 3 Internal tinggi mudah SMU SMU ya sesuai tidak
8 P 17 4 Internal tinggi sukar Strata Strata ya sesuai ya
9 L 17 4 Internal tinggi mudah Strata Strata ya sesuai tidak
10 P 16 5 Internal tinggi mudah SMU SMU ya sesuai tidak
11 P 16 4 Internal tinggi mudah Strata Strata ya sesuai ya
12 P 16 4 Internal rendah sukar SMU SMU ya sesuai ya
13 P 16 5 Internal rendah sukar Diploma Diploma ya sesuai ya
14 L 17 2 Eksternal tinggi mudah SMU Strata tidak sesuai ya
15 L 17 3 Internal rendah mudah Strata Strata tidak sesuai ya
16 L 18 4 Internal rendah mudah SMU SMU ya sesuai tidak
17 L 16 3 Internal tinggi mudah SMU SMU ya sesuai ya
18 P 17 5 Internal tinggi mudah SMU SMU ya sesuai ya
19 P 16 3 Internal rendah sukar SD SD ya sesuai ya
20 L 16 4 Internal tinggi mudah Strata SMU ya sesuai ya
21 P 17 3 Internal tinggi mudah SD SMU ya sesuai ya
22 P 17 5 Internal rendah sukar SMU SMU ya sesuai ya
23 P 16 5 Eksternal rendah mudah SMU SMP tidak sesuai ya
24 P 16 4 Eksternal tinggi sukar SMU SMU ya sesuai tidak
25 P 17 2 Internal rendah sukar SMU SMU ya sesuai ya
26 L 17 5 Internal tinggi mudah SMU SMP ya sesuai ya
27 P 17 3 Internal tinggi mudah SMU SMP ya sesuai tidak
28 P 17 5 Internal tinggi mudah SMU SMU ya sesuai ya
29 P 17 2 Internal rendah mudah Strata Strata ya sesuai ya
30 L 17 4 Internal rendah mudah Strata SMU tidak sesuai ya
31 P 17 1 Internal rendah sukar Diploma Diploma tidak sesuai ya
32 P 17 4 Eksternal rendah sukar SMU SMU tidak sesuai ya
(43)
39 L 16 4 Internal rendah sukar Strata Strata tidak sesuai ya
40 P 17 1 Internal rendah sukar SMU SMU ya sesuai ya
41 P 17 4 Internal tinggi mudah Strata SMU ya sesuai tidak
42 L 18 5 Eksternal rendah mudah Strata Diploma tidak sesuai ya
43 L 16 1 Internal rendah mudah SMU SMU ya sesuai ya
44 P 17 1 Internal tinggi mudah Diploma SMU ya sesuai ya
45 P 16 1 Internal tinggi sukar SMU SMU ya sesuai ya
46 P 16 3 Internal tinggi mudah Strata Strata ya sesuai ya
47 P 17 4 Internal rendah mudah SMU Diploma ya sesuai ya
48 P 17 4 Internal tinggi mudah Strata Strata ya sesuai ya
49 P 17 4 Internal tinggi sukar SMU SMU ya sesuai ya
50 P 16 5 Internal tinggi sukar SD SMU ya sesuai ya
51 P 16 4 Internal tinggi mudah SMU SMU ya sesuai ya
52 P 16 4 Internal tinggi mudah Strata Strata ya sesuai ya
53 P 18 5 Internal rendah sukar Strata SMU ya sesuai ya
54 P 17 3 Internal tinggi sukar SMU SMU ya sesuai ya
55 P 16 3 Internal rendah sukar SMP SMP ya sesuai ya
56 P 18 5 Internal rendah sukar Strata Strata ya sesuai ya
57 L 17 1 Internal rendah sukar Strata Strata ya sesuai tidak
58 P 17 1 Internal tinggi mudah Strata SMU ya sesuai ya
59 P 17 3 Internal rendah sukar SMU SMU ya sesuai ya
60 P 16 3 Internal rendah sukar Strata SMU ya sesuai ya
61 P 17 2 Internal rendah sukar SMU SMU tidak sesuai ya
62 P 18 5 Internal rendah sukar SMU SMU ya sesuai ya
63 P 16 3 Internal rendah sukar Strata SMU tidak sesuai tidak
64 P 17 1 Eksternal rendah mudah Strata Strata ya tidak sesuai ya
65 P 17 3 Internal tinggi mudah SMU SMU ya sesuai ya
66 P 16 3 Internal rendah mudah SD SMP ya sesuai ya
67 P 18 5 Internal rendah sukar Strata SMU ya sesuai ya
68 P 17 4 Internal tinggi sukar SMU Diploma ya sesuai ya
69 L 17 5 Internal rendah sukar SMU SMU ya sesuai ya
(44)
76 L 17 5 Internal rendah sukar SMU Strata ya tidak sesuai tidak
(45)
baik bangga senang cukup berat memotivasi sedikit termotivasi mendorong sedikit kurang menarik
kurang baik bangga senang cukup berat memotivasi banyak termotivasi menghambat banyak kurang menarik
baik bangga senang cukup berat memotivasi banyak termotivasi mendorong banyak kurang menarik
baik bangga senang cukup berat memotivasi banyak termotivasi mendorong sedikit kurang menarik
baik bangga senang ringan memotivasi banyak termotivasi mendorong banyak menarik
kurang baik bangga senang cukup berat memotivasi sedikit termotivasi mendorong banyak kurang menarik
baik bangga senang ringan memotivasi banyak termotivasi mendorong banyak menarik
baik bangga senang cukup berat memotivasi banyak termotivasi mendorong banyak menarik
baik bangga senang ringan membebani banyak termotivasi mendorong banyak kurang menarik
baik bangga senang cukup berat membebani sedikit termotivasi mendorong sedikit menarik
baik bangga senang ringan memotivasi banyak termotivasi mendorong banyak kurang menarik
kurang baik malu kurang senang ringan membebani banyak termotivasi menghambat banyak kurang menarik
baik bangga senang cukup berat memotivasi banyak termotivasi mendorong sedikit kurang menarik
baik bangga senang cukup berat memotivasi banyak termotivasi mendorong banyak menarik
baik bangga senang cukup berat memotivasi banyak termotivasi mendorong banyak menarik
baik bangga senang cukup berat memotivasi banyak termotivasi mendorong banyak menarik
baik bangga senang cukup berat memotivasi banyak termotivasi mendorong banyak kurang menarik
baik bangga senang cukup berat memotivasi banyak termotivasi mendorong banyak menarik
baik bangga senang cukup berat memotivasi banyak termotivasi mendorong banyak kurang menarik
baik bangga senang cukup berat memotivasi banyak termotivasi mendorong banyak menarik
baik bangga senang cukup berat memotivasi banyak termotivasi mendorong banyak menarik
kurang baik bangga senang ringan memotivasi sedikit termotivasi mendorong banyak kurang menarik
baik bangga senang cukup berat memotivasi banyak termotivasi mendorong banyak kurang menarik
baik bangga senang cukup berat memotivasi banyak termotivasi mendorong sedikit menarik
baik bangga senang cukup berat memotivasi banyak termotivasi mendorong sedikit menarik
baik bangga senang cukup berat memotivasi banyak termotivasi menghambat banyak kurang menarik
baik bangga senang cukup berat membebani banyak termotivasi mendorong banyak menarik
baik bangga senang cukup berat memotivasi banyak termotivasi menghambat sedikit kurang menarik
(46)
baik bangga senang cukup berat memotivasi sedikit minder mendorong banyak menarik
baik bangga senang cukup berat memotivasi banyak termotivasi mendorong banyak menarik
baik bangga senang cukup berat membebani banyak termotivasi mendorong banyak kurang menarik
baik bangga senang cukup berat membebani banyak termotivasi menghambat banyak kurang menarik
baik bangga senang ringan memotivasi banyak termotivasi mendorong sedikit kurang menarik
baik bangga senang ringan memotivasi banyak termotivasi mendorong banyak kurang menarik
baik bangga senang cukup berat memotivasi banyak termotivasi mendorong banyak kurang menarik
baik bangga senang cukup berat memotivasi banyak termotivasi mendorong banyak kurang menarik
baik bangga senang cukup berat memotivasi banyak termotivasi mendorong banyak kurang menarik
baik bangga senang ringan membebani banyak termotivasi menghambat sedikit kurang menarik
baik bangga senang cukup berat memotivasi banyak termotivasi mendorong banyak menarik
baik bangga senang cukup berat memotivasi banyak termotivasi mendorong banyak menarik
baik bangga senang ringan memotivasi banyak termotivasi mendorong banyak menarik
baik bangga senang ringan memotivasi banyak termotivasi mendorong banyak menarik
baik bangga senang cukup berat memotivasi banyak termotivasi mendorong banyak kurang menarik
baik bangga senang cukup berat memotivasi banyak termotivasi mendorong banyak kurang menarik
baik bangga senang cukup berat memotivasi banyak termotivasi mendorong banyak kurang menarik
baik bangga senang ringan memotivasi banyak termotivasi mendorong sedikit kurang menarik
baik bangga senang cukup berat membebani banyak termotivasi menghambat banyak kurang menarik
baik bangga senang cukup berat memotivasi banyak termotivasi mendorong banyak menarik
baik bangga senang cukup berat memotivasi sedikit termotivasi mendorong banyak menarik
baik bangga senang cukup berat memotivasi banyak termotivasi mendorong banyak menarik
baik bangga senang cukup berat memotivasi sedikit termotivasi mendorong sedikit kurang menarik
baik bangga senang cukup berat memotivasi banyak termotivasi mendorong sedikit kurang menarik
baik bangga senang cukup berat membebani banyak termotivasi menghambat banyak kurang menarik
baik bangga senang cukup berat memotivasi sedikit termotivasi mendorong banyak menarik
baik bangga kurang senang cukup berat membebani banyak termotivasi mendorong banyak menarik
baik bangga senang ringan memotivasi banyak termotivasi mendorong banyak kurang menarik
baik bangga senang cukup berat memotivasi banyak termotivasi mendorong sedikit menarik
baik bangga senang ringan memotivasi banyak termotivasi mendorong banyak kurang menarik
baik bangga senang cukup berat memotivasi banyak termotivasi mendorong banyak menarik
(47)
baik bangga senang cukup berat membebani banyak termotivasi mendorong sedikit menarik
(48)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Sekolah merupakan tempat di mana anak dapat memperoleh pendidikan atau proses pembelajaran, yang memilki peran yang amat menentukan bagi perwujudan diri individu dan bagi pembangunan bangsa dan negara. Pemerintah sendiri mencanangkan program wajib belajar sembilan tahun bagi seluruh anak di Indonesia. Di Indonesia tingkat pendidikan dibagi dalam jenjang taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas dan perguruan tinggi. Pada umumnya orang tentunya ingin mengenyam pendidikan setinggi mungkin. Di tingkat pendidikan taman kanak-kanak, sekolah dasar dan sekolah menengah umum, siswa diajarkan materi pelajaran yang bersifat umum, global dan lebih untuk memberikan wawasan dan pengetahuan. Namun pada tingkat yang lebih tinggi seperti sekolah menengah atas dan perguruan tinggi siswa dapat memilih sekolah yang sesuai dengan minat serta bakat yang ada dalam dirinya.
Sekolah Menengah Atas terbagi dalam dua jenis sekolah yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sekolah Menengah Kejuruan adalah sekolah yang lebih fokus mengajarkan suatu bidang khusus (misalkan: farmasi, teknik, dan akuntansi) serta menerapkan mata pelajaran yang menjadi bidang khusus melalui praktek lapangan, sedangkan Sekolah Menengah Atas
U nive rsit a s K rist e n M a ra na t ha
(49)
(SMA) adalah sekolah yang mengajarkan materi pelajaran secara umum, menyeluruh dan bersifat teori. Siswa SMA pun harus melanjutkan ke perguruang tinggi untuk mendalami suatu bidang khusus dengan memilih jurusan di fakultas. Lain halnya dengan siswa-siswi di sekolah kejuruan, mereka sudah belajar bidang khusus sesuai dengan sekolah kejuruan yang dipilihnya, sehingga setelah lulus mereka dapat langsung bekerja. Terutama di jaman modernisasi saat ini di mana pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam bekerja, siswa yang bersekolah di Sekolah Menengah Kejuruan memiliki nilai lebih dibandingkan dengan siswa SMA, dikarenakan siswa tersebut memiliki keahlian sesuai dengan bidang kejuruan yang diambilnya. Nilai lebih yang dimiliki oleh siswa sekolah kejuruan adalah disiapkan untuk dapat langsung terjun ke dunia kerja begitu selesai sekolah sesuai dengan bidang keahilan yang dimilikinya, baik farmasi, akuntasi maupun teknik. Terdapat banyak Sekolah Menengah Kejuruan di Indonesia yang salah satunya mempelajari bidang Farmasi yaitu Sekolah Menengah Farmasi (SMF).
Pendidikan Sekolah Menengah Farmasi (SMF) merupakan pendidikan menengah kejuruan bidang kesehatan yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Siswa dituntut untuk tidak sekadar mengetahui dan menghafal materi pelajaran, namun diharapkan bisa juga mengaplikasikan dan mempraktekkannya. Menyikapi tuntutan kurikulum di SMF, maka dibutuhkan proses adaptasi dari siswa baru. Melihat kondisi yang tidak dapat dipungkiri bahwa ketika siswa berada pada tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), materi belajar yang diterima bersifat umum, dan tidak
(50)
semua materi tersebut menuntut pemahaman yang mendalam. Dalam proses adaptasi ini, sebagian siswa mungkin akan dengan cepat menyesuaikan cara belajarnya, namun ada juga sebagian siswa yang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat menyesuaikan cara belajarnya sehingga dapat menghambat keberhasilannya dalam belajar.
SMF swasta di Indonesia saat ini hanya terdapat 35 sekolah, dan untuk di Jawa Barat itu sendiri terdapat 4 sekolah SMF swasta, 3 diantaranya terdapat di Kota Bandung. Salah satu SMF yang ada, adalah SMF K ‘X’ di Bandung yang di pilih oleh peneliti menjadi tempat penelitian mengenai learning approach. SMF K `X` ini merupakan sekolah SMF unggulan yang ada di kota Bandung. Lulusan dari sekolah SMF K `X` ini banyak dicari untuk bekerja di apotik, rumah sakit, puskesmas maupun industri yang bergerak di bidang farmasi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolahnya, SMFK `X` ini memiliki misi untuk mengembangkan potensi siswa didiknya secara optimal melalui pendidikan dan pengajaran yang bermutu dan memiliki visi untuk menjadi lembaga pendidikan Kristen yang unggul dalam iman, ilmu dan pelayanan. Siswa yang bersekolah di SMF K `X` mendapat pendidikan dan pelajaran yang cukup ketat dari guru-gurunya. Peraturan di SMF K `X` ini juga sangat ketat dibandingkan dengan SMU, siswa dididik untuk bersikap jujur, siswa yang ketahuan mencontek sebanyak tiga kali atau merokok atau tidak naik kelas di kelas II maka siswa tersebut akan di drop-out (dikeluarkan). Siswa kelas I yang tidak naik kelas masih diberikan kesempatan satu kali untuk mengulang, untuk siswa kelas II jika tidak naik kelas
(51)
maka akan langsung dikeluarkan, sedangkan untuk siswa kelas III yang tidak lulus ujian diberi kesempatan dua kali untuk mengulang. Dengan adanya sistem drop-out ini, siswa diharapkan mengikuti tuntutan kurikulum SMF K ‘X’ Bandung yang menuntut siswa untuk belajar dan mengolah materi pelajaran sekolah secara mendalam (deep approach).
Kurikulum SMF K ‘X’ terbagi ke dalam tiga komponen, yaitu: Pertama, komponen Normatif: Agama, PPKn, Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah Umum dan Sejarah Nasional, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Kedua, komponen Adaptif: Matematika, Ilmu Kimia, Biologi, Fisika, Bahasa Inggris. Ketiga, komponen Produktif: Ilmu Resep, Farmakologi, Farmakognisi, Administrasi Farmasi, Kesehatan Masyarakat, Perundang-undangan Kesehatan, Praktek Kerja Lapangan. Pelajaran yang diajarkan di SMF K `X` ini setara dengan D3 farmasi, hanya untuk D3 lebih unggul dalam penguasaan pelajaran kimia.
Sedangkan pembagian waktu belajar untuk mata pelajaran umum (Agama, PPKN, Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah Umum dan Sejarah Nasional, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Matematika, serta Bahasa Inggris) sebesar 40% dan untuk mata pelajaran khusus (Ilmu Kimia, Biologi, Fisika, Ilmu Resep, Farmakologi, Farmakognisi, Administrasi Farmasi, Kesehatan Masyarakat, Perundang-undangan Kesehatan, serta Praktek Kerja Lapangan) sebesar 60%. Dalam setahun siswa akan menerima hasil laporan belajar (rapot) sebanyak empat kali. Sistem pembelajarannya dibagi dalam enam semester selama tiga tahun. Pelajaran yang paling sulit yaitu di kelas II, siswa yang akan naik ke kelas III harus benar-benar
(52)
menguasai pelajaran yang diajarkan dikarenakan di kelas III, siswa akan melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di apotik, rumah sakit, puskesmas dan industri.
Siswa yang ingin bersekolah di SMF K `X` harus mengikuti ujian saringan masuk, karena hanya siswa-siswi yang mendapatkan nilai tinggi saja yang dapat bersekolah di SMF K `X`. Pada awal masuk sekolah pun akan ada tes bersama yang diatur oleh Departemen Kesehatan. Sarana SMF K `X` lengkap dan memadai, setiap meja diisi oleh satu siswa serta terdapat laboratorium resep dan kimia juga mesin cetak obat.
Berdasarkan hasil wawancara awal yang dilakukan terhadap 20 orang siswa kelas II SMF K ‘X’, terdapat berbagai alasan yang mendasari pilihan mereka terhadap SMF K ‘X’ tersebut. Di antaranya 12 orang (60%) siswa memilih sekolah kejuruan ini karena dapat langsung bekerja setelah lulus sekolah. Sebanyak 6 orang (30%) siswa ingin menjadi apoteker yang handal, karena setelah lulus dari SMF K `X` mereka dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi (S1 atau apabila memungkinkan sampai S3 di bidang Farmasi). Sisanya sebanyak 2 orang (10%) siswa beranggapan bahwa kejuruan Farmasi adalah bidang yang mulia karena menyangkut hidup seseorang dan juga sulit karena dituntut untuk teliti dan bertanggung jawab atas pekerjaannya dan bisa berakibat fatal apabila salah.
Menurut hasil survei awal terhadap 20 orang siswa, terdapat 8 orang (40%) siswa yang mempelajari materi pelajaran yang diberikan dengan minat dan rasa ingin tahu yang besar untuk memperoleh pemahaman yang mendalam dari materi yang sedang dipelajari, hal ini terlihat dari usaha mereka juga untuk memahami materi
(53)
lebih jelas lagi dengan bertanya kepada guru, meminjam buku diperpustakaan, melakukan uji coba, atau mencari dari berbagai sumber lain untuk memperkaya pemahaman terhadap materi tersebut, yang disertai keinginan yang kuat untuk mendapatkan prestasi yang tinggi dan segera memperoleh pekerjaan agar dapat mengaplikasikan ilmu yang mereka peroleh pada pekerjaan yang nantinya akan mereka kerjakan setelah lulus dari SMF K ‘X’ tersebut (pendekatan belajar secara deep approach).
Sedangkan 12 orang (60%) siswa, belajar hanya mengerti pada saat di kelas tetapi jarang untuk kembali mengulang materi pelajaran yang diberikan untuk lebih dipahami ketika sudah pulang ke rumah, namun demikian mereka juga memiliki motivasi untuk lulus walaupun tidak mementingkan prestasi yang tinggi. Biasanya mereka belajar satu hari sebelum ujian, dengan harapan agar dapat lulus dan naik kelas tanpa harus mengulang walaupun dengan nilai yang pas-pasan. Siswa mempelajari materi lebih cenderung menghafal tanpa pemahaman yang mendalam (pendekatan belajar secara surface approach).
Fakta dari ke 12 orang tersebut di atas menimbulkan kesenjangan antara tuntutan kurikulum SMF K ’X’ Bandung yaitu mengupayakan agar setiap siswa dapat memperoleh pemahaman yang mendalam tentang materi pelajaran yang diberikan sehingga dapat diaplikasikan ketika mereka terjun ke dalam dunia kerja atau melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi (pendekatan belajar secara deep approach) dengan kenyataan lebih banyaknya siswa yang menggunakan pendekatan belajar
(54)
secara surface approach, yang belajar bukan untuk memperoleh pemahaman tentang materi pelajaran, tetapi sekadar agar terhindar dari kegagalan.
Jika hal ini terus berlanjut siswa akan kesulitan mendapatkan pekerjaan yang baik karena makin banyaknya persaingan di bidang Farmasi. Setelah masuk ke dalam satu perusahaan mereka harus mampu menunjukkan performa kerja yang baik, jika materi yang telah mereka pelajari semasa sekolah kurang mampu mereka serap dengan baik, mereka akan mengalami kesulitan pada saat mereka bekerja.
Pentingnya learning approach dalam pengolahan materi yang diterima oleh siswa ditambah semakin berkembangnya persaingan pekerjaan dalam bidang Farmasi, memunculkan minat peneliti untuk melakukan penelitian mengenai learning approach. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas II SMF K ‘X’ di Bandung dengan pertimbangan bahwa siswa kelas II diharapkan sudah menggunakan deep approach dalam memahami materi pelajaran yang lebih kompleks dibandingkan dengan materi pelajaran yang diterima mereka di kelas I dan juga persiapan menghadapi kelas III sebagai jenjang terakhir apabila ingin langsung terjun ke pekerjaan. Oleh karena itu jika ditemukan adanya permasalahan di dalam penyesuaian terhadap materi pelajaran yang lebih kompleks dapat dilakukan penanganan jika masih memungkinkan.
Dari berbagai uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai learning approach pada siswa kelas II SMFK `X` Bandung.
(55)
1.2
Identifikasi Masalah
Jenis learning approach apa yang digunakan oleh siswa kelas II SMF K ‘X’ di Bandung
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai learning approach pada siswa kelas II SMF K ‘X’ di Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran yang mendalam mengenai learning approach yang digunakan oleh siswa kelas II SMF K ‘X’ di Bandung dengan melihat pula faktor-faktor penunjang yang turut mempengaruhi learning approach.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoretis
(1) Memberikan informasi tambahan mengenai learning approach yang digunakan siswa bagi bidang ilmu psikologi pendidikan.
(2) Memberikan masukan bagi peneliti lain yang berminat untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai learning approach.
(56)
1.4.2 Kegunaan Praktis
(1) Memberi informasi khususnya kepada siswa kelas II di SMF K ‘X’ Bandung, mengenai learning approach yang mereka gunakan. Informasi ini dapat dimanfaatkan dalam rangka pemahaman dan menjelaskan pada siswa kelas II mengenai learning approach yang cocok sehingga dapat menunjang studi dan dapat mengoptimalkan prestasi.
(2) Memberi informasi kepada guru BP SMFK `X` Bandung mengenai learning approach yang cenderung digunakan oleh siswa kelas II di SMF K ’X’ Bandung. Informasi ini dapat digunakan untuk pengarahan mengenai pendekatan belajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum yang ada.
1.5 Kerangka Pemikiran
Setiap siswa di SMF K `X` Bandung akan menerima berbagai macam materi pelajaran baru yang harus mereka pahami. Para siswa dituntut untuk mempelajari materi pelajaran yang diberikan secara mendalam, tidak sekadar mengetahui materi yang diajarkan, namun minimal dapat memahaminya. Cara belajar siswa berbeda-beda, tergantung pada bagaimana siswa melakukan pendekatan belajar terhadap materi pelajaran yang diajarkan disekolah (learning approach). Selesai mempelajari materi pelajaran siswa akan melakukan praktek di laboratorium sekolah maupun di lapangan seperti di apotik, rumah sakit, puskesmas dan industri yang bergerak di bidang farmasi.
(57)
Learning approach adalah pendekatan yang dominan yang diterapkan seseorang dalam belajar. Terdapat dua jenis learning approach yaitu surface approach dan deep approach (Biggs, 2003). Masing-masing learning approach tersebut terdiri atas dua aspek yaitu motif dan strategi. Surface approach merupakan pendekatan yang terbentuk dari motif ekstrinsik; motif untuk mendapatkan `imbalan`, untuk menghindari konsekuensi yang negatif, seperti tidak naik kelas. Strategi yang digunakan yaitu dengan cara memfokuskan pada topik atau elemen penting, diikuti oleh cara-cara belajar yang minim, seperti sekadar menghafalkan materi pelajaran. Deep approach adalah pendekatan yang terbentuk dari motif instrinsik; motif untuk mencari kepuasan pribadi dengan memenuhi rasa ingin tahu dan minat terhadap materi tertentu. Strategi yang digunakan yaitu dengan memperdalam pemahaman, diskusi, banyak membaca dan merefleksikan pemahaman yang telah diperoleh dalam kehidupan keseharian.
Dalam pendekatan deep approach, deep motif berdasarkan pada motivasi intrinsik, lebih jelasnya, yaitu: minat (Hidi 1990; Schiefele 1991). Minat dan rasa ingin tahu yang besar untuk memperoleh pemahaman tentang materi yang sedang dipelajari, motivasi deep atau intrinsik dapat disamakan dengan ‘perasaan membutuhkan’ pengalaman dalam pemecahan masalah yang secara pribadi dianggap penting di dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan strateginya kemudian mencari makna mencakup usahanya untuk mengerti materi yang dipelajarinya yaitu melalui inter-relasi berbagai ide dan banyak membaca, memanfaatkan tugas yang diberikan secara tepat, mencari analogi, menghubungkan dengan pengetahuan yang
(58)
sebelumnya, serta merumuskan apa yang telah dipelajari. Pada deep approach siswa SMF K ‘X’ di Bandung akan melakukan pemrosesan pengetahuan yang relevan, operasi konseptualisasi secara abstrak, mencerminkan metakognisi terhadap apa yang harus diselesaikan, menggunakan strategi secara optimal untuk menyelesaikan tugas, menikmati proses belajar, menyediakan waktu dan usaha untuk belajar.
Dalam pendekatan surface approach, motifnya adalah ekstrinsik, siswa menyelesaikan tugas karena konsekuensi positif dan negatif yang mengikutinya. Siswa bersedia menerima tugas, dan lulus dengan angka yang minimal juga dikarenakan hidup mereka akan lebih tidak menyenangkan jika mereka tidak melakukannya; atau karena mereka berharap hasil tugas baik dengan usaha yang minimal. Belajar di sini melibatkan pemilihan di antara dua fakta, yaitu: belajar dengan sangat keras atau gagal. Surface strategi biasanya diadaptasi berdasarkan rote learning, surface motif berfokus pada topik atau elemen yang tampaknya paling penting; dan mencoba untuk meniru secara tepat. Karena terlalu fokus, siswa tidak mampu melihat hubungan antara elemen; atau artinya mengimplikasikan apa yang telah dipelajari. Kadangkala meniru secara tepat merupakan hal yang penting, sebagai contoh: formula kimia harus ditiru dengan persis baik hal tersebut dimengerti atau tidak.
Siswa yang belajar di SMF K ‘X’ Bandung selain membutuhkan kemampuan untuk menghafal juga membutuhkan kemampuan deep process meliputi higher cognitive level, yaitu suatu proses pengolahan tingkat tinggi pada pemikiran seseorang di mana materi yang telah diterima diolah lebih mendalam sampai
(59)
terbentuk suatu pemahaman dan mampu mengaplikasikannya di dalam kehidupan sehari-hari, bukan semata-mata untuk dihafalkan saja. Siswa kelas II SMF K ’X’ yang termasuk dalam kelompok remaja madya (15-18 tahun) tahap kognitifnya sudah berada pada fase formal operasional, yang menurut Piaget tentunya sudah dapat berpikir secara abstrak dan dapat menggunakan pendekatan belajar secara deep approach (Kaagan & Cole, dalam L. Steinberg, 1993). Aktifitas yang digunakan adalah mencari analogi, menghubungkan dengan pengetahuan sebelumnya, berteori mengenai apa yang telah dipelajari, mendapatkan keluasan pengetahuan.
Mata pelajaran yang diberikan di sekolah SMF K ‘X’ di Bandung terdiri dari tiga fokus pengajaran. Pertama, mata pelajaran Normatif: Agama, PPKn, Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah Umum dan Sejarah Nasional, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (materi pelajarannya sama persis dengan yang diberikan di SMU). Kedua, mata pelajaran Adaptif: Matematika, Ilmu Kimia, Biologi, Fisika, Bahasa Inggris. Pada mata pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris materi yang diberikan sama dengan SMU, sedangkan pada mata pelajaran Fisika dan Biologi pada dasarnya materi yang diberikan sama dengan SMU tetapi lebih difokuskan yang berhubungan dengan kefarmasian. Mata pelajaran Kimia dibagi menjadi dua: Kimia Organik yaitu cara-cara menghitung bobot jenis dari unsur-unsur Kimia dan menentukan jenis asam basa dari unsur-unsur Kimia yang berhubungan dengan obat, dan Kimia An-Organik yaitu mempelajari dan mencari rumus-rumus dari unsur-unsur Kimia.
Ketiga, mata pelajaran Produktif (mata pelajaran kejuruan): Ilmu resep yaitu Ilmu yang mempelajari tentang cara menghitung dosis obat, penimbangan,
(60)
pembuatan obat, cara membaca cara pakai obat dalam resep, mempelajari bahasa latin, arti dan penulisannya, Farmakologi yaitu Ilmu yang mempelajari cara penggunaan obat, Farmakognisi yaitu Ilmu yang mempelajari asal-usul obat, Administrasi Farmasi yaitu Ilmu yang mempelajari pembukuan terutama tata cara kerja di apotik, Kesehatan Masyarakat yaitu Ilmu yang mempelajari tentang berbagai penyakit yang ada di masyarakat, baik penyebab atau cara penularannya dan cara hidup yang sehat, Perundang-undangan Kesehatan yaitu Ilmu yang mempelajari tentang undang-undang kesehatan yang ada di Indonesia, misal: cara penyimpanan obat di apotik antara: obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras. Pengaturan cara kerja apoteker dan asisten apoteker. Mengatur penggunaan zat tambahan dalam obat yang diperbolehkan. Ilmu Resep. Farmakologi, Farmakognisi, Administrasi Farmasi, Kesehatan Masyarakat, Perundang-undangan Kesehatan, Praktek Kerja Lapangan.
Tujuan mata pelajaran Normatif adalah untuk mengarahkan siswa pada pembentukan watak dan sikap etis serta menunjang pencapaian kompetensi pada komponen produktif. Sedangkan tujuan mata pelajaran Adaptif adalah membekali siswa untuk bernalar logis dan dapat menerapkan komponen ini ke dalam komponen produktif secara selaras, bukan semata aspek keilmuannya, sehingga diharapkan dapat digunakan oleh siswa selama proses pembelajaran di lahan praktik maupun setelah lulus. Dengan demikian komponen adaptif perlu ditekankan pada aspek aplikasi bidang farmasi, sehingga nantinya akan lebih berdaya guna. Tujuan mata pelajaran Produktif adalah untuk mengarahkan siswa pada pembekalan ketrampilan dan sikap kerja sesuai dengan kemampuan yang diperlukan oleh dunia kerja.
(61)
Dari ketiga kelompok mata pelajaran yang telah diuraikan di atas, siswa yang menggunakan cara belajar deep approach, di dalam dirinya terdapat komitmen pribadi untuk belajar, dengan cara menghubungkan materi pelajaran secara pribadi pada konteks yang berarti baginya atau pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Sedangkan siswa yang menggunakan cara belajar surface approach, hanya akan menyediakan waktu seminimal mungkin dan usaha yang tidak konsisten untuk memberikan segala sesuatu yang diperlukan, karena motivasinya adalah menghasilkan hal-hal yang sederhana.
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi jenis learning approach yang akan digunakan oleh siswa, yaitu personal dan experiential background factors. Faktor pertama dari personal factors adalah conception of learning, yaitu bagaimana siswa kelas II SMF K `X` bandung memaknakan belajar bagi dirinya dan akan mempengauhi bagaimana siswa menyelesaikan tugasnya. Terdapat enam conception of learning, yaitu increasing one`s knowledge (kuantitatif, informasi, dan mengumpulkan), memorizing and reproducing (mengambil dan menyimpan materi yang dipelajari), applying (menerapkan kembali apa yang telah dipelajarri dan disimpan), understanding (memahami komponen materi yang dipelajari dan mampu menggabungkan ide atau kejadian dimasa lalu atau di masa depan), seeing something in different way ( belajar melihat sesuatu dari berbagai perspektif sehingga mengubah cara pemikirannya), dan changing as a person (diri sebagai pribadi sudah berubah) (Malton,1981).
(1)
1.6 ASUMSI
• Siswa kelas II SMF K “X” Bandung berada pada tahap remaja madya, di mana kemampuan kognitifnya sudah berada pada fase formal operational, sehingga memungkinkan siswa belajar dengan menggunakan deep approach.
• Siswa kelas II di SMF K ‘X’ Bandung, memiliki Learning Approach yang berbeda-beda, yang ditentukan oleh motif dan strategi mereka dalam belajar. • Siswa kelas II SMF K ”X” Bandung mempunyai motif dan strategi yang
berbeda-beda dalam belajar, dipengaruhi oleh personal factor (conception of
learning, abilities dan locus of control) dan experiential background factor
(parental education dan experiential in learning institution) sehingga akan membedakan learning approach yang digunakan, antara deep approach dan
surface approach.
• Siswa kelas II SMF K ”X” Bandung dengan surface approach memiliki motif ekstrinsik dan strategi belajar yang memfokuskan pada topik atau elemen penting, sedangkan siswa dengan deep approach memiliki motif intrinsik dan strategi belajar untuk memperdalam dan memahami pelajaran yang diterima.
(2)
T A/9 8 3 0 0 3 3 BON /FP S1 -Psi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
(1) Pada umumnya siswa kelas II SMF K ‘X’ Bandung cenderung menggunakan
deep approach dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah. Hal ini
dimungkinkan terjadi karena siswa kelas II SMF K ‘X’ sedang berada pada masa remaja di mana kemampuan kognitif yang dimilikinya sudah berada pada tahap
formal operasional, serta Tujuan Instruksional Umum/Tujuan Intruksional
Khusus (TUI/TIK) di SMF K ‘X’ Bandung pada tahap comprehension,
application, analysis, synthesis, dan evaluation, sehingga mendorong siswa
untuk mempelajari materi pelajaran secara mendalam.
(2) Dalam mepelajari materi pelajaran di SMF K ‘X’ Bandung, pada umumnya siswa didasari oleh deep motive, yang diikuti oleh sebagian besar siswa dengan
deep strategy,
(3) Terdapat juga siswa yang didasari oleh deep motive namun menggunakan surface
strategy. Hal ini berkaitan dengan adanya beberapa mata pelajaran yang
berbentuk hafalan, namun dikarenakan siswa didasari oleh deep motive maka
U nive rsit a s K rist e n M a ra na t ha 66
(3)
(4) ketika ujian siswa akan menjawabnya dengan pengertian dari minat dan rasa ingin tahunya.
(5) Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi learning approach yaitu; personal
factor dan experiential background, kedua faktor tersebut kurang memiliki
keterkaitan dengan learning approach pada siswa kelas II SMF ‘X’ Bandung, hanya guru dan dampak pergaulan saja yang memiliki keterkaitan.
5.2. Saran
5.2.1. Saran Penelitian Lanjutan
Bila akan dilakukan penelitian di masa yang akan datang penelitian ini masih memiliki keterbatasan, perlu perbaikan dan pengembangan sehingga beberapa saran untuk penelitian lanjutan itu adalah:
z Penelitian mengenai learning approach pada remaja dapat dilakukan dengan melihat hubungannya dengan faktor-faktor yang berpengaruh seperti conceptions
of learning dan experiential in learning institutions, hal ini dikarenakan pada
penelitian ini tidak diperoleh keterkaitan antara learning approach dengan faktor-faktor yang berpengaruh tersebut.
5.2.2. Saran Praktis
(4)
T A/9 8 3 0 0 3 3 BON /FP S1 -Psi 68
z Bagi para siswa SMFK ‘X’ Bandung, diharapkan dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk pemahaman dan evaluasi diri mengenai learning approach yang digunakan, untuk selanjutnya menyesuaikan learning approach yang digunakan dengan TIU dan TIK dari setiap mata pelajaran.
z Bagi para guru pengajar di SMFK ‘X’ Bandung, agar dapat memanfaatkan informasi mengenai learning approach untuk digunakan terhadap cara mengajar, pemberian dan pembahasan tugas, penyusunan bentuk soal ujian, serta mengembangkan cara-cara dalam rangka mengarahkan learning approach yang digunakan siswa sehingga sesuai dengan TIU dan TIK dari setiap mata pelajaran. Untuk mata pelajaran yang memiliki TIU dan TIK pada tahap pengetahuan dasar, kemampuan mengingat dan menggunakan informasi serta menggunakan informasi untuk diterapkan pada situasi tertentu, metode mengajar guru cara
lecture, memberikan tugas berdasarkan buku pedoman, dan menyusun soal ujian
dalam bentuk pilihan ganda. Untuk mata kuliah yang memiliki TIU dan TIK pada tahap analisa, sintesa dan evaluasi metode mengajar dosen cara diskusi dan
case study, memberikan tugas berdasarkan dari banyak buku pedoman dan
pembahasan tugas dengan cara diskusi kelompok, dan menyusun soal ujian dalam bentuk essai.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, Rita L.; Atkinson, Richard C.; Hilgard, Ernest R., 1996. Pengantar
Psikologi, 6th ed. Jakarta : Erlangga
Biggs, John B., 2003. The Process of Learning, 3rd ed. New York : Prentice Hall ___________ ,1987. Student Approach to Learning And Studying. Melbourne :
Australian Council for Education Research
Denscombe, Martyn, 2003. The Good Research Guide 2nd ed. For Small-Scale Social Research Projects. Maidenhead, Philadelphia : Open University
Press
Gulo, W., 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Grasindo Santrock, John W., 1998. Adolescence. New York : McGraw Hill
_______________, 2004. Life Span Development. New York : McGraw Hill Siegel, Sidney, 1997. Statistik Nonparametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta :
Gramedia
Sitepu, Nirwana, 1995. Analisis Korelasi. Bandung : Pelayanan Statistik FMIPA Universitas Padjajaran
Sprinthall, Norman. A & Sprintall, Richard. C., 1990. Educational Psychology, A
Developmenttal Approach, 5th ed. Singapore : McGraw-Hill, Inc. Winkel, W.S., 1987. Psikologi Pengajaran. Jakarta : PT. Gramedia
(6)
si
DAFTAR RUJUKAN
Biggs, John B., 1993. British Journal of Educational Psychology. Great Britain :
The British Psychological Society
____________, 2001. The Revised Two-Factor Study Process Questionnaire :
R-SPQ-2F. Great Britain : The British Psychological Society
____________, 2005. Assesment and Evaluation in Higher Education, 2005.
Assesing the Impact of Learning Environments On Student’s Approach to Learning : Comparing Conventional and Action Learning Designs.
Melbourne : Australian Council for Education Research
____________, 2005. Educational Psychology, 2005. Learning Approaches :
Examination Type, Discipline of Study, and Gender
Susanto, Handy, 2003. Studi Eksploratif Mengenai Learning Approach pada
Siswa Kelas 1 SMU yang berada di Lingkungan Badan Pendidikan Kristen (BPK) Penabur di Kota Bandung. Skripsi, Bandung : Program
Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha
Ka Yan, 2004. Suatu Penelitian Mengenai Hubungan Antara Learning Approach
dan Prestasi Belajar pada Siswa Kelas 1 SMU “X” di Bandung. Skripsi,
Bandung : Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha
Trisianto, Devina, 2005. Suatu Penelitian Mengenai Hubungan Antara Learning
Approach dan Prestasi Belajar pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2003 di Universitas “X” di Bandung. Skripsi, Bandung :
Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha
Sinaga, Farrel, 2006. Suatu Penelitian Mengenai Learning Approach pada
Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2005 di Universitas “X” di Bandung. Skripsi, Bandung : Program Sarjana Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Maranatha http://www.kompas.com
http://www.pikiranrakyat.com http://www.yahoo.com