Evaluasi Rancangan Modul Pelatihan Mengenai Kompetensi Professional Expertise pada Guru-guru Prasekolah "X" di Bandung.

(1)

ABSTRACT

The Program of Magister Psychology February 2009

Shelvy Widjaja 0532003

Title : The Evaluation Training of The Future Professional Expertise Competency Module for The Teachers of Preschool “X” in Bandung.

In this research, a training module is designed in order to improve professional expertise competency for the teachers of preschool “X” in Bandung. The training module was conducted for two days and divided into three sessions. The research samples are the teachers of preschool “X” in Bandung.

The training module is clustered into quasi experimental research, the implementation of which is by using pretest and posttest method to acknowledge the improvement of professional expertise competency through t-test for correlated samples statistical test. The four level criteria from Kirkpatrick (1998) methods are used to evaluate the training program, which are reaction, learning, behaviour and result. Based on the data compilation, there seem progress in the improvement knowledge and skill on the teachers of preschool “X” in Bandung that can be seen in the improvement quality of teaching.

The conclusion from this research is that the designed training professional expertise competency has been applied well implemented to the teachers of preschool “X” in Bandung as it could improve their professional expertise competency. The teachers of preschool “X” in Bandung have given positive reaction to materials, trainer, and facilities of the training module. Generally, the materials of knowledge about children characteristics that were given on the first day of the training are regarded positive, as also the material of learning and instructions that were given on the second day.

The suggestions that proposed in this research are make the duration of the training more effective, by adding one session in the end of the session to answer the questions of the training. On the second session, anticipated is needed to prevent reluctant from the participants gave opinion because of structure hierarchy. The improvement of facilities supplies such as temperature, lighting, voices, placement, and the snack quality and quantity is needed to make the participants more comfortable. For the future research, professional expertise competency is better to be tried out at participants who have different characteristic in order to optimize effectiveness of training.


(2)

ABSTRAK

Program Magister Psikologi Februari 2009

Shelvy Widjaja 0532003

Judul : Evaluasi Rancangan Modul Pelatihan Kompetensi Professional Expertise pada Guru-guru Prasekolah “X” di Bandung.

Dalam penelitian ini dirancang suatu modul pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi professional expertise guru-guru prasekolah “X” di Bandung. Pelatihan diadakan selama dua hari yang di dalamnya terdapat tiga sesi pertemuan. Yang menjadi sample penelitian adalah guru-guru prasekolah “X” di Bandung.

Penelitian ini dikelompokkan pada penelitian quasi experimental yang dalam pelaksanaannya menggunakan pretest-posttest design untuk mengetahui peningkatan kompetensi professional expertise melalui uji statistik t-test for correlated samples. Untuk mengevaluasi program pelatihan, digunakan empat level evaluasi metode Kirkpatrick (1998) yaitu reaction, learning, behaviour dan result. Berdasarkan hasil pengolahan data, nampak adanya peningkatan berupa knowledge dan skill guru-guru prasekolah “X” di Bandung yang terealisasi dalam bentuk peningkatan kualitas mengajar.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah rancangan modul pelatihan kompetensi professional expertise telah sesuai diterapkan pada guru-guru prasekolah “X” di Bandung karena dapat meningkatkan kompetensi professional expertise mereka. Guru-guru prasekolah “X” memberikan reaksi yang positif terhadap materi, pembicara dan trainer serta fasilitas pelatihan. Secara umum sesi pengetahuan tentang karakteristik anak yang diberikan pada hari pertama pelatihan memberikan respon yang positif bagi peserta. Demikian pula dengan sesi metode dan proses mengajar anak (learning and instruction) pada hari kedua.

Saran yang diajukan adalah hendaknya waktu pemberian rancangan modul pelatihan dibuat lebih efektif dengan menyediakan satu sesi khusus tanya jawab untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peserta. Pada sesi role play yang diberikan di hari kedua perlu diantisipasi secara lebih lanjut untuk mengatasi beberapa hambatan seperti mencegah keengganan peserta memberikan pendapat berkenaan dengan struktur kepemimpinan. Penyediaan fasilitas perlu diperhatikan lebih lanjut seperti pengaturan ruangan seperti suhu, cahaya, suara dan susunan tempat duduk serta jumlah dan kualitas snack agar peserta merasa lebih nyaman. Melakukan penelitian lebih lanjut pada sampel yang berbeda agar keefektifan rancangan program pelatihan dapat terukur lebih optimal.


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan limpahan kasih karunia-Nya, yang telah memimpin, menyertai dan menguatkan peneliti sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.

Adapun tesis ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar Magister Psikologi di Universitas Kristen Maranantha Bandung. Tesis ini membahas mengenai rancangan modul pelatihan kompetensi professional expertise guru-guru prasekolah “X” di Bandung.

Dalam menyusun penelitian ini peneliti telah mencoba untuk memberikan sesuatu yang terbaik, akan tetapi peneliti menyadari kemampuan peneliti yang terbatas sekali. Oleh karenanya kritik dan saran yang membangun akan sangat berguna bagi peneliti untuk melakukan perbaikan di lain kesempatan. Kendala yang peneliti hadapi dapat dilalui berkat dukungan dari berbagai pihak, karena itulah pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. DR. Parwati Soepangat sebagai Ketua Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha yang telah memberikan dukungan selama peneliti menyusun tesis.

2. Dra. Irene Prameswati Edwina, M.Si sebagai Sekretaris Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha yang telah memberikan banyak dukungan dan bantuan selama peneliti menjalani perkuliahan di Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha.


(4)

3. Prof. DR. Samsunuwiyati Mar’at sebagai pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan dan dukungan selama penyusunan tesis dan perkuliahan.

4. Ida Ayu Kartikawati, M.Psi., Psik. selaku selaku dosen pembimbing pendamping yang senantiasa memberikan saran-saran yang sangat berharga dan dukungan, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.

5. Drs. Paulus H. Prasetya, M.Si selaku dosen yang telah memberikan banyak masukan dan bantuan selama proses pelatihan berlangsung

6. Prof. DR Soetardjo A. W., DR. Diana Harding dan Jane Savitri, M.Si., Psik. Sebagai dosen pembahas yang memberikan banyak masukan bagi peneliti. 7. DR. Hanna Widjaja yang telah memberikan bimbingan selama peneliti

menjalankan studi.

8. Kak Lissa sebagai Tata Usaha Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha atas bantuan penyelesaian administrasi selama peneliti studi di Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

9. Pak Yadi selaku staff Kerumahtanggaan Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha yang telah membantu kelancaran pelaksanaan perkuliahan dan seminr peneliti.

10.Mr. Sandy Triyasa, selaku direktur prasekolah “X” yang telah memberikan izin dan dukungan selama proses penelitian berlangsung.

11.Mrs. Yoanita, Mrs. Inneke K, Ms. Fransisca L, dan seluruh staff guru prasekolah “X” yang telah meluangkan waktunya untuk terlibat dalam penelitian ini.


(5)

12.Kedua orangtua saya Suwandi Widjaja dan Tan Siok Kwan, serta adik peneliti Sheila yang selalu memberikan dukungan dan kepercayaan kepada peneliti. Terima kasih atas kasih sayang, pengertian, bantuan, dan dukungan fasilitas yang diberikan kepada peneliti selama ini.

13.Thomas, Steven, Jeffry, dan Ernest yang telah memberikan bantuan sehingga memperlancar proses penyelesaian tesis ini atas masukan, dukungan, doa dan semangat yang telah diberikan.

14.Kayan, Cynthea dan rekan-rekan angkatan IV Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha lainnya untuk kebersamaan dan dukungannya selama peneliti menjalani perkuliahan.

15.Anton, Cien Siung, Ingvar, Hendra, Felix, David atas masukan, dukungan, doa dan semangat yang telah diberikan.

16.Rekan-rekan dari Pondok Anugerah yang telah memberikan bantuan selama proses pengambilan data praktek

17.Berbagai pihak yang tidak dapat dituliskan namanya satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan penelitian ini.

Akhir kata, peneliti berharap agar karya tulis ini dapat diterima sebagai syarat kelulusan dalam sidang karya tulis, dan juga dapat bermanfaat serta menjadi sumbangan yang berarti bagi kemajuan prasekolah “X” di Bandung.

Bandung, Februari 2009


(6)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ...ii

LEMBAR PERNYATAAN ...iii

ABSTRACT/ABSTRAK ...iv

KATA PENGANTAR...vi

DAFTAR ISI...ix

DAFTAR SKEMA ...xii

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah...10

1.3 Maksud, Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 10

1.3.1 Maksud Penelitian... 10

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 10

1.3.3 Kegunaan Penelitian ... 11

1.4. Metodologi ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka... 12

2.1.1 Kompetensi ... 12


(7)

2.1.3 Pelatihan... 24

2.1.3.1 Active Training... 24

2.1.3.2 Experiential Learning ... 32

2.1.3.3 Evaluasi Program ... 38

2.1.3.4 Cara Mengajar yang Efektif ... 43

2.2 Kerangka Pemikiran... 46

2.3 Hipotesis... 53

BAB III SUBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan / Subjek Penelitian ... 54

3.2 Metode Penelitian ... 54

3.2.1 Disain Penelitian ... 54

3.2.2 Data yang diperlukan ... 55

3.2.2.1 Definisi Konseptual... 55

3.2.2.2 Definisi Operasional... 56

3.2.3 Sumber data dan cara menentukannya... 56

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data... 56

3.2.5 Alat Ukur... 57

3.2.6 Rancangan Analisis/Rancangan Uji Hipotesis... 59

3.2.7 Lokasi Penelitian... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Pembahasan Penelitian ... 61

4.2 Evaluasi Reaction Peserta terhadap Rancangan Modul Pelatihan Kompetensi Professional Expertise ... 71


(8)

4.3 Evaluasi Learning yang diperoleh dari Rancangan Modul Pelatihan Kompetensi Professional Expertise ... 78 4.4 Evaluasi Behaviour dan Result yang diperoleh dari Rancangan Modul

Pelatihan Kompetensi Professional Expertise ... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5,1 Kesimpulan ... 82 5.2 Saran... 83


(9)

DAFTAR SKEMA

Skema 1.1 Skema Metodologi Penelitian ... 11

Skema 2.1 Hubungan Kompetensi dengan Kinerja ... 16

Skema 2.2 Skema Kerangka Pemikiran ... 53


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Model Kompetensi Guru-guru Prasekolah “X” ... 22

Tabel 2.2 Tabel Gambaran Nilai Kompetensi Guru-guru Prasekolah “X” ... 23

Tabel 2.3 Tabel Tipe-tipe Evaluasi ... 41

Tabel 3.1 Tabel Alat Ukur Kompetensi Professional Expertise ... 58

Tabel 4.1 Tabel Pretest Penilaian Knowledge dan Skill Individu ... 61

Tabel 4.2 Tabel Pretest Kategori Penilaian Knowledge dan Skill Individu ... 62

Tabel 4.3 Tabel Pretest Persentase Penilaian Knowledge&Skill Keseluruhan ... 62

Tabel 4.4 Tabel Posttest Penilaian Knowledge dan Skill Individu... 64

Tabel 4.5 Tabel Posttest Kategori Penilaian Knowledge&Skill Keseluruhan... 65

Tabel 4.6 Tabel Posttest Persentase Penilaian Knowledge&Skill Keseluruhan .. 66

Tabel 4.7 Tabel Frekuensi Penilaian Guru-guru Parsekolah “X” ... 67

Tabel 4.8 Tabel Frekuensi Uraian Penilaian Guru-guru Prasekolah “X” Sebelum Pelatihan ... 67

Tabel 4.9 Tabel Frekuensi Uraian Penilaian Guru-guru Prasekolah “X” Setelah Pelatihan ... 68

Tabel 4.10Tabel Korelasi Sebelum dan Setelah Pelatihan... 70

Tabel 4.11Tabel Uji t-test... 70

Tabel 4.12Tabel Reaksi Peserta terhadap Materi Pengetahuan tentang Karakteristik Anak... 72

Tabel 4.13Tabel Reaksi Peserta terhadap Pembicara dan Trainer pada sesi Pengetahuan tentang Karakteristik Anak ... 73


(11)

Tabel 4.14Tabel Reaksi Peserta terhadap Fasilitas pada sesi Pengetahuan tentang Karakteristik Anak ... 73 Tabel 4.15Tabel Reaksi Peserta terhadap Materi Metode dan Proses Mengajar

Anak (learning and instruction)... 75 Tabel 4.16Tabel Reaksi Peserta terhadap Pembicara dan Trainer pada sesi Metode

dan Proses Mengajar Anak (learning and instruction) ... 76 Tabel 4.17Tabel Reaksi Peserta terhadap Fasilitas pada sesi Metode dan Proses

Mengajar Anak (learning and instruction) ... 76 Tabel 4.18Tabel Reaksi Peserta Pelatihan Secara Keseluruhan ... 78


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Kontrak Belajar

Lampiran 2 Alat Ukur Kompetensi Professional Expertise

Lampiran 3 Rancangan Modul Pelatihan Kompetensi Professional Expertise Lampiran 4 Materi Modul Pelatihan Kompetensi Professional Expertise Lampiran 5 Evaluasi Modul Pelatihan Kompetensi Professional Expertise


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Prasekolah “X” di Bandung merupakan salah satu lembaga pendidikan yang terletak di daerah Bandung Selatan. Prasekolah yang mulai dirintis sejak tanggal 11 Juli 2004 dan kini telah memiliki hak paten ini, berkembang dengan berlandaskan keinginan untuk menawarkan pendidikan dengan biaya yang terjangkau bagi kawasan masyarakat Bandung Selatan. Prasekolah ini menawarkan lima jenjang pendidikan yaitu toddler (usia 1-2 tahun), nursery (usia 2,1-3 tahun), playgroup (usia 3,1-4 tahun), kinderganten I (usia 4,1-5 tahun), dan kinderganten II (usia 5,1-6 tahun). Kelima jenjang ini dipilih dengan berlandaskan keyakinan bahwa dasar pembentukan karakter anak terletak pada usia 0–5 tahun.

Visi dari prasekolah “X” adalah menjadi lembaga pendidikan anak usia dini yang unggul dalam membentuk generasi yang berkualitas dalam karakter dan prestasi, sedangkan misi dari prasekolah “X” adalah membangun karakter, mengembangkan potensi, dan mencapai prestasi. Membangun karakter dipilih sebagai misi yang pertama karena tanpa karakter, seseorang tidak mungkin dapat diberdayakan untuk hal-hal yang baik dan masa yang paling baik untuk menanamkan karakter ketika seseorang berusia 0-5 tahun. Mengembangkan potensi sebagai misi yang kedua karena prasekolah "X" memandang setiap orang memiliki potensi yang dapat dikembangkan, semakin cepat potensi tersebut terdeteksi, semakin besar peluang untuk mengembangkannya dan sejak usia 0-5


(14)

tahun potensi dasar anak sudah dapat terdeteksi. Misi yang terakhir adalah menggapai prestasi karena prestasi adalah sesuatu yang akan tercapai ketika seseorang bertindak dalam karakter yang baik dan potensi maksimal, dengan dasar karakter yang baik dan potensi yang maksimal, maka setiap individu dapat dipastikan memiliki kesempatan untuk mencapai prestasi secara lebih baik lagi.

Motto yang dimiliki prasekolah “X” ini adalah “every child is special” (setiap anak istimewa) yang memiliki arti bahwa setiap anak terlepas dari apapun keadaannya tetap diberikan suatu kemampuan yang istimewa dalam bidang tertentu, yang menjadikannya istimewa dibandingkan dengan anak yang lainnya. Keistimewaan inilah yang menjadikan setiap anak menjadi unik. Sifat, karakter dan kebutuhan mereka berbeda, terkait dengan berbedanya perkembangan yang dicapai setiap anak. Untuk itu prasekolah ini menekankan penanganan setiap anak didik secara individual. Untuk jenjang toddler tiga orang guru menangani enam anak didik, nursery tiga orang guru menangani maksimal dua belas anak didik, playgroup tiga orang guru menangani maksimal lima belas anak didik, kinderganten I dan kinderganten II dua orang guru menangani lima belas anak didik. Setiap guru wajib membuat laporan harian, bulanan dan semester untuk setiap anak didik. Aspek pengajaran ditujukan pada lima bidang utama yaitu bahasa, motorik, spiritual, kognitif dan psikososial. Oleh karena itu peran guru dalam prasekolah “X” menjadi sangat penting untuk dapat mengoptimalkan proses belajar mengajar. Penanganan yang tepat akan dapat mengoptimalkan karakter, potensi dan prestasi setiap anak didik.


(15)

dengan mengadaptasi teori Freud yang memandang karakter dan dasar kepribadian seorang anak terbentuk pada lima tahun pertama kehidupannya. Prasekolah “X” memandang bahwa di masa ini seorang anak banyak belajar dan menyerap pengetahuan dari lingkungan. Akan tetapi pola belajar mereka masih bersifat pasif. Mereka hanya menerima apa yang diberikan lingkungan tanpa memiliki kemampuan menyeleksi apakah yang diajarkan lingkungan tersebut benar atau salah, sesuai atau tidak, maupun baik atau buruk. Oleh karena itu bila lingkungan kurang memberikan stimulus pada anak tersebut, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang kurang berkembang sesuai potensi. Guru menjadi salah satu fasilitator yang memegang peran utama untuk memberikan stimulus yang tepat pada anak. Untuk dapat memberikan stimulasi yang tepat, seorang guru harus mengetahui kebutuhan anak didiknya karena dengan mengetahui kebutuhan anak didiknya, seorang guru dapat mengoptimalkan potensi anak didiknya. Kebutuhan akan dapat terdeteksi apabila guru memiliki pengetahuan tentang karakteristik anak didiknya. Dengan mengetahui karakteristik anak didiknya, guru juga akan memiliki panduan untuk mengetahui metode dan proses mengajar anak (learning and instruction) yang tepat sehingga target yang dicapai dari pengajarannya tepat sasaran.

Demikian pula dengan guru-guru di prasekolah “X”. Agar potensi anak didiknya tergali secara optimal, guru prasekolah “X” harus kompeten dalam mengetahui karakteristik anak dan dalam mengetahui, menerapkan dan mengembangkan metode serta proses mengajar anak (learning and instruction). Akan tetapi, selama ini proses seleksi di prasekolah “X” memprioritaskan


(16)

guru-guru yang memiliki ketertarikan terhadap anak didik sehingga sebagian besar guru-guru prasekolah “X” mengajar di prasekolah “X” dengan modal hanya memiliki ketertarikan terhadap anak didik. Dasar pembelajaran beberapa guru prasekolah “X” adalah pengalaman yang mereka dapatkan dari kehidupan sehari-hari mereka atau pengalaman mengajar sekolah minggu yang situasinya berbeda dengan situasi pengajaran di sekolah. Pendidikan mereka juga berbeda-beda di luar pendidikan guru taman kanak-kanak (PGTK). Latar belakang pendidikan ini melatarbelakangi munculnya masalah karena perbedaan respon individu terhadap lingkungannya dibentuk oleh cara dia memandang dunianya. Guru prasekolah “X” yang tidak memiliki dasar pendidikan guru taman kanak-kanak (PGTK) kurang kompeten dalam mengetahui karakteristik anak dan dalam mengetahui serta menerapkan metode dan proses mengajar anak (learning and instruction), yang mempengaruhi pola pembelajaran mereka.

Beberapa masalah yang dialami oleh guru-guru prasekolah “X” terlihat dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan penulis dengan direktur, konselor dan kepala sekolah prasekolah ”X” pada bulan Juni 2008. Direktur prasekolah “X” menilai beberapa orang guru prasekolah “X” kurang mampu mengajar secara menarik, terlihat dari guru prasekolah “X” yang kurang ekspresif ketika menyampaikan materi, sehingga anak-anak menjadi kurang tertarik pada materi yang disampaikan oleh guru prasekolah “X”, padahal untuk dapat menarik atensi anak di bawah usia 6 tahun, guru prasekolah “X” harus ekspresif dalam menyampaikan materi. Direktur prasekolah “X” juga menilai guru prasekolah “X” cenderung memperlakukan semua anak didik secara sama tanpa memperhatikan


(17)

karakteristik dan usia mereka secara individual. Konselor prasekolah”X” mengemukakan hal yang senada bahwa beberapa orang guru prasekolah “X” kurang memiliki pengetahuan tentang karakteristik anak didiknya yang melatarbelakangi timbulnya kesulitan guru prasekolah “X” dalam mengatasi anak didik yang bermasalah. Kepala sekolah menilai beberapa guru prasekolah “X” kurang mampu menguasai kelas sehingga anak didik menjadi ribut di dalam kelas atau asyik dengan dirinya sendiri.

Sejumlah orangtua mengeluhkan hal yang senada bahwa beberapa orang guru prasekolah “X” terlihat memberikan materi yang tidak sesuai dengan usia anak mereka. Beberapa orang guru prasekolah “X” yang lain kurang mampu memahami apa yang menjadi keinginan anak mereka, sehingga anak menjadi menangis karena keinginannya tidak terpenuhi. Beberapa guru prasekolah “X” yang lain dikeluhkan kurang dapat melakukan pendekatan secara tepat terhadap anak-anak mereka.

Setelah penulis melakukan wawancara dengan guru-guru prasekolah ”X” pada bulan Juli 2008 diperoleh data bahwa 86% guru prasekolah “X” mengalami kesulitan karena mereka tidak tahu bagaimana menangani anak didik terutama jika sedang bermasalah dan bagaimana memberikan materi dengan tepat dan menarik serta mudah dipahami oleh anak didik dan 43% mengaku kesulitan dalam menyiapkan materi yang tepat karena keterbatasan waktu.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa kesulitan yang dialami oleh guru-guru prasekolah ”X” dilatarbelakangi oleh kurang berkembangnya kompetensi professional expertise mereka,


(18)

Kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan guru prasekolah “X” untuk berbuat sesuatu atau melakukan tugas (Spencer, 2003), sedangkan yang dimaksud kompetensi professional expertise adalah kompetensi yang menggambarkan kemampuan guru menguasai pekerjaan yang dikaitkan dengan banyaknya pengetahuan mengenai perkembangan anak dan upaya untuk menggunakan dan mengembangkan pengetahuannya dalam mengajar (Spencer, 2003). Hal ini seiring dengan hasil penilaian kompetensi professional expertise yang dilakukan oleh Kayan, S.Psi pada tahun 2008 yaitu kompetensi professional expertise termasuk dalam model kompetensi prasekolah “X” dan berdasarkan tingkar kepentingan dan frekuensinya, kompetensi professional expertise penting dan sering dilakukan oleh guru-guru prasekolah “X”. Di dalam penilaian tersebut juga diperoleh hasil 54.5% kompetensi professional expertise guru prasekolah “X” berada di bawah rata-rata,18.2% rata-rata, dan 27.3% berada di atas rata-rata.

Untuk itu diperlukan suatu metode yang dapat mengembangkan kompetensi professional expertise karena pada dasarnya kompetensi professional expertise sesuatu yang bisa ditingkatkan. Salah satu metode pengembangan kompetensi professional expertise adalah pelatihan (Spencer, 2003). Pelatihan dipilih dengan beberapa alasan yang melatarbelakanginya yaitu pelatihan dapat membangkitkan rasa ingin tahu guru prasekolah “X” yang lebih mendalam baik mengenai karakteristik anak didiknya, maupun metode dan proses mengajar anak didiknya (learning and instruction). Pelatihan juga dapat membangkitkan minat guru prasekolah “X” dan menstimulasi pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan karakteristik anak didiknya dan metode serta proses mengajar anak


(19)

didiknya (learning and instruction). Pelatihan juga berfungsi untuk membantu guru-guru prasekolah ”X” mengalami perasaan tertentu dan melatih keterampilan tertentu yang mendorongnya mengambil suatu tindakan tertentu, dalam hal ini dalam cara mengajar guru-guru prasekolah “X” (Silberman & Auerbach, 1990).. Selain itu pelatihan juga dipilih karena adanya keluhan dari direktur, konselor dan kepala sekolah prasekolah “X” yang memaparkan adanya kesulitan dalam mengembangkan kualitas guru karena prasekolah “X” belum mengetahui kondisi guru secara tepat dan mengukur guru secara benar. Hal ini melatarbelakangi jarangnya dilakukan pelatihan di prasekolah “X”. Direktur, konselor dan kepala sekolah prasekolah “X” juga memandang positif motivasi dan dedikasi guru prasekolah “X” yang tinggi, sehingga ada keinginan dari prasekolah ”X” untuk tetap mempertahankan guru-guru tersebut. Selain adanya pertimbangan bahwa masalah-masalah yang terjadi dapat diatasi jika guru-guru prasekolah "X" diberikan pelatihan yang sesuai. Oleh karena itu diperlukan suatu cara untuk mengatasi masalah yang terjadi agar guru-guru prasekolah ”X” dapat tetap bekerja di prasekolah ”X” tanpa mempengaruhi kemampuan mengajarnya, demi tercapainya visi, misi dan motto prasekolah “X”.

Materi dalam rancangan modul pelatihan kompetensi professional expertise di prasekolah “X” berfokus mengembangkan knowledge dan skill guru-guru prasekolah “X”. Hal ini dilatarbelakangi oleh penilaian direktur prasekolah ”X” yang menilai guru-guru prasekolah “X” memiliki motivasi dan dedikasi yang tinggi ketika bekerja yang terlihat dari usaha guru-guru prasekolah “X” untuk memperhatikan, mengeksplorasi, dan menggunakan banyak waktunya untuk


(20)

mencari informasi materi pengajaran melalui mambaca buku yang berhubungan dengan anak didiknya. Minat mereka terhadap anak juga menarik anak untuk dapat dekat dengan mereka secara alamiah. Mereka juga senantiasa sabar terhadap anak didiknya. Hampir sebagian besar guru prasekolah “X” merasa mengajar merupakan panggilan hidupnya yang membuat mereka memiliki komitmen yang tinggi terhadap pekerjaannya. Guru prasekolah “X” juga cukup tekun dan rajin dalam mengupayakan pekerjaannya agar berhasil Akan tetapi hal-hal tersebut belum cukup mumpuni untuk mendukung kemampuan mereka karena terbatasnya knowledge dan skill mereka.

Hal ini juga didukung oleh survei awal yang dilakukan penulis. Berdasarkan hasil survei tersebut diketahui bahwa 43,94% guru prasekolah “X” kurang memiliki knowledge yang cukup dan 59,10% guru prasekolah “X” kurang berkembang skillnya. Dengan perincian sebagai berikut: guru prasekolah “X” yang mengalami kesulitan karena kurangnya knowledge tentang karakteristik anak dan metode serta proses mengajar anak didiknya (learning and instruction) menampilkan perilaku sebagai berikut: 54.55% guru prasekolah kurang memiliki kepekaan yang terlihat dengan dihentikannya suatu kegiatan secara tiba-tiba oleh guru prasekolah “X” padahal anak sedang menikmati kegiatan tersebut dapat mempengaruhi mood anak dalam menangkap materi pelajaran selanjutnya, 45.45% guru kurang dapat menyampaikan materi dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh anak-anak dan terkadang memberikan materi dan aturan-aturan secara abstrak, 45.45% membuat alat peraga yang kurang menarik sehingga materi yang diberikan menjadi kurang tersampaikan dengan baik.


(21)

Guru prasekolah “X” yang mengalami kesulitan karena kurangnya skill karakteristik anak dan metode serta proses mengajar anak didiknya (learning and instruction) 72.73% guru kurang melatih anak untuk memberikan salam ketika datang atau ketika pulang sekolah, kursng melatih anak mengikuti peraturan yang telah ditetapkan guru dan sekolah, kurang melatih anak untuk mengikuti setiap materi. 63.64% guru kurang melatih keberanian anak didik untuk masuk ke kelas sendiri, melakukan story telling, atau menyanyi sendiri ke depan. 54.55% guru kurang dapat mengarahkan dan membimbing anak di kelas yang menyebabkan situasi kelas terkadang tidak dapat dikendalikan. 54.55% memiliki kesulitan dalam merencanakan materi-materi. Terkadang 54.55% tidak melatih anak untuk sabar menunggu namanya dipanggil ketika absen, terkadang tidak melatih anak untuk menunggu giliran ketika bermain. 45.45% guru kurang melatih anak didik untuk menolong temannya atau menghibur ketika temannya menangis. 45.45% guru jarang memberikan pujian dan merespon tingkah laku anak didik ketika seorang anak didik berhasil melakukan instruksi tertentu menyebabkan anak didik kurang termotivasi untuk mengulang tingkah lakunya yang baik. 45.45% guru jarang melatih anak untuk berbagi atau bergantian ketika bermain. 36.36% guru kurang mengajak anak untuk memakai dan melepas sepatunya sendiri, meletakkan tas ke dalam loker, membereskan tempat makannya dan minumannya sendiri. 36.36% guru kurang melatih anak untuk membuang sampah ke tempatnya dan menanamkan pada anak untuk menjaga kebersihan tubuhnya.

Untuk meningkatkan knowledge dan skill mereka, guru prasekolah “X” diberikan suatu pelatihan mengenai pengetahuan tentang karakteristik anak dan


(22)

metode serta proses mengajar anak didiknya (learning and instruction). Materi ini dipilih karena menurut Snowman & Biehler (1993) untuk dapat mengajar secara efektif guru harus memiliki pengetahuan tentang karakteristik anak dan mengetahui proses serta metode mengajar anak (learning and instruction).

Selanjutnya penulis berupaya untuk mengukur efektifitas modul kompetensi professional expertise guru-guru prasekolah ”X” di Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Masalah yang ingin diketahui:

• Apakah modul pelatihan yang diberikan kepada guru prasekolah “X” efektif untuk meningkatkan kompetensi professional expertise guru prasekolah "X" di Bandung.

1.3 Maksud Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian:

• Memperoleh gambaran mengenai modul pelatihan yang efektif, yang dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi professional expertise guru-guru prasekolah "X" di Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian:

• Membuat modul pelatihan yang efektif untuk meningkatkan kompetensi professional expertise guru-guru prasekolah "X" di Bandung.


(23)

1.3.3 Kegunaan Penelitian:

• Memberikan tambahan informasi mengenai modul pelatihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi professional expertise guru-guru prasekolah "X" di Bandung, bagi bidang ilmu pengetahuan Psikologi Pendidikan

• Memberikan informasi bagi para peneliti lain yang memerlukan bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai modul pelatihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi professional expertise guru-guru prasekolah "X" di Bandung.

• Sebagai gambaran bagi direktur prasekolah "X" di Bandung mengenai kompetensi professional expertise guru-guru prasekolah "X" di Bandung. • Sebagai sumbangan bagi prasekolah "X" di Bandung berupa modul pelatihan

yang dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi professional expertise guru-guru prasekolah "X" di Bandung.

1.4 Metodologi Penelitian

Penelitian ini mencoba membuat suatu rancangan modul pelatihan mengenai kompetensi professional expertise guru-guru prasekolah “X” di Bandung. Rancangan penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut:

Merancang program pelatihan Modul pelatihan Melakukan Uji coba Melakukan evaluasi terhadap pelatihan Mengetahui kebutuhan pelatihan


(24)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengolah data terhadap peserta pelatihan, disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Ditinjau dari segi materi, pembicara dan trainer, waktu pelaksanaan dan fasilitas yang diberikan, rancangan program pelatihan kompetensi professional expertise secara umum menghasilkan reaksi yang positif dari guru-guru prasekolah “X” di Bandung.

2. Rancangan program pelatihan kompetensi professional expertise telah sesuai diterapkan pada guru-guru prasekolah “X” di Bandung karena dapat meningkatkan kompetensi professional expertise mereka.

3. Secara umum sesi I mengenai pengetahuan tentang karakteristik anak menghasilkan reaksi yang positif dari guru-guru prasekolah “X” di Bandung. Mereka puas dan merasakan manfaat dari rancangan program pelatihan, sehingga mengembangkan kepercayaan diri mereka untuk menerapkan materi rancangan program pelatihan di masa yang akan datang.

4. Secara umum sesi II mengenai metode dan proses mengajar anak (learning and instruction) juga menghasilkan reaksi yang positif dari guru-guru prasekolah “X” di Bandung. Mereka puas dan merasakan manfaat dari rancangan program pelatihan sehingga memiliki keinginan untuk menerapkan


(25)

materi rancangan program pelatihan di dalam keseharian pembelajaran mereka.

5. Rancangan program pelatihan kompetensi professional expertise menunjang sistem pengajaran guru-guru prasekolah “X” di Bandung.

5.2.Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas peneliti menyadari berbagai keterbatasan yang mewarnai hasil penelitian, untuk itu peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Melakukan evaluasi belajar terhadap siswa guna mengetahui keefektifan rancangan modul pelatihan kompetensi professional expertise guru-guru prasekolah “X” secara lebih spesifik.

2. Melakukan penelitian lebih lanjut pada sampel yang berbeda agar keefektifan rancangan modul pelatihan dapat terukur lebih optimal.

3. Melakukan penelitian lebih lanjut dengan spesifikasi pada kompetensi-kompetensi lain yang berbeda.


(26)

DAFTAR PUSTAKA

Bloom, Benjamin S., etc. 1956. Taxonomy of Educational Objectives: The

Classification of Educational Goals, Handbook I Cognitive Domain. New York: Longmans, Green and co.

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. 1982.

Klasifikasi Jabatan Indonesia. Edisi ke-2, Jakarta: P.T. Dharma Karsa Utama

Krathwohl, David R., Benjamin S. Bloom, Brtram B. Masia. 1956. Taxonomy

of Educational Objectives, The Clasification of Educational Goals, Handbook II Affective Domain. New York: David McKay Company, Inc.

Kreitner Robert, Kinicki Angelo. 2001. Organizational Behavior. Edisi

Keempat, The McGraw-Hill Companies, Inc

M Masnipal. 2003. Dasar-dasar Pembelajaran di TK dan Kelompok Bermain.

Bandung: Yayasan Cahaya Masa Depan Indonesia

Robin Stephen P. 2001. Organizational Behavior, New Jersey: Prentice-Hall,

Inc.

Santrock, John W. 2002. Perkembangan Masa Hidup. Edisi Kelima, Jakarta:

Erlangga

Silberman Mel, Auerbach Carol. 1990. Active Training, New York: An Imprint

of Macmillan, Inc.

Spencer, Jr., Lyle M Signe M. Spencer. 1993. Competence at Work: Models for

Superior Performance. Canada : Hohn Wiley & Son, Inc.

Vernoy, Mark & Diana J. Kyle. 2002. Behavioral Statistic in Acton 3rd Ed. USA: McGraw Hill.


(1)

Guru prasekolah “X” yang mengalami kesulitan karena kurangnya skill karakteristik anak dan metode serta proses mengajar anak didiknya (learning and

instruction) 72.73% guru kurang melatih anak untuk memberikan salam ketika

datang atau ketika pulang sekolah, kursng melatih anak mengikuti peraturan yang telah ditetapkan guru dan sekolah, kurang melatih anak untuk mengikuti setiap materi. 63.64% guru kurang melatih keberanian anak didik untuk masuk ke kelas sendiri, melakukan story telling, atau menyanyi sendiri ke depan. 54.55% guru kurang dapat mengarahkan dan membimbing anak di kelas yang menyebabkan situasi kelas terkadang tidak dapat dikendalikan. 54.55% memiliki kesulitan dalam merencanakan materi-materi. Terkadang 54.55% tidak melatih anak untuk sabar menunggu namanya dipanggil ketika absen, terkadang tidak melatih anak untuk menunggu giliran ketika bermain. 45.45% guru kurang melatih anak didik untuk menolong temannya atau menghibur ketika temannya menangis. 45.45% guru jarang memberikan pujian dan merespon tingkah laku anak didik ketika seorang anak didik berhasil melakukan instruksi tertentu menyebabkan anak didik kurang termotivasi untuk mengulang tingkah lakunya yang baik. 45.45% guru jarang melatih anak untuk berbagi atau bergantian ketika bermain. 36.36% guru kurang mengajak anak untuk memakai dan melepas sepatunya sendiri, meletakkan tas ke dalam loker, membereskan tempat makannya dan minumannya sendiri. 36.36% guru kurang melatih anak untuk membuang sampah ke tempatnya dan menanamkan pada anak untuk menjaga kebersihan tubuhnya.

Untuk meningkatkan knowledge dan skill mereka, guru prasekolah “X” diberikan suatu pelatihan mengenai pengetahuan tentang karakteristik anak dan


(2)

metode serta proses mengajar anak didiknya (learning and instruction). Materi ini dipilih karena menurut Snowman & Biehler (1993) untuk dapat mengajar secara efektif guru harus memiliki pengetahuan tentang karakteristik anak dan mengetahui proses serta metode mengajar anak (learning and instruction).

Selanjutnya penulis berupaya untuk mengukur efektifitas modul kompetensi professional expertise guru-guru prasekolah ”X” di Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Masalah yang ingin diketahui:

• Apakah modul pelatihan yang diberikan kepada guru prasekolah “X” efektif untuk meningkatkan kompetensi professional expertise guru prasekolah "X" di Bandung.

1.3 Maksud Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian:

• Memperoleh gambaran mengenai modul pelatihan yang efektif, yang dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi professional expertise guru-guru prasekolah "X" di Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian:

• Membuat modul pelatihan yang efektif untuk meningkatkan kompetensi


(3)

1.3.3 Kegunaan Penelitian:

• Memberikan tambahan informasi mengenai modul pelatihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi professional expertise guru-guru prasekolah "X" di Bandung, bagi bidang ilmu pengetahuan Psikologi Pendidikan

• Memberikan informasi bagi para peneliti lain yang memerlukan bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai modul pelatihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi professional expertise guru-guru prasekolah "X" di Bandung.

• Sebagai gambaran bagi direktur prasekolah "X" di Bandung mengenai kompetensi professional expertise guru-guru prasekolah "X" di Bandung. • Sebagai sumbangan bagi prasekolah "X" di Bandung berupa modul pelatihan

yang dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi professional expertise guru-guru prasekolah "X" di Bandung.

1.4 Metodologi Penelitian

Penelitian ini mencoba membuat suatu rancangan modul pelatihan mengenai kompetensi professional expertise guru-guru prasekolah “X” di Bandung. Rancangan penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut:

Merancang program pelatihan

Modul pelatihan

Melakukan Uji coba

Melakukan evaluasi terhadap pelatihan Mengetahui

kebutuhan pelatihan


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengolah data terhadap peserta pelatihan, disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Ditinjau dari segi materi, pembicara dan trainer, waktu pelaksanaan dan fasilitas yang diberikan, rancangan program pelatihan kompetensi professional

expertise secara umum menghasilkan reaksi yang positif dari guru-guru

prasekolah “X” di Bandung.

2. Rancangan program pelatihan kompetensi professional expertise telah sesuai diterapkan pada guru-guru prasekolah “X” di Bandung karena dapat meningkatkan kompetensi professional expertise mereka.

3. Secara umum sesi I mengenai pengetahuan tentang karakteristik anak menghasilkan reaksi yang positif dari guru-guru prasekolah “X” di Bandung. Mereka puas dan merasakan manfaat dari rancangan program pelatihan, sehingga mengembangkan kepercayaan diri mereka untuk menerapkan materi rancangan program pelatihan di masa yang akan datang.

4. Secara umum sesi II mengenai metode dan proses mengajar anak (learning

and instruction) juga menghasilkan reaksi yang positif dari guru-guru

prasekolah “X” di Bandung. Mereka puas dan merasakan manfaat dari rancangan program pelatihan sehingga memiliki keinginan untuk menerapkan


(5)

materi rancangan program pelatihan di dalam keseharian pembelajaran mereka.

5. Rancangan program pelatihan kompetensi professional expertise menunjang sistem pengajaran guru-guru prasekolah “X” di Bandung.

5.2.Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas peneliti menyadari berbagai keterbatasan yang mewarnai hasil penelitian, untuk itu peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Melakukan evaluasi belajar terhadap siswa guna mengetahui keefektifan rancangan modul pelatihan kompetensi professional expertise guru-guru prasekolah “X” secara lebih spesifik.

2. Melakukan penelitian lebih lanjut pada sampel yang berbeda agar keefektifan rancangan modul pelatihan dapat terukur lebih optimal.

3. Melakukan penelitian lebih lanjut dengan spesifikasi pada kompetensi-kompetensi lain yang berbeda.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Bloom, Benjamin S., etc. 1956. Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Educational Goals, Handbook I Cognitive Domain. New

York: Longmans, Green and co.

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. 1982. Klasifikasi Jabatan Indonesia. Edisi ke-2, Jakarta: P.T. Dharma Karsa

Utama

Krathwohl, David R., Benjamin S. Bloom, Brtram B. Masia. 1956. Taxonomy of Educational Objectives, The Clasification of Educational Goals, Handbook II Affective Domain. New York: David McKay Company, Inc. Kreitner Robert, Kinicki Angelo. 2001. Organizational Behavior. Edisi

Keempat, The McGraw-Hill Companies, Inc

M Masnipal. 2003. Dasar-dasar Pembelajaran di TK dan Kelompok Bermain.

Bandung: Yayasan Cahaya Masa Depan Indonesia

Robin Stephen P. 2001. Organizational Behavior, New Jersey: Prentice-Hall,

Inc.

Santrock, John W. 2002. Perkembangan Masa Hidup. Edisi Kelima, Jakarta:

Erlangga

Silberman Mel, Auerbach Carol. 1990. Active Training, New York: An Imprint

of Macmillan, Inc.

Spencer, Jr., Lyle M Signe M. Spencer. 1993. Competence at Work: Models for Superior Performance. Canada : Hohn Wiley & Son, Inc.

Vernoy, Mark & Diana J. Kyle. 2002. Behavioral Statistic in Acton 3rd Ed. USA: McGraw Hill.