Efektivitas Manajemen Stres Kerja terhadap Derajat Stres pada Staf Pengantar (Efektivitas Pelatihan Manajemen Stres Kerja Terhadap Penurunan Derajat Stres pada Staf Pengantar di PT ”X” Bandung).

(1)

Universitas Kristen Maranatha

vi

Abstrak

Judul

: Efektivitas Manajemen Stres Kerja Terhadap Derajat Stres Pada Staf

Pengantar

Sub Judul : Efektivitas Pelatihan Manajemen Stres Kerja Terhadap Penurunan

Derajat Stres pada Staf Pengantar di PT ”X” Bandung

Penelitian tentang pelatihan manajemen stress kerja ini berangkat dari

fenomena gejala stress pada staf pengantar PT ’X’ yang diindikasikan dengan gejala

fisik seperti meningkatnya intensitas fatik, sakit kepala dan lambung. Sementara

secara psikologis, terlihat perasaan cemas dan depresi yang berlebihan hingga

menyebabkan penurunan performansi kerja. Diduga, hal tersebut disebabkan oleh

sumber stress yang dirasakan para staf terkait dengan fungsi kerjanya, sehingga

mensyaratkan adanya penanganan dalam manajamen stress kerja kepada staf

tersebut. Penelitian ini ditujukan guna mengetahui efektifitas dari pelatihan

manajemen stres kerja dalam mereduksi derajat stres pada staf pengantar di PT ’X’

Bandung. Metode penelitian yang diajukan bersifat quasi eksperimental, ditujukan

untuk mencari korelasi kausalitas pada fenomena realitas, dimana pengendalian

fungsi ubahan sulit dilakukan. Rancangan penelitian ini menggunakan two group

before-after, dimana terdapat dua kelompok partisipan dengan sampel tujuh staf

pengantar kelompok derajat stres tinggi dan tujuh staf pengantar kelompok derajat

stres rendah yang mendapatkan pelatihan manajemen stres kerja, sementara pada

metode pelatihan, digunakan experiential learning dengan diskusi interaktif, ceramah

dan tes kertas pensil serta simulasi permainan. Sebagai follow-up pada hasil riset,

dilakukan pengecekan terhadap penerapan ”action plan” pengembangan diri yang

telah ditentukan dengan monitoring kemajuan pengembangan diri partisipan setiap

dua minggu sekali dalam waktu satu bulan, paska kegiatan pelatihan dengan metode

wawancara dan umpan balik. Hasil pengolahan data statistik non parametrik

Wilcoxon menunjukan dimana pelatihan manajemen stres kerja secara signifikan

efektif berpengaruh terhadap penurunan derajat stres pada kelompok derajat stres

tinggi. Sementara pada kelompok derajat stres rendah, pelatihan tersebut tidak

memberikan pengaruh signifikan terhadap penurunan derajat stres secara umum,

namun memberikan pengaruh yang signifikan pada penurunan gejala psikologis.

Efektifitas pelatihan manajemen stres kerja dalam mereduksi derajat stres, juga sangat

dipengaruhi oleh faktor substansi materi dan simulasi yang tepat dengan kondisi

partisipan disertai sarana-prasarana dan fasilitator yang baik di dalamnya.


(2)

Universitas Kristen Maranatha

vii

Abstract

Title

: The Effectiveness Of Job Stress Management Training Toward Stress

Degree On Delivery Staff

Sub Title

: The Effectiveness Of Job Stress Management Training Toward In

Decreased The Stress Degree On Delivery Staff at “X” Corp. Bandung

The jobs stress management training has inspired based on the stress

phenomena whom suffered by the delivery staff at ‘X’ Corp, which is physically has

indicated by the rising up of intensity of fatigue, headache and stomach. While

psychologically, the high anxiety and depression have appeared in till made the

downward of its work performance. Tentative hypothesis, such things was constructed

by stress source that felt by those staff where it is related with its works function.

Therefore, it is required the serious handling on jobs stress management training

toward such staff next. This research is focuses on observe the effectiveness of jobs

stress management training in cooling down the stress degree on delivery staff at ‘X’

Corp. The research method proposed is quasi experimental, aimed to search causality

correlation at the real phenomena, where the control of change function is difficult to

do. Its research design is using the two group before-after, where there are two

participant groups in who involved seven delivery staffs at each group both at the high

and low stress degree for getting the intervention of jobs stress management training.

Experimental learning has used as the training method through the interactive

discussion, talks, paper-pencil test and games simulation. At the follow-up phase, the

controlling of action plan implementation of self development is taken toward the

participant in two weeks of a month by the interview and feed back method post the

training. The output based on the Wilcoxson non parametric statistic data approach is

shows that jobs stress management training significantly affected toward the degree

stress reduction, particularly at the high degree stress group. While at the low degree

stress group, such training has no affected significantly in cooling down its degree

stress generally. Nevertheless, it was affected significantly into psychology symptom

reduction. The effectiveness of jobs stress management training in cooling down the

degree stress is also dominantly affected by the factors such as the appropriate material

substances and simulation for its participant within the well infrastructure and its

facilitator in.


(3)

Universitas Kristen Maranatha

viii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL

i

LEMBAR PENGESAHAN

ii

KATA PENGANTAR

iii

ABSTRAK

vi

ABSTRACT

vii

DAFTAR ISI

viii

DAFTAR

TABEL

xiii

DAFTAR GRAFIK

xv

DAFTAR

BAGAN

xvii

DAFTAR

LAMPIRAN

xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1

Latar Belakang Masalah ... 1

1.2

Rumusan Masalah ... 8

1.3

Maksud, Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 8

1.3.1

Maksud Penelitian ... 8

1.3.2

Tujuan Penelitian ... 8

1.3.3

Kegunaan Penelitian ... 8


(4)

Universitas Kristen Maranatha

ix

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Kerangka Teoritis ... 11

A. Organisasi ... 11

B. Kelompok ... 13

C. Individu ... 16

2.1.1 Stres ... 18

2.1.1.1 Pengertian Stres ... 19

2.1.1.2 Model Pendekatan Stres ... 21

2.1.1.3 Dinamika Terjadinya Stres ... 22

2.1.1.4 Sumber Stres Kerja (Stressor) ... 24

2.1.1.5 Konsekuensi Stres ... 29

2.1.1.6 Teknik-teknik dalam Manajemen Stres ... 36

a. Kerekayasaan Organisasi ... 36

b. Kerekayasaan Kepribadian ... 36

c. Teknik Balikan Survey ... 37

d. Teknik Penenangan Pikiran ... 37

e. Teknik Penenangan Melalui Aktivitas Fisik ... 38

2.1.2 Metode Pelatihan ... 38

2.1.3 Evaluasi Program Pelatihan ... 38

2.2 Kerangka Pemikiran ... 39

Premis dan Hipotesis Penelitian ... 49

BAB III METODE DAN SUBYEK PENELITIAN ... 50


(5)

Universitas Kristen Maranatha

x

3.2 Variabel Penelitian ... 51

3.2.1 Definisi Konseptual ... 51

3.2.2 Definisi Operasional ... 52

3.3 Subyek Penelitian ... 53

3.4 Alat Ukur ... 53

3.4.1 Alat Ukur Derajat Stres Kerja ... 53

3.4.2 Alat Ukur Sumber Stres Kerja ... 55

3.5 Validitas dan Reliabilitas ... 56

3.5.1 Validitas ... 56

3.5.2 Reliabilitas ... 57

3.6 Evaluasi Program Penyelenggaraan Pelatihan ... 57

3.7 Teknik Analisis Data ... 58

3.8 Modul Manajemen Stres Kerja ... 58

3.8.1 Rancangan Manajemen Stres Kerja ... 58

3.8.2 Metode Pelatihan ... 62

3.8.3 Modul Pelatihan Manajemen Stres Kerja ... 63

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 66

3.1 Hasil ... ... 66

3.1.1 Gejala Stres dan Derajat Stres Sebelum Pelatihan Manajemen

Stres Kerja ... 66

A.

Hasil Penyebaran Gejala Stres Secara Umum ... 66

B.

Hasil Derajat Stres Kerja ... 66


(6)

Universitas Kristen Maranatha

xi

3.1.2.1 Kelompok Derajat Stres Tinggi ... 68

3.1.2.2 Kelompok Derajat Stres Rendah ... 69

3.1.3 Hasil Perbedaan Derajat Stres ... 70

3.1.3.1 Hasil Perbedaan Derajat Stres pada Kelompok Derajat Stres

Tinggi

...

70

a. Perbedaan Derajat Stres pada Gejala Fisiologis ... 71

b. Perbedaan Derajat Stres pada Gejala Psikologis ... 71

c. Perbedaan Derajat Stres pada Gejala Tingkah Laku ... 72

3.1.3.2 Hasil Perbedaan Derajat Stres pada Kelompok Derajat Stres

Rendah

...

72

a. Perbedaan Derajat Stres pada Gejala Fisiologis ... 73

b. Perbedaan Derajat Stres pada Gejala Psikologis ... 74

c. Perbedaan Derajat Stres pada Gejala Tingkah Laku ... 75

3.1.4

Hasil

Action Plan ... 75

3.1.4.1

Action Plan Pengembangan Diri ... 75

a) Kelompok Derajat Stres Tinggi ... 75

b) Kelompok Derajat Stres Rendah ... 77

3.1.5

Hasil

Feedback Penerapan Action Plan ... 78

a) Kelompok Derajat Stres Tinggi ……….... 78

b) Kelompok Derajat Stres Rendah ……….. 80

3.2

Pembahasan ... 83

3.2.1 Reaksi Peserta Pelatihan terhadap Penyelenggaraan Program

Pelatihan Manajemen Stres Kerja ... 83


(7)

Universitas Kristen Maranatha

xii

3.2.2

Pembelajaran Yang Diperoleh Dari Pelatihan Manajemen

Stres Kerja ... 85

3.2.3

Efektivitas Pelatihan Manajemen Stres Kerja terhadap Derajat

Stres ... 88

3.2.3.1

Efektivitas Pelatihan Manajemen Stres Kerja pada Kelompok

Derajat Stres Tinggi ... 88

3.2.3.2

Efektivitas Pelatihan Manajemen Stres Kerja pada Kelompok

Derajat Stres Rendah ... 94

3.2.4

Perbandingan antara Kelompok Derajat Stres Tinggi dengan

Kelompok Derajat Stres Rendah ... 97

3.2.4.1

Perbandingan Identifikasi Stres Kerja antara Kelompok

Derajat Stres Tinggi dengan Kelompok Derajat Stres Rendah .. 100

3.2.5

Evaluasi Efektivitas Materi dalam Simulasi Pelatihan ... 103

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 107

5.1

Simpulan ... 107

5.2

Saran ... 109


(8)

Universitas Kristen Maranatha

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.4.1(a) Indikator Kuesioner Derajat Stres Kerja ... 54

Tabel 3.4.1(b) Bobot Nilai Kuesioner Derajat Stres Kerja ... 54

Tabel 3.4.2(a) Indikator Kuesioner Sumber Stres Kerja ... 55

Tabel 3.4.2(b) Bobot Nilai Kuesioner Sumber Stres Kerja ... 56

Tabel Modul Pelatihan Manajemen Stres Kerja ... 62

Tabel A. Penyebaran Derajat Stres pada Gejala Stres ... 66

Tabel B. Derajat Stres Sebelum Pelatihan Manajemen Stres Kerja pada

Kelompok Derajat Stres Tinggi ... 67

Tabel C. Derajat Stres Sebelum Pelatihan Manajemen Stres Kerja pada

Kelompok Derajat Stres Rendah... 68

Tabel D. Derajat Stres Setelah Pelatihan Manajemen Stres Kerja pada

Kelompok Derajat Stres Tinggi ... 68

Tabel E. Derajat Stres Setelah Pelatihan Manajemen Stres Kerja pada

Kelompok Derajat Stres Rendah ... 69

Tabel F. Action Plan Pengembangan Diri pada Kelompok Derajat Stres

Tinggi ... 76


(9)

Universitas Kristen Maranatha

xiv

Tabel G. Action Plan Pengembangan Diri pada Kelompok Derajat Stres

Rendah ... 77

Tabel H. Hasil Feedback Pengembangan Diri pada Kelompok Derajat

Stres Tinggi ... 78

Tabel I. Hasil Feedback Pengembangan Diri pada Kelompok Derajat


(10)

Universitas Kristen Maranatha

xv

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 3.1.3.1 Perbedaan Derajat Stres Pre-Test dan Post-Test

Pelatihan Manajemen Stres Kerja pada Kelompok Derajat Stres Tinggi ... 70

Grafik 3.1.3.1 (a) Perbedaan Derajat Stres Pre-Test dan Post-Test

Pelatihan Manajemen Stres Kerja pada Gejala Fisiologis di Kelompok

Derajat Stres Tinggi ... 71

Grafik 3.1.3.1 (b) Perbedaan Derajat Stres Pre-Test dan Post-Test

Pelatihan Manajemen Stres Kerja pada Gejala Psikologis di Kelompok

Derajat Stres Tinggi ... 71

Grafik 3.1.3.1 (c) Perbedaan Derajat Stres Pre-Test dan Post-Test

Pelatihan Manajemen Stres Kerja pada Gejala Tingkah Laku di Kelompok

Derajat Stres Tinggi ... 72

Grafik 3.1.3.2 Perbedaan Derajat Stres Pre-Test dan Post-Test

Pelatihan Manajemen Stres Kerja pada Kelompok Derajat Stres Rendah ... 73

Grafik 3.1.3.2 (a) Perbedaan Derajat Stres Pre-Test dan Post-Test

Pelatihan Manajemen Stres Kerja pada Gejala Fisiologis di Kelompok

Derajat Stres Rendah ... 73


(11)

Universitas Kristen Maranatha

xvi

Pelatihan Manajemen Stres Kerja pada Gejala Psikologis di Kelompok

Derajat Stres Rendah ... 74

Grafik 3.1.3.2 (c) Perbedaan Derajat Stres Pre-Test dan Post-Test

Pelatihan Manajemen Stres Kerja pada Gejala Tingkah Laku di

Kelompok Derajat Stres Rendah ... 75


(12)

Universitas Kristen Maranatha

xvii

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Model Stres Stephen P Robbins ... 24

Bagan Organizational & Individual Preventive Stress Management …………. 32

Bagan Matrix of Organizational Stress Management Inventory ………. 33

Bagan Kerangka Pemikiran ………. 48

Bagan Manajemen Stres Kerja ...………... 59


(13)

Universitas Kristen Maranatha

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

I.

Hasil Simulasi ’Target’

Tabel L1. Faktor Penghambat Penyelesaian tugas dalam Simulasi ’Target’

II.

Hasil Identifikasi Stres Kerja

II.1 Identifikasi

Sumber

Stres Kerja pada Kelompok Derajat Stres Tinggi (Tabel L2).

II.2 Identifikasi

Sumber

Stres Kerja pada Kelompok Derajat Stres Rendah (Tabel L3).

II.3 Identifikasi

Perasaan

Stres Kerja pada Kelompok Derajat Stres Tinggi (Tabel L4).

II.4

Identifikasi Perasaan Stres Kerja pada Kelompok Derajat Stres Rendah (Tabel

L5).

II.5

Identifikasi Pemikiran Stres Kerja pada Kelompok Derajat Stres Tinggi (Tabel

L6).

II.6

Identifikasi Pemikiran Stres Kerja pada Kelompok Derajat Stres Rendah (Tabel

L7).

II.7 Identifikasi

Perilaku

Stres Kerja pada Kelompok Derajat Stres Tinggi (Tabel L8).

II.8

Identifikasi Perilaku Stres Kerja pada Kelompok Derajat Stres Rendah (Tabel

L9).

III.

Pendapat Tentang Tugas dalam Pelatihan Manajemen Stres Kerja

a)

Kelompok Derajat Stres Tinggi (Tabel L10).

b)

Kelompok Derajat Stres Rendah (Tabel L11).


(14)

Universitas Kristen Maranatha

xix

a)

Kelompok Derajat Stres Tinggi (Tabel L12).

b)

Kelompok Derajat Stres Rendah (Tabel L13).

V.

Pendapat Tentang Alasan Ketidakmampuan yang Dimiliki Dalam Bekerja

c)

Kelompok Derajat Stres Tinggi (Tabel L14).

d)

Kelompok Derajat Stres Rendah (Tabel L15).

VI.

Hasil Evaluasi Program Pelatihan

VI.1

Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan (Tabel L16).

VI.2

Evaluasi Fasilitator Pemberi Materi (Tabel L17 dan L18).

VI.3

Evaluasi Saran terhadap Pelatihan Manajemen Stres Kerja (Tabel L19).

VII.

Profil Sumber Stres Staf Pengantar PT ”X”

VIII.

Susunan Acara Kegiatan Pelatihan Manajemen Stres Kerja

IX.

Ice Breaking Tes 3 menit

X.

Lembaran Simulasi Target

XI.

Lembar Identifikasi Stres

XII.

Materi-materi Stres

XIII.

Lembaran Action Plan

XIV.

Lembaran Evaluasi Pelatihan Manajemen Stres Kerja

XV.

Kuesioner Sumber Stres Kerja


(15)

Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi kini, banyak terjadi perubahan dalam segala hal, antara lain segi perkembangan teknologi, ekonomi dan politik, yang berpengaruh pada kebijakan-kebijakan yang berlaku secara nasional, regional, maupun internasional. Perubahan tersebut memberikan dampak bagi seluruh sektor kehidupan, tidak terkecuali bagi perusahaan.

Menghadapi era globalisasi tersebut perusahaan saat ini dituntut lebih kompetitif untuk memenuhi permintaan pasar seluas-luasnya. Dengan demikian, setiap perusahaan layak untuk menjalankan strategi agar tetap menjaga eksistensinya di lingkungan bisnis. Untuk mencapai tujuan tersebut tentunya harus dapat mengoptimalkan komponen yang menjadi sumber daya dalam suatu perusahaan yaitu sumber daya manusianya, modal, mesin/peralatan, material dan metoda. Bagaimana lima komponen tersebut dapat menjadi optimal tentunya tergantung pada kualitas sumber daya manusianya yang merupakan penggerak dari empat komponen yang lain. Kualitas sumber daya manusia dapat tercermin dari apa yang karyawan lakukan saat dihadapkan pada masalah, bagaimana dia mampu mensikapi berbagai tekanan yang muncul sebagai konsekuensi dari pekerjaannya, dan bagaimana dia mampu bertahan mengelola berbagai tekanan pekerjaan untuk tetap bekerja produktif.

PT “X” merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengiriman surat dan paket yaitu sebagai perantara mengantarkan surat atau paket dari user


(16)

Universitas Kristen Maranatha 2

kepada nasabah. User merupakan pelanggan dari PT. “X” yang meminta jasa PT “X” untuk mengirimkan surat kepada para nasabah dari user. Pengantaran surat atau paket tersebut dikirim oleh para staf pengantar PT “X”, adapun wilayah pengiriman surat tersebut berada di wilayah kotamadya Bandung dan kabupaten Bandung. Dalam melakukan tugasnya, para staf pengantar menggunakan sarana kendaraan motor pribadinya sebagai kemudahan transportasi dalam menjalankan pengiriman.

PT “X” merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengiriman, tentunya harus memberikan pelayanan yang baik bagi pelanggannya sebagai citra kualitas perusahaannya. Pemberian pelayanan yang baik tentunya perlu diperhatikan oleh para staf pengantar, sehingga para staf pengantar dituntut melayani pelanggan dengan baik yaitu dengan memperhatikan kepuasan pelanggan sebagai pengguna jasa layanan. Kepuasan pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan oleh staf pengantar, berkaitan dengan cara kerja daripada staf pengantar tersebut. Dengan demikian, setiap staf pengantar seyogyanya dapat mengatasi berbagai macam hambatan yang dihadapi berkaitan dengan kondisi kerjanya agar dapat menjamin dan mempertahankan kepuasan pelanggan.

Para staf pengantar mengalami kondisi fisik kerja dengan lebih sering berada di jalanan untuk mengirimkan surat atau paket dari satu alamat ke alamat yang lainnya. Dalam perjalanan mengirimkan surat-surat dan paket, para staf pengantar menghadapi berbagai macam situasi dan kondisi cuaca yang dapat menghambat mereka untuk bekerja.


(17)

Universitas Kristen Maranatha 3

Berdasarkan kuesioner awal mengenai sumber stres kerja terhadap dua puluh sembilan staf pengantar, diperoleh hasil bahwa sumber stres yang dialami staf pengantar beragam dengan penyebaran bobot persentase yang cenderung sama besar yakni faktor lingkungan (14.4%), tuntutan tugas (15.54%), tuntutan peran (13.95%), struktur organisasi (12.8%), pimpinan (14.8%), hubungan antar pribadi (12.62%) dan individu (15.2%). Dari data tersebut, sumber stres yang paling dialami oleh karyawan staf pengantar yakni dalam hal tuntutan tugas dan faktor individu.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak manajemen, tampilan kerja para staf pengantar cukup memuaskan selama empat bulan bekerja di awal pertama masuk kerja. Namun, terdapat beberapa staf pengantar yang mengalami penurunan tampilan kerja. Hal tersebut terlihat dari jumlah keluhan pelanggan, ketidaktertiban administrasi, serta tingkat absensi karyawan.

Berdasarkan wawancara awal terhadap enam orang staf pengantar, tiga orang staf pengantar menyatakan kondisi cuaca yang panas membuat dirinya cepat merasa lelah dan membuat kepala menjadi penat, terlebih lagi jika jalanan macet dan asap dari knalpot kendaraan terkadang membuat sesak napas. Cuaca di musim hujan pun turut membuat kondisi fisik menjadi menurun karena lebih mudah terkena flu atau demam, selain itu pada saat hujan turun mereka menjadi harus berteduh terlebih dahulu hal ini membuat pengiriman surat menjadi dibawah target akibatnya jika pengiriman surat dibawah target maka pendapatan yang akan diperoleh pun menjadi menurun. Dengan kondisi tersebut seorang staf pengantar menyatakan dirinya merasa sesak napas, namun berdasarkan hasil pemeriksaan


(18)

Universitas Kristen Maranatha 4

fisik dinyatakan bahwa kondisi paru-parunya dalam keadaan baik. Salah seorang staf pengantar menyatakan dirinya mudah merasa lelah akibat kondisi kerja yang dialaminya.

Sekalipun demikian, dua orang staf pengantar menyatakan kondisi yang dialaminya saat bekerja tidak menjadi masalah bagi dirinya, yang terpenting bekerja sesuai target agar memperoleh pendapatan yang cukup dan bonus tambahan bila melebihi target pengiriman yang telah ditentukan.

Dua orang staf pengantar menyatakan mereka terkadang mendapatkan surat yang salah alamat, alamat yang kurang jelas atau pun orang yang akan dikirim alamatnya telah pindah rumah. Menurut para staf pengantar kejadian seperti itu hanya menjadi membuang waktu saja akibatnya pekerjaan menjadi lama diselesaikan. Surat atau paket menjadi tidak sampai kepada yang bersangkutan, terkadang surat tersebut akan dibuang. Akibatnya pelanggan banyak yang mengeluhkan kepada pihak perusahaan dikarenakan surat atau paket yang tidak ia terima.

Selain itu, tiga orang staf pengantar menyatakan terkadang ketika mereka mengantarkan surat tidak ada orang di rumah alamat yang dituju, sehingga surat atau paket yang telah dikirim menjadi tidak sampai kepada yang bersangkutan. Mereka sering merasa kesal dengan kejadian seperti itu, akibatnya mereka menjadi sering melemparkan surat ke halaman sehingga tidak memiliki bukti tanda tangan dari penerima surat. Salah seorang staf pengantar menyatakan situasi kerja yang dialaminya sering membuatnya merasa khawatir, hal ini dikarenakan peraturan mengenai pemotongan pendapatan apabila melakukan kesalahan dalam


(19)

Universitas Kristen Maranatha 5

pengiriman surat, surat yang rusak atau pun tidak hadir sehingga ketika sedang melaksanakan pekerjaannya di lapangan dirinya sering diliputi perasaan takut terjadi sesuatu pada surat-surat yang harus dikirimkan. Menurutnya peraturan pemotongan pendapat bila terjadi kesalahan, dirasakan memberatkan. Berdasarkan wawancara dengan pihak manajerial, peraturan tersebut diberlakukan sebagai cara untuk memantau kinerja dari pada staf pengantar agar sungguh-sungguh dalam melaksanakan pekerjaannya.

Lima orang staf pengantar yang diwawancarai mengeluhkan mengenai kebijakan manajerial, dimana pimpinan terlalu berlebihan dalam memberi peraturan khususnya sanksi yang diberikan bila karyawan melakukan pelanggaran. Dalam hal ini antara lain, apabila staf pengantar tidak masuk kerja tanpa ada keterangan atau informasi kepada atasan, maka staf pengantar tersebut akan dikenakan potongan gaji sebesar Rp.7.000,-/hari, staf pengantar tidak masuk kerja tanpa ada keterangan atau informasi selama 3 (hari) berturut-turut, maka dianggap mengundurkan diri. Kemudian staf pengantar yang tidak pulang sore (tidak melaporkan hasil antaran), maka dikenakan potongan Rp.2000/hari. Staf pengantar yang terbukti melakukan pelanggaran seperti di atas, akan dikenakan sanksi Rp. 40.000,00 per surat. Kebijakan tersebut berdampak terhadap perilaku karyawan dalam bekerja, mereka banyak yang mengundurkan diri dari perusahaan akibat seringnya terkena sanksi yang diberikan oleh perusahaan. Menurut data dari perusahaan, tingkat turn over di perusahaan ini sangat tinggi dan tingkat kehadiran staf pengantar mengalami penurunan.


(20)

Universitas Kristen Maranatha 6

Berdasarkan wawancara terhadap tiga staf pengantar dengan tingkat absen yang tergolong tinggi, salah seorang staf pengantar menyatakan alasan sering tidak masuk kerja karena mengalami sakit dikarenakan kelelahan setelah bekerja. Sedangkan dua orang lainnya menyatakan ingin menghindari tugas bila ia tahu harus mengirimkan surat dalam jumlah banyak, terlebih lagi dengan memikirkan sanksi yang akan didapatkan bila terjadi kerusakan dalam surat atau surat menjadi tidak terkirimkan semuanya. Selain itu, mereka merasa kesal bila harus mengerjakan pekerjaan yang bukan seharusnya ia kerjakan seperti mem-foto copy berkas-berkas sehingga ia memendam perasaan marah karena takut oleh atasan.

Selain itu pimpinan kurang memperhatikan kebutuhan karyawannya, diantaranya mengenai kurangnya perhatian dalam hal perawatan kendaraan bermotor yang digunakan oleh para staf pengantar untuk mengirimkan surat serta dengan tambahan uang untuk pembelian bensin. Menurut mereka seharusnya perusahaan memberikan anggaran yang dialokasikan untuk perawatan kendaraan bermotor, karena selama ini para staf pengantar yang harus mengeluarkan biaya sendiri untuk perawatan mesin motor sedangkan kendaraan bermotor yang dimiliki oleh para staf pengantar merupakan aset bagi kepentingan perusahaan juga. Menurut para staf pengantar keadaan seperti ini membuat dirinya menjadi lebih terbebani lagi dalam bekerja.

Dalam melaksanakan tugas staf pengantar diperlukan pula kerjasama dengan staf pengantar lainnya, agar saling terkoordinasi. Dalam hal hubungan antar sesama staf pengantar, tiga staf pengantar menyatakan meskipun banyak mengeluhkan mengenai kondisi pekerjaannya, namun mereka merasakan


(21)

Universitas Kristen Maranatha 7

hubungan kekeluargaan cukup baik antara satu karyawan dengan karyawan lainnya maupun dengan atasannya. Namun, tiga staf pengantar lainnya menyatakan relasinya dalam bekerja dengan karyawan lain kurang nyaman, dimana dirinya sering mengeluhkan rekan kerjanya yang sering menitipkan surat agar dikirimkan ke daerah lain dan beberapa staf pengantar yang mengambil jatah surat yang lebih sehingga staf pengantar lainnya mendapatkan jumlah surat yang kurang.

Para staf pengantar menyikapi tuntutan kerja dengan cara beragam, ada sebagian staf pengantar yang menerima kondisi pekerjaannya, namun ada pula yang dianggapnya sebagai beban dalam bekerja sehingga menjadi sumber stres pada mereka. Hal ini yang menyebabkan masih ditemukannya permasalahan dalam unit kerja staf pengantar yang berimbas pada nilai produktivitas kerja mereka.

Berdasarkan fakta di atas, terdapat beberapa staf pengantar menunjukkan tampilan kerja yang buruk, hal tersebut tidak hanya ditunjukkan dari penurunan jumlah produktivitas kerja (target kerja yang menurun) juga dalam perilaku kerja mereka seperti ketidaksiplinan dan tingkat absen yang tinggi. Hal tersebut telah mengarah pada munculnya gejala tingkah laku yang diakibatkan oleh stres kerja. Sedangkan bagi beberapa staf pengantar lainnya, terdapat karyawan yang menunjukkan tampilan kerja yang masih memenuhi ketentuan perusahaan seperti bekerja sesuai target yang ditetapkan, disiplin dalam melaksanakan prosedur kerja tanpa ada kesalahan. Akan tetapi reaksi psikologis yang dimunculkannya ada rasa kecewa, ketakutan akan snaksi pekerjaan, terbebani oleh prosedur kerja dan target


(22)

Universitas Kristen Maranatha 8

kerja yang tinggi. Hal tersebut lambat laun dapat menjadi pemicu timbulnya stres kerja.

Berdasarkan temuan dari fakta-fakta di atas dan terlihat dari gejala yang diamati, maka permasalahan yang terjadi pada staf pengantar di PT. “X” mengarah pada gejala gangguan stres kerja. Dengan demikian seberapa besar derajat stres yang dialami staf pengantar untuk dapat menentukan pelatihan manajemen stres kerja yang sesuai dengan kondisi stres staf pengantar.

1.2 Rumusan Masalah

Perlu diteliti sejauhmana efektivitas pengaruh pelatihan manajemen stres kerja tersebut terhadap penurunan derajat stres staf pengantar di PT “X”?

1.3 Maksud, Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk menerapkan pelatihan manajemen stres kerja pada staf pengantar, sehingga berkurang dampak negatif yang muncul yang dirasakan karyawan staf pengantar sebagai akibat dari stres kerja.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah meneliti secara lebih rinci sejauhmana pengaruh pelatihan manajemen stres kerja terhadap penurunan derajat stres.


(23)

Universitas Kristen Maranatha 9

Kegunaan penelitian ini bagi staf pengantar adalah untuk meningkatkan kesehatan mental staf pengantar agar membuat strategi penanggulangan stres, agar dapat mengatasi hambatan dalam bekerja sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja. Sedangkan bagi perusahaan adalah sebagai suatu program pelatihan dalam upaya metode penanggulangan stres kerja pada karyawannya agar karyawan dapat bekerja dengan optimal sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.

1.4 Metodologi

Rancangan penelitian atau metodologi menggunakan penelitian quasi eksperimen, yaitu mencari hubungan sebab akibat kehidupan nyata, dimana pengendalian ubahan sulit dilakukan. Metode penelitian yang digunakan adalah two group before-after (pretest – posttest) design.

Dalam penelitian ini, rancangan eksperimen menggunakan dua kelompok partisipan yang dikenai atau diberikan perlakuan (treatment) dalam jangka waktu tertentu. Sebelum pelatihan manajemen stres kerja, untuk setiap kelompok dilakukan pengukuran awal derajat stress (pretest) dan kemudian dilakukan pengukuran akhir derajat stres (posttest) setelah pelatihan manajemen stres kerja berakhir dalam masa inkubasi satu bulan.


(24)

Universitas Kristen Maranatha 10

Before After (Pretest – Posttest) Design

Pretest Treatment Post-test

Kelompok

I

Kelompok II

Pengujian hasil pre test dan post test akan digunakan statistic non parametric Wilcoxon untuk menguji data ordinal dua sampel berpasangan.

Derajat Stres tinggi (Y 1)

Y 2

Derajat Stres rendah (X 1)

X 2 Pelatihan

Manajemen Stres Kerja


(25)

Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pelatihan manajemen stres kerja pada staf pengantar dapat disimpulkan beberapa hal yaitu:

Penelitian ini dibagi kedalam dua kelompok, yaitu kelompok derajat stres tinggi dan kelompok derajat stres rendah. Pembagian ini didasarkan atas perhitungan nilai median dari skor kuesioner derajat stres sebelum diberikan intervensi.

a. Efektivitas Pelatihan Manajemen Stres Kerja pada Kelompok Derajat Stres Tinggi

Program pelatihan manajemen stres kerja efektif berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan derajat stres kerja pada kelompok derajat stres tinggi. Penurunan derajat stres ini meliputi penurunan dalam intensitas munculnya konsekuensi stres terhadap gejala-gejala fisiologis, psikologis dan tingkah laku pada staf pengantar.

b. Efektivitas Pelatihan Manajemen Stres Kerja pada Kelompok Derajat Stres Rendah

Program pelatihan manajemen stres kerja kurang berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan derajat stres kerja pada kelompok derajat stres rendah, meskipun demikian terdapat penurunan dalam intensitas munculnya gejala psikologis.


(26)

Universitas Kristen Maranatha 108

II. Dampak pelatihan manajemen stres kerja terhadap pengembangan diri setiap peserta pelatihan (staf pengantar)

Setiap peserta pelatihan menerapkan action plan sebagai upaya pengembangan diri masing-masing ke dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di dalam lingkungan kerja. Penerapan action plan yang dilakukan oleh setiap peserta, dapat digolongkan kedalam dua macam perubahan, yaitu perubahan dalam diri individu antara lain seperti perubahan dari memandang masalah menjadi lebih positif, sikap mental negatif menjadi postif serta meningkatkan semangat kerja, dan dalam interaksi sosial. Perubahan yang lain adalah dalam perilaku kerja, dimana staf pengantar menentukan alternatif cara-cara yang sistematis untuk kemudahan dalam bekerja.

III. Dari hal-hal yang telah diutarakan di atas, menunjukkan bahwa materi-materi yang diberikan dalam pelatihan manajemen stres kerja dapat diterima dan diterapkan secara efektif oleh peserta pelatihan. Dengan demikian, hal tersebut menunjukkan bahwa program pelatihan manajemen stres kerja efektif dalam menurunkan derajat stres. Meskipun pelatihan manajemen stres kerja tidak efektif secara sifnifikan menurunkan derajat stres pada kelompok derajat stres rendah, namun pelatihan manajemen stres kerja telah memberikan dampak yang postif serta dapat dijadikan suatu upaya pencegahan meningkatnya derajat stres.


(27)

Universitas Kristen Maranatha 109

IV. Penyelenggaraan pelatihan manajemen stres kerja

Dari segi materi kualitas/mutu, secara umum pelatihan manajemen stres kerja dinilai oleh peserta pelatihan cukup memuaskan, materinya bermanfaat untuk pengembangan diri, bermanfaat untuk diterapkan di tempat kerja, namun kurang di dalam lamanya waktu penyelenggaraan pelatihan manajemen stres kerja.

Pelatihan manajemen stres kerja dari segi fasilitator di dalam penyampaian materi, khusus untuk fasilitator 1 secara umum dinilai oleh peserta pelatihan memuaskan untuk penguasaan kelas, penguasaan materi dinilai cukup memuaskan, penyajian materinya memuaskan dan kecepatan mengajar dinilai cukup. Sedangkan untuk penilaian fasilitator 2, secara umum dinilai cukup oleh peserta pelatihan dalam hal penguasaan kelas, penguasaan materi, penyajian materi dan kecepatan mengajar.

5.2 Saran

• Bahasa dalam penyampaian materi hendaknya lebih disesuaikan lagi dengan tingkat pendidikan peserta pelatihan, khususnya yang menyangkut istilah-istilah psikologi.

Pretest atau pengukuran kembali derajat stres setelah pelatihan manajemen stres kerja, sebaiknya dilakukan secara berkala yaitu dalam durasi waktu satu bulan, tiga bulan, enam bulan sehingga dapat terukur efektivitas pelatihan dalam jangka waktu yang lama.


(28)

Universitas Kristen Maranatha 110

• Waktu pelatihan bisa lebih diperpanjang, mengingat banyaknya materi yang disampaikan, khususnya dalam sesi yang bersifat test paper and pencil yaitu sesi pengisian identifikasi stres kerja dan action plan. Dimana dalam sesi tersebut memerlukan waktu cukup lama untuk menginformasikan materi pada peserta kemudian menunggu dan membimbing peserta dalam mengisi pertanyaan yang diminta, sehingga pemberian materi tidak terlampau cepat.

• Untuk sesi simulasi target, hendaknya dimodifikasi dengan

memberikan suatu cara bagaimana menyiasati mencapai target kerja yang rasionil.

• Untuk sesi relaksasi, tidak hanya ditekankan untuk menurunkan ketegangan fisik atau pun kecemasan dengan teknik deep breathing & muscle tension, namun dapat ditambah dengan cara-cara mengenali kegiatan alternatif yang sesuai dengan kondisi dan minat setiap partisipan agar kembali dalam keadaan ‘seimbang’.

• Hendaknya partisipan diarahkan cara-cara untuk membuat agenda tersendiri dari setiap action plan yang telah dijalankan, gunanya untuk melihat perkembangan (progress) mulai dari perubahan pemikiran, perasaan hingga perilaku tampilan kerja.

• Bagi perusahaan, pelatihan bisa dikembangkan tidak hanya manajemen stress kerja, namun juga dapat dikombinasikan dengan achievement motivation training, agar dapat meningkatkan target kerja staf pengantar.


(29)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Beehr, T.A. 1987. Psychological Stress in The Workplace. Routledge, New York.

Campbell, Stanley 1966. Experimental and Quasi – Experimental Designs For Research.

Rand Mcnally College Publishing Company, Chicago.

Cooper, C.L & Marshall. 1998. Understanding Excecutives Stress. London:

The Macmillan Press.

Davis, M., McKay, M. and Robbins Eshelman, E. (2000), The Relaxation and Stress

Reduction Workbook, New Harbinger Publications, Oakland, CA.

Ivanchevich, J.M. and Marteson, M.T. (1999), Organizational Behavior and

Management, Irwin, Homewood, IL.

Kirkpatrick, D.L. 1998. Evaluating Training Programs. 2

nd

ed. Berrett-Koehler

Published. Inc.

Matteson, M.T. and Ivancevich, J.M. (1987), Controlling Work Stress: Effective Resource

and Management Strategies, Jossey-Bass, San Francisco, CA.

Munandar, (2001), Psikologi Industri dan Organisasi.Jakarta: UI

Quick, J.C. and Quick, J.D. (1984), Organizational Stress and Preventive Management,

McGraw-Hill, New York, NY.

Robbins, S.P. 1998. Organizational Behavior. 8

th

ed. Paerson Education, Inc., Upper

Sadle River, New Jersey.

Shaufeli, W & Enzmann, D. 1988. The Burnout Companion to Study and Practice.

Taylor & Francis.

Usman, Husaini ; Setiady, Purnomo. 2000. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta :

PT. Bumi Aksara.

Vernoy, Mark W (2002), Behavioral Statistic in Action. 3

rd

ed. The McGraw-Hill

Companies, Inc. United States of Amerika.


(30)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Treven S & Potocan V. 2005. Training Programmes for Stress Management in Small

Businesses. Journal Education & Training. London.


(1)

Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pelatihan manajemen stres kerja pada staf pengantar dapat disimpulkan beberapa hal yaitu:

Penelitian ini dibagi kedalam dua kelompok, yaitu kelompok derajat stres tinggi dan kelompok derajat stres rendah. Pembagian ini didasarkan atas perhitungan nilai median dari skor kuesioner derajat stres sebelum diberikan intervensi. a. Efektivitas Pelatihan Manajemen Stres Kerja pada Kelompok Derajat Stres

Tinggi

Program pelatihan manajemen stres kerja efektif berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan derajat stres kerja pada kelompok derajat stres tinggi. Penurunan derajat stres ini meliputi penurunan dalam intensitas munculnya konsekuensi stres terhadap gejala-gejala fisiologis, psikologis dan tingkah laku pada staf pengantar.

b. Efektivitas Pelatihan Manajemen Stres Kerja pada Kelompok Derajat Stres Rendah

Program pelatihan manajemen stres kerja kurang berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan derajat stres kerja pada kelompok derajat stres rendah, meskipun demikian terdapat penurunan dalam intensitas munculnya gejala psikologis.


(2)

Universitas Kristen Maranatha 108

II. Dampak pelatihan manajemen stres kerja terhadap pengembangan diri setiap peserta pelatihan (staf pengantar)

Setiap peserta pelatihan menerapkan action plan sebagai upaya pengembangan diri masing-masing ke dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di dalam lingkungan kerja. Penerapan action plan yang dilakukan oleh setiap peserta, dapat digolongkan kedalam dua macam perubahan, yaitu perubahan dalam diri individu antara lain seperti perubahan dari memandang masalah menjadi lebih positif, sikap mental negatif menjadi postif serta meningkatkan semangat kerja, dan dalam interaksi sosial. Perubahan yang lain adalah dalam perilaku kerja, dimana staf pengantar menentukan alternatif cara-cara yang sistematis untuk kemudahan dalam bekerja.

III. Dari hal-hal yang telah diutarakan di atas, menunjukkan bahwa materi-materi yang diberikan dalam pelatihan manajemen stres kerja dapat diterima dan diterapkan secara efektif oleh peserta pelatihan. Dengan demikian, hal tersebut menunjukkan bahwa program pelatihan manajemen stres kerja efektif dalam menurunkan derajat stres. Meskipun pelatihan manajemen stres kerja tidak efektif secara sifnifikan menurunkan derajat stres pada kelompok derajat stres rendah, namun pelatihan manajemen stres kerja telah memberikan dampak yang postif serta dapat dijadikan suatu upaya pencegahan meningkatnya derajat stres.


(3)

Universitas Kristen Maranatha IV. Penyelenggaraan pelatihan manajemen stres kerja

Dari segi materi kualitas/mutu, secara umum pelatihan manajemen stres kerja dinilai oleh peserta pelatihan cukup memuaskan, materinya bermanfaat untuk pengembangan diri, bermanfaat untuk diterapkan di tempat kerja, namun kurang di dalam lamanya waktu penyelenggaraan pelatihan manajemen stres kerja.

Pelatihan manajemen stres kerja dari segi fasilitator di dalam penyampaian materi, khusus untuk fasilitator 1 secara umum dinilai oleh peserta pelatihan memuaskan untuk penguasaan kelas, penguasaan materi dinilai cukup memuaskan, penyajian materinya memuaskan dan kecepatan mengajar dinilai cukup. Sedangkan untuk penilaian fasilitator 2, secara umum dinilai cukup oleh peserta pelatihan dalam hal penguasaan kelas, penguasaan materi, penyajian materi dan kecepatan mengajar.

5.2 Saran

• Bahasa dalam penyampaian materi hendaknya lebih disesuaikan lagi dengan tingkat pendidikan peserta pelatihan, khususnya yang menyangkut istilah-istilah psikologi.

Pretest atau pengukuran kembali derajat stres setelah pelatihan

manajemen stres kerja, sebaiknya dilakukan secara berkala yaitu dalam durasi waktu satu bulan, tiga bulan, enam bulan sehingga dapat terukur efektivitas pelatihan dalam jangka waktu yang lama.


(4)

Universitas Kristen Maranatha 110

• Waktu pelatihan bisa lebih diperpanjang, mengingat banyaknya materi yang disampaikan, khususnya dalam sesi yang bersifat test paper and

pencil yaitu sesi pengisian identifikasi stres kerja dan action plan.

Dimana dalam sesi tersebut memerlukan waktu cukup lama untuk menginformasikan materi pada peserta kemudian menunggu dan membimbing peserta dalam mengisi pertanyaan yang diminta, sehingga pemberian materi tidak terlampau cepat.

• Untuk sesi simulasi target, hendaknya dimodifikasi dengan memberikan suatu cara bagaimana menyiasati mencapai target kerja yang rasionil.

• Untuk sesi relaksasi, tidak hanya ditekankan untuk menurunkan ketegangan fisik atau pun kecemasan dengan teknik deep breathing &

muscle tension, namun dapat ditambah dengan cara-cara mengenali

kegiatan alternatif yang sesuai dengan kondisi dan minat setiap partisipan agar kembali dalam keadaan ‘seimbang’.

• Hendaknya partisipan diarahkan cara-cara untuk membuat agenda tersendiri dari setiap action plan yang telah dijalankan, gunanya untuk melihat perkembangan (progress) mulai dari perubahan pemikiran, perasaan hingga perilaku tampilan kerja.

• Bagi perusahaan, pelatihan bisa dikembangkan tidak hanya manajemen stress kerja, namun juga dapat dikombinasikan dengan achievement

motivation training, agar dapat meningkatkan target kerja staf


(5)

Universitas Kristen Maranatha

Campbell, Stanley 1966. Experimental and Quasi – Experimental Designs For Research.

Rand Mcnally College Publishing Company, Chicago.

Cooper, C.L & Marshall. 1998. Understanding Excecutives Stress. London:

The Macmillan Press.

Davis, M., McKay, M. and Robbins Eshelman, E. (2000), The Relaxation and Stress

Reduction Workbook, New Harbinger Publications, Oakland, CA.

Ivanchevich, J.M. and Marteson, M.T. (1999), Organizational Behavior and

Management, Irwin, Homewood, IL.

Kirkpatrick, D.L. 1998. Evaluating Training Programs. 2

nd

ed. Berrett-Koehler

Published. Inc.

Matteson, M.T. and Ivancevich, J.M. (1987), Controlling Work Stress: Effective Resource

and Management Strategies, Jossey-Bass, San Francisco, CA.

Munandar, (2001), Psikologi Industri dan Organisasi.Jakarta: UI

Quick, J.C. and Quick, J.D. (1984), Organizational Stress and Preventive Management,

McGraw-Hill, New York, NY.

Robbins, S.P. 1998. Organizational Behavior. 8

th

ed. Paerson Education, Inc., Upper

Sadle River, New Jersey.

Shaufeli, W & Enzmann, D. 1988. The Burnout Companion to Study and Practice.

Taylor & Francis.

Usman, Husaini ; Setiady, Purnomo. 2000. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta :

PT. Bumi Aksara.

Vernoy, Mark W (2002), Behavioral Statistic in Action. 3

rd

ed. The McGraw-Hill


(6)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Treven S & Potocan V. 2005. Training Programmes for Stress Management in Small

Businesses. Journal Education & Training. London.