PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG.

(1)

Asep Rahmat, 2014

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM

PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

oleh Asep Rahmat

0901874


(2)

Asep Rahmat, 2014

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2014

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN

SISWA YANG MENGIKUTI

EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN

DAN KARATE DALAM PELAJARAN

PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG

Oleh Asep Rahmat

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Asep Rahmat 2014 Universitas Pendidikan Indonesia


(3)

Asep Rahmat, 2014

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

ASEP RAHMAT

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN

PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG

disetujui dan disahkan oleh pembimbing: Pembimbing I

Drs. H. Yus Solihin Yusakarim, M.Ed NIP. 195003111978101001

Pembimbing II

Alit Rahmat, M.Pd. NIP. 197208282005011007

Mengetahui, Ketua Program Studi


(4)

Asep Rahmat, 2014

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Drs. Mudjihartono, M.Pd. NIP. 196508171990011001


(5)

Asep Rahmat, 2014

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Asep Rahmat. StdID. 0901874. Thesis: The Comparison Level of Student’s

Discipline between Student Who Takes Extracurricular Handball and Karate in Physical Education Lesson at SMAN 24 Bandung. This thesis supervised by Supervisor Drs. H, Yus Solihin, M.Ed. Co-Supervisor Alit Rahmat M.Pd

This study aims to know whether there are differences in the level of

student’s discipline between student who takes extracurricular Handball and Karate

in Physical Education lesson at SMAN 24 Bandung. The method was used descriptive comparative research methods, purposive sampling research design. The population is the students of SMAN 24 Bandung who takes extracurricular of Handball and Karate a number of 30 students, while the 15 sample students from each extracurricular of Handball and Karate who was takes those extracurricular more than a years. A questionnaire using Likert scale was used as instrument in this study. The results of test of the level of discipline from the extracurricular of Handball and Karate obtained, score of Handball 2520 from maximal score 3150 or 80%. And score of Karate 2678 from maximal score 3150 or 85%. The conclusion

is that there are the differences in the level of student’s discipline who takes

extracurricular of Handball and Karate in Physical Education lesson at SMAN 24 Bandung. In an indicator of students who takes extracurricular of Karate have higher level of discipline than students who takes extracurricular of Handball.

Keywords: Discipline, Extracurricular of Karate, Extracurricular of Handball, Physical Education


(6)

ABSTRAK

Asep Rahmat NIM. 0901874. Skripsi: Perbandingan Tingkat Disiplin Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Bola Tangan Dan Karate Dalam Pelajaran Penjas DI SMAN 24 Bandung. Skripsi ini dibimbing oleh Pembimbing I Drs. H, Yus Solihin, M.Ed. Pembimbing II Alit Rahmat M.Pd

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat disiplin siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bola tangan dan karate dalam pelajaran penjas di SMAN 24 Bandung. Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif komparatif, desain penelitian purposive sampling. Populasi adalah siswa SMAN 24 Bandung yang mengikuti ekstrakukrikuler bola tangan dan karate sejumlah 30 siswa, sedangkan sampel sebanyak 15 siswa dari setiap ekstrakurikuler bola tangan dan karate yang mengikuti lebih dari satu tahun. Instrument penelitian yang digunakan adalah angket dengan menggunakan skala

Likert. Hasil pengujian tingkat disiplin dari ekstrakurikuler bola tangan dan karate

yang diperoleh, skor bola tangan sebesar 2520 dari skor maksimal 3150 atau 80%. Dan skor karate diperoleh 2678 dari skor maksimal 3150 atau 85%. Kesimpulan bahwa terdapat perbedaan dalam tingkat disiplin siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bola tangan dan karate dalam pelajaran penjas di SMAN 24 Bandung.


(7)

Asep Rahmat, 2014

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

D. Batasan Masalaha Penelitian ... 5

E. Batasan Istilah Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRAN ... 9

A. Bola Tangan ... 9

1. Sejarah Permainan Bola Tangan ... 9

a. Sejarah Bola Tangan Di Dunia ... 7

b. Sejarah Bola Tangan Di Indonesia ... 9

2. Pengertian Permainan Bola Tangan ... 10

3. Dasar Permainan Bola Tangan ... 11

a. Menangkap Bola ... 11

b. Mengoper Bola ... 13

c. Menggiring Bola ... 15

d. Menembak Bola ... 15

4. Manfaat Permainan Bola Tangan ... 18

B. Karate ... 19


(8)

2. Teknik Karate ... 19

a. Kihon ... 19

b. Kata ... 19

c. Kumite ... 20

3. Manfaat Karate ... 21

C. Disiplin ... 21

1. Pengertian Disiplin ... 21

2. Pengertian Disiplin Belajar ... 22

3. Perlunya Disiplin ... 23

4. Fungsi Disiplin ... 24

5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi dan Membentuk Disiplin ... 25

6. Indikator Disiplin ... 27

D. Hubungan Bola Tangan dan Karate Dengan Disiplin ... 27

E. Kerangka Pemikiran ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 31

B. Metode Penelitian ... 31

C. Desain Penelitian ... 32

D. Populasi dan Sampel ... 32

E. Langkah-langkah Penelitian ... 34

F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 36

G. Instrumen Penelitian ... 37

1. Alat Pengumpul Data ... 37

2. Skala Penelitian ... 40

3. Uji Validitas dan Realibilitas Angket ... 41

a. Uji coba angket ... 41

b. Uji validitas ... 42

c. Uji realibilitas ... 45

H. Prosedur Penelitian dan Analisis Data ... 47

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data ... 48

1. Hasil Perhitungan Rata-rata dan Simpangan Baku ... 50

2. Persentase Rating Skala ... 51

B. Pembahasan ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

A. Kesimpulan ... 60

B. Saran... 60


(9)

Asep Rahmat, 2014

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LAMPIRAN


(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah yang sering dibicarakan dalam masyarakat, mengingat remaja adalah calon pengganti pemimpin dan menjadi harapan bangsa. Dewasa ini sering diberitakan di media cetak ataupun media elektronik, bahwa kenakalan remaja telah menjadi tahap yang merusak. Kenakalan remaja tidak terbatas pada bullying tapi sudah meluas merusak nilai-nilai, norma-norma, adat istiadat, tradisi bangsa yang selama ini kita jaga.

Kenakalan remaja yang sering ditayangkan di televisi dimulai dari seks bebas, mabuk minuman keras yang mengakibatkan kematian, penggunaan narkoba, perkelahian yang memakan banyak korban (kematian), bergabung dengan geng motor, dan perilaku liar lainnya yang meresahkan masyarakat. Yang lebih tragis telah banyak beredar video porno yang para pelakunya adalah remaja dari usia 11 sampai 17 tahun dan itu dilakukan disekolah dan disaksikan oleh teman-temannya. Belum lagi masalah pelecehan seksual yang menimpa anak-anak SD.

Melihat gambaran diatas tindakan yang dilakukan remaja-remaja tersebut sangat meresahkan kita sebagai orang tua, pendidik, dan calon pendidik. Dalam situs (http://megapolitan.kompas.com/read/2013/10/08/0920254/Kenakalan.Remaja.Makin.Me ncemaskan), disebutkan bahwa remaja sudah melakukan tindakan kriminal, diantaranya penyiraman air keras, membacok, melawan aparat, dan lain sebagainya.

Kenakalan remaja tidak hanya terjadi diluar sekolah tetapi terjadi didalam sekolah. Ini semua telah menjadi PR (pekerjaan rumah) bagi guru dan calon pendidik. Berdasarkan pengalaman penulis menempuh program pengalaman lapangan (PPL), banyak ditemui siswa telat masuk sekolah, bolos tanpa izin, tidak memperhatikan guru saat memberikan materi, perkelahian, pencurian dan lain-lain. Perilaku-perilaku tersebut adalah awal dari terbentuknya perilaku kejahatan.


(11)

2

Asep Rahmat, 2014

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut penulis ini terjadi karena kurangnya kedisplinan diri. Selain itu kurangnya kegiatan para remaja menjadi rentan bagi mereka untuk melakukan penyimpangan perilaku remaja. Jika kekosongan waktu remaja mereka diisi dengan hal yang positif bisa meminimalisir kenakalan remaja.

Kalau kita urut kejadian-kejadian yang ada, munculnya kenakalan remaja berawal dari minimnya kepatuhan siswa pada aturan-aturan yang ada dirumah atau sekolah. Kepatuhan itu muncul karena adanya disiplin dari masing-masing siswa.

Disiplin mempunyai dampak yang besar pada perilaku manusia. Tidak ada orang sukses yang hidupnya tidak disiplin, tidak komitmen dengan apa yang dilakukan. Disiplin adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari sosok orang yang ingin sukses, tidak terkecuali dengan remaja yang ingin berhasil sekolahnya.

Seorang pakar psikologi Pridjodarminto dalam Tu’u (1994, hlm 23) mengatakan disiplin adalah:

Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan atau ketertiban. Nilai-nilai tersebut telah menjadi bagian perilaku dalam kehidupannya. Perilaku itu tercipta melalui proses binaan melalui keluarga, pendidikan, dan pengalaman.

Disekolah cukup banyak kegiatan positif yang disediakan, diantaranya ada kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler yang merupakan kegiatan tambahan. Intrakurikuler adalah kegiatan wajib yang harus diikuti oleh para siswa, sedangkan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan yang bisa dipilih oleh para siswa. Siswa yang ikut kegiatan ekstrakurikuler tentunya memiliki kegiatan yang lebih banyak dan bervariasi. Siswa bisa ikut kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan bakat dan minatnya.

Salah satu kegiatan ekstrakurikuler disekolah adalah kegiatan olahraga. Di SMAN 24 Bandung kegiatan olahraga yang popular adalah bola tangan dan karate.

Bola tangan merupakan olahraga permainan bola besar. Bola tangan menurut Ridwan Haris (1986, hlm 3) adalah

Permainan yang tujuannya membuat angka/gol dengan cara melempar bola dan memasukkannya kedalam gawang. Pada saat ini terdapat dua bentuk permainan bola


(12)

tangan yang dimainkan, yaitu dengan 11 orang pemain, 7 orang pemain, dan tambahan 5 orang pemain.

Karena bola tangan merupakan permainan beregu, maka kerja sama dan kekompakkan tiap pemain perlu dilatih. Selain itu kedisiplinan setiap pemain pun perlu dilatih agar setiap pemain tidak melakukan kesalahan yang bisa mengakibatkan kerugian dalam tim. Kedisiplinan dalam permainan bola tangan saat bertanding sangat penting, pemain harus bisa mengikuti dan patuh terhadap peraturan-peraturan yang berlaku. Ditambah bola tangan merupakan permainan full body contact, sehingga para pemain bisa bersinggungan langsung dengan pemain lawan. Tentunya ini memerlukan kedisiplinan agar para pemain tidak melakukan tindakan curang terhadap pemain lawan.

Kedisiplinan tidak hanya dibutuhkan dalam pertandingan, dalam latihan pun sangat penting. Siswa yang ikut kegiatan ekstrakurikuler bola tangan harus datang tepat waktu saat latihan, mengikuti program latihan dengan serius, sopan kepada pelatih dan teman, dan-lain.

Selain bola tangan, kegiatan ekstrakurikuler karate juga membutuhkan kedisiplinan. Karate adalah olahraga beladiri dari Jepang. Bisa dibilang merupakan seni beladiri dari Jepang. Karate berasal dari huruf kanji, “kara” dan “te”. “Kara” artinya kosong dan “te” artinya tangan. Karate berarti sebuah seni bela diri yang memungkinkan seseorang mempertahankan diri tanpa senjata. Jadi karate adalah olahraga beladiri yang para atlitnya harus bertarung langsung dengan lawannya. Tentunya karate memiliki tingkat resiko tinggi terhadap cedera. Jadi perlu disiplin yang tinggi untuk ikut olahraga karate agar bisa terhindar dari cedera. Dalam pertandingan karate terdapat peraturan-peraturan yang harus dipatuhi setiap atlit, agar bisa meraih poin maksimal dan bisa memenangkan pertandingan.

Sama seperti latihan bola tangan, dalam karate pun diperlukan kedisiplinan. Datang tepat waktu, mengikuti program latihan dengan serius, sopan kepada pelatih dan teman, dan lain-lain. Dengan semua latihan diatas bisa membuat siswa yang ikut ekstrakurikuler bola tangan dan karate memiliki tingkat disiplin yang tinggi.


(13)

4

Asep Rahmat, 2014

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga tentunya memiliki kedisiplinan yang baik. Hasil temuan Wolf-Dietrich Brettschneider (1992) yang dikutip oleh Rusli Lutan (2001) dalam buku Tarigan (2009 hlm 78) menyatakan bahwa “anak muda yang lebih aktif dalam olahraga memiliki kemampuan yang lebih tinggi untuk mengatasi stress, gejala kenalakan dan penyimpangan prilaku remaja”.

Bola tangan dan karate merupakan jenis olahraga yang berbeda. Tetapi kedua cabang olahraga ini dituntut untuk memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi agar terhindar dari cedera dan bisa meraih prestasi yang maksimal. Kedua cabang olahraga ini mengajarkan kedisiplinan seperti, taat peraturan, disiplin dalam waktu, sopan dan santun kepada pelatih dan teman,dan mengikuti program latihan dengan serius.

Bila dibandingkan, penulis beranggapan tingkat disiplin siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karate lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bola tangan, karena dalam karate para atlit diharuskan mengalahkan lawan dengan menyerang langsung dengan pukulan atau tendangan dan resiko cedera lebih tinggi bahkan bisa sampai mengakibatkan kematian . Hal ini diperlukan disiplin yang tinggi agar terhindar dari resiko cedera yang parah.

Dengan ditanamnya sikap disiplin dalam kedua cabang olahraga tersebut, diharapkan siswa yang ikut kegiatan ekstrakurikuler bola tangan dan karate bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kegiatan intrakurikuler disekolah tanpa adanya paksaan dari orang lain. Persoalanya adalah disiplin yang ditanamkan melalui bola tangan dan karate apakah bisa dilakukan? Jika bisa, seberapa besar tingkat keberhasilannya. Dan apakah terdapat perbedaan tingkat disiplin siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga bola tangan dan karate?

Maka hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Perbandingan Tingkat Disiplin Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Bola Tangan Dan Karate Dalam Pelajaran Penjas Di SMAN 24 Bandung.


(14)

Menurut Sugiyono (2010, hlm 35) rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian ini dikembangkan berdasarkan penelitian menurut tingkat eksplanasi.

Sesuai penjelasan yang terdapat pada latar belakang. Maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan?

2. Bagaimana tingkat disiplin siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bola tangan dan karate dalam pelajaran penjas?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam penelitian terdapat tujuan penelitian. Agar penelitian terarah dan tidak menyimpang dari yang akan diteliti. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin membandingkan tingkat disiplin siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bola tangan dan karate dalam pelajaran penjas.

Manfaat dibagi menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Dalam penelitian ini mudah-mudah memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Secara teoritis hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sumbangan ilmu atau sumbangan informasi untuk guru Penjas SMA.

b. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang pembelajaran penjas di sekolah

2. Manfaat Praktis

a. Secara praktis hasil dari penelitian ini bisa dijadikan pedoman untuk meningkatkan sikap disiplin siswa melalui mata pelajaran Penjas dan kegiatan ekstrakurikuler.

b. Untuk melatih dan mengembangkan keterampilan peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut


(15)

6

Asep Rahmat, 2014

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Batasan Masalah Penelitian

Untuk memfokuskan penelitian ini maka penulis membuat batasan masalah penelitian, yaitu:

1. Ruang lingkup penelitian ini difokuskan tentang tingkat disiplin siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bola tangan dan karate di SMAN 24 Bandung

2. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SMAN 24 Bandung yang mengikuti ekstrakurikuler bola tangan dan karate

3. Sampel yang digunakan dalan penelitian ini adalah siswa SMAN 24 Bandung yang mengikuti ekstrakurikuler bola tangan dan karate selama minimal satu tahun E. Batasan Istilah Penelitian

Berkaitan dengan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini perlu adanya penjelasan, yaitu:

1. Pengertian disiplin dalam situs (http://id.wikipedia.org/wiki/Disiplin) adalah perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung jawabnya.

2. Siswa menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

3. Pengertian ekstrakurikuler menurut kamus besar bahasa Indonesia (2002, hlm

291) dalam situs

(file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND...softball.../BAB_II.pdf) yaitu: ”suatu kegiatan yang berada di luar program yang tertulis di dalam kurikulum seperti

latihan kepemimpinan dan pembinaan siswa”.

4. Bola tangan menurut Ridwan Haris (1986, hlm 3) adalah permainan yang tujuannya membuat angka/gol dengan cara melempar bola dan memasukkannya kedalam gawang. Pada saat ini terdapat dua bentuk permainan bola tangan yang dimainkan, yaitu dengan 11 orang pemain, 7 orang pemain, dan tambahan 5 orang pemain.

Dalam penelitian ini permainan bola tangan yang digunaka adalah permainan bola tangan dengan 7 orang pemain.


(16)

5. Pengertian karate dalam situs

(http://www.pbforki.org/index.php?option=com_content&view=article&id=139:d efinisi-karate&catid=62:article&Itemid=58) adalah sebuah seni bela diri yang


(17)

31

Asep Rahmat, 2014 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia |

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAN 24 Bandung. Alamat Jln A.H. Nasution No. 27 Bandung. Karena menggunakan dua sampel yang berbeda maka waktu penelitian disesuaikan dengan jadwal ekstrakurikuler kedua sampel tersebut.

B. Metode Penelitian

Penentuan metode dalam penelitian adalah langkah yang sangat penting karena dapat menentukan berhasil tidaknya sebuah penelitian. Menurut Hikmat (2011, hlm 35)

“Ketepatan menggunakan metode penelitian adalah tindakan yang harus dilakukan oleh seorang peneliti jika menginginkan penelitiannya dapat menjawab masalah dan

menemukan kebenaran”.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif komparatif. Penentuan dalam penggunaan penelitian deskriptif komparatif karena penelitian ini bertujuan meneliti satu variable yaitu disiplin dan dua kelompok sampel yang berbeda yaitu siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bola tangan dan ekstrakurikuler karate. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sudjana dan Ibrahim (1989, hlm 64) sebagai berikut:

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada masa sekarang. Dengan perkataan lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.

Sedangkan metode komparatif yang dijelaskan oleh Sugiyono (2009, hlm 36) adalah:

”Penelitian yang membandingkan keberadaan suatu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda atau pada waktu yang berbeda”. Metode ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian yang bersifat deskriptif yaitu menganalisa data dari kelompok tertentu dan tidak bermaksud untuk menarik kesimpulan-kesimpulan yang berlaku bagi kelompok lain yang lebih besar dan hanya menarik kesimpulan dari sampel yang diteliti saja.


(18)

Dengan merujuk pendapat diatas maka penelitian deskriptif komparatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah meneliti perbandingan satu variabel sikap disiplin dengan dua sampel yang berbeda yaitu sampel kelompok siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bola tangan dan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler karate. Dalam penelitian ini masalah yang diangkat adalah perbandingan tingkat disiplin siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bola tangan dan karate dalam pelajaran penjas di SMAN 24 Bandung.

C. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel yaitu tingkat disiplin siswa dan dua sampel yaitu siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bola tangan dan siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karate. Sebagaimana dapat kita lihat dalam bagan 3.1 tentang desain penelitian dibawah ini.

Desain Penelitian Gambar 3.1 Keterangan:

X1 : Siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bola tangan X2 : Siswa yang mengikuti ekstrakurikuler karate

Y : Sikap disiplin

D. Populasi dan Sampel

X1

X2


(19)

33

Asep Rahmat, 2014 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia |

Menurut Sugiono (1999, dalam Hikmat, 2011) “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertenu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari yang kemudian ditarik kesimpulannya”.

Menurut Sugiono (1999, dalam Hikmat, 2011) “sampel adalah sebagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”.

Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa SMA Negeri 24 Bandung yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bola tangan dan karate. Sedangkan sampelnya adalah siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bola tangan dan karate selama lebih dari satu tahun

Penarikan sampel menggunakan Purposive sampling atau judgmental sampling. Penarikan sampel secara purposif merupakan cara penarikan sampel yang dilakukan memiih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang ditetapkan peneliti. Jadi pengambilan subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi berdasarkan adanya tujuan tertentu.

Berdasarkan penjelasan diatas peneliti mempertimbangkan pengambilan sampel ditentukan sebagai berikut:

1. Siswa yang mengikuti ekstrakurikuler minimal 1 tahun karena pembentukan sikap seseorang dapat terbentuk dari aktivitas sama yang berulang-ulang dalam waktu yang sama.

2. Siswa yang mengikuti ekstrakurikuler tidak berpindah-pindah dari ekstrakurikuler satu ke ekstrakurikuler lain jadi harus menetap.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yang sesuai dengan kriteria diatas ada 15 orang dari setiap cabang olahraga. Berikut jumlah sampel penelitian yang mengikuti ekstrakurikuler bola tangan dan karate di SMAN 24 Bandung.

Tabel 3.1

Jumlah Sampel Penelitian

Bola Tangan Karate Jumlah


(20)

E. Langkah-langkah Penelitian

Untuk memberikan gambaran mengenai langkah penelitian yang dilakukan maka diperlukan langkah penelitian sebagai rencana kerja. Dengan adanya gambaran langkah penelitian maka akan mempermudah kita untuk memulai langkah dari sebuah penelitian. Adapun mengenai langkah-langkah penelitian penulis jelaskan sebagai berikut:

1. Langkah pertama menentukan populasi dan sampel yaitu diambil dari siswa SMAN 24 Bandung yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bola tangan dan karate.

2. Kemudian dilakukan tes pengukuran dengan menggunakan angket terhadap dua kelompok tersebut.

3. Setelah didapat hasil pengetesan dari kedua kelompok, langkah selanjutnya adalah lakukan pengolahan dan menganalisa data.

4. Langkah terakhir menentukan kesimpulan yang didasarkan dari hasil pengolahan dan analisis data tersebut.

Mengenai langkah-langkah penelitian diatas, peneliti mencoba menjelaskan dalam bentuk bagan seperti dapat dilihat pada bagan 3.2 berikut:


(21)

35

Asep Rahmat, 2014 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia |

Kelompok A Siswa mengikuti ekskul bola tangan

Kelompok B Siswa mengikuti

ekskul karate

Test dengan menggunakan angket

Kelompok A Siswa mengikuti ekskul bola tangan

Kelompok B Siswa mengikuti

ekskul karate

Analisis Data Populasi


(22)

Gambar 3.2

Langkah-langkah Penelitian

F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian mengambil metode komparatif yang penelitiannya memiliki satu variabel dan dua sampel yang berbeda berkenaan penjelasan tersebut, Sugiyono (2009, hlm 36) mengemukakan sebagai berikut:

Penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua sampel atau lebih sampel yang berbeda atau pada waktu yang berbeda. Metode ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian yang bersifat deskriptif yaitu menganalisa data dari kelompok tertentu dan tidak bermaksud untuk menarik kesimpulan-kesimpulan yang berlaku bagi kelompok lain yang lebih besar dan hanya menarik kesimpulan dari sampel yang diteliti.

Berdasarkan penjelasan diatas, variabel penelitian ini adalah sikap disiplin siswa dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bola tangan dan ekstrakurikuler karate.

2. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat satu variabel yang perlu dijelaskan sebagai pedoman dalam operasionalnya. Sehingga tidak menimbulkan penafsiran-penafsiran yang keliru yang dapat menjauhkan dari maksud dan tujuan penelitian ini.Variabel tersebut adalah sikap disiplin.

Pengertian disiplin dalam situs (http://id.wikipedia.org/wiki/Disiplin) adalah perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya termasuk melakukan

Kesimpulan Pengolahan Data


(23)

37

Asep Rahmat, 2014 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia |

Menurut Suharsimi Arikunto (1997, hlm 57), kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan, diluar struktur program yang pada umumnya merupakan kegiatan pilihan.

Bola tangan menurut Ridwan Haris (1986, hlm 3) adalah permainan yang tujuannya membuat angka/gol dengan cara melempar bola dan memasukkannya kedalam gawang. Pada saat ini terdapat dua bentuk permainan bola tangan yang dimainkan, yaitu dengan 11 orang pemain, 7 orang pemain, dan tambahan 5 orang pemain. Dalam penelitian ini permainan bola tangan yang digunakan adalah permainan bola tangan dengan 7 orang pemain.

Pengertian karate dalam situs

(http://www.pbforki.org/index.php?option=com_content&view=article&id=139:defin isi-karate&catid=62:article&Itemid=58) adalah sebuah seni bela diri yang memungkinkan seseorang mempertahankan diri tanpa senjata.

G. Instrumen Penelitian

Dalam sebuah penelitian tentunya diperlukan sebuah alat ukur untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Alat ukur tersebut disebut instrument penelitian. Menurut Arikunto (2002, hlm 136) yaitu “instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih

mudah diolah”.

1. Alat Pengumpul Data

Alat dalam sebuah penelitian dapat dikatakan dengan instrumen penelitian. Mengenai instrumen ini, Arikunto (2002, hlm 127) menerangkan sebagai berikut:

Berbicara tentang jenis-jenis metode dan instrumen pengumpulan data sebenarnya tidak ubahnya dengan berbicara masalah evaluasi. Mengevaluasi tidak lain adalah memperoleh data tentang status sesuatu dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan, karena mengevaluasi juga adalah pengadaan pengukuran.

Oleh karena itu alat atau instrument dalam penelitian mutlak harus ada sebagai bahan untuk pemecahan masalah penelitian yang hendak diteliti. Secara garis besar mengenai alat evaluasi ini Arikunto (2002, hlm 127) menyatakan bahwa:


(24)

Menggolongkan evaluasi atas dua macam yaitu tes dan non tes. Adapun pengertian tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Non tes adalah dengan mengamati sampel yang diteliti sesuai dengan kebutuhan penelitian sehingga diperoleh data yang diinginkan.

Berdasarkan pengertian diatas mengenai tes maka sasaran yang ditinjau dari objek yang dievaluasi, sikap disiplin termasuk kedalam non tes. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataaan Arikunto (2002, hlm 127-128) bahwa, “…macam tes diantaranya adalah tes sikap yaitu alat yang digunakan untuk mengadakan

pengukuran terhadap sikap seseorang”.

Selanjutnya setelah mengetahui tes yang digunakan dalam penelitian, maka untuk mengetahui instrumen atau alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket atau kuesioner. Mengenai angket atau kuesioner ini Arikunto (2002, hlm 128) menjelaskan sebagai berikut: “kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”.

Kuesioner dibedakan menjadi beberapa jenis, tergantung pada sudut pandang dari cara menjawab. Pembagian dari sudut pandang tersebut dibagi menjadi dua macam yaitu kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. Pengertian dari kedua tersebut menurut Arikunto (2002, hlm 128-129) adalah:

a. Kuesioner terbuka adalah memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimat sendiri.

b. Kuesioner tertutup adalah jawaban sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih.

Sesuai dengan pengertian diatas maka penulis memilih kuesioner tertutup, agar memudahkan responden mengisi kuesioner. Kesimpulan yang didapat berdasarkan uraian diatas, angket adalah sejumlah pertanyaan yang ditulis kemudian harus diisi oleh koresponden yang dipilih agar mendapatkan hasil penelitian yang diinginkan. Angket yang digunakan penulis adalah angket tertutup, maksudnya angket yang disusun pertanyaan disertai dengan jawaban yang sudah disediakan, sehingga


(25)

39

Asep Rahmat, 2014 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia |

demikian hasil jawaban dari koresponden tidak berupa uraian tetapi hanya berupa poin-poin yang dipilih oleh koresponden.

Dalam penyusunan angket diperlukan indikator dari para ahli dan kisi-kisi angket. Menurut A.S Moenir dalam situs

(eprints.uny.ac.id/9742/3/bab%202%20-08520244045.pdf) indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat

disiplin belajar siswa berdasarkan ketentuan disiplin waktu dan disiplin perbuatan, yaitu:

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Penelitian


(26)

+ -

DISIPLIN Waktu 1. Tepat waktu

dalam

pembelajaran

1, 26,44 2, 27,54

2. Tepat waktu dalam mengumpulk an tugas

3, 33,41 4, 34,51

Perbuatan 1. Patuh kepada

guru penjas

5, 6, 30, 31,42 7, 8, 32,52

2. Patuh dalam mengerjakan tugas

9, 10, 25, 36,46

11, 12, 24, 37,56

3. Tertib

menggunakan pakaian

13, 35,43 14, 15, 40

4. Tertib

menggunakan peralatan pembelajaran

16, 17, 38,50 18, 19, 39

5. Patuh pada tata tertib pembelajaran

20, 22, 29,45,47,48,4 9,53

21, 23,

28,55,57,58,59, 60


(27)

41

Asep Rahmat, 2014 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia |

2. Skala Penelitian

Skala penelitian menurut Nurhasan dan Cholil (2007, hlm 348) yaitu, “Skala

adalah satu set angka dengan tujuan mengkuantifikasikan pengukuran kualitatif”.

Skala dibagi beberapa macam diantaranya adalah: a. Summed Rating Scales (Likert scales)

b. Equal-Spearing Scales (Thrustone Scales)

c. Cummulative Scales (Guttman Scales)

d. Sematic Differential Scales

Dari beberapa macam skala diatas, maka penulis menggunakan salah satu skala yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu Summed Rating Scales (Likert Scales) atau Skala Likert yang sudah terbukti bahwa skala tersebut sering digunakan untuk menentukan sikap/perilaku seseorang. Hal tersebut senada dengan dengan pengertian Skala Likert yang dikemukakan oleh Nurhasan dan Cholil (2007, hlm 349) bahwa,

“Skala Likert adalah suatu skala untuk menilai sikap seseorang terhadap suatu topik”.

Kemudian Sukardi dalam Yusti (2010) menjelaskan sebagai berikut

Skala ini telah banyak digunakan oleh para peneliti guna mengukur persepsi atau sikap seseorang. Skala ini menilai sikap atau tingkah laku yang diinginkan oleh para peneliti dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden. Kemudian responden diminta memberikan pilihan jawaban atau respons dalam skala ukur yang telah disediakan, misalnya sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju.

Dari beberapa pengertian diatas, maka penulis mengartikan skala likert merupakan penskalaan yang digunakan untuk mengukur sikap atau perilaku seseorang. Skala Likert memberikan pertanyaan kepada responden dengan memberikan alternatif pilihan jawaban yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju.

Adapun kategori penskoran tiap butir pertanyaan positif, yaitu 5,4,3,2,1. Sedangkan untuk kategori butir pertanyaan negatif, yaitu 1,2,3,4,5. Menurut Nurhasan dan Cholil (2007, hlm 349) pemberian skala skor pada setiap kategori pernyataan tes, dilakukan dengan pemberian bobot, terhadap lima alternatif pilihan jawaban yaitu.


(28)

a. Untuk pertanyaan positif, pemberian bobot pada setiap alternatif jawaban yaitu: 5,4,3,2,1. Jadi untuk alternatif pilihan sangat setuju diberi skor 5, setuju diberi skor 4, tiada pendapat (ragu-ragu) diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2, dan sangat tidak setuju diberi skor 1.

b. Untuk pertanyaan yang negatif, pemberian bobot skor pada setiap alternatif pilihan jawaban, dengan urutan, yaitu: 1,2,3,4,5. Untuk alternatif pilihan jawaban sangat setuju diberi skor 1, setuju diberi skor 2, tiada pendapat (ragu-ragu) diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 4, sangat tidak setuju diberi skor 5.

Dari penjelasan diatas dapat digambarkan dengan tabel sebagai berikut Tabel 3.3

Kriteria Pemberian Skor Terhadap Alternatif Jawaban

No Alternatif Jwaban Skor Alternatif Jawaban

Positif Negatif

1. Sangat Setuju 5 1

2. Setuju 4 2

3. Ragu-Ragu 3 3

4. Tidak Setuju 2 4

5. Sangat Tidak Setuju 1 5

Berdasarkan pembahasan diatas, penulis menyimpulkan bahwa kuesioner dan skala likert yang dipilih sesuai dengan permasalahan yang hendak penulis teliti, yaitu tentang perbandingan tingkat disiplin siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bola tangan dan karate.

3. Uji Validitas dan Realibilitas Angket a. Uji coba angket

Angket yang telah disusun harus diuji untuk mengukur tingkat validitas dan reliabilitas dari setiap butir pernyataan-pernyataan. Dari uji coba angket akan diperoleh sebuah angket yang memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai pengumpul data dalam penelitian ini. Uji coba instrumen tersebut bertujuan untuk menentukan valid atau tidaknya suatu tes berupa angket dan apakah tes berupa


(29)

43

Asep Rahmat, 2014 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia |

perbandingan tingkat disiplin siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bola tangan dan karate dalam pelajaran penjas di SMAN 24 Bandung. Adapun tujuan uji coba angket menurut Arikunto (2006, hlm. 166) adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tingkat kepahaman instrumen, apakah responden tidak menemukan kesulitan dalam menangkap maksud penelitian

2. Untuk mengetahui teknik yang paling efektif

3. Untuk memperkirakan waktu yang dibutuhkan oleh responden dalam mengisi angket

4. Untuk mengetahui apakah butir-butir yang tertera dalam angket sudah memadai dan cocok dengan keadaan di lapangan.

Untuk itu uji coba angket ini dilaksanakan kepada siswa/siswi yang berjumlah 35 orang. Sebelum para sampel mengisi angket tersebut, penulis memberikan penjelasan mengenai cara-cara pengisiannya.

b. Uji validitas

Untuk mengetahui tingkat validitas instrumen yang telah di uji cobakan ditempuh langkah-langkah berikut:

1) Memberikan skor pada masing-masing butir pertanyaan 2) Memberikan skor untuk keseluruhan jumlah butir pertanyaan 3) Menyusun skor dari skor yang didapat

Dengan rumus sebagai berikut:

rxy=

Hasil perhitungan rxy dikonsultasikan pada tabel kritis r product moment dengan taraf signifikansi 5%. Jika rxy>r tabel ,maka butir soal tersebut valid (Arikunto, 2003: hlm 73)

Untuk memudahkan peneliti, maka digunakan alat bantu yaitu Micrsoft Excel 2010. Setelah mendapat nilai korelasinya, peneliti bandingkan dengan nilai r-tabel pada taraf signifikan 5 %, jumlah responden sebanyak 35, dan jumlah butir soal


(30)

sebanyak 60. Untuk menentukan keputusan bahwa soal item valid atau tidaknya, peneliti berpatokan pada norma sebagai berikut: jika rxy> r tabel berarti soal tersebut valid. Sebaliknya jika rxy< r tabel maka item soal dapat dinyatakan tidak valid.

Tabel 3.4

Hasil Pengujian Uji Validitas Instrumen

No Nilai Hitung Korelasi r

tabel

Keterangan

1 0.34402

0.334 Valid

2 -0.05851 0.334 Tidak Valid

3 0.455997 0.334 Valid

4 0.449761 0.334 Valid

5 0.020047 0.334 Tidak Valid

6 0.447019 0.334 Valid

7 0.455629 0.334 Valid

8 0.496258 0.334 Valid

9 0.339964 0.334 Valid

10 0.418712 0.334 Valid

11 0.423137 0.334 Valid

12 0.523162 0.334 Valid

13 0.34021 0.334 Valid

14 0.356257 0.334 Valid

15 0.366355 0.334 Valid

16 0.359458 0.334 Valid

17 -0.0418 0.334 Tidak Valid

18 0.362418 0.334 Valid


(31)

45

Asep Rahmat, 2014 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia |

21 0.438046 0.334 Valid

22 0.037725 0.334 Tidak Valid

23 0.385917 0.334 Valid

24 0.501359 0.334 Valid

25 0.446564 0.334 Valid

26 0.383125 0.334 Valid

27 0.394164 0.334 Valid

28 0.427103 0.334 Valid

29 0.392008 0.334 Valid

30 0.367704 0.334 Valid

31 0.112038 0.334 Tidak Valid

32 0.664488 0.334 Valid

33 0.481932 0.334 Valid

34 0.368094 0.334 Valid

35 -0.28293 0.334 Tidak Valid

36 0.453959 0.334 Valid

37 0.591207 0.334 Valid

38 0.402309 0.334 Valid

39 0.408916 0.334 Valid

40 0.08024 0.334 Tidak Valid

41 0.127163 0.334 Tidak Valid

42 0.476195 0.334 Valid

43 0.062611 0.334 Tidak Valid

44 0.357189 0.334 Valid

45 0.351206 0.334 Valid

46 0.105908 0.334 Tidak Valid

47 0.370702 0.334 Valid

48 0.078395 0.334 Tidak Valid


(32)

50 0.413383 0.334 Valid

51 -0.07987 0.334 Tidak Valid

52 0.112397 0.334 Tidak Valid

53 0.407658 0.334 Valid

54 0.390585 0.334 Valid

55 0.34532 0.334 Valid

56 0.128827 0.334 Tidak Valid

57 0.379259 0.334 Valid

58 -0.1873 0.334 Tidak Valid

59 0.441524 0.334 Valid

60 0.134098 0.334 Tidak Valid

Berdasarkan tabel diatas hasil perhitungan uji validitas instrument yang valid adalah 42 nomor, sedangkan yang tidak valid adalah 18 nomor.

c. Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah kuesioner dapat memberikan ukuran yang konstan atau tidak. Instrumen (kuesioner) yang handal berarti mampu mengungkap data yang didapat dipercaya. Cara menghitung realibilitas dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

rxy=

Arti unsur-unsur tersebut:

rxy = korelasi antara variabel X dan Y (kriteria) X = skor pada variabel X

Y = skor pada variabel Y

∑X = jumlah skor variabel X


(33)

47

Asep Rahmat, 2014 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia |

N = jumlah subjek

Mencari realibilitas seluruh perangkat butir dengan menggunakan rumus Spearman Brown dengan rumus sebagai berikut:

rii =

Keterangan:

rii = koefisien yang dicari 2 . r = dua kali koefisien korelasi 1 + r = satu tambah koefisien korelasi

Peneliti memilih pengujian reliabilitas secara internal dengan menggunakan teknik belah dua dari spearman brown (split half) dengan rumus spearman brown seperti yang tertera di atas karena pengujian ini dilakukan dengan cara mengujikan instrumen sekali saja kemudian dianalisis dengan membelah dua bagian. Artinya membagi kelompok pernyataan yang bernomor ganjil dan genap untuk instrumen tingkat kedisiplinan. Lalu jumlah dari masing-masing kelompok tersebut dikorelasikan kembali menggunakan rumus korelasi product moment, sehingga diperoleh koefisien korelasi dan dimasukan ke dalam rumus Spearman Brown. Untuk memudahkan peneliti, maka digunakan alat bantu yaitu Microsoft Excel 2010.

Berikut merupakan hasil pengolahan data realibilitas: Tabel 3.5

Reliabilitas Instrumen

Ganjil Genap

Ganjil

1

Genap

0.815896798


(34)

Kriteria untuk mengetahui tingkat reliabilitas, digunakan klasifikasi yang dikemukakan oleh Riduan (2006, hlm 138) yang dijelaskan dalam tabel berikut.

Tabel 3.6

Kriteria Reliabilitas Instrumen

Interval Koefisien Kriteria Keterandalan

0.80 – 1.000 Sangat tinggi

0.60 – 0.799 Tinggi

0.40 – 0.599 Cukup

0.20 – 0.399 Rendah

0.00 – 0.199 Sangat rendah

Instrumen tingkat kedisiplinan memiliki koefesien korelasi sebesar 0.815896798 nilai tersebut memiliki realibilitas sangat tinggi.

H. Prosedur Penelitian dan Analisis Data

Setelah pengetesan selesai dan data hasil pengetesan terkumpul maka langkah berikutnya adalah mengumpulkan data, kemudian melakukan pengolahan dan analisis data sesuai dengan tujuan penelitian. Pengumpulan, pengolahan, dan penganalisisan data dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara tingkat disiplin siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bola tangan dan ekstrakurikuler karate. Adapun langkah-langkah pengolahan dan analisis data sebagai berikut:

1. Menghitung Rata-Rata dan Simpangan Baku


(35)

49

Asep Rahmat, 2014 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia |

Keterangan:

:Nilai rata-rata yang dicari

: Jumlah skor yang didapat

: Jumlah sampel

b. Menghitung simpangan baku dari setiap kelompok data dengan menggunakan rumus:

S =

Keterangan:

S : Simpangan baku yang dicari

∑ : Jumlah

X : Skor

: Nilai rata-rata

n : Jumlah sampel

1 : Angka tetap

2. Persentase Rating Skala

Dalam skala pengukuran ini penulis menentukan jumlah keseluruhan skor dari setiap sampel. Kemudian membuat kategori untuk menentukan tingkatan hasil dari kedua sampel, yaitu siswa yang ikut bola tangan dan karate. Dalam pembuatan kategori ini penulis menggunakan persen. Berikut contoh gambar persentase rating skala.

0 20% 40% 60% 80% 100%

Sangat Lemah Lemah Cukup Kuat Sangat Kuat

Gambar 3.3 Persentase Rating Skala


(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dalam hasil penelitian dan pembahasan bahwa terdapat perbedaan antara disiplin siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bola tangan dan karate dalam pelajaran penjas. Tingkat disiplin sampel bola tangan memperoleh 80% atau termasuk kategori diantara kuat dan sangat kuat. Sedangkan tingkat disiplin karate memperoleh 85% atau termasuk dalam kategori sangat kuat.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai perbandingan tingkat disiplin siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bola tangan dan karate dalam pelajaran penjas di SMAN 24 Bandung, penulis mengemukakan saran sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan psikologis siswa, seyogianya pelatih memberikan pembekalan terhadap aspek psikologis terhadap siswa diantaranya yaitu aspek kedisiplinan

2. Banyaknya uji coba antar klub ataupun antar sekolah, memberikan siswa tambahan pengalaman, memberikan siswa kesempatan untuk berkembang dan memberikan siswa untuk lebih leluasa menunjukan kemampuan pada siswa. 3. Melalui pembelajaran psikologis, siswa akan lebih disiplin ketika melaksanakan

proses latihan dan ketika mengikuti kejuaraan-kejuaraan tingkat nasional maupun regional.

4. Kepada pelatih diharapkan dapat lebih tegas dalam proses latihan, agar siswa lebih tepat waktu dan dapat menghargai waktu.

5. Bagi para pembaca, sebaiknya dalam memberikan program latihan dapat mengembangkan sikap disiplin, karena kedua hal tersebut adalah modal dasar untuk menjadikan siswa yang berkarakter dan menjadikan siswa manusia yang seutuhnya.


(37)

61

Asep Rahmat, 2014

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Pustaka

Buku

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Peneltian Ilmiah Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.

Bambang dan Sudrajat, Jajat. (2010). Modul Aplikasi Statistika Dalam Penjas. Bandung. Haris. (1986). Bola Tangan permainan dan peraturan. Bandung: Adil.

Lemhanas. (1997). Disiplin Nasional, Jakarta: PT Balai Pustaka.. Mahendra. (2002). Bola Tangan. Jakarta.

Nurhasan dan Kholid, H. (2007). Tes Dan Pengukuran Keolahragaan. FPOK UPI Bandung. Riduan, dkk. (2006). Rumus Dan Data Dalam Aplikasi Statistika. Bandung: Alfabeta.

Sudjana, Nana dan Ibrahim. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru. Sugiyono. (2003), Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Syaodih, Nana. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda.

Tarigan, Beltasar. (2009).Optimalisasi Pendidikan Jasmani Dan Olahraga Berlandaskan Ilmu

Faal Olahraga. Bandung: Eidos.

Tulus Tu’u. (2004). Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo.

Skripsi

Darsono, (2010). Perbedaaan Tingkat Kepercayaan Diri siswa yang mengikuti unit kegiatan

Taekwondo, bulutangkis dan bola basket di SMPN 5. (Skripsi).Fakultas Pendidikan

Olahraga Dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Dewi Sipatuhar, KS. (2011). Penggunaan Tongkat Pada Siswa Tunanetra Dalam Bepergian

Secara Mandiri (Secara Deskriptif Kualitatif Terhadap Siswa Tunanetra Di SLB Negeri A Kota Bandung). (Skripsi). Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia,

Bandung.

Illiyin, Ummahatul. (2013). Pengaruh Pembelajaran Permainan Bola Kecil (Permainan Bola


(38)

(Skripsi) Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Natalika, Desi. (2014). Perbandingan Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa SMP yang Tinggal Di

Daerah Pegunungan dan Pantai. (Skripsi). Fakultas Pendidikan OlahragaDan Kesehatan,

Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Bandung.

Pranata, Bagus. (2013). Perbandingan Perilaku Sosial Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler

Olahraga Dan Ekstrakurikuler PMRPada Siswa SMA Negeri Se-Kabupaten Cirebon Barat. (Skripsi). Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan, Universitas Pendidikan

Indonesia, Bandung.

Samion. (2006). Pengaruh Disiplin Mengajar Guru Terhadap Aktivitas Belajar Siswa Sekolah

Menengah Pertama Etika Pontianak. (Skripsi). STKIP PGRI, Pontianak.

Sugeng, Untung. (2014). Perbandingan Tingkat Kepercayaan Diri Dan Kedisiplinan Siswa Yang

Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Futsal Dan Olahraga Taekwondo Di SMP Negeri 1 Lembang. (Skripsi). Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan, Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung.

Online

Firdaus, A. (2011). Angket Kedisiplinan Siswa. [Online]. Tersedia di:

http://arofahfirdaus.blogspot.com/2011/06/angket-kedisiplinan-siswa.html#bn-photocenter-1-1-777526591 Diakses 24 Mei 2014.

Forki. (2014) Definisi Karate. [Online]. Tersedia di:

http://www.pbforki.org/index.php?option=com_content&view=article&id=139:definisi-karate&catid=62:article&Itemid=58. Diakses 4 April 2014.

Khamdan, M. (2011) Makalah Olahraga Karate. [Online]. Tersedia di:

http://makalah7u.blogspot.com/2011/03/makalah-olahraga-karate.html. Diakses 4 April 2014.

Microsoft. (2013). STDEVA (Fungsi STDEVA). Tersedia:

office.microsoft.com/id-id/excel-help/stdeva-fungsi-stdeva-HA102752860.aspx. Diakses 25 Agustus 2014.

Nurdinkhan. (30 Mei 2012). Angket Kedisiplinan Siswa. [Online]. Tersedia:

http://nurdinkhan.wordpress.com/2012/05/30/angket-kedisiplinan-siswa/. Diakses 2 Mei 2014.


(39)

63

Asep Rahmat, 2014

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penyul. (2012). Mencari Modus, Median Dan Mean pada Ms Excel. [Online]. Tersedia:

penyulsblog.blogspot.com/2012/02/pagi-yang-indah-ini-terasa-penat.html?m=1. Diakses 25 Agustus 2014.

Rahman, A. (2011). Disiplin Belajar. [Online]. Tersedia di:

eprints.uny.ac.id/9742/3/bab%202%20-08520244045.pdf. Diakses 13 Juli 2014. Riyanta, W. (2014). Teknik Pengujian Validitas Dan Realibilitas Pengujian Validitas

Menggunakan Excel. [Online]. Tersedia:

www.academia.edu/4890509/TEKNIK_PENGUJIAN_VALIDITAS_DAN_REALIBILI TAS_PENGUJIAN_VALIDITAS_MENGGUNAKAN_EXCEL. Diakses 25 Agustus 2014.

Wikipedia. (2014). Karate. [Online]. Tersedia di: http://id.wikipedia.org/wiki/Karate. Diakses 4 April 2014.

Yusti, Rahma. (2010). Prosedur Penelitian. [Online]. Tersedia:

http://sosiologiuberallez.blogspot.com/2012/07.prosedurpenelitian.html. Diakses 2 Mei 2014.


(1)

Asep Rahmat, 2014 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia |

repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kriteria untuk mengetahui tingkat reliabilitas, digunakan klasifikasi yang dikemukakan oleh Riduan (2006, hlm 138) yang dijelaskan dalam tabel berikut.

Tabel 3.6

Kriteria Reliabilitas Instrumen

Interval Koefisien Kriteria Keterandalan

0.80 – 1.000 Sangat tinggi

0.60 – 0.799 Tinggi

0.40 – 0.599 Cukup

0.20 – 0.399 Rendah

0.00 – 0.199 Sangat rendah

Instrumen tingkat kedisiplinan memiliki koefesien korelasi sebesar 0.815896798 nilai tersebut memiliki realibilitas sangat tinggi.

H. Prosedur Penelitian dan Analisis Data

Setelah pengetesan selesai dan data hasil pengetesan terkumpul maka langkah berikutnya adalah mengumpulkan data, kemudian melakukan pengolahan dan analisis data sesuai dengan tujuan penelitian. Pengumpulan, pengolahan, dan penganalisisan data dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara tingkat disiplin siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bola tangan dan ekstrakurikuler karate. Adapun langkah-langkah pengolahan dan analisis data sebagai berikut:

1. Menghitung Rata-Rata dan Simpangan Baku


(2)

49

Asep Rahmat, 2014 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia |

repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan:

:Nilai rata-rata yang dicari

: Jumlah skor yang didapat

: Jumlah sampel

b. Menghitung simpangan baku dari setiap kelompok data dengan menggunakan rumus:

S =

Keterangan:

S : Simpangan baku yang dicari

∑ : Jumlah

X : Skor

: Nilai rata-rata

n : Jumlah sampel

1 : Angka tetap

2. Persentase Rating Skala

Dalam skala pengukuran ini penulis menentukan jumlah keseluruhan skor dari setiap sampel. Kemudian membuat kategori untuk menentukan tingkatan hasil dari kedua sampel, yaitu siswa yang ikut bola tangan dan karate. Dalam pembuatan kategori ini penulis menggunakan persen. Berikut contoh gambar persentase rating skala.

0 20% 40% 60% 80% 100%

Sangat Lemah Lemah Cukup Kuat Sangat Kuat

Gambar 3.3 Persentase Rating Skala


(3)

Asep Rahmat, 2014

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dalam hasil penelitian dan pembahasan bahwa terdapat perbedaan antara disiplin siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bola tangan dan karate dalam pelajaran penjas. Tingkat disiplin sampel bola tangan memperoleh 80% atau termasuk kategori diantara kuat dan sangat kuat. Sedangkan tingkat disiplin karate memperoleh 85% atau termasuk dalam kategori sangat kuat.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai perbandingan tingkat disiplin siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bola tangan dan karate dalam pelajaran penjas di SMAN 24 Bandung, penulis mengemukakan saran sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan psikologis siswa, seyogianya pelatih memberikan pembekalan terhadap aspek psikologis terhadap siswa diantaranya yaitu aspek kedisiplinan

2. Banyaknya uji coba antar klub ataupun antar sekolah, memberikan siswa tambahan pengalaman, memberikan siswa kesempatan untuk berkembang dan memberikan siswa untuk lebih leluasa menunjukan kemampuan pada siswa. 3. Melalui pembelajaran psikologis, siswa akan lebih disiplin ketika melaksanakan

proses latihan dan ketika mengikuti kejuaraan-kejuaraan tingkat nasional maupun regional.

4. Kepada pelatih diharapkan dapat lebih tegas dalam proses latihan, agar siswa lebih tepat waktu dan dapat menghargai waktu.

5. Bagi para pembaca, sebaiknya dalam memberikan program latihan dapat mengembangkan sikap disiplin, karena kedua hal tersebut adalah modal dasar untuk menjadikan siswa yang berkarakter dan menjadikan siswa manusia yang seutuhnya.


(4)

61

Asep Rahmat, 2014

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Pustaka

Buku

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Peneltian Ilmiah Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.

Bambang dan Sudrajat, Jajat. (2010). Modul Aplikasi Statistika Dalam Penjas. Bandung. Haris. (1986). Bola Tangan permainan dan peraturan. Bandung: Adil.

Lemhanas. (1997). Disiplin Nasional, Jakarta: PT Balai Pustaka.. Mahendra. (2002). Bola Tangan. Jakarta.

Nurhasan dan Kholid, H. (2007). Tes Dan Pengukuran Keolahragaan. FPOK UPI Bandung. Riduan, dkk. (2006). Rumus Dan Data Dalam Aplikasi Statistika. Bandung: Alfabeta.

Sudjana, Nana dan Ibrahim. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru. Sugiyono. (2003), Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Syaodih, Nana. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda.

Tarigan, Beltasar. (2009).Optimalisasi Pendidikan Jasmani Dan Olahraga Berlandaskan Ilmu

Faal Olahraga. Bandung: Eidos.

Tulus Tu’u. (2004). Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo. Skripsi

Darsono, (2010). Perbedaaan Tingkat Kepercayaan Diri siswa yang mengikuti unit kegiatan

Taekwondo, bulutangkis dan bola basket di SMPN 5. (Skripsi).Fakultas Pendidikan

Olahraga Dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Dewi Sipatuhar, KS. (2011). Penggunaan Tongkat Pada Siswa Tunanetra Dalam Bepergian

Secara Mandiri (Secara Deskriptif Kualitatif Terhadap Siswa Tunanetra Di SLB Negeri A Kota Bandung). (Skripsi). Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia,

Bandung.

Illiyin, Ummahatul. (2013). Pengaruh Pembelajaran Permainan Bola Kecil (Permainan Bola


(5)

Asep Rahmat, 2014

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Skripsi) Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Natalika, Desi. (2014). Perbandingan Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa SMP yang Tinggal Di

Daerah Pegunungan dan Pantai. (Skripsi). Fakultas Pendidikan OlahragaDan Kesehatan,

Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Bandung.

Pranata, Bagus. (2013). Perbandingan Perilaku Sosial Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler

Olahraga Dan Ekstrakurikuler PMRPada Siswa SMA Negeri Se-Kabupaten Cirebon Barat. (Skripsi). Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan, Universitas Pendidikan

Indonesia, Bandung.

Samion. (2006). Pengaruh Disiplin Mengajar Guru Terhadap Aktivitas Belajar Siswa Sekolah

Menengah Pertama Etika Pontianak. (Skripsi). STKIP PGRI, Pontianak.

Sugeng, Untung. (2014). Perbandingan Tingkat Kepercayaan Diri Dan Kedisiplinan Siswa Yang

Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Futsal Dan Olahraga Taekwondo Di SMP Negeri 1 Lembang. (Skripsi). Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan, Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung.

Online

Firdaus, A. (2011). Angket Kedisiplinan Siswa. [Online]. Tersedia di:

http://arofahfirdaus.blogspot.com/2011/06/angket-kedisiplinan-siswa.html#bn-photocenter-1-1-777526591 Diakses 24 Mei 2014.

Forki. (2014) Definisi Karate. [Online]. Tersedia di:

http://www.pbforki.org/index.php?option=com_content&view=article&id=139:definisi-karate&catid=62:article&Itemid=58. Diakses 4 April 2014.

Khamdan, M. (2011) Makalah Olahraga Karate. [Online]. Tersedia di:

http://makalah7u.blogspot.com/2011/03/makalah-olahraga-karate.html. Diakses 4 April 2014.

Microsoft. (2013). STDEVA (Fungsi STDEVA). Tersedia:

office.microsoft.com/id-id/excel-help/stdeva-fungsi-stdeva-HA102752860.aspx. Diakses 25 Agustus 2014.

Nurdinkhan. (30 Mei 2012). Angket Kedisiplinan Siswa. [Online]. Tersedia:

http://nurdinkhan.wordpress.com/2012/05/30/angket-kedisiplinan-siswa/. Diakses 2 Mei 2014.


(6)

63

Asep Rahmat, 2014

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penyul. (2012). Mencari Modus, Median Dan Mean pada Ms Excel. [Online]. Tersedia:

penyulsblog.blogspot.com/2012/02/pagi-yang-indah-ini-terasa-penat.html?m=1. Diakses 25 Agustus 2014.

Rahman, A. (2011). Disiplin Belajar. [Online]. Tersedia di:

eprints.uny.ac.id/9742/3/bab%202%20-08520244045.pdf. Diakses 13 Juli 2014. Riyanta, W. (2014). Teknik Pengujian Validitas Dan Realibilitas Pengujian Validitas

Menggunakan Excel. [Online]. Tersedia:

www.academia.edu/4890509/TEKNIK_PENGUJIAN_VALIDITAS_DAN_REALIBILI TAS_PENGUJIAN_VALIDITAS_MENGGUNAKAN_EXCEL. Diakses 25 Agustus 2014.

Wikipedia. (2014). Karate. [Online]. Tersedia di: http://id.wikipedia.org/wiki/Karate. Diakses 4 April 2014.

Yusti, Rahma. (2010). Prosedur Penelitian. [Online]. Tersedia:

http://sosiologiuberallez.blogspot.com/2012/07.prosedurpenelitian.html. Diakses 2 Mei 2014.


Dokumen yang terkait

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS DI SMPN 9 BANDUNG.

0 0 47

PERBANDINGAN PERILAKU SOSIAL SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI DENGAN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER PRAMUKA PADA SISWA SMA NEGERI SE-KOTA SUKABUMI.

0 3 37

PERBANDINGAN PENYAMPAIAN UMPAN BALIK SEKETIKA DAN TERMINAL TERHADAP HASIL BELAJAR SHOOTING PADA SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DI SMAN 9 BANDUNG.

0 4 33

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN ANTARA ATLET KARATE DAN ATLET SEPAKBOLA PADA PEMBELAJARAN PENJAS DI SMP NEGERI 1 BANJARAN KABUPATEN BANDUNG.

0 2 49

PERBANDINGAN TINGKAT KEDISIPLINAN SISWA ANTARA SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER TAEKWONDO DAN BULUTANGKIS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

0 2 39

PERBANDINGAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PENJAS ANTARA SISWA YANG MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS DENGAN BOLA VOLI DI SMAN 11 BANDUNG.

0 7 43

PERBANDINGAN TINGKAT KAPASITAS VITAL PARU SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS DAN EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI DI SMA NEGERI 1 SEDAYU.

0 4 95

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS DI SMPN 9 BANDUNG. - repository UPI S JKR 1103623 Title

0 0 3

PERBANDINGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI DI SMAN19 BANDUNG - repository UPI S JKR 1203766 Title

0 0 3

PERBEDAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN SISWA MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI

0 1 10